BAB II LANDASAN TEORI SURABAYA -...

17
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Muktahar (2009:1), sistem adalah suatu entitas yang terdiri 2 atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Muktahar (2009:1), sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Menurut Fitzgerald (2009:1), sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Mempelajari suatu sistem itu akan lebih mengena apabila mengetahui terlebih dahulu apakah suatu sistem itu. Lebih lanjut pengertian tentang sistem pertama kali dapat diperoleh dari definisinya. Dengan demikian definisi ini akan akan mempunyai peranan yang penting di dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem. Suatu sistem juga memiliki maksud tertentu. Ada yang menyebutkan maksud dari suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan ada yang menyebutkan untuk mencapai suatu sasaran (objectives). Goal biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih sempit. Bila merupakan suatu sistem utama, seperti misalnya sistem bisnis, maka istilah goal lebih tepat diterapkan. Untuk sistem akuntansi atau sistem-sistem yang lainnya merupakan bagian atau subsistem dari sistem bisnis, maka istilah objectives yang lebih tepat. STIKOM SURABAYA

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI SURABAYA -...

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

Menurut Muktahar (2009:1), sistem adalah suatu entitas yang terdiri 2

atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Muktahar (2009:1), sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan dan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh

untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Menurut

Fitzgerald (2009:1), sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Mempelajari suatu sistem itu

akan lebih mengena apabila mengetahui terlebih dahulu apakah suatu sistem itu.

Lebih lanjut pengertian tentang sistem pertama kali dapat diperoleh dari

definisinya. Dengan demikian definisi ini akan akan mempunyai peranan yang

penting di dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem. Suatu sistem juga

memiliki maksud tertentu. Ada yang menyebutkan maksud dari suatu sistem

adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan ada yang menyebutkan untuk

mencapai suatu sasaran (objectives). Goal biasanya dihubungkan dengan ruang

lingkup yang lebih sempit. Bila merupakan suatu sistem utama, seperti misalnya

sistem bisnis, maka istilah goal lebih tepat diterapkan. Untuk sistem akuntansi

atau sistem-sistem yang lainnya merupakan bagian atau subsistem dari sistem

bisnis, maka istilah objectives yang lebih tepat.

STIKOM S

URABAYA

8

Jadi tergantung dari ruang lingkup dari mana memandang sistem

tersebut. Seringkali tujuan (goal) dan sasaran (objectives) digunakan bergantian

dan tidak dibedakan (Hartono, 1999:2).

Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki

arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat, jadi ada

suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi dari input, proses, dan

output. Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi,

sehingga informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Suatu sistem

yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil dan akhirnya

berakhir. Dan informasi dapat didefinisikan sebagai suatu data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Sumber dari informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan

suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Data merupakan raw material untuk

suatu informasi. Perbedaan informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai

gunanya bagi manajemen yang memerlukan. Suatu informasi bagi level

manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level diatasnya, ataupun

sebaliknya (Fitzgerald ,2009:5). Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga

hal, yaitu:

a. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak

bias atau menyesatkan. Akurat juga berati informasi harus jelas

mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber

informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi

gangguan yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.

STIKOM S

URABAYA

9

b. Tepat pada waktunya, berati informasi yang datang pada penerima tidak

boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai

lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan

keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat

fatal untuk organisasi.

c. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.

Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda

(Hartono, 1999:7).

Istilah sistem informasi menyiratkan suatu pengumpulan data yang

terorganisasi beserta tatacara menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai

dengan jalan memilih dan mengatur data serta menyusun tatacara penggunaannya.

Keberhasilan suatu sistem informasi yang diukur berdasarkan maksud

pembuatannya tentu bergantung pada tiga faktor utama, yaitu keserasian dan mutu

data, pengorganisasian data, dan tatacara penggunaannya (Notohadiprawiro,

2009:1). Sistem informasi menurut Hartono (1999:11) adalah suatu sistem di

dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi

harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu

organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang

diperlukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem

yang terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi

penggunanya.

2.2 Apotek

Apotek berasal dari bahasa yunani apotheca yang secara harfiah berarti

"penyimpanan". Bila diartikan definisi apotek adalah tempat menjual dan kadang

STIKOM S

URABAYA

10

membuat atau meramu obat. Apotek juga merupakan tempat apoteker melakukan

praktik profesi farmasi sekaligus menjadi peritel. Dimana dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat. Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh

pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan

salah satunya adalah apotek. Apotek yang merupakan suatu jenis bisnis eceran

(retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan

farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Sebagai

perantara, apotek dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan

kesehatan dari supplier kepada customer, memiliki beberapa fungsi kegiatan

yaitu: pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan, dan pembukuan,

sehingga agar dapat di kelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola

Apotek (APA) disamping ilmu kefarmasian yang telah dikuasai, juga diperlukan

ilmu lainnya seperti ilmu Pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting).

Apotek bukanlah suatu badan usaha yang semata-mata hanya mengejar

keuntungan saja tetapi apotek mempunyai fungsi sosial yang menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin

keabsahannya.

A. Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Sujudi (2002) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980,

tugas dan fungsi apotek adalah :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

STIKOM S

URABAYA

11

2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Tugas dan fungsi apotek ini dijabarkan lebih lanjut dalam Permenkes RI

Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek dalam

bab Pengelolaan Apotek.

Pengelolaan apotek meliputi :

1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

Pelayanan informasi yang dimaksud meliputi :

1. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang

diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun

kepada masyarakat.

2. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat

serta perbekalan farmasi lainnya.

Pelayanan informasi dan pelaporan tersebut wajib didasarkan pada

kepentingan masyarakat.

B. Jenis-jenis Pelayanan di Apotek :

Selain pelayanan seperti tersebut di atas, pelayanan lain di apotek yaitu :

STIKOM S

URABAYA

12

1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.

2. Pelayanan resep dimaksud sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker

pengelola apotek.

Dalam melayani resep tersebut apoteker wajib :

1. Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya

yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.

2. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten.

3. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep,

apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang

lebih tepat.

4. Apoteker wajib memberikan informasi :

a) Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada

pasien.

b) Penggunaan obat secara tepat, aman, resional atas permintaan

masyarakat.

2.3 Jenis-jenis sistem

Menurut Kendall (2003:02) Sistem informasi dikembangkan untuk

tujuan-tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan bisnis.

Menurut Kroenke dalam Achsan (2008:1), jenis-jenis dari suatu sistem

informasi berdasarkan user yang membutuhkan, yaitu:

1. Sistem Informasi Pribadi

2. Sistem Informasi Kelompok Kerja (Workgroup Information System)

3. Sistem Informasi Perusahaan (Enterprise Information System)

STIKOM S

URABAYA

13

Berikut adalah jenis-jenis dari suatu sistem informasi berdasarkan

dukungan yang tersedia, yaitu : Transaction Processing System (TPS), Office

Automation System (OAS) dan Knowledge Work System (KWS), Sistem Informasi

Manajemen (SIM), Decision Support Systems (DSS), Sistem Ahli dan Kecerdasan

Buatan (AI), Group Decision Support Systems (GDSS) dan Computer-Supported

Collborative Work Systems, Executive Support Systems (ESS).

A. Transaction Processing System (TPS).

Menurut Fitzgerald (2009 : 19) Merupakan sistem informasi yang

terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah

besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS

merupakan sistem tanpa batas yang memungkinkan organisasi bisa berinteraksi

dengan lingkungan eksternal. Karena manajer melihat data-data yang dihasilkan

oleh TPS untuk memperbaharui informasi setiap menit mengenai apa yang terjadi

di perusahaan mereka. Dan hal ini sangat penting bagi operasi bisnis dari hari ke

hari agar sistem ini dapat berfungsi dengan lancar dan tanpa interupsi sama sekali.

Sistem ini merupakan suatu sistem yang digunakan pada semua proses transaksi

yang berguna untuk menghimpun dan menyimpan informasi transaksi.

B. Office Automation System (OAS) dan Knowledge Work System (KWS)

Menurut Barcomb (1981: 11) Keduanya merupakan level knowledge dari

organisasi. OAS yaitu yang mendukung pekerja data, yang biasanya tidak

menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi

sedemikian rupa untuk mentransformasikan data atau memanipulasikannya

dengan cara-cara tertentu sebelum membaginya atau menyebarkannya secara

keseluruhan dengan organisasi dan kadang-kadang diluar itu.

STIKOM S

URABAYA

14

OAS menyediakan aneka ragam perangkat untuk memproses informasi seperti

word processing, spreadsheet, desktop publishing, electronic scheduling,

pengolah grafik, dan komunikasi melalui voice mail, email (electronic mail), dan

video conferencing. Sedangkan KWS mendukung para pekerja professional

seperti ilmuwan, insinyur, dan doctor dengan membantu mereka menciptakan

pengetahuan baru dan memungkinkan mereka mengkontribusikannya ke

organisasi atau masyarakat sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan

efisien.

C. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

SIM tidak menggantikan Transaction Processing Systems, melainkan semua SIM

mencakup pengolahan transaksi. SIM adalah system informasi yang sudah

terkomputerisasi yang bekerja karena adanya interaksi antara manusia dan

computer. SIM mendukung spektrum tugas-tugas organisasional yang lebih luas

dari Transaction Processing Systems, termasuk analisis keputusan dan pembuatan

keputusan.

Untuk mengakses informasi, pengguna SIM membagi basisdata biasa. Basisdata

menyimpan data-data dan model yang membantu pengguna menginterpretasikan

dan menerapkan data-data tersebut. SIM menghasilkan output informasi yang

digunakan untuk membuat keputusan, dan menyatukan beberapa fungsi informasi

bisnis yang sudah terkomputerisasi, meski tidak berupa suatu struktur tunggal.

D. Decision Support Systems (DSS)

Menurut Turban (1995:10) DSS merupakan kelas sistem informasi

terkomputerisasi pada level yang lebih tinggi. DSS hampir sama dengan SIM

STIKOM S

URABAYA

15

tradisional karena keduanya sama-sama tergantung pada basis data sebagai

sumber data.

DSS berangkat dari SIM tradisional karena menekankan pada fungsi mendukung

pembuatan keputusan diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan aktual masih

tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan. DSS lebih sesuai untuk orang-

orang atau kelompok yang menggunakannya daripada SIM tradisional. Menurut

Scott Morton (1971) DSS merupakan reaksi ketidakpuasan terhadap TPS dan

MIS. Penyebab dari ketidakpuasan tersebut adalah karena TPS lebih

memfokuskan diri pada perekaman dan pengendalian transaksi sedangkan MIS

lebih berorientasi penyediaan laporan bagi manajemen yang sifatnya tidak

fleksibel. Oleh karena itu, DSS dibuat untuk manajemen dalam melakukan

pekerjaan yang bersifat analitis, dalam situasi kurang terstruktur dan dengan

kriteria yang kurang jelas.

DSS bukan dimaksudkan untuk mengotomasikan pengambilan keputusan, tetapi

memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambilan keputusan

dalam melakukan berbagai analisis dengan menggunakan model-model yang

tersedia.

E. Sistem Ahli dan Kecerdasan Buatan (AI)

Menurut Setiawan (1993: 1) AI adalah cabang sains komputer yang mempelajari

otomatis tingkah laku cerdas. Daya tolak/dorong umum dari AI dimaksudkan

untuk mengembangkan mesin-mesin yang berfungsi secara cerdas.

Dua cara untu melakukan riset AI adalah memahami bahasa alamiahnya serta

menganalisis kemampuannya untuk berpikir melalui problem sampai ke

kesimpulan logiknya. Sistem ahli menggunakan pendekatan-pendekatan

STIKOM S

URABAYA

16

pemikiran AI untuk menyelesaikan permasalahan serta memberikannya lewat

pengguna bisnis (dan lain-lain).

Sistem Ahli adalah suatu kelas yang sangat spesial yang dibuat sedemikian rupa

sehingga bisa dipraktikan untuk digunakan dalam bisnis sebagai akibat dari

semakin banyaknya perangkat keras dan perangkat lunak seperti komputer pribadi

(PC) dan shell sistem ahli. Suatu sistem ahli (juga disebut sebagai knowledge base

systems) secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang ahli

untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisai. Ditegaskan

bahwa tidak seperti DSS, yang meninggalkan keputusan terakhir bagi pembuat

keputusan, sistem ahli menyeleksi solusi terbaik terhadap suatu masalah atau

suatu kelas masalah khusus.

Komponen dasar suatu sistem ahli adalah knowledge base, yakni suatu mesin

interferensi yang menghubungkan pengguna dengan sistem melalui pengolahan

pertanyaan lewat bahasa semacam SQL (Structure Query Language), dan

antarmuka pengguna. Orang menyebut knowledge engineering menangkap

keahlian pakar, membangun sebuah sistem komputer yang mencakup expert

knowledge ini, dan kemudian mengimplementasikannya. Secara keseluruhan

sangat mungkin membangun dan mengimplementasikan sistem ahli yang akan

menjadi pekerjaan para penganalisis sistem di masa datang.

STIKOM S

URABAYA

17

F. Group Decision Support Systems (GDSS) dan Computer-Supported

Collborative Work Systems

Menurut Turban (1995: 10, 24) GDSS merupakan suatu solusi apabila kelompok

perlu bekerja bersama-sama untuk membuat keputusan semi-terstruktur dan tak

terstruktur. GDSS menggunakan ruangan khusus yang dilengkapi dengan

sejumlah konfigurasi yang berbeda-beda, memungkinkan anggota kelompok

berinteraksi dengan pendukung elektronik, seringnya dalam bentuk perangkat

lunak khusus dan suatau fasilitator kelompok khusus. GDSS dimaksudkan untuk

membawa kelompok bersama-sama menyelesaikan masalah dengan memberi

bantuan dalam bentuk pendapat, kuesioner, konsultasi dan scenario, serta

dirancang untuk meminimalkan perilaku kelompok negative tertentu seperti

kurangnya partisipasi berkaitan dengan kekhawatiran atau tindakan balasan untuk

menyatakan bahwa sudut pandang tidak dikenal, dominasi oleh anggota kelompok

vocal, dan pembuat keputusan ‘group think’.

Kadang GDSS dibahs menurut istilah yang lebih umum Computer Supported

Collaborative Work (CSCW), yang mencakup pendukung perangkat lunak yang

disebut ‘groupware’ untuk kolaborasi tim melalui computer yang terhubung

dengan jaringan.

G. Executive Support Systems (ESS)

Menurut Turban (1995 : 15) ESS membantu para eksekutif mengatur interaksi

mereka dengan lingkungan eksternal dengan menyediakan grafik-grafik dan

pendukung komunikasi di tempat-tempat yang bisa diakses seperti kantor. ESS

dapat membantu para eksekutif untuk memikirkan problem-problem strategis.

STIKOM S

URABAYA

18

Meskipun ESS tergantung pada informasi yang dihasilkan oleh TPS dan SIM,

ESS membantu pengguna mengatasi problem keputusan yang tidak terstruktur,

yang bukan aplikasi khusus, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

memikirkan problem-problem strategis. ESS memperluas dan mendukung

kemampuan eksekutif, memungkinkan mereka membuat lingkungan tampak

masuk akal.

Sehingga keanekaragaman sistem informasi tersebut dapat dilihat pada Gambar

2.1 yang menampilkan sistem-sistem tersebut dari bawah ke atas.

Gambar 2.1 Jenis Informasi Dari Level Terendah hingga Tertinggi

Sumber: upload.wikimedia.org/thumb/d/dd/four-level-Pyramid-model.png

2.4 Pembelian

Pembelian (purchases) adalah harga pembelian (harga pokok) barang

dagang yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Aliminsyah dan Padji,

2003 : 450).

Menurut Soemarso (1994), kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang

adalah

STIKOM S

URABAYA

19

1. Membeli barang dagang secara tunai atau kredit.

2. Membeli aktiva produksi untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.

3. Membeli barang dan jasa lain sehubungan dengan kegiatan perusahaan.

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelian merupakan

perkiraan yang digunakan untuk mencatat semua pembelian barang dagang dalam

satu periode tertentu.

2.5 Penjualan

Konsep penjualan adalah gagasan bahwa konsumen tidak membeli cukup

banyak produk perusahaan kecuali jika perusahaan tersebut melakukan usaha

penjualan dan promosi dalam skala besar (Jobber, 2003)

Menurut Kotler dan Amstrong (2006:457), penjualan merupakan sebuah

proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjualan dipenuhi, melalui

antar pertukaran informasi dan kepentingan. Jadi konsep penjualan adalah cara

untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Dalam

kenyataannya penjualan mempunyai dua sistem yang biasa diterapkan oleh suatu

perusahaan dagang yaitu penjualan yang dilakukan dengan cara tunai dan

penjualan yang dilakukan menggunakan cara kredit atau sering disebut cara

angsuran.

Penjualan yang dilakukan secara tunai merupakan penjualan dimana saat

terjadi penjualan pembeli akan membayar harga barang atau jasa yang dibelinya

saat itu juga. Penjualan yang dilakukan secara kredit atau angsuran adalah

bilamana pembayaran baru diterima beberapa waktu kemudian setelah terjadinya

STIKOM S

URABAYA

20

transaksi penjualan dan cara pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap

dengan jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula.

Pentingnya promosi penjualan karena promosi penjualan adalah

kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas,

yang mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan

menggunakan alat peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya yang

ditunjukkan untuk mengingatkan penjualan barang tertentu.

Menjual karier dengan gaji besar dan sangat memuaskan yang

membutuhkan komitmen tinggi dan kecepatan kerja.Namun yang paling ditakuti

dari siklus penjualan adalah mencari prospek Kotler dan Amstrong (2003:401).

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:218), pengukuran aktivitas

penjualan adalah merupakan langkah awal untuk memaksimumkan produktivitas

tenaga penjual, penjualan perusahaan diukur dari daerah yang dikuasainya,

termasuk melakukan adopsi dari diri tenaga penjual.

2.6 Manajemen Persediaan

Menurut Assauri (2004 : 169) pengedalian persediaan merupakan fungsi

manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan

melibatkan investasi terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan

menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan yang mencukupi, dapat

mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan tersebut.

Menurut Gaspersz (2004 : 291) Reorder Point ialah saat atau titik dimana

harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau

penerimaan barang yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan diatas

safety stock sama dengan nol.

STIKOM S

URABAYA

21

2.7 Black Box Testing

Menurut Romeo (2003:52) Metode uji coba blackbox memfokuskan pada

keperluan fungsional dari software. Karena itu uji coba blackbox memungkinkan

pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih

seluruh syarat-syarat fungsional suatu program.

Uji coba blackbox bukan merupakan alternatif dari uji coba whitebox,

tetapi merupakan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan kesalahan

lainnya, selain menggunakan metode whitebox.

Uji coba blackbox berusaha untuk menemukan kesalahan dalam

beberapa kategori, diantaranya :

1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang.

2. Kesalahan interface.

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal.

4. Kesalahan performa.

5. Kesalahan inisialisasi dan terminasi.

Tidak seperti metode whitebox yang dilaksanakan diawal proses, uji

coba blackbox diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya. Karena uji coba

blackbox dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya

difokuskan pada informasi domain. Uji coba didesain untuk dapat menjawab

pertanyaan berikut : (Romeo,2003:52)

1. Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?

2. Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang baik ?

3. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu ?

4. Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?

STIKOM S

URABAYA

22

5. Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh sistem?

6. Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada operasi

sistem?

Dengan mengaplikasikan uji coba blackbox, diharapkan dapat

menghasilkan sekumpulan kasus uji yang memenuhi kriteria berikut :

1. Kasus uji yang berkurang, jika jumlahnya lebih dari 1, maka jumlah dari

ujikasus tambahan harus didesain untuk mencapai uji coba yang cukup

beralasan

2. Kasus uji yang memberitahukan sesuatu tentang keberadaan atau tidaknya

suatu jenis kesalahan, daripada kesalahan yang terhubung hanya dengan

suatu uji coba yang spesifik

Walaupun didesain untuk menemukan kesalahan, uji coba blackbox

digunakan untuk mendemonstrasikan fungsi software yang dioperasikan, apakah

input diterima dengan benar, dan output yang dihasilkan benar, apakah integritas

informasi eksternal terpelihara.

Blackbox testing menurut Romeo (2003:62), dilakukan tanpa

pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites.

Blackbox testing juga disebut sebagai behavioral testing, specification-based

testing, input/output testing atau functional testing.

Blackbox testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software,

berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software. Dengan adanya blackbox

testing, perekayasa software dapat menggunakan sekumpulan kondisi masukan

yang dapat secara penuh memeriksa keseluruhan kebutuhan fungsional pada suatu

program.

STIKOM S

URABAYA

23

Blackbox testing bukan teknik alternatif daripada whitebox testing. Lebih

daripada itu, ia merupakan pendekatan pelengkap dalam mencakup error dengan

kelas yang berbeda dari metode whitebox testing.

Kategori error yang akan diketahui melalui blackbox testing adalah:

1. Fungsi yang hilang atau tak benar.

2. Error dari antar-muka.

3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.

4. Error dari kinerja atau tingkah laku.

5. Error dari inisialisasi dan terminasi.

STIKOM S

URABAYA