BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang...

34
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metode Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplemntasikan strategi. Dengan demikian strategi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan metode pembalajaran harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang berhungan dengan bidang kognitif berbeda strategi dan metodenya dengan tujuan dalam bidang efektoif dan psikomotorik. Demikian juga, materi yang diajarkan berupa data dan fakta harus berbeda strategi dan metode yang digunakan antara konsep dan prinsip. Masing-masing memiliki perbedaan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran adalah, bahwa strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya. Sejumlah prinsip seperti yang dijelaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 adalah “Bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tentunya factor- faktor lain pun harus diperhatikan juga, seperti; faktor guru, faktor guru, faktor anak, faktor situasi (lingkungan belajar), media dan lain-lain. Oleh sebab itu,

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplemntasikan strategi.

Dengan demikian strategi dan metode itu tidak bisa dipisahkan. Strategi dan

metode pembalajaran harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang berhungan dengan bidang kognitif berbeda strategi dan metodenya

dengan tujuan dalam bidang efektoif dan psikomotorik. Demikian juga, materi

yang diajarkan berupa data dan fakta harus berbeda strategi dan metode yang

digunakan antara konsep dan prinsip. Masing-masing memiliki perbedaan. Satu

hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran

adalah, bahwa strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk

beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya. Sejumlah prinsip seperti yang

dijelaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 adalah “Bahwa proses pembelajaran harus

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang

yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat,

minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”.

Metode secara harfiah berarti ‘cara’. Dalam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai

tujuan tertentu. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar,

diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tentunya factor-

faktor lain pun harus diperhatikan juga, seperti; faktor guru, faktor guru, faktor

anak, faktor situasi (lingkungan belajar), media dan lain-lain. Oleh sebab itu,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

9

fungsi-fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar

tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan

merupakan bagaian yang integral dalam sistem pengajaran (George, 2006:52).

Dari kesimpulan diatas metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik

penyajian bahan pembelajaran yang akan di gunakan oleh guru pada saat

penyajian bahan ajar, baik secara individual atau secara kelompok.

2.1.2 Ciri – ciri Umum Metode yang Baik

Slameto(2003:82) Mengatakan setiap guru yang akan mengajar senantiasa

dihadapkan pada pilihan metode. Banyak macam metode yang bisa dipilih guru

dalam kegiatan mengajar, namun tidak semua metode bisa dikategorikan sebagai

metode yang baik dan tidak pula semua metode dikatakan jelek.Kebaikan suatu

metode terletak pada ketepatan memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan

empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out

put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan

aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)

yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan

dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan

ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan

(achievement) usaha.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

10

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut

adalah:

a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

b. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,

metode dan teknik pembelajaran.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

2.1.3 Metode-Metode Membaca Permulaan

Metode adalah suatu proses untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah

ditetapkan, yang meliputi pemilihan bahan,urutan bahan, penyajian bahan dan

pengulangan bahan (Solchan, 2008: 3.9-3.10). Sedangkan yang dimaksud

dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan

kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta

mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna

menghadapi kelas berikutnya.

Menurut Mulyati (2008: 6.16-6.24) dalam pembelajaran membaca

permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara lain (1)

Metode Eja (2) metode Bunyi (3) Metode Suku Kata dan Metode kata (4)

Metode Global dan (6)Metode Struktural Analitik Sintetik(SAS). Berdasarkan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

11

pendapat metode belajar membaca permulaan dapat diuraikan sebagai

berikut:Metode Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan

a. Metode Eja

Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja

memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara

alpabetis. Huruf-huruf tresebut dilafalkan dan dilafalkan murid sesuai

dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F

f dan seterusnya, di lafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef dan seterusnya.

Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c,

d dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, d, c, d dan seterusnya.

Setelah melalui tahap ini, pada murid diajarkan untuk berkenalan dengan

suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah

dikenalnya.

Misalnya :

b, a → ba (dibaca be, a → ba)

d, u→ du (dibaca de, u → du)

ba-du dilafalkan badu

b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u →bu)

k, u → ku (dibaca ka, u → ku)

Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid

dapat menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar

menulis rangkai huruf berupa suku kata. Sebagai contoh, ambilah kata

“badu” tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti ini : ba – du →

badu.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

12

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat

sederhana. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata

menjadi kata dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip

pendekatan spiral,pendekatan komunikatif dan pendekatan pengalaman

berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP

hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak,

dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan murid menuju

hal-hal yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi murid.

Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun

murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap

mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang

berupa suku kata atau kata.

Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami

kesukaran dalam memahami system pelafalan bunyi b dan a dilafalkan /a/.

Mengapa kelompok huruf ba dilafalkan /be/, bukan /bea/, seperti tampak

pada pelafalan awalnya? Hal ini, tentu akan membingungkan murid.

Penanaman konsep hafalan abjad dengan menirukan bunyi pelafalannya

secara mandiri, terlepas dari konteksnya, menyebabkan murid mengalami

kebingungan manakala menghadapi bentuk-bentuk baru, seperti bentuk

kata dan kata tadi. Di samping hal tersebut, hal lain yang dipandang

sebagai kelemahan dari penggunaan metode ini adalah dalam pelafalan

diftong dan fonem-fonem rangkap seperti ng, ny, kh, au, oi dan

sebagainya. Sebagai contoh fonem ng, murid-murid mengenal huruf

tersebut sebagai /en/ dan /ge/. Dengan demikian mereka berkesimpulan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

13

bahwa fonem itu jika dilafalkan akan menjadi /enge/ atau /nege/. Bertolak

dari kelemahan tersebut, proses pembelajaran melalui system tubian dan

hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP dengan metode ini.

Pada hal, seperti yang Anda ketahui, pendekatan CBSA merupkan cirri

utama dari pelaksanaan kurikulum SD yang saat ini berlaku. Prinsip

“menemukan sendiri” sebagai cermin dari pendekatan CBSA dalam proses

pembelajaran menjadi terabaikan bahkan terhapus dengan metode ini.

b. Metode Bunyi

Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode bunyi

dilakuakan sebagai contoh:

Huruf: /b/ dilafalkan [eb]

/d/ dilafalkan [ed]

/e/ dilafalkan [e]

/g/ dilafalkan [eg]

/p/ dilafalkan [ep]

Dengan demikian kata ,,nani” dieja menjadi:

/en-a/ → [na]

/en-i/ → [ni] → dibaca → [na-ni]

c. Metode Suku Kata dan Metode Kata

Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan

pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co,da, di, du,

de, do, ka, ki, ku, ke, ko dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut

kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari

daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

14

kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan dasar MMP. Kata-kata

tadi misalnya:

ba – bi cu – ci da – da ka – ki

ba – bu ca – ci du – da ku – ku

bi – bi ci – ca da – du ka – ku

ba – ca ka – ca da – ki ku – da

kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata

menjadi kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat

dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.

ka – ki ku – da

ba – ca bu – ku

cu – ci ka – ki (dan seterusnya)

Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat

sedehana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau

penguraian bebtuk- bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil

dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata ke dalam suku kata.

Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkau dan

mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni Metode

Rangkai Kupas.

Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaram MMP dengan

metode suku adalah :

a) tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;

b) tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;

c) tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana;

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

15

d) tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan

(kalimat → kata-kata → suku-suku kata)

Metode suku kata atau silaba, saat ini nampaknya sedang

popular dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran. Dalam pembelajaran

Al-Quran, metode ini dikenal dengan istilah “Metode Iqro”. Proses

pembelajaran MMP seperti yang digambarkan pada langkah-langkah

di atas dapat pula dimodivikasi dengan mengubah objek pengenalan

awalnya. Sebagai contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan

pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata dimaksud diuraikan

(dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf.

Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata

dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan

dikembangkan lagi kebentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata

semula). Proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan

serangkaian proses pengupasan dan perangkaian.

d. Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “Metode

Kalimat”. Global artinya secara utuh atau bulat. Dalam metode global

yang disajikan perta kali kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat

tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya.

Gambar itu ditujukan untuk mengingatkan murid kepada kalimat yang ada

di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca

kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh, di bawah

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

16

ini dapat Anda lihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode

global.

a) Memperkenalkan gambar dan kalimat

b) Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata menjadi suku kata;

suku

c) Kata menjadi huruf-huruf.

ini mama

ini mama

i-ni ma – ma

i-n-i m-a – m-a

e. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)

Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan

untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa

pemula Pembelajarn MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya

dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-

mula siswa disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni

struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep

„‟ kebermaknaan ‟‟ pada diri siswa. Akan lebih baik jika struktur kalimat

yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini

adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si

pembelajar itu sendiri (Hairuddin dkk : 2-27-2-28).

Metode SAS memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

17

a) Guru menampilkan gambar sambil bercerita atau tanya jawab

(gambar keluarga).

b) Membaca beberapa gambar (gambar ibu, gambar ayah, gambar

doni).

c) Membaca gambar dengan kalimat, (ini doni, ini ibu doni, ini bapak

doni).

d) Membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:

ini doni

ini ibu doni

ini bapak doni

e) Menganalisis sebuah kalimat menjadi kata, suku kata dan huruf

serta mesintesiskan kembali menjadi kalimat, misalnya:

Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Saleh Abbas, 2006:

104) menyatakan ada beberapa pendekatan dan metode pembelajaran

membaca dan menulis permulaan (MMP) yakni dapat dilihat dalam Tabel

1 berikut ini:

Tabel 2.1 pendekatan dan metode pembelajaran membaca dan menulis

permulaan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

18

Pendekatan Metode

Harfiyah - Abjad

- Bunyi

Suku kata Kupas rangkai

Kata Kata lembaga

Kalimat - Global

- SAS (struktur analitik

sintetik)

Linguistik - Dengar – ucap (audio –

lingua)

- Aural – oral (dengar, tidu,

subtitusi, aplikasi)

2.2 Tinjauan Tentang Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh

potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang mana kala

siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan

agar pengalaman belajar merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful

learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan pertama,

dengan menata ruangan yang apik dan menarik yaitu yang memenuhi unsur

kesehatan misalnya dengan pengaturan cahaya, ventilasi dan sebagainya, serta

memenuhi unsur keindahan, misalnya cat tembok yang segar dan bersih, bebas

dari debu, lukisan dan karya-karya siswa yang tertata, vas bunga dan lain

sebagainya. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

19

yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber

belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan

motivasi belajar siswa.

Slameto (2003: 2)mengatakan bahwa Pembelajaran berasal dari kata

"belajar" mendapat imbuhan pe- an. Kata belajar berarti suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Imbuhan pe dan an dapat berarti proses atau hal. Jadi,

pembelajaran berarti proses membelajarkan siswa.

Brown H. Douglas (2000: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran

(learning) adalah pemerolehan pengetahuan tentang suatu hal atau keterampilan

melalui belajar pengalaman, sedangkan pengajaran (teaching) adalah upaya untuk

membantu seseorang untuk belajar dan bagaimana melakukan sesuatu,

memberikan pengajaran, membantu dalam menyelesaikan sesuatu, memberi

pengetahuan, dan membuat seseorang menjadi mengerti.

Dian Sukmara (2003:65) juga mengungkapkan bahwa dalam proses

pembelajaran terdapat enam ciri, yaitu: (1) memiliki tujuan, (2) terdapat prosedur

yang direncanakan, (3) guru berperan sebagai pembimbing, (4) terdapat aktivitas

siswa, (5) membutuhkan adanya kedisiplinan, dan (7) adanya batasan waktu untuk

menentukan pencapaian tujuan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang

dilakukan dengan sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat peserta didik

belajar dengan harapan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang baik. Di dalam

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

20

pembejaran tersebut terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran tersebut, di antaranya adalah faktor guru, siswa,

sarana dan prasarana, dan lingkungan. Selain itu, proses pembelajaran harus

diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam

kehidupan yang cepat berubah.

2.2.1 Ciri-ciri Pembelajaran

Ada tiga ciri khas menurut (Akhmad Sudrajat, 2008:43) yang terkandung dalam

sistem pembelajaran, ialah:

a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

b. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang dibuat oleh

manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat manusia

seperti : sistem transpotasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan,

semuanya memiliki tujuan. Sistem alami (natural) seperti : sistem ekologi,

sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling

ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu,

tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntut

prosesmerancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa

belajar (Akhmad, 2008:43).

c. Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem

pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat

esensial, dan masing – masing memberikan sumbangannya kepada sistem

pembelajaran (Akhmad, 2008:43).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

21

2.2.2 Tujuan Pembelajaran

Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007,

mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran merupakan gambaran proses dan

hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan

pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses

belajar dan hasil akhir belajar pada suatu kompetensi dasar.

Tujuan pembelajaran dalam bukunya (Sugandi, 2000:25) adalah

membantu siswa pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan

dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,

ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap

dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau

tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka

mengikuti suatu proses pembelajaran.

Oemar Hamalik (2008:29) mengatakan yang menjadi kunci dalam

rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata

pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan

apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Guru sendiri adalah

sumber utama tujuan bagi para siswa, dan harus mampu memilih tujuan

pendidikanyang bermakna dan dapat diukur.

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, tujuan

pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari

peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan

yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku yang dapat diamati

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

22

melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya

hidupnya.

2.3 Tinjauan Tentang Membaca Dan Menulis Permulaan

2.3.1 Hakikat Membaca

Membaca adalah memahami isi ide tau gagasan baik tersurat, tersirat

bahkan tersorot dalam bacaan.Dalam hal ini membaca permulaan harus

diberikan di kelas 1 dan 2.Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan,

memahami, dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai

dasar untuk dapat membaca lanjut (Subrata,2009:101). Pembelajaran

membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca

untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa.

Selain itu menurut Syafi‟ie dalam (Rahim,2011: 3), membaca

permulaan merupakan proses perceptual yakni pengenalan korespondensi

rangkaian huruf-huruf dengan bunyi bahasa. Kemampuan membaca yang

diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari

kemampuan berikutnya, maka kemampuan membaca permulaan benar-benar

memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap

selanjutnya siswa akan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, bagaimanapun

guru, khususnya guru kelas satu, hendaknya berusaha dengan sungguh-

sungguh agar dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai

kepada siswa.

Materi pengajaran membaca tersusun secara hiererkis dari materi yang

menuntut keterampilan paling sederhana (kaitan antara huruf dengan bunyi)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

23

sampai paling yang paling kompleks (membaca kritis). Para guru perlu

mengetahui tahap-tahap perkembangan keterampilan membaca sehingga dapat

mengadakan assessment, menyusun progam, melaksanakan progam, dan

mengadakan pemantauan serta evaluasi dengan baik. (Munawir, 2003:74)

Mengatakan keterampilan membaca berkembang melalui beberapa tahap,

yaitu tahap pertumbuhan kesiapan membaca, tahap awal belajar membaca,

tahap perkembangan keterampilan membaca, dan tahap menyempurnaan

keterampilan membaca.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak karena

melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang. Oleh

karena itu, membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak

dini.Membaca bukanlah sekedar menyuarakan lambang- lambang tertulis

tanpa mempersoalkan apakah rangkaian kata atau kalimat yang dilafalkan

tersebut dipahami atau tidak, melainkan lebih dari pada itu. Membaca

permulaan merupakan suatu keterampilan yang mengubah simbol-simbol

berupa huruf atau rangkaian huruf atau kata menjadi bunyi bahasa.

2.3.2 Tahap keterampilan membaca

Ada beberapa tahap keterampilan membaca menurut (Munawir Yusuf,

2003:74-76) Yang berkembang melalui beberapa tahap yaitu :

a. Tahap Pertumbuhan Kesiapan Membaca

Kesiapan membaca merupakan kopentensi yang harus dikuasai anak

untuk dapat mulai belajar membaca. Kopentensi yang dimaksud misalnya

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

24

membedakan berbagai bentuk, bangun, warna, ukuran, arah, dan sebagainya.

Pada anak normal, kesiapann membaca sudah mulai tumbuh sejak lahir

sampai dengan sebelum masuk sekolah dasar.

Ada anak yang telah siap belajar mebaca pada usia sangat muda,

misalnya empat atau lima tahun, ada juga yang belum siap belajar membaca

meskipun sudah duduk di kelas 2 sekolah dasar. Hal ini memang masuk akal

karena banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kesiapan membaca,

antara lain kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan auditif,

kemampuan bahasa dan warna, kemampuan berpikir dan memusatkan

perhatian, pertumbuhan motorik, kematangan sosial dan emosional, dan minat

serta dorongan membaca. Anak yang belum mempunyai kesiapan membaca

akan mengalami kesulitan belajar membaca. Oleh karena itu, guru harus yakin

bahwa anak telah memiliki kesiapan membaca sebelum mulai mengajar

membaca secara formal (Munawir 2003:74).

b. Tahap Awal Belajar Membaca

Pengajaran membaca biasanya mulai di kelas 1 SD meskipun ada anak

yang sudah dapat membaca sebelum masuk SD atau ada anak yang belum siap

belajar membaca meskipun sudah duduk di kelas 1 SD. Pada awalnya belajar

membaca emang sulit karena anak harus mencoba menerka sebagai

simbol/huruf yang sukar,proses membaca sering sangatlambat dan dengan

cara kata per kata. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan guru sehingga

akhirnya anak dapat membaca dengan lancar.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

25

Pengajaran membaca pada tahap awal belajar membaca meliputi dua

tahap, yaitu membaca global, membaca unsus,dan membaca tanpa

memikirkan unsur-unsurnya. Pada tahap membaca global, guru mempernalkan

kata-kata sederhana sebanyak-banyaknya (kosakata pandang) untuk diamati.

Ketika belajar membaca kata-kata tersebut, anak sangat mengandalkan pada

ingatan dan konfigurasi. Membaca unsur menyangkut membedakan kata-kata

dan mencari asosiasi antara huruf dan bunyi setelah memahami bentuk global

kata atau kalimat, anak mulai melihat unsur-unsur yang membentuk kata atau

kalimat itu. Secara lebih rinci anak mencoba membedakan bentuk setiap

huruf, peredaan antara huruf, demikian juga dengan kata atau kalimat

(Munawir, 2003:75).

c. Tahap perkembangan keterampilan membaca

Tahap ini sebenernya merupakan kelanjutan dari tahap membaca

global dan membaca unsur, juga disebut tahap membaca tanpa memikirkan

unsur-unsurnya. Pada tahap ini, anak mampu membaca kosakata sederhana

secara otomatis sehingga tidak perlu lagi memperhatikan unsur – unsur setiap

kata. Anak kelas 2 atau 3 SD mestinya teleah mencapai tahap ini. Anak

mampu membaca dengan lancar dengan kecepetan antara 100-140 kata per

menit dengan tidak lebih dari 2 keselahan. Masa transasi ini dapat

dianalogikan dengan seorang anak yang belajar berjalan (Munawir, 2003:76).

Mula-mula anak harus berkonsentrasi untuk berjalan, tapi kemudian dapat

berjalan secara otomatis tanpa harus berpikir lagi. Pengajaran membaca pada

tahap ini dipusatkan pada pengembangan kosakata, pengembangan

keterampilan memahami, dan memotivikasi anak. Hal ini perlu dilakukan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

26

terutama pada anak berkesulitan belajar karena jika menyadari ketinggalannya

dari teman sebayanya, kebanyakan anak berkesulitan membaca menjadi

frustasi dan tidak mempunyai motivasi belajar.

d. Tahap penyerpunaan keterampilan membaca

Mulai kelas 4 SD, anak normal sudah merasakan nikmatnya membaca.

Kegiatan membaca tidak lagi ditekankan pada teknik membaca, tapi sudah

pada makna bacaan. Anak mulai tertarik pada berbagai materi wacana, seperti

majalah, cerita fiksi, atau cerita bergambar. Tugas guru adalah mendorong

anak dengan menyediakan atau menunjukan sumber bacaan di purpustakaan.

Di luar jam pelajaran, anak dapat ditugasi membaca rekreatif secara mandiri

(membaca ekstensif) dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah , dalam hal

ini guru perlu membimbing anak mengembangkan kosakata, meningkatkan

kemampuan pemahaman, dan secara periodik memantau kemampuan analisis

strukturaldan fonik anak. Anak berkesulitan membaca jarang mencapai tahap

ini (Munawir, 2003:76).

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa,

kemampuan membaca anak sebenarnya masih perelu ditingkatkan. Oleh

karena itu, pengajaran membaca secara khusus sebenarnya masih perlu. Di

sini, kegiatan membaca ditekankan pada peningkatan kemampuan pemahaman

tingkat lanjut (membaca kritis), keterampilan belajar, dan kecepatan membaca.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Membaca Anak

Tzu (dalam Ahmad Susanto, 2011: 84) menyatakan bahwa untuk

dapat membaca dengan baik anak harus memiliki bekal kesiapan membaca.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

27

Kemampuan anak untuk membaca akan muncul dalam waktu/usia yang

berbeda-beda oleh masing-masing anak, tergantung kesiapan/kematangan

anak dalam membaca.

Farida Rahim (2008: 16-30) menyatakan ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi kemampuan/kesiapan membaca permulaan yakni:

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan

neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang

dapat menghambat anak untuk belajar membaca. Beberapa ahli

mengemukakan bahwa keterbatasanneurologis misalnya berbagai cacat

otak dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang

dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman mereka.

Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan

bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat

penglihatannya, beberapa anak mengalami hambatan atau kesulitan belajar

membaca. Belum berkembangnya kemampuan anak dalam membedakan

simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata

merupakan penyebabnya. Perbedaan pendengaran (auditory

discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan

perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan

kesiapan membaca anak.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

28

Hambatan atau kesulitan belajar yang dialami anak di sekolah

harus segera ditangani. Guru sebagai pembimbing di sekolah harus

mengupayakan penanganan atau memberikan solusi terhadap kondisi yang

dialami anak di sekolah sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

optimal sesuai target keberhasilan yang ditentukan. Sugihartono, Kartika

Nur Fathiyah, Farida Harahap, Farida Agus Setiawati, dan Siti Rohmah

Nurhayati, (2007: 86) menyatakan guru sebagai pembimbing hendaknya

dapat memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi

tantangan maupun kesulitan belajar dan dengan adanya bimbingan yang

diberikan guru, anak dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

b. Faktor kecerdasan (intelektual)

Rubin (dalam Farida Rahim, 2008: 17) berpendapat bahwa banyak

hasil penelitian memperlihatkan tidak semua anak yang mempunyai

kemampuan inteligensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Artinya anak-

anak yang tingkat inteligensinya kurang baik bisa menjadi pembaca yang

baik dan dapat memahami bacaan.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini juga dapat mempengaruhi kesiapan

membaca anak. Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dapat

membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Rubin

(dalam Farida Rahim, 2008: 20) mengemukakan bahwa orangtua yang

hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan

yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan

suka mendorong anak untuk mandiri.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

29

Orangtua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan

sekolah di mana anak-anak belajar. Orangtua yang gemar membaca,

memiliki koleksi bacaan, menghargai membaca, dan senang membacakan

cerita kepada anak-anak, dapat memacu sikap positif anak terhadap

belajar, khususnya belajar membaca. Di samping itu, komposisi orang

dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan

membaca anak. Faktor sosial ekonomi orangtua, dan lingkungan tetangga

merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah anak. Semakin

tinggi status sosial ekonomi anak seharusnya semakin tinggi pula

kemampuan verbal anak. Maksudnya, anak yang berada pada lingkungan

masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi menengah keatas akan

memilikipeluang yang lebih besar untuk membeli buku bacaan maupun

buku untuk menunjang kegiatan belajar anak, sehingga mereka

mempunyai peluang yang lebih besar pula untuk belajar lebih baik. Dapat

dikatakan daya beli masyarakat mempengaruhi kebiasaan membaca dalam

lingkungan tersebut.

Kualitas dari berbagai fasilitas, ruangan, dinding, media, alat, dan

bahan-bahan yang digunakan untuk belajar akan sangat menentukan

berarti atau tidaknya lingkungan belajar tersebut bagi anak (Rita Mariyana,

Ali Nugraha, & Yeni Rachmawati, 2010: 24). Pengelolaan lingkungan

belajar dimaksudkan agar lingkungan mampu menstimulasi anak-anak

berpartisipasi dalam kegiatan belajar dengan optimal Wragg (dalam Rita

Mariyana, Ali Nugraha, & Yeni Rachmawati, 2010: 18), sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

30

d. Faktor Psikologis

Sumadi Suryabrata (dalam Farida Rahim, 2008: 101) menyatakan

motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mampu

mendorongnya melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.

Wlodkowsky (dalam Sugihartono, dkk., 2007: 78) menjelaskan bahwa

motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan

perilaku tertentu dan mampu memberi arah dan ketahanan pada tingkah

laku seseorang. Motivasi ekstrinsik yang biasanya timbul yakni biasanya

berasal dari reward atau hadiah. Reward atau hadiah ini merupakan suatu

bentuk pengutan positif yang dapat meningkatkan terjadinya pengulangan

atas suatu proses atau kegiatan yang diharapkan (Sugihartono, dkk., 2007:

98), sehingga proses atau kegiatan tersebut mencapai tujuan yang optimal.

Reward atau hadiah biasanyaditawarkan pada anak sebagai iming-

iming.Anak akan mendapatkan hadiah bila anak mau melakukan sesuatu

sesuai kehendak orang yang menyuruh.

Minat anak yang satu dengan yang lain sangat berbeda-beda.

Untuk memperoleh keterampilan membaca yang optimal, anak

dimungkinkan memiliki minat yang besar untuk belajar membaca. Hal ini

tentunya menjadikan minat baca memiliki peran penting dalam

tercapainya keterampilan membaca yang akan dilalui anak.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka faktor yang sangat

mempengaruhi dalam penelitian ini adalah faktor lingkuangan di mana

lingkungan yang dipersiapkan dapat menstimulasi anak-anak berpartisipasi

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

31

dalam kegiatan belajar dengan optimal sehingga tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara optimal pula.

2.3.4 Hakikat Menulis Permulaan

Menurut Suparno (2005:3), menulis dapat didefinikasi sebagai

suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan

bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Sehingga menulis merupakan

keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Pendapat lain yang

dikemukakan (Mulyati, 2007:13), bahwa menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis

keterampilan bahasa lainnya. Karena menulis bukanlah sekedar menyalin

jenis-jenis keterampilan bahasa lainnya. Karena menulis bukanlah sekedar

menyalin kata-kata keterampilan bahasa lainnya. Karena menulis bukanlah

sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga

mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur

tulisan yang teratur, sehingga diperlukan kreatifitasnya sang penulis

dengan memperhatikan struktur kalimat.

Keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang

harus dikuasai siswa sekolah dasar sejak dini karena keterampilan menulis

permulaan merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa SD.

Menulis permulaan merupakan keterampilan menulis yang diajarkan pada

kelas rendah, yakni kelas 1 dan 2 SD sebagai pembelajaran menulis.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

32

Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa pada pembelajaran

menulis pada tingkat dasar. Permulaan tersebut akan menjadi dasar dalam

peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang

selanjutnya. Kemampuan menulis mencakup berbagai komponen seperti

kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan

menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan. Seperti yang

dikemukakan oleh Lerner (Abdurahman,, 2012: 178) menulis adalah

menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual.

Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan untuk

mengungkapkan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain. Melalui tulisan,

seseorang dapat berkomunikasi tanpa berhadap-hadapan langsung.

(Tarigan,2008: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan salah satu

bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca

lambang-lambang grafik tersebut. Menulis bukan sekedar menggambarkan

huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf

tersebut berupa karangan.Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide,

pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang

diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di SD harus dimulai dari

tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana ke yang biasa

hingga pada yang paling sukar.Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan

sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.Oleh karena itu, di SD

pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

33

menulis lanjut.Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah

yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas

enam diberi pembelajaran menulis lanjutan (Munawir, 2003:103).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, menulis permulaan

adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan ide secara

teratur melalui bahasa tulis dengan tujuan tertentu yang diajarkan di kelas

1 yang menghasilakan tulisan tahap awal. Apabila pembelajaran menulis

permulaan yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat,

diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat

selanjutnya akan menjadi baik pula. Agar tujuan menulis dapat tercapai

dengan baik, diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus.

Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman

yang akan ditulisnya karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan

sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak

dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di SD adalah siswa harus

mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan

pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.

2.3.5 Tujuan Menulis Permulaan

Dalam Depdiknas (2009:3) menyebutkan bahwa dalam

pembelajaran menulis permulaan bertujuan agar siswa terampil dalam

menulis, seperti berikut.

a. Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf.

b. Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

34

c. Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan

tulis dengan benar.

d. Melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar.

e. Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas. Menulis kalimat

sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegakbersambung.

f. Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung.

g. Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat.

h. Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana

dengan bahasa tulis.

i. Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung.

j. Menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan

memperhatikan penggunaan ejaan.

k. Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan

pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan

penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik.

l. Menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik.

Pada penelitian ini materi menulis permulaan yang akan diteliti

yakni mendeskripsikan tumbuhan atau binatang secara sederhana dengan

bahasa tulis, karena subjek penelitiannya adalah siswa kelas 1 SD

semester.

2.3.6 Keterampilan Pembelajaran Menulis Permulaan di MI/SD

Setiap guru harus sudah memahami langkah-langkah keterampilan

menulis karena sangat menentukan dalam ketepatan penyusunan perencanaan,

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

35

pelaksanaan, maupun penilaian keterampilan menulis. Sudah dapat dipastikan

tanpa memahami karakteristik keterampilan menulis guru yang bersangkutan

tak mungkin menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran

menulis yang akurat, bervariasi, dan menarik (Munawir, 2003:88).

Keterampilan menulis menuntut kemampuan yang kompleks.

Penulisan sebuah karangan yang sederhana sekalipun menuntut kepada

penulisnya kemampuan memahami apa yang hendak ditulis dan bagaimana

cara menulisnya. Persoalan pertama menyangkut isi karangan dan persoalan

kedua menyangkut pemakaian bahasa serta bentuk atau struktur karangan.

Pembelajaran keterampilan menulis yang tidak memperhatikan kedua hal

tersebut di atas pasti akan mengalami ketidakberesan atau kegagalan (Mulyati,

2007:23).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, keterampilan menulis

lebih condong ke arah praktik ketimbang teori.Ini tidak berarti pembahasan

teori menulis ditabukan dalam pengajaran menulis.Pertimbangan antar praktek

dan teori sebaiknya lebih banyak praktek dari teori.Keterampilan menulis

bersifat mekanistik.Ini berarti bahwa penguasaan keterampilan menulis

tersebut harus melalui latihan atau praktik. Dengan perkataan lain semakin

banyak seseorang melakukan kegiatan menulis semakin terampil menulis yang

bersangkutan. Karakteristik keterampilan menulis seperti ini menuntut

pembelajaran menulis yang memungkinkan siswa banyak latihan, praktek,

atau mengalami berbagai pengalaman kegiatan menulis.

Di samping kegiatan menulis harus bervariasi juga sistematis,

bertahap, dan akumulatif.Berlatih menulis yang tidak terarah apalagi kurang

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

36

diawasi guru membuat kegiatan siswa tidak terarah bahkan sering

membingungkan siswa.Mereka tidak tahu apakah mereka sudah bekerja benar,

atau mereka tidak tahu membuat kesalahan yang berulang.Latihan mengarang

terkendali disertai diskusi sangat diperlukan dalam memahami dan menguasai

keterampilan menulis.

2.3.7 Pembelajaran Membaca Menulis di Kelas Rendah

Pada awal-awal persekolahan murid-murid kelas I SD, sajian

pembelajaran yang utama untuk siswa adalah membaca dan

menulis.Pembelajaran untuk kedua jenis keterampilan ini dikemas dalam satu

paket yang biasa disebut membaca menulis permulaan, paket membaca dan

menulis permulaan.Untuk pertama kalinya para siswa baru diperkenalkan

dengan lambang-lambang tulis yang biasa digunakan untuk

berkomunikasi.Sasaran utamanya adalah para murid kelas I SD memiliki

kemampuan membaca dan kemapuan menulis padatingkat dasar.“Kemampuan

dasar dimaksud akan menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain,

baik dalam kehidupan akademik di sekolah, maupun dalam kehidupan

bermasyarakat” Djamarah (2002).

Mengapa disebut permulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa

bermain di TK (bagi anak-anak yang mengalaminya) atau dari lingkungan

rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah

merupakan hal baru bagi anak.Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada

awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis.

Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-

bidang ilmu lainnya di sekolah.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

37

Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada

kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek

huruf.Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-

lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.Pada tahap ini sangat

dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang

dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi

lambang tersebut.

Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan

menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.

Yang dimaksud dengan melek wacana adalah kemampuan membaca yang

sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi

bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang- lambang tersebut.

Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah kemudian anak dipajankan

dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang

dapat diakses sendiri (Kaifa, 2002:22).

Pembelajaran membaca menulis permulaan merupakan salah satu

kegiatan pokok yang harus dilaksanakan atau diberikan kepada siswa sekolah

dasar khususnya kelas satu karena membaca menulis permulaan merupakan

keterampilan yang menjadi dasar untuk mempelajari keterampilan membaca

menulis lanjut. Keterampilan membaca menulis permulaan merupakan salah

satu keterampilan berbahasa yang sulit dipelajari dan membutuhkan waktu

yang tidak cepat.Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya guru sering

mengalami hambatan atau kesulitan (kaifa, 2002:13).Untuk itu, guru harus

memiliki kemampuan yang memadai dalam menentukan dan menerapkan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

38

metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan membaca

menulis permulaan. Dengan demikian, diharapkan siswa akan senang dan

cepat menguasai keterampilan membaca manulis permulaan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, Kemampuan menulis

permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan.Pada

tingkat dasar atau permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada

kemampuan yang bersifat mekanik.Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan

(mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis

yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi

bermakna.Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan

anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan,

ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang- lambang tulis yang sudah

dikuasainya.Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian terdahulu, akan tetapi

penelititi tetap menjaga keoriginalitasan dalam penelitian. Penelitian yang

relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Andini Kusnawanto Jurusan Sastra

Undonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Berdasarkan

penelitian ini dapat diketahiu bahwa pembelajaran membaca permulaan

dengan menggunakan metode Mueller dapat ditingkatkan. Hal ini

tampak pada hasil observasi kemampuan membaca permulaan siswa

kelas I, ketuntasan kelas yang semula hanya 78% meningkat menjadi

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

39

90%, dan juga peningkatan rata- rata individu sebesar 12,5%.

Berdasarkah hasil penelitian ini dapat direkomendasikan agar guru mau

melakukan inovasi terhadap penggunaan metode pembelajaran, dan

juga hendaknya dilakukan penelitian lagi di SDN Leminggir I tentang

membaca permulaan siswa untuk memantapkan hasil penelitian ini.

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sriyatmi dengan judul

"Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan di Sekolah Dasar: Studi

Kasus di SD Negeri Pondok 02 Nguter Sukoharjo". Dalam

penelitiannya, Sriyatmi memperoleh simpulan bahwa guru telah

mampu menyusun perencanaan pembelajaran membaca menulis

permulaan dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalm

tiga tahap, yakni kegiatan awal, inti, danpenutup. Evaluasi telah

dilaksanakan secara berkesinambungan selama proses pembelajaran

dan pada akhir pembelajaran. Di samping itu, dalam pelaksanaan

pembelajaran membaca menulis di SD yang diteliti oleh Sriyatmi

ditemukan banyak kendala dan pada dasarnya guru telah mampu

mengatasi kendala tersebut dengan baik.

Relevansi penelitian Sriyatmi dengan penelitian ini adalah sama-

sama meneliti kegiatan pembelajaran membaca menulis permulaan.

Namun, penelitian Sriyatmi tersebut memiliki perbedaan dengan

penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya meneliti

pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan saja tetapi juga

menganalisis kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan KTSP.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

40

2.5 Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal di kelas I SDN Pesanggrahan 02 Batu ada

beberapa siswa yang belum lancar membaca dan menulis kata rangkap dan

kalimat sederhana. Dengan demikian untuk mengatasi masalah tersebut

tindakan guru adalah memberi pembelajaran membaca dan menulis

permulaan dengan menggunakan metode yang tepat dengan permasalahan

siswa.

Dengan tindakan guru tersebut, diharapkan khususnya siswa dikelas

I SDN Pesanggrahan 02 Batu kemampuan membaca dan menulis

permulaan dapat meningkat.

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat

diperoleh model teori yang dapat disajikan kerangka berfikir dalam

penelitian ini yang dapat digambarkan dalam gambar 2.1.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Metodeeprints.umm.ac.id/35518/3/jiptummpp-gdl-pramitakur-48320-3-babii.pdf · Pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode eja memulai

41

Gambar 2.1

Skema kerangka berfikir

Pra Penelitian

Pembelajaran di Kelas

Metode yang disiapkan guru untuk membaca dan

menulis permulaan

Membaca Permulaan Menulis Permulaan

Pengumpulan Data:

1. Observasi

2. Dokumentasi

3. Wawancara

Analisis Data:

1. Penumpualan data

2. Reduksi data

3. Penyajian data

4. Kesimpulan

Metode Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan

Pada Siswa Kelas I SDN Pesanggrahan 02 Batu