BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

25
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote Dalam bahasa ibu orang Rote, pulau Rote disebut "Nusa Lote". Selain itu terdapat berbagai istilah tentang nama pulau ini yang dihimpun oleh Ballo 1 , antara lain: 1) "Lolo Neo do Tenu Hatu" (berarti "gelap"), "Nes do Males" (berarti "layu"), dan "Rotes", selama pendudukan Portugis pada abad XVI dan XVII; 2) "Rotthe" yang dapat dijumpai pada peta-peta produk pemerintah kolonial Belanda yang kemudian dikutip secara salah sebagai "Rotto", kecuali satu peta abad XVII yang menyebutnya "Noesa Dahena" (pulau manusia); 3) "Rottij", yang terdapat dalam dokumen VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda), yang dieja "Rotti", "Rotty", dan "Rottij". Istilah resmi ini terus digunakan hingga pada abad XX menjadi "Roti". "Roti" merupakan kesalahan penyebutan dari kata aslinya "Rote" sebagaimana dipakai pertama kali oleh orang-orang Portugis. Inilah sebabnya saat ini terdapat dua istilah resmi, yaitu "Rote" dan "Roti". B. Lokasi geografis dan Flora-Fauna Kabupaten Rote Ndao terletak di wilayah paling selatan di Negara Republik Indonesia. Kabupaten ini merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten 1 Johan Wiklif Ballo, Makna Tradisi Belis - Mbedadode (Salatiga: Thesis, Program Pascsarjana Magister Sosiologi Agama, UKSW, 2004), 43-44.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nama Pulau Rote

Dalam bahasa ibu orang Rote, pulau Rote disebut "Nusa Lote". Selain itu

terdapat berbagai istilah tentang nama pulau ini yang dihimpun oleh Ballo1,

antara lain: 1) "Lolo Neo do Tenu Hatu" (berarti "gelap"), "Nes do Males"

(berarti "layu"), dan "Rotes", selama pendudukan Portugis pada abad XVI dan

XVII; 2) "Rotthe" yang dapat dijumpai pada peta-peta produk pemerintah

kolonial Belanda yang kemudian dikutip secara salah sebagai "Rotto", kecuali

satu peta abad XVII yang menyebutnya "Noesa Dahena" (pulau manusia); 3)

"Rottij", yang terdapat dalam dokumen VOC (Vereenigde Oostindische

Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan

Hindia Timur Belanda), yang dieja "Rotti", "Rotty", dan "Rottij". Istilah resmi

ini terus digunakan hingga pada abad XX menjadi "Roti". "Roti" merupakan

kesalahan penyebutan dari kata aslinya "Rote" sebagaimana dipakai pertama

kali oleh orang-orang Portugis. Inilah sebabnya saat ini terdapat dua istilah

resmi, yaitu "Rote" dan "Roti".

B. Lokasi geografis dan Flora-Fauna

Kabupaten Rote Ndao terletak di wilayah paling selatan di Negara Republik

Indonesia. Kabupaten ini merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten

1 Johan Wiklif Ballo, Makna Tradisi Belis - Mbedadode (Salatiga: Thesis, Program Pascsarjana

Magister Sosiologi Agama, UKSW, 2004), 43-44.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

6

Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur yang dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 setelah Dewan Perwakilan Rakyat

mengukuhkannya pada 11 Maret 2002.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1280,10 kilometer persegi yang terdiri

dari sembilan puluh enam pulau. Dari sembilan puluh enam pulau ini, enam

pulau dihuni manusia. Pulau-pulau yang dihuni manusia adalah Rote (97.854

Ha), Usu (1.940 Ha), Nuse (566 Ha), Ndao (863 Ha), Landu (643 Ha), dan Do'o

(192 Ha.), sementara sembilan puluh pulau lainnya tidak tidak dihuni

manusia.

Kabupaten Rote Ndao terletak antara 10 derajat 25' - 11 derajat Lintang

Selatan, dan 121 derajat 49 - 123 derajat 26 Bujur Timur. Kondisi geografis

kabupaten ini umumnya permukaan tanah berbukit-bukit dan

bergunung-gunung (32.625 Ha) dan sebagian terdiri dari dataran rendah

(45.250 Ha). Tingkat kemiringan rata-rata mencapai 45%. Kontur pulau Rote

bervariasi, pada daerah pantai ketinggian 0 - 10 m di atas permukaan laut,

sedangkan di bagian tengah mencapai ketinggian 200-1.500 meter dengan

tingkat kemiringan 40-60%.

Penggunaan lahan di Kabupaten Rote Ndao didominasi oleh hutan, lahan

sawah, dan perkebunan. Jenis sawah yang ada adalah sawah tadah hujan dan

sawah irigasi. Dari keseluruhan lahan sawah, 62% (enam puluh dua persen)

merupakan sawah tadah hujan dan 38% (tiga puluh delapan

persen)merupakan sawah irigasi. Lahan sawah irigasi banyak terdapat di

kecamatan Lobalain, Rote Tengah, dan Rote Timur. Lahan sawah terluas

terdapat di Kecamatan Rote Tengah. Lahan sawah terdapat di semua

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

7

kecamatan di Kabupaten Rote Ndao. Dari 27.161 Ha kebun yang ada,

20.711 Ha di antaranya adalah kebun tanaman lontar.

Secara klimatologi wilayah ini beriklim kering yang dipengaruhi angin

Muson. Musim hujan di daerah ini relatif pendek, yaitu dari bulan Desember

hingga April. Kelembaban udara rata-rata mencapai 85%RH arah dan

kecapatan angin empat belas knot per jam, tekanan udara rata-rata

966,7 milibar dan curah hujan rata-rata 800-1200mm serta temperatur berkisar

antara 23,6 derajat - 27 derajat2.

Angin Muson bertiup di Pulau Rote saat musim kemarau dan musim

penghujan. Angin Muson Timur bertiup saat musim kemarau menyebabkan

malam hari pada bulan-bulan tertentu udara menjadi sangat dingin. Pada

musim penghujan angin Muson Barat bertiup sangat kencang dan dapat

menimbulkan bencana.

Angin taufan juga terjadi saat keadaan pancaroba pada akhir musim kemarau

dan hujan, yaitu pada musim barat. Angin yang dikenal sebagai siklon tropis

ini menjadikan selat Pukuafu (selat antara Pulau Timor dan pulau Rote)

berbahaya bagi pelayaran.

Terdapat sembilan pulau kecil yang terletak di dekat pulau Rote. Tiga pulau

yang berpenghuni adalah Pulau Nude, Pulau Landu, dan Pulau Usu.

Sedangkan empat pulau yang tidak berpenghuni adalah Pulau Heliana,

Pulau Manuk, Pulau Do'o, dan Pulau Ndana.

2 Informasi ini dikutip dari laman resmi pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur:

http://nttprov.go.id/provntt/index.php?option=com_content&task=view&id=75&Itemid=73

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

8

Tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan untuk kehidupan adalah

kelapa (cocos nusivera), tuak atau lontar (borassus sundaecus), kusambi

(scekeichera oleosa), asam atau tambaring (tamarinda indica), dan pohon gewang

(corypha utan).

Hewan-hewan dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu hewan peliharaan dan

hewan liar. Hewan ternak ternak di pulau Rote meliputi kerbau, sapi (jenis

ongole), kuda, kambing, domba, itik, babi, ayam, anjing, dan kucing.

Sedangkan, yang termasuk hewan liar adalah rusa, babi hutan, kerang,

musang, ular, biawak, tekukur, bangau, elang, belibis, pipit, burung hantu,

dan pelikan. Pada musim kemarau, burung pelikan dari Benua Australia dan

singgah di Pulau Rote sebelum melanjutkan perjalanan ke Benua Asia.

C. Wilayah Administratif3

Wilayah Rote Ndao semula adalah merupakan bagian dari Wilayah

Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah - Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah Tingkat I Bali,

Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958

Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655).

Selanjutnya sebagai pelaksanaan dari Undang - Undang tersebut, maka

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa

Tenggara Timur masing-masing Nomor Pem.66/1/2, tanggal 28 Pebruari

3 Informasi ini dikutip dari laman resmi pemerintah kabupaten Rote Ndao dengan

perubahan seperlunya: http://www.rotendaokab.go.id/modules.php?name=Profil&op=sejarah

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

9

1962 dan Nomor Pem.66/1/22, tanggal 5 Juni 1962, maka wilayah Rote Ndao

dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah Pemerintahan Kecamatan yaitu :

Kecamatan Rote Timur dengan pusat Pemerintahan di Eahun

Kecamatan Rote Tengah dengan pusat Pemerintahan di Baa

Kecamatan Rote Barat dengan pusat Pemerintahan di Oelaba.

Tahun 1963, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Nusa Tenggara Timur Nomor Pem.66/1/32, tanggal 20 Juli 1963 tentang

Pemekaran Kecamatan, maka wilayah pemerintahan yang berada di Rote

Ndao dimekarkan menjadi empat wilayah kecamatan yaitu :

Kecamatan Rote Timur, beribu kota di Eahun

Kecamatan Rote Tengah, beribu kota di Baa

Kecamatan Rote Barat, beribu kota di Busalangga

Kecamatan Rote Selatan, beribu kota di Batutua

Setelah empat tahun berjalan, wilayah di Rote Ndao dimekarkan dari empat

kecamatan menjadi delapan Kecamatan. Pembagian ini diatur dalam Surat

Keputusan Gubernur Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor Pem.66/1/44

tanggal 1 Juli 1967 dan Keputusan Nomor Pem.66/2/71, tanggal 17 Juli 1967,

yakni :

Kecamatan Rote Timur dengan pusat Pemerintahan di Eahun

Kecamatan Pantai Baru dengan pusat Pemerintahan di Olafulihaa

Kecamatan Rote Tengah dengan pusat Pemerintahan di Feapopi

Kecamatan Lobalain dengan pusat Pemerintahan di Baa

Kecamatan Rote Barat Laut dengan pusat Pemerintahan di Busalangga

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

10

Kecamatan Rote Barat Daya dengan pusat Pemerintahan di Batutua.

Kecamatan Rote Selatan dengan pusat Pemerintahan di Daleholu.

Kecamatan Rote Barat dengan pusat Pemerintahan di Nemberala.

Pada saat itu situasi keuangan Negara tidak memungkinkan untuk

pembentukan Kabupaten Otonom Rote Ndao, sehingga Kepala Daerah

Tingkat I Nusa Tenggara Timur mengeluarkan Surat Keputusan

Nomor Pem.66/2/4, tanggal 11 April 1968 agar wilayah Rote Ndao dibentuk

sebagai Wilayah Koordinator Schap dalam wilayah hukum Kabupaten

Daerah Tingkat II Kupang. Keputusan Guberur Tingkat I Nusa Tenggara

Timur Nomor Pem. 66/2/21, tanggal 1 Juli 1968, D.C. Saudale dilantik

menjadi bupati yang diperbantukan di Wilayah Koordinator Schap Rote

Ndao.

Pada tahun 1979 terjadi perubahan status Wilayah Koordinator Schap Rote

Ndao menjadi wilayah pembantu Bupati Kupang untuk Rote Ndao,

berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara

Timur Nomor 25 tahun 1979 tanggal 15 Maret 1979, tentang Pembentukan

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pembantu Bupati Kupang untuk

Rote Ndao, yang telah disahkan pula oleh Menteri Dalam Negeri dengan

Keputusan Menteri Dalam Nomor 061.341.63-114 tertanggal 8 April 1980.

Para pejabat yang memimpin di Wilayah Koordinator Schap Rote Ndao

maupun di Wilayah Pembantu Bupati Kupang untuk Rote Ndao berdasarkan

periode pemerintahannya adalah sebagai berikut :

1968-1974 adalah D. C. Saudale sebagai Koordinator Schap Rote Ndao

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

11

1974-1977 adalah DRS. R. Chandra Hasyim sebagai Koordinator Schap

Rote Ndao

1977-1984 adalah DRS. G. Th. Hermanus sebagai Pembantu Bupati

Kupang Wilayah Rote Ndao

1984 - 1988 adalah DRS. G. Bait sebagai Pembantu Bupati Kupang

Wilayah Rote Ndao.

1988 - 1994 adalah Drs. R. Izaac sebagai Pembantu Bupati Kupang

Wilayah Rote Ndao.

1994 - 2001 adalah Benyamin Messakh, BA sebagai Pembantu Bupati

Kupang Wilayah Rote Ndao

2003 - 2008 adalah Christian Nehemia Dillak, SH sebagai Bupati Rote

Ndao

Dalam tahun 2000 timbulnya masyarakat Rote Ndao yang berada di Wilayah

Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao mengusulkan agar Wilayah

Pemerintahan Pembantu Bupati Rote Ndao ditingkatkan menjadi Kabupaten

definitif. Usulan tersebut, yang didukung dengan adanya pernyataan sikap

dari tiga ratus tokoh masyarakat yang mewakili masyarakat dari 19 Nusak4,

diajukan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri,

melalui Pemerintah Kabupaten Kupang sebagai kabupaten induk.

Setelah melalui pengkajian dan mekanisme pembahasan sesuai Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku, maka pada 10 April 2002 oleh

Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

4 Para pendatang yang mendiami Pulau Rote hidup secara berkelompok-kelompok

berdasarkan marganya (leo). Kelompok-kelompok inilah yang disebut Nusak.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

12

menetapkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan

Kabupaten Rote Ndao di Propinsi Nusa Tenggara Timur.

D. Asal-Usul

Gambaran pulau Rote dan penghuninya banyak diperoleh dari cerita rakyat

dan sumber luar negeri.

1. Cerita Rakyat

Legenda dan mitologi, Manehelo5, penyair adat, menuturkan asal-usul

orang Rote adalah dari tanah atas (lain doa ata), maksudnya dari sebelah

utara. Cerita yang lain mengatakan orang Rote berasal dari Sela do Dai,

maksudnya negeri antah berantah.

2. Sumber-Sumber Luar Negeri

a. F.Y. Ormeling

Ormeling (dalam Soh dan Indriyana: 2008) mengungkapakan orang

Rote berasal Pulau Seram di wilayah Maluku bagian Selatan. Dari

Seram mereka datang secara bergelombang menggunakan perahu

bercadik, yang disebut Lete-lete.

b. Yaargang

Penghuni pulau Rote berasal dari Dai Laka, suatu tempat di Pulau

Seram. Mereka berlayar dari Seram sampai ke Atapupu, lalu

5 Manehelo (Manek = pemimpin, ahli; hehelo = karya sastra tradisional suku Rote) adalah orang

yang ahli dalam menuturkan karya-karya sastra tradisional dalam acara-acara tertentu, baik yang bersifat sakral maupun sekuler.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

13

menyusuri pantai Timor Kupang, menyeberangi selat Pukuafu dan

tiba di Pulau Rote.

E. Sistem Kekerabatan dan Struktur Sosial

Orang Rote merupakan kaum patrilinial. To'o, saudara laki-laki pihak ibu,

dengan keponakannya memiliki hubungan yang magis. Biasanya to'o

berperan penting dalam hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa penting

dalam kehidupan keponakannya, antara lain perkawinan, kematian,

pembagian warisan, dan lain-lain.

Selain hubungan kekerabatan, garis keturunan juga mengikuti sistem

patrilinial. Dalam sistem ini pihak garis ayah berperan dan mempunyai

kekuasaan yang lebih besar dibandingkan keluarga pihak ibu.

Masyarakat Rote terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang lahir dari satu

keturunan tertentu. Kelompok-kelompok ini memiliki peran dan fungsinya

masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat.

Meski pun laki-laki mendominasi kehidupan masyarakat Rote, perempuan

merupakan dasar

F. Kesenian

1. Seni Kriya

Orang Rote menggunakan bagian-bagian pohon Lontar untuk dijadikan

sarana pendukung kegiatan sehari-hari. Berbagai sarana tersebut antara

lain:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

14

a. Batang

Batang lontar digunakan untuk bahan bangunan tiang, balok, papan,

dinding, dan lain-lain. Batang lontar juga digunakan untuk membuat

kopak (peti mati).

b. Pelepah

Digunakan untuk membuat pagar, dinding rumah, pemikul, kayu

bakar.

c. Daun

Berbagai peralatan yang dibuat dari daun lontar adalah atap rumah,

pupuk, dan bahan pengganti kertas. Beberapa peralatan yang paling

sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari orang Rote:

1) Haik

Tempat untuk menampung bahan-bahan cair, seperti air, tuak,

dan gula.

2) Lukak

Tempat untuk menyimpan atau menyajikan makanan-makanan

kering.

3) Tonda

Tempat sirih untuk kaum pria.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

15

4) Oli

Tempat sirih untuk kaum wanita.

5) Kukusak

Peralatan untuk memeras kelapa yang sudah diparut dengan

tujuan mendapatkan santannya.

6) Ooko

Menyerupai nyiru yang digunakan untuk menampi beras,

jagung, padi-padian, dan lain-lain.

7) Ti’i Langga

Topi yang paling terkenal dari Pulau Rote. Di bagian atas Ti’i

Langga terdapat anyaman yang disebut koak. Koak melambangan

kejantanan atau keberanian, dalam pengertian siapa yang

mengenakan koak merupakan pemimpin saat menghadapi

musuh atau perang.

2. Seni Tari

Orang Rote gemar menari.6 Tarian orang Rote pada hakekatnya lebih

berorientasi pada fungsi sosial. Dahulu, tarian ditampilkan untuk

menyambut para pahlawan yang kembali dari medan perang. Secara

6 Alo Liliweri, Inang Hidup dan Bakhtiku, Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, 1989), 19.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

16

sosial, tarian orang Rote merupakan tarian bersama. Tarian-tarian ini ada

yang dimainkan oleh laki-laki saja, perempuan saja, atau campuran laki-

laki dan perempuan. Tidak ada pembatasan usia dalam tarian-tarian ini.

Dalam perkembangan kesenian, tarian Rote mengalami pergesaran nilai

kesakralannya. Saat ini tarian Rote banyak ditampilkan dalam

penyambutan tamu dan sebagai hiburan. Tarian pada umumnya diiringi

oleh gong dan gendang.7

Estetika suatu tarian Rote ditentukan oleh gerakan pada penarinya. Tarian

yang dimainkan oleh perempuan ditentukan oleh gemulai tangan kaki

para penari tersebut. Sedangkan tarian yang dimainkan oleh penari pria

menitik beratkan pada hentakan gerakan kaki yang kuat diikuti dengan

gerakan tangan, misalnya tarian Foti (suatu tarian perang).

3. Seni Sastra

Seni sastra tradisional suku Rote merupakan sastra lisan yang berbentuk

syair dan cerita8. Hanya orang-orang tertentu yang menguasai sastra

tersebut. Ahli sastra ini disebut Manehelo.

Hehelo disajikan secara lisan dengan cara seperti bernyanyi dan berpusat

pada irama. Hal ini dilakukan agar dapat tercipta suatu suasana yang

sesuai dengan tujuan dan maksud upacara.

7 Alo Liliweri, Inang Hidup dan Bakhtiku, Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, 1989,) 20.

8 Istilah tradisionalnya adalah Hehelo.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

17

Seni sastra suku Rote yang tradisional berbentuk puisi, baik yang berupa

pantun, ungkapan-ungkapan, peribahasa, pepatah, syair-syair lagu, teka-

teki, mantra, dan ajaran kepercayaan adat. Bentuk seni sastra yang lain

adalah prosa. Prosa ini berbentuk dongeng, legenda, dan mitos-mitos.

Semua seni sastra ini bersifat sakral. Jika Manehelo sudah menutur, ia tidak

boleh berhenti sebelum satu bagian selesai. Ia menuturkan hehelo secara

sangat lancar dan tidak terputus.

Tujuan utama hehelo adalah pemujaan leluhur yang menurunkan ajaran-

ajaran moral atau sebagai pelipur lara. Jika Manehelo secara sengaja

bertutur tidak seperti ajaran yang sebenarnya, maka sangsinya adalah

kematian Manehelo tersebut.

G. Gong Kayu Rote

1. Asal-usul Gong Kayu Rote

Alat musik yang mula-mula di pulau Rote adalah Sasando. Sasando

merupakan alat musik dari keluarga chordophone9. Sasando dibuat dari

ruas bambu pilihan dan dawainya menggunakan serat akar pohon

beringin. Sasando menggunakan sistem penalaan pentatonik. Sasando

awalnya menggunakan tujuh dawai dan dalam perkembangannya jumlah

dawai sasando bertambah menjadi sembilan, mewakili sembilan suku

yang ada di Pulau Rote pada saat itu. Dawai-dawai sasando tersusun atas :

3-5-6-1-2-3-5-6-1.

9 Chordophone adalah istilah untuk unstrumen musik yang bunyinya dihasilkan oleh dawai yang

bergetar.

. . . .

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

18

Pada suatu saat yang tidak diketahui kapan tepatnya, orang Makasar

datang ke Rote dan menjual satu gong. Orang Rote tertarik dengan alat

musik ini, namun untuk menyesuaikan dengan jumlah dawai Sasando,

mereka membeli delapan gong berikutnya agar menjadi sembilan.

Sembilan gong ini disebut satu kepala atau satu set. Gong ini dibuat

menggunakan bahan dasar logam.

Selain memesan gong logam dari luar Pulau Rote, orang Rote juga

membuat alat musik perkusi lain yang terbuat dari bambu pilihan. Secara

fisik alat musik ini beda dengan gong, namun mengadaptasi dan meniru

jumlah nada dan sistem penalaan serta cara memainkan gong. Karena

orang Rote tidak memiliki istilah khusus sebagai identitas alat musik

tersebut, maka mereka menyebutnya gong kayu. Jadi, pengertian istilah

gong kayu ini adalah instrumen yang terbuat dari bahan kayu dengan

nada-nada yang sama dengan gong.

Pada perkembangan selanjutnya, sasando yang pada mulanya

menggunakan sistem penalaan pentatonik dimodifikasi sehingga

mengunakan sistem penalaan diatonik. Tidak diketahui alasan penalaan

sasando dijadikan diatonik, namun fakta menunjukkan bahwa sasando

diatonik ini kemudian juga digunakan untuk memainkan musik-musik

diatonik, misalnya musik Barat. Sasando ini disebut Sasando Biola. Ketika

hasil penelitian ini ditulis, sasando yang digunakan dalam kesenian orang

Rote dibedakan atas dua jenis, yaitu Sasando Gong dan Sasando Biola.

Sasando Gong dapat dimainkan secara tunggal atau kelompok, dan

bersama gong kayu untuk mengiringi hehelo dan tarian. Berdasarkan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

19

alasan yang bersifat mistik, gong logam tidak boleh dimainkan bersama

sasando.10

2. Bentuk Fisik

Dalam perkembangannya, proses pembuatan gong kayu ini mulai sulit

karena bambu yang dibutuhkan sebagai bahan dasar gong kayu ini mulai

sulit ditemukan, sehingga diganti dengan kayu merah atau kayu jati.11

Secara umum istilah gong dipahami sebagai instrumen musik idiophone12

berbahan dasar logam yang dimainkan dengan cara ditabuh, berbentuk

bulat dengan sedikit cembung dibagian tengah sebagai tempat menabuh

gong. Sedangkan gong kayu merupakan instrumen berbahan dasar kayu

yang mengadaptasi cara memainkan dan jumlah formasi dalam satu set

(orang lokal menyebutnya satu kepala).

Resonator pada gong kayu bersifat manasuka, artinya bisa digunakan atau

tidak. Hal ini disebabkan oleh sifat dari bilah gong kayu yang tidak

membutuhkan resonator sebagai penguat bunyi karena bunyi dihasilkan

langsung oleh bilah tersebut (idiophone).

Gong kayu tersusun dari sembilan bilah bambu atau kayu yang dibetuk

sedemikan rupa untuk mendapatkan nada yang diinginkan. Secara visual

gong kayu seperti bentuk marimba dan kulintang. Bilah-bilah diletakkan

10 Wawancara dengan Hendrik Pah: 28 April 2012 11

Pada penelitian ini, gong kayu dibuat menggunakan kayu jati

12 Idiophone adalah istilah umum instrumen musikal yang menghasilkan bunyi oleh getaran

bagian dari instrumen tersebut (The New Grove, V.12 : 73)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

20

di atas sandaran yang lunak dan disusun berderet. Nada yang terletak

paling kiri merupakan nada yang terendah, sedangkan nada kesembilan

yang terletak paling kanan merupakan nada yang tertinggi.

3. Susunan Bilah Gong13

Gong dalam bahasa Rote adalah meko. Secara filosofis bilah-bilah gong

kayu melambangkan keluarga, yaitu Ina (ibu), Ngasak/Nggasa (ayah), dan

Ana (anak-anak). Meko Ina terdiri atas Meko Ina Makamu (mama besar atau

sulung), meko inak Tatae (mama tengah), meko ina Laladan (mama kecil atau

bungsu). Meko Nggasa terdiri atas Meko Nggasa Laing (bapa besar atau

sulung) dan Meko Nggasa Daeng (bapa kecil atau bungsu). Meko Ana terdiri

atas Meko Ana Leko (anak pertama), Meko Ana Paiseli (anak kedua), Meko

Ana Laladan (anak ketiga), dan Meko Ana Do'odea (anak keempat atau

bungsu). Meko Ina Makamu merupakan bilah berukuran terbesar yang

memiliki nada paling rendah dan Meko Ana Do'odea merupakan bilah

berukuran terkecil yang memiliki nada paling tinggi. Bilah-bilah ini

ditabuh menggunakan dua batang kayu kecil yang disebut tutuai meko.

4. Penalaan

Gong Kayu Rote mengadopsi penalaan gong logam, dan gong logam

mengadopsi penalaan sasando, yaitu pentatonik. Dengan demikian Gong

Kayu Rote menggunakan sistem penalaan pentatonik.

13

Wawancara dengan Hendrik Pah: 28 April 2012

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

21

5. Fungsi Sosial

Kehidupan masyarakat Rote sangat dekat dengan kesenian. Seni tari dan

seni musik digunakan hamper di seluruh aspek kehidupan masyarakat

Rote. Tarian-tarian diiringi dengan menggunakan iringan gong logam atau

gong kayu.

Dalam penggunaannya, gong kayu seringkali dianggap lebih praktis

karena: a) menggunakan bahan baku yang relatif lebih murah

dibandingkan gong logam; b) proses pembuatan yang jauh lebih mudah;

dan c) secara akustika jauh lebih memungkinkan untuk dipadu dengan

sasando.

Instrumen musik ini digunakan dalam berbagai upacara ritual yang

meliputi: perkawinan, kematian, penyambutan tamu, pemberkatan rumah

baru, dan lain-lain.

6. Fungsi Edukatif

Permainan gong kayu yang diajarkan di Sekolah Dasar, selain

mengajarkan dan menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab untuk

Ina Makamu Ina Laladan Nggasa Laing Nggasa Daeng Ina Tatae

Ana Leko Ana Paiseli Ana Laladan Ana Do’odea

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

22

melestarikan kesenian lokal, juga dapat memupuk jiwa dan semangat

bekerjasama dalam diri anak-anak. Demi keberhasilan memainkan suatu

lagu, beberapa anak yang bersama-sama memainkan gong kayu dalam

satu perangkat, perlu mengatur perpaduan pola ritmik serta nada secara

tepat. Hal ini hanya dapat berhasil jika anak-anak dapat melepaskan sikap

egonya serta menggantinya dengan sikap saling menghormati demi tujuan

yang sama.

Selain itu gong kayu dapat dijadikan media pelatihan dasar untuk

memainkan sasando. Bermain sasando membutuhkan penguasaan

keterampilan dan koordinasi yang baik antara jari, telinga, dan otak. Oleh

sebab itu, menurut Djony Theedens,14 untuk dapat memainkan sasando,

dengan baik seseorang dituntut harus dapat memainkan gong Rote terlebih

dulu. Gong Rote berfungsi sebagai akses mempelajari pola-pola ritmik serta

melodik dalam musik Rote. Kendala mendapatkan gong logam dipecahkan

dengan kehadiran gong kayu yang jauh lebih murah dari segi biaya dan

relatif mudah untuk didapatkan.

7. Jenis Lagu

Para pemusik menggunakan gong kayu untuk mengiringi tarian rakyat.

Tarian-tarian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu tarian yang ditampilkan

bersama dan tanpa hehelo.

Pola ritmik dan nada yang dimainkan pada gong kayu sama dengan pola

ritmik dan nada dimainkan pada gong logam dan sasando gong.

14 Opini berjudul Anak Timor Main Sasando, dalam website Harian Pagi Timor Express yang

terbit di Kota Kupang (http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=41917)

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

23

Gong kayu digunakan untuk mengiringi tarian- tarian tradisional suku

Rote yang meliputi:

a. Te’o Renda

Te’o adalah pangilan untuk saudara perempuan ayah, Renda berarti

menyulam, merenda. Tarian ini menceritakan tentang te’o yang sedang

menyulam. Tarian ini berkarakter sedih.

Tarian ini dimainkan pada perkawinan adat, namun bisa juga

dimainkan untuk acara umum.

b. Tai Benu

Tai berarti timbangan, sedangkan Taibenu berarti timbangan/neraca

yang kurang lebih bermakna duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.

Tarian ini bersifat senang dan digunakan pada penyambutan tamu

atau acara-acara umum.

c. Lelendok

Merupakan tarian untuk menyambut tamu.

d. Batu Matia Telu

Secara harafiah berarti Tiga Batu Tungku. Syair lagu ini menceritakan

tentang seseorang perantau yang sedang mencari teman atau

keluarganya di daerah rantau, dan mengandung makna bahwa

manusia merupakan makhluk sosial.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

24

Tarian ini dimainkan saat upacara inisiasi anak yang baru lahir dan

peresmian gedung atau rumah tinggal.

e. Teotona

Merupakan tarian umum.

f. Manalolobanda

Manalolobanda merupakan musik dan syair seorang gembala ketika

tengah menjaga ternak-ternaknya di padang. Musik ini tidak

digunakan untuk tarian adat, namun merupakan tarian modern yang

berfungsi sebagai tarian persaudaraan.

g. Siolayar

Syair dari lagu ini menceritakan tentang seseorang yang pergi berlayar

menggunakan kapal, namun pada akhirnya tersesat di tengah-tengah

samudera yang luas.

h. Tete'o

Lagu ini menceritakan tentang seorang anak yang rindu kepada orang

tuanya yang sudah meninggal. Intinya bahwa telah terjadi perpisahan

antara orang tua dan anak. Lagu ini dapat digunakan untuk

mengiringi perpisahan yang bukan disebabkan oleh kematian.

i. Fe'o Nggeok

Tarian ini dimainkan pada acara pinangan atau perkawinan. Hehelo

dari lagu ini menceritakan tentang anggota keluarga perempuan yang

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

25

pergi dan pindah ke rumah sebelah, maksudnya bahwa ada anggota

keluarga yang pergi dan menjadi anggota marga lainnya.

j. Bobouk Foti

Foti bearti cepat. Merupakan tarian hiburan yang dimainkan oleh

penari pria.

Tarian ini terbagi atas:

1) Bobouk Daek: aksesori yang digunakan hanya selimut. Dimainkan

oleh satu atau dua orang penari.

2) Kakamusu (tarian kemenangan perang): aksesori yang digunakan

adalah selimut dan pedang dan dimainkan oleh dua orang penari.

k. Kaka Filanda

Merupakan tarian yang berfungsi mengantar menuju tarian Kakamusu.

l. Manukaka

Merupakan tarian umum bertempo lambat tanpa kehadiran hehelo.

Ketika ditarikan, tempo berangsur menjadi cepat hingga berlanjut

dengan tarian Foti.

m. Lelendo Ndao

Tarian ini menceritakan tentang burung elang yang terbang untuk

menangkap anak ayam. Bermula dngan tempo sedang dan berangsur

semakin cepat.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

26

Tarian ini bersifat menghibur dan biasa ditampilkan dalam

pernikahan, festival, atau acara yang bersifat meriah.

n. Fila Kapong

Merupakan tarian silat kampung tanpa kehadiran hehelo.

o. Koanini

Koa berarti burung, sedangkan Nini berarti kicau. Cerita tentang

burung yang berkicau sekali di pagi hari dan menandakan bahwa pagi

telah tiba.

p. Dede Kode

Merupakan tarian monyet

q. Enggalutu

Merupakan tarian yang bersifat umum.

r. Inana Bo'i

Ina berarti mama/ibu, sementara bo’i berarti sayang. Tarian ini

menceritakan cinta kasih seseorang kepada kedua orang tua, saudara,

dan keluarganya.

s. Ka Ki Na

Secara keseluruhan Ka Ki Na berarti batu yang terletak di sebelah kiri.

Pantun lagu ini bercerita tentang seseorang yang tersesat. Orang

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

27

dalam cerita ini dilambangkan dengan domba yang salah memasuki

kandang atau ayam yang naik dan bertengger di pohon yang keliru.

t. Renggus (Li Renggus)

Merupakan tarian tentang burung dara. Burung ini selalu berada di

udara, namun tatkala turun ke tanah, itu menandakan bahwa burung

tersebut akan mati.

u. Nggafarina Teotona

Tarian umum yang bersifat menghibur.

v. Foti Lurus

Foti Lurus memiliki nama lain yaitu Hela. Tarian ini mempunyai

gerakan yang lebih cepat daripada tari Bobouk Daek.

w. Ova Langga

Menceritakan tentang sepasang kekasih yang terpisah dalam jarak

yang jauh dan waktu yang lama.

Lagu ini menggambarkan tentang kepedihan yang dirasakan

masyarakat Rote pada saat pendudukan tentara Jepang di Rote. Inti

lagu ini adalah tentang pengerahan tenaga kerja paksa (romusha) dari

Pulau Rote ke Kupang dalam rangka membantu tentara Jepang.15

15

Andre.Z. Soh, p.102, 2008

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

28

Ova Langga16

Ova Langga adinda soba-soba

Soba sayang kasian susi ana

Lu lemen terlalu susi matan

Setanggung pinu lemen mamboi susah hati

Te nae daeki, daeki tua meko

Tua meko Pantai Baru

Nae lena seli ta' dadi lena seli

Nae nasa fali ta dadi nasa fali

Saduran bebas : Lex Oepura

Lajulah perahuku maju

Kembangkan! Biar layarmu terkembang

O, angin! Kuatlah berhembuskan berdayu

Bawaku balik pada dinda tersayang

Di Pantai Baru

Kola De'a

Di rindang lontar, setia

Dinda menunggu

Nasi ditanak beruraikan air mata

Tersayang kasih di air nan mendidih

Tertanggung derita

Ibunda bersedih

Pulangku ..... tanpa mauku ..... tertunda-tunda

16

idem

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote - UKSW

29

Keberangkatan tak kunjung terlaksana

Kasihmu, kasihku .....

Dalam laju bersambut madah

Cintamu, cintaku ....

Hanya dalam kenangan setiap kelana

Lajulah perahuku maju

Kiranya bukan sekedar impian

Pelepas rindu .....

Ova Langga .....

Ova Langga, soba-soba