BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1...
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pemasaran
Menurut Phillip Kotler dan Garry Armstrong, (2004, p7), pemasaran
adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memeperoleh
apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui penciptaan dan pertukaran
barang dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran juga berarti proses pemberian
kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran
utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan
mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan.
Gambar 2.1 Sistem Pemasaran Sederhana
Sumber: Kotler dan Armstrong (2004, p.14)
8
9
Menurut Ali Hasan (2007, p1), pemasaran adalah konsep ilmu dalam
strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi
stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham).
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (AMA), pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, barang
dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan
organisasi.
Adapun pengertian konsep pemasaran menurut Kotler dan Armstrong
(2004, p21) adalah pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang
didambakan itu lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing.
2.1.2 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p.78), bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan (produk, harga,
tempat/distribusi, dan promosi) yang dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan oleh perusahaan dalam pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakuakn perusahaan
untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Terdapat empat variabel dalam bauran pemasaran yang lebih dikenal
dengan istilah “empat P” yang dijabarkan sebagai berikut:
10
1. Produk: merupakan kombinasi barang dan jas ayang ditawarkan oleh
perusahaan kepada pasar sasaran. Produk ini bisa berupa barang fisik
ataupun non-fisik (jasa). Faktor-faktor yang harus diperhatikan mengenai
produk adalah: keanekaragaman produk, kualitas, fitur, gaya dan design,
bentuk, merek, kemasan, pelabelan, ukuran, pelayanan, jaminan serta
pengambilan keputusan
2. Price (harga): merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan
untuk memperoleh produk. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua
nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari
memiliki atau menggunakan barang atau jasa. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan mengenai harga adalah: biaya, strategi bauran pemasaran dan
tujuan pemasaran perusahaan, pasar dan permintaan, biaya, harga, tawaran
pesaing, kondisi perekonomian, pedagang perantara, dan pemerintah.
3. Place (tempat atau distribusi): Merupakan aktivitas perusahaan untuk
menyediakan produk bagi konsumen sasaran, atau bisa juga diartikan
sebagai tempat dimana produk bisa didapatkan.
4. Promotion (promosi) : Merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan
keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.
11
2.1.3 Promosi
2.1.3.1 Pengertian Promosi
Menurut Ali Hasan (2007, p.367) promosi merupakan proses
mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran (marketing mix) yang sangat
penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk. Kegiatan
promosi dimulai dari perencanaan, implementasi dan pengendalian komunikasi
untuk menjangkau target audience. Inti dari promosi dalah suatu bentuk kegiatan
komunikasi pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi,
mempengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar bersedia menerima, membeli,
dan loyal padap produk yang ditawrakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Promosi merupakan salah satu aspek utama dari empat aspek bauran
pemasaran (marketing mix). Promosi melibatkan penyebaran informasi mengenai
suatu produk, lini produk, merek ataupun perusahaan. Kegiatan promosi
dilakukan tentunya memiliki berbagi tujuan, diantaranya:
1. Menciptakan atau meningkatkan Brand Awareness pada target market
yang dituju
2. Meningkatkan preferensi brand pada target pasar
3. Meningkatkan penjualan dan market share
4. Mendorong re-purchase
5. Memperkenalkan produk baru
6. Menarik pelanggan baru
12
2.1.3.2 Bauran Promosi (Promotion Mix)
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p.600), Promotion Mix adalah total
aktivitas komunikasi sebuah perusahaan yang terdiri dari bauran pemasangan
iklan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan alat-alat
pemasaran langsung yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-
tujuan pemasangan iklan dan pemasaran.
Promotion mix memiliki lima perangkat utama, dimana masing-masing
perangkat memiliki ciri khas dan keunggulan/kelemahan yang berbeda antara satu
perangkat dengan perangkat yang lainnya. Kelima macam perangkat promosi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Periklanan (Advertising) : Merupakan setiap bentuk presentasi dan
promosi non-personal yang memerlukan biaya tentang gagasan,
barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas
2. Penjualan Personal (Personal Selling): Merupakan presentasi personal
oleh tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan
transaksi penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
3. Promosi Penjualan (Sales Promotion) : Merupakan insentif jangka
pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk
atau jasa. Contoh: Sample, kupon, refund, diskon, bingkisan, kontes,
undian berhadiah.
13
4. Hubungan Masyarakat (Public Relation) : Bertugas untuk membangun
hubungan yang baik dengan berbagai pihak diluar perusahaan untuk
mendapatkan publisitas yang menguntungkan, membangun citra yang
bagus, dan menangani rumor atau berita yang tidak menguntungkan
mengenai perusahaan.
5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) : Merupakan komunikasi
langsung antara (representatif) perusahaan dengan target konsumen
untuk mendapatkan feedback secepat mungkin atau untuk membangun
hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
2.1.4 Advertising
2.1.4.1 Pengertian Iklan
Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya kurang
lebih adalah 'menggiring orang pada gagasan'. Adapun pengertian iklan secara
komprehensif adalah "semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan
mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh
sponsor tertentu” . Secara umum, iklan berwujud penyajian informasi nonpersonal
tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang dijalankan dengan
kompensasi biaya tertentu. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses
komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk
mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan
(Sumber:www.nu.or.id)
14
Menurut Buku Pedoman Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia yang
dipublikasikan melalui website PPPI, iklan adalah Segala bentuk pesan tentang
suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang
dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
(Sumber:www.pppi.or.id)
Menurut American Marketing Association definisi advertising adalah the
placement of announcements and persuasive messages in time or space purchased
in any of the mass media by business firms, nonprofit organizations, government
agencies, and individuals who seek to inform and/ or persuade members of a
particular target market or audience about their products, services,
organizations, or ideas. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa, iklan adalah
penempatan pengumuman dan pesan persuasif dalam waktu atau ruang yang
dibeli di salah satu media massa oleh perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi
nirlaba, badan pemerintah, dan individu yang mencari untuk memberitahukan
dan/ atau membujuk anggota target pasar tertentu tentang produk, jasa, organisasi,
atau ide.
Sedangkan menurut penulis definisi iklan adalah segala bentuk kegiatan
dalam mengkomunikasikan, menarik perhatian dan membujuk sebagian atau
seluruh masyarakat untuk mengambil tindak dalam merespon ide,barang, atau jasa
yang dipresentasikan.
2.1.4.2 Fungsi Iklan
15
Adapun tujuan periklanan menurut Terence A. Shimp (2003:357)
diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial, adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi (Informing)
Iklan berfungsi menginformasikan mengenai ciri-ciri produk serta
kegunaannya.membuat konsumen menyadari adanya produk.
2. Membujuk dan mempengaruhi (Persuading)
Terkadang bujukan tersebut mengambil bentuk dengan cara
mempengaruhi permintaan primer (Primary Demand), yaitu
menciptakan permintaan bagi seluruh kategori produk. Tetapi yang
lebih sering, iklan berusaha iklan berusaha untuk membangun
permintaan sekunder (Secondary Demand), yaitu permintaan terhadap
merek dari produk perusahaan. harus dapat membujuk konsumen untuk
mencoba.
3. Mengingatkan (Reminding)
Iklan juga dapat menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam
ingatan konsumen.
4. Memberikan nilai tambah (Adding Value)
Ada tiga cara utama bagaimana perusaahaan dapat menambah nilai bagi
produk mereka, antara lain dengan melakukan inovasi meningkatkan
kualitas dan menambah nilai bagi produk dan merek tertentu dengan
mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif menjadikan
merek dipandang sebagai sesuatu yang elegan, lebih bergaya bahkaan
16
mungkin lebih unggul dari merek lainnya yang ditawarkan dan pad
umumnya dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih tinggi.
5. Mendampingi (Assisting other Company Effort)
Iklan hanyalah salah satu anggota atau alat dari tim atau bauran
komunikasi pemasaran. Pada saat lainnya, peran utama periklanan
adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari
perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.
Menurut Rot Zoill melalui Rendra Widyatama (2007:147) menjabarkan
fungsi iklan dalam empat fungsi. Keempat fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai
berikut:
1. Fungsi Precipitation
Iklan berfungsi untuk mempercepat berubahnya suatu kondisi dari
keadaan yang semula tidak dapat mengambil keputusan menjadi dapat
mengambil keputusan. Sebagai contoh adalah meningkatkan
permintaan, menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang sebuah
produk.
2. Fungsi Persuasion
Iklan berfungsi untuk membangkitkan khalayak sesuai pesan yang
diiklankan. Hal ini meliputi daya tarik emosi, menyampaikan
informasi tentang ciri suatu produk, dan membujuk konsumen untuk
membeli.
3. Fungsi Reinforcement (meneguhkan sikap)
17
Iklan mampu meneguhkan keputusan yang telah diambil oleh
khalayak.
4. Fungsi Reminder
Iklan mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap
produk yang diiklankan.
2.1.4.3 Jenis-Jenis Iklan
Menurut Widyatama (2005:76) adapun pembagian iklan menurut media
yang digunakan, sebagai berikut:
a. Iklan lini atas (above the line).
Iklan yang sifat medianya lebih universal atau menyeluruh (massa),
dimana lebih pada khalayak banyak yang tidak sling mengenal satu
sama lain dan menerima terpaan pesan iklan yang serempak.. Adapun
media yang termasuk kategori lini atas yaitu: televisi, radio, surat
kabar, majalah, tabloid, dan media interaktif internet.
b. Iklan lini bawah (below the line)
Iklan dengan menggunakan media yang lebih khusus sebagai bentuk
penyokong (pelengkap) iklan lini atas. Adapun kategori media yang
termasuk iklan lini bawah yaitu: poster, spanduk, leaflet, baliho, point
of purchase, stiker, folder,dan masih banyak lagi.
Menurut Sumartono (2002:134), aspek artistik materi iklan yang disajikan
sebaiknya, menterjemahkan secara optimal pesan atau informasi yang ingin
18
disampaikan oleh pihak produsen dan pengiklan sehingga mampu membentuk
kesan yang positif kepada khalayak sasaran yang dituju.
2.1.4.4 Pengaruh Iklan
Rendra Widyatama dalam buku Pengantar Periklanan (2007, p.156)
mengemukakan bahwa begitu banyak terpaan iklan yang hadir dalam kehidupan
kita sehari-hari, sehingga tidak mustahil bahwa iklan sedikit banyak akan
memberikan dampak kepada kita. Efek yang didapat sangatlah beragam, mulai
dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat. Beberapa pengaruh tersebut
antara lain:
1. Pengaruh Ekonomi
Salah satu dampak nyata dari iklan terlihat dalam sektor ekonomi.
Dalam aspek ini, iklan harus dilihat sebagai suatu kegiatan ekonomi.
Maksudnya, dalam melakukan iklan, terjadi transaksi bisnis antara
sponsor dan media iklan itu dipasang.
2. Pengaruh Psikologis
Dampak psikologis yang ditimbulkan oleh iklan sangatlah beragam
dari aspek kognitif dan afektif, baik secara individu maupun masal.
Pengaruh psikologis yang terjadi dalam wilayah kognitif sapat
menumbuhkan perhatian khalayak terhadap sesuatu yang lebih tinggi
dibandingkan produk yang tidak melakukan iklan. Fenomena tersebut
menggambarkan bahwa perhatian dan persepsi konsumen sedikit
banyak dipengaruhi oleh iklan.
19
3. Pengaruh Sosial Budaya
Pengaruh psikologis yang dihasilkan oleh iklan lambat laun akan
mengkristal dan secara kolektif akan menajdi perilaku masyarakat
secara umum. Perilaku masyarakat yang lebih umum ini pada
gilirannya membentuk sistem nilai, gaya hidup, maupun standard
budaya tertentu (termasuk mempengaruhi standard moral, etika dan
estetika)
2.1.5 Print Advertising
Pada penelitian ini, kegiatan Advertising difokuskan dalam bentuk media
cetak terutama dalam media majalah. Menurut Tom Altstiel dan Jean grow (2006,
195) pemasangan iklan dalam media majalah memiliki beberapa keuntungan,
antara lain:
a. Magazines are selective. Biasanya majalah ditujukan untuk mencakup
target yang spesifik. Target konsumen ini bisa dibagi berdasarkan
kesukaan, usia, penghasilan dan wilayah.
b. In Most cases, the printing quality is much better than any other
medium. Umumnya majalah dicetak dengan kertas berkualitas tinggi.
Hal ini akan mendukung kualitas visual untuk foto, gambar atau
tulisan yang lebih jelas dan menarik perhatian.
c. Magazine usually last longer than other media. Majalah memiliki usia
edar yang panjang dan sering disimpan sebagai bahan referensi.
Umumnya pembaca menghabiskan waktu 60-90 menit untuk membaca
20
satu majalah dan sering diulang-ulang. Oleh karenanya iklan yang ada
dalam majalah dapat memuat naskah iklan yang panjang dan lebih
rinci sekaligus juga unsur kreatif pesan iklan yang disampaikan.
d. Magazine can add prestige.
e. Many magazines offer value-added service to advertisers. Majalah
dapat digunakan sekaligus sebagai sarana sales promotion. Misalnya
sebagai media pemberian kupon, bonus dan sample produk.
f. Magazines give you a lot of design flexibility. Majalah memungkinkan
perusahaan untuk membuat design yang fleksibel mulai dari warna,
ukuran, hingga konsep unik seperti iklan pop-up.
g. Magazines are integrated with the internet. Kini majalah yang ada
juga sudah terintegrasi dengan internet. Hal ini memiliki keuntungan
berupa kemungkinan kerjasama dalam hal cross-promotional package
antara penyedia iklan online dan offline.
Kelemahan Magazine:
a. Expensive. Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan majalah
sebagai media pemasangan iklan membutuhkan biaya yang relatif
mahal jika dibandingkan dengan penggunaan media online,
misalnya periklanan menggunakna jejaring sosial.
b. Distribution Channel. Jaringan distribusi majalah tidak sebanyak
dan seluas jaringan distribusi media promosi lain, misalnya di
televisi dan surat kabar,selain itu penyebarluasannya relatif lebih
21
lambat bahkan terkadang di suatu daerah tertentu majalah tersebut
tidak didistribusikan.
Sedangkan, menurut George dan Michael Belch (2004:254) ada empat hal
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Print Advertising sebagai media
promosi:
1) Isi Pesan
Dalam menentukan isi pesan yang perlu diperhatikan adalah daya
tarik, tema, gagasan atau usulan penjualan yang unik. Ada tiga jenis
daya tarik, pertama daya tarik rasional membangkitkan minat pribadi,
artinya bahwa daya tarik rasional menyatakan bahwa produk itu akan
menghasilkan manfaat tertentu. Kedua adalah daya tarik emosional,
yang berupaya membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan
memotivasi pembelian antara lain daya tarik rasa takut, rasa bersalah,
dan rasa malu yang mendorong orang untuk berbauat hal yang harus
mereka lakukan atau berhenti melakukan hal-hal yang seharusnya
tidak mereka lakukan. Ketiga, daya tarik moral, diarahkan pada
perasaan pendengar tentang apa yang benar dan pantas. Daya tarik ini
sering digunakan untuk tujuan-tujuan sosial.
2) Format Pesan
Dalam menggunakan tools Print Advertising, perusahaan harus
menggunakan suatu format yang kuat untuk pesan mendukung
penyampaian pesan. Agar menarik perhatian, pengiklan menggunakan
22
beraneka ragam sarana seperti : menampilkan sesuatu yang baru dan
kontras, headline dan gambar yang menawan, format yang khas, posisi
dan ukuran pesan, dan warna serta bentuk gerakan.
3) Media Penyampaian
Majalah yang akan digunakan harus memiliki value yang sama
dengan value produk agar informasi produk dibaca oleh kalangan
segmen yang dituju
4) Waktu
Perusahaan harus dapat mengetahui jangka waktu, durasi dan
frekuensi iklan yang tepat agar iklan tersebut mendapat perhatian dari
pembaca.
2.1.6 Word Of Mouth
2.1.6.1 Pengertian Word of Mouth
Word of Mouth adalah komunikasi yang dilakukan melalui pembicaraan
dari mulut ke mulut dengan cara menceritakan pengalaman atau keunggulan dari
suatu produk. Awalnya istilah ini khusus disebut dengan komunikasi lisan tetapi
sekarang mencakup semua jenis komunikasi manusia, seperti tatap muka,telepon,
email dan pesan teks. Word of Mouth telah dianggap sebagai salah satu kekuatan
yang paling kuat di pasar. Di dalam kenyataannya, pilihan konsumen biasanya
dipengaruhi oleh word of mouth (Luis V. Casalo’, Carlos Flavia ‘n and Miguel
Guinali ‘ u, 2008). Promosi melalui mulut ke mulut yang dilakukan oleh teman
23
atau kerabat ini kredibilitasnya tinggi, jadi lebih bersifat persuasif atau
mempengaruhi daripada promosi melalui iklan karena jelas orang lebih
mempercayai temannya yang lebih dulu mencoba suatu produk daripada hanya
janji-janji yang tersirat di dalam sebuah iklan.
Sedangkan definisi word of mouth menurut Sernovitz (2006, p.5) adalah
pembicaraan alami yang terjadi di suatu masyarakat. Word of Mouth
Communication ini sangat berkaitan erat dengan pengalaman penggunaan suatu
produk atau jasa. Dalam pengalaman penggunaan produk itu akan timbul rasa
puas jika perusahaan dapat menciptakan produk dan pelayanan yang diberikan
mampu memenuhi harapan konsumen, dan sebaliknya akan merasa tidak puas jika
penggunaan produk tidak sesuai dengan harapan sebelumnya.
Menurut Silverman (2001, hal.26), Word of Mouth begitu kuat karena hal-
hal berikut:
1. Kepercayaan yang bersifat mandiri
Pengambilan keputusan akan mendapatkan keseluruhan, kebenaran
yang tidak diubah dari pihak ketiga yang mandiri.
2. Penyampaian pengalaman
Penyampaian pengalaman adalah alasan kedua mengapa Word of
Mouth begitu kuat. Ketika seseorang ingin membeli suatu produk,
orang tersebut akan mencapai suatu titik dimana dia ingin mencoba
produk tersebut. Secara idealnya, dia ingin mendapat resiko yang
24
rendah, pengalaman dunia nyata dalam menggunakan produk. Dengan
kata lain, dia membutuhkan pengalaman.
2.1.6.2 Jenis-jenis Word of Mouth
Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, hal 6), Word of Mouth terdiri dari
2 jenis, yaitu:
1. Organic Word of Mouth adalah pembicaraan yang bersemi secara
alami dari kualitas positif perusahaan.
2. Amplified Word Of Mouth adalah pembicaraan yang dimulai oleh
kampanye yang disengajakan untuk membuat orang-orang berbicara.
2.1.6.3 Motivasi Melakukan Word of Mouth
Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006, p.13), terdapat tiga motivasi dasar
yang mendorong positive word of mouth. Motivasi tersebut adalah:
1. Konsumen menyukai produk yang dikonsumsi. Orang-orang
membicarakan suatu produk karena mereka menyukai produk yang
mereka konsumsi. Baik dari segi produk utama yang mereka konsumsi
maupun service atau pelayanan yang mereka terima.
2. Pembicaraan membuat mereka merasa baik
Kebanyakan konsumen melakukan word of mouth karena motif emosi
atau perasaan terhadap produk yang mereka gunakan. Sebagai mahluk
25
sosial, manusia sudah selayaknya berkomunikasi dan berbagi
informasi antar satu individu ke individu yang lain.
3. Mereka merasa terhubung dalam suatu kelompok.
Keinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok adalah perasaan
manusia yang paling kuat. Setiap individu ingin merasa terhubung
dengan individu yang lain dan terlibat dalam suatu lingkungan sosial.
Membicarakan sauatu produk adalah salah satu cara untuk mendapat
hubungan tersebut. Kita merasa senang secara emosional ketika kita
membagikan informasi atau kesenangan dengan suatu kelompok yang
memiliki kesenangan yang sama.
2.1.6.4 Tingkatan Word of Mouth
Menurut Dikdik Harjadi (2008), dari perspektif strategi dan fungsi
komunikasi pemasaran, word of mouth terdiri dari tiga level yaitu:
1. Talking. Pada level ini, konsumen membicarakan produk/merek
perusahaan. Level pertama ini merupakan word of mouth yang paling
mendasar yang sering terjadi dan dilakukan. Word of Mouth pada level
ini tidak berhubungan langsung dengan penjualan.
2. Promoting. Pada level ini, konsumen mulai mempromosikan produk
perusahaan kepada orang lain word of mouth to make your customers
do the promotion).
3. Selling. Pada level ini, konsumen menjual produk perusahaan (word of
mouth to make your customer do the selling). Ini merupakan tahapan
26
word of mouth yang paling penting bagi sebuah perusahaan. Pada level
ini konsumen membuat suatu komunikasi pemasaran yang membantu
penjualan produk.
2.1.6.5 Word of Mouth Marketing
Menurut Andy Sernovitz (2006, hal. 9-12) Definisi WOM Marketing
adalah tindakan yang dapat memeberikan alasan supaya semua orang lebih mudah
dan lebih suka membicarakan produk kita. Ada 3 hal yang dapat dilakukan agar
orang lain membicarakan produk atau jasa dalam Word ofMouth Marketing yaitu:
1. Be Interesting, menciptakan suatu produk atau jasa yang menarik
yang mempunyai perbedaan, terkadang walaupun perusahaan
menciptakan produk sejenis, mereka akan mempunyai karakteristik
yang tersendiri atau berbeda agar menarik untuk diperbincangkan.
Perbedaan ini bisa dilihat dari berbagai hal misalnya packaging, atau
guarantee produk atau jasa tersebut.
2. Make People Happy, buat produk yang mengagumkan, ciptakan
pelayanan prima, perbaiki masalah yang terjadi, dan pastikan suatu
pekerjaan yang perusahaan lakukan dapat membuat konsumen
membicarakn produk ke teman mereka. Mereka akan membantu
perusahaan, men-support bisnis perusahaan kita dan ia akan
mengajak orang lain untuk menikmati atau mencoba produk atau
jasa yang ditawarkan. Word of Mouth akan mudah terjadi apabila
perusahaan dapat membuat konsumen tersebut merasa senang.
27
3. Earn trust and Respect, perusahaan harus mendapatkan kepercayaan
dan rasa hormat dari pelanggan. Tanpa adanya kepercayaan, orang
enggan merekomendasikan produk atau jasa yang perusahaan
berikan karena ini akan membahayakan citra harga dirinya.
Komitmen terhadap informasi yang diberikan, dan buat mereka juga
yakin untuk membicarakan tentang produk atau jasa tersebut dengan
singkat seperti pesan singkat agar semua orang mudah
mengingatnya.
2.1.6.6 Menciptakan Word of Mouth
Menurut Dikdik Harjadi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan Word of Mouth Communication, diantaranya adalah:
1. Conversation Tracking, yaitu memonitor pembicaraan yang berkaitan
dengan suatu merek, baik pembicaraan offline maupun online.
2. Menciptakan komunitas dengan ketertarikan / bidang yang sama.
3. Program brand advocacy, yaitu memilih pelanggan yang loyal untuk
bertindak mewakili brand tersebut.
4. Memberikan pelayanan yang superior, sehingga menciptakan kepuasan
pelanggan
5. Blog marketing, yaitu mengelola blog perusahaan ataupun terkait
dengan produk dan berhubungan dengan orang lain melalui blog.
28
6. Influencer marketing, yaitu mengidentifikasi siapa saja yang besar
pengaruhnya dalam sebuah Social Network dan bekerjasama dengan
mereka.
29
2.1.7 Brand
2.1.7.1 Pengertian Brand
Menurut UU merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, Merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, angka, huruf-huruf, susunan warna atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Aaker, dalam A.B. Susanto & Himawan Wijarnako (2004, p.6),
menyatakan bahwa merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (
berupa logo, cap, atau kemasan) untuk mengidentifikasikan brang atau jasa dari
seorang penjual atau kelompok penjual tertentu serta membedakannya dari barang
atau jasa yang dihasilkan para pesaing. Pada akhirnya, merek memberikan tanda
mengenai sumber produk serta melindungi konsumen maupun produsen dari
pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.
Dengan demikian dapat disimbulkan bahwa merek mempunyai dua unsur,
yaitu brand name yang terdiri dari huruf atau angka yang dapat terbaca, serta
brand mark yang berbentuk simbol dan desain yang berguna untuk mempermudah
konsumen untuk mengenli dan mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak
dibeli. Dengan demikian, merek harus meliputi beberapa hal sebagai berikut:
(Rangkuti, 2004, p.37)
1. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut
2. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat
30
3. Nama merek harus mudah dibedakan, artinya harus spesifik.
4. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat
perlindungan hukum.
2.1.7.2 Makna Merek
Menurut Kotler (2002, p.460) ada enam makna yang dapat disampaikan
melalui suatu merek, yaitu:
1. Atribut (Atribute)
Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Misalnya, Mercedes
menyatakan sesuatu yang sangat mahal, dibuat dan dirancang dengan
kualitas dan design terbaik, bergengsi tinggi, dan memiliki nilai jual
kembali yang tinggi. Perusahaan dapat menggunakan satu atribut atau
lebih untuk mengiklankan produknya.
2. Manfaat (Benefit)
Merek tidak hanya sekedar serangkaian atribut. Pelanggan tidaklah
membeli atribut, tetapi mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk
dikembangkan menjadi manfaat fungsional atau emosional. Atribut mobil
mercedes “best security system” dapat dikembangkan menjadi manfaat
fungsional atau emosional menjadi “saya akan tetap aman seandainya
terjadi kecelakaan”.
3. Nilai (value)
31
Merek juga menyatakan nilai produsen. Mercedes menyatakan kinerja
tinggi, keamanan, prestise dan lain-lain. Pemasar harus dapat mengetahui
kelompok pembeli mobil mana yang mencari nilai-nilai ini.
4. Budaya (Culture)
Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya
Jerman: terorganisasi, efisien dan bermutu tinggi.
5. Personal (Personality)
Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Seringkali produk tertentu
menggunakan kepribadian orang terkenal untuk mendongkrak atau
menopang merek produknya.
6. Pemakai (User)
Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut. Pemakai Mercedes umumnya diasosiasikan dengan orang
kaya, kalangan manager puncak.
Menurut Aaker sebagaimana dikutip oleh kotler (2002, p.416), tingkat
perilaku konsumen terhadap konsumen terhadap merek dibedakan menjadi lima
tingkatan, yaitu:
1. Konsumen akan selalu mengganti merek, khususnya karena alsan
harga. Tingkat loyalitas konsumen pada tahap ini sangatlah rendah.
2. Konsumen yang puas akan suatu merek dan tidak memiliki alasan
untuk mengganti merek
32
3. Konsumen yang puas akan suatu merke akan merasa rugi bila
mengganti atau mencoba merek lain.
4. Konsumen memberikan nilai yang tinggi bagi suatu merek,
menghargainya dan menganggap merek menjadi bagian dari dirinya
atau seperti teman
5. Konsumen yang setia terhadap merek.
2.1.7.3 Manfaat Merek
Menurut Kotler (2002, p.464) merek dapat memberikan beberapa manfaat
bagi penjual yaitu:
1. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dalam menelusuri
masalah
2. Nama merek dan tanda merek penjualan memberikan perlindungan hukum
atau ciri-ciri produk yang unik
3. Merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk menarik pelanggan
yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan penjual
perlindungan dari persaingan serta pengendalian yang lebih besar dalam
perencanaan program pemasarannya
4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar
5. Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, memudahkan
perusahaan meluncurkan merek-merek baru yang mudah diterima oleh
para distributor dan pelanggan.
33
Selain memberikan manfaat yang besar untuk penjual, merek juga
memberikan manfaat-manfaat tertentu sebagaimana disampaikan oleh Tjiptono
(2005, p.21), yaitu:
1. Kemudahan dalam mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau
dicari oleh konsumen dan dapat memberikan makna bagi produk.
2. Penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan
loyalitas.
3. Memberikan jaminan bagi konsumen bahawa mereka bisa
mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakuakn pada
waktu dan di tempat yang berbeda
4. Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek
yang telah digunakan atau dikonsumsi
5. Kepuasan terkait dengan daya tarik merek logo dan komunikasinya.
2.1.8 Brand Image
2.1.8.1 Pengertian Brand Image
Berdasarkan Simamora (2003, p,37 & 63), citra merek adalah sejumlah
keyakinan tentang merek. Syarat merek yang kuat adalah citra merek. Kotler juga
mempertajam bahwa citra merek sebagai posisi merek (Brand Position).
Dalam Simamora (2003, p,96), Aaker menyatakan bahwa citra adalah
seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar.
Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang
34
dijanjikan pada konsumen. Jadi Aaker menganggap citra merek sebagaimana
merek dipersepsikan oleh konsumen (Simamora 2003, p63)
Menurut Tjiptono (2005,p10) merek sebagai citra merupakan serangkaian
asosiasi yang dipersepsikan oleh dindividu sepanjang waktu, sebagai hasil
pengalaman langsung maupun tidak langsung atas sebuah merek tertentu.
Sejumlah teknik kualitatif dan kuantitatif telah dikembangkan untuk membantu
mengungkapkan persepsi dan asosiasi konsumen terhadap sebuah merek tertentu.
Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak
pelanggan atau konsumen (Rangkuti, 2004,p.43)
Kesimpulannya, brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang
cepat timbul di benak konsumen karena bersifat unik dan memiliki komunikasi
pemasaran yang intensif.
2.1.8.2 Manfaat Brand Image
Brand image yang telah dibentuk oleh perusahaan dan telah ada dalam
benak konsumen akan membawa manfaat baik bagi perusahaan maupun
konsumen. Manfaat tersebut antara lain:
a. Manfaat bagi konsumen: Konsumen yang memiliki citra positif terhadap
suatu merek lebih mungkin untuk melakukan pembelian.
35
b. Manfaat bagi perusahaan: Perusahaan dapat mengembangkan lini produk
dengan memanfaatkan citra yang positif yang telah terbentuk terhadap
merek produk lama.
2.1.8.3 Komponen Brand Image
Menurut Roslina (2010) Brand image atau citra merek merupakan hasil
dari pandangan atau penilaian konsumen terhadap suatu merek apakah itu baik
atau buruk. Konsumsen mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan
menganai merek dimana posisi setiap merek menurut masing-masing atribut.
Komponen Brand Image ini dapat dilihat dari 3 hal: Corporate image, user image
dan product image
Menurut Simamora(2004) Citra merek (Brand Image) merupakan
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu.
Ada tiga indikator dari Brand Image yaitu:
a. Citra perusahaan (Corporate Image) adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk
atau jasa. Dalam penelitian ini, citra pembuat meliputi: popularitas,
kredibilitas serta jaringan perusahaan.
b. Citra konsumen (User Image) adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu
barang atau jasa. Meliputi: User, Gaya hidup dan status sosialnya.
36
c. Citra produk (Product Image) Adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi atribut produk
tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya serta jaminan.
Salah satu bagian yang melekat dalam pengembangan Citra merek adalah
Citra toko (Store Image). Citra toko/ perusahaan itu sendiri yang membantu
mempengaruhi kualitas yang dirasakan dan keputusan konsumen mengenai
pembelian produk. Kosumen akan menjadi loyal kepada produk yang tersedia di
toko apabila terjadi konsistensi dan kesinambungan natara produk dengan citra
toko. Dalam Ma’aruf (2006, p182-183) dijelaskan bahwa beberapa unsur yang
mendukung citra toko atau gerai yaitu:
1. Merchandise. Harga, kualitas, keragaman kategori, ketersediaan item
(warna, ukuran, jenis)
2. Lokasi yang mudah dijangkau, aman dan berada dalam suatu pusat
perbelanjaan.
3. Mengutamakan pelayanan pada segmen tertentu yang sesuai dengan
karakteristik demografi calon pembeli (remaja, keluarga, ibu rumah
tangga)
4. Pelayanan: Pilihan cara bayar, katalog, delivery
5. Pramuniaga, Staf, Kasir: Perilaku dalam melayani, Pengetahuan
produk, Jumlah tenaga yang memadai
6. Citra kepribadian perusahaan atau toko: tulus, menarik, berkompeten,
canggih, lengkap, familiaritas.
37
7. Store Ambience: Dekorasi interior dan eksterior yang menarik,
atmosfer yang nyaman, display yang menarik.
8. Promosi: Hadiah, discount, mengadakan event, undian.
Chowdury et al. Menjelaskan dalam Istijanto (2005, p239) ada enam
dimensi yang digunakan dalam mengukur citra toko, yaitu:
1. Employee Service (pelayanan karyawan)
2. Product quality (Kualitas produk yang dijual)
3. Product Selection (pilihan produk)
4. Atmosphere (Suasana)
5. Convenience (Kenyamanan)
6. Prices/ value (harga/nilai)
Chowdury et al. Dalam Vahie dan Paswan (2006, p71) menjelaskan bahwa
keenam dimensi itu adalah elemen yang paling umum dari banyaknya konsep
citra toko yang bervariasi dan dimensi-dimensi tersebut juga telah teruji validitas
dan reliabilitasnya.
2.1.9 Perilaku Konsumen
2.1.9.1 Definisi Perilaku Konsumen
Menurut Solomon (2002:8) mengungkapkan definisi perilaku konsumen
sebagai berikut: “Consumer behavior covers a lot of ground: It is the study of the
38
processes involved when individuals or group select, purchases, use, or dispose of
products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires.”
Menurut Hawkins dan kawan-kawan (2004:7), mengemukakan definisi
Perilaku Konsumen sebagai berikut: “The field of consumer behaviour is the
study of individuals, groups, or organizations and the processes they use to select,
secure, use, and dispose of products, services, experiences, or ideas”.
Menurut Prasetjo dan Ihalauw (2005, p.9), perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units), baik individu, kelompok
ataupun organisasi membuat keputusan-keputusan pembelian atau melakukan
transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya.
Menurut Kotler dan Keller (2007, p.214), faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah:
1. Budaya, sub-budaya dan kelas sosial sangat penting bagi perliaku
pembelian, Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling
dasar.
2. Sosial, perilaku konsumen dipengaruhi faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
3. Pribadi, keputusan pembelian juga dipengaruhi karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus kehidupan:
pekerjaan, keadaan ekonomi.
4. Psikologis, satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan
karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan
dan keputusan konsumen.
39
2.1.9.2 Keputusan Pembelian
Adapun beberapa tahap yang dilakukan oleh konsumen dalam proses
pembelian, menurut Kotler (2000:228) yaitu:
1. Need recognition (pengenalan masalah)
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau
kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang
nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini dapat dipicu oleh
stimuli intern dan ekstern. Pemasaran perlu mengidentifikasikan stimuli
yang paling sering menimbulkan minat pada suatu kategori produk
tertentu.
2. Search of information (evaluation alternatif)
Ada dua tingkatan dalam proses pencarian informasi. Yang pertama,
keadaan pencarian yang lebih ringan disebut perhatian yang memuncak.
Di mana seseorang hanya bersikap lebih menarik terhadap informasi
mengenai suatu produk tertentu. Yang kedua adalah pencari informasi
aktif,k dimana konsumen mencari bahan bacaan, menelpon teman dan ikut
serta dalam kegiatan lain untuk mempelajari produk. Berapa pencarian
yang dilakukan tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi
yang lebih dimiliki, kemudahan dalam memperoleh informasi tambahan
dan kepuasan yang perlu dan pencarian.
3. Alternatif evaluation (evaluation alternatif)
40
Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan
manfaat yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan
memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen kemudian sampai pada
pendirian terhadap alternative produk tertentu melalui suatu prosedur
evaluasi.
4. Purchase decision (keputusan pembelian)
Keputusan konsumen untuk memodifikasi,k menunda atau menghindar
suatu keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan.
Pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya
resiko dalam diri konsumen dan memberikan informasi dan dukungan
yang akan mengurangi resiko yang dirasakan.
5. Out comes (perilaku setelah pembelian)
Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkatan
atau ketidakpuasan tertentu. Konsumen juga akan melakukan tindakan
setelah pembelian dan menggunakan produk tersebut untuk mendapat
perhatian dari pemasar. Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk dibeli
tetapi terus sampai pada periode setelah pembelian.
2.1.9.3 Tipe Perilaku Pembelian Konsumen
Tipe-tipe perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat perbedaan di antara berbagai merek adalah sebagai berikut (Kotler
dan Armastrong, 2001, p. 219-222):
1. Perilaku membeli yang kompleks (complex buying behavior)
41
Perilaku membeli yang kompleks merupakan perilaku membeli
konsumen dalam berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam
konsumen dalam membelim dan adanya perbedaan pandangan yang
signifikan antara merek yang satu dengan yang lain. Konsumen
menjalankan perilaku membeli mereka ketika mereka benar-benar
terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda
antara merek yang satu dengan yang lain. Konsumen mungkin lebih
banyak terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarangd ibeli dan
sangat menonjolkan ekspresi diri.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance
reducing buying behavior)
Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan merupakan
perilaku membeli konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan
konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara
merek-merek yang ada. Perilaku membeli yang mengurangi
ketidakcocokan terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan
pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat
sedikit perbedaan yang ada.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan
Perilaku membeli karena kebiasaan merupakan perilaku membeli yang
dilakukan konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan
konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan yang dirasakan di
42
antara merek-merek yang ada. Pembeli produk dengan keterlibatan
rendah tidak kuat komitmennya terhadap merek apapun.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi
Perilaku membeli yang mencari variasi adalah perilaku membeli
konsumen dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan
konsumen tetapi perbedaan diantara merek dianggap besar. Dalam
kasus ini, konsumen sering kali mengganti merek. Contohnya ketika
membeli kue, seorang konsumen mungkin memiliki beberapa
keyakinan, memilih kue tanpa banyak evaluasi, lalu mengevaluasi
merek tersebut ketika kue tersebut dikonsumsi. Tetapi pada waktu
selanjutnya konsumen mungkin mengambil merek lain agar tidak
bosan atau sekedar mencoba sesuatu yang berbeda.
2.2 Teori Pendukung
Tabel 2.1 Hubungan antara Advertising, WOM, Brand Image dan
Keputusan Pembelian
No Penulis Tahun Judul
Penelitian Hasil Penelitian
43
1. Yudho Baskoro; Djumilah Zain ; Fatchur Rahman
2004 Hubungan antara Unsur-unsur Bauran Pemasaran dengan Penciptaan Ekuitas Merek
Periklanan memainkan peranan yang penting dalam meningkatkan kesadaran merek sama baiknya dengan menciptakan Brand Image yang kuat. Tindakan periklanan yang berulang-ulang akan meningkatkan kemungkinan suatu merek masuk dalam pertimbangan konsumen serta memepermudah mereka memilih dalam melakukan pembelian produk.
2. Janonis; Virvilaite (dalam Roslina)
2007 Citra merek: Dimensi, Proses pengembangan serta pengukurannya
Citra merek berasal dari berbagai elemen identitas merek dimana periklanan adala salah satu elemen yang sangat penting yang memberitahukan kepada konsumen tentang manfaat suatu produk dan menempatkan suatu produk dalam pikiran konsumen. Pada tingkat yang lebih emosional atau simbolik, fungsi utama dari periklanan adalah menghasilkan kepribadian atau persepsi merek di pasar.
3. Alwi, S.F.S Da Silva, R.V
2007 Online and Offline Corporate Brand Image: Do they Differ? (Corporate Reputation Review)
Citra merek perusahaan yang dinilai baik oleh konsumen bukan hanya akan membantu perusahaan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, melalui kepuasan stakeholder diharapkan akan meningkatkan penjualan produk dan membuat performance menjadi lebih baik,
4. Indriani, Farida dan Dini Hendriarti
2009
Studi Mengenai Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek Maskapai Garuda Indonesia
Iklan memiliki pengaruh yang positif dan berbanding lurus dengan Brand Image dan Keputusan Pembelian. Selain itu diketahui bahwa Brand Image berpengaruh positif dan berbanding lurus dengan Keputusan Pembelian. Untuk memberikan pengaruh yang positif dan berbanding lurus, iklan haruslah dirancang dengan tingkat efektifitas yang tinggi. Maksudnya, iklan harus memiliki daya tarik dan kreatifitas yang tinggi untuk menarik perhatian konsumen.
44
2.3 Kerangka Pemikiran
5. Kusumowidagdo, Astrid
2005
Peran Penting Perancangan Interior Pada Store Based Retail
Perencanaan dan design toko yang tepat sangatlah penting karena akan berfungsi sebagai identifier yang mencocokkan antara value konsumen dengan value produk yang ditawarkan. Suasana ruang seperti Store Ambience, Merchandise, Location dan Service memegang peranan yang penting dalam membangun Image dari toko tersebut.