BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/1906/2/BAB II...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/1906/2/BAB II...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Stakeholder
Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang
berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam
manajemen, telah mengubah cara pandang manajer dan para ahli teori manajemen
terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan
dapat mencapai tujuannya secara efektif. Terjadinya pergeseran orientasi di dalam
dunia bisnis dari shareholders kepada stakeholder telah disebut sebagai penyebab
munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan.
Dalam Danu Chandra (2011) Stakeholders merupakan orang atau kelompok
orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan,
kebijakan, maupun operasi perusahaan. Menurut Jones dalam Solihin (2009)
menjelaskan bahwa stakeholder dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan
tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi
perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori inside stakeholder
adalah pemegang saham (shareholders), manajer, dan karyawan.
2. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula
karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan
dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori outside stakeholder adalah
pelanggan (customers), pemasok (supplier), pemerintah, masyarakat lokal, dan
masyarakat secara umum.
Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan
dukungan tersebut harus dicari sehingga salah satu aktivitas perusahaan adalah
untuk mencari dukungan tersebut. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian
dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya (Grey, et al. 1995).
Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri,
dan untuk mendapatkan dukungan dari stakeholder perusahaan harus memberikan
manfaat bagi para stakeholdernya.
Sebuah usaha dapat berjalan dengan adanya dukungan yang kuat, antara
perusahaan dengan lingkungan dalam perusahaan serta lingkungan sekitar
perusahaan, kerja sama yang baik dapat dilakukan melalui pemenuhan kebutuhan
stakeholder, diharapkan dengan hal tersebut mampu meningkatkan kinerja
stakeholder, dan mampu menjaga hubungan perusahaan dengan stakeholder diluar
perusahaan, dengan bergitu dapat menciptakan lingkungan kerja yang baik, dan
menghasilkan profit bagi perusahaan.
2.2 Teori Legimitasi (Legitimacy Theory)
Legitimasi dianggap sebagai asumsi bahwa tindakan yang dilakukan suatu
entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas atau sesuai dengan sistem,
norma, nilai, kepercayaan definisi yang dikembangkan secara sosial
(Munandar:2010).
Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam
rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu dapat dijadikan sebagai
wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya
memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Nor
Hadi. 2011:87). Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang
diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi
merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan
hidup (going concern) (O’Donovan, dalam Nor Hadi. 2011: 87, dalam Felyna
Priyanka. 2015:30). Melalui CSR perusahaan memperoleh cara yang sesuai untuk
melakukan komunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan sekitar,
perusahaan dapat mengetahui apa saja dampak-dampak yang mereka timbulkan
dari aktifitas perusahaan, dan dapat mencari solusi yang lebih terarah, sehingga
perusahaan dan masyarakat bersama memberikan manfaat bagi masing-masing
pihak.
Teori legitimasi merupakan suatu gagasan tentang kontrak sosial antara
perusahaan dengan masyarakat. Menurut teori ini, untuk diterima oleh
masyarakat, perusahaan harus mengungkapkan aktivitas sosial perusahaan
sehingga akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Reverte, 2009). Teori
legitimasi juga berpendapat bahwa perusahaan harus melaksanakan dan
mengungkapkan aktivitas CSR semaksimal mungkin agar aktivitas perusahaan
dapat diterima oleh masyarakat.
2.3 Profitabilitas Perusahaan
Menurut Harahap (2004:304), mengemukakan bahwa “Profitabilitas atau
disebut juga rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Astuti (2004:36) mengartikan “profitabilitas sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk mengahasilkan laba”. Salah satu ukuran
profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor
sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba saat ini maupun modal sendiri.
Profitabilitas dapat diterapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang
relevan. Salah satu tolak ukur adalah dengan menggunakan rasio keuangan
sebagai salah satu alat didalam menganalisis kondisi keuangan hasil opeasi dan
tingkat profitabilitas suatu perusahaan. (Multafia Almar: 2014).
2.4 Return On Equity(ROE)
Salah satu alat untuk mengukur rasio profitabilitas dari perusahaan adalah
dengan menggunakan Return on Equity (ROE), ROE adalah tingkat pengembalian
ekuitas dari aktivitas investasi dan penjualan yang dilakukan. ROE mengukur
pengembalian yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham.
Angka ROE yang tinggi akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang
mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan
mudah menarik dana baru. Hal ini juga akan memungkinkan perusahaan untuk
berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan nantinya akan
memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai
yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan pemiliknya
(Walsh, Ciaran, 2003:56).
ROE setiap perusahaan harus dibandingkan dengan ROE perusahaan sejenis
lainnya atau dengan rata-rata industri. Tujuannya adalah untuk melihat kekuatan
perusahaan tersebut dalam menciptakan daya tarik investasi di masa yang akan
datang (Freddy Rangkuti, 2005: 155), dengan membandingkan laporan keuangan,
perusahaan akan mengetahui bagaimana kinerja perusahaan tersebut, dan dapat
mengevaluasi kekurangan perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
2.5 Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi Mengenai CSR sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh banyak
ahli, diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Putri (dalam Untung, 2008:1)
bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan untuk
berkonstruksi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Pengertian Corporate Social Responsibility Menurut (Wahyudi & Azheri
2008:36), “Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan
untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk mengambil
kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan para stakeholder dan lingkungan
dimana perusahaan melakukan aktivitasnya yang berlandaskan pada ketentuan
hukum yang berlaku”.
John Elkinston dalam Kurnianto (2010) mengembangkan konsep triple
bottom line atau 3P, Perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan
“3P”. Perusahaan harus mampu memenuhi mengenai kesejahteraan masyarakat
(people), turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet), serta
mengejar profit. triple-p bottom line (3P) dijelaskan sebagai berikut :
1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Aktifitas yang dapat digunakan untuk
meraih profit yaitu dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi
biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat
memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. Peningkatan produktivitas
dilakukan dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses,
mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan.
Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan biaya serendah
mungkin
2. People (Manusia)
Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena
dukungan mereka sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup dan
perkembangan perusahaan. Masyarakat tidak dapat dipungkiri menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan perusahaan. Perusahaan jika ingin tetap bertahan
dan diterima, maka perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar. Operasi perusahaan berpotensi
memberikan dampak kepada masyarakat.
3. Planet
Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan
manusia. Semua kegiatan yang manusia lakukan berhubungan dengan lingkungan.
Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh manusia tergantung bagaimana
memperlakukannya. Hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan
sebab akibat, dimana jika manusia merawat lingkungan, maka lingkungan pun
akan memberikan manfaat kepada manusia. Sebaliknya, jika lingkungan dirusak,
maka akan mendapat akibatnya.
Tujuan dari tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya untuk memenuhi
hukum dan aturan yang berlaku, tapi diharapkan dapat memberikan manfaat dan
nilai guna bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan atau
kepada stakeholders. Kegiatan CSR selain diharapkan mampu memberikan
manfaat kepada stakeholder juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
perusahaan itu sendiri. Manfaat yang diharapkan dengan adanya CSR yaitu
adanya pemberdayaan masyarakat dan dari sisi perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan lancar tanpa gangguan. Kondisi seperti itulah yang pada
gilirannya dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan.
2.5.1 Prinsip Corporate Social Responsibility
Crowther David (2008) dalam Nor Hadi (2011: 59) mengurai prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan / CSR menjadi 3 yaitu:
1) Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan
aktivitas (action) tetap memperhitungakan keberlanjutan sumberdaya di masa
depan.
2) Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung
jawab atas aktivitas yang telah dilakukan.
3) Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal.
Transparansi merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal,
berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman khususnya
informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.
2.5.2 Manfaat Corporate Social Responsibility
Menurut Daniri (2008) terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan
menerapkan CSR, yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) dan dari
dalam perusahaan (internal drivers). Termasuk kategori pendorong dari luar,
misalnya adanya regulasi, hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai dampak
lingkungan (Amdal). Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
telah memberlakukan audit Proper (Program penilaian peningkatan kinerja
perusahaan). Pendorong dari dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku
manajemen dan pemilik perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat kepedulian/
tanggung jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar (community
development responsibility).
Menurut marketing journal (dalam Agustin, 2012 dalam Eva Sriviana:2013)
menyatakan bahwa beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan CSR,
diantaranya adalah:
(1) Meningkatnya reputasi dan brand image; (2) Meningkatkan profit dan
loyalitas pelanggan; (3) Menciptakan kesempatan usaha baru; (4) Meningkatkan
kemampuan untuk menarik dan mempertahankan karyawan; (5) Meningkatkan
produktivitas dan moral; (6) Menarik investor dan rekan bisnis; (7) Me-manage
resiko; (8) Perlakuan istimewa dari pemerintah dan kebijakannya; (9)
Meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional; (10) Inovasi pasar
melalui kerja sama dengan komunitas lokal.
Ambadar (2008) mengemukakan beberapa motivasi dan manfaat yang
diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan
meliputi: 1) perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang
hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa mempedulikan akibat dari
perilaku buruk perusahaan, 2) kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu
para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan
kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, 3) perusahaan mendapat rasa
hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan
khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, 4) perilaku etis perusahaan
aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar.
Pelaksanaan CSR secara efektif, akan memiliki dampak yang baik terhadap
kondisi operasi perusahaan, secara tidak langsung dengan melaksanakan CSR
citra perusahaan akan meningkat dimata konsumen, dengan menerapkan beberapa
indikator dalam CSR, perusahaan dapat menghindari pandangan buruk terhadap
perusahaan, apalagi perusahaan perkebunan kelapa sawit memang berkaitan
sangat dekat dengan daerah hutan.
Penerapan CSR tidak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan saja,
tetapi manfaat tersebut juga dirasakan oleh pihak yang menjadi mitra oleh
perusahaan dalam menerapkan praktik CSR disekitar perusahaan. Selain
melaksanakan peraturan peraturan sesuai ketentuan hukum, perusahaan
mendapatkan banyak manfaat karena, mematuhi peraturan pemerintah, citra
perusahaan tidak hanya baik dimata negara, tetapi masyarakat juga akan
pandangan yang baik dan memberikan respon positif terhadap yang baik,
diharapkan kegiatan, perusahaan juga dapat berjalan dengan lancar tanpa
menemui banyak gangguan.
2.5.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Laporan CSR atau tanggungjawab sosial merupakan laporan aktivitas
tanggungjawab sosial yang telah dilakukan perusahaan baik berkaitan dengan
perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut menjadi
bagian tak terpisahkan dengan laporan tahunan (annual report) yang
dipertanggungjawabkan direksi di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Laporan ini berisi laporan program-program sosial dan lingkungan
perseroan yang telah dilaksanakan selama tahun buku terakhir (Nor Hadi
2011:206 dalam Felyna: 2015:33).
Tanggungjawab sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang
disebut sustainability report. Sustainability reporting adalah pelaporan mengenai
kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Laporan tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan laporan tahunan
(annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi di depan sidang Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) (Nor Hadi, 2011: 206 dalam Felyna: 2015:35).
Sustainability reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan
dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Sustainability report harus
menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan
dan peluang sustainability development yang membawanya menuju kepada bisnis
utama (core business) dan sektor industrinya. Salah satu panduan pelaporan yang
banyak digunakan sebagai standar pelaporan saat ini oleh perusahaan untuk
mendukung pembangunan berkesinambungan.
Darwin (2004) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate
Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan dan kinerja sosial. penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang
berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global
Reporting Initiative). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan
berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak
menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-
menerus melakukan perbaikan dan penerapan diseluruh dunia
(www.globalreporting.org) .
2.5.4 Dimensi-dimensi dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility)
1. Dimensi ekonomi dalam CSR
Dimensi ekonomi menyatakan bahwa publik mengharapkan perusahaan
untuk menghasilkan barang/jasa yang menguntungkan atau bermanfaat, dan
menjualnya dengan harga yang pantas, sebagai pemenuhan akan kebutuhan
banyak pihak termasuk karyawan, suplier, distributor, dan pemegang saham yang
tergantung pada kelangsungan hidup ekonomi bisnis (Carol, 1992). Dimensi
ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi yang berdampak pada kondisi
ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan
tingkat global.
2. Dimensi lingkungan dalam CSR
Lingkungan merupakan sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan perusahaan. Hubungan perusahaan dan lingkungan adalah hubungan
sebab akibat yaitu jika perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan akan
bermanfaat bagi perusahaan. Sebaliknya jika perusahaan merusak lingkungan
maka lingkungan juga akan tidak memberikan manfaat kepada perusahaan.
Pfleiger et al (2005) mengatakan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh
perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah
ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan
akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Hasil lain
mengidentifikasikan
bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dapat menghindari klaim masyarakat
dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Sebagian perusahaan dalam indusrti
modern menyadari sepenuhnya bahwa isu lingkungan dan sosial juga merupakan
bagian penting dari perusahaan.
3. Dimensi tenaga kerja dalam CSR
Salah satu dimensi CSR yang diperhatikan adalah terkait hubungan dengan
tenaga kerja, karena terdapat perusahaan yang mengungkapkan hubungan dengan
pekerja dan fasilitas yang didapatkannya. Perusahaan juga dituntut untuk menjaga
keselamatan pekerjanya, memperlakukannya secara adil, menghargai pekerja dan
melakukan pembagian hasil keuntungan perusahaan.
4. Dimensi HAM dalam CSR
Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility dalam pengelolaan SDA menjadi sangat penting untuk menjamin
aktivitas perusahaan tidak merugikan HAM yang berada dekat wilayah operasi
perusahaan. Dimensi HAM dalam CSR sangat penting dilakukan, agar
pengelolaan SDA tidak keluar dari prinsip dasarnya, yaitu mewujudkan
kemakmuran bagi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara
kegiatan usaha sebagai hak dan kewajiban untuk memenuhi hak ekonomi sosial
masyarakat lokal sebagai tanggung jawab.
5. Dimensi sosial dalam CSR
Dimensi sosial memiliki arti untuk bertanggung jawab terhadap dampak
sosial yang diakibatkan oleh perusahaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Inti dari dimensi sosial sebenarnya adalah respect for people atau
menghargai orang lain. Menurut Kotler & Lee (2005), kegiatan-kegiatan sosial ini
dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a) Corporate philantrophy
Corporate Philanthropy adalah penerapan dari Corporate Social
Responsibility (CSR) dimana perusahaan melakukan kontribusi langsung kepada
lembaga sosial, pada umumnya dalam bentuk uang tunai, sumbangan barang, dan
hal lain yang serupa. Penerapan ini merupakan penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang paling tradisional dan umum dilakukan.
b) Community Volunteering
Merupakan inisiatif dari perusahan untuk mendukung dan mendorong para
pekerjanya, rekan bisnis, dan/atau anggotawaralaba untuk merelakan sedikit
waktunya untuk mendukung komunitas organisasi. Misalnya perusahaan
mengorganisir karyawannya untuk ikut berpartisipasi dalam program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang sedang dijalankan oleh perusahaan, misalnya
sebagai staf pengajar.
c) Cause-Related Marketing
Merupakan tanggung jawab perusahaan untuk membuat kontribusi atau
donasi atas sebagian dari pendapatan lembaga sosial tertentu berdasarkan
penjualan.
6) Dimensi produk dalam CSR
Dimensi produk merupakan salah satu variabel CSR yang harus
diperhatikan karena informasi mengenai produk sangat dibutuhkan oleh
stakeholder, khususnya konsumen. Kegiatan perusahaan dalam mengembangkan
produknya ini bukan hanya menjadi perhatian manajemen tapi perhatian para
investor juga (Saleh, 2010). Produk menjadi faktor yang sangat mempengaruhi
sebuah perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangannya, sehingga
produk yang dihasilkan sebaiknya memiliki kualitas yang tinggi, aman, dan
inovatif.
2.5.4 Indikator dalam CSR
Variabel independennya adalah CSR. Disini variabel Independen yang
berupa CSR (Ekonomi, Lingkungan, Tenaga Kerja, Hak Asasi Manusia, Produk,
dan Sosial) diukur dengan menggunakan standar GRI.
1. Indikator Ekonomi dalam CSR
Indikator ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi yang berdampak
pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal,
nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan:
- Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan; dan
- Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat.
Dimensi ekonomi diukur menggunakan standar GRI dengan indikator kinerja
ekonomi.
2. Indikator Lingkungan
Indikator lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak
pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air.
Dimensi lingkungan diukur menggunakan standar GRI dengan indikator kinerja
lingkungan, indikator lingkungan mengukur sejauh mana perusahaan berperan
dalam kepedulianya terhadap lingkungan seperti pemberdayaan hutan dengan
tidak membuka lahan pada daerah khusus yang dilindungi atau termasuk pada
area konservasi, hewan-hewan yang termasuk dalam kategori hewan langka
dilindungi, pengurangan emisi gas karbon. Perusahaan selalu mengutamakan
bagaimana agar lahan yang baru, tidak dibuka dengan cara pembakaran, agar tidak
mengganggu masyarakat sekitar. Pengunrangan emisi gas rumah kaca serta
pengurangan loimbah melalui daur ulang bahan-bahan sisa aktifitas prosuksi dapat
menjadi solusi serta memberikan manfaat bagi lingkungan dan perusahaan,
perusahaan dapat menghemat biaya dan perusahaan mampu mengurangi
pencemaran yang disebabkan oleh limbah.
3. Indikator Tenaga Kerja
Indikator tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan
kepada tenaga kerja, memfasilitasi pelayanan kesehatan tenaga kerja, dan
memberi bantuan keuangan untuk pendidikan tenaga kerjanya. Tidak hanya
memberikan fasilitas perusahaan juga memberikan pelatihan bagi karyawan agar
mendapatkan tambahan kemampuan dalam bekerja, serta memberikan peluang
bagi semua karyawan untuk dapat naik jabatan, jadi semua karyawan memiliki
peluang yang sama dalam berkarir di perusahaan.
4. Indikator Hak Asasi Manusia
Dimensi HAM menyangkut kebebasan dan persamaan dalam menjamin
hak bekerja, tersedianya lapangan pekerjaan, kondisi kerja yang aman dan adil,
serta hak atas jaminan sosial, terdapat juga beberapa hak-hak yang diberikan oleh
perushaan seperti hak untuk berorganisasi, jadi setiap karyawan dapat membuat
organisasi untuk berkumpul, sehingga karyawan tidak jenuh dalam bekerja, dari
organisasi tersebut karyawan dapat memberikan masukan bagi perusahaan, dan
juga kebijakan pembatasan usia pekerja, karena dalam perusahaan kelapa sawit
terdapat banyak kasus penggunaan pekerja dibawah umur, maka dalam
pengungkapan indikator HAM perusahaan mencantumkan bahwa mereka juga
ikut berperan dalam membatasi pekerja, dengan usia minimal 18 tahun,
diharapkan dengan pengungkapan tersebut perusahaan dapat memperoleh
pandangan positif dari investor.
5. Indikator Masyarakat
Dimensi sosial menyangkut hubungan antara bisnis, masyarakat dan
kegiatan-kegiatan sosial yang sudah banyak dilakukan oleh perusahaan, seperti
melakukan penyuluhan dan memberikan pelatihan bersama tentang kesehatan, dan
pencegahan terhadap penyakit tertentu. Terkadang perusahaan juga memberikan
jam kerja khusus bagi karyawan untuk melakukan pekerjaan sosial berupa bekerja
kepada masyarakat sekitar, hal tersebut dapat membuat hubungan antara
perusahaan dengan masyarakat semakin dekat, sehingga perusahaan dapat
terhindar dari gangguan tertentu yang diberikan oleh masyarakat.
6. Indikator Produk
Dimensi produk menyangkut tanggung jawab perusahaan
terhadapinformasi produk dan keamanan produk yang di pasarkan, seperti
menjamin kualitas dari setiap produk yang keluar dari perusahaan, perusahaan
juga memberikan survey bagi pelanggan, agar pelanggan terus loyal terhadap
produk perusahaan, melalui peningkatan kualitas yang diberikan perusahaan
serta produk yang inovatif. Perushaaan juga membuat peraturan anti persaingan
sesuai indikator CSR sehingga persuahaan tidak aan melakukan tindak
kecurangan kepada persuahaan lain, seperti sabotase terhadap produk,
perusahaan hanya berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumen dengan
hasil riset serta kerja keras perusahan sendiri.
2.6 Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan adalah informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan, dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai
gambaran kinerja keuangan dari perusahaan.
“laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan,” dengan begitu laporan keuangan diharapkan
akan berguna bagi para penggunanya untuk membuat keputusan ekonomi secara
finansial.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan, informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Irham
fahmi:2012) oleh karena itu kondisi dan situasi yang tergambarkan pada laporan
keuangan akan menjadi informasi keuangan, dan selanjutnya informasi tersebut
akan digunakan sebagai suatu rujukan dalam pengambilan keputusan. Dalam
konteks laporan dan pengambilan keputusan, ini harus disadari oleh pihak
manajemen khususnya akuntan, bahwa ada 4 karakteristik utama yang harus
dipenuhi:
1. Dapat Dipahami
Suatu informasi keuangan yang disajikan harus dapat dengan mudah
dipahami oleh para penggunanya. Para pengguna laporan keuangan adalah orang
dari berbagai pihak, kalangan, latar belakang, profesi, dan budaya yang berbeda-
beda. Laporan keuangan yang disajikan harus singkat, formal dan mudah
dipahami. Namun terkadang penyajian laporan yang mudah dipahami sulit
dilakukan, karena laporan keuangan diharuskan menggunakan istilah-istilah ilmu
keuangan yang sulit dipahami. Dan penyajian tersebut harus tetap dilakukan.
2. Relevan
Informasi dalam laporan keuangan harus relevan dengan pengambilan
keputusan, sebab jika tidak laporan keuangan tidak akan memberikan manfaat
bagi para penggunanya dalam melakukan evaluasi keuangan perushaan yang
menerbitkan. Agar relevan, penyajian laporan keuangan harus bersifat prediktif,
sehingga dapat digunakan dalam memprediksi laoran keuangan.
3. Dapat Diperbandingkan
Informasi yang ada, pada laporan keuangan akan sangat bermanfaat
apabila disajikan dengan andal, atau dapat dipercaya. Suatu laporan keuangan
dapat dipercaya apabila disajikan secara jujur, serta harus disajikan dengan prinsip
kehati-hatian dan lengkap.
4. Dapat Dipercaya
Informasi yang ada pada laporan keuangan, harus memiliki sifat daya
banding, untuk mencapai kualitas tersebut, laporan keuangan harus disajikan
secara komparatif, dengan tahun-tahun sebelumnya, laporan keuangan yang
disajikan secara komparatif, sangat bermanfaat karena dapat digunakan dalam
memprediksi keuangan.
Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa laporan keuangan akan memberikan
informasi keuangan sebagai salah satu sumber penguat, dalam pengambilan
keputusan, khususnya dari aspek keuangan.
2.6.4 Laporan Keuangan Tahunan
Laporan tahunan (annual report) adalah sebuah laporan yang diterbitkan
oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan
keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat
mengenai prospek-prospek perusahaan di masa datang. Dua jenis informasi yang
diberikan dalam laporan tahunan. Pertama, yaitu bagian verbal seringkali
disajikan sebagai surat dari direktur utama yang menguraikan hasil operasi
perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan-perkembangan baru
yang akan mempengaruhi operasi di masa datang. Kedua, laporan tahunan
menyajikan empat laporan keuangan dasar yakni neraca, laporan laba rugi,
laporan laba ditahan dan laporan arus kas. Jika disajikan bersama, semua laporan
ini memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan.
(Brigham & Houston 200: 45, dalam Felyna Pryanka 2015:37).
Kebanyakan perusahaan saat ini, mencantumkan pengungkapan laporan
tanggung jawab sosialnya pada bagian sustainability report, atau laporan
berkelanjutan, dan pengungkapanya disertai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan, dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan
oleh aktivitas perusahaan. Dalam pencantuman tersebut terdapat beberapa poin
yang diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan tersebut dapat menjadi
informasi yang berharga bagi pengguna laporan keuangan, karena selain sebagai
pertimbangan investasi, laporan pertanggungjawaban sosial menunjukan bahwa
aktivitas perusahaan tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga bertanggung
jawab kepada lingkungan karena kegiatan perusahaan yang mempengaruhi
lingkungan secara langsung dan tidak langsung.
2.7 Perusahaan Kelapa Sawit
Perusahaan yang bergerak dibidang produksi, yang menggunakan bahan
dasar kelapa sawit, yang kemudian diolah menjadi CPO, atau minyak mentah.
Pada industri perkebunan kelapa sawit, yang memiliki nilai ekonomis adalah buah
yang dihasilkan dari pohon kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu
komoditas ekspor yang dimiliki Indonesia, karena banyak negara yang
mengimpor minyak sawit dari Indonesia.
Prospek pasar minyak sawit diprediksikan sangat cerah, antara lain masih
tingginya permintaan dunia. Konsumsi minyak sawit didunia rata-rata tumbuh 8%
per tahun, namun ada yang membayangi ditengah pertumbuhan perusahaan sawit,
yaitu isu lingkungan, sudah tidak asing lagi bahwa perkebunan sawit sering
diterpa isu sebagai kegiatan yang mengonvensi hutan alam dan menyebabkan
pencemaran sungai baik dari limbah pabrik maupun penggunaan zat kimia dalam
perawatan perkebunan, akibatnya perkebunan sawit rentan menjadi sasaran
kampanye lembaga sosial dan lingkungan.
2.8 Penelitian Terdahulu
1. Wiwik Rahayu (2014)
Peneltian ini dilakukan pada persuahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI, yang meneliti pengungkapan CSR sebagai strategi perusahaan dalam
memenuhi keinginan stakeholder, sehingga memberikan dukungan dalam bentuk
kinerja yang baik terhadap aktifitas perusahaan, dengan menerapkan CSR
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan kausal dengan menggunakan uji hipotesis. Sampel
yang digunakan 21 perusahaan, dan analisis data yang digunakan adalah analisis
regeresi linier, kemudian analisis hipotesis menggunakan uji-t dan koefisien
determinasi,
Variabel yang digunakan yaitu pengungkapan CSR dan profitabilitas
(ROA dan ROE). Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh yang
positif antara variabel pengungkapan CSR terhadap profitabilitas perusahaan yaitu
ROE dan ROA. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada penelitian ini hanya menggunakan ROE.
2. Anggara Satria (2015)
Penelitian ini dilakukan dilakukan pada 37 perusahaan konsumsi yang
terdaftar pada bursa efek indonesia, penelitian dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROA, ROE dan NPM, yang menemukan
hasil bahwa pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROE adalah positif namun
tidak terlalu signifikan. Sedangkan pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROA
adalah positif dan signifikan, dan pengaruh CSR terhadap NPM adalah positif dan
signifikan.
3. Fitria Putri (2014)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar pada indeks Sri-
Kehati, untuk menjelaslan pengaruh CSR terhadap profitabilitas yang diwakili
oleh ROA, ROE dan EPS. Dengan populasi penelitian adalah perusahaan yang
terdapat pada indeks Sri-Kehati pada tahun 2010-2012 dengan jumlah 33
perusahaan, dan pengolahan data menggunakan analisis regresi sederhana, yang
terlebih dahulu duiji dengan uji asumsi klasik yang menunjukan bahwa CSR
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA dan ROE, namun tidak
berpengaruh signifikan pada EPS., dengan hasil CSR berpengaruh positif
terhadap ROA dan ROE. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah
sampel perusahaan yang digunakan berasal dari perusahaan yang terdaftar di
BEI.
4. Agustin dan Bunadi (2012)
Penelitian yang dilakukan agustin dilakukan pada perusahaan manufaktur
pada periode 2008-2011, dengan judul pengaruh corporate social responsibility
terhadap kinerja perusahaan, penelitian ini meneliti pengaruh pengungkapan CSR
terhadap kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROE dan ROA, hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah CSR berpengaruh signifikan terhadap ROA
dan ROE. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
penelitian ini hanya digunakan ROE, dan perusahaan yang diteliti adalah
perusahaan kelapa sawit.
5. Chusnul Chitam (2014)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
pada bbursa efek Indonesia, penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh
CSR terhadap profitabilitas yang diwakili oleh ROI, dan untuk mengetahui
indicator CSR yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas.
Hasil dari penelitian ini adalah CSR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROI, dan dari tujuh indikator CSR, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
profitabilitas adalah pengungkapan CSR terhadap aspek tenaga kerja, produk dan
aspek umum.
6. Grace Christy (2014)
Peneltian ini dilakukan pada perusahaan consumer goods yang terdaftar
pada BEI, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh profit perusahaan
yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) yang menggunakan variabel
independen adalah pengungkapan kinerja ekonomi, lingkungan, hak asasi
manusia, tenaga kerja, kemasyarakatan, dan tanggung jawab produk menurut
indeks pengungkapan yang diterbitkan oleh Global Reporting Initiative, yang
digunakan sebagai dasar penghitungan nilai CSR oleh perusahaan. Hasil dari
penelitian ini adalah variabel lingkungan dan kemasyarakatan berpengaruh
signifikan terhadap NPM secara parsial, dan secara bersama-sama seluruh
variabel CSR memiliki pengaruh yang signifikan.
2.8.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel
model
analisis hasil penelitian
Wiwik
Rahayu
(2014)
1.Corporate Social
Responsibility,
2.profitabilitas perusahaan
diukur dengan ROA dan
ROE
Regresi
linier
Variable pengungkapan
CSR terhadap variabel
profitabilitas (ROA)
berpengaruh signifikan dan
pada ROE juga berpengaruh
secara signifikan
Anggara
Satria
(2015)
Variabel Dependen :
ROA,ROE, dan NPM
Variabel Independen :
Pengungkapan CSR
Regresi
Linier
1. CSR memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
ROA
2. CSR tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ROE
3. CSR memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
NPM,
Fitria
Putri
(2014)
Variabel Dependen :
ROA,ROE, dan EPS
Variabel Independen :
Regresi
Sederhana
1.CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE,
2.CSR berpengaruh
Pengungkapan CSR signifikan terhadap ROA,
CSR berpengaruh signifikan
terhadap EPS
Agustin
dan
Bunadi
(2012)
Pengungkapan CSR, kinerja
keuangan ROA dan ROE
Regresi
Linier
CSR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
ROA,
CSR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
ROE
Chusnul
Khitam
(2014)
Pengungkapan CSR, konerja
keuangan ROI
Regresi
Linier
Berganda
1. secara simultan CSR
berpengaruh signifikan
terhadap ROI
2. CSR Aspek Lingkungan
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan
3. CSR Aspek Energi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan
4. CSR Aspek Kesehatan
dan Keselamatan Kerja tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan
5. CSR Aspek Tenaga
Kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan
6. CSR Aspek Produk
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Negative
7. CSR Aspek Keterlibatan
Masyarakat tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan
8. CSR Aspek Umum
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan
Grace
Christy
(2014)
Pengungkapan CSR, Kinerja
Keuangan NPM
Regresi
Linier
Berganda
1. variabel ekonomi tidak
berpengaruh terhadap net
profit margin perusahaan
perusahaan
2. variabel lingkungan
berpengaruh positif terhadap
net profit margin perusahaan
3. variabel tenaga kerja
berpengaruh terhadap net
profit margin perusahaan
4. variabel hak asasi
manusia tidak berpengaruh
terhadap net profit margin
perusahaan perusahaan
5. variabel kemasyarakatan
berpengaruh positif terhadap
profit net profit margin
perusahaan perusahaan
6. variabel tanggung jawab
produk tidak berpengaruh
terhadap net profit margin
perusahaan
7.variabel
ekonomi,lingkungan, tenaga
kerja, hak asasi manusia,
kemasyarakatan dan
tanggung jawab produk
secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap net
profit margin perusahaan
2.9 Kerangka Berpikir
Laporan tahunan akan menjadi salah satu bahan rujukan bagi para investor
dan calon investor dalam memutuskan apakah akan berinvestasi di dalam suatu
perusahaan atau tidak. Dengan demikian, tingkat pengungkapan (disclosure level)
yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada
pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada return
perusahaan (Junaedi, 2005).
Pengungkapan CSR dapat diukur menggunakan Indeks CSR yang
diterbitkan oleh Global Reprting Initiative (GRI) yang terdiri dari beberapa
indikator yang terbagi dalam beberapa aspek. Penghitungan dapat dilakukan
dengan melihat pada deskripsi laporan keungan berkelanjutan yang terdapat pada
annual report yang diterbitkan oleh perusahaan yang tercatat di BEI selama tahun
2013 sampai tahun 2015, dengan memberikan checklist pada beberapa indikator
tersebut. Rasio perhitungan profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ROE, karena dapat mengukur bagaimana perusahaan memperoleh laba
dengan ekuitas yang dimiliki, dengan melihat dari rasio ini investor dapat
mengetahui berapa besar keuntungan jika menanam modal pada perusahaan.
Pada penelitian ini akan diteliti seberapa besar pengaruh pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return On Equity (ROE)
perusahaan, serta seberapa besar pengaruh yang dimiliki oleh masing-masing
variabel pengungkpana CSR terhadap ROE .
2.10 Paradigma Penelitian
Pada penelitian ini akan diteliti berapa besar pengaruh yang dimiliki oleh
Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return On Equity (ROE) pada
perusahaan Kelapa Sawit yang terdaftar pada BEI tahun 2013-2015.
Profitabilitas
Perusahaan
ROE (Y)
CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (H1)
INDIKATOR CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (H2)
Gambar 1. Paradigma Penelitian
=
=
2.11 Hipotesis Penelitian
1. Hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan return on equity
Penelitian dilakukan oleh Anggara S (2015) menguji hubungan antara
ROE dan profitabilitas, Uji hipotesis digunakan untuk menjelaskan arah hubungan
antara ROE dengan Profitabilitas yang diuji secara simultan, hasil yang diperoleh
dari penelitian adalah CSR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROE.
Penelitian yang mendukung pengaruh pengungkapan CSR terhadap
profitabilitas perusahaan salah satunya pada penelitian yang dilakukan oleh Fitria
(2014) menemukan hasil yang berbeda, penelitian ini membuktikan bahwa CSR
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang diproksikan
dengan ROE. Dengan hipotesis yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE dapat diterima.
Penelitian lain dilakukan oleh Agustin dan Bunadi (2012) yang meneliti
antara pengaruh dari pengungkapan CSR terhadap profitabilitas perusahaan, hasil
penelitianya menemukan bahwa CSR berpengaruh signifikan dan positif terhadap
ROE perusahaan.
Pengaruh Variabel Dimensi Ekonomi, Lingkungan, Tenaga
Kerja, HAM, Sosial, dan Produk dalam CSR secara simultan
terhadap variable dependen ROE pada perusahaan kelapa
sawit yang terdaftar pada BEI tahun 2013-2015
Indikator Ekonomi, Lingkungan, Tenaga Kerja, HAM,
Sosial, dan Produk dalam CSR yang paling berpengaruh
terhadap terhadap variable dependen ROE pada perusahaan
kelapa sawit yang terdaftar pada BEI tahun 2013-2015.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rosliana (2014) menemukan
bahwa Variabel CSR yang diukur dengan CSDI memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap ROE. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, yang
memilki hasil penelitian masih belum konsisten dan berbeda-beda, maka
dilakukan penelitian ini.
H1 = Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh
signifikan terhadap return on equity(ROE) pada perusahaan Kelapa Sawit yang
terdaftar di BEI periode 2013-2015.
2. Indikator Corporate Social Responsibility manakah yang paling berpengaruh
terhadap Return On Equity
1. Hubungan Indikator ekonomi dengan profitabilitas
Indikator ekonomi keberlanjutan menyangkut dampak organisasi pada
kondisi ekonomi stakeholder dan pada sistem ekonomi di tingkat lokal,
nasional, dan global. Pengungkapan pendekatan manajemen dapat mencakup
tiga aspek ekonomi yaitu indikator ekonomi, keberadaan pasar, dan dampak
ekonomi tidak langsung. Perolehan dan distribusi ekonomi langsung meliputi
pendapatan, biaya operasi, donasi, investasi dari stakeholder dapat berpengaruh
pada profit perusahaan. Kebijakan pasar yang efektif, pemasok lokal operasi pasar
yang menumbuhkan ekonomi dapat berdampak pada profit perusahaan (Grace
Christy : 2014).
2. Hubungan antara indikator lingkungan dengan profitabilitas
Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (2007), perusahaan yang
memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor
melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan
sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan
muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon
negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun
dari tahun ke tahun.
Almilia dan Wijayanto (2007) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi. Hal ini memberikan
penjelasan bahwa kinerja lingkungan perusahaan memberikan akibat pada kinerja
finansial perusahaan yang tercermin pada tingkat return tahunan perusahaan yang
dibandingkan dengan return industri.
Judge (1996) dalam Fitri (2008) menyatakan bahwa jika suatu perusahaan
mengintegrasikan proses perencanaan strategisnya dengan masalah perlindungan
lingkungan hidup, maka dapat membangun brand image dimata konsumen dengan
demikian kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup berkaitan positif
dengan profitabilitas perusahaan.
Thilo (2005) dalam Grace (2014) mengemukakan bahwa usaha pelestarian
lingkungan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah
ketertarikan pemegang saham dan stakeholders terhadap keuntungan perusahaan
akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab terhadap masyarakat.
Dalam penelitianya Suratno dkk. (2006) menemukan hubungan positif dan
signifikan secara statistik antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi.
3. Hubungan antara indikator tenaga kerja dengan profitabilitas
Karyawan merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan. Kualitas
sumber daya manusia atau tenaga kerja akan menentukan keberhasilan suatu
perusahaan. Jika kualitas suatu tenaga kerja semakin baik, maka akan dapat
meningkatkan produktivitas karyawan. Dengan meningkatnya produktivitas
tenaga kerja ini dan itu juga akan mendorong motivasi para pekerja untuk
meningkatkan kinerja menjadi lebih baik lagi yang berujung akan meningkatkan
profit perusahaan (Grace Christy :2014).
Lautkenhorst (2004) dalam Fitri (2008) berpendapat bahwa CSR dapat
Meningkatkan loyalitas karyawan dengan cara menerapkan program-program
pengembangan sumber daya alam manusia yang baik sesuai dengan kaidah
penerapan tanggungjawab sosial perusahaan, dengan demikian CSR dilakukan
oleh perusahaan dapat meningkatkan loyalitas karyawan yang pada akhirnya dapat
membantu meningkatkan produktifitas perusahaan, yang akan diikuti dengan
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Sulistyo (2008) juga menyatakan bahwa penerapan CSR untuk karyawan
dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan meningkatkan kualitas produk
yang dapat menyababkan arus kas positif.
4. Hubungan antara Indikator Hak Asasi Manusia dengan profitabilitas
Pentingnya implementasi pelaksanaan hak asasi manusia di tengah tengah
karyawan perusahaan berguna agar terciptanya hak hak sosial yang adil, jauh dari
diskriminasi, kebebasan untuk berserikat dan berunding pekerja demi
pertumbuhan kelangsungan hidup perusahaan. Penerapan hak asasi manusia
dalam praktek bisnis disinyalir dapat meningkatkan produktivitas perusahaan,
tercipta hubungan yang baik antara employer dan employee maupun antara
pemasok dan kontraktor serta membangun kepercayaan antara para pemegang
saham. Dari beberapa manfaat tersebut diharapkan akan menumbuhkan
keuntungan perusahaan, meningkatkan brand image dan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan (Grace Christy : 2014)
Dimensi HAM dalam CSR menunjukan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan memiliki dampak yang positif bagi kinerja perusahaan. Perusahaan
yang mengutamakan hak asasi manusia, seperti hak atas kondisi kerja yang aman
dan hak atas jaminan sosial memiliki citra perusahaan yang baik di mata investor.
Dengan baiknya citra perusahaan dimata investor, maka akan dapat menaikkan
investasi terhadap perusahaan.(Nindri: 2016)
6.Hubungan antara indikator kemasyarakatan dengan profitabilitas
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya terhadap
masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Perusahaan dan masyarakat yang
bermukim di sekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi.
Aktivitas yang dilakukan perusahaan akan memiliki dampak terhadap masyarakat
di sekitarnya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap masyarakat. Banyak perusahaan modern sekarang membuat
sebuah program tentang kemasyarakatan guna memperkenalkan produk tersebut
sebagai produk yang peduli terhadap masyarakat. Selain membentuk brand image,
perusahaan yang melakukan program masyarakat akan membuat reputasi
perusahaan semakin baik, yang nantinya dapat berdampak pada peningkatan
keuntungan persuahaan (Grace Christy: 2014).
William dan Barret (2000) dalam Fitri (2008) dalam studinya mengatakan
bahwa kepedulian perusahaan terhadap komunitas sosial berkorelasi positif
dengan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Pada dasarnya perusahaan sebagai suatu sistem yang mengedepankan
keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus sesuai dengan harapan
masyarakat. CSR dipandang sebagai suatu kewajiban yang disetujui antara
perusahaan dengan masyarakat, dimana masyarakat memberikan ijin kepada
perusahaan untuk mengelola sumberdaya alam dan manusianya dalam
menjalankan operasinya. Perusahaan yang menerapkan CSR tetap akan
mendapatkan keuntungan positif yaitu mendapatkan legitimasi dari masyarakat
yang pada akhirnya akan berdampak meningkatnya keuntungan perusahaan
dimasa yang akan datang.(Fitria:2014).
Secara empiris, penelitian antara pengaruh pengungkapan CSR indikator
masyarakat dengan profitabilitas dilakukan oleh grace (2014), yang menghasilkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengungkapan indikator
kemasyarakatan terhadap ROE.
7. Hubungan antara indikator produk dengan profitabilitas
Produk menjadi sesuatu yang utama untuk mencapai kesuksesan
perusahaan. Tanggung jawab atas Produk berkaitan dengan yang upaya
perusahaan dalam menghasilkan produk yang unggul baik segi kemasan,
keamanan dan kualitas bahan. Jika produk dinilai tidak dapat memberikan
manfaat bagi pelanggan dan yang lebih buruknya dapat berdampak negatif pada
kesehatan pelanggan akan menjadi suatu masalah yang besar bagi perusahaan.
Sebuah survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001
menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang
mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Oleh karena itu faktor yang
menentukan keberhasilan suatu produk ialah kepuasan pelanggan akan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Cronin dan Taylor (1994) membuktikan bahwa
kepuasan konsumen ditentukan oleh penilaian konsumen terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan. Cronin dan Taylor (1994) menemukan adanya
hubungan yang kuat dan positif antara kualitas layanan keseluruhan dan kepuasan.
Jika perusahaan berhasil meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk yang
berkualitas maka produk tersebut akan semakin disukai oleh pelanggan yang pada
akhirnya meningkatkan penjualan dan profit perusahaan.
Semakin luas informasi yang disampaikan kepada stakeholder dan
shareholder maka akan semakin memperbanyak informasi yang diterima
mengenai perusahaan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan stakeholder dan
shareholder kepada perusahaan. Kepercayaan ini ditunjukkan stakeholder dengan
diterimanya produk – produk perusahaan sehingga akan meningkatkan laba
(Ahmad Husnan : 2012:35 ).
Dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang
berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai
pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan
dan mempengaruhi penjualan.
Secara empiris, hubungan antara indikator produk dengan profitabilitas
pernah diteliti oleh grace (2014) hasil penelitianya menyatakan bahwa
pengungkapan indikator produk tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan, hasil tersebut tidak sejalan dengan penemuan yang
dilakukan oleh chusnul (2014) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara pengungkapan indikator produk dengan profitabilitas
perusahaan.
Dari beberapa indikator CSR yang diungkapkan oleh perusahaan, tentu
setiap indikator akan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap return on
equity, karena setiap indikator memberikan manfaat kepada perusahaan dan
berdampak kepada masyarakat, dari beberapa indikator tersebut tentu terdapat
salah satu indikator yang mempunyai pengaruh yang paling besar diantara
indikator yang lainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Husni (2015) menyatakan bahwa
tanggung jawab di bidang ekonomi mempunyai pengaruh yang paling kuat dan
dominan.
H2 = Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Indikator Ekonomi
Berpengaruh Paling Signifikan Terhadap ROE.