BAB II LANDASAN TEORI...Tipe Kharismatik Seseorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI...Tipe Kharismatik Seseorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan atau applied
sciences dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusan-rumusannya
bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan manusia. Sebagai langkah awal untuk
mempelajari dan memenuhi segala sesuatu yang berkaitan dengan aspek-aspek
kepemimpinan dan permasalahannya, perlu dipahami terlebih dahulu makna atau
pengertian dari kepemimpinan melalui berbagai macam perspektif.
Menurut Rosmita, (2015) menyatakan bahwa: “kepemimpinan adalah seni untuk
membuat orang lain mengikuti kehendak kita. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah
proses untuk mempengaruhi. Proses mempengaruhi kehendaknya dimulai dari diri
sendiri, agar bisa memimpin orang lain.”
Menurut Northouse (2017) menyatakan bahwa: kepemimpinan adalah proses
dimana individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan
bersama, penetapan kepemimpinan sebagai proses berarti, bukan sifat yang ada
dalam diri pemimpin tetapi suatu “transaksi” yang terjadi antara pemimpin dan
pengikut (folloers).
Menurut Hidayat, (2018) “Kepemimpinan adalah apa yang para pemimpin
lakukan, yaitu proses memimpin kelompok dan mempengaruhi kelompok untuk
mencapai suatu tujuan”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah proses memimpin untuk mempengaruhi dan memotivasi sekelompok individu
untuk pencapaian tujuan bersama.
6
2
2.1.2. Fungsi dan Metode Kepemimpinan
1. Fungsi kepemimpinan
Menurut Adair dalam Suwanto dan Priansa (2016), fungsi kepemimpinan yaitu:
a. Perencanaan
1) mencari semua informasi yang tersedia
2) mendefinisikan tugas
3) membuat rencana yang dapat terlaksana dalam rangka membuat keputusan
yang tepat.
b. Pemrakarsaan
1) memberikan pengarahan pada kelompok mengenai sasaran dan rencana.
2) menjelaskan mengapa menetapkan sasaran atau rencana merupakan hal yang
penting.
c. Pengendalian
1) memelihara antara kelompok
2) mempengaruhi tempo
3) memastikan semua tindakan diambil dalam upaya meraih tujuan
4) mendorong kelompok mengambil tindakan/keputusan.
d. Pendukung
1) mengungkapkan pengakuan terhadap orang dan konstribusi mereka
2) memberi semangat pada kelompok/individu
3) mencapai semangat tim.
e. Penginformasian
1) memperjelas tugas dan rencana
2) memberi informasi baru pada kelompok.
f. Pengevaluasian
3
1) pengevaluasian kelayakan gagasan
2) menguji konsekuensi solusi yang diusulkan
3) mengevaluasi presentasi kelompok.
2. Metode Kepemimpinan
Menurut Ordweay Tead dalam Suanto dan Priansa (2016) mengemukakan 7 metode
kepemimpinan yang telah mempengaruhi tindakan-tindakan setiap yang sukses, yaitu:
a. Metode yang pertama adalah memberi perintah, perintah itu timbul dari situasi
formal dan informal, karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi,
kedinasan atau jawaban pemerintah dan swasta, berbentuk instruksi, komando,
peraturan tata tertib, standar praktek atau perilaku yang harus dipatuhi.
b. Metode yang kedua adalah memberikan celaan dan pujian. Celaan harus diberikan
secara objektif dan tidak bersifat subjektif, juga tidak disertai emosi-emosi yang
negatie (benci, dendam, curiga, dan lain-lain). Sebaliknya pujian supaya diberikan,
sebab pribadi yang benar, yaitu pemimpin harus bersifat objekti dan jujur.
c. Metode yang ketiga adalah menumpuk tingkah laku pribadi yang benar, yaitu
pemimpin harus bersifat objektif dan jujur.
d. Metode yang keempat adalah peka terhadap saran-saran. Sifat pemimpin itu harus
luwes dan terbuka, dan peka pada saran-saran ekternal yang positif sifatnya.
e. Metode yang kelima adalah memperkuat rasa kesatuan kelompok. Tim kerja
merupakan kunci untuk menuju operasi yang sukses, diawali mulai unit terkecil
hingga terbesar harus menjadi satu kesatuan hingga memiliki visi dan misi yang
pada akhirnya akan mempermudah pencapaian tujuan yang diinginkan.
4
f. Metode yang keenam adalah kembangkan rasa tanggung jawab dikalangan
masyarakat.
g. Metode yang ketujuh adalah buat keputusan yang bernilai dan tepat pada waktunya,
seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam ramalan yang cepat dari
suatu situasi sampai pada keputusan yang bernilai.
2.1.3. Tipe Kepemimpinan
Menurut Hidayat, (2018) Tipe kepemimpinan yang luas dikenal dan diakui
keberadaannya adalah sebagai berikut:
1. Tipe Otokratik
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak pribadinya
(pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak
boleh ada orang lain yang ikut campur. Seorang pemimpin yang tergolong
otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai
karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang pemimpin
yang egois. Seotang pemimpin otokratik akan menunjukan sikap yang
menonjolkan kekuatannya, dan selalu mengabaikan peranan bawwahan dalam
proses pengambilan keputusan, tidak mau menerima saran dan pandangan
bawahannya.
2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otokratik.
Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukan perilaku yang
pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab. Seorang pemimpin
yang kendali bebas cenderung memilih peran yang pasif dan membiarkan
organisasi berjalan dengan temponya sendiri. Disini seorang
5
pemimpin mempunyai keyakinan bebas dengan memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3. Tipe Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang perannya dalam kehidupan
organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan
bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak
yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untum
memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap kepentingan dan
kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar
legitimasi kepemimpinannya merupakan penerima atas peranannya yang
didominan dalam kehidupan organisasi.
4. Tipe Kharismatik
Seseorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya
tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang
sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit
mengapa orang tersebut itu dikagumi. Hingga sekarang, para ahli belum berhasil
menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Yang
diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat
besar.
5. Tipe Militeristik
Pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer.
Pemimpin yang bertipe militeristik ialah pemimpin dalam menggerakan
bawahannya lebih sering mempergunakan sistem pemerintah, senang bergantung
kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada formalitas yang berlebih-
6
lebihan. Menurut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya dan sukar
menerima kritikan dari bawahannya.
6. Tipe Pseudo-demokratik
Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik. Tipe
kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha
mengemukakan keinginan-keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia,
dengan berpura-pura untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk
mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin seperti ini menjadikan demokrasi
sebagai selubung untuk memperoleh kemenangan tertentu. Pemimpin yang
bertipe pseudo-demokratik hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal
sebenarnya dia bersikap otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan
lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus,
samar-samar.
2.1.4 Nilai-Nilai Kepemimpinan
Kepemimpinan tidak terlepas dari nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin.
Seper ti diungkapkan oleh Guth dan Taguiri dalam Fahmi (2016) yaitu:
1. Teoritik, yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari kebenaran dan
mencari pembenaran secara rasional.
2. Ekonomis, yaitu yang tertarik pada aspek-aspek kehidupan yang penuh keindahan,
menikmati setiap peristiwa untuk kepentingan sendiri.
3. Sosial, menaruh belas kasihan pada orang lain, simpati, tidak mementingkan diri
sendiri.
4. Politis, berorientasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai faktor yang
sangat vital dalam kehidupannya.
7
5. Religius, selalu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekuasaan Sang Pencipta.
Nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin dari ke lima tersebut pada prinsipnya
bisa bertambah lebih banyak lagi dari pada itu, namun umum dapat disebut hanya lima
saja. Seperti kita dapat menambahkan beberapa lagi yang bisa kita jadikan bahan
renungan dalam melihat nilai-nilai pemimpin, yaitu:
1. Sikap bijaksana
Sikap bijaksana ini menyangkut dengan kemampuan dalam pengambilan keputusan
yang tidak berat sebelah, namun keputusan yang diambil adalah memikirkan
banyak segi dan seimbang (balance).
2. Kesetiakawanan yang tinggi
Nilai kesetiakawanan yang tinggi menunjukan pemimpin tersebut memiliki
loyalitas tinggi pada sesama rekan kerja bahkan pada karyawannya.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja pegawai merupakan masalah yang sentral dalam kehidupan sebuah
organisasi atau perusahaan akan mampu mencapai tujuan atau tidak, sangat tergantung
pada sebaik apa kinerja yang ditunjukan pada pegawainya.
Menurut Susanti, (2017) menyatakan bahwa “kinerja adalah sesuatu hasil karya
yang dapat dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.”
Menurut Ulfa dan Shinta, (2018) “kinerja merupakan hasil yang dicapai
seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.”
8
Menurut Rivai dan Sagala dalam Priansa (2017) menyatakan bahwa “kinerja
adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam perusahaan.”
Berdsarkan pendapat para ahli diatas, maka disimpulkan bahwa kinerja
merupakan suatu fungsi dan kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam perusahaan.
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Susanti, (2017) menyatakan bahwa faktor-faktor kinerja juga
dipengaruhi oleh motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan,
sistem kompensasi, desain pekerjaan, komitmen terhadap organisasi dan aspek-aspek
ekonomis, teknis serta keperilakuan lainnya.
Menurut Susanti, (2017) menyatakan ada dua macam faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yaitu:
1. Faktor Individual yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat kepribadian, sifat
fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
serta faktor individual lainnya.
2. Faktor Situasional
a. Faktor fisik pekerjaan, meliputi: metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan
kerja, penentuan ruang, dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur dan
ventilasi).
b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan organisasi, jenis latihan dan
pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
9
2.2.3. Kriteria-Kriteria Kinerja Karyawan
Menurut Schuler dan Jackson dalam Priansa (2017) menyebutkan tiga kriteria
yang berhubungan dengan kinerja sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel II.1
Kriteria-Kriteria Kinerja Karyawan
No Kriteria Penjelasan
1.
Sifat
Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri pada karakteristik
pribadi seseorang karyawan. Loyaitan, keandalan, kemampuan
berkomunikasi, dan keterampilan memimpin merupakan sifat-
sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Jenis kriteria
ini memusatkan diri pada cara kerja seseorang, bukan pada yang
dicapai atau tidak diacapai seseorang dalam pekerjaannya.
2.
Perilaku
Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada cara pekerjaan di-
laksanakan. Kriteria ini penting sekali bagi pekerjaan yang
membutuhkan hubungan antar personal pegawai. Sebagai
contoh, apakah pegawainya ramah atau menyenangkan.
3. Hasil Kriteria berkenaan dengan hasil semakin popular dengan se-
makin ditekannya produktivitas dan daya saing internasional.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1 Kisi-Kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi operasional variabel yang penulis gunakan untuk menyusun daftar
pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini digunakan dalam tabel indikator dan
dimensi berikut:
Tabel II.2
Kisi-kisi operasional variabel Kepemimpinan
No
Dimensi
Indikator
Nomor
butir
kuesioner
1 Perencanaan Membuat rencana yang dapat
terlaksana 1
10
2
Pemrakarsaan
Membagi tugas pada karyawan 2,3 Memberikan pengarahan pada
karyawan
3 Pengendalian Mendorongkaryawan
mengambil keputusan 4
4
Pendukung
Memberi semangat pada karyawan
5,6
Menciptakan semangat tim kerja
5
Penginformasian
Memperjelas tugas dan rencana
7,8
Memberi informasi baru pada
karyawan
6
Pengevaluasian
Mengevaluasi kelayakan
gagasan
9,10 Mengevaluasi Prestasi
karyawan
Sumber: Suwanto dan Priansa (2016)
Tabel II.3
Kisi-kisi operasional Variabel Kinerja
No
Dimensi
Indikator
Nomor
butir
kuesioner
1 Kuantitas Produktivitas kerja
yang dihasilkan 1
2
Kualitas
Ketelitian
2,3,4
Kerapian
Kelengkapan dalam menangani tugas-
tugas
3 Kemandirian Kemampuan pegawai 5
4 Inisiatif Tanggung jawab 6
5
Adaptabilitas
Kemampuan
beradaptasi
7,8
Kemampuan bereaksi
6
Kerjasama Kerjasama dengan orang lain untuk
bekerja
9
7 Ketepatan
Waktu
Tingkat kegiatan yang
diselesaikan 10
Sumber: Priansa (2017)
11
2.3.2 Uji Instrumen Penelitian
1. Uji validitas
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Menurut Masrun dalam Sugiyono (2015) menyatakan “Teknik korelasi untuk
menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling
banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interprestasi terhadap
koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif
dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item
tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat adalah r = 0,3. Jadi antara butir dengan skor total kurang
dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Rosmita (2015) Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir pertanyaan
yang sudah valid. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah responden
reliabel atau tidak. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban responden
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil. Uji reliabilitas dapat dilakukan
dengan cara belah dua yaitu dengan membelah butir-butir pertanyaan menjadi dua
bagian yaitu butir ganjil dan butir genap. Selanjutnya dihitung korelasi produk
moment antara total skor butir ganjil dan butir genap, kemudian dihitung nilai
reliabilitas instrumen dengan rumus Spearman-Brown. Software SPSS memberikan
fasilitas mengukur reliabilitas dengan uji statistik Croanbach alpha (α) . suatu
variabel dikatakan sangat reliabel jika nilai Croanbach alpha diantara 0,800 hingga
1,00. Berikut ini adalah tabel skala Alpha Croanbach’s:
12
Tabel II.4
Skala Alpha Croanbach’s
Hasil uji Alpha Croanbach Keterangan
≤ 0,5 Tidak dapat digunakan
0,5-0,6 Jelek (poor)
0,6-,07 Cukup/dapat digunakan
0,7-0,9 Bagus (good)
≥ 0,9 Luar biasa bagus (excellent)
Sumber: Silalahi (2015)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Konsep dasar perhitungan yang penulis gunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2015) Populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek
itu.
Menurut Sugiyono (2015) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu.
13
Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan PT Bukopin Finance Depok
sebanyak 40 populasi. Teknik dalam pengambilan sampel ini menggunakan teknik
sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (sugiyono 2015).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, menggunakan bantuan aplikasi
SPSS versi 2.1. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner
pada 45 karyawan PT Bukopin Finance Depok. Kuesioner diberikan langsung
sehingga peneliti dapat memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian
dengan cara pengisian kuesioner kepada responden. Pertanyaan- pertanyaan
menggunakan Skala Likert.
Menurut Sugiyono (2015) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai dari
sangat positif sampai sangat negatif, yakni:
Tabel II.5
Skala Likert
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber: Sugiyono (2015)
2. Uji Korelasi
a. Uji Koefisien Korelasi
perhitungan sebagai dasar dalam analisa data meliputi Uji Koefisien Korelasi.
Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan memberi
14
KP = (r2) x 100%
interprestasi terhadap kuatnya dua variabel itu yaitu hubungan antara
kepemimpinan terhadap kinerja. Berikut ini adalah rumus yang dapat digunakan
untuk mencari koefisien korelasi (r):
r = n∑xy – (∑x)(∑y)
√{nx2 – (∑x)2 } {n∑y2 – (∑y)2}
Keterangan:
∑ = jumlah
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden
x = variabel bebas (kepemimpinan)
y = variabel tetap (kinerja)
Untuk memberikan interprestasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka
dapat digunakan pedoman seperti tertera pada tabel:
Tabel II.6
Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono 2016:184)
b. Uji Koefisien Determinasi
koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Koefisien determinasi dihitung
dengan mengjuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan dan
selanjutnya dikalikan 100% dengan demikian rumusnya:
15
Keterangan:
KP = Besarnya koefisien penentu (determinan)
r = Koefisien korelasi
c. Uji Koefisien Regresi
analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jumlah perubahan
variabel Y jika variabel X dimanipulasi. Perhitungan persamaan regresi linear
sederhana:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Subjek atau nilai variabel dependen yang diprediksi
a = Nilai konstanta jika X = 0
b = Koefisien regresi
X = Variabel bebas
Dimana untuk melihat hubungan antar variabel dengan menggunakan persamaan
regresi tersebut, maka nila a dan b harus dicari terlebih dahulu dengan rumusan
sebagai berikut:
b = n(∑XY) – (∑X)( ∑Y)
n (∑X2) – (∑X)2
a = (∑Y) – b(∑X)
n
1
6