BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits...

23
20 BAB II LANDASAN TEORI A. Iddah Menurut Pandangan Hukum Islam 1. Definisi Iddah Menurut Hukum Islam Dan Kompilasi Hukum Islam a. Iddah Menurut Hukum Islam Iddah adalah bahasa arab yang berasal dari akar kata adda-yauddu- iddatan, 1 dan jamaknya adalah idad yang secara arti kata berarti “menghitung” atau hitungan kata ini digunakan untuk maksud iddah karena dalam masa itu si perempuan yang beriddah menunggu berlalunya waktu. 2 Dalam fiqh definisi iddah yang yang pendek dan sederhana adalah atau masa dimana seorang wanita yang diceraikan suaminya menunggu. Pada masa itu ia tidak diperbolehkan menikah atau menawarkan diri kepada laki-laki lain untuk menikahinya. Dan iddah juga sudah dikenal pada masa jahiliyah. Setelah datangnya Islam iddah tetap diakui sebagai salah satu dari syari‟at karena banyak mengandung manfaat. Para ulama telah sepakat mewajibkan iddah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 228, yang berbunyi bahwa: َ نْ صّ بَ َ َ يُ اتَ لّ وَ طُ مْ امَ وّ نُ كْ نِ اّ نِ هِ امَ حْ رَ أِ ُ ّ اَ قَ وَ ا خَ مَ نْ مُ تْ كَ يْ نَ أّ نُ هَ مْ لِ َ َ َ وۚ ٍ وءُ رُ كَ ةَ ثَ َ ثّ نِ هِ سُ فْ هَ أِ بَ مَ وۚ اً حَ ْ صِ وا اُ ادَ رَ أْ نِ اَِ َ ذِ ّ نِ هِ ّ دَ رِ بْ قَ حَ أّ نُ ُ َ وهُ عُ بَ وۚ ِ رِ خٓ ْ الِ مْ وَ يْ امَ وِ ّ ِ ّ نِ مْ ؤُ يِ مّ نُ هّ نِ ْ َ وَ ي عِ ّ اُ لْ ثٌ يِ كَ حٌ يزِ زَ عُ ّ اَ وۗ ٌ ةَ جَ رَ دّ نِ ْ َ وَ عِ الَ جِ ّ ورِ نَ وۚ ِ وفُ رْ عَ مْ مِ ) امبلراة:٢٢٢ ) 1 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu'jam Mufarras Cet II. (Beirut: Darul Fikri, 1981), 448 2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2007), 303 المرئةتربص فيها مدة ي

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Iddah Menurut Pandangan Hukum Islam

1. Definisi Iddah Menurut Hukum Islam Dan Kompilasi Hukum Islam

a. Iddah Menurut Hukum Islam Iddah adalah bahasa arab yang berasal dari

akar kata adda-yauddu- iddatan,1dan jamaknya adalah idad yang secara arti

kata berarti “menghitung” atau hitungan kata ini digunakan untuk maksud

iddah karena dalam masa itu si perempuan yang beriddah menunggu

berlalunya waktu.2

Dalam fiqh definisi iddah yang yang pendek dan

sederhana adalah atau masa dimana seorang wanita

yang diceraikan suaminya menunggu. Pada masa itu ia tidak diperbolehkan

menikah atau menawarkan diri kepada laki-laki lain untuk menikahinya.

Dan iddah juga sudah dikenal pada masa jahiliyah. Setelah datangnya Islam

iddah tetap diakui sebagai salah satu dari syari‟at karena banyak

mengandung manfaat. Para ulama telah sepakat mewajibkan iddah.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 228, yang

berbunyi bahwa:

صن ب لات يت ن كن واممطو ف أرحامهن ا ل مهن أن يكتمن ما خوق الل بأهفسهن ثلثة كروء ول ي

صلحا ومن أرادوا ا

ل ا هن ف ذ واميوم الخر وبعوهتن أحق برد ي عوين هن م يؤمن بلل ثل ال

عزيز حكي ن درجة والل (٢٢٢امبلراة: (بممعروف ونورجال عوي

1 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu'jam Mufarras Cet II. (Beirut: Darul Fikri, 1981), 448

2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,

2007), 303

مدة يتربص فيها المرئة

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

21

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali

quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah

dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan

suami- suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka

(para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang

seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para

suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-Baqara:228).3

b. Iddah Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Masa iddah adalah seorang istri yang putus perkawinannya dari

suaminya, baik putus karena perceraian, kematian, maupun atas keputusan

pengadilan. Masa iddah tersebut hanya berlaku bagi istri yang sudah

melakukan hubungan suami istri. Lain halnya bila istri belum melakukan

hubungan suami istri (Qabla Dukhul) maka dia tidak mempunyai masa

iddah.4

Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 11 dan KHI pasal 153 dijelaskan

bahwa:

Pasal 11 UU Perkawinan:

1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka

waktu tunggu.

2) Tenggang waktu atau jangka waktu tunggu tersebut ayat 1 akan

diatur dalam peraturan pemerintah lebih lanjut.

Masa iddah dalam pasal 153 KHI mempunyai beberapa macam yang

diklasifikasikan menjadi 1. Putus perkawinan karena ditinggal mati

3 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara),

hlm.55 4 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) , hlm.

87

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

22

suaminya. 2. putus perkawinan karena perceraian. 3 putus perkawinan

karena khulu‟, fasakh dan li‟an dan 4. istri dithalak raj‟i kemudian ditingal

mati suaminya pada masa iddah.5

Selain itu dijelaskan juga dalam KHI pasal 170 mengenai masa

berkabung dalam masa iddah, sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:

1) Istri yang ditinggal mati oleh suaminya wajib melaksanakan

masa berkabung selama masa iddah sebagai tanda turut berduka

cita dan sekaligus menjaga timbulnya fitnah.

2) Suami yang ditinggal mati oleh istrinya, melaksanakan masa

berkabung menurut kepatutan.

2. Dasar Hukum

Iddah Yang menjalani iddah adalah perempuan yang bercerai dari

suaminya bukan laki-laki atau suaminya. Perempuan yang bercerai dari

suaminya dalam bentuk apapun, cerai hidup atau mati, sedang hamil atau

tidak, masih berhaid atau tidak wajib menjalani masa iddah. Kewajiban

menjalani masa iddah itu dapat dilihat dari beberapa ayat al-Qur‟an,

diantaranya adalah firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 228.

Diantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut

adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah menurut riwayah Ibnu Majah

dengan sanad yang kuat bunyinya:

Nabi SAW menyuruh Barairah untuk beriddah selama tiga kali haid

3. Macam-Macam Iddah

5 Ibid., hlm. 88

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

23

Istri yang menjalani iddah ditinjau dari segi keadaan waktu

berlangsungnya perceraian adalah sebagai berikut:

a. Kematian suami

b. Belum dicampuri

c. Sudah dicampuri tetapi dalam keadaan hamil

d. Sudah dicampuri tidak dalam keadaan hamil, dan telah berhenti haidnya.

e. Sudah dicampuri, tidak dalam keadaan hamil dan masih dalam masa haid.

Adapun bentuk dan cara iddah juga ada tiga macam, yaitu:

1) Iddah dengan cara menyelesaikan quru‟ yaitu antara haid dan suci.

2) Iddah dengan kelahiran anak

3) Iddah dengan perhitungan bulan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 masa iddah

diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:

a. Putus perkawinan karena ditinggal mati suaminya.

Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130

hari hal ini diatur dalam pasal 39 ayat 1 huruf a PP nomor 9 tahun 1975 dan

pasal 153 KHI. Dan ketetapan ini berlaku bagi istri yang ditinggal mati

suaminya dalam keadaan tidak hamil. Lain halnya dengan istri yang

ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil maka waktu tunggunya

adalah sampai ia melahirkan.

b. Putus perkawinan karena perceraian

Seorang istri yang diceraikan oleh suaminya maka memungkinkan

mempunyai beberapa waktu tunggu yaitu:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

24

1) Dalam keadaan hamil Apabila seorang istri diceraikan oleh suaminya

dalam keadaan hamil iddahnya sampai ia melahirkan kandungannya.

2) Dalam keadaan tidak hamil

a) Apabila seorang istri diceraikan oleh suaminya sebelum terjadi

hubungan kelamin maka tidak berlaku baginya masa iddah.

b) Apabila seorang istri diceraikan oleh suaminya setelah terjadi

hubungan kelamin (dukhul).

1) Bagi seorang istri yang masih datang bulan (haid), waktu

tunggunya berlaku ketentuan 3 kali suci dengan sekurang-

kurangnya 90 hari.

2) Bagi seorang istri yang tidak datang bulan maka iddahnya 3 bulan

atau 90 hari

3) Bagi seorang istri yang pernah haid namun ketika menjalani masa

iddah ia tidak haid karena menyusui maka iddahnya tiga kali waktu

suci.

4) Dalam keadaan yang disebut pasal ayat 5 KHI pasal 153 bukan

karena menyusui maka iddahnya selama satu tahun akan tetapi bila

dalam waktu satu tahun dimaksud ia berhaid kembali maka

iddahnya menjadi tiga kali suci.6

c. Putus perkawinan karena khulu‟, fasakh dan li‟an

Masa iddah bagi janda yang putus ikatan perkawinannya karena khulu‟

(cerai gugat atas dasar tebusan atau iwad dari istri), fasakh (putus ikatan

6 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) , 87

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

25

perkawinan karena salah satu diantara saumi istri atau murtad atau sebab

lain yang seharusnya ia tidak dibenarkan kawin) atau li‟an maka waktu

tunggu berlaku seperti iddah thalak.7

d. Istri dithalak raj‟i kemudian ditinggal mati suaminya pada masa iddah.

Apabila seorang istri terthalak raj‟i kemudian di dalam menjalani masa

iddah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 huruf b, ayat 5 dan ayat 6

pasal 153 KHI ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah

menjadi empat bulan sepuluh hari atau 130 yang mulai perhitungannya pada

saat matinya bekas suaminya. Adapun masa iddah yang telah dilalui pada

saat suaminya masih hidup tidak dihitung, tetapi mulai dihitung dari saat

kematian. Sebab keberadaan istri yang dicerai selama menjalani masa iddah

dianggap masih terikat dalam perkawinan karena sang suami masih berhak

merujuknya selama masih dalam masa iddah.8

Karakteristik masa iddah tersebut merupakan ketentuan hukum

mengenai tenggang waktu hitungan masa iddah dalam hukum perkawinan

islam.

4. Hak dan Kewajiban Perempuan Dalam Masa Iddah

Dalam menjalankan masa iddahnya bagi seorang istri terdapat beberapa

perkara yang harus dilaksanakan dan yang harus diperoleh. Dalam hal ini

peneliti akan menguraikan beberapa hak dan kewajiban seorang istri ketika dia

melaksanakan iddahnya. Dikutip dari Sayyid Sabiq yang mengatakan bahwa

istri yang sedang menjalani masa iddah berkewajiban untuk menetap di rumah

7 Ibid., 89

8 Ibid

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

26

di mana ia dahulu tingggal bersama sang suami sampai selesai masa iddahnya

dan tidak diperbolehkan baginya keluar dari rumah tersebut. Sedangkan si

suami juga tidak boleh mengeluarkan ia dari rumahnya, sebagaimana

disebutkan dalam firman Allah pada surat Ath-Thalak ayat pertama.

Seandainya terjadi perceraian diantara mereka berdua, sedang istrinya tidak

berada di rumah dimana mereka berdua menjalani kehidupan rumah tangga,

maka si istri wajib kembali kepada suaminya untuk sekedar suaminya

mengetahuinya dimana ia berada.9

Dan apabila istri yang dithalak itu melakukan perbuatan keji secara

terang-terangan memperlihatkan sesuatu yang tidak baik bagi keluarga

suaminya, maka dibolehkan bagi suami untuk mengusirnya dari rumah

tersebut.

Ulama‟ fiqh mengemukakan bahwa ada beberapa kewajiban bagi

perempuan yang sedang menjalani masa iddahnya adalah:

a. Tidak boleh dipinang oleh laki-laki lain baik secara terang-terangan maupun

melalui sindiran, akan tetapi untuk wanita yang mnejalani iddah kematian

suami pinangan dapat dilakukan dengan cara sindiran. Alasan ulama' fiqh

menetapkan hukum ini adalah firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 235

9 Imam Syafi‟i, “Mukhtasar Kitab Al-Umm Fi Al Fiqh”, diterjemahkan Muh Yasir Abd

Muthalib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 513

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

27

) :٥٣٢البقراة )

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran

atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.

Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada

itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia,

kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan

janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis

'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada

dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyantun".(Q.S Al-Baqarah:235).10

b. Dilarang keluar rumah.

Jumhur ulama fiqh selain Mazhab Syafi‟i sepakat menyatakan bahwa

perempuan yang menjalani iddah dilarang keluar rumah apabila tidka ada

keperluan mendesak, seperti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, akan

tetapi Ulama‟ Mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa wanita yang dicerai

suaminya baik cerai hidup maupun cerai mati dilarang keluar rumah.

c. Menurut kesepakatan ulama‟ fiqh perempuan yang menjalani iddah akibat

thalak raj‟i atau dalam keadaan hamil suaminya wajib menyediakan seluruh

nafkah yang dibutuhkan perempuan tersebut. akan tetapi apabila iddah yang

dijalani adalah iddah karena kematian suami maka perempuan itu tidak

mendapatkan nafkah apa pun karena kematian telah menghapuskan seluruh

akibat perkawinan. Namun demikian ulama' mazhab maliki menyatakan

10

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara),

hlm.57

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

28

bahwa perempuan tersebut berhak manempati rumah suaminya selama

dalam masa iddah tersebut, apabila rumah itu adalah rumah suaminya.

d. Perempuan tersebut wajib berihdad.11

Mengenai hak-hak istri dalam masa iddah bahwa Ulama fiqh berpendapat

istri yang dicerai oleh suami dengan thalak raj‟i selama masa iddah berhak

mendapatkan nafkah dari suaminya. Hal inilah yang biasanya kurang

mendapat perhatian dari suami yang menceraikan istrinya padahal masalah

tersebut menyangkut dengan tanggung jawab (kewajiban) dari seorang

suami. Akan tetapi apabila iddahnya karena suaminya wafat maka istri tidak

mendapat nafkah. Namun Mahdzab Maliki memberi pengecualian dalam

masalah tempat tinggal.12

Istri yang telah bercerai dari suaminya masih mendapatkan hak-hak

dari mantan suaminya selama berada dalam masa iddah, karena dalam masa

itu dia tidak boleh melangsungkan perkawinan dengan laki-laki lain, namun

hak itu tidaklah sempurna sebagaimana yang berlaku semasa dalam

hubungan perkawinan. Bentuk hak yang diterima tidak tergantung pada

lama masa iddah yang dijalaninya, tetapi tergantung pada bentuk perceraian

yang dialaminya. Istri yang bercerai dari suaminya dihubungkan kepada hak

yang diterimanya dikelompokan ke dalam tiga macam:

1) Istri yang dicerai dalam thalak raj‟i hak yang diterimanya adalah penuh

sebagaimana yang berlaku sebelum dicerai, baik dalam bentuk

11

Dahlan , Abdul Azis, “Iddah, ” Ensiklopedi Hukum Islam jilid 2 (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve, 2001), 640 12

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam (Jakarta: Prenada Media

Group, 2006), 222

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

29

perbelanjaan untuk pangan, pakaian dan juga tempat tinggal. Dan hal ini

merupakan kesepakatan Ulama‟.

2) Istri yang dicerai dalam bentuk thalak ba‟in, baik ba‟in sughro atau pun

ba‟in kubra dan dia sedang hamil, dalam hal ini ulama‟ sepakat bahwa

dia berhak atas nafaqah dan tempat tinggal. Dasar hukumnya adalah

firman Allah dalam surat At-Thalaq ayat 6:

):٦الطلق) Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah

ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya

hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-

anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika

kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak

itu) untuknya. (Q.S. Athalaq:6)13

3) Hak istri yang ditinggal mati oleh suaminya. Dalam hal istri dalam

keadaan hamil ulama‟ sepakat mengatakan bahwa dia berhak atas nafkah

dan tempat tinggal, namun bila istri tidak dalam keadaan hamil ulama‟

berbeda pendapat. Sebagian ulama diantaranya Imam Malik, Syafi‟i dan

13

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara),

hlm.946

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

30

Abu Hanifah berpendapat bahwa istri dalam iddah wafat berhak atas

tempat tinggal . Sebagian ulama‟ diantaranya Imam Ahmad berpendapat

bahwa istri dalam iddah wafat yang tidak hamil tidak berhak atas nafkah

dan tempat tinggal, karena Allah hanya menentukan untuk yang kematian

suami itu adalah peninggalan dalam bentuk harta warisan.

Dalam menjalankan iddah bagi perempuan yang ditinggal mati

suaminya maka wajib bagi mereka untuk menjalani masa berkabung atau

ihdad dan terdapat perkara-perkara yang dilarang pada saat ihdad, berikut

ini dijelaskan mengenai larangan melakukan perkara tersebut.14

Ummu „Athiyah meriwayatkan “kami diwajibkan berkabung atas

kematian suami yakni empat bulan sepuluh hari. Selama itu kami

dilarang memakai celak, parfum dan pakaian yang dicelup, kecuali

sejenis pakaian celup buatan Yaman. Apabila kami suci dari dan mandi

setelah haid, kami diberi keringanan untuk menggunakan sedikit

wewangian. Dan kami dilarang mengiringi pemakaman jenazah”.15

Berdasarkan keterangan hadits di atas dan lainnya dapat

disimpulkan bahwa wanita yang sedang berkabung hendaknya menjauhi

perkara-perkara berikut ini:

a. Memakai celak

Wanita tidak boleh memakai celak ketika berkabung, sekalipun

dengan alasan untuk berobat. Dalam hadits Ummu Salamah ra.

disebutkan bahwa seorang wanita mengalami sakit mata, maka

14

Abu Malik Kamal Bin Sayid Salim, Fiqh Sunnah, (Jakarta: I‟tishom Cahaya Umat,

2007), 324 15

Ibid.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

31

beberapa kerabatnya minta izin kepada Rasulullah SAW. agar

membolehkannya memakai celak sedangkan pada saat itu dia sedang

berkabung karena kematian suaminya dan Rasulullah menjawab “dia

tidak boleh memakai celak”. Pada dasarnya Allah telah menyediakan

berbagai jalan pengobatan bagi segenap kaum Muslimin dan Muslimat

selain dengan memakai celak, seperti obat tetes dan semisalnya.

Dengan demikian sakit mata tidak dapat dijadikan alasan seseorang

untuk memakai celak apabila dia masih dalam masa berkabung.

b. Memakai parfum

Tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama‟ tentang

haramnya memakai parfum bagi wanita yang sedang berkabung.

Dalilnya ketika Ummu Habibah ra.selesai dari masa berkabung atas

kematian ayahnya Abu Sufyan ia meminta diambilkan parfum dan

memakainya Ada pengecualian dalam hal penggunaan parfum bagi

wanita yang sedang berkabung yakni keringanan yang diberikan

kepada wanita guna memakai parfum sebatas yang biasa diapaki oleh

wanita yang mandi setelah haid unutk menghilanngkan bau tidak

sedap pada bekas darah, bukan dengan maksud memakai parfum.

Inilah pengertian pernyataan Ummu Athiyah “kami diberi keringanan

untuk menggunakan sedikit wewangian”.16

c. Memakai pewarna kuku

16

Ibid, hlm.325

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

32

Ibnu Mundzir berkata, “setahuku, tidak ada perbedaan pendapat

diantara para ulama bahwa memakai pewarna kuku termasuk dalam

pengertian berhias yang dilarang”. Sama halnya dengan pewarna kuku

segala bentuk kosmetik yang digunakan untuk merias diri. Ibnu

Qudamah menyatakan bahwa wanita yang sedang berkabung haram

memakai pewarna kuku, membubuhkan warna merah pada wajahnya

atau warna putih dan meriasnya dengan warna kuning serta melukis

pada wajah dan tangannya, dan dengan apa saja yang mempercantik

dirinya.17

d. Memakai pakaian yang dicelup (berwarna)

e. Memakai perhiasan

Wanita yang sedang berkabung haram memakai cincin, kalung dan

perhiasan lainnya baik yang terbuat dari emas, perak maupun bahan

lainnya. Imam Malik mengatakan bahwa “wanita yang sedang

berkabung atas kematian suaminya tidak boleh memakai perhiasan

apapun baik cincin, kalung, gelang maupun perhiasan yang lainnya”.18

Selain perkara-perkara yang dilarang bagi perempuan yang

sedang menjalankan ihdad dibolehkan untuk melaksanakan perkara-

perkara berikut ini saat berkabung misalnya memotong kuku,

mencabut bulu ketiak dan mandi dengan sabun. Tidak ada dalil yang

melarang perkara-perkara di atas. Wanita yang sedang berkabung

boleh mandi dengan menggunakan sabun selama tidak bermaksud

17

Ibid. 18

Al Muwatha‟ Imam Malik Jilid 2, hlm.599

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

33

menjadikannya sebagai parfum. Ibnu Qudamah menyatakan “wanita

yang berkabung tidak dilarang membersihkan diri seperti memotong

kuku, mencabut bulu ketiak, memotong rambut yang memang

dianjurkan untuk memotongnya, mandi dengan memakai bahan

pengharum dan menyisir rambut dengannya karena tujuannya adalah

untuk membersihkan diri tidak menjadikannya sebagai parfum”.19

Memakai minyak rambut. Boleh memakai minyak rambut jika bukan

dengan maksud menjadikannya sebagai parfum atau berhias. Imam

Malik mengatakan bahwa “wanita yang berkabung karena ditinggal

mati suaminya boleh memakai minyak rambut selama tidak

mengandung parfum”.20

5. Hikmah Iddah

Sebagai peraturan yang dibuat oleh Allah SWT, aturan tentang iddah

pasti mempunyai rahasia serta manfaat tersendiri. Kadang kala manfaat itu

dapat langsung kita rasakan namun seringkali baru dapat kita rasakan setelah

kejadian itu telah lama berlalu. Hikmah atau manfaat dari diwajibkannya iddah

dapat dilihat dari beberapa sisi diantaranya adalah dari sisi social:

a. Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada istri yang diceraikan.

Untuk selanjutnya memelihara jika terdapat bayi di dalam kandungannya,

agar menjadi jelas siapa Ayah dari bayi tersebut. Kalau tidak ada syari‟at

tentang iddah maka seorang wanita dapat langsung menikah dengan laki-

19

Abu Malik Kamal, Op. Cit . hlm.327 20

Ibid

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

34

laki lain sehingga terjadi percampuran dan menghasilkan generasi yang

samar.21

b. Memberikan kesempatan kepada suami istri untuk kembali kepada

kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat adanya kebaikan

di dalam hal itu.22

c. Agar istri yang diceraikan dapat ikut merasakan kesedihan yang dialami

keluarga suaminya dan juga anak-anak mereka serta menepati permintaan

suami hal ini jiak iddah tersebut dikarenakan oleh kematian suami dan masa

iddah ini juga bisa digunakan istri untuk sedikit mengenang kembali

kenangan lama dengan sang suami sangat tidak etis seandainya sang istri

dengna cepat melangsungkan perkawinan dengan laki-laki lain sementara

sang suami baru saja meninggalkan dirinya.

d. Suatu masa yang harus dipergunakan oleh calon, terutama suami yang akan

menikahinya untuk tidak cepat-cepat masuk dalam kehidupan wanita yang

baru dicerai mantan suaminya. Ada kemungkinan wanita tersebut memilki

persoalan mungkin masalah harta ataupun yang lainnya. Dengan adanya

masa iddah ini diharapkan pasangan suami istri yang sudah bercerai ini

dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.23

Sedangkan dari sisi psikologi bahwasanya hikmah dari diwajibkannya

iddah adalah dapat menimbulkan anggapan dari orang lain bahwa kematian

suami tersebut karena adanya keinginan dari pihak si isti sehingga dia

21

Amir Syarifuddin, Op. Cit., hlm.305 22

Ibid 23

Aziz Salim Basyarahi, Fauzil Adhim Janda, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),

hlm.135

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

35

berkeinginan untuk menikah lagi dengan laki-laki lain sehingga muncul

anggapan dia yang membunuh suaminya. Dampak psikis juga akan timbul

pada diri anak-anak apabila ibu dari mereka menikah lagi dalam jangka

waktu yang tidak lama dari kamatian suami ataupun dari perceraiannya, dan

yang paling dirugikan dalam hal ini adalah anak karena selain harus

beradaptasi dengan datangnya seorang ayah baru, ia juga harus menerima

gunjingan dari orang lain dan lingkungan mereka yang mana perubahan

status istri menjadi seorang janda secara psikis telah menempatkan

perempuan ke dalam posisi tidak nyaman di mata masyarakat lingkungan

karena sebagian besar menganggap bahwa seorang janda adalah perempuan

yang telah gagal mempertahankan keluarganya karena adanya beberapa

hal.24

B. Hukum adat

1. Pengertian Hukum Adat.

Pemahaman mengenai hukum adat selama ini, yang terjadi, bila

meminjam istilah Spradley dan McCurdy (1975), ialah adanya sikap legal

ethnocentrism, yakni: the tendency to view the law of other cultures through

the concepts and assumptions of Western. Padahal, sikap legal ethnocentrism

itu mengundang kritik, antara lain:

a. Cenderung meniadakan eksistensi dari hukum pada pelbagai masyarakat;

dan

24

Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: Uin Press,

2008), 289

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

36

b. Cenderung mengambil bentuk sistem hukum barat sebagai dasar dari

penelaahan dan penyusunan kebijakan.25

Catatan penting yang dapat diberikan berkenaan dengan Law and

Development tersebut ialah: ..., hukum modern (dalam hal ini state law) itu

perlu, tapi tidaklah cukup untuk pembangunan ekonomi; adanya „the rule of

law‟ cukup menolong, namun belum mencukupi untuk melaksanakan

pembangunan politik; di antara kondisi minimum tersebut, hukum bukan hal

penting yang utama. Pusat kegawatan utama adalah pada campuran antara:

sejarah negara yang unik, aspek kultural, ekonomi, politik serta sumberdaya

alam dan manusia; dan negara berkembang akan beruntung bila mereka dapat

mengembangkan variannya sendiri mengenai isi dari „the rule of law’

(Tamanaha 1998).26

Hukum adat dieksplorasi secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh

William Marsden (1783), orang Irlandia yang melakukan penelitian di

Bengkulu, semasa dikuasai Inggris, kemudian diikuti oleh Muntinghe, Raffles.

Namun kajian secara sistimatis dilakukan oleh Snouck Hourgronye, yang

pertama kali menggunakan istilah adatrecht (hukum adat), dan ia sebagai

peletak teori Receptie13, ia memandang hukum adat identik dengan hukum

kebiasaan.27

25

Hukum dan Kemajemukan Budaya: Sumbangan Karangan Untuk MenyambutHari

Ulang Tahun ke-70 Prof.Dr. T.O. IhromiANTROPOLOGI INDONESIA 61, 2000 26

Ibid 27

Otje Salman

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

37

Istilah Hukum Adat atau adatrecht pertama kali digunakan pada tahun

1906, ketika Snouck Hurgronye menggunakan istilah ini untuk menunjukkan

bentuk-bentuk adat yang mempunyai konsekwensi hukum.28

Kemudian dilanjutkan oleh van Vallenhoven dengan pendekatan

positivisme sebagai acuan berfikirnya, ia berpendapat ilmu hukum harus

memenuhi tiga prasyarat, yaitu: (1). memperlihatkan keadaan (gestelheid), (2)

kelanjutan (veloop), dan (3) menemukan keajekannya (regelmaat), berdasarkan

itu, ia mempetakan Hindia Belanda (Indonesia-sekarang) ke dalam 19

lingkungan hukum adat secara sistematik, berdasarkan itu ia sering disebut

Bapak Hukum Adat. Ia mengemukakan konsep hukum adat, seperti:

masyarakat hukum atau persekutuan hukum (rechtsgemeenschap), hak ulayat

atau pertuanan (beschikings-rechts), lingkaran hukum adat (adatrechtskringen).

Selanjutnya Teer Haar; ia dengan mendasarkan analisisnya pada Teori

Keputusan yang dikemukakan oleh John Chipman Grey menyatakan, semua

hukum dibuat oleh hakim (Judge made law), ia mengemukakan Teori

Keputusan (beslissingenleer-theorie). Mengkaji hukum adat dari berbagai

sudut pandang, namun tetap menunjukkan apa yang disebut hukum adat, akan

menentukan bagaimana hukum adat dalam perkembangannya, dan hukum adat

akan mampu menyesuaian dengan kebutuhan dan tuntutan dalam masyarakat

yang akan terus berubah. Oleh karena itu pemahaman pengertian, pendekatan

metodologis menjadi penting sekali untuk dapat melihat, memahami dan

28

Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam Dan Adat Di Indonesia, (Jakarta:

INIS, 1998), hlm. 38

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

38

mempelajari perkembangan hukum adat atau hukum adat dalam

perkembangannya.

Hukum adat sebagai hukum yang dibangun berdasarkan paradigma atau

nilai-nilai: harmoni, keselarasan, keutuhan menentukan corak, sifat, karakter

hukum adat. Kluckhon mengemukakan: nilai merupakan “a conception of

desirable” (suatu konsepsi yang diinginkan). Maka nilai ada beberapa

tingkatan, yaitu: Nilai Primer merupakan nilai pegangan hidup bagi suatu

masyarakat, bersifat abstrak dan tetap seperti: kejujuran, keadilan, keluhuran

budi, kebersamaan dan lain sebagainya. Nilai subsider berkenaan dengan

kegunaan, karena itu lebih berbicara hal-hal yang bersifat kongkrit. Maka

hukum lebih banyak ditujukan pada nilai-nilai sekunder yaitu nilai-nilai yang

berguna untuk memecahkan persoalan kongkrit yang sedang dihadapi

masyarakat, atau orang-perorang. Timbulnya nilai sekunder tersebut, telah

melalui penyaringan (sannering) oleh nilai-nilai primer. Nilai sekunder bisa

berubah menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan dan menjawab

persoalan yang ada dalam masyarakat.

Hukum-termasuk hukum adat-sesungguhnya juga didasarkan pada nilai

primer, namun pendasaran pada nilai sekunder, sifatnya lebih nyata dilihat dan

dipahami. Hukum adat merupakan istilah tehnis ilmiah, yang menunjukkan

aturan-aturan kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat yang tidak

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

39

berbentuk peraturan-perundangan yang dibentuk oleh penguasa

pemerintahan.29

Beberapa definisi hukum adat yang dikemukakan para ahli hukum, antara

lain sebagai berikut: Prof.Van Vallenhoven, yang pertama kali menyebut

hukum adat memberikan definisi hukum adat sebagai : “ Himpunan peraturan

tentang perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan timur asing pada satu

pihak yang mempunyai sanksi (karena bersifat hukum) dan pada pihak lain

berada dalam keadaan tidak dikodifikasikan (karena adat).30

a. Abdulrahman, SH menegaskan rumusan Van Vallenhoven dimaksud

memang cocok untuk mendeskripsikan apa yang dinamakan Adat Recht

pada jaman tersebut bukan untuk Hukum Adat pada masa kini.31

b. Prof. Soepomo, merumuskan Hukum Adat: Hukum adat adalah synomim

dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislative (statuary law),

hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum Negara

(Parlemen, Dewan Propinsi dan sebagainya), hukum yang hidup sebagai

peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di

kota maupun di desa-desa.32

b. Prof. Soekanto, merumuskan hukum adat: Komplek adat adat inilah yang

kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan

29

Hilman Hadukusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar

Maju, 2003), hlm. 8 30

Van Vallenhoven, Orientasi Dalam Hukum Adat Indonesia, , (Jakarta: Jambatan,1983),

hal 14, lihat juga Abdulrahman, SH : Hukum Adat menurut Perundang-undangan Republik

Indonesia, (Cendana Press, 1984), hlm. 17. 31

Abdulrahman, SH, Hukum Adat Menurut Perundang-undanga Republik Indonesia,

(Jakarta: Cendana Press, 1984), hlm.18 32

Soepomo, Kedududkan Hukum Adat di Kemudian Hari, (Jakarta: Pustaka Rayat, 2004),

hlm. 2

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

40

mempunyai sanksi (dari itu hukum), jadi mempunyai akibat hukum,

komplek ini disebut Hukum Adat.33

c. Prof. Soeripto: Hukum adat adalah semua aturan-aturan/ peraturan-

peraturan adat tingkah laku yang bersifat hukum di segala kehidupan orang

Indonesia, yang pada umumnya tidak tertulis yang oleh masyarakat

dianggap patut dan mengikat para anggota masyarakat, yang bersifat hukum

oleh karena ada kesadaran keadilan umum, bahwa aturan-aturan/peraturan

itu harus dipertahankan oleh petugas hukum dan petugas masyarakat dengan

upaya paksa atau ancaman hukuman (sanksi).34

d. Hardjito Notopuro: Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis, hukum

kebiasaan dengan ciri khas yang merupakan pedoman kehidupan rakyat

dalam menyelenggarakan tata kedilan dan kesejahteran masyarakat dan

bersifat kekeluargaan.35

e. Suroyo Wignjodipuro: Hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma

yang bersumber apada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang

serta meliputi peraturan tingkat laku manusia dalam kehidupan sehari-hari

dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis, karena mempunyai akibat

hukum (sanksi).36

f. Seminar Hukum Adat dan pembinaan Hukum Nasional: Hukum adat

diartikan sebagai Hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk

perundang-undangan Republik Indonesia, yang disana sini mengandung

33

Abdulrahman, Op. cit, hlm. 18. 34

Ibid, hlm. 19 35

Ibid,hlm.21 36

Ibid, hlm.22

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

41

unsur agama.37

Hukum adat merupakan species dari hukum tidak tertulis,

yang merupakan genusnya. 38

Selanjutnya dalam memahami perkembangan hukum adat dalam

masyarakat, maka Prof. Van Vallenhoven merumuskan: Jikalau dari atas

(penguasa) telah diputuskan untuk mempertahankan Hukum Adat padahal

hukum itu sudah mati, maka penetapan itu akan sia-sia belaka. Sebaliknya

seandainya telah diputuskan dari atas bahwa Hukum Adat harus diganti,

padahal di desa-desa, di ladang-ladang dan di pasar-pasar hukum itu masih

kokoh dan kuat, maka hakim-pun akan sia-sia belaka.39

Dengan kata lain memahami hukum adat harus dilakukan secara

dinamik, dan selaras antara atas-yang memutuskan-dan bawah yang

menggunakan-agar dapat diketahui dan dipahami perkembangannya. Menurut

Soepomo, Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan

perasaan hukum yang nyata dari rakyat.

Dalam berbagai seminar, maka berkembang kemudian hukum yang

hidup dalam masyarakat (living law) yang lazim dipergunakan untuk,

menunjukkan berbagai macam hukum yang tumbuh dan berkembang dengan

sendirinya di dalam masyarakat, yang menurut Satjipto Raharjo, akan tetap ada

sebagai kelengkapan dari Hukum Nasional. Penyebutan Hukum Adat untuk

hukum yang tidak tertulis tidak mengurangi peranannya dalam memberikan

37

Ibid 38

Sudjito Sastrodiharjo, Hukum adat Dan Realitas Kehidupan, dimuat dalam : Hukum

Adat dan Modernisasi Hukum, ( Fakultas Hukum –Universitas Islam Indonesia,1998), hlm. 107. 39

Op. cit, hlm. 24

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/454/3/BAB II.pdfDiantara hadits Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah

42

penyaluran dari kebiasaan, kepentingan-kepentingan yang tidak terucapkan

dalam hukum tertulis.40

40

Ibid. hlm 22.