BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat...

21
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Atletik merupakan ibu dari seluruh cabang olahraga. Karena dalam cabang olahraga apapun, mengandung unsur-unsur atletik. Adapun unsur-unsur atletik yaitu lari, lompat serta lempar. Hal ini di dukung oleh beberapa pendapat ahli yaitu Menurut Mitranto dan Slamet (2010:21), atletik dapat dikatakan sebagai induk dari semua cabang olahraga. Dalam atletik terdapat berbagai gerak dasar yang terdiri atas lari, lompat, dan lempar. Gerakan lari, lompat, dan lempar merupakan gerak dasar yang terdapat dalam berbagai cabang olahraga Lebih lanjut Kurniadi, Deni dan Prapanca, Suro (2010:51), menjelaskan atletik merupakan salah satu olahraga dengan berbagai cabang, antara lain nomor lempar, lompat, dan lari. Lempar lembing, lompat jauh, lari jarak pendek, dan lari sambung merupakan sebagian kecil dari nomor olahraga atletik tersebut. Nomor olahraga atletik sangat menarik untuk dilakukan karena di dalamnya terdapat berbagai macam jenis olahraga yang dapat bermanfaat bagi kesehatan. 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu nomor lomba lari beregu pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara berantai atau sambung- menyambung. Hal ini di dukung oleh pendapat para ahli sebagai berikut: Menurut Trianggoro (01/10/2013), lari sambung atau lari estafet adalah salah satu nomor lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara 8

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Atletik

Atletik merupakan ibu dari seluruh cabang olahraga. Karena dalam cabang

olahraga apapun, mengandung unsur-unsur atletik. Adapun unsur-unsur atletik

yaitu lari, lompat serta lempar. Hal ini di dukung oleh beberapa pendapat ahli

yaitu Menurut Mitranto dan Slamet (2010:21), atletik dapat dikatakan sebagai

induk dari semua cabang olahraga. Dalam atletik terdapat berbagai gerak dasar

yang terdiri atas lari, lompat, dan lempar. Gerakan lari, lompat, dan lempar

merupakan gerak dasar yang terdapat dalam berbagai cabang olahraga

Lebih lanjut Kurniadi, Deni dan Prapanca, Suro (2010:51), menjelaskan

atletik merupakan salah satu olahraga dengan berbagai cabang, antara lain nomor

lempar, lompat, dan lari. Lempar lembing, lompat jauh, lari jarak pendek, dan lari

sambung merupakan sebagian kecil dari nomor olahraga atletik tersebut. Nomor

olahraga atletik sangat menarik untuk dilakukan karena di dalamnya terdapat

berbagai macam jenis olahraga yang dapat bermanfaat bagi kesehatan.

2.1.2 Hakikat Lari Estafet

Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu nomor lomba lari beregu

pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara berantai atau sambung-

menyambung. Hal ini di dukung oleh pendapat para ahli sebagai berikut:

Menurut Trianggoro (01/10/2013), lari sambung atau lari estafet adalah

salah satu nomor lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara

8

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

bergantian atau berantai. Dalam satu regu lari sambung ada empat orang pelari,

yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada nomor lari sambung ada

kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor lari yang lain, yaitu

memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari kesatu kepada pelari

berikutnya. Nomor lari sambung yang sering diperlombakan adalah nomor 4x100

meter dan nomor 4x400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik lari

saja yang perlu diperhatikan, tetapi pemberian dan menerima tongkat di zona

(daerah) pergantian seperti penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari.

Menurut Kurniadi dan Prapanca (2010:11) mengemukakan bahwa, lari

estafet atau lari sambung termasuk salah satu lari cepat yang dilakukan oleh setiap

regu dengan jumlah 4 orang. Caranya, yaitu lari secara berurutan dan

menyambung dengan cara memberikan tongkat estafet dari pelari kesatu, kedua,

dan seterusnya. Lebih lanjut Mitranto dan Slamet (2010:23) mengemukakan, lari

sambung atau lari estafet merupakan lari dalam cabang atletik. Lari ini adalah lari

beregu di mana pelari secara bersambung bergantian membawa tongkat estafet

dari garis start menuju garis finish. Dalam catatan sejarah olimpiade modern,

perlombaan lari estafet pertama kali diselenggarakan pada Olimpiade V di

Stockholm tahun 1912. Jarak yang dilombakan lari ini adalah 4 x 100 m dan 4 x

400 m. Keberhasilan suatu regu estafet sangat ditentukan oleh kelancaran

pergantian tongkat. Regu dengan pelari cepat dipastikan dapat memenangkan

permainan.

Hal tersebut diperkuat oleh Widyastuti dan Suci (2010:79), Lari sambung

adalah lari yang dilakukan oleh beberapa orang pelari (biasanya 4 orang) secara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

sambung-menyambung. Lari sambung atau lari estafet termasuk dalam nomor lari

jarak pendek. Lari ini dilakukan secara bersambung dan bergantian oleh empat

pelari dengan membawa tongkat dari garis start sampai garis finish.

Lebih lanjut, Isnaini dan Suranto (2010:21) mengemukakan, lari sambung

disebut juga dengan lari estafet. Pelaksanaan dalam lari sambung dilakukan oleh

empat pelari dalam satu tim. Pelari pertama melakukan start jongkok sambil

membawa tongkat estafet. Hal ini yang paling utama dan ikut menentukan

kecepatan satu tim, dalam pelaksanaan lari sambung yaitu pada saat penyerahan

tongkat dari pelari yang satu ke pelari berikutnya, pada dasarnya sama dengan

teknik lari jarak pendek 100 meter. Secara umum, nomor lari jarak pendek ini

miliki karakteristik sebagai berikut : a) sikap badan condong ke depan, b) angkah

kaki harus lebih panjang, c) ujung telapak kaki selalu terkena tanah, d) jari-jari

tangan dikepalkan atau dibuka rapat dan rileks serta ayunan tangan harus

terkoordinasi dengan gerak kaki.

Hal tersebut didukung oleh Sutrisno dan Khafadi (2010:32), Lari

sambung/lari estafet merupakan nomor lari dalam cabang olahraga atletik. Lari

sambung/lari estafet adalah lari beregu yang pelarinya secara bersambung (estafet)

bergantian membawa tongkat estafet dari garis start sampai dengan finish. Pada

nomor ini tiap regu terdiri atas empat atlet. Sebagai nomor beregu diperlukan

kerja sama yang baik terutama dalam pemberian dan penerimaan tongkat. Selain

kekompakan regu, strategi penempatan pelari dan teknik-teknik lari jarak pendek

pada lari sambung juga sangat mempengaruhi kecepatan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

Lebih lanjut Hadfiq dan Nurfitri (2010:33), lari sambung pada dasarnya

adalah melakukan gerak lari secepat mungkin dengan membawa tongkat. Pada lari

sambung terjadi perpindahan tongkat dalam regu. Satu regu lari sambung

beranggotakan empat pelari, yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, dan

pelari keempat. Jarak nomor lari sambung yang diperlombakan adalah 4 × 100 m

dan 4 × 400 m. Hal ini menunjukkan bahwa lari sambung termasuk lari jarak

pendek atau lari cepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam lari sambung adalah

cara perpindahan tongkat antarpelari. Setiap pelari harus dapat melakukan teknik

ini dengan benar sehingga tidak menghambat kecepatan berlari.

2.1.3 Teknik Lari Estafet

Dalam pelaksanaan lari estafet atau lari sambung ada beberapa teknik

dasar yang harus dikuasai antara lain:

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010:32), hal yang harus dikuasai oleh

pelari Estafet yaitu teknik memegang tongkat estafet. Ujung tongkat dipegang

dengan tangan kiri atau kanan menurut kebutuhan atau pegangan yang dirasakan

enak oleh pelari, sedangkan ujung yang lain dipegang oleh penerima berikutnya.

Teknik memegang tongkat estafet dibedakan menjadi berikut ini.

1) Teknik Memegang Tongkat ketika Akan Start

a) Tongkat dipegang dengan pangkal ibu jari, jari kelingking, dan jari manis

sehingga ketika start, ibu jari dan jari telunjuk menjadi tumpuan berat

badan di atas garis start.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

b) Memegang tongkat dengan pangkal ibu jari dan jari tengah sehingga

ketika start ibu jari dan telunjuk menjaditumpuan berat badan di atas garis

start.

2) Teknik Memegang Tongkat ketika Akan Memberikan Tongkat

Teknik ini adalah tongkat dipegang agak ke ujung belakang. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan pelari memberikan tongkat pada pelari berikutnya.

Menurut Wahyuni dkk (2010:137-139) mengemukakan yaitu Ada beberapa hal

yang harus dikuasai dalam perlombaan lari sambung yaitu :

1) Teknik memberikan tongkat

(a) Memberikan tongkat dari bawah. Cara melakukannya, yaitu tangan yang

memegang tongkat diayunkan dari belakang ke arah depan melalui bawah

ke tangan penerima tongkat.

(b) Memberikan tongkat dari atas. Cara melakukannya, yaitu tangan kanan

yang memegang tongkat diayunkan dari belakang ke depan atas, kemudian

tongkat diletakkan di telapak tangan kiri penerima tongkat.

2) Teknik menerima tongkat sebagai berikut.

(a) Menerima tongkat dengan cara melihat (visual/sightpass).

(b) Menerima tongkat dengan cara tidak melihat (nonvisual/blind pass).

3) Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat.

Ada dua cara teknik pemberian dan penerimaan tongkat lari sambung,

yaitu sebagai berikut :

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

a) Pemberian dan penerimaan tongkat dari bawah, yaitu sebagai berikut.

Pelari I dari start memegang tongkat dengan tangan kiri, pelari II

sambil lari secepatnya mengayunkan tangan kanan ke belakang dengan

telapak tangan ibu jari terpisah dengan jari-jari lain yang rapat. Setelah itu,

pelari I mengayunkan tangan kirinya melalui bawah ke depan dan

memberikan tongkatnya kepada pelari II. Setelah tongkat diterima tangan

kanan pelari II, sambil berlari tongkat dipindah ke tangan kiri, kemudian pelari

III pada waktu menerima tongkat, tangan kanan diayunkan ke belakang

dengan jari-jari rapat ibu jari dibuka, pelari ke-II memberikan tongkat dari

arah bawah. Setelah tongkat diterima, tongkat dipindah ke tangan kiri sambil

lari secepatnya. Selanjutnya, pelari IV menerima tongkat dari pelari III dengan

tangan kanan, lalu tongkat dipindah ke tangan kiri tetapi langsung dibawa lari

sampai garis finish.

b) Pemberian dan penerimaan tongkat dari atas sebagai berikut.

Pelari I melakukan start jongkok sambil memegang tongkat dengan

tangan kanan, setelah ada aba-aba, ”yak”. Kemudian lari secepatnya dengan

memegang tongkat. Pelari II setelah ada tanda dari pelari I langsung lari

sambil tangan kiri diayunkan ke belakang dengan telapak tangan menghadap

ke atas. Jari-jari rapat ibu jari dibuka. Pelari I memberikan tongkatnya melalui

atas di telapak tangan kiri pelari II, untuk dibawa lari kemudian diberikan

pelari III diterima dengan tangan kanan, selanjutnya pelari III memberikan

kepada pelari IV diterima dengan tangan kiri. Selanjutnya, dibawa lari sampai

melewati garis finish.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

2.1.4 Pengoperan Tongkat Non Visual

Pengoperan tongkat secara non visual adalah cara pengoperan tongkat

yang dilakukan dengan cara penerima tongkat tidak melihat ke arah pemberi

tongkat. Cara ini membutuhkan komunikasi yang baik dari pemberi dan penerima

tongkat. Pengoperan tongkat secara visual biasanya digunakan pada nomor lari 4

x 100 meter. Hal ini didukung oleh pendapat para ahli sebagai berikut:

Menurut Hafiq dan Nurfitri (2010:33) menjelaskan bahwa, pengoperan

tongkat non visual yaitu sebuah cara yang sering digunakan oleh pelari yang

sudah mengenal satu sama lain karena membutuhkan kerja sama dan saling

pemahaman antarpelari. Cara ini biasa digunakan dalam lari sambung 4 × 100

meter. Dalam teknik ini, pelari menerima tongkat dengan berlari tanpa melihat

tongkat yang akan diterimanya.

Menurut Wahyuni, dkk (2010:63), Dengan cara ini pada saat tongkat

diberikan, si penerima tidak melihat ke arah pemberi. Ada beberapa cara

melakukannya, tetapi sampai saat ini hanya ada dua macam yang bisa digunakan,

yaitu sebagai berikut.

1) Seperti cara visual nomor (3), tetapi tidak melihat ke arah pemberi.

2) Hampir sama dengan di atas, hanya saja cara meluruskan tangan kanan benar-

benar menghadap ke atas. Tongkat diberikan dari atas ke bawah.

Kedua cara pada non visual di atas banyak dipakai pada lari estafet 4 × 100

meter.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

Menurut Sutrisno dan Khafadi (2010:32), cara nonvisual adalah teknik

menerima tongkat dengan cara tidak menoleh/ melihat ke belakang ketika tongkat

berpindah tangan. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:

1) Tangan yang menerima tongkat diayun ke belakang atas, telapak tangan

menghadap atas, keempat jari rapat, dan ibu jari terbuka.

2) Tangan yang menerima tongkat diayun ke belakang dengan telapak tangan

menghadap ke bawah, keempat jari rapat, dan ibu jari terbuka.

3) Tangan yang menerima tongkat dijulurkan ke belakang pinggul dengan

telapak tangan menghadap ke dalam dan jari-jari agak ditekuk, sedangkan ibu

jari dibuka.

Menurut Mitranto dan Slamet (2010:93) menjelaskan bahwa cara ini

adalah penerima tidak melihat pemberi tongkat estafet. Cara ini digunakan pada

lari 4 x 100 m. Cara terbaik pemberian tongkat adalah bila pergantian tongkat saat

keadaan pelari sudah mencapai kecepatan tinggi. Ini terjadi pada 16 m setelah

melewati garis permulaan penggantian

Menurut Widyastuti dan Suci (2010:81) menerangkan bahwa cara ini

dilakukan oleh pelari penerima pada saat menerima tongkat dengan cara tidak

melihat ke belakang (pandangan ke depan) dan tangan penerima dijulurkan ke

belakang. Penerima tongkat dapat menerima tongkat setelah menerima tanda atau

aba-aba dari pemberi tongkat.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

Gambar 2.1

Pengoperan tongkat secara non visual

Widyastuti dan Suci (2010:81)

2.1.5 Hakikat Metode Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran kostruktivitas

dimana siswa mengerjakan tugas secara berkelompok. Hal ini di dukung oleh

pendapat para ahli sebagai berikut:

Menurut Slavin dan Abruscato dalam Ridho (2011) di akses tanggal 1

Oktober 2013 mengemukakan, pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang didasarkan faham konstruktivis yang berpandangan bahwa

anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan secara sadar strateginya sendiri

dalam belajar, sedangkan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang

lebih tinggi. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

melibatkan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Menurut Yusuf (2009:1), pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok memiliki tingkat kemampuan

berbeda. Dalam menyelasaikan tugas kelom bekerjasama dan membantu untuk

memahami suatu bahan salah satu teman dalam kelompok belum menguasai

bahan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif bergantung pada kelompok-kelompok kecil.

Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan bagian dari

pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan

kelompok-kelompok kecil sehingga anggota-anggotanya dapat bekerja bersama-

sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama

lainnya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari

apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar. Ketika

kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan selanjutnya

pembelajaran ditingkatkan (Medsker and Holdsworth dalam Fatirul (2012:8).

Lebih lanjut Fatirul (2012:20), mengungkap tentang langkah-langkah

dalam pembelajaran kooperatif adalah:

Tabel 2.1

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

No Langkah-Langkah` Tingkah Laku Guru

1 Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Pengajar menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi

siswa belajar

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

2 Menyajikan informasi

Pengajar menyajikan informasi pada siswa

dengan jalan pembelajaran kooperatif atau

lewat bahan bacaan

3

Mengorganisasikan

siswa kedalam

kelompok-kelompok

belajar

Pengajar menjelaskan pada siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien

4

Membimbing

kelompok bekerja dan

belajar

Pengajar membimbingkelompok belajar pada

saat siswa mengerjakan tugas

5 Evaluasi

Pengajar mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

6 Memberikan

penghargaan

Pengajar mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar

individu dan kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,

namun siswa juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang

disebut ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun

dengan mengambangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan

peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama

kegiatan. Ketrampilan-ketrampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Ketrampilan kooperatif tingkat awal, meliputi; a) menggunakan kesepakatan,

b) menghargai kontribusi, c) mengambil giliran dan berbagi tugas, d) berada

dalam kelompok, barada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

orang lain untuk berbicara menyalesaikan tugas pada waktunya dan

menghormati perbedaan individu

2) Ketrampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi a) menunjukkan

penghargaan dan simpati, b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara

yang dapat diterima, c) mendengarkan dengan aktif, bertanya, d) membuat

ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung

jawab, mengurangi ketegangan

3) Ketrampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi : a) mengolaborasi, memeriksa

dengan cermat, menetapkan tujuan dan berkompromi

2.1.6 Beberapa Variasi dalam Model Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun

terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Menurut Yusuf (2009:5), beberapa

variasi dalam model kooperatif tersebut diuraikan seperti berikut:

1) Student teams-achievement Division (STAD)

STAD atau team siswa kelompok prestasi merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang sederhana, yang terdiri dari 4 – 5 orang perkelompok yang harus

heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan siswa dalam tim bekerja didalam tim

dan memastikan seluruh anggotanya telah menguasai pelajaran.

2) Team-games-Tournaments (TGT)

Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin pada skor mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-

pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang diberikan dengan membuatnya

diatas kartu-kartu.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

3) Jigsaw

Model Jigsaw terdiri dari 5 atau 6 orang yang heterogen dalam satu

kelompok. Tiap-tiap kelompok diberi materi yang berbeda-beda, dan

menyampaikan materi tersebut kepada team lain hingga sejelas-jelasnya. Dan

demikian pula dengan kelompok lain, hingga keseluruhan materi selesai, dan

diakhir siswa diberi kuis per individu, dengan diberikan penambahan kepada

kelompoknya.

Ditambahkan oleh Fatirul (2012:52), variasi dalam model kooperatif

tersebut diuraikan seperti berikut:

4) Investigasi Kelompok ( IK )

Model ini merupakan model Cooperative Learning yang paling kompleks

dan sulit diterapkan. Adapun hal yang harus di perhatihan dalam model ini

meliputi:

a) Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang rumit yaitu

mengajar siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

b) Pengajar membagi kelompok dengan anggota 5 atau 6 yang heterogen.

c) Untuk beberapa kasus, kelompok dibentuk dengan mem-pertimbangkan

keakraban atau minat yang sama dalam topik tertentu.

d) Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki.

e) Kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya pada seluruh

kelas.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

Dilebih Lanjut oleh Fatirul (2012:52) menetapkan 6 tahap IK yaitu:

1) Pemilihan Topik : Siswa memilih topik yang biasanya sudah ditetapkan oleh

pengajar, selanjutnya siswa diorganisasi menjadi 2 s/d 6 anggota tiap

kelompok menjadi kelompok yang berorientasi tugas dimana dalam kelompok

hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

2) Perencanaan Kooperatif : Siswa dan pengajar merencanakan prosedur

pembelajaran dan tujuan khusu yang konsisten dengan topik yang dipilih.

3) Implementasi : Siswa menerapkan rencana yang telah dikembangkan.

Kegiatan hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas

dan juga mengarahkan siswa pada jenis sumber belajar yang berbeda baik

didalam maupun diluar kelas. Pengajar secara ketat mengikuti kemajuan tiap

kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4) Analisis dan Sistesis : siswa menganalisi dan mengevaluasi informasi dan

merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkat dan disajikan dengan

menarik untuk dipresentasikan pada seluruh kelas.

5) Presentasi Hasil Final : semua kelompok mempresentasikan dengan menarik

agar siswa lain saling terlibat sehingga memperoleh perspektif yang lebih luas

dan presentasi ini dikoordinasi oleh pengajar.

6) Evaluasi : Kelompok-kelompok menangi aspek yang berbeda dari topik yang

sama, siswa dan pengajar mengevaluasi tiap kontribusi kelompom terhadap

kerja kelas. Evaluasi dalam bentuk individual dan kelompok.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

2.1.7 Metode Kooperatif STAD Pada Pembelajaran Estafet

Ada beberapa macam metode kooperatif, salah satunya yaitu Student

Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan pembelajaran kelompok

yang paling mudah di terapkan pada siswa. Kerena siswa dapat lebih memahami

materi yang diajarkan oleh guru.

Menurut Sudrajat dalam Anjarsari (di unduh tanggal 16 November 2013),

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-

guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Siswa

ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan pelajaran lari estafet, kemudian siswa bekerja di kelompok mereka

untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi

pelajaran tersebut. Siswa yang berpengetahuan lebih menjadi tutor untuk teman

satu kelompoknya. Ahirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi

tersebut dengan catatan, saat tes mereka tidak boleh saling membantu. Point setiap

anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim

yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan. Dalam STAD, diskusi

kelompok merupakan komponen kegiatan penting karena sangat berperan dalam

aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dan

dalam pembimbingan antara anggota kelompok sehingga seluruh anggota

sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

Widyantini dan Pujiati (2008:6-7) menjelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang

sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui

lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe

STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.

Lebih lanjut, Widyantini dan Pujiati (2008:6-7) mengemukakan bahwa

adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam

menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain

dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak

harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.

2. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan

diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5

anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang

berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok

berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan

jender.

4. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah

diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan

utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep

dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar

kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

5. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu

6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

7. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

2.1.8 Komponen-Komponen Penting Dari Pembelajaran Kooperatif

Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif nampak merupakan pendekatan

filosofis, apa yang dinyatakan secara kuat oleh pembelajaran kooperatif adalah

bahwa para pengajar memahami komponen-komponen yang membuat kerjasama

itu berjalan. Menurut Johnson, Johnson & Sharan dalam Fatirul (2012:11),

komponen-komponen penting dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut:

1) Ketergantungan positif

Ketergantungan positif berlangsung ketika anggota-anggota kelompok

merasakan bahwa mereka berhubungan dengan satu sama lainnya dalam suatu

cara dimana seseorang tidak dapat mengerjakannya kecuali bekerja bersama.

Anggota kelompok-kelompok kecil berada dalam perahu yang sama. Pada saat

berlayar, kru perahu perlu menyadari bahwa mereka akan tenggelam dan

berenang bersama-sama. Pengajar harus merancang dan mengkomunikasikan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

tujuan-tujuan dan tugas-tugas kelompok dalam cara-cara yang membantu

anggota-anggota kelompok untuk mencapai pemahaman tersebut. Selanjutnya

masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang unik untuk

melakukan usaha bersama. Pengajar seharusnya mendefinisikan secara jelas

peranan kelompok dan tanggung jawab tugas dan mengacu pada kekuatan-

kekuatan individu anggota.

2) Interaksi promotif langsung

Para pebelajar perlu melakukan kerjasama nyata dalam waktu nyata,

baik pada ruang pelatihan maupun pada pertemuan-pertemuan di luar ruangan.

Selanjutnya, pemrosesan informasi dalam pekerjaan terhadap pencapaian

sebuah tujuan, anggota-anggota kelompok harus meningkatkan keberhasilan

satu sama lainnya dengan menyediakan sumbedaya dan bantuan bersama,

mendukung, menganjurkan, dan menghargai usaha-usaha anggota-anggota

kelompok lainnya. Pengajar seharusnya memberikan contoh-contoh

bagaimana kelompok-kelompok seharusnya berfungsi, seperti menjelaskan

secara lisan bagaimana memecahkan masalah-masalah, mengajarkan

pengetahuan kepada anggota lainnya, memeriksa pemahaman, membahas

konsep-konsep yang dipelajari, dan menghubungkan pembelajaran saat ini

dengan pembelajaran masa lalu. Dengan melakukan hal tersebut, dinamika-

dinamika antar pribadi akan memudahkan pembelajaran. Melalui

peningkatkan pembelajaran langsung satu sama lainnya, anggota-anggota

kelompok memberikan komitmen secara personal kepada anggota-anggota

kelompok lainnya dan juga tujuan-tujuan bersamanya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

3) Akuntabilitas individual dan kelompok

Para pendukung pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa dua

tingkatan akuntabilitas disusun menjadi pelajaran-pelajaran pembelajaran

kooperatif. Kelompok harus bertanggung jawab atas pencapaian tujuan-

tujuannya, dan masing-masing anggota harus bertanggungjawab dalam

memberikan kontribusi pekerjaannya. Fasilitator meningkatkan akuntabilitas

individual dengan menilai prestasi dari masing-masing individual agar dapat

memastikan siapa yang membutuhkan lebih banyak bantuan, dukungan, dan

anjuran dalam pembelajaran. Pengajar harus mengakui bahwa salah satu

tujuan dari kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif adalah memberikan

hak individual yang lebih kuat bagi para siswa belajar bersama sehingga

mereka dapat mencapai kompetensi individual yang lebih besar.

4) Keterampilan-keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil

Pembelajaran kooperatif adalah lebih kompleks dibandingkan dengan

interaksi kelompok tidak terstruktur, yang biasanya menimbulkan

pembelajaran kompetitif atau individual karena para siswa harus ikut serta

secara simultan dalam pekerjaan tugas (mempelajari mata pelajaran) dan

kerjasama (fungsional secara efektif sebagai sebuah kelompok). Selanjutnya,

para fasilitator dari pembelajaran kooperatif harus fokus pada keterampilan-

keterampilan sosial yang harus diajarkan dengan tujuan dan tepat.

Kepemimpinan, pembuatan keputusan, membangun kepercayaan,

komunikasi, dan keterampilan manajemen konflik memungkinkan bagaimana

bekerjasama dan mengerjakan tugas dengan baik, dan ini perlu disampaikan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

selama pengajaran. Karena kerjasama dan konflik adalah penting secara

konstruktif untuk keberhasilan jangka panjang kelompok-kelompok

pembelajaran (Johnson & Johnson, dalam Fatirul, 2012:13)

5) Pemrosesan kelompok

Sebagian besar proses-proses pengajaran menekankan pentingnya

penyampaian kandungan pengajaran secara efisien. Tujuan-tujuan yang

ditentukan secara jelas, urutan logis, dan kondisi-kondisi pembelajaran yang

semuanya menentukan seberapa baik bahan ajar akan dipelajari. Artinya,

kemampuan-kemampuan kepemimpinan, membangun kepercayaan, dan

komunikasi dapat diajarkan secara langsung (pekerjaan tugas): yaitu,

keterampilan-keterampilan tersebut dapat dialami dalam sebuah kelompok

kecil (pekerjaan tugas). Kelompok-kelompok perlu menjelaskan apakah

tindakan-tindakan anggota kelompok yang membantu dan tidak membantu

dan membuat keputusankeputusan tentang perilaku-perilaku apa yang

diteruskan atau dirubah. Proses pembelajaran adalah peningkatan yang

berkelanjutan ketika anggota-anggota kelompok menganalisis seberapa baik

mereka bekerjasama, dan bagi kelompok-kelompok kecil untuk mencapai

sebuah tujuan pengajaran dengan baik, dimana mereka harus menempatkan

prosesnya secara sadar.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Hakikat …eprints.ung.ac.id/.../5/2013-2-85201-831411261-bab2-10012014044448.pdf · 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari sambung atau lari

2.2 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis yang telah diajukan sebelumnya, maka dapat di

ajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: jika menggunakan metode kooperatif

STAD dalam proses pembelajaran maka hasil belajar materi pengoperan tongkat

non visual pada siswa SD Negeri 2 Suwawa Tengah, Kecamatan Suwawa Tengah

Kabupaten Bone Bolango akan meningkat.

2.3 Indikator Kinerja

Ukuran keberhasilan penelitan tindakan kelas ini dilihat melalui indikator

kinerja yang ditetapkan sebagai berikut : apabila 75% dari siswa yang menjadi

subjek penelitian menunjukkan hasil belajar materi pengoperan tongkat dengan

cara non visual hingga mencapai kategori baik dan rentang nilai 75 - 84, maka

penelitian ini dinyatakan sesuai dengan apa yang diharapkan.