STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN...

153
STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINAT MENGIKUTI TA’LIM MINGGUAN TERHADAP INTERNALISASI NILAI RELIGIUSITAS JAMAAH DI PONDOK PESANTREN AL-ISTIQLALIYAH KECAMATAN PASAR KEMIS KABUPATEN TANGERANG TESIS Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Oleh: SUDARTO NIM. 2115011000006 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Transcript of STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN...

Page 1: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINAT

MENGIKUTI TA’LIM MINGGUAN TERHADAP INTERNALISASI

NILAI RELIGIUSITAS JAMAAH DI PONDOK PESANTREN

AL-ISTIQLALIYAH KECAMATAN PASAR KEMIS

KABUPATEN TANGERANG

TESIS

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh:

SUDARTO

NIM. 2115011000006

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Nama : Sudarto

NIM : 21150110000006

Prodi : Magister Pendidikan Agama Islam

Judul Tesis : Studi Faktor Kharismatik Abah Uci dan Minat

Mengikuti Ta’lim Mingguan terhadap Internalisasi Nilai

Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

Menyatakan mahasiswa tersebut di atas sudah selesai penulisan bab I, II, III, IV, V

dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh

fakultas.

Jakarta, 13 Agustus 2019

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Romlah Askar, MA Dr. Lia Kurniawati, M.Pd

NIP : 19760521 200801 2 008

Page 3: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

LEMBAR PENGESAIIAN TESIS

Tesis dengan judul "Studi Faktor Kharismatik Abah Uci dan Minat MengikutiTa'lim Mingguan Terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas Jamah di Pondok

Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang"yang ditulis oleh Sudarto dengan NIM 2115011000006, telah diujikan pada Ujian

Promosi 'fesis oleh Program Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada: Senin,

19 Agustus 2019, dan telah diperbaiki sesuai saran dari penguji sebagai salah satu

syorai memperoleh gelar Nlagister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Magister

Pendidikan Agarna Islarn (MPAI).

」ak狙■ 20 Agustlls 2019

Ketua Prodi Magister MPI Tanggal

eo^B'%lgDr.H.Sapiudin Shidiq,1江 .Ag。

196703822000031001

Penguji

NamaNIP

NamaNIP

PenguJl

Nnfna l

NIP I

I

Dro H.Zaimmudin,M.Ag。

195907051991031002

Dr.Ho Sapiudin ShidЪ MAg。

196703822000031001

Tanggal

役lC.1タリ

Diketahui oleh,

Dekan Fakultas]blu Tarbiyah dan Kegunlan(FITK)UIN SyarlfHidり atullah

Jaka血

NIP.197103191998032001

Page 4: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

I'ernpat/Tgl. I-ahir

NIM

.lurusauProdi

Judul Tesis

Sudarto

Cirebon. l4 Januari I 985

2l 1501 10000006

Magister Pendrdikan Agarna Islam

Studi Faktor Kharisrnatik Atrah Uci dan Mrnat N'fensikuti Ta'lrrnMingguan terhadap Intetnalisasi Nilai Reli-uiusitas Jarnaah diPondok Pesantren A1-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar KernisKabupaten T'angerang.

Dosen Pembimbing : Dr. Rornlah Askar'. MA

r. Lia Kurniawati. M.Pd

l)engar ini men-vatakan bahwa Tesis yang saya buat benar-benal hasil kalya sendiri dan

sa-ria berlanggung jawab secara akadernis atas apa yang sarva tulis

Jatr<arra l3 Agustus 2019

Nlahasisrva Ybs.

卜fIN1 21150110000006

Page 5: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

i

ABSTRAK

Sudarto (21150110000006). Studi Faktor Kharismatik Abah Uci dan Minat

Mengikuti Ta’lim Mingguan Terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah

di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten

Tangerang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah

Uci dan minat mengikuti ta’lim mingguan terhadap internalisasi nilai religiusitas

jamaah. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan field research yang bersifat

kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Survey Explanatory. Variabel dalam penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu

kharisma Abah Uci sebagai variabel (X1), minat jamaah sebagai variabel (X2), dan

satu variabel terikat yaitu internalisasi nilai religiusitas jamaah sebagai variabel

(Y). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 300 jamaah ta’lim mingguan Abah Uci

di Pesantren Istiqlaliyah di Kampung Cilongok, Kecamatan Pasar Kemis

Kabupaten Tangerang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari Kharismatik Abah Uci terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas

jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten

Tangerang. Ini artinya makin berwibawa Kharismatik Abah Uci maka akan

berdampak pada baiknya Internalisasi nilai-nilai religiusitas, demikian juga

sebaliknya makin rendah Kharismatik Abah Uci maka akan berdampak pada

rendahnya Internalisasi nilai-nilai religiusitas. 2) Terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara Minat mengikuti ta’lim mingguan terhadap Internalisasi nilai-nilai

religiusitas di Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis

Kabupaten Tangerang. Ini artinya makin tinggi minat mengikuti ta’lim mingguan

maka akan berdampak pada baiknya internalisasi nilai-nilai religiusitas, demikian

juga sebaliknya makin rendah minat mengikuti ta’lim mingguan maka akan

berdampak pada rendahnya Internalisasi nilai-nilai religiusitas. 3) Terdapat

pengaruh Kharismatik Abah Uci dan Minat mengikuti ta’lim mingguan secara

bersama-sama terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas jamaah di Pondok

Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang. Ini

artinya makin berwibawa Kharismatik Abah Uci dan tinginya minat mengikuti

ta’lim mingguan maka akan berdampak pada baiknya Internalisasi nilai-nilai

religiusitas, demikian juga sebaliknya kurang wibawanya kharismatik Abah Uci

dan rendahnya minat mengikuti ta’lim mingguan maka akan berdampak pada

rendahnya Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

Kata Kunci: Kharismatik Kyai, Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan,

Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah

Page 6: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ii

ABSTRACT

Sudarto (21150110000006). Study of Charismatic Factors of Abah Uci and

Interest Following Weekly Study of the Internalization of the Religious Value of

Congregations in Al-Istiqlaliyah Islamic Boarding School, Pasar Kemis District,

Tangerang Regency.

The purpose of this study was to determine the charismatic factors of Abah

Uci and the interest in participating in the weekly study towards the internalization

of the religious value of worshipers. This type of research is a field research field

research that is quantitative. The method used in this research is Survey

Explanatory research method. The variables in this study consisted of two

independent variables, namely Abah Uci's charisma as a variable (X1), the interest

of pilgrims as a variable (X2), and one dependent variable, namely internalization

of the religiosity value of pilgrims as a variable (Y). The sample in this study

amounted to 300 Abah Uci weekly pilgrims at the Istiqlaliyah Islamic Boarding

School in Kampong Cilongok, Pasar Kemis District, Tangerang Regency.

The results showed that: 1) There was a positive and significant influence of

the Charismatic Abah Uci on the internalization of the religious values of

worshipers in Al-Istiqlaliyah Islamic Boarding School, Pasar Kemis Subdistrict,

Tangerang Regency. This means that the more charismatic Abah Uci will have an

impact on the good internalization of the values of religiosity, and vice versa the

lower the Charismatic Abah Uci will have an impact on the low internalization of

religious values. 2) There is a positive and significant influence between the

interest in attending the weekly study on the internalization of religious values in

the Jamaah at Al-Istiqlaliyah Islamic Boarding School, Pasar Kemis District,

Tangerang Regency. This means that the higher interest in participating in weekly

classes will have an impact on the good internalization of religious values, and vice

versa the lower the interest in participating in weekly classes will have an impact

on the low Internalization of religious values. 3) There is a Charismatic influence

of Abah Uci and Interest in joining the weekly group together to internalize the

religious values of pilgrims in Al-Istiqlaliyah Islamic Boarding School, Pasar

Kemis District, Tangerang Regency. This means that the more charismatic

authority of Abah Uci and the high interest in participating in weekly study groups

will have an impact on the internalization of religious values, and vice versa, the

less charismatic authority of Abah Uci and the lack of interest in participating in

weekly studies will have an impact on the low internalization of religious values.

The value of religiosity.

Keywords: Charismatic Kyai, Interest in Joining Weekly Ta'lim, Internalization

of the Religious Value of Jamaat

Page 7: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

iii

X

XY

Page 8: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. PADANAN AKSARA

B. VOKAL

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts Te dan es ث

J Je ج

H Ha dengan garis bawah ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Dz De dan Zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

S Es dengan garis bawah ص

D De dengan garis bawah ض

T Te dengan garis bawah ط

Z Zet dengan garis bawah ظ

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh Ge dan Ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

H Ha ه

W We و

A Apostrof ء

Y Ye ي

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Fathah أ

I Kasrah إ U Dammah أ

Ai A dan i أي Au A dan u أو

Page 9: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

v

C. VOKAL PANJANG

D. KATA SANDANG

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال,

dialihaksarakan menjadi huruf (al), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh: al-syamsu bukan asy-syamsu

dan al-zalzalah bukan az-zalzalah.

E. SYADDAH/ TASYDID

Syaddah/tasydîd dalam tulisan Arab dilambangkan dengan , dalam alih aksara

dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syiddah. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyyah yang didahului kata

sandang. Misalnya kata مونلا tidak ditulis an-naum melainkan al-naum

F. TA MARBÛTAH

Ta marbûtah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at)

dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata

benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (t). Contoh:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

 A dengan Topi di atas آ

Î I dengan Topi di atas إي

Û U dengan Topi di atas أو

No Kata Arab Alih Aksara

Madrasah مدرسة 1

Al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2

Wihdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Page 10: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir

dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam

semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad

SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang setia.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak

sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi

serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Sapiudin Shidiq, MA. Ketua Prodi Magister Pendidikan Agama Islam

FITK yang telah memicu dan memacu penulis, agar dapat menyelesaikan studi

dengan baik.

4. Dr. Hj. Romlah Askar, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing,

memberi arahan, dan kritik konstruktif kepada penulis dalam penyusunan tesis

ini.

5. Dr. Lia Kurniawati, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing, memberi saran dan kritik konstruktif kepada penulis dalam

penyusunan tesis ini.

Page 11: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

vii

6. Seluruh dosen Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Cilongok Pasar Kemis KH. Ahmad

Turtusi (Abah Uci), yang telah mengizinkan melakukan penelitian.

8. Orang tua tercinta ayahanda H. Muhammad Farhan dan ibunda Hj. Sutia Kaeti

yang telah memberikan motivasi, dukungan dan do’a yang tiada henti,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Magister (S2) ini.

9. Istri tercinta Masfuha Turizqillah, yang telah mendampingi penulis dan anak-

anakku Muhammad Syafiq Adha dan Muhammad Hasyim Sya’bani yang

senantiasa memberikan do’a, semangat dan motivasinya kepada penulis untuk

terus bersabar dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Para Narasumber yang memberikan informasi data dibutuhkan dalam

penyusunan tesis ini.

11. Bapak dan Ibu Pegawai Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Semua pihak dan rekan-rekan seperjuangan, yang telah membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

Hanya harapan dan do’a, semoga Allah SWT memberikan balasan yang

berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis

menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya dalam

mengharapkan keridhaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi masyarakat umumnya

dan bagi penulis khususnya, serta anak keturunan penulis kelak. Amien.

Jakarta, 13 Agustus 2019

S u d a r t o

Page 12: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kharismatik Kyai........................................................................... 7

1. Pengertian Kharismatik Kyai .................................................. 7

2. Peran Kyai ............................................................................... 13

3. Macam-macam Kyai ............................................................... 14

4. Kyai di Mata Masyarakat ........................................................ 16

Page 13: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ix

B. Minat Masyarakat .......................................................................... 17

1. Pengertian Minat ..................................................................... 17

2. Pengertian Masyarakat ............................................................ 18

3. Jenis-jenis Minat ...................................................................... 20

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ............................... 21

5. Indikator Minat ................................................................... 22

C. Internalisasi Nilai Religiusitas ....................................................... 23

1. Pengertian Internalisasi Nilai .................................................. 23

2. Dimensi Nilai-Nilai Religiusitas ............................................. 26

3. Faktor-Faktor yang Menghasilkan Sikap Religiusitas.............. 27

4. Karakteristik Kesadaran Beragama yang Matang ................... 31

D. Pengajian / Majlis Ta’lim .............................................................. 34

1. Pengertian Majlis Ta’lim ......................................................... 34

2. Tujuan Majelis Ta’lim ............................................................. 39

3. Peran Majelis Ta’lim ............................................................... 40

4. Keadaan Majelis Ta’lim (Jama’ah) ......................................... 41

5. Materi Majelis Ta’lim ............................................................. 41

6. Metode Pengajaran Majelis Ta’lim ......................................... 43

E. Penelitian yang Relevan ................................................................ 47

F. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 51

B. Variabel Penelitian ........................................................................ 52

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 53

D. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 53

E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 54

F. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 57

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 58

Page 14: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

x

H. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 63

B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 94

B. Saran .............................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 98

LAMPIRAN

Page 15: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Desain Penelitian ......................................................................... 52

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah ................ 66

Gambar 4.2 : Grafik Histogram Variabel X1 ..................................................... 75

Gambar 4.3 : Grafik Histogram Variabel X2 ..................................................... 77

Gambar 4.4 : Grafik Histogram Variabel Y ...................................................... 80

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Instrumen Variabel Y ................................................... 54

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Variabel X1 .................................................. 55

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Variabel X2 .................................................. 56

Tabel 4.1 : Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah .......... 68

Tabel 4.2 : Daftar Nama Pengajar Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah ........... 69

Tabel 4.3 : Kategori Deskriptif Persentase .................................................... 73

Tabel 4.4 : Deskripsi Data Variabel X1 ......................................................... 74

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Variabel X1 ................................................ 75

Tabel 4.6 : Deskripsi Data Variabel X2 ......................................................... 76

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Variabel X2 ................................................ 77

Tabel 4.8 : Deskripsi Data Variabel Y .......................................................... 79

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Variabel Y .................................................. 79

Tabel 4.10 : Hasil Uji Normalitas .................................................................... 81

Tabel 4.11 : Uji Linieritas X1 dengan Y .......................................................... 82

Tabel 4.12 : Uji Linieritas X2 dengan Y .......................................................... 83

Tabel 4.13 : Uji Multikoliniaritas Data ........................................................... 84

Tabel 4.14 : Coefficients Regresi Variabel X1 dengan Y ................................ 85

Tabel 4.15 : Coefficients Regresi Variabel X2 dengan Y ................................ 86

Tabel 4.16 : Coefficients Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y .................. 88

Tabel 4.17 : Uji F (Anova) .............................................................................. 89

Tabel 4.18 : Coefficients Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ......................... 89

Page 16: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Taksonomi Tingkah laku menurut Bloom ................................................. 8

Tabel 3.1: Desain Faktorial 2x2 ................................................................................. 50

Tabel 3.2: Desain Pembelajaran ................................................................................... 52

Tabel 3.3: Desain Faktorial 2x2 ................................................................................. 53

Tabel 3.4: Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar PAI ....................................................... 55

Tabel 3.5: Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Hasil Belajar PAI ......................... 57

Tabel 3.6: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Hasil Belajar PAI ..................... 58

Tabel 3.7: Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar ........................................................ 60

Tabel 3.8: Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi Belajar .......................... 62

Tabel 3.9: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Hasil Belajar PAI ..................... 63

Tabel 3.10: Uji Hipotesis Anava ................................................................................ 68

Tabel 4.1: Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia ...................................................... 70

Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia ..................... 71

Tabel 4.3: Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak ..................................................... 72

Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak .................... 72

Tabel 4.5: Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia

dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ........................................................ 74

Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia

dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ...................................................... 74

Tabel 4.7: Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia

dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah .................................................... 75

Tabel 4.8: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia

dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah .................................................... 76

Tabel 4.9: Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak

dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ...................................................... 77

Tabel 4.10: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak

dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ................................................... 77

Tabel 4.11: Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak

dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah .................................................. 78

Tabel 4.12: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak

dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah .................................................. 79

Tabel 4.13: Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 80

Tabel 4.14: Hasil Uji Homogenitas ............................................................................. 81

Tabel 4.15: Hasil Uji Linearitas .................................................................................. 81

Tabel 4.16: Hasil Rata-rata dan Standar Deviasi Pembelajaran

melalui Hypermedia dan Media Cetak .................................................... 82

Tabel 4.17: Hasil Uji Hipotesis Penggunaan Hypermedia dan Media Cetak ............... 82

Tabel 4.18: Hasil Rata-rata dan Standar Deviasi Motivasi Tinggi dan Rendah ........... 83

Tabel 4.19: Hasil Uji Hipotesis Siswa Motivasi Tinggi dan Rendah ........................... 83

Tabel 4.20: Hasil Rata-rata dan Standar Deviasi Motivasi Belajar Tinggi

Menggunakan Hypermedia dan Media Cetak ........................................ 84

Tabel 4.21: Hasil Uji Hipotesis Siswa Motivasi Belajar Tinggi

Menggunakan Hypermedia dan Media Cetak ........................................ 85

Page 17: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

xiii

Tabel 4.22: Hasil Rata-rata dan Standar Deviasi Motivasi Belajar Rendah

Menggunakan Hypermedia dan Media Cetak ........................................ 86

Tabel 4.23: Hasil Uji Hipotesis Siswa Motivasi Belajar Rendah

Menggunakan Hypermedia dan Media Cetak ........................................ 86

Tabel 4.24: Hasil Rata-rata dan Standar Deviasi Interaksi Hypermedia

dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar ..................................................... 87

Tabel 4.25: Hasil Uji Hipotesis Interaksi Hypermedia

dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar ..................................................... 87

Tabel 4.26: Uji Tukey ................................................................................................. 88

Page 18: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Bagan hubungan tujuan instruksional, pengalaman dan hasil belajar .... 10

Gambar 2.2: Alur komunikasi Metode Ceramah ......................................................... 26

Gambar 2.3: Interaksi antara Guru-Prosesor dan Siswa .............................................. 28

Gambar 2.4: Tampilan Indeks dalam Media Interaktif Hypermedia ............................ 31

Gambar 2.5: Struktur Navigasi Hypermedia Structured .............................................. 32

Gambar 2.6: Struktur Navigasi Hypermedia Unstructured .......................................... 32

Gambar 2.7: Tampilan Materi Hypermedia Structured ............................................... 32

Gambar 2.8: Tampilan Soal Evaluasi dalam Hypermedia .......................................... 34

Gambar 2.9: Konsep Kerangka Berpikir ..................................................................... 49

Gambar 4.1: Histogram Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia ................................ 71

Gambar 4.2: Histogram Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak ................................ 73

Gambar 4.3: Histogram Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia

dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ................................................. 75

Gambar 4.4: Histogram Hasil Belajar PAI dengan Hypermedia

dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah ............................................... 76

Gambar 4.5: Histogram Hasil Belajar dengan Media Cetak

dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi ................................................. 78

Gambar 4.6: Histogram Hasil Belajar PAI dengan Media Cetak

dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah ............................................... 79

Gambar 4.7: Suasana Pembelajaran dengan menggunakan Hypermedia .................... 90

Gambar 4.8: Suasana Pembelajaran dengan menggunakan Media Cetak ................... 91

Page 19: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren sejak awal tumbuh dan berkembang di berbagai daerah

Indonesia, telah dikenal sebagai lembaga keislaman yang memiliki nilai-nilai

strategis dalam pengembangan masyarakat Indonesia. Sejak kemunculannya

ratusan tahun yang lalu, telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat

khususnya masyarakat muslim. Kehadiran pesantren telah diakui pula sebagai

lembaga pendidikan yang turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam khas Indonesia

(Indigenous cultural). Lembaga pendidikan ini lahir dan berkembang semenjak

masamasa permulaan kedatangan Islam di negeri kita bahkan sampai sekarang

menjadi lembaga pendidikan dan kegamaan yang tertua di negeri ini, meskipun

kepastian kapan lahirnya tidak disebutkan. Fungsi lembaga ini dipandang

sebagai media transformasi kultural, bahkan pondok pesantren disikapi sebagai

wujud manivestasi spiritual bangsa Indonesia (Noor, 2006; 17). Oleh karena

itu, pesantren mempunyai peranan yang sangat penting bagi umat Islam

khususnya dijadikan sebagai tempat untuk memperdalam ilmu agama.

Pesantren tidak sebagaimana kehidupan bisnis, bahwa pelanggan adalah

raja, mereka harus dibikin puas agar menjadi pelanggan tetap. Pesantren tidak

memiliki pandangan seperti itu. Banyak hal penting dan menarik dari

pendidikan pesantren. Salah satu aspek yang dianggap sangat menarik dalam

pendidikan pesantren ialah bahwa peran kiai sebagai sosok yang karismatik

mampu memberikan andil yang sangat besar terhadap keberhasilan dan

keberlangsungan pendidikan di Indonesia.

Dhofier (2012; 44) menyebutkan bahwa elemen-elemen sebuah

pesantren terdiri dari lima elemen yaitu pondok, masjid santri pengajaran

kitab-kitab Islam klasik, dan kyai. Maka dari itu, potret pesantren pada

dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para

jamaahnya tinggal bersama dan mengikuti majlis ta’lim ilmu-ilmu Religiusitas

di bawah bimbingan kyai yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Asrama

untuk para jamaah tersebut berada dalam komplek pesantren dimana kyai

bertempat tinggal. Disamping itu juga ada fasilitas ibadah berupa masjid.

Biasanya komplek pesantren dikelilingi dengan tembok untuk dapat

mengawasi arus keluar masuknya santri.

Page 20: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

2

Peranan kyai sebagai sebagai salah satu dari elemen-elemen suatu

pesantren, mempunyai peranan yang sangat penting. Seorang kyai memiliki

kedudukan ganda di suatu pesantren yaitu selain sebagai pengasuh juga

sebagai pemilik pesantren (Wahid & Rahardjo, 2004: 46). Di kalangan umat

Islam sebutan bagi ahli-ahli yang mempunyai pengetahuan Islam disebut

ulama. Ulama adalah orang-orang yang berpengetahuan dalam soal agama,

yang antara lain ahli dalam hukum Syari’ah, paham fiqh dan tasawuf,

tergantung dari bidang spesialisasi yang dipilihnya. Istilah sebutan tersebut di

masing-masing daerah berbeda-beda. Di Jawa Barat mereka disebut dengan

istilah ajengan, sementara di Jawa Timur dikenal dengan isilah kyai.

Kharisma kyai sebagai figur sentral, dari masa penjajahan sampai

sekarang selalu diperhitungkan keberadaannya, terutama oleh pihak penguasa

dan para elit politik di negeri ini. Oleh karena itu, sekarang tidak sedikit

pesantren yang mendapat bantuan dana dari pihak-pihak tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa peran seorang kyai bukan hanya sebagai tokoh yang

dianggap penting di mata santrinya saja bahkan di mata para pihak penguasa

pun dianggap penting. Terbentuknya kharisma seorang kyai di pesantren

didukung oleh beberapa faktor yaitu pertama, kemampuan pengetahuan ilmu

agama yang luas dan memadai, sebagai tempat masyarakat bertanya tentang

pengetahuan agama. Kedua, memiliki integritas moral, penuh keikhlasan

dalam mengabdi dan membina umat yang bisa dijadikan sebagai tauladan oleh

masyarakatnya. Ketiga, memiliki kemampuan ekonomi yang mandiri, tidak

bergantung pada bantuan apapun (Wahid & Rahardjo, 2004: 47).

Salah seorang kiai fenomenal di wilayah Tangerang saat ini adalah KH.

Uci Turtusi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Uci, pimpinan

Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah. Tidak banyak pesantren yang mempunyai

pengaruh besar di hati masyarakat saat ini. Satu diantaranya Pesantren

Istiqlaliyah di Kampung Cilongok, Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten

Tangerang. Orang lebih mengenalnya Pesantren Cilongok saja.

Berada di tengah-tengah masyarakat modern dengan latar belakang kota

industri, Pesantren Al-Istiqlaliyah tidak kehilangan jati diri sebagai pondok

pesantren salafi yang konsisten dalam mengajarkan ilmu agama. Pesantren ini

menjadi wadah penyebaran ajaran Islam sekaligus panutan akan sikap

kereligiusitasn bagi masyarakat sekitar. Pesantren Al-Istiqlaliyah terletak di

Kampung Cilongok, Desa Sukamantri, Kecamatan Pasar Kemis. Pesantren ini

berdiri sejak tahun 1957 M. Didirikan oleh KH. Dimiyati (almarhum). Seorang

ulama yang digolongkan sebagai salah satu dari tiga ulama sufi berpengaruh di

Jawa. Beliau merupakan ayah dari KH. Uci Turtusi, pemimpin pondok

pesantren saat ini.

Page 21: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

3

Kesan tradisional pesantren ini terlihat pada sisitem pengelolaan

pesantren yang masih mempertahankan sistem kekeluargaan. Di mana antara

kyai dan santrinya terjalin ikatan yang dekat. Asrama dalam bentuk kobong-

kobong dikepalai oleh seorang lurah kobong atau penanggungjawab kobong.

Lurah kobong bertanggungjawab kepada pemimpin pondok. Pondok pesantren

ini tidak membebani biaya pendidikan para santrinya. Mereka hanya diminta

iuran listrik sebesar lima belas ribu per-bulan. Siapa saja boleh mengaji disini.

Tidak ada batasan usia. Sementara dalam pembalajarannya tidak ada

penjenjangan, para santri dibebaskan untuk mengikuti pengajian-pengajian

yang diajarkan di pesantren ini. Seperti pesantren salafiyah lainnya, kurikulum

pendidikan yang ada di pesantren ini tidak mengikat dan bukan dalam bentuk

materi kajian, melainkan didasarkan pada kajian kitab kuning serta dalam

berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu bahasa dan ilmu fiqih dalam kitab-kitab

tradisional. semuanya disampaikan dalam metode pengajaran sorogan dan

bandongan.

Setiap minggu pagi, pesantren ini selalu ramai santri dari berbagai

tempat untuk mendengarkan siraman rohani. Di sana ada pengajian rutin yang

langsung dipimpin oleh Abah Uci, panggilan akrab KH Uci Turtusi. Biasanya

pengajian ini dihadiri ribuan orang. Pengajian ini dirasa cukup efektif

mengingat sebagian besar warga sekitar adalah pekerja yang mungkin hanya

mempunyai waktu luang di hari minggu. Di saat ribuan orang sibuk dengan

aktifitas libur akhir pekan dengan mengunjungi berbagai tempat rekreasi,

ternyata masih ada (banyak) yang meluangkan waktu mengisi akhir pekan

dengan duduk khusu’ mengikuti pengajian yang memang rutin

diselenggarakan tiap Minggu ini. Kegiatan rutin pekanan ini menjadi semacam

oase spiritual bagi sebagian masyarakat Tangerang dan sekitarnya. Sulit

menemukan pengajian akbar yang digelar setiap minggu ini yang dihadiri oleh

ribuan jamaah setianya. Tanpa komando, tanpa publikasi canggih media, tanpa

organisasi majlis pengajian yang marak tahun-tahun belakangan ini.

Secara teoretik daya penerimaan (acceptability) seseorang dapat diakui

manakala ada kesaksian sekelompok manusia yang mencintai, mengagumi,

menghormati dan lebih jauhnya berkesiapan mematuhi dan mengikuti ajakan

tokoh tertentu. Kriteria tersebut tidak hanya diukur karena kelantangan

suaranya, tinggi atau besarnya tubuh seseorang, dan apalagi ketampanan atau

warna kulit, tetapi seberapa daya penerimaan masyarakat terhadap daya tarik

kualitas personal (personal quality), kemampuan komunikasi (competence)

dan konteks situasi (situation context). Daya tarik kualitas personal misalnya

ditunjukkan dengan integritas, konsistensi, kejujuran (akhlak dan/kepribadian).

Kemampuan komunikasi efektif ditunjukkan dengan artikulasi konsep dan

gagasan dalam sebuah cara yang memberikan insfirasi dan motivasi. Prestasi

Page 22: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

4

dalam situasi krisis (situation context) di tengah masyarakat ditunjukkan

dengan pemberian solusi atas masalah Religiusitas di tengah masyarakat.

Hal ini sebagaimana dijelaskan Robert House tentang teori karismatik

(Jennifer L. Efley, 2015), Keberadaan seorang pemimpin (Kyai) karismatik

memiliki pengaruh luar biasa terhadap pengikut, bukan karena tradisi atau

otoritas tapi karena persepsi pengikut; ia tampil sebagai model peran dan

panutan hidup; Ia memiliki percaya diri yang luar biasa, mempunyai visi, dan

mampu mengungkapkan visi secara gamblang, mempunyai keterampilan

komunikasi yang hebat, bersedia membuat pengorbanan diri, mengambil

resiko pribadi. Keberadaannya sangat dihormati, dihargai, dicintai, dipatuhi,

dan mereka sangat setia dan berpengharapan tinggi terhadap kehadirannya.

Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai-nilai

kharismatik yang dimiliki oleh seorang kyai akan menjadi magnet bagi

jamaahnya untuk mengikuti atau mengamini apa-apa yang disampaikan sang

kyai. Hal itu akan berdampak pada minat jamaah untuk mengikuti setiap ta’lim

atau kajian yang diisi oleh sang kyai, dan diharapkan kharismatik seorang kyai

dan minat jamaah dalam mengikuti ta’lim dapat berpengaruh terhadap proses

pendalaman nilai-nilai religiusitas jamaah yang mengikuti ta’lim tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

mengenai fenomena antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan

pengajian mingguan dalam sebuah penelitian yang penulis beri judul: “Studi

Faktor Kharismatik Abah Uci dan Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan

terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-

Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Peranan kyai sebagai sebagai salah satu dari elemen-elemen suatu

pesantren, mempunyai peranan yang sangat penting

2. Kharisma kyai sebagai figur sentral, dari masa penjajahan sampai sekarang

selalu diperhitungkan keberadaannya.

3. Tidak banyak pesantren yang mempunyai pengaruh besar di hati

masyarakat.

4. Berada di tengah-tengah masyarakat modern dengan latar belakang kota

industri, Pesantren Al-Istiqlaliyah tidak kehilangan jati diri sebagai pondok

pesantren salafi yang konsisten dalam mengajarkan ilmu agama.

5. Kesan tradisional pesantren Al-Istiqlaliyah terlihat pada sisitem

pengelolaan pesantren yang masih mempertahankan sistem kekeluargaan

Page 23: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

5

6. Kurikulum pendidikan yang ada di pesantren ini tidak mengikat dan bukan

dalam bentuk materi kajian, melainkan didasarkan pada kajian kitab kuning

serta dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu bahasa dan ilmu fiqih

dalam kitab-kitab tradisional. semuanya disampaikan dalam metode

pengajaran sorogan dan bandongan

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini dapat

fokus dan tidak meluas, peneliti hanya akan membatasinya pada:

1. Kharisma Abah Uci di mata jamaah pengajian

2. Minat jamaah antusias mengikuti pengajian Ahad pagi di Majelis

Ta’lim Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis

Kabupaten Tangerang.

3. Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah yang terdiri dari tiga unsur pokok

yaitu aqidah, ibadah dan akhlak

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kharisma abah Uci dimata jama’ahnya?

2. Apakah terdapat pengaruh kharismatik abah Uci terhadap Internalisasi

Nilai Religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan

Pasar Kemis Kabupaten Tangerang?

3. Apakah terdapat pengaruh minat mengikuti pengajian mingguan terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-

Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang?

4. Apakah terdapat pengaruh kharismatik abah Uci dan minat mengikuti

pengajian mingguan terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah di

Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten

Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kharisma abah Uci dimata jama’ahnya

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kharismatik abah Uci terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-

Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh minat mengikuti pengajian

mingguan terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah di Pondok

Page 24: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

6

Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang

4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kharismatik abah Uci dan minat

mengikuti pengajian mingguan terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas

jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis

Kabupaten Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan

dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu

pengetahuan agama.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan

pustaka oleh mahasiswa pascasarjana yang sedang menyusun tesis.

2. Secara Praktis

a. Bagi Pendidik (Praktisi Dakwah). Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai umpan balik (feed back), sehingga dapat memberikan masukan

kepada pendidik dalam menciptakan dan mengamalkan strategi dakwah

dan syiar Islam dengan menggunakan teknik, strategi dan metode yang

sesuai dengan masyarakat.

b. Bagi Masyarakat (Jama’ah). Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan jama’ah agar senantiasa istiqomah

mengikuti kegiatan pengajian.

Page 25: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kharismatik Kyai

1. Pengertian Kharismatik Kyai

Secara etimologi, kharisma berasal dari kata Yunani yang artinya

divinely inspired gift (karunia yang diinspirasi ilahi), seperti kemampuan

untuk melakukan mukjizat atau memprediksi peristiwa-peristiwa di masa

mendatang (Yuki, 2008: 268). Pengertian kharisma dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan

kepemimpinan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk

membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap

dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas

kepribadian individu. Dengan demikian, kharisma merupakan atribut yang

melekat pada diri seseorang. Kharisma dapat bersumber dari keturunan

atau ciri fisik, kepribadian mulia, serta kelebihan khusus dalam

pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan umum yang dimiliki

seseorang (Thomas, 2007: 43). Horikhosi (2012:212), berpendapat bahwa kharisma merupakan

wujud dari kualitas seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain.

Seseorang dianggap kharismatik jika dia bisa melakukan sesuatu yang

orang lain tidak bisa melakukannya. Kualitas kepribadian,

kemampuan intelektual, dan kemampuan supranatural bisa menjadi

faktor-faktor seseorang mendapatkan karisma. Kekuatan mistik atau

supranatural banyak dimiliki oleh kyai sehingga mereka dianggap

sebagai wali. Menurut ahli ilmu-ilmu sosial, kharisma tidak bisa

terjemahkan secara definitif. Horikhosi (2012: 213) berpendapat bahwa

kharisma hanya bisa diamati dari sederetan kepribadian yang kuat,

berpengaruh besar, tekun, sangat ekspresif, pemberani, tegas, penuh

percaya diri, supel, berpandangan luas, dan tajam dalam pemikiran.

Kyai adalah seseorang yang mengajarkan pengetahuan agama

dengan cara berceramah, menyampaikan fatwa agama kepada masyarakat

luas (Sukamto, 2009: 85). Kyai secara etimologis (lughotan) menurut

Adaby darban kata kiyai berasal dari bahasa jawa kuno “kiya-kiya” yang

artinya orang yang dihormati (Raharjo, 2008, 32). Sedangkan secara

terminologi kyai menurut Ziemek (2006: 131) adalah pendiri dan

Page 26: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

8

pemimpin sebuah pesantren yang sebagai muslim “terpelajar” telah

membaktikan hidupnya “demi Allah” serta menyebarluaskan dan

mendalami ajaran-ajaran, pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan

Islam.

Secara umum Kyai mempunyai beberapa pengertian yaitu:

a. Kyai adalah orang yang memiliki lembaga pondok pesantren, dan

menguasai pengetahuan agama serta konsisten dalam menjalankan

ajaran-ajaran agama

b. Kyai yang ditujukan kepada mereka yang mengerti ilmu agama, tanpa

memiliki lembaga pondok pesantren atau tidak menetap dan mengajar

di Pondok pesantren.

c. Kyai adalah orang yang mengajarkan pengetahuan agama dengan cara

berceramah, menyampaikan fatwa agama kepada masyarakat luas

(Sukamto, 2009: 85).

Di Indonesia, istilah kyai ada yang membedakan dengan istilah

ulama. Horikoshi membedakan kyai dan ulama terutama dalam

perilaku dan pengaruh keduanya di masyarakat. Secara umum ulama lebih

merujuk kepada seorang muslim yang berpengetahuan,sedangkan istilah

yang paling umum sering digunakan untuk merujuk tingkat keulamaan

yang lebih tinggi adalah kyai (Turmudi, 2003: 29).

Kyai menjadi tokoh yang kharismatik berdasarkan beberapa

kriteria yang berlaku di masyarakatnya. Meskipun di berbagai daerah

di Indonesia mempunyai standar yang berbeda-beda, namun secara

umum seorang kyai dianggap kharismatik jika mempunyai extra

ordinary knowledge atau perilaku yang dianggap diluar kebiasaan

manusia pada umumnya. Oleh karena itu seorang kyai sebenarnya

adalah seorang ilmuwan yang menguasai sesuatu bidang agama atau

beberapa bidang sekaligus. Lebih jauh, kyai lebih dekat sebagai pemikir

dan sekaligus sebagai panutan umat atau kelompok pengikutnya karena

mereka tidak hanya dianggap mumpuni dalam ilmu agama melainkan

juga dianggap pandai dalam ilmu-ilmu lainnya.

Di Jawa Barat (sunda) orang memanggil ulama dengan ajengan, di

wilayah Sumatera Barat di sebut buya, di Aceh dikenal dengan

teungku, di Sulawesi Selatan dipanggil dengan nama tofanrita, di Jawa

disebut dengan kyai dan di Lombok dikenal tuan kyai (Jaiz & Akaha,

2005: 30). Seorang kyai mempunyai pengaruh kharismatik yang luar biasa,

sehingga kyai tidak disamakan dengan ulama. Kyai memiliki keunggulan

baik secara formal maupun sebagai seorang alim, karena pengaruhnya yang

Page 27: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

9

dipercaya oleh sebagian publik. Pengaruh kyai tergantung pada loyalitas

komunitas terbatas yang didorong oleh perasaan hutang budi, namun

sepenuhnya ditentukan oleh kualitas kekharismaan mereka (Koshi, 2007:

212).

Kedudukan kyai tidak bisa diwarisi begitu saja oleh generasi

keturunannya, karena pribadi yang dinamis atau kharisma yang dimiliki

merupakan manifestasi dari kemampuan-kemampuan secara individual.

Secara esensial kata kyai dan alim memiliki makna yang sama,

yakni mereka yang menguasai ilmu agama dan sangat dihormati oleh para

santri. Dalam bahasa jawa, kyai biasa digunakan dalam gelar-gelar yang

berbeda yaitu; pertama, gelar kehormatan yang biasanya digunakan pada

benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan lain atau biasa disebut

benda keramat. Kedua, adalah gelar kehormatan bagi orang-orang yang

sudah tua, ketiga gelar kyai diberikan pada seorang yang alim (ahli

pengetahuan Islam) atau pemimpin pondok pesantren (Dhofier, 2012: 55).

Dalam beberapa hal kyai terkesan menunjukkan kekhasan dalam

bentuk bentuk pakaian yang digunakan seperti kopyah, surban, sarung,

jubah yang menjadi simbol kealiman. Fenomena kharismatik menjadi

pengaruh di mana posisi kyai berada. Kyai kharismatik bukanlah

kenyataan metafisik tetapi sebuah kualitas manusia yang sepenuhnya bisa

diamati secara empirik, karena merupakan hal-hal yang berkaitan dengan

perbuatan dan sikap manusia (Dhofier, 2012: 213).

Beberapa kepribadian yang mungkin bisa untuk mengenali

kharismatik kyai misalnya pengaruh besar, ekspresif, tegas, tekun,

pemberani, percaya diri, supel, energik, dan berpandangan tajam dalam ide,

sikap dan tindakan. Karismatik tidak bisa diterjemahkan secara definitif.

Dalam tradisi dunia pesantren, ada juga orang yang menjadi kyai karena “

ascribed status” seorang dapat menjadi kyai dikarenakan ayahnya,

kakeknya, dari pihak ayah atau ibu semua menjadi kyai, walau hal ini

merupakan penilaian parsial (Sobari, 2007).

Pengertian kyai yang paling luas adalah “pendiri dan pemimpin

sebuah pesantren yang sebagian muslim “terpelajar” telah membaktikan

hidupnya“ demi Allah” serta menyebarluaskan dan memahami ajaran

ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam (Ziemek,

2006: 131). Dalam perspektif Al-quran, kyai adalah sebutan bagi orang

yang berpengetahuan beranekaragam yaitu ulama; ulil ilm; arraasikhun fil

ilm, ahludzkr dan ulul albab (Eksan, 2000: 2). Karena banyaknya definisi

tentang kyai maka kajian Bahrudin Asubki, membatasi kriteria kyai

sekurang-kurangnya meliputi:

Page 28: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

10

a. Menguasai ilmu agama (taffaqquh fi al din) dan sanggup membimbing

umat dengan memberikan ilmu keIslaman yang bersumber dari al-

quran, hadis, ijma dan Qiyas.

b. Ikhlas melaksanakan ajaran Islam

c. Mampu menghidupkan sunnah rosul dengan mengembangkan Islam

secara kaffah

d. Berakhlak luhur, berpikir kritis, aktif mendorong masyarakat melakukan

perbuatan positif, bertanggungjawab dan istiqomah

e. Berjiwa besar, kuat mental dan fisik, tahan uji, hidup sederhana,

amanah, beribadah berjamaah, tawadhu‟ kasih sayang terhadap sesama,

mahabah, dan tawakkal pada Allah SWT.

f. Mengetahui dan peka terhadap situasi zaman serta mampu menjawab

setiap persoalan untuk kepentingan Islam dan umatnya.

g. Berwawasan luas dan menguasai beberapa cabang ilmu demi

pengembangannya dengan Islam dan bersikap tawadhu‟ (Arifin, 2003:

307).

Secara sederhana Kyai menjadi dua tipologi yaitu; pertama ulama

akhirat atau ulama yang berorientasi pada kehidupan akhirat. Ulama akhirat

senantiasa konsisten antara ucapan dan perbuatan, menghindari bergaul

dengan penguasa, menghindari hal-hal yang dapat mengacaukan iman dan

wajahnya senantiasa memancarkan sinar yang membuat orang ingat kepada

Allah SWT. Kedua ulama su„ yang berorientasi keduniawiaan. (Arifin, 2003:

307).

Dalam khazanah Islam kyai yang dikenal dengan kyai su‟ adalah kyai

yang hanya dipermainkan oleh beberapa penguasa untuk kepentingan dunia

semata.

Sementara dalam kehidupan politik, menurut Amin Rais, Haedar nasir

pernah menyitir tipologi kyai yang membagi menjadi tiga yaitu: pertama kyai

yang menguasai kitab kuning tetapi berwawasan dan berilmu terbatas. Pada

tipe ini menurutnya keberadaan kyai tidak memberi kontribusi yang berarti

dalam kehidupan demokrasi. Kedua kyai yang memiliki kemampuan handal

dalam penguasaan ilmu agama, selain itu juga memiliki penguasaan

cakrawala yang tidak sempit dalam perubahan dan perkembangan zaman.

Tipe kedua ini memiliki sikap modernis dan mempunyai kontribusi positif

terhadap kehidupan demokrasi. Ketiga kyai yang masuk serta terjun langsung

dalam dunia politik praktis yang sebenarnya terkadang hal ini menjadi

penghambat perkembangan dunia demokrasi (Kuntowijoyo, 2005, 56).

Page 29: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

11

Menurut Turmudi (2003:32) kyai dibedakan menjadi empat kategori

yaitu:

a. Kyai Pesantren, adalah kyai yang memusatkan perhatian pada mengajar di

pesantren untuk meningkatkan sumberdaya masyarakat melalui

peningkatan pendidikan.

b. Kyai tarekat, memusatkan kegiatan mereka dalam membangun batin

(dunia hati) umat Islam. Karena tarekat adalah sebuah lembaga informal.

Para pengikut kyai tarekat adalah anggota formal gerakan tarekat.

c. Kyai panggung, adalah para dai. Melalui kegiatan dakwah mereka

menyebarkan dan mengembangkan Islam

d. Kyai politik, merupakan tipologi kyai yang mempunyai concern

(perhatian) dalam dunia perpolitikan.

Keempat tipologi ini karena disesuiakan dengan kegiatan-kegiatan

mereka dalam dakwah Islam atau mengembangkan ajaran Islam. Sementara

kaitannya dengan para pengikut, Turmudi juga membagi tipologi kyai. Kyai

yang banyak pengikutnya dan berpengaruh kuat. Kategori selanjutnya

adalah kebalikan dari kategori yang pertama, yaitu mempunyai sedikit

pengaruh dan sedikit pengikutnya dibanding kyai yang masuk kategori

pertama (Turmudi, 2003:32).

Selain yang disebut di atas, Abdurrahman Masud menyimpulkan pula

karakteristik dan tipologi dari beberapa figur kyai yaitu:

a. Kyai atau ulama encyclopedic dan multidisipliner, kyai ini

mengkonsentrasikan diri dalam dunia ilmu, mengikuti majelis ta‟lim

mengajar dan menulis, menghasilkan banyak kitab seperti Nawawi al-

Bantani

b. Kyai yang ahli dengan satu spesialisasi bidang ilmu pengetahuan Islam

c. Kyai kharismatik yang memperoleh kharismanya dari ilmu pengetahuan

religiusitas, khususnya dari sufismenya. Kyai yang memiliki derajat

spiritualitas yang tertinggi dan paling dihormati dalam tradisi pondok

pesantren.

d. Kyai da‟i keliling, kyai ini perhatian dan keterlibatan terbesar mereka

pada interaksi dengan publik dan menyampaikan ilmunya bersamaan

dengan misi melalui bahasa retorikal yang efektif.

Page 30: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

12

Kyai pergerakan, kyai ini pemimpin yang paling menonjol karena

keunikan posisinya kaena memiliki peran dan skill kepemimpinan yang luar

biasa, baik dalam masyarakat maupun organisasi yang didirikannya. Selain itu

kyai ini memiliki kedalaman ilmu pengetahuan religiusitas yang dia peroleh

dari para kyai paling disegani dalam komunitas pondok pesantren (Mas‟ud,

2004: 236).

Kerangka dalam konsep Weber tentang “kharisma” (kharisma), dan

meski terminologi ini bukan berasal darinya, namun telah menjadi bagian dari

bahasa umum di diskusi-diskusi sosial dan budaya yang dipengaruhi Weber.

Meski bagi Weber sendiri, peran nabi keagamaan seperti ini hanyalah

prototipe bagi “kepemimpinan kharismatik” (Ritzer, 2012: 38). Akan tetapi,

ada dua hal yang sangat menonjol terkait konsep kharisma ini, yang

signifikansinya hanya bisa dinilai berdasarkan hubungan konsep ini dengan

perkembanagan “konsep-konsep” order (tatanan, aturan, ketertiban), aspek

kognitif dari proses rasionalisasi. Pertama adalah fokus ke pribadi individu

yang mengambil tanggung jawab mengumandangkan “patahan” (break) di

tatanan normatif yang sudah ada, untuk kemudian mendeklarisasikan patahan

ini sah (legitimate) secara moral sehingga karenanya, nabi meletakkan dirinya

sendiri di hal-hal yang jelas-jelas bertententangan dengan tatanan yang sudah

ada. Dalam rangka melegitimasi upaya membuat patahan inilah nabi harus

mengubah dirinya menjadi sumber otoritas moral, sebuah imperatif yang

mengarah langsung pada problem-problem di konsep pemaknaan dan tatanan.

Harus ditegaskan juga bahwa penitik beratan individualitas di

penggunaan konsep kharisma oleh Weber cenderung memburamkan fakta

bahwa sebenarnya dia memaksudkannya bukan hanya kualitas yang dimiliki

“seorang” individu, tapi juga berbicara tentang sebuah tatanan normatif.

Pemaknaan kedua ini menjadi basis yang dibutuhkan untuk membedakan

konsep-konsepnya yang lain, seperti kharisma turunan atau bawaan

(Gentilkharisma, lineage-kharisma) dan kharisma jabatan (Amtkharisma,

kharisma of office). Hal kedua yang perlu diperhatikan dan berkaitan erat

dengan konsep nubuat adalah penitik-beratan Weber bahwa tak peduli

seberapa dekat hubungan dan konsep kognitif suatu tatanan yang

diperjuangkan nabi. Namun kriteria esensial nubuat bukan terletak pada gelar

yang diberikan, melainkan pesan yang disampaikan, yang sifatnya

mematahkan tatanan yang sudah ada (Weber, 2012: 40). Maka, konsep dari

kharisma di sini tidak lain hanyalah untuk mengajarkan syari‟at Islam kepada

masyarakat, dengan demikian kyai menunjukkan sifat keteladannya terhadap

masyarakat serta bisa membimbing dalam kehidupan yang lebih baik dalam

Page 31: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

13

segi keagamaan. Sedangkan kharisma di sini, sebagaimana menurut Weber

yang mengartikan sebagai nabi, akan tetapi pengungkapan tersebut bisa

ditelaah lagi bahwa yang disebut nabi adalah untuk meneruskan ajaran-ajaran

agama Islam sebagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umat

muslim. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kharismatik Kyai yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah wujud dari kualitas seorang kyai dari kepribadian, kemampuan

intelektual, dan pengetahuan religiusitas khususnya nilai sufisme yang dapat

mempengaruhi orang lain (jamaah).

2. Peran Kyai

Menurut Suhardono (Patoni, 2012: 41) konsep peran dapat dijelaskan

melalui beberapa cara, yaitu, pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan

historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan

erat dengan drama. Atau bisa disebut teater yang hidup subur pada zaman

Yunani Kuno atau Romawi. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial.

Berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi

dalam struktur sosial tertentu. Sedangkan peran dalam sosiologi dikenal dua

konsep penting yaitu status (status) dan peran (role). Adapun definisi yang

dibuat oleh sosiolog Ralp Linton mengenai kedua konsep-konsep tersebut ialah

sebagai berikut. Status ialah “a collection of righ and dutties” (suatu kumpulan

hak dan kewajiban), sedangkan peran ialah “the dynamic aspect of status”

(aspek dinamis dari suatu status). Menurut Linton, seseorang dikatakan

menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang

merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. Kalau

memakai kerangka Linton ini untuk membedakan antara status kyai dengan

peran ke-kyaiannya misalnya, kita dapat mengatakan bahwa status kyai terdiri

atas sekumpulan kewajiban tertentu; seperti kewajiban mendidik santri,

melayani umat, mengabdikan hidupnya untuk agama dan mengajarkan ilmu

yang dimilikinya. Selain sekumpulan kewajiban, dalam status kyai juga ada

sekumpulan hak, seperti; mendapat penghormatan dari santri dan umat,

memperoleh legitimasi sosial, memiliki pengikut, dan menerima imbalan atas

jasanya.

Adapun terkait dengan perannya, maka peran seorang kyai mengacu

kepada bagaimana seseorang yang berstatus sebagai kyai menjalankan hak dan

kewajibannya itu; antara lain bagaimana ia mengajar kepada santrinya,

bagaimana ia memberikan pencerahan tauladan dan melakukan bimbingan

Page 32: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

14

kepada umatnya. Dengan demikian, peran merupakan implementasi dari

kerangka yang melekat dari hak-haknya tersebut (Patoni, 2012: 41).

Sebelum menggambarkan sebuah kerangka untuk membantu

memahami hubungan sosial antara kyai dengan komunitasnya, atau antara

kyai dengan masyarakat secara luas, pertama, di sini akan membahas

gambaran umum tentang hubungan sosial dan hubungan antar pribadi sebagai

contoh dikalangan orang Jawa. Masyarakat Jawa dikenal secara luas mengakui

perbedaan-perbedaan antara pribadi-pribadi dalam status sosial mereka, dan ini

telah menjadi norma yang mengatur hubungan-hubungan sosial dikalangan

orang Jawa. Status sosial secara luas dapat ditentukan oleh usia, kekayaan, dan

pekerjaan, dan karena itu, orang yang lebih tua di sebuah desa, misalnya, akan

mendapatkan penghormatan dari orang yang lebih muda, dan lain sebagainya.

Meskipun perbedaanperbedaan dalam status sosial sebenarnya lebih rumit dan

tumpang tindih, namun kehidupan sosial orang Jawa ditandai oleh berjalannya

norma-norma yang membedakan antara yang tua dan yang muda.

Menurut Turmudi (2003: 94) sesuai dengan konsep-konsep perbedaan

dalam status sosial maka para ulama, khususnya para kyai, di desa-desa Jawa

menerima penghormatan yang tinggi dari masyarakat. Dibandingkan dengan

elit lokal yang lain, seperti para petani kaya, kyai, khususnya yang memimpin

pesantren, mempunyai posisi yang lebih terhormat. Hal ini telah

menjadikannya sebagai pemimpin dalam masyarakat. Keberhasilannya dalam

peran-peran kepemimpinan ini menjadikannya semakin kelihatan orang yang

berpengaruh mudah dapat menggerakkan aksi sosial.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa peran Kyai adalah memberikan pencerahan tauladan dan

melakukan bimbingan kepada umatnya serta menjadi pemimpin dalam

masyarakat.

3. Macam-macam Kyai

Secara mendasarnya bahwa konteks untuk memehami figur seorang

kyai, tentunya ada faktor-faktor tersendiri yang mendorong dalam sebuah

pemimpin atau tokoh agama dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana

menurut Usman dalam Muthmainnah (2013: 43) dalam penelitianya di

kabupaten Pamekasan menemukan adanya 3 istilah kyai dalam masyarakat

Madura yaitu sebagai berikut:

a. Kyai diartikan sebagai figur pemimpin pondok pesantren. Status ini didapat

karena keturunan (ascribed status). Penyandangnya adalah seorang

keturunan kyai (anak, saudara kandung, ipar, menantu) yang mempunyai

Page 33: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

15

keahlian dalam ilmu agama dan menjadi tokoh masyarakat serta fatwa-

fatwanya selalu diperhatikan.

b. Kyai diartikan sebagai tokoh masyarakat berpengetahuan religiusitas. Kyai

tipe ini tidak menjadi pemimpin namun seringkali mengadakan pertemuan

dengan kyai pemimpin pondok pesantren. Kebanyakan dari mereka adalah

alumni pondok pesantren itu atau ada beberapa diantaranya yang

merupakan keturunan kyai.

c. Kyai diartikan sebagai kyai mengaji di surau (musholla). Sebetulnya,

mereka bukan selalu tokoh masyarakat yang dimintai pendapat, tetapi

hanyalah orang yang mempunyai beberapa santri untuk mengikuti majelis

ta‟lim mengaji al-Qur‟an. Di samping itu, mereka juga berfungsi sebagai

imam di surau (masjid) setempat.

Dari kategori ini, tergambar bahwa peran kyai di Madura tidak hanya

dalam masalah religiusitas. Dalam bidang sosial dan politik fatwa mereka

selalu dikedepankan. Banyak di antara mereka melakukan pengobatan

beberapa penyakit dengan pertolongan doa-doa dan obat-obatan tertentu. Kyai

juga memberi nasihat dan bimbingan kepada warga desa dalam urusan

ekonomi dan kepentingan bisnis. Bahkan, ketika individu merasa tidak aman

karena suatu ancaman mereka akan mengadu dan minta nasihat pada kyai.

Predikat ini diberikan pada suatu tipe kepemimpinan ketika seseorang dengan

status tertentu melakukan beberapa peran sekaligus (Muthmainnah, 2013: 43).

Namun, di desa-desa, peranan kyai-kyai gaji atau kyai tampak pada tradisi

religiusitas yang dilaksanakan berdasarkan penanggalan. Kehadiran kyai amat

diperlukan dalam kenduri (pesta makan-makan) malam Jum‟at untuk

memperingati seseorang yang sudah meninggal dunia. Lebih dari itu, kyai juga

memimpin pesta ritual religiusitas yang lebih menduniawi, seperti rokat desa,

yakni pesta tahunan desa, dan rokat bandaran atau rokat tasik, yakni pesta

para nelayan, serta slametan pada waktu pembuatan dan peluncuran prau-prau

(Kuntowijoyo, 2012: 332).

Bersandar pada penjelasan di atas, tentunya tidak jauh berbeda hanya

saja dalam pemikiran-pemikiran masyarakat yang membedakan kata kyai

tersebut. Akan tetapi, jika ditelaah lagi mengenai konsep kyai diberbagai desa

pasti terdapat seorang kyai, akan tetapi fokus kyai yang berada di desa-desa

yaitu untuk mengajarkan ngaji pada anak-anak di musholla. Lain halnya

dengan kyai yang berada di pondok pesantren, jadi, kyai di sini baik dari desa-

desa maupun yang berada di pondok pesantren dijadikan sebagai tokoh

Page 34: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

16

masyarakat. Oleh karena itu, dalam kehidupan sosial masyarakat sangat

membutuhkan seorang figur.

4. Kyai di Mata Masyarakat

Menurut Harun (2013: 310) karena kedalaman ilmu pengetahuannya di

bidang agama, kyai menempati posisi yang terhormat di mata masyarakat. Hal

ini juga berkaitan dengan watak masyarakat yang religius, sangat menghormati

para ulama, sehingga ulama (kyai) menjadi tempat bertanya dalam segala

urusan agama. Bahkan kyai juga menjadi tempat masyarakat di sekitarnya

mengadu untuk mencarikan jalan keluar bagi problematika yang dihadapinya,

yang tidak hanya terbatas pada masalah agama, tetapi juga persoalan hidup

yang lain. Di sinilah letak kekuatan kyai yang membedakannya dengan

pemimpin lainnya. Kyai mendudukkan dirinya sebagai bapak (orang tua) dari

semua orang. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, kyai melayani

kebutuhan masyarakat. Maka masyarakatpun merasa puas. Sebagai timbal-

baliknya atau balasannya, umat akan patuh, tunduk, dan siap mengabdi kepada

kyai. Menurut Ma‟arif (2015: 128) ketundukan masyarakat kepada kyai

kadangkala melampaui batas kewajaran. Sehingga bukan hanya tidak berani

“melawan” dan mengoreksi kyai, masyarakat acapkali menganggap setiap

ucapan dan perbuatan kyai sebagai cerminan kebenaran. Melawan kyai adalah

tindakan yang biadab (kurang ajar). Meskipun kebanyakan kyai tinggal di

daerah perdesaan, mereka merupakan bagian dari kelompok elit dalam

struktur sosial, politik dan ekonomi masyarakat Indonesia. Kebanyakan

mereka memiliki sawah yang cukup, namun tidak perlu tenggelam dalam

pekerjaan sawah. Mereka bukan petani, tetapi pemimpin dan pengajar, yang

memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, para kyai dengan

kelebihannya dalam penguasaan pengetahuan Islam, seringkali dilihat sebagai

orang yang senantiasa dapat memahami Religiusitas Tuhan dan rahasia alam,

hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak

terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam (Dhofier, 2012: 94).

Namun, kebanyakan masyarakat memandang seorang kyai tidak hanya

melihat dalam bentuk pakaian dan kopiah saja. Akan tetapi, masyarakat hanya

memandang dari nama atau sebutan “kyai” itu sudah menunjukkan bahwa

seorang kyai tersebut merupakan orang yang alim, dan mempunyai ilmu

pengetahuan khususnya agama yang cukup baik. Oleh karena itu, sekali lagi di

sini kehadiran kyai sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

Page 35: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

17

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan

kharismatik kyai dalam penelitian ini adalah wujud dari kualitas seorang kyai

dari kepribadian, kemampuan intelektual, dan pengetahuan religiusitas

khususnya nilai sufisme yang dapat mempengaruhi orang lain (jamaah).

B. Minat Masyarakat

1. Pengertian Minat

Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah atau keinginan

(Moeliono, 2009: 225). Menurut pendapat lain minat adalah kesukaan

(kecenderungan hati) kepada sesuatu. Secara sederhana minat itu dapat

diartikan suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian kepada orang

dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari

minat itu tersebut dengan disertai dengan perasaan senang (Shaleh dan

Wahab, 2014: 263). Minat merupakan motivasi yang mendorong orang

untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

Setiap minat akan memuaskan suatu kebutuhan. Dalam melakukan

fungsinya kehendak itu berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan.

Pikiran mempunyai kecenderungan bergerak dalam sektor rasional analisis,

sedang perasaan yang bersifat halus atau tajam lebih mendambakan

kebutuhan. Sedangkan akal berfungsi sebagai pengingat fikiran dan

perasaan itu dalam koordinasi yang harmonis, agar kehendak bisa diatur

dengan sebaik-baiknya (Sukanto, 2005,120). Minat (interest) merupakan

situasi seseorang sebelum melakukan tindakan yang dapat dijadikan sebagai

dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut (Kotler, 2002:

407).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar.

Kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap

dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya.

Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang

menarik.

Masyarakat, dalam bahasa Inggris adalah “society” yang berasal dari

kata “socius” artinya kawan, sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa

Arab yaitu “syirk” artinya bergaul. Adapun pengertian masyarakat menurut

beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Page 36: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

18

a. Menurut Koentjaraningrat mengatakan bahwa: Masyarakat adalah

kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terkait oleh suatu

sistim adat istiadat yang tertentu (Wahyu, 2010: 60).

b. Menurut Ralph Linton menyatakan bahwa: Masyarakat adalah setiap

kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama

sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri

mereka sebagai suatu social dengan batas yang dirumuskan dengan

jelas (Wahyu, 2010: 61).

c. Menurut Selo Soemarjan menyatakan bahwa: Masyarakat adalah orang-

orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Soekarno,

2009:26).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat di tarik kesimpulan

bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan

bekerja sama cukup lama dan terikat oleh suatu adat istiadat serta

menghasilkan suatu kebudayaan.

Berdasarkan pengertian minat dan masyarakat maka dapat

disimpulkan bahwa minat masyarakat adalah motivasi yang mendorong

untuk melakukan apa yang diinginkan dan kecenderungan untuk merasa

tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang

senang dari sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup

dan terikat oleh adat istiadat hingga menghasilkan sebuah kebudayaan.

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang

berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat

berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan

berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling

bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan

manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling

berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas

merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1)

Interaksi antar warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4)

Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009:

115-118). Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup

bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu

tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia

Page 37: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

19

melakukan hubungan, Mac lver dan Page (dalam Soekanto 2006: 22),

memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata

cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok,

penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan

manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk

jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat,

menurut Ralph Linton (dalam Soekanto, 2006: 22) masyarakat merupakan

setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup

lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri

mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan

dengan jelas sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam

Soekanto, 2006: 22) adalah orang-orang yang hidup bersama yang

menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah,

identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang

diikat oleh kesamaan.

Menurut Durkheim (dalam Taneko, 2009: 11) bahwa masyarakat

merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat

sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang

mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama;

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Menurut Durkheim (dalam Muhni, 2009: 29-31) keseluruhan ilmu

pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip

fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial

diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat

sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar

manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup

bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan

bersama.

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap

anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya

(Soekanto, 2006: 22). Beberapa pendapat para ahli di atas dapat

disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi,

sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society.

Page 38: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

20

Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang

berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan

budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan

perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

3. Jenis-jenis Minat

Menurut Surya (2010: 36) minat merupakan suatu karakterisrik efektif

yang dapat mempengaruhi proses mengikuti majelis ta‟lim mengajar,

sehingga dapat dilihat langsung hasilnya antara jamaah yang berminat

dan tidak berminat. Ditinjau dari timbulnya minat di dalam proses mengikuti

majelis ta‟lim mengajar terdapat 3 macam minat, yaitu:

a. Minat volunteer, minat ini adalah proses minat yang timbul dengan

sendirinya dari pihak pelajar tanpa ada pengaruh dari luar.

b. Minat involunteer, minat ini adalah minat yang timbul dari dalam

diri pelajar dengan pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar

(kyai).

c. Minat non volunteer, minat ini adalah minat yang timbul secara sengaja

atau diharuskan oleh para kyai sehingga minat dalam diri jamaah itu

yang sebelumnya tidak ada menjadi ada.

Dari ketiga jenis minat tersebut dapat dilihat bahwa minat volunteer

merupakan minat yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri jamaah tanpa

adanya pengaruh dari pihak pengajar. Minat ini timbul bukan karena adanya

faktor dari luar atau pengajar akan tetapi minat itu timbul karena jamaah

tersebut suka membacaatau karena rasa keingintahuan yang besar terhadap

suatu bidang atau objek. Adapun minat involunteer timbul karena situasi

yang diciptakan oleh kyai. Jamaah akan merasa berminat apabila ia merasa

senang dengan proses pemmengikuti majelis ta‟liman dan situasi yang

menyenangkan yang diciptakan oleh kyai. Sebaliknya, apabil kyai tersebut

tidak dapat menciptakan situasi yang menyenangkan dalam proses

mengikuti majelis ta‟lim mengajar maka minat jamaah akan menjadi

berkurang. Sedangkan minat non volunteer, merupakan minat yang timbul

karena adanya keharusan dari luar, minat ini timbul dalam diri jamaah

karena ia merasa harus menyukai sesuatu hal tersebut sebab itu

merupakan suatu keharusan baginya.

Page 39: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

21

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat sebagai salah satu faktor internal psikologis yang

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil mengikuti majelis ta‟lim, minat

tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang

memyebabkan minat dalam diri jamaah itu timbul terhadap beberapa mata

kajian yang diajarkan oleh kyai bidang studi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi minat antara lain:

a. Motivasi

Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik

yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Tampubolon (2013:

41), “minat merupakan perpaduan antara keiginan yang dapat

berkembang jika ada motivasi.” Seorang jamaah yang ingin

memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama Islam misalnya, tentu

saja akan terarah minatnya untuk mengikuti majelis ta‟lim, membaca

buku-buku tentang agama Islam, mendiskusikannya dan sebagainya.

b. Mengikuti majelis ta‟lim

Minat dapat diperoleh melalui mengikuti majelis ta‟lim, karena

dengan mengikuti majelis ta‟lim jamaah yang semula tidak menyenangi

suatu kajian tertentu lama kelamaan disebabkan bertambahnya

pengetahun mengenai kajian tersebut, minat pun akan tumbuh sehingga

ia akan lebih giat lagi mempelajari kajian tersebut. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan Gunarsa (2009: 68), bahwa “minat akan

timbul dari sesuatu yang kita sukai dan kita dapat mengetahui sesuatu

dengan mengikuti majelis ta‟lim, karena itu semakin banyak mengikuti

majelis ta‟lim semakin luas pula bidang minat.”

c. Bahan Kajian

Bahan kajian yang menarik minat jamaah, akan sering dipelajari

oleh jamaah yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan kajian yang tidak

menarik minat jamaah tentu akan dikesampingkan oleh jamaah

sebagaimana yang dikemukakan oleh Slameto (2013:59) bahwa Minat

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mengikuti majelis

ta‟lim, krena bila bahan kajian yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

jamaah, maka jamaah tidak akan mengikuti majelis ta‟lim dengan

sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

d. Kyai

Menurut Singer (2017: 93) Kyai juga termasuk salah satu objek

yang dapat merangsang dan membangkitkan minat mengikuti majelis

ta‟lim jamaah. Kyai yang berhasil membina kesediaan mengikuti majelis

Page 40: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

22

ta‟lim jamaah-jamaahnya, berarti telah melakukan hal-hal yang

terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan jamaah-jamaahnya.

Kyai yang baik, pandai, ramah dan kharismatik serta disenangi banyak

jamaah-jamaah sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat

jamaah, sebaliknya kyai yang memiliki sikap yang buruk tidak disukai oleh

jamaah, akan sulit untuk merangsang perhatian dan minat dalam diri

jamaah.

d. Keluarga

Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat

dalam diri jamaah terhadap kajian sebagaimana yang diungkapkan oleh

Abror (2013: 113) bahwa tidak semua jamaah memulai studi barunya

karena faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya

terhadap bidang kajian tertentu karena pengaruh dari kyainya, teman

sekelasnya atau orang tuanya.

e. Teman Sepergaulan

Melalui pergaulan, seorang jamaah akan dapat terpengaruh arah

minatnya, karena teman-teman pergaulannya. Seseorang yang bergaul

dengan teman-teman yang memiliki minat, pemahaman dan pengamalan

agama yang baik akan mempengaruhi minat Religiusitasnya sebaliknya

seseorang yang bergaul dengan teman-teman yang tidak memiliki minat,

pemahaman dan pengamalan agama yang baik bahkan terbiasa

melanggar aturan-aturan agama maka akan mempengaruhi minat

Religiusitasya. Sehingga ia melakukan hal-hal yang serupa dengan

teman-teman sepergaulannya.

5. Indikator Minat

Ada beberapa indikator minat yang dapat dikenali atau dilihat

melalui proses mengikuti majelis ta‟lim di kelas maupun di rumah,

diantaranya:

a. Perasaan Senang

Jamaah yang berminat terhadap suatu materi kajian maka ia akan

memiliki perasaan senang terhadap kajian tersebut. Jamaah yang

berminat terhadap materi kajian religiusitas, ia akan merasa senang dalam

mempelajarinya. Ia akan rajin mengikuti majelis ta‟lim dan terus

mempelajari semua materi yang berhubungan dengan materi kajian

Religiusitas. Ia mengikuti kajian dengan antusias tanpa ada beban

paksaan dalam dirinya.

Page 41: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

23

b. Perhatian dalam Mengikuti Majelis Ta‟lim

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa seseorang

terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan

mengesampingkan hal lain selain daripada hal itu. Jadi jamaah yang

memiliki perhatian dalam mengikuti majelis ta‟lim jiwa dan pikirannya

terfokus pada apa yang dipelajarinya.

c. Pengetahuan

Selain dari perasaan senang dan perhatian untuk mengetahui

berminat atau tidaknya seorang jamaah terhadap suatu materi kajian

dapat dilihat dari pengetahuan yang dimilikinya. Jamaah yang

berminat terhadap suatu materi kajian maka ia akan memiliki

pengetahuan yang luas tentang kajian tersebut.

C. Internalisasi Nilai Religiusitas

1. Pengertian Internalisasi Nilai

Menurut Mulyana (2011: 21), Internalisasi adalah menyatunya nilai

dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian

keyakinan, nilai, sikap, praktek, dan aturan baku pada diri seseorang. Dalam

bahasa Inggris, internalized berarti to incorporate in oneself. Jadi,

internalisasi berarti proses menanamkan dan menumbuh kembangkan suatu

nilai atau budaya menjadi bagian diri (self) orang yang bersangkutan

(Sahlan: 2009: 130). Penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut

dilakukan melalui berbagai didaktik metodik pendidikan dan pengajaran.

Seperti pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain washing dan lain

sebagainya. Internalisasi yang penulis deskripsikan di sini adalah proses

mengenal, menghayati dan menanaman nilai-nilai agama islam kepada

masyarakat yang diharapkan oleh karenanya masyaraakat mendaapat

pemahaman sehingga dapat berperilaku sesuai dengan pandangan atau

nilai-nilai agama yang telah dianggapnya sebagai sesuatu yang bai,

berharga dan menjadi bagian dari dirinya

Menurut Steeman dalam Adisusilo (2012; 56), nilai adalah sesuatu

yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan

tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang di junjung tinggi, yang dapat

mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar

keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada

hubungan yang amat erat antara nilai dan etika. Salah satu nilai yang

seharusnya ditumbuhkan adalah nilai religiusitas (Kereligiusitasan).

Page 42: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

24

Menurut etimologi kuno, religi berasal dari bahasa Latin “religio”

yang akar katanya adalah “re” dan “ligare” yang mempunyai arti mengikat

kembali. hal ini berati dalam religi terdapat aturan-aturan dan kewajiban-

kewajiban yang harus dipenuhi dan mempunyai fungsi untuk mengikat diri

seseorang dalam hubungannya dengan sesama, alam dan Tuhan Driyarkara

(2008: 6). Menurut Mensen dalam Thontowi (2014: 1) religiusitas berasal

dari bahasa latin “relegare” yang berarti mengikat secara erat atau ikatan

kebersamaan. Religiusitas adalah sebuah ekspresi spiritual seseorang yang

berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual.

Definisi lain mengatakan bahwa religiusitas merupakan sebuah

proses untuk mencari sebuah jalan kebenaran yang berhubungan dengan

sesuatu yang sakral. Menurut Majid dalam Thontowi (2014: 2) religiusitas

adalah tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan

kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan supra-

empiris. Manusia melakukan tindakan empiris sebagaimana layaknya

tetapi manusia yang memiliki religiusitas meletakkan harga dan makna

tindakan empiris-nya dibawah supra-empiris. Secara mendalam Chaplin

Thontowi (2014: 2) mengatakan bahwa religi merupakan sistem yang

kompleks yang terdiri dari kepercayaan, keyakinan yang tercermin dalam

sikap dan melaksanakan upacara-upacara keagaman dengan maksud

untuk dapat berhubungan dengan Tuhan.

Ananto dalam Thontowi (2014: 2) menerangkan religious

seseorang terwujud dalam berbagai bentuk dan dimensi, yaitu:

a. Seseorang boleh jadi menempuh religiusitas dalam bentuk penerimaan

ajaran-ajaran agama yang bersangkutan tanpa merasa perlu bergabung

dengan kelompok atau organisasi penganut agama tersebut. Boleh jadi

individu bergabung dan menjadi anggota suatu kelompok Religiusitas,

tetapi sesungguhnya dirinya tidak menghayati ajaran agama tersebut.

b. Pada aspek tujuan, religiusitas yang dimiliki seseorang baik berupa

pengamatan ajaran-ajaran maupun mengabungkan diri ke dalam

kelompok Religiusitas adalah semata-mata kegunaan atau manfaat

intrinsik itu, melainkan kegunaan manfaat yang justru tujuannya lebih

bersifat ekstrinsik yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan dalam empat

dimensi religius, yaitu aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik, serta sosial

intrinsik dan sosial ekstrinsik.

Spirituallitas/religiusitas merupakan pengalaman yang universal

yang tidak hanya terdapat dalam kegiatan-kegiatan ritual Religiusitas di

tempat-tempat ibadah namun juga pada keseluruhan aspek kehidupan

Page 43: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

25

manusia. Ditambahkan pula oleh Mangunwijaya dalam Darmawati

(2015:103), religiusitas merupakan aspek personal dari kehidupan yang

Religiusitas, mencangkup totalitas rasa kedalaman pribadi dari individu itu

sendiri. Religiusitas ini hanya dapat dihayati dari dalam, lebih menekankan

kepasrahan diri dan rasa hormat pada Tuhan. Menurut Spranger dalam

Dister (2009: 31) religiusitas adalah keyakinan dimana seseorang

merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi, yang menaungi

kehidupan dan hanya kepada-Nya bergantung dan berserah hati.

Dari beberapa definisi yang diungkapkan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa religiusitas merupakan suatu bentuk hubungan manusia

dengan penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam

diri seseorang dan tercermin dalam sikap perilakunya sehari-hari.

Istilah nilai kereligiusitasan merupakan istilah yang tidak mudah

untuk diberikan batasan secara pasti. Ini disebabkan karena nilai merupakan

sebuah realitas yang abstrak. Secara etimologi nilai kereligiusitasan berasal

dari dua kata yakni: nilai dan kereligiusitasan. Menurut Rokeach dan Bank

bahwasanya nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada

suatu lingkup system kepercayaan di mana seseorang bertindak atau

menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang dianggap pantas

atau tidak pantas (Sahlan, 2009: 66). Ini berarti pemaknaan atau pemberian

arti terhadap suatu objek.Sedangkan kereligiusitasan merupakan suatu sikap

atau kesadaran yang mucul yang didasarkan atas keyakinan atau

kepercayaan seseorang terhadap suatu agama. Kereligiusitasan

(religiusitas) tidak selalu identik dengan agama. Agama lebih menunjuk

kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek yang resmi,

yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan

kereligiusitasan atau religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk

hati nurani” pribadi. Dan karena itu, religiusitas lebih dalam dari agama

yang tampak formal.

Menurut Gay Hendricks dan Kate Ludeman dalam Agustian (2012),

terdapat beberapa sikap religius yang tampak dalam diri seseorang dalam

menjalankan tugasnya, diantaranya: kejujuran, keadilan, bermanfaat bagi

oranglain, rendah hati, bekerja efisien, visi ke depan, disiplin tinggi dan

keseimbangan. Menurut Nurcholis Madjid, agama bukanlah sekedar

tindakan-tindakan ritual seperti shalat dan membaca doa. Agama lebih

dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang

dilakukan demi memperoleh ridho atau perkenaan Allah. Agama dengan

demikian meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang

Page 44: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

26

tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur atas dasar

percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari

kemudian.

2. Dimensi Nilai-Nilai Religiusitas

Aspek religiusitas menurut kementrian dan lingkungan hidup RI

dalam Thontowi (2014: 3) religiusitas (agama Islam) terdiri dalam lima aspek

yaitu:

a. Aspek iman menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan,

malaikat, para nabi dan sebagainya.

b. Aspek Islam menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang

telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.

c. Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Tuhan, Takut melanggar larangan dan lain-lain.

d. Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran-

ajaran agama.

e. Aspek amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,

misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan

sebagainya.

Verbit mengemukakan ada enam komponen religiusitas dan masing-

masing komponen memiliki empat dimensi. Keenam komponen tersebut

adalah:

a. Ritual yaitu perilaku seremonial baik secara sendiri-semdiri maupun

bersama-sama.

b. Doctrin yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan.

c. Emotion adanya perasaan seperti kagum, cinta, takut, dan sebagainya.

d. Knowledge yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip suci.

e. Ethics yaitu aturan-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal

membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.

f. Community yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan makhluk

atau individu lain.

Sedangkan dimensi dari komponen tersebut adalah:

a. Content, Merupakan sifat penting dari komponen misalnya ritual khusus,

ide-ide, pengetahuan, prinsip-prinsip dan lain-lain

b. Frequency, merupakan seberapa sering unsur-unsur atau ritual tersebut

dilakukan.

c. Intensity, merupakan tingkat komitmen.

d. Centrality, yaitu hal-hal yang paling menonjol atau penting.

Page 45: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

27

Menurut Glock dalam Ancok dan Suroso (2014: 46) bahwa ada

lima aspek atau dimensi religiusitas yaitu:

a. Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari kereligiusitasan yang

berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan

adanya Tuhan, Malaikat, surga, dan sebagainya. Kepercayan atau doktrin

agama adalah dimensi yang paling mendasar.

b. Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi kereligiusitasan yang berkaitan

dengan sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapkan

oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa,

berpuasa, shalat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari

suci.

c. Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan

religiusitas yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh se-

seorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang

dilakukannya, misalnya kekhusyuan ketika melakukan sholat.

d. Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan

pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya

e. Dimensi Pengalaman, yaitu berkaitan dengan akibat-akibat dari ajaran-

ajaran agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Faktor-Faktor yang Menghasilkan Sikap Religiusitas

Menurut Rahman (2013: 55) beberapa faktor yang bisa memainkan

peranan dalam pembentukan sikap Religiusitas atau yang menyebabkan

manusia berusaha mendekatkan diri kepada dzat yang adikodrati yaitu Tuhan

adalah sebagai berikut:

a. Faktor Sosial

Faktor ini mencangkup semua pengaruh sosial dalam mengembangkan

sikap Religiusitas itu: pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, dan

tekanan-tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat

dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. Konsep psikologik yang

paling erat kaitannya dengan pengaruh-pengaruh seperti itu adalah konsep

sugesti yakni proses komunikasi yang menyebabkan diterimanya dan

disadarinya suatu gagasan yang dikomunikasikan tanpa alasan-alasan

rasional yang cukup.

Page 46: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

28

b. Faktor Alami

Pada umunya ada anggapan bahwa kehadiran keindahan, keselarasan,

dan kebaikan yang dirasakan dalam dunia nyata secara psikologik turut

memainkan peran dalam membentuk sikap religiusitas. Sebenarnya ada tiga

unsur yang bisa dibedakan dalam sumbangan-sumbangan pengalaman di

dunia nyata kepada sikap religiusitas yaitu: Pengalaman-pengalaman

mengenai manfaat, keharmonisan dan keindahan. Pengalaman mengenai

manfaat timbul dari kenyataan bahwa beberapa benda dari alam semesta

atau semua ciptaan Tuhan bermanfaat bagi manusia, tak satupun yang

ada di alam ini tak berguna, semua kejadian yang terjadi di alam ini

mengandung hikmah yang cukup besar bagi manusia asalkan mereka mau

memikirkannya. Adapun yang dimaksud dengan pengalaman keharmonisan

bisa dijelaskan dengan mengacu buku Paley, Natural Theology. Paley

mengemukakan argumen, dari berbagai adaptasi bagian-bagian dari

beberapa jenis organisme yang terjadi secara timbal balik dan dari berbagai

adaptasi berbagai jenis organisme dengan lingkungannya mansing-masing,

bahwa organisme itu dicipta oleh disainer yang berpribadi (personal).

Mungkin dia salah dari sudut logikanya bahwa argumen ini membuktikan

adanya relitas disainer yang berpribadi, tetapi dia benar dari sudut

pandang psikologik bahwa ini merupakan salah satu alasan mengapa orang

percaya akan adanya disainer yang berperibadi itu. Bila yang terjadi

memang demikian, kita dapat mengatakan bahwa jenis pengalaman ini,

dimana dunia tampak memiliki sifat sebagai barang buatan pabrik,

merupakan salah satu sumber atau akar sikap religiusitas.

Selanjutnya yang ketiga adalah pengalaman mengenai keindahan di

dunia nyata ini. Dunia ini tampak indah mengagumkan dan luar biasa dan

ini tidak mungkin telah muncul dengan sendirinya, keindahan di alam

ini sudah pasti ada yang membuat (yang mungkin disebut Tuhan).

Pengalaman mengenai keindahan itu sudah diintelektulisasikan menjadi

argumen filosofis yang menyatakan bahwa adanya keindahan di dunia itu

menunjukkan adanya pencipta keindahan itu. Barang kali ini disebut

argumen estetik untuk membuktikan ekistensi Tuhan. Jadi pengalaman

mengenai keindahan itu merupakan salah satu faktor dalam proses

pembentukkan sikap religiusitas.

Page 47: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

29

c. Faktor Konflik Moral

Konflik moral dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang

menentukan sikap religiusitas sama halnya dengan pengalaman di alam ini.

Konflik itu merupakan konflik antara kekuatan-kekuatan yang baik dan

kekuatan yang jahat yang ada pada dirinya sendiri. Kekuatan-kekuatan yang

baik bisa dijelaskan sebagai kekuatan-kekautan yang ada pada pihak

makhluk yang baik, sedangkan kekuatan yang jahat merupakan kekuatan

yang ada pada pihak lawannya, atau kekuatan jahat bisa dipersonifikasikan,

misalnya sebagai sifat makhluk-makhluk jahat. Dengan demikian

kepercayaan akan adanya Tuhan yang baik, antara lain bisa dianggap

sebagai intelektualisasi konflik moral itu. Konflik moral ini dapat

membawa orang pada dualisme dalam sikap religiusitasnya karena

rangsangan-rangsangan yang baik dapat dianggap sebagai

rangsangan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan rangsangan

yang tidak benar berasal dari kekuatan-kekuatan spiritual dunia spiritual

yang bertentangan dengan Tuhan.

d. Faktor Intelektual

Proses-proses intelektual itu merupakan bagian dari landasan sikap

religiusitas, karena memang ada benarnya bahwa suatu kepercayaan

secara diam-diam akan lebih kuat dipengangi bila proses pemikiran dapat

digunakan untuk memberikan alasan pembenarannya, dan kebanyakan

orang cenderung meninggalkan kepercayaan-kepercayaan yang dimata

mereka tampak kurang mendapatkan dukungan intelektual meskipun

kepercayaan-kepercayaan ini menarik perhatian mereka berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan lainnya. Selanjutnya metode-metode

pengajaran agama yang bersifat otoriter dapat mengakibatkan

meningkatnya kepastian dalam keyakian agama dan juga intoleransi agama.

e. Faktor Afektif (Emosional)

Salah satu faktor yang membantu pembentukan sikap religiusitas adalah

sistem pengalaman emosional yang dimiliki setiap seseorang dalam

kaitannya dengan agama mereka. Ini bisa disebut “emosional” atau

afektif” dalam sikap religiusitas. Pengalaman religiusitas di sini bisa berupa

pengalaman yang meskipun secara orisinal terjadi dalam kaitan bukan

religiusitas tetapi ia cenderung mengakibatkan perkembangan keyakinan

religiusitas atau bisa juga suatu corak pengalaman yang timbul sebagai

bagian dari perilaku religiusitas yang mungkin memperkuat, memperkaya

Page 48: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

30

atau justru memodifikasi kepercayaan-kepercayaan religiusitas yang sudah

dianut sebelumnya.

f. Faktor Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi

Faktor lainnya yang dianggap juga sebagai sumber keyakinan agama

ialah adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna di

mana-mana sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan

kepuasan-kepuasan agama. Menurut Daradjat kebutuhan manusia secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu:

1) Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmaniah/fisik (makan, minum,

seks, dan sebagainya)

2) Kebutuhan rohaniah (psychis and sosial), antara lain:

a. Kebutuhan akan rasa kasih sayang

b. Kebutuhan akan rasa aman

c. Kebutuhan akan rasa harga diri

d. Kebutuhan akan rasa bebas

e. Kebutuhan akan rasa sukses

f. Kebutuhan akan rasa tahu (mengenal)

Tidak selamanya orang dalam kehidupan ini, dapat memenuhi semua

kebutuhan di atas, karena bermacam-macam suasana yang mempengaruhi

dan yang harus dihadapinya. Jika tidak terpenuhi maka orang akan

gelisah dan mencari jalan untuk mengatasinya, baik denga cara yang

wajar, maupun dengan cara yang tidak wajar atau kurang sehat. untuk

menutupi atau mengimbangi kekurangan-kekurangan yang dirasa- kan

dalam memenuhi kebutuhan tersebut, perlu adanya kepercayaan kepada

Tuhan. Sebab jika unsur Tuhan disingkirkan dalam upaya proses

pemenuhan kebutuhan seseorang, maka yang akan terjadi adalah semakin

banyak orang yang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya baik yang

bersifat jasmani maupun rohani dengan cara yang tidak benar dan

menyimpang dari akidah-akidah atau norma-norma agama yang telah

digariskan. Sebagai misal untuk memenuhi kebutuhan biologis, bagi orang

yang jauh dari Tuhan maka ia akan memenuhinya dengan cara melakukan

seks bebas yang penting ada uang, untuk memenuhi kebutuhan ingin sukses

seseorang akan rela menyakiti teman kerjanya sekiranya ia dapat kepuasan

dan yang lain terkalahkan. Dengan demikian jelas bahwa unsur Tuhan

mutlak harus selalu dijadikan fondasi jika seseorang dalam proses

Page 49: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

31

pemenuhan kebutuhan hidupdan tetap berdampak pada ketenangan dan

ketentraman batin.

4. Karakteristik Kesadaran Religiusitas yang Matang

Menurut Rahman (2013: 167) kesadaran Religiusitas merupakan dasar

dan arah dari kesiapan seseorang mendakan tanggapan, reaksi, pengolahan,

dan penyesuian diri terhadap rangsangan yang datang dari dunia luar.

Semua tingkah laku dalam hidupnya seperti berpolitik, berekonomi,

berkeluarga, bertani, berdagang, dan sebagainya diwarnai oleh sitem

kesadaran Religiusitas. Menurut G.W. Allport dalam Rahman (2013: 167)

bahwa karakteristik orang yang telah matang kesadaran Religiusitasnya

apabila telah memiliki enam ciri khusus, yaitu:

a. Diferensiasi yang Baik

Diferensiasi berarti semakin bercabang, makin bervariasi, makin

kaya dan makin majemuk suatu aspek psikis yang dimilki seseorang.

Semua pengalaman, rasa dan kehidupan Religiusitasn makin lama semakin

matang, semakin kaya, kompleks dan makin bersifat pribadi. pemikirannya

makin kritis dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dengan

berlandaskan Ketuhanan. Kesadaran religiusitas yang tidak

terdiferensiasi menunjukan sikap dan tingkah laku keagaman yang tidak

kritis, statis, miskin wawasan, kurang dinamis dan kurang terintegrasi di

dalam kepribadiannya serta menerima nasib. Ia menerima ajaran agama

tanpa pengolahan serta memeprcayai begitu saja, apa yang diaturkan oleh

kyai maupun tokoh agama, dan ia merasa puas dengan keimanan yang

dimilikinya.

b. Motivasi Kehidupan Religiusitas yang Dinamis

Menurut Rahman (2013: 168) motivasi kehidupan religiusitas pada

mulanya berasal berasal dari berbagai dorongan, baik psikologis, psikis

maupun sosial. Pertama, dorongan biologis, seperti rasa lapar, rasa haus,

kemiskinan, penderitaan dan sebagainya. Orang biasanya akan lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan jika hidupnya dilanda penderitaan dan

kemiskinan. Kedua, dorongan psikologi, seperti kebutuhan akan kasih

sayang, pengembangan diri, rasa ingin tahu, harga diri dan sebagainya.

Dalam realitas kehidupan Religiusitas, sering ditemukan banyak pemuda-

pemudi aktif mendekatkan diri kepada Tuhan dikala memiliki

pengharapan jatuh cinta pada lawan jenis-nya, atau mereka mengharapkan

agar Tuhan memberikan jodoh yang baik. Ketiga, dorongan sosial seperti

Page 50: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

32

ingin populer, agar diterima oleh sutau kelompok maupun ambisi peribadi

akan kebutuhan kekuasaan juga seringkali menjadi motif seseorang atau

kelompok untuk lebih intens dalam melakukan aktifitas Religiusitas

atau aktif dalam kegiatan sosial Religiusitas sosial dimasyarakat, seperti

menjadi takmir masjid, ikut membangun madrasah atau panti asuhan, ikut

aktif dalam kegiatan kelompok tahlil atau yasinan dan sebagainya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut jika mendapat pemuasan dalam

kehidupan religiusitas dapat menimbulkan dan memperkuat motivasi

religiusitas yang lama-kelamaan akan menjadi otonom, yaitu orang akan

termotivasi untuk beribadah, baik didorong oleh kebutuhan atau tidak.

Dalam bahasa sederhana seseorang jika sudah membisakan diri untuk

melakukan segala aktifitas religiusitas secara rutin (istiqomah), maka dia

akan termotivasi dengan sendirinya melaukan aktifitas tersebut, walupun

terkadang sekali waktu mungkin ia tidak melakukannya karena kondisi

fisik maupun psikisnya tidak memungkinkan

c. Pelaksanaaan ajaran Agama secara Konsisten dan Produktif

Menurut Rahman (2013: 169) kesadaran agama yang matang juga

terletak pada kosistensi atau keajegan pelaksanaan hidup religiusitas secara

bertanggung jawab dengan mengerjakan perintah agama sesuai kemampuan

dan berusaha secara maksimal meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Pelaksanaan kehidupan religiusitas atau peribadatan merupakan realisasi

penghayatan ketuhanan dan keimanan. Dalam melaksanakan hubungan

dengan Tuhan benar-benar menghayati hubungan tersebut dan tiap kali

terjadi penghayatan baru. Ibadahnya bersifat subjektif, kreatif dan dianamis.

Ia selalu berusaha mengharmoniskan hubungan dengan Tuhan, sesama

manusia lain dan alam sekitarnya melalui sikap dan tingkah lakunya

dan itulah yang dinamakan perilaku moralitas agama.

d. Pandangan Hidup yang Komprehensif dan Integral

Menurut Rahman (2013: 170) kesadaran agama yang matang ditandai

adaya pandangan hidup yang komprehensif yang dapat mengarahkan dan

menyelesaikan berbagai masalah hidup. Filsafat hidup yang komprehensif

itu meliputi berbagai pola pandangan, pemikiran dan perasaan yang luas.

Kepribadian yang matang memiliki filsafat hidup yang utuh dan

komprehensif. Keanekaragaman kehidupan dunia harus diarahkan pada

keteraturan. Keteraturan ini berasal dari analisis terhadap fakta yang ter-

nyata mempunyai hubungan satu sama lain. Fakta itu bukan hanya benda

Page 51: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

33

materi, akan tetapi meliputi alam perasaan, pemikiran, motivasi, norma,

nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai kehidupan rohaniah. Manusia

memerlukan pegangan agar dapat menentukan pilihan tingkah lakunya

secara pasti, dan pegangan itu bukan hanya berasal dari filsafat saja me-

lainkan juga dari agama sebagi penentu arah.

Bagi orang yang matang religiusitasnya, maka memahami dan mela-

kukan agama tidak sekedar bersifat formalitas dan parsial, tetapi berusaha

memahami dan melaksanakan agama secara logika, perasaan dan tindakan,

bahkan memasuki wilayah agama secara utuh. Disamping komprehensif,

pandangan dan pegangan hidup harus terintegrasi, yakni merupakan suatu

landasan hidup yang menyatukan hasil diferensiasi aspek kejiwaan yang

meliputi fungsi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam kesadaran

religiusitas, integrasi tercermin pada keutuhan pelaksanaan jaran agama,

yaitu keterpaduan ihsan, iman dan peribadatan. Pandangan hidup yang

matang bukan hanya keluasan cakupannya saja, akan tetapi mempunyai

landasan terpadu yang kuat dan harmonis.

Pandangan orang yang matang kesadaran religiusitasnya akan

terbuka lebar dan berusaha mencari, menafsirkan dan menemukan nilai-

nilai baru dalam ajaran agamanya agar dapat direalisasikan dalam

kehidupan sehari-hari, yang penafsiran itu pada masing-masing orang

berbeda sesuai dengan tingkat kematangan masing-masing. Dan tiap-tiap

orang memiliki kematangan kesadaran religiusitas berbeda, karena

perbedaan pengalaman hidup. Akibatnya, penghayatan dan perasaan

ketuhanan, keimanan dan peribadatannya sangat bersifat subyektif dan

pribadi, namun secara sosial religiusitas ia tetap senang hati bergabung

dengan orang-orang yang taat religiusitas di sekitarnya tanpa memamerkan

kelebihannya di muka umum.

e. Semangat Pencarian dan Pengabdian kepada Tuhan

Menurut Rahman (2013: 173) ciri lain dari orang yang memiliki

kesadaran religiusitas yang matang ialah adanya semangat mencari

kebenaran, keimanan, rasa ketuhanan dan cara terbaik untuk berhubungan

dengan manuia dan alam sekitar. Ia selalu menguji keimananya melalui

pengalaman-pengalaman Religiusitas sehingga menemukan keyakinan yang

lebih tepat. Peribadatannya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar bisa

menemukan kenikmatan penghayatan “kehadiran” Tuhan. Tapi walaupun

demikian ia masih merasakan bahwa keimanan dan peribadatannya, belum

sebagaimana mestinya dan belum sempurna. Karena kesempurnaan itu

Page 52: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

34

sendiri tidak mungkin dicapai seumur hidupnya, ia hanya mampu

mendekatinya. Setiap beribadah ia merasa dekat dengan Tuhan, sehingga ia

menyakini sepenuhnya Bahwa Tuhan itu ada dan selalu memantau setiap

langkah perbuatan kita. Dengan demikian ciri dari orang yang matang

Religiusitas adalah setiap nafas, setiap langkah dan aktvitasnya selalu

diupayakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya sera untuk mencari

ridho-Nya dengan sesegera mungkin.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan internalisasi nilai religiusitas dalam penelitian ini

adalah proses mengenal, menghayati dan menanamkan nilai-nilai

kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan

religiusitas yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan

akhlak yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan-aturan

Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

D. Majelis Ta’lim

1. Pengertian Majelis Ta’lim

Menurut Hasbullah (2016: 95) kata Majelis Ta‟lim berasal dari

bahasa Arab, yakni dari kata Majelis dan Ta‟lim. Majelis berarti tempat dan

ta‟lim berarti pengajaran atau pengajian. Dengan demikian secara bahasa

majelis ta‟lim bisa diartikan sebagai tempat melaksanakan pengajaran atau

pengajian ajaran Islam. Secara istilah Hasbullah (2016: 95) mengemukakan

pengertian Majelis Ta‟lim sebagaimana dirumuskan pada musyawarah

Majelis Ta‟lim se DKI Jakarta yang berlangsung pada tanggal 9-10 Juli

1980, adalah lembaga pendidikan Islam nonformal yang memiliki kurikulum

tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah

yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan

hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara

manusia dengan sesamanya, maupun manusia dengan lingkungannya,

dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

Pengajian menurut para ahli berbeda pendapat dalam mendefinisikan

pengajian. Menurut Muhzakir mengatakan bahwa pengajian adalah:

Istilah umum yang digunakan untuk menyebut berbagai kegiatan

mengikuti majelis ta‟lim dan mengajar agama (Dirdjosanjoto, 2009: 3).

Menurut Prasodjo mengatakan bahwa pengajian adalah: Kegiatan yang

bersifat pendidikan kepada umum (Ghazali, 2003: 40). Sedangkan arti kata

dari ngaji adalah wahana untuk mendapatkan ilmu (Marzuqi, 2015: ix). Jadi

Page 53: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

35

pengajian atau majelis ta‟lim adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

sekumpulan orang untuk mendapatkan suatu ilmu atau pencerahan.

Perkembangan era globallisasi saat ini, pengajian atau majelis ta‟lim tumbuh

dan berkembang di kalangan masyarakat Islam yang kepentingannya adalah

untuk kemaslahatan ummat manusia. Keberadaan majelis ta‟lim merupakan

suatu komunitas Muslim yang secara khusus menyelenggarakan pembinaan

dan pengajaran tentang agama Islam yang kemudian mampu membantu

meningkatkan kesejahteraan khususnya kesejahteraan keluarga di kalangan

ibu-ibu anggota majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim dikenal diberbagai tempat

dengan istilah yang berbeda-beda, seperti pengajian, ceramah, Taman

Pendidikan Al-Quran dll.

Menurut Alawiyah (2009: 75), pada umumnya Majelis Ta‟lim

adalah lembaga swadaya masyarakat murni. Ia didirikan, dikelola,

dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya. Oleh karena itu,

Majelis Ta‟lim merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa Majelis Ta‟lim adalah suatu

komunitas muslim yang secara khusus menyelenggarakan pendidikan dan

pengajaran tentang agama Islam yang bertujuan untuk memberikan

bimbingan dan tuntunan serta pengajaran agama Islam kepada jamaah.

Majelis Ta‟lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi

pendidikan luar sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang bersifat

nonformal, yang senantiassa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia,

meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jamaahnya,

serta memberantas kebodohan umat Islam agar dapat memperoleh

kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhoi oleh Allah SWT.

Menurut Arifin (2003: 75) bila dilihat dari segi tujuan, Majelis Ta‟lim

termasuk lembaga atau sarana dakwah Islam yang secara self standing dan

self disclipined dapat mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatannya, di

dalamnya berkembang prinsip demokrasi yang berdasarkan musyawarah

untuk mufakat demi kelancaran pelaksanaan ta‟lim sesuai dengan tuntunan

pesertanya.

Dari pengertian tersebut di atas, tampak bahwa majelis ta‟lim

diselenggarakan berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti

pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materi maupun tujuannya.

Pada majelis ta‟lim terdapat hal-hal yang cukup membedakan dengan yang

lain, di antaranya:

Page 54: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

36

a. Majelis ta‟lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.

b. Masyarakat adalah pendiri, pengelola, pendukung, dan pengembang

majelis ta‟lim.

c. Waktu mengikuti majelis ta‟limnya berkala tapi teratur, tidak setiap

hari sebagaimana halnya sekolah atau madrasah

d. Pengikut atau pesertanya disebut jamaah (orang banyak), bukan pelajar

atau santri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis ta‟lim bukan

merupakan kewajiban sebagaimana dengan kewajiban jamaah menghadiri

sekolah atau madrasah.

e. Tujuannya yaitu memasyarakatkan ajaran Islam Alawiyah (2009: 95).

Dengan merujuk penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa

majelis ta‟lim adalah salah satu pendidikan Islam non formal yang ada di

Indonesia yang sifatnya tidak terlalu mengikat dengan aturan yang ketat

dan tetap, yang efektif dan efisien, cepat menghasilkan, dan sangat baik

untuk mengembangkan tenaga kerja atau potensi umat, dan bertujuan

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ajaran agama Islam.

Majelis ta‟lim adalah suatu lembaga pendidikan yang diselenggarakan

oleh masyarakat dan dibimbing oleh alim „ulama yang bertujuan membina

dan mengajarkan hubungan antara manusia dengan Allah swt. Dan manusia

dengan sesamanya, serta manusia dengan lingkungannya. Selain itu juga

bertujuan untuk membina suatu masyarakat yang bertakwa dan beriman

kepada Allah swt. Umumnya majelis ta‟lim merupakan lembaga swadaya

masyarakat murni. Ia dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan

didukung oleh anggotanya. Oleh karena itu, majelis ta‟lim merupakan wadah

masyarakat untuk memenuhi kebituhan mereka sendiri (Alawiyah, 2009:75).

Perkembangan majelis tak‟im di kota-kota besar maupun di pedesaan baik

yang di prakarsai oleh umat yang membutuhkannya, maupun yang terbentuk

atas prakarsa tokoh agama, tokoh politik maupun lembaga religiusitas

menunjukkan betapa penting dakwah dan pendidikan religiusitas masyarakat.

Keberadaan majelis ta‟lim sangat potensial dalam memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dewasa ini, karena melalui

majelis ta‟lim sebagian masalah yang dihadapi oleh para anggota seperti hal-

hal yang merusak aqidah dan masalah yang berkaitan dengan kehidupan,

akhirnya bisa diatasi dengan dialog atau tanya jawab yang berkesinambungan

antara penceramah dengan jamaah yang termasuk dalam anggota majelis

ta‟lim. Perkembangan teknologi dan informasi seperti sekarang ini,

keberadaan majelis ta‟lim sangat penting sebagai benteng dalam menghadapi

Page 55: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

37

pengaruh negatif dari perkembangan zaman tersebut sehingga memang

sangat perlu dalam mempertahankan majelis ta‟lim yang sudah terbentuk.

Dari beberapa definisi-definisi di atas adapun definisi tentang

kelompok pengajian atau majelis ta‟lim adalah: Kelompok mengikuti majelis

ta‟lim untuk mendalami ajaran agama islam secara bersama. Kelompok ini

biasanya menyelenggarakan kegiatan mengikuti majelis ta‟lim rutin di

bawah bimbingan orang yang dipandang lebih mengetahui tentang ajaran

agama seperti kyai atau ustadz.

Majelis Ta‟lim merupakan salah satu wadah yang efektif menjadi

tempat penyelenggaraan dakwah Islam sejak zaman Nabi hingga sekarang.

Wadah tersebut tumbuh dalam masyarakat seiring dengan perkembangan

agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebagai salah satu lembaga

pendidikan non-formal yang bergerak dalam bidang penyiaran agama Islam.

Rasulullah SAW., memberikan motivasi kepada kaum muslimin untuk

mendatangi majelis-majelis ilmu, karena itu merupakan salah jalan untuk

menuju syurganya Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah shallallaahu „alaihi

wa sallam bersabda:

ب ستل أت اىر ح ب ح حذثا

.داعياءاهاه ب حذ تحع أت

قاه .تشاأخ :ح قاه .ىح ظاىيف

ظ،أعاه ع عاح، أت حذثا :آخشااه

قاه :قاه .سجش أت ع صاىح، أت ع

تحمش إ ع فش ) :ملسو هيلع هللا ىلص اهلل سصه

مشب تحمش ع اهلل فش ا،اىذ مشب

عي اهلل ضش صش،ع عي ضش .قاحاه

صرش ىا،ش صرش .آخشجاه ااىذ ف

دعةاه ع ف اهلل .آخشجاه ااىذ ف اهلل

طشقا صيل .أخ ع ف دعةاه ما ا

ئى طشقا ت ى اهلل صو ا،عو ف ذشو

اهلل، تخ خت ف ق ذعاج ا .جحاه

ئىا ،ت رذاسص اهلل، مراب ىد

Page 56: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

38

حاىشح غغد اىضنح، عي زىد

.دع ف اهلل رمش يائنح،اه حفد

.ضث ت سعش ى عي، ت تطأ

“Yahya bin Yahya At-Tamimi, Abu Bakr bin Abu Syaibah, dan

Muhammad ibnul 'Ala` Al-Hamdani telah menceritakan kepada kami. Dan

lafazh ini milik Yahya. Yahya berkata: Telah mengabarkan kepada kami.

Dua yang lain berkata: Abu Mu'awiyah mengabarkan kepada kami, dari

Al-A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah. Beliau berkata:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,Barangsiapa yang

melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah

melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa

memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang),

maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa

menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia

dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut

senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan

untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju

Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah

(masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara

mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi

mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di

tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat

amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” (Diriwayatkan oleh

Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-

Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-

Mawaarid).

Di dalam hadits ini terdapat janji Allah „Azza wa Jalla bahwa bagi

orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar‟i, maka Allah

akan memudahkan jalan baginya menuju Surga. Kehadiran Majelis Ta‟lim

ditengah-tengah masyarakat dapat diumpamakan ibarat dua sisi mata uang

yang tak terpisahkan. Di mana kaum muslimin tinggal, di sana pula kita dapati

Majelis Ta‟lim berdiri sebagai salah satu pilar penyampai syiar Islam ke

tengah-tengah kehidupan sosial mereka. Kenyatan umum seperti ini

menjelaskan arti penting keberadaan Majelis Ta‟lim sebagai salah satu

jawaban bagi kebutuhan warga masyarakat terhadap aspek pemantapan ilmu

Page 57: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

39

agama dan pencerahan jiwa yang dipancarkan melalui pengajaran nilai-nilai

ajaran Islam. Kelenturan aspek manajemen keorganisasian yang dimiliki oleh

Majelis Ta‟lim sebagai lembaga pendidikan non-formal membuat kehadiran

Majelis Ta‟lim terasa membumi dalam hampir semua elemen masyarakat.

Majelis Ta‟lim menjadi wadah pemersatu masyarakat di mana semua

kalangan melebur tanpa sekat-sekat kelas sosial yang memisahkan

kebersamaan mereka.

Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan Majelis Ta‟lim dalam gerak

dinamika sosial masyarakat muslim akan tetap ada sejalan dengan

perkembangan da‟wah Islam. Untuk itu, guna dapat meningkatkan perannya

dalam memberdayakan para jama‟ah yang umumnya merupakan umat Islam

dalam beragam kelas sosial dan tingkat penghidupannya, Majelis Ta‟lim

dituntut untuk terus dapat meningkatkan kualitas dirinya agar dapat berperan

lebih besar dalam menjembatani kesenjangan yang terjadi antara kondisi nyata

umat Islam dengan perkembangan dunia yang semakin maju. Di sini, Majelis

Ta‟lim dituntut untuk menjadi agen perubahan (agent of change), membawa

umat Islam menuju kondisi yang lebih maju sesuai dengan tujuan da‟wah

yaitu untuk mencapai masyarakat khairu ummah, sebagaimana ditegaskan

melalui QS. Ali Imran ayat 110,

سفعهٱب شذأ ىياس سجدأخ أح سخ مر

ءا ى ىيٱب ذإ نشهٱ ع ذ

إهٱ ى ا سخ ىنا بمدهٱ هأ

١١١ صقفهٱ ثشأك

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi

mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah

orang-orang yang fasiq.”

Masyarakat khairu ummah yang menjadi tujuan da‟wah Islam,

setidaknya memiliki 3 ciri khusus yang menandai karakter masyarakat ideal

yang dicita-citakan: [1] memiliki aqidah yang kuat [2] memiliki kontribusi

yang baik untuk manusia lainnya dan [3] memiliki kualitas-kualitas kebaikan

dalam bentuk peradaban yang bernilai tinggi. Oleh karena itu dalam

menjalankan peran da‟wahnya Majelis Ta‟lim diharapkan selain dapat

Page 58: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

40

berperan besar dalam menanamkan nilai-nilai aqidah Islam kepada jama‟ah

yang dibimbingnya, juga diharapkan dapat menggugah kesadaran umat Islam

untuk dapat memberikan kontribusi yang terbaik bagi umat Islam, khususnya

dan umat manusia secara umum. Dari sini, harapan akan kembali munculnya

peradaban Islam yang bernilai tinggi akan dapat diwujudkan.

2. Tujuan Majelis Ta’lim

Hal yang menjadi tujuan Majelis Ta‟lim, mungkin rumusannya

bermacam-macam. Sebab para pendiri Majelis Ta‟lim dalam organisasi,

lingkungan, dan jamaah yang ada, tidak pernah mengkalimatkan tujuannya,

akan tetapi segala bentuk dari apa yang diperbuat oleh manusia itu pasti

mempunyai maksud dan tujuan yaitu untuk menyempurnakan pendidikan anak

supaya:

a. Benar-benar menjadi seorang muslim dalam seluruh aspeknya.

b. Merealisasikan ubudiyah kepada Allah SWT dengan segala makna yang

terkandung dalam tujuan ini dan segala dampaknya, seperti dalam

kehidupan, akidah, akal, dan pikiran (An-Nahlawi, 2012: 183).

Sedangkan menurut Alawiyah (2009:75) bahwa tujuan Majelis Ta‟lim

berdasarkan fungsinya, sebagai berikut:

a. Berfungsi sebagai tempat mengikuti majelis ta‟lim, maka tujuan Majelis

Ta‟lim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong

mangamalkan agama.

b. Berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah untuk

bersilaturrahmi.

c. Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan

kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.

Sedangkan menurut penulis, tujuan dari Majelis Ta‟lim adalah

membentuk insan kamil yakni manusia sempurna di mata Allah

SWT dan agar terwujudnya kebbahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia

dan di akhirat yang diridhoi Allah SWT yang merupakan konsekuensi logis

dari aktifitas yang dilakukan manusia.

3. Peran Majelis Ta’lim

Secara strategis Majelis Ta‟lim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang

bercorak Islami, berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas

hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Di samping itu, untuk

Page 59: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

41

menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami, dan

mengamalkan ajaran agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup,

sosial budaya dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat

Islam sebagai ummatan wasathan yang meneladani kelompok umat lain.

Untuk itu, pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk jalan ke arah

kecerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada kesehatan mental

rohaniah dan kesadaran fungsional selaku kholifah di bumi ini (Arifin, 2003:

120).

Jadi peranan secara fungsional majelis Ta‟lim adalah mengkokohkan

landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang menthal-spiritual

Religiusitas Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara

integral, lahiriah dan bathiniahnya, duniawiah dan ukhrowiah bersamaan,

sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi

kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Peran demikian sejalan

dengan pembangunan nasional kita.

4. Keadaan Majelis Ta’lim (Jama’ah)

Pengelolaan atau keadaan dalam majelis ta‟lim dibedakan menjadi

beberapa bagian antara lain:

a. Menurut lingkungan jamaah, maka majelis ta‟lim dapat di klasifikasikan

sebagai:

2) Majelis ta‟lim daerah pinggiran

3) Majelis ta‟lim daerah gedongan

4) Majelis ta‟lim daerah komplek perumahan

5) Majelis ta‟lim perkantoran dan sebagainya

b. Menurut tempat penyelenggaraan, klasifikasinya sebagai berikut:

1) Di masjid atau musholla

2) Di madrasah atau ruang khusus semacam itu

3) Di rumah secara tetap atau berpindah-pindah

4) Di ruang atau di aula kantor

c. Menurut organisasi jamaah, maka klasifikasi majelis ta‟lim antara lain

1) Majelis ta‟lim yang dibuka, dipimpin, dan bertempat khusus yang

dibuat oleh pengurus sendiri sendiri atau kyai

2) Majelis ta‟lim yang didirikan, dikelola, dan ditempati bersama, mereka

mempunyai pengurus yang dapat diganti kepengurusannya (di

pemukiman atau dikantor)

Page 60: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

42

3) Majelis ta‟lim yang mempunyai organisasi induk seperti Aisyiah,

Muslimat, Al-hidayah, dan sebagainya.

5. Materi Majelis Ta’lim

Menurut Harlin (2008: 15) seperti yang telah terjadi di lapangan,

materi dari majelis ta‟lim merupakan kajian atau ilmu yang diajarkan dan

disampaikan pada saat pengajian itu dilakukan, dan materi-materi tersebut

tidak jauh berbeda dengan pendidikan agama yang ada disekolah-sekolah

atau madrasah-madrasah, dengan lain kata materi atau isi tetap mengacu pada

ajaran agama Islam. Adapun pengklasifikasian materi pada majelis ta‟lim

yang diajarkannya menurut Alawiyah (2009: 79) antara lain:

a. Majelis ta‟lim yang tidak mengajarkan sesuatu secara rutin,tetapi hanya

sebagai tempat berkumpul membaca sholawat bersama atau surat yasin,

atau membaca maulid nabi dan sholat sunnah berjamaah dan sebulan

sekali pengurus majelis ta‟lim mengundang seorang kyai untuk

berceramah, dan ceramah inilah yang merupakan isi ta‟lim.

b. Majelis ta‟lim yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dasar

ajaran agama, seperti mengikuti majelis ta‟lim membaca al-qur‟an atau

penerangan fiqih.

c. Majelis ta‟lim yang mengajarkan pengetahuan agama tentang fiqih, tauhid,

atau akhlak yang diberikan dalam pidato-pidato muballigh kadang-kadang

dilengkapi juga dengan tanya jawab.

d. Majelis ta‟lim seperti butir ke tiga dengan menggunakan kitab tertentu

sebagai pegangan di tambah dengan pidato-pidato atau ceramah.

e. Majelis ta‟lim dengan pidato-pidato dan bahan kajian pokok yang diberikan

teks tertulis.materi kajian disesuaikan dengan situasi yang hangat

berdasarkan ajaran Islam.

Susilowati (2012: 27) mengemukakan bahwa majelis ta‟lim disini

juga merupakan sebuah tradisi yang kental bagi masyarakat, dengan

tradisi-tradisi semacam inilah pemahaman dan pengetahuan masyarakat luas

tentang ajaran Islam dapat terjawab, walaupun tidak setiap hari mengikuti

tetapi setidaknya mereka pernah mendengarkan ajaran Islam. Seperti halnya

majelis ta‟lim yang didalamnya ada kegiatan membaca sholawat bersama atau

membaca surat yasin dapat menumbuhkan rasa cinta kepada nabi Muhammad

serta mengetahui arti kehidupan yang sesungguhnya di dunia ini, kemudian

dengan mengikuti majelis ta‟lim membaca al-qur‟an akan mempermudah

seseorang dalam memahami arti al-qur‟an.

Page 61: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

43

Majelis ta‟lim yang mengajarkan pengetahuan agama tentang fiqih,

tauhid, atau akhlak merupakan dimensi pembentukan awal dari pemahaman

tentang ajaran Islam. Hal ini dikarenakan aqidah (kepercayaan) adalah bidang

teori yang dipercayai terlebih dahulu sebelum yang lain-lain, hendaknya

kepercayaan itu bulat dan penuh tiada bercampur dengan syak, ragu dan

kesamaan. Kemudian aqidah merupakan seruan dan penyiaran yang pertama

dari rasulullah dan dimintanya supaya di percaya oleh manusia dalam tingkat

pertama (terlebih dahulu), dan dalam al-qur‟an aqidah di sebut dengan kalimat

“Iman.” Tentang akhlak yang merupakan ilmu budi pekerti yang membahas

sifat-sifat manusia yang buruk dan baik, dengan ilmu akhlak akan memberikan

jalan dan membuka pintu hati orang untuk berbudi pekerti yang baik dan hidup

berjasa dalam masyarakat.berbuat dan beramal untuk mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat, menurut Ghazali dalam Bakry (2013: 10) “Akhlak adalah

sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah

bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi” atau boleh juga dikatakan sudah

menjadi kebiasaan.

Menurut Shalud (2015:13) dimensi akhlak, adalah materi yang

paling sering disampaikan pada majelis ta‟lim, hal ini bertujuan karena

akhlak adalah sumber dari sikap atau berhubungan dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari,dan secara sadar ataupun tidak akhlak itu akan

tercermin dalam diri seseorang. Seperti halnya lapang dada, peramah, sabar

(tabah), jujur, tidak dengki, dan sifat-sifat baik yang lainnya, dengan sifat

baik itu maka akan disenangi banyak orang dalam pergaulan dan hidup

bermasyarakat dilingkungan. Begitu pula sebaliknya sifat iri hati, dengki, suka

berdusta, pemarah, dan lainnya, maka akan dijauhi oleh masyarakat

dilingkungannya. Syariat atau fiqih diajarkan juga bertujuan untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hubungannya baik

dengan tuhan, sesama manusia, ataupun dirinya sendiri, sebagaimana maksud

dari syariat sendiri adalah sebuah susunan, peraturan, dan ketentuan yang

disyariatkan Tuhan denhgan lengkap atau pkok-pokoknya saja supaya manusia

mempergunakannya dalam mengatur hubungan dengan tuhan. Hubungan

dengan saudara seagama, hubungan saudara sesama manusia serta

hubungannya dengan alam besar dan kehidupan.

Dalam al-qur‟an syariat disebut dengan istilah “amal saleh” yaitu

perbuatan baik, seperti perbuatan baik pada semuanya. Pertama, hubungan

dengan Tuhan yaitu dengan melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, zakat

Page 62: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

44

dan lainnya. Kedua, hubungan dengan sesama manusia seperti jual-beli,

utangpiutang, berbuat baik sesama dan semua hal di dunia yang masih ada

hubungan dengan sesama Shalud (2015:14).

6. Metode Pengajaran Majelis Ta’lim

Menurut Ramayulis dan Nizar (2009:209) kata metode berasal dari

bahasa Yunani. Secara etimologi, kata ini berasal dari dua kata, yaitu meta dan

hodos. Meta berarti melalui, dan hodos berarti jalan atau cara.39

Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kata metode diartikan sebagai cara yang teratur

digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Depdiknas, 2012: 720).

Kusumowati (2013: 139) mengemukakan beberapa definisi lagi

menurut para ahli:

a. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mendefinisikan metode sebagai jalan yang

kita ikuti untuk memberi pemahaman kepada jamaah-jamaah dalam segala

macam kajian. Jadi, metode juga merupakan rencana yang kita buat untuk

diri kita sebelum kita memasuki kelas.

b. Abdurrahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti

oleh kyai untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik.

c. Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan terarah bagi

kyai yang menyebabkan terjadinya proses mengikuti majelis ta‟lim

mengajar yang berkesan.

Dalam pendidikan Islam, An-Nahlawi, seorang pakar pendidikan

Islam, mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan metode al Qur‟an

dan Hadits yang dapat menyentuh perasaan, yaitu sebagai berikut:

a. Metode hiwar (percakapan) Alqurani dan nabawi adalah percakapan silih

berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik dan sengaja

diarahkan pada satu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik. Dalam

percakapan itu, bahan pembicaraan tidak dibatasi yang dapat diaplikasikan

dalam berbagai bidang, seperti sains, filsafat, seni, dan agama. Kadang-

kadang pembicaraan itu sampai pada satu kesimpulan, kadang-kadang juga

tidak ada kesimpulan karena salah satu pihak tidak puas terhadap pendapat

pihak lain. Jenis-jenis hiwar ini ada lima macam, yaitu:

1) Hiwar khitabi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan

dan hambaNya.

2) Hiwar washfi yaitu dialog antara Tuhan dan makhluk-Nya. Misalnya,

Page 63: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

45

Surah Al-Baqarah ayat 30-31.

ضأسهٱ ف جاعو ئ ئنحوىو ستل قاه ئر

فا صذف فا عوأذج اقاى خيفح

ىل قذس دكتح ضثح ح ءىذاٱ فلش

ءاد عي ٣١ ىذع ىا ا ىأع ئ قاه

فقاه ئنحوهٱ عي عشض ث ميا ءاأسهٱ

٣١ دقنيػ مر ئ ءؤىا ءاتأس بأ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-

nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada

Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-

benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

3) Hiwar qishashi adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian

ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian dari uslub kisah

dalam al-Qur‟an. Misalnya kisah Suaib dan kaumnya yang terdapat

dalam surah Hud ayat 84-85.

ق قاه ا بعع أخا ذ ئى

ىا ۥسغ ئه ىن ا ىيٱ تذاعٱ

مأس ئ زاهٱ اهلهٱ ذقصا

عزاب معي أخاف ئ ستخ

زاهٱ اهلهٱ فاأ ق ٤٤ حط

ىا ءاأط ىاسٱ خضاذة ىا طقشهٱب

٤٥ صذف ضأسهٱ ف اثذع

Page 64: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

46

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka,

Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali

tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran

dan timbangan, Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang

baik (mampu) dan Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab

hari yang membinasakan (kiamat)." dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku,

cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah

kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah

kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

4) Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk menetapkan hujjah,

baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan.

Contohnya terdapat dalam Surah An-Najam ayat 1-5 yang

mendeskripsikan tentang:

عه ينطق وما ٢ غىي وما صاحبكم ضل ما ١ هىي إذا ملنجٱو

٥ قىيلٱ شديد ۥعلمه ٤ يىح يوح إلا هى إن ٣ هىيلٱ

“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak

sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-

Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain

hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan

kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.”

5) Hiwar nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik

sahabat-sahabatnya.

b. Metode kisah Qurani dan nabawi adalah penyajian bahan pemmengikuti

majelis ta‟liman yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam al

Qur‟an dan hadits Nabi SAW. Kisah Qurani bukan semata-mata karya seni

yang indah, tetapi juga cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya.

Dalam pendidikan Islam, kisah merupakan metode yang sangat penting

karena dapat menyentuh hati manusia. Kisah menampilkan tokoh dalam

konteks yang menyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut

menghayati, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.

c. Metode amtsal (perumpamaan) Al-Qur‟ani adalah penyajian bahan

Page 65: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

47

pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam Al-

Qur‟an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep

yang abstrak. Ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda yang

konkret, seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan dengan

sarang laba-laba. Sarang itu lemah sekali, bahkan disentuh dengan lidi pun

dapat rusak.

d. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh Abdurrahman Saleh

Abdullah. Metode ini mempunyai kelebihan karena dapat memberikan

pemahaman konsep abstrak bagi peserta didik serta dapat memberi kesan

yang mendalam. Selain itu, dapat pula membawa pemahaman rasional

yang mudah dipahami, sekaligus dapat menumbuhkan daya motivasi untuk

meningkatkan imajinasi yang baik dan meninggalkan imajinasi yang

tercela.

e. Metode keteladanan (uswah hasanah) adalah memberikan teladan atau

contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode

ini merupakan pedoman untuk bertindak merealisasikan tujuan

pendidikan baik secara institusional maupun nasional. Pelajar cenderung

meneladani pendidiknya. Ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di

Barat maupun di Timur. Secara psikologis, pelajar memang senang meniru,

tidak saja baik, tetapi juga yang tidak baik.

Menurut Ismail metode-metode yang di gunakan dalam majelis ta‟lim

antara lain:

a. Ceramah

Menurut Syah (2008: 205) metode ceramah adalah metode yang

paling disuka dan digunakan kyai dalam proses pembelajaran majelis

dikelas, karena dianggap paling mudah dan praktis di laksanakan. Metode

ini merupakan metode mengajar yang klasik, tetapi masih dipakai orang

dimana-mana hingga sekarang, metode ceramah adalah sebuah metode

mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan lisan kepada

sejumlah jamaah yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Untuk

pengajaran pokok bahasan keimanan, metode ceramah hendaknya

dipadukan dengan strategi yang relevan, yakni yang sesuai dengan materi,

karena materi tauhid tidak dapat untuk diperagakan, dan sangat sukar untuk

didiskusikan. Dalam keyakinan Islam wujud tuhan, malaikat, nabi dan

rasul, hari kiamat dan seterusnya sama sekali tidak dapat digambarkan atau

diperagakan (divisualkan).

Satu-satunya metode yang tepat untuk digunakan dalam penyajian

Page 66: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

48

materi tauhid adalah ceramah, penggunaan metode ceramah memerlukan

kelincahan dan seni berbicara kyai agama (kiai, ustadz). Disamping

penyajian cerita-cerita lucu atau sedih yang proporsional (tidak

berlebih/seimbang). pada akhir jam kajian, kyai agama juga dianjurkan

untuk membuka forum tanya jawab untuk mengetahui atau memperbaiki

kadar pemahaman jamaah atas pokok-pokok bahasan yang telah disajikan.

b. Tanya jawab

Menurut Roestiyah (2011:5) metode tanya jawab adalah suatu

metode didalam pendidikan dan pengajaran dimana kyai bertanya

sedangakan jamaah menjawab atau sebaliknya tentang materi yang telah

disampaikan. Metode Tanya jawab ini dilakukan pelengakap atau variasi

dari metode ceramah, atau sebagai ulangan kajian yang telah diberikan,

selingan dalam pembicaraan, untuk merangsang anak didik (jamaah) agar

perhatiannya tercurah pada masalah yang sedang dibicarakan, dan untuk

mengarahkan pada proses berpikir. Oleh karena itu dapat dikatakan

metode Tanya jawab hanya sebagai pelengkap atau penopang pada materi

ceramah, apalagi pada majelis ta‟lim yang materinya tentang tauhid,

ataupun dimensi materi yang lain.

E. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Al Khanif (2011) dengan judul: “Menguji

Kharisma Kyai Dalam Kehidupan Masyarakat Madura Jember Jawa Timur.”

Karisma seorang kyai secara berangsur-angsur mengalami berbagai tantangan

sosial budaya dari waktu-kewaktu dikarenakan perkembangan masyarakat.

Intervensi pemerintah dalam usaha menanggulangi kemiskinan dan

meningkatkan kualitas pendidikan, globalisasi, modernisasi sepertihalnya

perubahan paradigma sosial telah mempengaruhi tradisi paternalistic. Namun

demikian peranan kyai bagi masyarakat Madura berbeda. Dalam tradisi sosial

budaya, kyai masih memainkan peranan penting untuk membentuk

pemahaman masyarakat tentang pandangan agama dan nilai-nilai budaya.

Terlebih lagi kyai juga masih dipengaruhi pandangan politik dari masyarakat

yang terkadang memiliki kekuatan untuk membentuk masyarakat dengan

hirarki structural organisasinya. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kyai

bagi masyarakat Madura masih karismatik karena mereka memiliki

kemampuan lebih dalam merespon berbagai permasalahan sosial. Terlebih lagi

masyarakat menganggap kyai sebagai wakil kelompok minoritas yang kreatif. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah terletak pada variabel

kharismatik kyai. Sementara perbedaannya adalah pada pendekatan penelitian

Page 67: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

49

yang digunakan. Peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif sementara

peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Firman Nugraha (2016) dengan judul: “Peran

Majelis Ta’lim dalam Dinamika Sosial Umat Islam” Perjalanan panjang

keberadaan majelis ta‟lim dalam gerak perubahan sosial umat Islam

menunjukan warna tersendiri pada setiap tempat yang kondisi sosialnya

berbeda termasuk masa yang berbeda. Majelis ta‟lim mengingat eksistensinya

yang megakar kuat pada masyarakat Islam pada kurun waktu tertentu telah

menjadi perhatian politik untuk mengukuhkan pola pengkaderan dan

pembinaan masyarakat. Dan pada dimensi masyarakat urban ia dapat dikatakan

sebagai respon masyarakat atas kondisi sosial di sekitarnya. Sementara pada

masyaraat perdesaan ia menjadi bagian penting sebagai agen untuk melakukan

perubahan ekonomi sosial jamaahnya. Hal ini merupakan refleksi dari peran

sosial yang ada dalam dirinya. Persamaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu terletak pada

sampel penelitian, yakni masyarakat yang mengikuti majelis ta‟lim. Sementara

perbedaannya adalah pada pendekatan penelitian yang digunakan. Peneliti

terdahulu menggunakan pendekatan kualitatif sementara peneliti menggunakan

pendekatan kuantitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Oyoh Bariah, Iwan Hermawan, H.Tajuddin Nur

(2011) dengan judul: “Peran Majelis Ta’lim dalam Meningkatkan Ibadah Bagi

Masyarakat di desa Telukjambe Karawang.” Penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan data tentang peran Majelis ta‟lim dalam meningkatkan

ibadah masyarakat di desa Telukjambe serta faktor penghambat dan

pendukung peran majelis ta‟lim dalam meningkatkan pengamalan ibadah

masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penyebaran

angket kepada jamaah majelis ta‟lim dan observasi dilakukan untuk melihat

langsung terhadap realitas majelis dan kondisi obyektif majelis ta‟lim..Setelah

data terkumpul, langkah selanjutnya diaadakan pengolahan dan analisa

data.Untuk data hasil observasi digunakan penafsiran logika., data hasil angket

digunakan skala prosentasi. Hasil penemuan dan penelitian tentang peran

majelis ta‟lim ini membuktikan bahwa keberadaan majelis ta‟lim mampu

memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat dalam

meningkatkan ibadah dan akhlak masyarakat dengan kategori baik. Persamaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu terletak pada

sampel penelitian, yakni masyarakat yang mengikuti majelis ta‟lim. Sementara

Page 68: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

50

perbedaannya adalah pada pendekatan penelitian yang digunakan. Peneliti

terdahulu menggunakan pendekatan kualitatif sementara peneliti menggunakan

pendekatan kuantitatif.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Hajir Tajiri (2017) denagn judul: “Studi

Faktor Karismatik Praktisi Dakwah di Kota Bandung” Penelitian ini

mendeskripsikan karakteristik karismatik yang melekat pada beberapa praktisi

dakwah di kota Bandung, berkaitan dengan mutu personal, kemampuan

komunikasi efektif, serta prestasi kemasyarakatan. Penelitian dengan metode

deskriptif dan pendekatan kualitatif ini menunjukkan bahwa beberapa praktisi

dakwah yang tergolong karismatik itu pertama, dari aspek mutu personal

umumnya memiliki ciri integritas kepribadian yang baik, konsisten dalam

memegang prinsip, menjunjung tinggi kejujuran dalam penyampaian pesan

maupun dalam hidup kesehariannya. Mereka juga istiqomah menjalankan

dakwah kendati ujian sewaktu-waktu datang menimpa mereka. Kedua,

kemampuan komunikasi efektif ditandai dengan kecerdasan dalam memilih

kata, strategi mengawali komunikasi, penggunaan humor sebagai sisipan

ceramah, gaya komunikasi, serta kemampuan dalam menyampaikan topik yang

beragam. Ketiga, prestasi kemasyarakatan ditandai dengan kemampuan

memanfaatkan situasi krisis di masyarakat dengan solusi-solusi cerdas yang

diberikan. Implikasinya karisma seseorang dapat terbangun tidak hanya satu

faktor saja melainkan harus integral mulai dari mutu personal, kompetensi dan

konteks situasi. Persamaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu terletak pada

variabel kharismatik. Sementara perbedaannya adalah pada pendekatan

penelitian yang digunakan. Peneliti terdahulu menggunakan pendekatan

kualitatif sementara peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka penulis membuat hipotesis

(dugaan sementara) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh Kharismatik abah Uci terhadap Internalisasi Nilai

Religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar

Kemis Kabupaten Tangerang

2. Terdapat pengaruh minat mengikuti pengajian mingguan terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-

Page 69: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

51

Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang

3. Terdapat pengaruh kharismatik abah Uci dan minat mengikuti pengajian

mingguan secara bersama-sama terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas

jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis

Kabupaten Tangerang

Page 70: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan field research yang

bersifat kuantitatif. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk

memperoleh data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan (Anwar, 2011:8).

Sedangkan bersifat kuantitatif berarti menekankan analisa pada data

numerikal (angka) yang diperoleh dengan metode statistik (Anwar, 2011:5).

Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Pesantren Istiqlaliyah di Kampung

Cilongok, Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Survey Explanatory. Menurut Singarimbun dan Effendi (2010:3), penelitian

survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Kerlinger

dalam Sugiyono (2012: 7) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-

hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti.

Sugiyono (2013: 137) menyatakan bahwa sumber primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer

diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden. Setelah data

yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah,

menganalisis dan memproses data untuk diperoleh kesimpulan dari penelitian

ini. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif

B. Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan hipotesis dan kajian pustaka, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas (Indepenedent Variable)

Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor dan

antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas.

Page 71: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

53

Sugiyono (2013:4) mengemukakan bahwa variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, kharismatik Abah Uci

dan minat sebagai variabel bebas atau independen (X).

2. Variabel Terikat (Devendent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 4). Variabel

dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti. Dalam

penelitian ini Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah menjadi variabel terikat

atau dependen (Y).

Kerangka konsep dari penggunaan variabel dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian

Keterangan:

X1 : Kharisma Abah Uci

X2 : Minat jamaah

Y : Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah

X1

X2

Y

Page 72: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

54

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik

sebagai berikut:

1. Teknik Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melalui angket berupa

daftar pertanyaan yang ditujukan langsung kepada sejumlah responden

untuk dijawab dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert .

2. Observasi

Dengan teknik ini penulis bertujuan untuk mengadakan pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

diselidiki. Menurut Arikunto (2012:139) teknik pengumpulan data dengan

obsevasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja dan bila responden tidak terlalu besar. Teknik pelaksanaannya,

peneliti langsung ke lokasi dengan menggunakan alat berupa daftar

permasalahan yang akan diteliti, yang berisi item-item tentang kejadian atau

tingkah laku yang mungkin timbul atau digambarkan akan terjadi.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh jamaah yang aktif mengikuti kegiatan pengajian atau ta’lim

mingguan Abah Uci di Pesantren Istiqlaliyah di Kampung Cilongok,

Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

2. Teknik Pengambilan Sampel Sugiyono (2010:56) mendefinisikan sampel adalah sebagian

populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga benar-

benar mewakili populasi, teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah random sampling atau pengambilan sampel

secara acak dengan ketentuan jamaah atau orang yang mengikuti ta’lim

abah Uci di Ponpes Istiqlaliyah Pasar Kemis minimal 8 kali

pertemuan/ta’lim. Adapun proporsi yang peneliti pergunakan adalah seperti

yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 134) bahwa apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar

Page 73: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

55

dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.

Berdasarkan hasil pertimbangan di atas, karena jumlah populasi

lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah

populasi. Dengan demikian 10% dari 3000 adalah 300. Sehingga sampel

dalam penelitian ini berjumlah 300 jamaah ta’lim mingguan Abah Uci di

Pesantren Istiqlaliyah di Kampung Cilongok, Kecamatan Pasar Kemis

Kabupaten Tangerang.

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Variabel Internalisasi Nilai Religiusitas (Y)

a. Definisi Konseptual

Internalisasi Nilai Religiusitas adalah proses mengenal,

menghayati dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan

tumbuh kembangnya kehidupan Religiusitas yang terdiri dari tiga unsur

pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku

sesuai dengan aturan-aturan Ilahi untuk mencapai kesejahteraan serta

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dan tercermin dalam keyakinan,

peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman.

b. Definisi Operasional

Internalisasi Nilai Religiusitas dalam penelitian ini dilihat

berdasarkan pada ideologi atau keyakinan, peribadatan, penghayatan,

pengetahuan dan pengamalan.

c. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Variabel Y

No. Indikator No. Pernyataan

Positif Negatif

1.

2.

3.

4.

5.

Ideologi atau keyakinan

Peribadatan

Penghayatan

Pengetahuan

Pengamalan

1, 2, 3

7, 8, 10,

13,14,15

19,20,22

25,26,28

4,5,6

9,11,12

16,17,18

21,23,24

27,29,30

Page 74: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

56

2. Kharismatik Kyai (X1)

a. Definisi Konseptual

Kharismatik kyai adalah wujud dari kualitas seorang kyai dari

kepribadian, kemampuan intelektual, dan pengetahuan Religiusitas

khususnya nilai sufisme yang dapat mempengaruhi orang lain (jamaah).

b. Definisi Operasional

Secara operasional kharismatik kyai yang dimaksud dalam

penelitian ini dilihat berdasarkan pada kepribadian yang kuat, pengaruh

yang besar, tegas, penuh percaya diri, berpandangan luas dan ketajaman

pemikiran.

c. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Variabel X1

No. Indikator No. Pernyataan

Positif Negatif

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kepribadian yang kuat

Pengaruh yang besar

Tegas

Penuh percaya diri

Berpandangan luas

Ketajaman pemikiran.

1, 2, 3, 4

7,9,10

12,13,14,15

18,20,22

23,24,26

28,30

5,6

8,11

16,17

19,21

25,27

29

3. Minat Masyarakat (X2)

a. Definisi Konseptual

Minat Masyarakat adalah motivasi yang mendorong untuk

melakukan apa yang diinginkan dan kecenderungan untuk merasa tertarik

pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang

dari sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup dan

terikat oleh adat istiadat hingga menghasilkan sebuah kebudayaan.

b. Definisi Operasional

Minat Masyarakat secara operasional dalam penelitian ini dilihat

berdasarkan pada perasaan senang, perhatian dalam mengikuti majlis

ta’lim dan pengetahuan.

Page 75: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

57

d. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Variabel X2

No. Indikator No. Pernyataan

Positif Negative

1.

2.

3.

Perasaan senang

Perhatian dalam mengikuti

majlis ta’lim

Pengetahuan

1, 2, 4 ,6, 7

11,13,14,16,

19,20

21,23,24, 27,29

3,5,8,9,10

12,15,17, 18

22,25,26,

28,30

4. Uji Validitas dan Reliablitas

Menurut Arikunto (2010: 170) validitas adalah suatu ukuran yang

menujukan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan sesuatu intrumen.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud.

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan

dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas instrumen ini

menggunakan rumus korelasi Product Moment yaitu:

2222 - . - .

- .

yyNxxN

yxxyNrxy

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden

∑X = Jumlah skor butir soal

∑Y = Jumlah skor total

∑XY = Jumlah perkalian skor butir soal

∑X2

= Jumlah kuadrat skor butir soal

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor total

Hasil rxy hit dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi

5%. Jika didapatkan harga rxy hit> r tabel, maka butir instrument dikatakan

valid, akan tetapi sebaliknya jika harga rxy hit< r tabel, maka dikatakan

bahwa butir instrumen tersebut tidak valid.

Page 76: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

58

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya uji reliabilitas instrumen.

Reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas menunjukan

bahwa tingkat keterandalan suatu butir instrumen. Instrumen yang sudah

dapat dipercaya (reliable) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

juga dapat diandalkan.

Pengujian reliabilitas instrumen ini digunakan dengan menggunakan

rumus Cranbach’s Alpha yaitu:

[

][ ∑

]

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir soal

Σα12 = Jumlah varian butir

σ12 = Varian total

Selanjutnya hasil uji reliabilitas angket penelitian dikonsultasikan

dengan harga r product moment pada taraf signifikansi 5%. Jika harga r11> r

tabel, maka instrumen dikatakan reliabel, dan sebaliknya jika harga r11< r tabel

maka dikatakan instrumen tersebut tidak reliabel.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik

sebagai berikut:

1. Teknik Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melalui angket berupa

daftar pertanyaan yang ditujukan langsung kepada sejumlah responden

untuk dijawab dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert .

2. Observasi

Dengan teknik ini penulis bertujuan untuk mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.

Menurut Arikunto (2012:139) teknik pengumpulan data dengan obsevasi

digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja

dan bila responden tidak terlalu besar. Teknik pelaksanaannya, peneliti

langsung ke lokasi dengan menggunakan alat berupa daftar permasalahan

yang akan diteliti, yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku

yang mungkin timbul atau digambarkan akan terjadi.

Page 77: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

59

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Data deskriptif adalah menampilkan gambaran umum mengenai

jawaban responden atas pertanyaan atau pernyataan yang terdapat dalam

kuesioner (tertutup). Berdasarkan hasil tanggapan dari responden tentang

variabel-variabel penelitian peneliti akan menguraikan secara rinci

jawaban responden yang dikelompokkan dalam deskriptif statistik yang

ditunjukkan dengan nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar

deviasi. Melalui angka rata-rata tersebut akan diketahui sejauh mana

derajat persepsi responden atas variabel-variabel yang menjadi indikator

dalam penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas.

Uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau

distribusi normal (Ghozali; 2010). Pengujian normalitas data dilakukan

dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Sebuah

variabel dikatakan terdistribusi dengan normal apabila hasil pengujian

menunjukan nilai signifikansi diatas 5%. Apabila data tidak

terdistribusi dengan normal, maka data dapat dinormalkan dengan cara

melakukan transformasi data.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau

regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for

Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan

mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (linieritas) kurang

dari 0,05

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel

independen yang satu dengan variabel indepeden yang lainnya. Dalam

pengujian ini peneliti menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel independen dalam matrik interkorelasi

dengan koefisien determinan dan regresi antara semua variabel

Page 78: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

60

independent dengan variabel dependen. Model regresi yang baik adalah

apabila model tersebut tidak terjadi korelasi antar variabel

independennya.

Dalam menganalisa ada tidaknya problem multikolinearitas

digunakan Variance Inflation Factor (VIF), toleran dan besaran

korelasi antara variabel independen. Pedoman suatu model regresi yang

bebas multikolinearitas adalah nilai toleran 0,10 atau sama dengan nilai

VIF yang tinggi (karena VIF:1 atau toleran) dan menunjukkan adanya

kolonieritas yang tinggi. Menurut Susanti (2010), apabila terjadi gejala

multikolinearitas pada model regresi, ada beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk menghilangkan gejala tersebut dengan cara sebagai

berikut ini.

1) Transformasi variabel, yaitu salah satu cara mengurangi hubungan

linear diantara variabel bebas, dapat dilakukan dalam bentuk

logaritma natural dan bentuk first difference atau delta.

2) Dengan mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang

mempunyai korelasi yang tinggi dari model regresi dan identifikasi

variabel independen lainnya untuk membantu prediksi.

3) Gunakan model dengan variabel bebas yang mempunyai korelasi

tinggi hanya semata-mata untuk memprediksi.

4) Gunakan korelasi sederhana antara setiap variabel bebas dan

variabel terikatnya untuk memahami hubungan variabel bebas dan

variabel terikat.

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah data di uji validitas, reliabilitas dan normalitas datanya,

langkah selanjutnya adalah analisis data menggunakan regresi linier

berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas yaitu: kharismatik Abah Uci (X1), minat

mengikuti pengajian mingguan (X2), terhadap variabel terikatnya yaitu

Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah (Y). Persamaan regresi linier

berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y = Variabel dependen (Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah)

a = Konstanta

b1, b2, = Koefisien garis regresi

Page 79: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

61

X1, X2, =Variabel independen (kharismatik Abah Uci, minat

mengikuti pengajian mingguan)

e = error / variabel pengganggu

H. Pengujian Hipotesis

1. Uji Secara Bersama (Uji F)

Uji F menunjukan apakah semua variabel bebas yaitu kharismatik

Abah Uci (X1) dan minat mengikuti pengajian mingguan (X2), mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas yaitu hasil

mengikuti majlis ta’lim jamaah (Y). Uji F disimpulkan dengan:

H0 : b1 ,b2 = 0; apabila tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama antara

variabel Bebas terhadap variabel terikat

H0 ditolak jika nilai F hitung ≥ F tabel

H0 diterima jika nilai F hitung < F tabel

Ha : b1 b2, ≠ 0; apabila terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Ha diterima jika nilai F hitung ≥ F tabel

Ha ditolak jika F hitung < F table

2. Uji Secara Parsial (Uji t)

Digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh antara satu variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas. Uji-t pada penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh kharismatik Abah Uci terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas

jamaah, dan pengaruh iklim mengikuti majlis ta’lim terhadap Internalisasi

Nilai Religiusitas jamaah secara sendiri-sendiri (terpisah). Rumusan hipotesis

dengan uji t adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh X1 terhadap Y

H0 : b1 (kharismatik Abah Uci) = 0;

Tidak terdapat pengaruh antara kharismatik Abah Uci terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah

H0 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel

H0 diterima jika nilai t hitung < t tabel

Ha : b1 (kharismatik Abah Uci) ≠ 0;

Terdapat pengaruh antara kharismatik Abah Uci terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah

Ha diterima jika nilai t hitung ≥ t tabel

Ha ditolak jika nilai t hitung < t table

Page 80: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

62

b. Pengaruh X2 terhadap Y

H0 : b2 (Minat mengikuti pengajian mingguan) = 0;

Tidak terdapat pengaruh Minat mengikuti pengajian mingguan

terhadap variabel terikat Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah.

H0 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel

H0 diterima jika nilai t hitung < t tabel

Ha : b2 (kreativitas kyai) ≠ 0;

Terdapat pengaruh Minat mengikuti pengajian mingguan terhadap

variabel terikat Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah.

Ha diterima jika nilai t hitung ≥ t tabel

Ha ditolak jika nilai t hitung < t tabel

Untuk mempermudah dalam perhitungan pengujian hipotesis

digunakan alat bantu program komputer untuk statistik yaitu SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 21. for windows.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan variable bebas dalam menerangkan variasi atau memberikan

pengaruh terhadap variabel terikat. Nilai Koefisien determinasi adalah

antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Begitu pula

sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel terikat.

I. Hipotesis Statistik

1) Hipotesis pertama :

H0 : yx1 = 0

H1 : yx1 ≠ 0

2) Hipotesis kedua :

H0 : yx2 = 0

H1 : yx2 ≠ 0

3) Hipotesis ketiga :

H0 : yx1x2 = 0

H1 : yx1x2 ≠ 0

Page 81: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

63

Keterangan:

H0 = Hipotesis Nol

H1 = Hipotesis Alternatif

yx1 = Koefesien pengaruh kharismatik Abah Uci terhadap Internalisasi

Nilai Religiusitas jamaah

yx2 = Koefesien pengaruh minat mengikuti pengajian mingguan

terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas jamaah

yx1x2 = Koefesien pengaruh kharismatik Abah Uci dan minat mengikuti

pengajian mingguan terhadap Internalisasi Nilai Religiusitas

jamaah

Page 82: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah merupakan salah satu pesantren

salaf yang berada di Kampung Cilongok, Desa Sukamantri, RT 02 RW 02

Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Pesantren tersebut didirikan oleh KH. Dimiyati (alm) sekitar tahun 1957.

Beliau adalah putra dari KH. Romli, seorang tokoh agama yang berasal

dari Doyong kemudian menetap di Cilongok. KH. Dimiyati lahir pada

tahun 1930 di Cilongok, dan meninggal pada tahun 2001.

Semasa hidupnya, KH. Dimiyati senang menghabiskan waktunya

untuk mengaji dan belajar ilmu agama diberbagai tempat. Tempat pertama

beliau menimba ilmu ialah pada H. Mahali di Pasar Kemis. Kemudian

selanjutnya pada Abuya Rasam seorang ahli fiqih dari Caringin.

Dilanjutkan kepada ahli fiqih lainnya, seperti Abuya Dahlan di Tanjakan

daerah Rajeg, Abuya Parawira di Pandeglang, dan Abuya Muhidin di

Kosambi Sepatan. Selain belajar pada ahli fiqih, KH. Dimiyati juga belajar

tentang tarekat pada KH. Arsyad, KH. Ardani dan masih banyak yang

lainnya.

Ditengah kegiatan belajar di pesantren, KH. Dimiyati diminta

kembali ke kampung halamannya ke Cilongok oleh sang ayah karna pada

saat itu masyarakat Cilongok membutuhkan figur da‟i. Mulai saat itulah,

KH. Dimiyati mulai menjadi seorang da‟i yang kemudian mengikuti jejak

sang ayah untuk mendirikan pesantren.

Pada awalnya, pesantren ini dikenal dengan nama Pesantren

Cilongok, merujuk pada lokasi pesantren. Kemudian pada tahun 1970

pesantren diberi nama Al-Istiqlaliyyah, yang berarti kemandirian. Maksud

dari nama tersebut adalah untuk mencerminkan kehidupan santri maupun

pesantren agar mandiri. Adapaun visi misi dari pesantren ini adalah

menjaga keutuhan ajaran yang dibawa Rasulullah, serta mendidik

masyarakat supaya memahami nilai- nilai agama. Setelah wafatnya KH.

Dimiyati, kepemimpinan pondok pesantren dilanjutkan oleh sang putra,

yakni KH. Uci Turtusi. KH. Uci Turtusi adalah putra ketiga dari KH.

Page 83: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

65

Dimiyati. Semenjak kecil, KH. Uci dididik langsung oleh sang ayah,

kemudian pendidikan selanjutnya dilakukan diberbagai pesantren.

KH. Uci Turtusi merupakan gurunya para guru, ketawadhuan

dalam menerima hinaan orang & menutupi keturunan dari Abuya

Dimyathi Cilongok, beliau dikenal sangat haus akan ilmu. Karena itu, ia

belajar ilmu agama pada banyak pesantren kepada 32 orang guru selama

32 tahun, lama mondoknya beliau disuatu tempat berbeda-beda ada yg 3

tahun lebih bahkan ada yang hanya 1 hari, apabila sudah banyak orang yg

tahu bahwa beliau adalah anak Abuya Dimyathi al-Bantani maka Beliau

akan pindah bahkan apabila Sang guru mengetahui beliau anak seorang

Abuya maka Sang Kyai malah gak berani menerimanya sebagai murid.

Diantara tempat beliau belajar adalah di Banjar Patoman Jawa Barat

bersama Ajengan Imam, Pesantren Kewagean Kediri bersama Kyai

Hanan, dan yang terakhir di Abah Ucup Cisoka Caringin.

Pesantren Al-Istiqlaliyyah berdiri di tanah seluas ± 5 ha, terdiri dari

11 buah kobong (tempat tinggal untuk santri) yang terbagi dalam 17 Darul,

tiga buah masjid, satu dapur umum, kantin, toko kitab dan majlis

pengajian disetiap depan rumah keluarga pesantren. Pesantren Al-

Istiqlaliyyah ini memang dibangun disekitar lingkungan keluarga dari KH.

Romli. Jadi selain bangunan untuk menunjang kegiatan santri, ada pula

kediaman atau tempat tinggal dari keluarga pendiri pesantren. Sedangkan

untuk jumlah santri, saat ini ada sekitar 600 orang yang mondok

dipesantren tersebut.

Salah satu kegiatan pengajian yang banyak jamaahnya adalah

pengajian minggu pagi, dimana jamaah yang mengikuti tidak kurang dari

tiga ribu jamaah dari berbagai latar belakang dan dari wilayah Jabodetabek

dan Banten. Pengajian yang dimulai pukul 08.00 ini di awali dengan

pembacaan hadiah surat Al-Fatihah kemudian pembacaan sholawat

Ibrahimiyah dan dilanjutkan pengajian kita Minhajut Tholibin serta Tafsir

Jalalain sampai pukul 11.00 dan dilanjutkan kembali setelah sholat dzuhur.

Pengajian yang dipimpin oleh beliau langsung cukup menarik

jamaah yang ribuan di karenakan sosok kharismatik beliau dengan

keluasan wawasan ke ilmuan, tutur kata lemah lembut dan bahasa yang

mudah di pahami jamaah.

Page 84: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

66

Jamaah meyakini beliau mempunyai keistimewaan atau karomah

hal ini banyak disaksikan dan dirasakan oleh jamaah serta santri,

diantaranya ketika ada yang silaturahmi ke beliau sebelum mengutarakan

maksudnya beliau sudah tahu dan ternyata dibenarkan oleh orang yang

bersilaturahim. Selain sosoknya yang kharismatik jamaah mengikuti

pengajian karena ingin belajar ilmu agama yang lebih dalam dari beliau

dan mencari perantara keberkahan melaui beliau.

Pesantren membuka pendaftaran untuk santri baru setiap satu tahun

sekali. Jadwal ini disesuaikan dengan jadwal penerimaan siswa di sekolah

umum. Saat pendaftaran, santri baru dikenakan biaya administrasi sebesar

Rp. 100.000,00.- (Seratus Ribu Rupiah), ini sudah termasuk dengan uang

listrik selama satu bulan. Sedangkan untuk biaya selanjutnya, santri hanya

dikenakan biaya listrik, yakni sebesar Rp. 15.000,00.- (Lima Belas Ribu

Rupiah) per bulannya.

b. Struktur Organisasi

Pesantren Al-Istiqlaliyyah ini memiliki pola organisasi yang

skupnya kecil. Dari awal berdirinya pesantren ini, segala kegiatan pesantren

berada di bawah naungan kyai yang menjadi pemimpin dipesantren,

kemudian dibantu oleh kyai-kyai atau ustadz-ustadz yang bertugas

mengajar atau memonitor santri. Karena jumlah santri yang sudah banyak,

kemudian untuk memudahkan tugas dari Kyai dan Ustadz, maka pesantren

memilih pemimpin tertinggi dari seorang santri yang disebut Lurah ‘Am.

Pemilihan berdasarkan pada penilaian kedewasaan, waktu lamanya

mondok, kemampuan dalam mengaji, dan tentu sikap serta perilaku yang

taat dan patuh pada Kyai.

Tugas dari Lurah ‘Am adalah menetapkan posisi santri ke

komplek, membimbing mengaji, menjaga kestabilan dan bertanggung

jawab penuh atas kebutuhan pesantren. Lurah ‘Am ini juga tugas-tugasnya

akan dibantu oleh Lurah Khos, dimana Lurah Khos ini ada di setiap kobong

dan Lurah Khos dipiling langsung oleh Lurah ‘Am.

Sedangkan untuk masa jabatan, baik Lurah ‘am maupun Lurah

Khos tidak ditentukan, sesuai dengan kesanggupan dari orang yang terpilih.

Namun secara maksimal biasanya Lurah ‘am menjabat selama empat tahun,

sedangkan Lurah Khos selama dua tahun. Berikut ini adalah susunan

kepengurusan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah :

Page 85: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

67

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pondok Pesantren al-Istiqlaliyyah

Pimpinan Pesantren

KH. Uci Turtusi

KH. Thohawi KH. Rumdani H. Muhasimudin H. Sihabudin Ust. Endin H. Jalaludin

Lurah ‘Am

Ade Saputra

W. Lurah ‘Am

Ah. Humaidi

Sekretaris

Yumi Aliamani

Santri Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Bendahara

Romdani Al-Hadi

Sie. Keamanan

Fijar Mulki

Sie. Kebersihan

Dayat

Lurah Khos

Page 86: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

68

c. Kegiatan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah

Dalam sistem pengajarannya, pesantren ini menggunakan metode

sorogan dan metode bandungan. Metode sorogan adalah suatu metode di

mana saat proses belajar mengajar berlangsung, sang murid/ santri yang

membaca dan guru yang mendengarkan. Jika ada kesalahan, sang guru

langsung menasehati. Sedangkan metode bandungan, guru yang

membacakan dan para murid/ santri yang mendengarkan dan menghayati

pelajaran yang diberikan. Karena pesantren ini merupakan pesantren salaf,

maka dalam pendidikannya menggunakan paham Ahlisunnah waljamaah.

Adapun mahzab yang diterapkan yakni Mahzab Imam Syafi‟i. Dalam

mendidik para santrinya, pihak pesantren juga memberikan paham

kesufian yang tentu saja mengacu pada sosok Tuan Syekh Abdul Qadir al-

Jailani

Kegiatan santri di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah sudah dimulai

dari sebelum subuh hingga menjelang tengah malam. Proses belajar-

mengajar dalam pesantren ini dilakukan dirumah guru masing-masing

yang memang berada disekitar pesantren. Di setiap rumah guru

dilingkungan pesantren ini memang memiliki majlis untuk mengaji.

Peantren ini hanya memfokuskan santrinya untuk belajar ilmu agama,

maka dari itu tidak ada kegiatan lain diluar dari belajar ilmu agama dan

mengaji. Dan berikut ini adalah jadwal kegiatan santri di Pesantren Al-

Istiqlaliyyah:

Page 87: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

69

Tabel 4.1

Jadwal kegiatan santri di Pesantren al-Istiqlaliyyah

No. Jam Kegiatan

1. 03.30 – 04.00 Bangun pagi dan persiapan ke Masjid untuk shalat

subuh berjamaah

2. 04.00 – 05.00 Shalat subuh berjamaah di masjid

3. 05.30 – 06.15 Ngaji Kitab

4. 06.15 – 06.30 Istirahat

5. 06.30 – 07.00 Ngaji Kitab

6. 07.00 – 08.00 Istirahat

7. 08.00 – 10.30 Ngaji Kitab

8. 10.30 – 12.00 Istirahat dan persiapan shalat dzuhur

9. 12.00 – 13.00 Shalat dzuhur berjamaah dan makan siang

10. 13.00 – 14.00 Ngaji Kitab (Nahwu)

11. 14.00 – 15.30 Istirahat

12. 15.30 – 16.00 Shalat ashar berjamaah

13. 16.00 – 17.00 Ngaji Kitab

14. 17.00 – 18.00 Piket

15. 18.00 – 19.30 Shalat maghrib berjamaah dan ngaji

16. 19.30 – 20.00 Shalat isya berjamaah

17. 20.00 – 22.00 Ngaji Kitab

18. 22.00 – 03.30 Tidur

Page 88: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

70

Secara keseluruhan, pengajar di Pesantren Al-Istiqlaliyyah berjumlah

tujuh (7) orang, yang semuanya masih memiliki hubungan kekerabatan dengan

kyai. Adapun kitab yang diajarkan di pesantren ini adalah kitab-kitab yang

membahasa masalah ilmu fiqih, ushul fiqih, nahwu, shorof, tafsir, hadits,

tasawuf, adab, aud (not lagu/ lagam), dan bayan/ ma’ani (pemahaman al-

Quran). Berikut ini adalah nama pengajar kitab yang diajarkan di Pondok

Pesantren Al-Istiqlaliyyah.

Tabel 4.2

Daftar nama pengajar dan kitab yang diajarkan di Pesantren al- Istiqlaliyyah

No.

Pengajar

Kitab yang diajarkan

Keterangan Kitab

1.

KH. Uci Turtusi

Irsyadul ibad

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih dan

Tasawuf

Alfiyah ibnu Malik

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Nahwu dan

Ilmu Shorof

Shohih Bukhori Kitab tentang hadits

Mau‟idotul Mu‟minin

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih dan

Tasawuf yang diringkas

dari

Kitab Ihliyaul Mudir

Shohih Muslim Kitab tentang hadits

Sulam Munawwarok

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Bilagah

(Ilmu

Logika)

Bughiyatul Musytarsyidin Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Tafsir Nawawi Kitab yang menjelaskan

penerangan Ilmu Tafsir.

Risalatul Qusyairiyah Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Tasawuf

Majalisutsaniyah

Kitab yang menjelaskan

tentang riwayat-riwayat

hadits Kitab

Arba’un Nawawi

Page 89: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

71

No.

Pengajar

Kitab yang diajarkan

Keterangan Kitab

2.

H. Thohawi

Tafsir Jalalain

Kitab yang menjelaskan tentang

riwayat-riwayat

hadits dari Kitab Arba’un

Nawawi

Fathul Mu‟in Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Muroqil Ubudiyah

Kitab yang menjelaskan tentang

Ilmu Fiqih

3.

H. Sofwan

Riyadul Badi‟ah Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Safinah Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Kifayatul Akhyar Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Tasrifan Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Shorof

Nashoihuddiniyah

Kitab yang menjelaskan tentang

Ilmu Tasawuf berikut hadits dan

riwayatnya

Tanbihul Mugtarin Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Tasawuf

Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Fathul Mu‟in Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Pengajian al-Quran

-

4.

Ust. Solahudin

Mukhtashor Syafi

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Arad (Ilmu

Syair)

Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

Alfiyah Ibnu Malik

Kitab yang menjelaskan tentang

Ilmu Nahwu dan

Ilmu Shorof

Tafsir Jalalain

Kitab yang menjelaskan tentang

riwayat-riwayat hadits dari

Kitab Arba’un Nawawi

Page 90: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

72

No.

Pengajar

Kitab yang diajarkan

Keterangan Kitab

5.

H. Muhasinudin

Kifayatul Azkiyah Kitab yang menjelaskan

tentang Tasawuf

Jouhar Maknun

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Bilagah

(Ilmu Logika)

Riyadusholihin

Kitab yang menjelaskan

tentang hadits yang

dikarang

oleh Imam Nawawi

Alfiyah Ibnu Malik

Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Nahwu dan

Ilmu Shorof

Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Fiqih

6.

H. Husni Makki

Jalalain

Kitab yang

menjelaskan tentang

riwayat-riwayat hadits

dari Kitab Arba’un

Nawawi

Jurumiyah Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Nahwu

Awamil Kitab yang menjelaskan

tentang Ilmu Nahwu

(Amil)

7.

H. Yasin

Pengajian al-Quran

(qira‟at)

-

Page 91: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

73

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Hasil analisis data penelitian ini diolah dengan menggunakan

statistika deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk

mengetahui keadaan masing-masing variabel. Analisis yang dilakukan

meliputi: nilai rata-rata, median, modus, varian, simpangan baku, serta

visualisasi data berupa tabel dan grafik. Analisis regresi ganda digunakan

untuk mengetahui pengaruh Variabel X1, X2, terhadap Variabel Y.

a. Menentukan Kategori Deskripsi Variabel

Menurut Husaini (2006 : 54) kategori masing-masing variabel

dikelompokkan dalam empat kategori. Adapun langkah – langkah

pengelompokkan kategori persentasenya adalah:

1) Mencari persentase maksimal

2) Mencari persentase minimal

3) Menghitung rentang persentasi

Persentase maksimal – Persentase minimal

100% - 20% = 80%

4) Mencari panjang kelas

Page 92: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

74

Berdasarkan hasil di atas kategori deskriptif persentase masing-

masing variabel dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 4.3

Kategori Deskriptif Persentase

Interval Kriteria

Kharismatik Minat Internalisasi

81% < % ≤ 100 % Sangat Berwibawa Sangat Tinggi Sangat Baik

61 % < % ≤ 80 % Berwibawa Tinggi Baik

41 % < % ≤ 60 % Cukup Berwibawa Cukup Tinggi Cukup Baik

20 % < % ≤ 40 % Tidak Berwibawa Rendah Kurang Baik

Setelah diketahui kategori deskriptif untuk masing-masing variabel,

langkah selanjutnya adalah mencari besarnya nilai persentase masing-

masing variabel dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai dalam persen (%)

R = Rata-Rata Skor

SM = Skor ideal.

b. Deskripsi Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian dimana penelitian ini

terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yakni variabel

Kharismatik Abah Uci (X1), Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2), dan

Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y). Sampel yang diambil data dalam

penelitian ini adalah 300 orang. Deskripsi dari masing-masing variabel

berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada sampel tersebut hasilnya

dapat dijelaskan di bawah ini:

1) Variabel Kharismatik Abah Uci (X1)

Variabel Kharismatik Abah Uci, pengumpulan datanya

menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden, masing-

masing pernyataan mempunyai 5 pilihan jawaban dengan opsi penilaian

1 (satu) untuk nilai terendah kemudian berturut-turut 2,3,4, dan paling

tinggi bernilai 5.

Page 93: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

75

Berdasarkan pengumpulan data lapangan dan analisis data pada

variabel Kharismatik Abah Uci diperoleh hasil nilai terendah, nilai

tertinggi, rata-rata, simpangan baku/standar deviasi, modus dan median

sebagai berikut:

Tabel 4.4

Deskripsi Data Variabel X1

N

Valid 300

Missing 0

Mean 77.9985

Median 79.3750

Mode 73.15a

Std. Deviation 11.60132

Range 77.56

Minimum 37.73

Maximum 115.29

Sum 23399.56

Berdasarkan tabel di atas mengenai penyebaran data Kharismatik

Abah Uci, diketahui jumlah responden 300 orang, perolehan skor yang

terendah 37 dan skor tertinggi 115, range 77 dengan skor total yaitu

233399, rata-rata (Mean) 77,99. Simpangan baku (Std. Deviation) 11,60,

modus (Mo) 73, dan median (Me) 79. Sebaran data variabel Kharismatik

Abah Uci (X1) tersebut dapat dikelompokan dalam tabel distribusi

frekuensi perkelas di bawah ini:

Page 94: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

76

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Variabel X1

NO NILAI Titik Tengah FREKUENSI

Absolut Relatif

1 37 - 45 41 3 1.0

2 46 - 53 49 2 0.7

3 54 - 61 57 15 5.0

4 62 - 69 65 41 13.7

5 70 - 77 73 66 22.0

6 78 - 85 81 104 34.7

7 86 - 93 89 38 12.7

8 94 - 101 97 24 8.0

9 102 - 109 105 3 1.0

10 110 - 117 113 4 1.3

JUMLAH 300 100

Gambaran umum data variabel Kharismatik Abah Uci dapat

dijelaskan dengan histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2

Grafik Histogram Variabel X1

0

20

40

60

80

100

120

41 49 57 65 73 81 89 97 105 113

Freq

uen

cy

Titik Tengah

Kharismatik Abah Uci

Page 95: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

77

Selanjutnya untuk mengetahui kategori variabel kharismatik

Abah Uci di mata jamaahnya, terlebih dahulu dihitung nilai deskriptif

persentase sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan diperoleh, bahwa persentase kharismatik

Abah Uci sebesar 67,817%. Setelah dicocokkan dengan kategori

deskriptif persentase di atas, maka disimpulkan bahwa kharismatik

Abah Uci di mata jamaahnya tergolong dalam kategori berwibawa.

2) Variabel Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2)

Variabel Minat mengikuti Ta’lim, pengumpulan datanya

menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden, masing-

masing pernyataan mempunyai 5 pilihan jawaban dengan opsi penilaian 1

(satu) untuk nilai terendah kemudian berturut-turut 2,3,4, dan paling tinggi

bernilai 5.

Berdasarkan pengumpulan data lapangan dan analisis data pada

variabel Minat mengikuti ta’lim mingguan diperoleh hasil nilai terendah,

nilai tertinggi, rata-rata, simpangan baku/standar deviasi, modus dan

median, sebagai berikut:

Tabel 4.6

Deskripsi Data Variabel X2

N

Valid 300

Missing 0

Mean 86.1887

Median 85.0400

Mode 103.17

Std. Deviation 10.96958

Range 61.49

Minimum 57.74

Maximum 119.23

Sum 25856.60

Page 96: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

78

Berdasarkan tabel di atas mengenai penyebaran data Minat

mengikuti Ta’lim, jumlah responden 300 orang, perolehan skor yang

terendah 57 dan skor tertinggi 119, range 61 dengan skor total yaitu

25856, rata-rata (Mean) 86,18. Simpangan baku (Std. Deviation) 10,969,

modus (Mo) 103, dan median (Me) 85. Sebaran data variabel Minat

mengikuti ta’lim mingguan (X2) tersebut dapat dikelompokan dalam tabel

distribusi frekuensi perkelas di bawah ini:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Variabel X2

NO NILAI Titik Tengah FREKUENSI

Absolut Relatif

1 57 - 64 61 6 2.0

2 65 - 71 68 12 4.0

3 72 - 78 75 50 16.7

4 79 - 85 82 76 25.3

5 86 - 92 89 82 27.3

6 93 - 99 96 28 9.3

7 100 - 106 103 31 10.3

8 107 - 113 110 12 4.0

9 114 - 120 117 3 1.0

10 121 - 127 124 0 0.0

Gambaran umum data variabel Minat mengikuti ta’lim

mingguandapat dijelaskan dengan histogram sebagai berikut:

Gambar 4.3

Grafik Histogram Variabel X2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

61 68 75 82 89 96 103 110 117 124

Freq

uen

cy

Titik Tengah

Page 97: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

79

Selanjutnya untuk mengetahui kategori minat jamaah mengikuti

ta’lim mingguan, terlebih dahulu dihitung nilai deskriptif persentase

sebagai berikut:

%

Dari hasil perhitungan diperoleh, bahwa persentase minat

jamaah sebesar 68,94%. Setelah dicocokkan dengan kategori deskriptif

persentase di atas, maka disimpulkan bahwa variabel minat jamaah

mengikuti ta’lim mingguan tergolong dalam kategori tinggi.

3) Variabel Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y)

Variabel Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y), pengumpulan

datanya menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden,

masing-masing pernyataan mempunyai 5 pilihan jawaban dengan opsi

penilaian 1 (satu) untuk nilai terendah kemudian berturut-turut 2,3,4, dan

paling tinggi bernilai 5.

Berdasarkan pengumpulan data lapangan dan analisis data pada

variabel hasil belajar diperoleh hasil nilai terendah, nilai tertinggi, rata-

rata, simpangan baku/standar deviasi, modus dan median. Dari hasil

analisis tersebut dapat dirangkum pada tabel di bawah ini:

Page 98: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

80

Tabel 4.8

Deskripsi Data Variabel Y

N Valid 300

Missing 0

Mean 75.4236

Median 75.3400

Mode 89.40

Std. Deviation 9.79922

Range 45.58

Minimum 53.93

Maximum 99.51

Sum 22627.09

Berdasarkan tabel di atas mengenai penyebaran data Internalisasi

nilai-nilai religiusitas (Y), jumlah responden 300 orang, perolehan skor

yang terendah 53 dan skor tertinggi 99, range 45 dengan skor total yaitu

22627, rata-rata (Mean) 75,42. Simpangan baku (Std. Deviation) 9,799,

modus (Mo) 89, dan median (Me) 75. Sebaran data variabel Internalisasi

nilai-nilai religiusitas (Y) tersebut dapat dikelompokan dalam tabel

distribusi frekuensi perkelas di bawah ini:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Variabel Y

NO NILAI Titik Tengah FREKUENSI

Absolut Relatif

1 53 - 58 56 12 4.0

2 59 - 63 61 17 5.7

3 64 - 68 66 34 11.3

4 69 - 73 71 60 20.0

5 74 - 78 76 64 21.3

6 79 - 83 81 49 16.3

7 84 - 88 86 21 7.0

8 89 - 93 91 30 10.0

9 94 - 98 96 12 4.0

10 99 - 103 101 1 0.3

JUMLAH 300 100

Page 99: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

81

Gambaran umum data variabel Internalisasi nilai-nilai religiusitas

(Y) dapat dijelaskan dengan histogram sebagai berikut:

Gambar 4.4

Grafik Histogram Variabel Y

Selanjutnya untuk mengetahui kategori variabel internalisasi nilai-

nilai religiusitas, terlebih dahulu dihitung nilai deskriptif persentase

sebagai berikut:

%

Dari hasil perhitungan diperoleh, bahwa persentase variabel

internalisasi nilai-nilai religiusitas sebesar 71,82%. Setelah dicocokkan

dengan kategori deskriptif persentase di atas, maka disimpulkan bahwa

variabel internalisasi nilai-nilai religiusitas tergolong dalam kategori baik.

0

10

20

30

40

50

60

70

56 61 66 71 76 81 86 91 96 101

Freq

uen

cy

Titik Tengah

Internalisasi Nilai-Nilai Religiusitas

Page 100: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

82

B. Uji Persyaratan Analisis

Untuk melakukan analisis regresi, korelasi maupun pengujian hipotesis

terlebih dulu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Untuk uji hipotesis

yang membuktikan suatu hubungan antar variabel maka terdapat beberapa uji

prasyarat sebelum melakukan uji analisis. Persyaratan analisis yang dimaksud

adalah persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis dapat dilakukan, baik

untuk keperluan memprediksi maupun untuk keperluan pengujian hipotesis.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran data, apakah

data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan

metode Liliefors, dengan taraf signifikansi yang digunakan sebagai aturan

untuk menerima atau menolak pengujian normalitas atau tidaknya suatu

distribusi data adalah taraf signifikansi α= 0,05. Data berdistribusi normal

jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Hasil analisis uji normalitas untuk masing-masing variabel berdasarkan

output dari SPSS diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Normalitas

Variabel Penelitian Kolmogorov-Smirnov

a Nilai

α

Keterangan

Statistic df Sig.

Kharismatik Abah Uci

(X1) .068 300 .104

0,05

Normal

Minat mengikuti ta’lim

mingguan(X2) .065 300 .078

Normal

Internalisasi nilai-nilai

religiusitas (Y) .053 300 .173

Normal

Berdasarkan tabel 4.10 uji normalitas Kolmogorov-Smirnov variabel

Kharismatik Abah Uci (X1) di atas, diperoleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar

0,104 hal ini menunjukkan bahwa nilai Sig. = 0,104 > α = 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa penyebaran data pada variabel Kharismatik Abah Uci

berdistribusi normal.

Untuk variabel Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2) di atas,

diperoleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,078 hal ini menunjukkan bahwa

nilai Sig. = 0,078> α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data

Page 101: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

83

pada variabel Minat mengikuti ta’lim mingguan(X2) berdistribusi normal.

Demikian juga dengan variabel Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y) di atas,

diperoleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0, 173 hal ini menunjukkan bahwa

nilai Sig. = 0,173 > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data

pada variabel Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y) berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel secara

signifikan mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji linieritas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai Linearity dan

Deviation from Linearity. Apabila nilai Linearity < 0,05 atau Deviation from

Linearity > 0.05, maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang linier antara

kedua variabel, yaitu variabel bebas terhadap variabel terikat.

a. Uji Linieritas X1 dengan Y

Hasil uji linearitas dengan SPSS untuk variabel Kharismatik Abah

Uci (X1) dengan variabel Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y), diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11

Uji Linieritas X1 dengan Y

df

Mean

Square F Sig.

Internalisasi

nilai-nilai

religiusitas*

Kharismatik

Abah Uci

Between

Groups

(Combined) 235 106.020 1.787 .003

Linearity 1

4367.88

2 73.630 .000

Deviation

from

Linearity

234 87.807 1.480 .032

Within Groups 64 59.322

Total 299 299

Berdasarkan tabel Anova di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

pada Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi Linearity kurang

dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa antara variabel

Internalisasi nilai-nilai religiusitas dan variabel Kharismatik Abah Uci

terdapat hubungan yang linier. Dengan ini maka asumsi linieritas antara

variabel X1 dengan variabel Y terpenuhi.

Page 102: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

84

b. Uji Linieritas X2 dengan Y

Hasil uji linearitas dengan SPSS untuk variabel Internalisasi nilai-

nilai religiusitas (Y) dengan variabel Minat mengikuti ta’lim

mingguan(X2), diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.12

Uji Linieritas X2 dengan Y

df

Mean

Square F Sig.

Internalisasi

nilai-nilai

religiusitas*

Minat

mengikuti

Ta’lim

Between

Groups

(Combined) 234 116.844 5.544 .000

Linearity 1 8402.326 398.664 .000

Deviation

from

Linearity

233 81.284 3.857 .000

Within Groups 255 21.076

Total 299 299

Berdasarkan tabel Anova di atas diketahui bahwa nilai signifikansi

pada Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi Linearity kurang

dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat dinyatakankan bahwa antara variabel

Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y) dan variabel Minat mengikuti

ta’lim mingguan (X2) terdapat hubungan yang linier. Dengan ini maka

asumsi linieritas antara variabel X2 dengan variabel Y terpenuhi.

3. Uji Multikoliniaritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang sempurna antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang

bebas dari multikolinearitas dapat dilihat jika memiliki nilai Variance Inflation

Faktor (VIF) di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1.

Page 103: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

85

Pengujian multikolinearitas dalam penelitian berdasarkan hasil output

dari program SPSS sebagai berikut:

Tabel 4.13

Uji Multikoliniaritas Data

Model t Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) 5.929 .000

Kharismatik Abah Uci 4.606 .000 .882 1.134

Minat mengikuti ta’lim

mingguan 9.188 .000 .882 1.134

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai Variance Inflation Faktor

(VIF) variabel Kharismatik Abah Uci (X1) = 1,134, variabel Minat mengikuti

ta’lim mingguan (X2) = 1,134 keduanya lebih kecil dari 10, begitu pula nilai

tolerance lebih besar dari 0,1 (0,882). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa antar variabel bebas tidak terjadi pengaruh linier atau model regresi

tidak terjadi masalah multikolinearitas.

C. Pengujian Hipotesis

Setelah uji persyaratan analisis dilakukan, langkah selanjutnya adalah

melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dalam penelitian

bertujuan untuk menguji tiga hipotesis yang telah dirumuskan di bab

sebelumnya, yaitu: (1) Terdapat pengaruh Kharismatik Abah Uci terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang; (2) Terdapat pengaruh Minat

mengikuti ta’lim mingguan terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas jamaah

di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten

Tangerang; dan (3) Terdapat pengaruh Kharismatik Abah Uci dan Minat

mengikuti ta’lim mingguan secara bersama-sama terhadap Internalisasi nilai-

nilai religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar

Kemis Kabupaten Tangerang.

Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel-variabel tersebut adalah teknik uji t untuk mengetahui pengaruh

secara parsial dan statistik uji F untuk mengetahui pengaruh secara simultan.

Page 104: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

86

1. Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

secara sendiri-sendiri (parsial) digunakan uji t. Pengujian dilakukan dengan

membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung> ttabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh

antara variabel X terhadap variabel Y. Selain itu uji t juga dapat dilakukan

dengan melihat taraf signifikansi (p-value), dengan ketentuan hipotesis

yaitu, apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha

ditolak. Dan apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

a. Pengaruh Kharismatik Abah Uci (X1) terhadap Internalisasi nilai-

nilai religiusitas (Y)

Hipotesis yang diuji adalah

Ho : ρX1Y = 0

Ha : ρX1Y ≠ 0

Artinya jika hasil perhitungan analisis didapatkan nilai pengaruh

X1 dengan Y sama dengan 0 (nol), maka disimpulkan tidak terdapat

pengaruh positif antara Kharismatik Abah Uci terhadap Internalisasi

nilai-nilai religiusitas. Jika Hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan

maka menggunakan hipotesis alternatif yaitu adanya pengaruh positif

antara Kharismatik Abah Uci terhadap Internalisasi nilai-nilai

religiusitas.

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan SPSS

diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 4.14

Coefficients Regresi Variabel X1 terhadap Y

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 49.727 3.553 13.997 .000

Kharismatik

Abah Uci .329 .045 .390 7.312 .000

a. Dependent Variable: Internalisasi nilai-nilai religiusitas

Page 105: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

87

Dari hasil tabel analisis di atas diperoleh informasi bahwa analisis uji t

pada tabel di atas, menunjukan nilai thitung sebesar 7,312. Nilai thitung ini

kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikan 0,05 dengan

df (300-2) = 298 diperoleh nilai yaitu 1,968. setelah dibandingkan ternyata

nilai thitung lebih besar daripada ttabel (7,312 > 1,968). Demikian juga dengan

taraf signifikansi (p-value), pada tabel di atas diketahui bahwa nilai

probabilitas signifikansi (Sig.) = 0,000. Ini berarti nilai Sig < nilai α (0,000 <

0,05), maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Kharismatik Abah Uci berpengaruh signifikan terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

b. Pengaruh Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2) terhadap Internalisasi

nilai-nilai religiusitas (Y)

Hipotesis yang diuji adalah

H0 : ρX2 Y = 0

H1 : ρX2 Y ≠ 0

Artinya jika hasil perhitungan analisis didapatkan nilai pengaruh X2

dengan Y sama dengan 0 (nol), maka disimpulkan tidak terdapat pengaruh

positif antara Minat mengikuti ta’lim mingguan terhadap Internalisasi nilai-

nilai religiusitas. Jika Hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan maka

menggunakan hipotesis alternatif yaitu adanya pengaruh positif antara Minat

mengikuti ta’lim mingguan terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan SPSS

diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 4.15

Coefficients Regresi Variabel X2 terhadap Y

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 33.773 3.781 8.932 .000

Minat

mengikuti

ta’lim

.483 .044 .541 11.104 .000

a. Dependent Variable: Internalisasi nilai-nilai religiusitas

Page 106: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

88

Dari hasil tabel analisis di atas diperoleh informasi bahwa analisis uji t

pada tabel di atas, menunjukan nilai thitung sebesar 11,104. Nilai t hitung ini

kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikan 0,05 dengan

df 48 diperoleh nilai yaitu 1,968. setelah dibandingkan ternyata nilai thitung

lebih besar daripada ttabel (11,104 > 1,968). Demikian juga dengan taraf

signifikansi (p-value), pada tabel di atas diketahui bahwa nilai probabilitas

signifikansi (Sig.) = 0,000. Ini berarti nilai Sig < nilai α (0,00 < 0,05), maka

dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Minat mengikuti ta’lim mingguan berpengaruh signifikan terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

2. Pengujian Secara Bersama-sama (Uji F)

Pengaruh Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat mengikuti ta’lim

mingguan (X2) Secara Bersama-Sama terhadap Internalisasi nilai-nilai

religiusitas (Y)

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-

sama) digunakan uji F. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : ρX12 Y = 0

H1 : ρX12 Y > 0

Artinya jika hasil perhitungan analisis didapatkan nilai pengaruh X1,

dan X2 terhadap Y sama dengan 0 (nol), maka disimpulkan tidak terdapat

pengaruh positif antara Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat mengikuti

ta’lim mingguan (X2) secara bersama-sama terhadap Internalisasi nilai-nilai

religiusitas (Y). Jika Hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan maka

menggunakan hipotesis alternatif yaitu terdapat pengaruh positif antara

Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2)

secara bersama-sama terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y).

Page 107: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

89

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS

diperoleh informasi sebagai berikut:

Tabel 4.16

Coefficients Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 24.663 4.160 5.929 .000

Kharismatik

Abah Uci .195 .042 .231 4.606 .000

Minat

mengikuti

ta’lim

.412 .045 .461 9.188 .000

a. Dependent Variable: Internalisasi nilai-nilai religiusitas

Dari hasil tabel di atas, diperoleh informasi bahwa nilai intercept garis

regresi (a) diperoleh 24,663 sedangkan nilai slope atau koefisien regresi b1

sebesar 0,195, dan b2 sebesar 0,412 sehingga menghasilkan persamaan garis

regresi berganda sebagai berikut:

Dari persamaan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa:

a. Keseluruhan variabel bebas, Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat

mengikuti ta’lim mingguan (X2), memberikan pengaruh yang positif

terhadap variabel terikat Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y).

b. Nilai koefesien Kharismatik Abah Uci sebesar 0,195 yang berarti bahwa

jika Kharismatik Abah Uci semakin baik dengan asumsi variabel lain tetap

maka Internalisasi nilai-nilai religiusitas akan mengalami peningkatan

sebesar 0,195.

c. Nilai koefesien Minat mengikuti ta’lim mingguan sebesar 0,412 yang

berarti bahwa jika Minat mengikuti ta’lim mingguan semakin baik dengan

asumsi variabel lain tetap maka Internalisasi nilai-nilai religiusitas akan

mengalami peningkatan sebesar 0,412.

d. Variabel yang memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas adalah variabel Minat mengikuti ta’lim

mingguan yakni sebesar 0,412, sedangkan variabel Kharismatik Abah Uci

memberikan pengaruh yang lebih kecil terhadap Internalisasi nilai-nilai

religiusitas yakni 0,195.

Page 108: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

90

Selanjutnya untuk menguji pengaruh variabel Kharismatik Abah Uci

dan Minat mengikuti ta’lim mingguan secara bersama-sama terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas digunakan uji F sebagai berikut:

Tabel 4.17

Uji F (Anova)

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 9756.217 2 4878.108 76.433 .000b

Residual 18955.153 297 63.822

Total 28711.370 299

a. Dependent Variable: Internalisasi nilai-nilai religiusitas

b. Predictors: (Constant), Minat mengikuti ta’lim mingguan, Kharismatik Abah Uci

Berdasarkan hasil uji F pada tabel Anova di atas, diketahui bahwa nilai

F hitung sebesar 76,433. Hasil F hitung tersebut kemudian dibandingkan

dengan F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan df (297:2) diperoleh nilai

F tabel yaitu, 3,026. Setelah dibandingkan ternyata nilai F hitung lebih besar

daripada F tabel (76,433 > 3,026). Demikian juga Dengan melihat taraf

signifikansi (p-value), pada tabel di atas diketahui bahwa nilai probabilitas

signifikansi (Sig.) = 0,000. Ini berarti nilai Sig < nilai α ( 0,000 < 0,05), maka

dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Kharismatik Abah Uci kerja (X1) dan Minat mengikuti ta’lim

mingguan (X2) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y).

Selanjutnya setelah disimpulkan bahwa persamaan garis regresi

berganda berpengaruh signifikan, berikutnya perlu dicari seberapa kuat

pengaruh dari variabel Kharismatik Abah Uci dan Minat mengikuti ta’lim

mingguan secara bersama-sama terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

Dari hasil analisis diperoleh fakta sebagai berikut:

Tabel 4.18

Coefficients Determinasi X1 dan X2 terhadap Y

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .583a .340 .335 7.98887

a. Predictors: (Constant), Minat mengikuti ta’lim mingguan , Kharismatik Abah Uci

Page 109: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

91

Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa pengaruh antara

Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2)

terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y) diperoleh koefisien

determinasi (R Square) sebesar 0,340. Ini memberi arti bahwa sekitar 34%

variasi yang terjadi pada Internalisasi nilai-nilai religiusitas dapat dijelaskan

oleh Kharismatik Abah Uci dan Minat mengikuti ta’lim mingguan. Sisanya

66% Internalisasi nilai-nilai religiusitas di pengaruhi oleh faktor lain di luar

Kharismatik Abah Uci dan Minat mengikuti ta’lim mingguan yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis statistik yang telah diuraikan di atas dapat

diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 76,433, dan dengan taraf signifikansi

(p-value), 0,000. Ini berarti nilai Sig < nilai α (0,000 < 0,05),maka dapat

disimpulkan bahwa Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat mengikuti ta’lim

mingguan (X2) secara bersama-sama berpengaruh sangat signifikan terhadap

Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y).

Hasil analisis Koefesien Determinasi diketahui bahwa pengaruh antara

Kharismatik Abah Uci (X1) dan Minat mengikuti ta’lim mingguan (X2)

terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas (Y) diperoleh koefisien

determinasi sebesar 0,340. Ini memberi arti bahwa sekitar 34% variasi yang

terjadi pada Internalisasi nilai-nilai religiusitas jamaah di Pondok Pesantren

Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang dapat dijelaskan

oleh Kharismatik Abah Uci dan Minat mengikuti ta’lim mingguan. Sedangkan

66% dipengaruhi faktor-faktor lain seperti faktor sosial, faktor alami, faktor

konflik moral, faktor intelektual, faktor afektif dan lain-lain.

Berdasarkan teori karismatik Weber (Efley, 2015), konteks sosial dan

tawaran perilaku sebagai solusi merupakan sebagian dari penentu diterimanya

sosok pendakwah oleh masyarakat. Kerelaan diri berkorban untuk

memperhatikan nasib umat merupakan ciri altruistik, cermin kepekaan

terhadap situasi (Saidil Mustar, 2015).

Kemudian juga terdapat persamaan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Al-Khanif (2011) dengan judul : “Menguji Kharisma Kyai

Dalam Kehidupan Masyarakat Madura Jember Jawa Timur” dan penelitian

yang dilakukan oleh Hajir Tajiri (2017) dengan judul : “Studi Faktor

Kharismatik Praktisi Dakwah di Kota Bandung”. Pada penelitian ini seorang

Page 110: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

92

Kyai atau Praktisi Dakwah memiliki Kharismatik jika secara kualitas personal,

berintegritas kepribadian yang baik, teguh dalam memegang prinsip, istiqomah

dalam mengajar maupun berdakwah, dan mampu merespon berbagai

permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Persamaan lainnya juga terdapat pada peranan majelis taklim yang

terdapat pada penelitian Oyoh Bariah, Iwan Hermawan, H. Tajudin Nur (2011)

dengan judul : “Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan Ibadah Bagi

Masyarakat di Desa Teluk Jambe Karawang” dan penelitian yang dilakukan

oleh Firman Nugraha (2016) dengan judul : “Peran Majelis Taklim dalam

Dinamika Sosial Umat Islam”. Pada kedua penelitian ini bahwa majelis

mempunyai peran sebagai wadah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan

agama sehingga dengan ilmu pengetahuan agama kualitas dan kuantitas dalam

menjalankan ibadah dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan semakin baik.

Konteks sosial sosok Abah Uci dapat dijelaskan sebagai pemahaman

beliau sebagai pendakwah tentang gejala memudarnya pembinaan keagamaan

yang berdampak pada terkikisnya daya rekat agama dalam kehidupan. Salah

satu bentuk kegerahan beliau terhadap kondisi ini munculnya dorongan untuk

menghadirkan kembali ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an

dan al-Hadits dalam bentuk yang koheren dengan kebutuhan manusia di

sepanjang zaman. beliau punya prinsip yang kuat dalam pengamalan agama

misalnya tentang dzikir.

Retorika Abah Uci itu memang tidak meledak-meledak, tenang, datar.

Tingginya minat masyarakat terhadap gaya dakwah Abah Uci menjadi bukti

bahwa gaya khas model Abah Uci ini benar-benar disukai masyarakat. Pesan-

pesan yang keluar dari lisan dari Abah Uci seakan mengandung mukjizat atau

kehebatan, membuat telinga masyarakat selalu merindukannya. Dan efek

ketenangan, kenyamanan dan rasa betah ketika mereka berkumpul atau hadir

dalam majlis pengajian yang diselenggarakan oleh Abah Uci.

Berdasarkan observasi dan wawancara, ada beberapa alasan jamaah

mengikuti pengajian minggu pagi, yaitu:

1. Penghormatan kepada Kiyai merupakan wujud cinta kepada

Rosulullah

Sebutan Kiyai sangat populer di kalangan masyarakat

Indonesia. Kiyai merupakan sebutan atau gelar bagi mereka memiliki

keilmuan agama yang luas dan ulama merupakan pewaris rasulullah SAW.

Page 111: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

93

Maka penghormatan kepada beliau merupakan bukti kecintaan

kepada Rosulullah. Golongan santri pada umumnya mengetahui akan hal

tersebut sehingga mereka begitu taat dan patuh kepada Kiyai. Hal ini

berbeda dengan jamaah yang masih awam, bagi mereka status tidak

menjadi ukuran. Mereka tidak mempersoalkan siapa yang mengajar, yang

jelas bahwa kedatangan mereka adalah untuk menimba ilmu. Berdasarkan

hal tersebut di atas terdapat perbedaan cara pandang dan keantusiasan

antara golongan santri dan awam di dalam menyikapi sosok Kiyai.

Golongan santri memandang sosok Kiyai bukan saja dari segi ilmu, tetapi

juga dari segi ke-Kiyai-annya atau segi keturunannya. Sedangkan bagi

golongan awam memandang sosok Kiyai bukan dari ke- Kiyai-annya,

namun dari segi kebutuhan mereka akan pengetahuan agama.

2. Penjelasan yang mendetail dan luas

Proses kegiatan pengajian yang berlangsung di majelis ta’lim Abah

Uci boleh jadi dapat dikatakan berbeda dengan proses pengajian di tempat

lain. Penjelasan yang disampaikan oleh Abah Uci begitu panjang lebar.

Secara sederhana dapat dipahami bahwa dari satu ayat atau satu hadits

diterangkan oleh beliau dengan cukup menyeluruh, mendetail dan luas

berdasarkan banyak materi/kitab dan tinjauan-tunjauan lain, seperti

menjangkau bidang Fiqih, akhlaq, dll. Abah Uci melakukan strategi

mengajar yang berebeda dari pesantren. Kesan yang umum di pesantren

adalah bahwa Kiyai menerangkan kitab secara umum dan

penjelasannya terbatas sekali pada penjelasan yang terdapat di dalam

kitab tersebut. Sedangkan penyajian di majelis ta’lim lebih mendalam,

mendetail dan luas.

Dari observasi tersebut di atas dan penjelasan jamaah

pengajian menunjukkan bahwa apa yang membuat mereka

berantusias mengikuti pengajian ini adalah penjelasan Abah Uci yang

luas dan mendetail. Abah Uci tidak akan melanjutkan satu topik ke topik

selanjutnya bila beliau rasa para jamaahnya belum begitu paham dengan

penjelasannya.

Page 112: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

94

3. Terdapat kisah-kisah/hikayah salafi dalam setiap pengajian

Dalam setiap pengajian, Abah Uci selalu menyisipkan cerita-

cerita hikmah, cerita-cerita sufi. Menurut beliau sendiri ketika dilakukan

observasi mengatakan bahwa :

a. 1/3 isi Al-Qur’an adalah berisi tentang cerita-cerita, termasuk

cerita nabi dan para rasul.

b. cerita-cerita orang sufi misalnya: ulama’ besar seperti Imam

Al- Gozali, syeikh Abdul Qodir Jailani semua itu agar mengetahui

sejarah kehidupan dan amal perbuatannya

c. Cerita tentang para nabi, tabi’in dan orang-orang sholeh merupakan

tentara-tentara kebenaran. Dengan mendengarkan cerita tersebut orang

akan cenderung meneladani dan mengambil hikmah dari cerita

tersebut.

Page 113: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut:

1. Kharismatik Abah Uci di mata jamaahnya tergolong dalam kategori

berwibawa, pesan-pesan yang keluar dari lisan Abah Uci seakan

mengandung mukjizat atau kehebatan, membuat telinga masyarakat selalu

merindukannya, dan efek ketenangan, kenyamanan dan rasa betah ketika

mereka berkumpul atau hadir dalam majlis pengajian yang

diselenggarakan oleh Abah Uci.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Kharismatik Abah Uci

terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas jamaah di Pondok Pesantren

Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang. Ini artinya

makin berwibawa Kharismatik Abah Uci maka akan berdampak pada

baiknya Internalisasi nilai-nilai religiusitas, demikian juga sebaliknya

makin rendah Kharismatik Abah Uci maka akan berdampak pada

rendahnya Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Minat mengikuti ta’lim

mingguan terhadap Internalisasi nilai-nilai religiusitas di Jamaah di

Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten

Tangerang. Ini artinya makin tinggi minat mengikuti ta’lim mingguan

maka akan berdampak pada baiknya internalisasi nilai-nilai religiusitas,

demikian juga sebaliknya makin rendah minat mengikuti ta’lim mingguan

maka akan berdampak pada rendahnya Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

4. Terdapat pengaruh Kharismatik Abah Uci dan Minat mengikuti ta’lim

mingguan secara bersama-sama terhadap Internalisasi nilai-nilai

religiusitas jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar

Kemis Kabupaten Tangerang. Ini artinya makin berwibawa Kharismatik

Abah Uci dan tinginya minat mengikuti ta’lim mingguan maka akan

berdampak pada baiknya Internalisasi nilai-nilai religiusitas, demikian

Page 114: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

96

juga sebaliknya kurang wibawanya kharismatik Abah Uci dan rendahnya

minat mengikuti ta’lim mingguan maka akan berdampak pada rendahnya

Internalisasi nilai-nilai religiusitas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Pendidik atau Praktisi Dakwah

a. Hendaknya dapat mengikuti metode atau strategi dakwah yang dilakukan

oleh Abah Uci. Sehingga dakwah atau ilmu yang di sampaikan bisa di

ikuti oleh jama’ah atau masyarakat.

b. Hendaknya berusaha meningkatkan kualitas keilmuan dengan

memperdalam kembali keilmuan yang dimiliki. Sehingga memiliki

wawasan keilmuan yang luas dan mendalam.

c. Hendaknya bagi para peneliti lain menggunakan faktor- faktor lain untuk

mengetahui sejauhmana tingkat religiusitas seseorang.

2. Masyarakat (Jamaah) Ta’lim Mingguan

a. Jamaah Pengajian Mingguan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Pasar

Kemis Tangerang hendaknya senantiasa semangat dan menunjukan

minat yang tinggi untuk belajar dan mengaji sehingga dapat

menginternalisasikan nilai religiusitas pada diri sendiri sehingga kualitas

dan kuantitas ibadah dan kehidupan sosial semakin meningkat terutama

dalam belajar menghargai perbedaan di tengah masyarakat. Dengan

sikap toleransi terhadap perbedaan ditengah masyarakat maka akan

menjadi modal baik dalam menciptakan ukhuwah islamiyah di antara

umat muslim di masyarakat.

3. Pengelola Pengajian Mingguan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

a. Sikap religiusitas pada masyarakat memiliki peran penting dalam

mewujudkan masyarakat yang memiliki kepribadian yang unggul, yang

dapat saling menghargai di dalam suatu perbedaan. Oleh karena itu,

Pengelola Pengajian Mingguan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Pasar

Kemis Tangerang hendaknya konsen menginternalisasikan nilai

religiusitas pada masyarakat untuk dapat menciptakan ukhuwah

islamiyah yang lebih kuat lagi di dalam lapisan masyarakat. Dan lebih

memfasilitasi lagi kegiatan majelis taklim karena itu sebagai wadah

dan alat yang dapat digunakan dalam menginternalisasikan nilai

religiusitas pada masyarakat.

Page 115: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

97

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Abror, Abd. Rachman. (2013). Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT.

Tiara Wacana Yogya.

Adisusilo, Sutarjo, (2012). Mengikuti Majlis Ta’liman Nilai-Karakter.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Agustian, Ary Ginanjar, (2012), Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan

Emosi dan Spiritual ESQ (Emotional Spiritual Quotient): (the ESQ

way 165 1 Ihsa, 6 Rukun Imán dan 5 Rukun Islam), Jakarta: Arga.

Ahmad, Patoni dkk, (2012), Dinamika Pendidikan Anak. Jakarta: PT. Bina

Ilmu.

Alawiyah, Tuti. (2009), Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta.lim,

Bandung: Mizan, cet. Ke-1.

Ali, Moh. Aziz, (2012). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.

Al-Rasyid, Harun dkk, (2013), Pedoman Dakwah Bil-Hal. Jakarta: Depag

RI.

An Nahlawi, Abdurrahman (2012). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah,

dan. Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Ancok, Djamaludin & Suroso, Fuad Nashori, (2014). Psikologi Islami:

Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Anwar, Sanusi. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba

Empat.

Arifin, Zainal. (2003). Runtuhnya Singgasana Kyai, Yogyakarta: Kutub.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Armstrong, Thomas, (2007). Kecerdasan Multipel di dalam Kelas. Jakarta:

Indeks.

Bakry, Oemar, (2013), Akhlaq Muslim, Bandung: Angkasa.

Page 116: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

98

Depdiknas. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

Dhofier, Zamakhsyari, 2012. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan

Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Dirdjosanjoto, Pradjarta (2009). Memelihara Umat (Kiai Pesantren-Kiai

Langgar di Jawa), LKIS, Yogyakarta.

Dister, N.S. 2009. Pengalaman Beragama dan Motivasi Beragama.

Yogyakarta: Kanisius.

Driyarkara, N. S.J 2008. Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan.

Eksan, Moh. (2000). Kyai Kelana. Yogyakarta: LKIS.

Ghazali, M. Bahri (2003) Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta. CV.

Prasasti.

Ghozali. Imam. 2010. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunarsa, Singgih D. (2009). Psikologi Perawatan, Jakarta: BPK. Gunung

Mulia.

Harlin, (2008), Metode dan Pendekatan Dakwah Majelis Ta’lim Al-

Hidayah Pada Masyarakat Kalijaten. Surabaya: Perpustakaan IAIN

Sunan Ampeni.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja grafindo.

Persada.

Horikoshi, Hiroko, (2012). Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta:

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.

Jaiz, Hartono Ahmad & Akaha, Zulfikar Abduh. (2005). Bila Kyai

DiperTuhankan, Membedah Sikap Agama NU. Pustaka Al

Kautsar: Jogjakarata.

Koentjaraningrat, (2009), Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Kotler, Philip. (2005). Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Page 117: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

99

Kuntowijoyo dkk (2005). Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong

Era Baru, Bandung: Mizan.

_________ (2012). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Kusumowati, Minanti. 2013. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap

Kinerja Perusahaan. Universitas Diponegoro.

Ma’arif, A. Syafi’I, (2015), Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan

Fakta, Yogyakarta: PT. TiaraWacana.

Marzuki, Mukhamad Murdiono, dan Miftahudin. (2009). Laporan

Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggran 2010. Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.

Marzuqi, Ahmad Idris, (2015), Ngaji, Kediri: Santri Salaf Press.

Mas’ud, Abdurrahman (2004), Intelektual Pesantren,Yogyakarta: LKIS.

Moeliono, Anton M. dkk. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Mubasyaroh, (2011). Dakwah Kolaboratif. Yogyakarta: STAIN Kudus dan

Idea Press.

Muhaimin, (2011), Paradigma Pendidikan Islam (Upaya

Mengefektifkan Pendidikan islam di Sekolah), (Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhni. A, Djuretna Imam, (2009), Moral dan Religi menurut Emile

Durkheim dan Henri Bergson, Yogyakarta: Kanisius.

Mulyana, Rohmat. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.

Bandung: Alfabeta.

Muthmainnah, (2013), Jembatan Suramadu Respon Ulama Terhadap

Industrialisasi, Yogyakarta: LKPSM.

Noor, H. Mahpuddin (2006). Potret dunia Pesantren. Bandung: Humaniora.

Nurwahid, Hidayat (2012). Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana.

Raharjo, M. Dawam dkk (2008). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta:

LP3ES.

Page 118: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

100

Rahman, Agus Abdul, (2013). Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan

Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers.

Ramayulis dan Samsul Nizar. (2009). Filsafat Pendidikan Islam: Telaah

Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam

Mulia.

Ritzer, George, (2012). Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Terakhir Postmodern. Edisi ke VIII. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Roestiyah, NK., (2011), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Sahlan, Asmaun. 2009. Mewujudkan Budaya Rekigius di Sekolah

(Upaya Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi). Malang: UIN

MALIKI PRESS.

Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhib Abdul (2004). Psikologi Suatu

Pengantar (Dalam Perspektif Islam), Jakarta: Kencana.

Shalud, Syeikh Mahmud, (2015), Aqidah dan Syari’ah Islam, Jakarta: Bumi

Aksara.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (2010). Metode Penelitian Survei,

Jakarta: LP3ES.

Singer, Kurt. (2017). Membina Hasrat Belajar di Sekolah, terjemah,

Bergman Sitorus, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,

Jakarta: Rineka Cipta.

Sobari, Moh. (2006). Kyai Nyentrik Merubah Pemerintah. Yogyakarta:

LKIS.

Soekarno, Soerjono (2009), Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sukamto, (2009). Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Jakarta: IKAPI.

Page 119: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

101

Sukanto, M.M., (2005). Nafsiologi, Jakarta: Integritas Press.

Surya, Muhammad. (2010). Karakteristik Pelajar dalam Proses Mengikuti

Majlis Ta’lim, Bandung: MediaPembinaan.

Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Tampubolon, D.P. (2013). Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak,

Bandung: Angkasa.

Taneko, Soleman B, (2009), Konsepsi System Sosial dan System Sosial

Indonesia. Jakarta: Fajar Agung.

Turmudi, Endang. (2003). Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan,

Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.

Wahid, Abdurrahman, (Ed.) Rahardjo,Dawam (2004). Pesantren dan

Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Wahyu. 2010. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.

Yuki, Gari A, (2008). Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta:

Prenhalindo.

Ziemek, Manfred. (2006). Pesantren Islamische Building in Sozialen

Wandel, terjemahan. Butche B Soendjojo. Jakarta: P3M.

B. Jurnal:

Al Khanif. (2011). Menguji Kharisma Kyai dalam Kehidupan Masyarakat

Madura Jember Jawa Timur. INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial

Religiusitas. Vol. 5, No. 1, Juni 2011.

Ani Susilowati, (2012), Pengaruh Pengajian Rutin Majelis Ta’lim Al-

Mua’wwanah Terhadap Akhlak Ibu-Ibu RT Muslim Benowo

Surabaya, Surabaya: Perpus IAIN Sunan Ampel.

Badriah, Oyoh. Dkk. (2011). Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan

Ibadah Bagi Masyarakat di desa Telukjambe Karawang. Majalah

Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 21 Ed. Des

2011 - Feb 2012.

Page 120: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

102

Darmawati, dkk. (2015): Hubungan Corporate Governance dan Kinerja

Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 1; 65-81.

Efley, J. L., (2015). Weber’s Theory of Charismatic Leadreship: The Case

of Muslim Leaders in Contemporary Indonesians Politics.

International Journal of Humanities and Social Science. 5(7) July

2015.

Firman Nugraha, (2016), Peran Majlis Taklim dalam Dinamika Sosial

Umat Islam, Jurnal Bimas Islam Vol.9. No.III 2016.

Susanti, Rika. (2016). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public yang

Listed Tahun 2005-2008). Universitas Diponegoro: Semarang.

Tajiri, Hajir (2017). Rijal al-Da’wah: Studi Faktor Karismatik Praktisi

Dakwah di Kota Bandung. Academic Journal for Homiletic Studies

Volume 11 Nomor 2 (2017) 293-310.

C. Internet:

Thontowi, Ahmad. Hakekat Religiusitas. dalam

http://sumsel.kemenag.go.id. diakses tanggal 12 Juli 2019 pukul

14.00 WIB.

Page 121: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

LAMPIRAN 1 KUESIONER/ANGKET

SEBELUM UJI INSTRUMEN

Page 122: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

KUESIONER

STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINAT MENGIKUTI

TA’LIM MINGGUAN TERHADAP INTERNALISASI NILAI RELIGIUSITAS

JAMAAH DI PONDOK PESANTREN AL-ISTIQLALIYAH KECAMATAN

PASAR KEMIS KABUPATEN TANGERANG

Pendahuluan:

Tujuan kajian ini adalah untuk meninjau pandangan Anda tentang Pengaruh

Kharismatik Abah Uci dan Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

Kajian ini bukan bertujuan untuk ‘menguji’ atau ‘menilai’ Anda tentang yang

dikemukakan dalam kuesioner ini. Tidak ada jawaban ‘benar’ atau ‘salah’ bagi

setiap kenyataan yang diberikan. Identitas pribadi Anda akan dirahasiakan.

Kerjasama Anda amat diperlukan untuk menjawab soal penelitian dengan sebenar-

benarnya dan sejujur-jujurnya sesuai apa yang Anda ‘alami’ dan‘rasakan’ di

sekolah.

Kerjasama Anda amat dihargai dan diucapkan terima kasih.

Peneliti,

Sudarto

Page 123: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Kepada Yth:

Jamaah Ta’lim Mingguan Abah Uci

di-

Tempat

Dengan Hormat,

Bersama ini saya mohon dengan hormat kesediaan Anda untuk mengisi instrumen

penelitian ini, berkenaan dengan tesis saya yang berjudul “Studi Faktor

Kharismatik Abah Uci dan Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.” Instrumen ini merupakan

sarana pengumpulan data untuk penyusunan Tesis Program Studi Pendidikan

Agama Islam, Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pengisian instrumen ini, jawaban yang Anda berikan dijamin

kerahasiaannya karena informasi tersebut hanya untuk kepentingan ilmiah semata.

Untuk itu diharapkan kesediaan Anda memberikan jawaban yang benar sehingga

mencerminkan realita yang ada.

Atas perkenan dan kesediaan Anda saya haturkan banyak terima kasih.

Tangerang, Juli 2019

Hormat saya,

Sudarto

Page 124: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ANGKET KHARISMATIK KYAI (VARIABEL X1)

Petunjuk :

1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.

2. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan

jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng

(√) pada kolom yang tersedia

SL : Selalu (5) P : Pernah (2)

SR : Sering (4) TP : Tidak pernah (1)

KD : Kadang-Kadang (3)

3. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan

jawaban teman.

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

1 Abah Uci mendorong para jamaah untuk

berbuat kebaikan

2 Abah Uci banyak disukai oleh para

jamaahnya

3 Abah Uci memiliki kharismatik dalam

mengisi materi majlis ta’lim

4 Abah Uci memiliki pribadi yang rendah

hati dan murah senyum

5 Abah Uci meniru gaya orang lain dalam

mengisi materi majlis ta’lim

6 Abah Uci datang terlambat ketika akan

mengisi materi majlis ta’lim

7 Abah Uci mampu menarik perhatian para

jamaah dengan humor ditengah materi

8 Abah Uci membawakan materi ta’lim

dengan monoton

9 Abah Uci menginspirasi jamaah untuk

mengamalkan apa yang disampaikan

Page 125: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

10 Abah Uci membuat jamaah nyaman dalam

mengikuti pengajian

11 Abah Uci ditinggalkan jama’ah ketika

menyampaikan materi pengajian

12 Abah Uci memiliki suara yang lembut dan

menyejukkan

13 Abah Uci membawakan materi dengan

Bahasa yang mudah dipahami oleh para

jamaahnya

14

Abah Uci memiliki kepribadian yang teguh

sehingga tidak mudah dialihkan oleh

pendapat orang lain namun tetap

menghargai perbedaan

15 Abah Uci menyampaikan materi dengan jelas, lugas, dan elegan.

16 Abah Uci mudah dipengaruhi oleh tokoh

politik

17 Suara Abah Uci terlalu lembuat sehinga

tidak jelas

18 Abah Uci penuh keyakinan saat

membawakan materi di majlis ta’lim

19 Abah Uci mengajarkan materi majlis ta’lim kurang jelas

20 Abah Uci menjawab pertanyaan yang

diajukan jamaah dengan penuh keyakinan

21 Abah Uci bertanya kepada jama’ah

mengenai materi pengajian

22 Abah Uci menyampaikam materi pengajian

dengan suara lantang

23 Materi yang di sampaikan Abah Uci sesuai dengan budaya yang ada di masyarakat

Page 126: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

24 Abah Uci memiliki pemahaman keagamaan

dan pengalaman hidupan yang luas

25 Abah Uci menyampaikan materi hanya

berdasarkan kitab yang dipegangya saja

26 Abah Uci mempunyai banyak rujukan

dalam menyampaikan materi pengajian

27 Abah Uci sedikit perbendaharaan kata dalam menyampaikan materi pengajian

28 Abah Uci menguasai menyampaikan materi

ta;lim dengan baik

29 Abah Uci bersikap kurang fleksibel dalam

mengisi materi di majlis ta’lim

30 Abah Uci bijaksana dalam memberikan

solusi atas pertanyaan jamaah

Page 127: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ANGKET MINAT MASYARAKAT

(VARIABEL X2)

Petunjuk:

1. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana Anda diminta untuk memberikan

jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng

(√) pada kolom yang tersedia

SL : Selalu (5) P : Pernah (2)

SR : Sering (4) TP : Tidak pernah (1)

KD : Kadang-Kadang (3)

2. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan

jawaban orang lain.

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

1 Saya merasa senang mengikuti majlis

ta’lim yang di bimbing oleh Abah Uci

2 Saya tertarik dengan materi yang diberikan

oleh Abah Uci

3 Pengajian Abah Uci biasa-biasa saja seperti

pengajian pada umumnya

4 Saya tidak ingin melewati setiap kajian

yang diberikan oleh abah Uci

5 Saya merasa kecewa jika Abah Uci

berhalangan hadir

6 Saya duduk di depan mengikuti pengajian

Abah Uci

7 Saya tidur ketika mengikuti pengajian Abah

Uci

8 Saya mengikuti semua kegiatan yang

diadakan oleh majlis ta’lim Abah Uci

Page 128: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

9 Saya kurang tertarik degan materi ta’lim

yang disampaikan Abah Uci

10 Saya mencatat materi yang diberikan oleh

Abah uci

11 Saya duduk dengan tenang ketika

mendengarkan ceramah Abah Uci

12 Saya mengobrol ketika Abah Uci sedang

memberikan materi

13 Saya mencari tempat yang nyaman ketika

mengikuti pengajian Abah Uci

14 Saya main hp ketika Abah Uci sedang

menerangkan materi pengajian

15 Materi yang disampaikan Abah Uci

menambah wawasan saya tentang beragama

16 Materi yang disampaikan Abah Uci kurang

jelas sehingga sulit difahami

17 Dengan mengikuti majlis ta’lim Abah Uci,

pengetahuan tentang ibadah bertambah

18 Mengikuti majlis ta’lim Abah Uci membuat

saya lebih paham tentang ilmu agama

19 Saya malas mempelajari kembali materi

pengajian yang disampaikan Abah Uci

20 Saya membiarkan kitab-kitab materi

pengajian Abah Uci

21 Saya mengikuti ta’lim abah Uci karena di

ajak teman

22 Ada perasaan gembira ketika

mendengarkan materi yang disampaikan

Abah Uci

Page 129: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

23 Materi yang disampaikan Abah Uci kurang

menarik bagi saya

24 Saya tertarik sekali dengan materi-materi

yang disampaikan abah Uci

25 Pemahaman saya tentang kehidupan

bertambah dengan mengikti ta;lima bah Uci

26 Materi ta’lim abah Uci biasa saja, tidak

menambah pemahaman saya

27 Pemahaman abah Uci tentang tasauf

membuat saya tertarik dengan setiap kajian

dalam ta’linya

28 Setiap mengikti ta’lim abah Uci

pemahaman saya bertambah

29 Saya kurang begitu tertarik dengan kajian-

kajian ta’lim Abah Uci

30 Saya kurang memahami materi-materi yang

disampaikan abah Uci

Page 130: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ANGKET INTERNALISASI NILAI-NILAI

RELIGIUSITAS JAMAAH

(VARIABEL Y)

Petunjuk :

1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.

2. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan

jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng

(√) pada kolom yang tersedia

SL : Selalu (5) P : Pernah (2)

SR : Sering (4) TP : Tidak pernah (1)

KD : Kadang-Kadang (3)

3. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan

jawaban teman.

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

1 Saya ikhlas dalam menjalankan ibadah

kepada Allah SWT.

2 Saya melaksanakan sholat karena takut

berdosa.

3 Saya mempercayai rukun iman.

4 Saya meragukan Tuhan itu ada

5 Saya menggantungkan sesuatu kepada orang

lain

6 Saya percaya pada kekuatan suatu benda

7 Saya mengerjakan shalat lima waktu

8 Saya mengerjakan puasa Ramadhan.

9 Saya melalaikan sholat lima waktu.

10 Saya berdo’a ketika ingin memulai kegiatan

dan mengakhiri kegiatan.

Page 131: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

11 Saya beribadah karena berharap sesuatu

12 Saya khusyu dan tidak terburu-buru dalam

menjalankan sholat

13 Setiap mendengar adzan saya langsung

mengambil air wudlu untuk melaksanakan

sholat.

14 Saya membaca Al-Qur’an dengan tartil.

15 Saya melaksanakan sholat untuk

mengugurkan kewajiban saja.

16 Saya menunda-menunda sholat

17 Saya malas sholat berjama’ah

18 Saya bisa membedakan antara perilaku yang

terpuji dan perilaku yang tercela

19 Saya memahami tata cara beribadah dengan

baik

20 Saya melaksanakan ibadah bukan karena

pengetahuan, tetapi karena ikut-ikutan

21 Saya mendatangi majlis ta’lim untuk

mendapatkan pengetahuan agama dengan baik

22 Saya beribadah sesuka hati

23 Saya pura-pura menjadi ahli ibadah

24 Saya menjawab dengan jujur apabila

ditanyakan sesuatu oleh orang tua dan orang

lain

25 Saya mengamalkan apa yang diajarkan

dalam kegaiatan pengajian.

26 Saya melaksanakan sholat dan ibadah-

ibadah lainnya karena malu dengan orang

lain.

Page 132: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

27 Saya melaksanakan sholat degan tepat waktu

28 Saya mengabaikan perintah orang tua

29 Saya membiarkan sampah berserakan

30 Saya beribadah karena terpaksa

Page 133: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN/KUESIONER

HASIL UJI COBA

Page 134: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

KUESIONER

STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINAT MENGIKUTI

TA’LIM MINGGUAN TERHADAP INTERNALISASI NILAI RELIGIUSITAS

JAMAAH DI PONDOK PESANTREN AL-ISTIQLALIYAH KECAMATAN

PASAR KEMIS KABUPATEN TANGERANG

Pendahuluan:

Tujuan kajian ini adalah untuk meninjau pandangan Anda tentang Pengaruh

Kharismatik Abah Uci dan Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.

Kajian ini bukan bertujuan untuk ‘menguji’ atau ‘menilai’ Anda tentang yang

dikemukakan dalam kuesioner ini. Tidak ada jawaban ‘benar’ atau ‘salah’ bagi

setiap kenyataan yang diberikan. Identitas pribadi Anda akan dirahasiakan.

Kerjasama Anda amat diperlukan untuk menjawab soal penelitian dengan sebenar-

benarnya dan sejujur-jujurnya sesuai apa yang Anda ‘alami’ dan‘rasakan’ di

sekolah.

Kerjasama Anda amat dihargai dan diucapkan terima kasih.

Peneliti,

Sudarto

Page 135: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Kepada Yth:

Jamaah Ta’lim Mingguan Abah Uci

di-

Tempat

Dengan Hormat,

Bersama ini saya mohon dengan hormat kesediaan Anda untuk mengisi instrumen

penelitian ini, berkenaan dengan tesis saya yang berjudul “Studi Faktor

Kharismatik Abah Uci dan Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.” Instrumen ini merupakan

sarana pengumpulan data untuk penyusunan Tesis Program Studi Pendidikan

Agama Islam, Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pengisian instrumen ini, jawaban yang Anda berikan dijamin

kerahasiaannya karena informasi tersebut hanya untuk kepentingan ilmiah semata.

Untuk itu diharapkan kesediaan Anda memberikan jawaban yang benar sehingga

mencerminkan realita yang ada.

Atas perkenan dan kesediaan Anda saya haturkan banyak terima kasih.

Tangerang, Juli 2019

Hormat saya,

Sudarto

Page 136: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ANGKET KHARISMATIK KYAI (VARIABEL X1)

Petunjuk :

4. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.

5. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan

jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng

(√) pada kolom yang tersedia

SL : Selalu (5) P : Pernah (2)

SR : Sering (4) TP : Tidak pernah (1)

KD : Kadang-Kadang (3)

6. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan

jawaban teman.

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

1 Abah Uci mendorong para jamaah untuk

berbuat kebaikan

2 Abah Uci banyak disukai oleh para

jamaahnya

3 Abah Uci memiliki kharismatik dalam

mengisi materi majlis ta’lim

4 Abah Uci memiliki pribadi yang rendah

hati dan murah senyum

5 Abah Uci meniru gaya orang lain dalam

mengisi materi majlis ta’lim

6 Abah Uci datang terlambat ketika akan

mengisi materi majlis ta’lim

7 Abah Uci membawakan materi ta’lim

dengan monoton

8 Abah Uci membuat jamaah nyaman dalam

mengikuti pengajian

Page 137: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

9 Abah Uci membawakan materi dengan

Bahasa yang mudah dipahami oleh para

jamaahnya

10 Abah Uci menyampaikan materi dengan

jelas, lugas, dan elegan.

11 Abah Uci mudah dipengaruhi oleh tokoh

politik

12 Suara Abah Uci terlalu lembuat sehinga

tidak jelas

13 Abah Uci penuh keyakinan saat

membawakan materi di majlis ta’lim

14 Abah Uci mengajarkan materi majlis ta’lim

kurang jelas

15 Abah Uci menjawab pertanyaan yang

diajukan jamaah dengan penuh keyakinan

16 Abah Uci menyampaikam materi pengajian

dengan suara lantang

17 Materi yang di sampaikan Abah Uci sesuai

dengan budaya yang ada di masyarakat

18 Abah Uci menyampaikan materi hanya

berdasarkan kitab yang dipegangya saja

19 Abah Uci mempunyai banyak rujukan

dalam menyampaikan materi pengajian

20 Abah Uci sedikit perbendaharaan kata

dalam menyampaikan materi pengajian

21 Abah Uci menguasai menyampaikan materi

ta;lim dengan baik

22 Abah Uci bersikap kurang fleksibel dalam mengisi materi di majlis ta’lim

23 Abah Uci bijaksana dalam memberikan

solusi atas pertanyaan jamaah

Page 138: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ANGKET MINAT MASYARAKAT (Jama’ah)

(VARIABEL X2)

Petunjuk:

3. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana Anda diminta untuk memberikan

jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng

(√) pada kolom yang tersedia

SL : Selalu (5) P : Pernah (2)

SR : Sering (4) TP : Tidak pernah (1)

KD : Kadang-Kadang (3)

4. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan

jawaban orang lain.

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

1 Saya merasa senang mengikuti majlis

ta’lim yang di bimbing oleh Abah Uci

2 Saya tertarik dengan materi yang diberikan

oleh Abah Uci

3 Pengajian Abah Uci biasa-biasa saja seperti

pengajian pada umumnya

4 Saya tidak ingin melewati setiap kajian

yang diberikan oleh abah Uci

5 Saya merasa kecewa jika Abah Uci

berhalangan hadir

6 Saya duduk di depan mengikuti pengajian

Abah Uci

7 Saya tidur ketika mengikuti pengajian Abah

Uci

8 Saya mengikuti semua kegiatan yang

diadakan oleh majlis ta’lim Abah Uci

Page 139: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

9 Saya kurang tertarik degan materi ta’lim

yang disampaikan Abah Uci

10 Saya mencatat materi yang diberikan oleh

Abah uci

11 Saya duduk dengan tenang ketika

mendengarkan ceramah Abah Uci

12 Saya mengobrol ketika Abah Uci sedang

memberikan materi

13 Saya mencari tempat yang nyaman ketika

mengikuti pengajian Abah Uci

14 Saya main hp ketika Abah Uci sedang

menerangkan materi pengajian

15 Materi yang disampaikan Abah Uci

menambah wawasan saya tentang beragama

16 Materi yang disampaikan Abah Uci kurang

jelas sehingga sulit difahami

17 Dengan mengikuti majlis ta’lim Abah Uci,

pengetahuan tentang ibadah bertambah

18 Saya malas mempelajari kembali materi

pengajian yang disampaikan Abah Uci

19 Saya mengikuti ta’lim abah Uci karena di

ajak teman

20 Ada perasaan gembira ketika

mendengarkan materi yang disampaikan

Abah Uci

21 Materi yang disampaikan Abah Uci kurang

menarik bagi saya

22 Pemahaman saya tentang kehidupan

bertambah dengan mengikti ta;lima bah Uci

Page 140: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

23 Materi ta’lim abah Uci biasa saja, tidak

menambah pemahaman saya

24 Pemahaman abah Uci tentang tasauf

membuat saya tertarik dengan setiap kajian

dalam ta’linya

25 Saya kurang begitu tertarik dengan kajian-

kajian ta’lim Abah Uci

Page 141: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

ANGKET INTERNALISASI NILAI-NILAI

RELIGIUSITAS JAMAAH

(VARIABEL Y)

Petunjuk :

4. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.

5. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan

jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng

(√) pada kolom yang tersedia

SL : Selalu (5) P : Pernah (2)

SR : Sering (4) TP : Tidak pernah (1)

KD : Kadang-Kadang (3)

6. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan

jawaban teman.

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

1 Saya ikhlas dalam menjalankan ibadah

kepada Allah SWT.

2 Saya melaksanakan sholat karena takut

berdosa.

3 Saya mempercayai rukun iman.

4 Saya menggantungkan sesuatu kepada orang

lain

5 Saya percaya pada kekuatan suatu benda

6 Saya mengerjakan shalat lima waktu

7 Saya mengerjakan puasa Ramadhan.

8 Saya melalaikan sholat lima waktu.

9 Saya beribadah karena berharap sesuatu

10 Saya khusyu dan tidak terburu-buru dalam

menjalankan sholat

Page 142: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

NO PERNYATAAN JAWABAN

SL SR KD P TP

11 Setiap mendengar adzan saya langsung

mengambil air wudlu untuk melaksanakan

sholat.

12 Saya membaca Al-Qur’an dengan tartil.

13 Saya melaksanakan sholat untuk

mengugurkan kewajiban saja.

14 Saya malas sholat berjama’ah

15 Saya memahami tata cara beribadah dengan

baik

16 Saya mendatangi majlis ta’lim untuk

mendapatkan pengetahuan agama dengan baik

17 Saya beribadah sesuka hati

18 Saya menjawab dengan jujur apabila

ditanyakan sesuatu oleh orang tua dan orang

lain

19 Saya melaksanakan sholat dan ibadah-

ibadah lainnya karena malu dengan orang

lain.

20 Saya melaksanakan sholat degan tepat waktu

21 Saya membiarkan sampah berserakan

Page 143: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Suasana Ta’lim Mingguan Abah Uci

Page 144: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Majelis Tempat Ta’lim Minggu

Page 145: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Jama’ah Yang Berada diluar Majlis

Page 146: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Asrama / Kobong Santri

Page 147: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Area Parkir Motor

Page 148: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Pengisian Angket/Kuisioner

Page 149: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Dokumentasi Wawancara

Page 150: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

Hasil Wawancara

Narasumber : Ust. Bahrudin (Santri Senior)

Hari/Tanggal : Selasa, 20 Agustus 2019

1. Q : Kapan berdirinya Ponpes Al-Istiqlaliyah ?

A : Pondok Pesantren ini didirikan oleh Abuya Dimiyati ayah dari

Abah Uci sekitar tahun 1957, yang bermula dari sebuah mushola

yang digunakan untuk sholat dan mengaji pada saat itu.

2. Q : Berapa Luas Pesantren Ponpes Al-Istiqlaliyah ?

A : Pesantren ini berdiri di lahan ±1 hektar, yang di dalamnya terdapat

kobong-kobong, rumah keluarga Abah, dan memang berbaur dengan

rumah masyakat.

3. Q : Berapa banyak jumlah santri ?

A : Santri disini kisaran 600an yang mukim dari berbagai daerah

bahkan ada yang dari luar pulau jawa. Sedangkan santri yang tidak

mukim alias santri kalong itu banyak mereka hanya ikut pengajian

yang ada di pesantren tapi tidak tinggal di pesantren.

4. Q : Bagaiamana mengenai jenjang pendidikan santri ?

A : Di Pesantren ini tidak disediakan jenjang pendidikan formal seperti

SMP, SMA, melainkan murni pengajian kitab-kitab klasik yang di

ajarkan Abah langsung maupun oleh para Ustadz yang lain.

5. Q : Apa saja kegiatan santri sehari-hari ?

A : Ya, seperti biasa mulai dari subuh sholat berjamaah kemudian

setelah sholat subuh ada pengajian kitab, siang juga bada zuhur juga

ada pengajian, sampai malam lagi kegiatannya ngaji.

6. Q : Apa saja kitab yang di ajarkan disini ?

A : Macam-macam ada kitab fiqih, tauhid, ilmu alat, dan lain

sebagainya yang diajarkan mulai kitab dasar sampai tingkat

tertinggi.

7. Q : Abah Uci sebagai generasi kedua, bisa menjelaskan profil beliau ?

A : Abah lahir itu tahun 1964, berarti sekarang usia Abah 55 tahun dan

Abah mempunyai seorang istri serta 12 orang putra putri namun

yang hidup 10 orang. Abah dari kecil di didik langsung oleh Abuya

Dimyati.

Page 151: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

8. Q : Selain di didik ilmu agama langsung oleh ayah beliau, dimana

Abah mondok dan siapa saja guru-gurunya ?

A : Abah mondok di banyak pesantren, yang saya ingat itu Abah

pernah cerita Abah mondok di daerah Banjar Patoman Jawa Barat

gurunya Ajengan Imam, pernah di Garut juga, di Kediri Pesantren

Kwagean Kyai Hanan dan yang terakhir di Abah Ucup Caringin

Cisoka baru dari situ beliau pulang dan meneruskan membantu

Abuya Dimyati di Al-Istiqlaliyah.

9. Q : Menurut banyak orang Abah mempunyai kelebihan selain dari segi

ilmu agama atau biasanya disebut karomah. Setau Ustadz apa saja

kelebihan atau karomah Abah ?

A : Memang banyak sekali kelebihan Abah selain ilmu agama, tapi

yang pernah saya rasakan sendiri adalah ketika saya pernah belajar

thoriqot ke Suralaya dan sepulang dari sana saya sowan ke Abah

sebelum saya sampaikan maksud saya Abah sudah bilang Din...ga

usah ikut thoriqot dulu ngaji aja dulu yang bener, padahal saya

belum ngomong apa-apa. Ada juga ketika saya dan santri ziarah ke

Cigundul Cianjur dimana daerah terjal dan berbukit, anehnya Abah

itu cepet sekali sudah sampai puncak bukit, barulah Abah cerita

kalau beliau tadi di jemput naik kuda, padahal kami yang ikut tidak

melihat kuda.

10. Q : Kegiatan atau pengajian apa yang langsung Abah pimpin ?

A : ada beberapa pengajian yang Abah langsung pimpin, diantaranya

pengajian malam selasa, malam jumat dan minggu pagi namun

pengajian minggu pagi yang jamaahnya paling banyak sekitar 3000

jamaah dari berbagai wilayah dan tidak hanya santri melainkan para

ustad, kyai pun ikut serta pengajian minggu pagi.

11. Q : Apakah di pengajian minggu pagi Abah langsung membuka

pengajian atau memang ada hal-hal lain yang dilakukan terlebih

dahulu ?

A : Iya Abah langsung memulai pengajian namun biasanya sebelum

pengajian di awali dengan kirim hadiah atau surat Al-Fatihah

kemudian di lanjutkan dengan sholawat Ibrahimiyah dan kemudian

Abah memulai pengajian.

12. Q : Jam berapa biasanya pengajian di mulai ?

A : Pengajian minggu pagi biasanya dimulai pukul 08.00-12.00

kemudian disambung lagi setelah sholat dzuhur sekitar pukul 13.00-

14.00

Page 152: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

13. Q : Bagaiamana cara Abah menyampaikan pengajian ?

A : Biasanya Abah membaca beberapa baris dari kitab kemudian, di

terangkan kepada jamaah dengan keluasan ilmu beliau jamaah

terpukau dan takjub.

14. Q : Apakah jamaah diberikan kesempatan bertanya ?

A : Jamaah hanya mendengarkan, dan istilah disini nyoret kitab yang

dibaca oleh Abah.

15. Q : Dari sekian banyak jamaah yang ikut pengajian, apa yang

mendorong mereka ikut pengajian ?

A : Jamaah pengajian ikut pengajian tentunya untuk belajar atau

menuntut ilmu, setelah itu tabarukan atau mencari keberkahan dan

ridlo Abah, kalau ada yang belanja atau lain sebagainya itu hanya

bumbu-bumbu pelengkap pengajian dan alhamdulillah pengajian

membawa keberkahan untuk masyarakat dari segi ekonomi karena

setelah pengajian banyak jamaah yang belanja.

16. Q : Apa yang di lihat jamaah dari Abah Uci ?

A : Sosok beliau yang kharismatik, luasanya keilmuan, ketwadluan,

tutur kata yang santun enak dipandang, lemah lembut, dan

memberikan solusi permasalahan bagi umat atau jamaah.

Page 153: STUDI FAKTOR KHARISMATIK ABAH UCI DAN MINATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46963/...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kharismatik Abah Uci

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Bahrudin

Jabatan : Santri Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Menerangkan bahwa :

Nama : Sudarto

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 14 Januari 1985

NIM : 21150110000006

Status : Mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama

Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Adalah benar telah mengadakan wawancara penelitian pada hari selasa 20

Agustus 2019, untuk bahan penelitian tesis yang berjudul “Studi Faktor

Kharismatik Abah Uci dan Minat Mengikuti Ta’lim Mingguan Terhadap

Internalisasi Nilai Religiusitas Jamaah di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah

Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang.”

Dengan tujuan melengkapi data yang berkaitan dengan judul tesis di atas.

Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Tangerang, 20 Agustus 2019

Bahrudin