ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO...
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB), UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK), DAN TINGKAT
PENDIDIKAN TERHADAP JUMLAH ORANG YANG BEKERJA DI
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2012-2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Utari
NIM: 11150840000039
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Utari Setya Dewi
2. Tempat , Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Agustus 1997
3. Alamat : Jl. Tanjung 2 Blok DD4 No. 3 Perumahan
Sukatani Permai RT/RW 05/020
Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat,
Indonesia
4. Telepon : 085882421708
5. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN Harjamukti III Tahun 2003-2009
2. SMPN 11 Depok Tahun 2009-2012
3. SMAN 4 Depok Tahun 2012-2015
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2020
vi
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Pembangunan
Departemen Olahraga dan Seni Tahun 2016-2017
2. Sekretaris Koordinator Departemen Internal Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Ekonomi Pembangunan Tahun 2017-2018
IV. Prestasi dan Penghargaan
1. Peringkat 1 Paralel (Juara Umum) kelas XII SMAN 4 Depok (2015)
2. Penerima Beasiswa Pemerintah Kota Depok (2015)
V. Pengalaman Kepanitiaan
1. Ketua Pelaksana Rapat Kerja HMJ 2017-2018
2. Sekretaris KKN 180 UIN Jakarta
V. Pengalaman Bekerja
1. Peserta Program Magang Mahasiswa Bersertifikat BUMN yang
ditempatkan pada Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia
(25 Februari sampai dengan 25 Agustus 2019)
vii
ABSTRACT
The aims of this research to analyse the effect of Gross Regional Domestic
Product (GRDP), Minimum Wages Regencies/Cities, and Level of Education on
the number of people working in Province East Kalimantan from 2012-2018
(Study Case: City/regency in Province East Kalimantan). This research use
secondary and panel data analyse which is processed using Fixed Effect Model
(FEM). The results shows that partially Gross Regional Domestic Product
(GRDP) have positive and significant effect on the number of people workingin
Province East Kalimantan. Next, minimum Wages Regencies/Cities have positive
and significant effect on the number of people workingin Province East
Kalimantan. Then, Level of Education have positive and significant effect on the
number of people working in Province East Kalimantan. Simultaneously Gross
Regional Domestic Product (GRDP), Minimum Wages Regencies/Cities, and
Level of Education have a significant effect on the number of people working in
Province East Kalimantan from 2012-2018.
Keyword : Gross Regional Domestic Product (GRDP), Minimum Wages
Regencies/Cities, Level of Education, and Number of People
Working.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Tingkat
Pendidikan terhadap Jumlah Orang Yang Bekerja di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2012-2018 (Studi Kasus: Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan analisis data panel
dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpegaruh positif
dan signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
Kemudian Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) juga berpegaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
Begitu pula dengan Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur. Secara
simultan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK), dan Tingkat Pendidikan berpengaruh seacara signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-
2018.
Kata Kunci : PDRB, Upah Minimum Kabupaten/Kota, Tingkat Pendidikan,
dan Jumlah Orang Yang Bekerja
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
Subhanahu Wata‟ala atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya kepada penulis
selama ini, sehingga berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ―Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah
Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Tingkat Pendidikan Terhadap Jumlah
Orang Yang Bekerja di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2018” dengan
baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Rasulullah Shallallahu
„Alaihi Wasalam yang telah memberikan syafa’at kepada umatnya dari zaman
jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dapat selesai atas bimbingan, dukungan, semangat, serta do’a dari
orang-orang di sekeliling penulis. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Orang tua, Ibu dan Ayahku yang selalu memberikan do’anya tiada henti, serta
dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat bersemangat
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segalanya, semoga
x
penulis dapat selalu membahagiakan kalian dan semoga kita semua selalu
berada dalam lindungan Allah SWT.
2. Bapak K. H. Dr. Mohammad Idris, M.A. selaku Wali Kota Depok beserta
jajaran khususnya Dinas Pendidikan Kota Depok yang telah berjasa dalam
memberikan beasiswa full kepada penulis semasa kuliah. Terimakasih yang
sebesar-besarnya penulis ucapkan.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
seluruh jajarannya.
4. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni Pandu Nugraha,
SE., M.Sc. selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Prodi Ekonomi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih atas seluruh kesediaan waktu, pikiran, saran, tenaga, dan ilmu
yang bermanfaat yang telah diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai.
Semoga Bapak selalu dilimpahkan rezeki dan diberikan kesehatan serta
keberkahan oleh Allah SWT.
6. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik penulis
sejak awal perkuliahan. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan dan
keberkahan oleh Allah SWT.
7. Seluruh Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis beserta
jajarannya yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga
dan bermanfaat selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
xi
8. Sahabat terbaik sejak zaman MABA (Ana, Ayu, Cilpi, Eja, dan Desti) yang
selalu memberikan bantuan serta dukungan dan selalu mewarnai hari-hari
penulis saat berada di kampus. Terima kasih atas segala-galanya, kawan.
Sukses untuk kita semua.
9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2015 yang selalu berjuang
bersama terima kasih atas kenangan yang berharga. Sukses untuk kalian.
10. Terima kasih kepada Bang Virsha selaku kakak tingkat yang selalu
membantu penulis saat penulis bertanya terkait masalah perkuliahan.
11. Teman seperbimbingan penulis, Intan Choirunnisa. Terimakasih untuk saling
menyemangati dan memotivasi satu sama lain.
12. Teman KKN penulis khususnya (Saul dan Echa), yang menemani dikala suka
dan duka serta selalu ada untuk penulis dalam berbagi canda tawa. Thank‟s
for always be there for me even at my worst and for my weakness.You guys
really means a lot for me.
13. Teman SMA penulis, my chairmate Bilqisina Chiquita Ramadhina yang
selalu ada untuk membantu penulis dalam mengerjakan revisi dan selalu
menyemangati penulis dalam hal apapun. Semoga kita selalu dimudahkan
dalam menuju sukses.
14. Sohib magangku, Adibah Saraswati Safira. The one who always care and
understand about me. I don‟t know whats gonna happen without you. Thank‟s
for always be there for me, our friendship must be last forever. Believe it that
we can achieve our goals!!!
xii
15. Teman masa kecil penulis, Mba Ana Diana Sari. Terimakasih untuk selalu
memberi dukungan dan mewarnai masa kecil penulis hingga sekarang. You
means a lot for me, sist!
16. Teman SMP penulis (Eva dan Irna) yang memberikan dukungan walaupun
sudah lama tidak bertemu.
17. Serta untuk orang-orang yang turut membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Januari 2020
Utari
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF..................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…………………………………………...iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH……………………………iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK........................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xix
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 12
BAB II .............................................................................................................................. 13
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 13
A. Landasan Teori Terkait Variabel Penelitian ......................................................... 13
1. Tinjauan Tentang Tenaga Kerja........................................................................ 13
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ....................................................... 22
3. Upah Minimum Kabupaten/Kota ...................................................................... 26
4. Tingkat Pendidikan ........................................................................................... 34
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 41
xiv
C. Hubungan Antar Variabel ..................................................................................... 50
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 54
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 56
BAB III ............................................................................................................................. 57
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 57
A. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................... 57
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................................... 58
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 59
D. Metode Analisis Data ............................................................................................ 61
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................... 73
BAB IV ............................................................................................................................. 74
ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 74
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ..................................................................... 74
B. Analisa dan Pembahasan....................................................................................... 77
1. Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Timur .................................................... 77
2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ....................................................... 79
3. UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) ......................................................... 83
4. Tingkat Pendidikan ........................................................................................... 85
C. Permodelan dan Pengolahan Data ........................................................................ 87
1. Uji Chow ........................................................................................................... 87
2. Uji Hausman ..................................................................................................... 88
3. Fixed Effects Model .......................................................................................... 89
D. Analisis Teknis ..................................................................................................... 92
1. Uji Signifikan Parsial (Uji t-statistik) ............................................................... 92
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik) ....................................................... 94
3. Uji Koefisien Determinasi ( ....................................................................... 95
E. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 96
F. Analisis Ekonomi .................................................................................................. 99
BAB V ............................................................................................................................ 116
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 116
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 116
xv
B. Saran ................................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 128
Lampiran I (Data Penelitian) ......................................................................................... 128
Lampiran II (Uji Regresi Data Panel) ............................................................................. 131
1. Common Effect Model ........................................................................................... 131
2. Fixed Effect Model (FEM) ..................................................................................... 132
3. Uji Chow ................................................................................................................. 134
4. Random Effect Model (REM) ................................................................................ 135
5. Uji Hausman ........................................................................................................... 137
6. Uji Normalitas ......................................................................................................... 138
7. Uji Autokorelasi ...................................................................................................... 139
8. Uji Multikolinearitas ............................................................................................... 140
9. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................................... 141
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB ADHK Kalimantan Timur (persen) ........................................... 4
Grafik 4.1 Luas Wilayah Tiap Kabupaten/Kota Kalimantan Timur ..................... 76
Grafik 4.2 Jumlah Orang Yang Bekerja menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan
Pekerjaan di Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2018 . 78
Grafik 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2012-2018 (Milyar Rupiah) .................................................................................. 80
Grafik 4.4 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
(Diploma I/II/III, Universitas) di Kalimantan Timur Tahun 2012-2018 .............. 86
Grafik 4.5 Uji Normalitas ..................................................................................... 96
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Total Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2012-2018 (Jiwa) .................................................................................................... 2
Tabel 1.2 Besaran Upah Minimum Provinsi di Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2012-2018 (Dalam Rupiah) .................................................................................... 8
Tabel 1.3 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Diploma
I/II/III, Universitas di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2018 (Jiwa) ........ 9
Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................................ 41
Tabel 3.1 Variabel Penelitian.................................................................................60
Tabel 3.2 Operasiona Variabel Penelitian ............................................................ 73
Tabel 4.1Laju Pertumbuhan Riil Menurut Lapangan Usaha (persen) Tahun 2012-
2018 ....................................................................................................................... 82
Tabel 4.2 Besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur
............................................................................................................................... 84
Tabel 4.3 Uji Chow (Redundant Fixed Effects Test) ........................................... 87
Tabel 4.4 Uji Hausman (Correlated Random Effects – Hausman Test) ............... 88
Tabel 4.5 Tabel Estimasi Hasil Regresi Data Panel ............................................. 89
Tabel 4.6 Tabel Interpretasi Fixed Effect Model .................................................. 90
Tabel 4.7 Uji t-statistik ......................................................................................... 92
Tabel 4.8 Uji F-statistik ........................................................................................ 94
Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinansi .................................................................. 95
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 97
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 98
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas (White) ................................................. 99
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja ................................................... 21
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 55
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Timur ................... 75
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I (Data Penelitian)............................................................................... 128
Lampiran II (Uji Regresi Data Panel)..................................................................131
1. Common Effect Model ................................................................................ 131
2. Fixed Effect Model (FEM) .......................................................................... 132
3. Uji Chow ...................................................................................................... 134
4. Random Effect Model (REM) ..................................................................... 135
5. Uji Hausman ................................................................................................ 137
6. Uji Normalitas ............................................................................................. 138
7. Uji Autokorelasi........................................................................................... 139
8. Uji Multikolinearitas .................................................................................... 140
9. Uji White (Heteroskedastisitas) ................................................................... 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja dan lapangan pekerjaan masih menjadi masalah yang
menarik di Indonesia. Terlebih jika dikaitkan dengan bonus demografi
yang seharusnya punya potensi dan peran besar dalam pembangunan
ekonomi nasional. Pengkajian tentang peranan penduduk sebagai sumber
daya manusia dalam pembangunan ekonomi, merupakan hal yang sangat
mendasar mengingat penduduk adalah subjek pembangunan (Duwita,
2013:136).
Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar
keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas,
namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda, misalnya
juga ada kaitannya dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Upah dan Tingkat Pendidikan yang akan dibahas dalam penelitianini. Pada
dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan
penciptaan lapangan kerja. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro
ekonomi, mayoritas negara-negara berkembang angka penganggurannya
meningkat pesat terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga
kerja (Todaro, 2000). Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam
perekonomian dikendalikan oleh kekuatan penawaran dan permintaan,
namun pasar tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya karena
2
permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan (derived demand),
artinya permintaan akan tenaga kerja sangat tergantung dari permintaan
akan output yang dihasilkannya (Mankiw, 2006).
Ketenagakerjaan masih menjadi salah satu prioritas perhatian
pemerintah, hal ini dapat tercermin pada RPJMN 2014-2019, sasaran
pemerintah masih pada bidang ketenagakerjaan yaitu, menurunkan
Tingkat Pengangguran Terbuka dari 6% di tahun 2015 menjadi 4-5% di
tahun 2019, dan menciptakan 10 juta lapangan kerja baru dari tingkat
produktivitas sektor yang lebih rendah ke sektor yang lebih tinggi,
meningkatkan tenaga kerja terampil, menyediakan program perlindugan
sosial bagi pekerja, dan lain-lain.
Di bawah ini ditampilkan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2012 sampai dengan tahun 2018:
Tabel 1.1
Total Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-
2018 (Jiwa)
Tahun Angkatan
Kerja Bekerja Pengangguran TPT
2012 1.777.381 1.395.411 158.263 8,90
2013 1.776.330 1.391.025 142.058 8,04
2014 1.811.129 1.434.964 133.663 7,38
2015 1.539.491 1.423.957 115.534 7,50
2016 1.717.892 1.423.349 136.653 7,95
2017 1.654.964 1.540.675 114.289 6,91
2018 1.732.598 1.618.285 114.313 6,60
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur
3
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa angkatan kerja dan
tenaga kerja yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2012-
2018 cenderung fluktuatif. Terlihat bahwa secara absolut terjadi
peningkatan jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur
setiap tahunnya. Namun tidak ada peningkatan yang cukup tinggi dan
beberapa kali mengalami penurunan. Sampai periode Tahun 2018, TPT
Kalimantan Timur menunjukkan angka yang sangat tinggi jika
dibandingkan target yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2014-2019 yang
sebesar 4 s/d 5 persen.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan pertambahan angkatan
kerja telah menimbulkan masalah tersendiri. Dengan adanya
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang terus bertambah hingga
menumpuk pada usia produktif dan peningkatan jumlah angkatan kerja
tanpa diikuti dengan penyediaan lapagan pekerjaan akan mengakibatkan
semakin menurunnya jumlah orang yang bekerja. Seperti halnya di
Kalimantan Timur, jumlah orang yang tidak bekerja jumlahnya bertambah
terus menerus tentunya akan menambah beban perekonomian daerah dan
mengurangi kesejahteraan rakyat. Ketidakmampuan negara dalam
mengurangi peningkatan jumlah orang yang tidak bekerja merupakan
masalah yang cukup serius bagi pemerintah dan juga bagi masyarakat.
Perumusan kebijakan yang dapat memberikan dorongan kepada perluasan
lapangan kerja perlu dilakukan agar alat–alat dalam kebijakan ekonomi
dapat secara efektif mengurangi jumlah orang yang tidak bekerja.
4
Indikasi adanya masalah ketenagakerjaan salah satunya dapat
tercermin dari jumlah PDRB, yang mana merupakan salah satu indikator
keberhasilan ekonomi di daerah. Meningkatnya kinerja ekonomi daerah
melalui peningkatan jumlah PDRB nantinya diharapkan juga mampu
meningkatkan penciptaan lapangan kerja di daerah.
Grafik 1.1
PDRB ADHK Kalimantan Timur (Milyar, Rupiah)
Sumber: BPS Kalimantan Timur
Mulai menguatnya harga komoditas sumber energi (migas dan
batubara) di pasar internasional pada akhir tahun 2016 masih belum
mampu mengangkat nilai PDRB Kalimantan Timur.Dimana pada tahun
2016 pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur masih mengalami
kontraksi terendah.
Lesunya industri pertambangan menjadi salah satu penyebab
menurunnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada 2016.
Disamping adanya gejolak harga komoditas pertambangan (harga migas
410000
420000
430000
440000
450000
460000
470000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
PDRB ADHK
PDRB ADHK
5
dan harga batubara) di pasar global, juga ternyata dipengaruhi oleh
turunnya produktivitas pertambangan akibat dari sumur pengeboran
minyak yang sudah tua dan belum adanya penambahan eksploitasi sumur
baru.Bergantungnya ekonomi Kalimantan Timur pada sektor
pertambangan ini, memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap
perekonomian di Kalimantan Timur.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan nilai
tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
atau sektor di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat
mempengaruhi jumlah orang yang bekerja dengan asumsi apabila nilai
PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output dalam seluruh unit
ekonomi disuatu wilayah akan meningkat. Semakin besar output yang
dilakukan perusahaan maka akan mendorong perusahaan untuk menambah
permintaan tenaga kerja agar produksinya dapat ditingkatkan untuk
mengejar peningkatan output yang terjadi (Feriyanto, 2014). Semakin
mampu menggali potensi perekonomian daerah yang ada, maka akan
semakin besar pula PDRB suatu daerah, sehingga mampu meningkatkan
keuangan daerah dalam menunjang pembangunan dan pelaksanaan
otonomi daerah.
Perlambatan nilai PDRB di Provinsi Kalimantan Timur tersebut
tentunya akan berdampak terhadap jumlah orang yang bekerja. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dimas dan Nenik (2009) menyatakan
bahwa PDRB memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
6
tenaga kerja di DKI Jakarta, apabila PDRB meningkat sebesar 1 % maka
jumlah orang yang bekerja akan meningkat sebesar 1,23 %. Hal ini
menunjukkan jika terjadi penurunan PDRB pada suatu wilayah, maka
jumlah orang yang bekerja juga ikut menurun, begitupun sebaliknya.
Menurut Wallis (2002), peningkatan kinerja ekonomi secara
otomatis akan meningkatkan upah pekerja dan jumlah orang yang
bekerja.Kemudian Sinaga (2008) juga mengungkapkan bahwa kebijakan
pengupahan tidak hanya bertujuan untuk melindungi tenaga kerja, tetapi
juga untuk menjamin kelangsungan usaha dan mendorong pertumbuhan
lapangan kerja produktif. Pemerintah menetapkan upah minimum sebagai
jaring pengaman agar upah pekerja/buruh tidak merosot sampai tingkat
yang membahayakan kesehatan dan gizi pekerja/buruh.
Faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya tenaga kerja yang
bekerja tentunya adalah upah minimum. Upah minimum adalah tingkat
upah paling rendah yang masih boleh dibayarkan perusahaan kepada para
pekerjanya. Dengan kata lain, upah yang dibayarkan tidak boleh lebih
rendah dari pada upah minimum (Wilis: 2015). Menurut Sumarsono
(2003: 106) perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya
biaya produksi perusahaan. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh berdasarkan aturan Hick-Marshall dalam Santoso (2012),
jika upah meningkat maka total biaya produksi akan mengalami
peningkatan secara proporsional lebih tinggi. Sebagai konsekuensinya,
tingkat harga barang juga meningkat lebih tinggi sehingga kuantitas
7
barang yang diminta juga akan mengalami penurunan lebih tinggi, maka
perusahaan akan mengurangi jumlah orang yang bekerja yang diminta.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Simanjuntak (1985)
bahwa upah dipandang sebagai beban oleh pengusaha, karena semakin
besar tingkat upah akan semakin kecil proporsi keuntungan yang dinikmati
pengusaha. Oleh karena itu kenaikkan tingkat upah akan direspon oleh
pengusaha dengan menurunkan jumlah orang yang bekerja. Di samping itu
kenaikkan tingkat upah akan mendorong pengusaha menggunakan teknik
yang cenderung padat modal dalam proses produksinya agar tercapai
tingkat produktivitas dan efisiensi yang lebih besar sehingga
mengorbankan para pekerja. Kenaikan upah juga mendorong perusahaan
meningkatkan harga per unit produk sehingga konsumen cenderung
mengurangi konsumsi produk tersebut. Hal ini menyebabkan banyak hasil
produksi yang tidak terjual, akibatnya produsen terpaksa mengurangi
jumlah produksinya. Pengurangan jumlah produksi tersebut pada akhirnya
akan mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan (Kuncoro: 2002). Semua
hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya mendukung temuan
dari Gindling dan Terrell (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa
tingkat upah memiliki pengaruh terhadap tenaga kerja, dimana setiap 10%
kenaikkan upah minimum terjadi penurunan pekerja di masing-masing
sektor sebesar 1,09%.
8
Adapun peringkat daerah 10 Kabupaten Kota di Kalimantan Timur
yang memiliki pertumbuhan upah minimum kabupaten/kota dari yang
terbesar sampai yang terkecil dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2
Besaran Upah Minimum Provinsi di Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2012-2018 (Dalam Rupiah)
No Tahun Upah Minimum Provinsi
1 2012 Rp 1.177.000
2 2013 Rp 1.752.073
3 2014 Rp 1.886.315
4 2015 Rp 2.026.126
5 2016 Rp 2.161.153
6 2017 Rp 2.339.556
7 2018 Rp 2.543.332 Sumber: BPS Kalimantan Timur
Tabel di atas menunjukkan bahwa Upah Minimum
Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur meningkat setiap tahunnya. Dalam
tabel di atas ditemukan bahwa kenaikan upah minimum terbesar sepanjang
tahun 2012-2018 ada pada tahun 2013 sebesar Rp 575.073 dan kenaikan
upah minimum terkecil ada pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp 134.242.
Selain upah, yang mempengaruhi jumlah orang yang bekerja
adalah tingkat pendidikan, di Provinsi Kalimantan sendiri di samping
tingkat kepadatan penduduknya yang begitu besar juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikannya yang rendah sehingga tidak semua tenaga kerja
dapat diserap ke dalam lapanganpekerjaan yang jumlahnya terbatas.
9
Pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi
produktivitas kerjanya. Karena dengan pendidikan inilah seseorang
memiliki modal untuk melakukan produktivitas di dalam suatu pekerjaan
yang sesuai kriteria yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Penulis juga
berpendapat bahwa mereka yang terdidik lebih cepat terserap ke dalam
lapangan pekerjaan daripada mereka yang kurang terdidik. Maka dari itu
penulis tertarik untuk meneliti soal bagaimana peran pendidikan mampu
meningkatkan jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantann
Timur.Berikut ialah keadaan angakatan kerja menurut pendidikan tertinggi
yang ditamatkan di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2012-2018 di
pendidikan Diploma I/II/III, dan Universitas.
Tabel 1.3
Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Diploma I/II/III,
Universitas di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2018 (Jiwa)
Tahun
Jumlah Angkatan Kerja
Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Diploma I/II/III,
Universitas
2012 201.791
2013 216.318
2014 212.109
2015 256.454
2016 240.905
2017 340.752
2018 363.755
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur
10
Berdasarkan Tabel 1.4, angkatan kerja berdasarkan pendidikan
yang ditamatkan di Provinsi Kalimantan Timur mengalami trend yang
meningkat namun sempat mengalami penurunan pada tahun 2014 yaitu
sebesar 221.109 dan tahun 2016 sebesar 240.905. Angkatan kerja Diploma
I/II/III, Universitas yang terbesar ialah pada tahun 2018 yang mencapai
363.755 jiwa.
Seperti halnya di Provinsi Kalimantan Timur, meskipun jumlah
PDRB nya besar namun ternyata masih terdapat permasalahan
ketenagakerjaan yang tak lain ialah ketidakseimabangan jumlah angkatan
kerja dengan kapasistas lapangan kerja. Mirisnya, tenaga kerja pada
tingkat pendidikan tinggi yang seringkali terjerumus dalam lingkaran
pengangguran. Hal ini salah satunya disebabkan oleh penumpukan tenaga
kerja terdidik di suatu tempat yang tidak bisa terakomodir oleh lapangan
usaha yang tersedia. Akibatnya, banyak tenaga kerja yang terpaksa bekerja
di lapangan usaha atau jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pendidikan yang dimiliki serta harus rela menerima upah yang tidak sesuai
dengan standar pendidikannya. Jumlah dan proporsi orang yang bekerja
menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Pengaruh Produk Dmestik Regional Bruto (PDRB),
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Dan Tingkat Pendidikan
11
Terhadap Jumlah Orang Yang Bekerja Di Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2012-2018”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh PDRB secara parsial terhadap jumlah orang
yang bekerja di Kalimantan Timur?
2. Bagaimana pengaruh upah minimum kabupaten/kota secara parsial
terhadap jumlah orang yang bekerja di Kalimantan Timur?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan secara parsial terhadap
jumlah orang yang bekerja di Kalimantan Timur?
4. Bagaimana pengaruh PDRB, upah minimum kabupaten/kota, dan
tingkat pendidikan secara simultan terhadap jumlah orang yang
bekerja di Provinsi Kalimantan Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan dengan asumsi cateris paribus,
maka tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh PDRB secara parsial terhadap jumlah
orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
2. Untuk mengetahui pengaruh upah minimum kabupaten/kota secara
parsial terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan
Timur.
12
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan secara parsial terhadap
jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
4. Untuk mengetahui pengaruh PDRB, Upah Minimum Kabupaten/kota
(UMK), dan Tingkat Pendidikan secara simultan terhadap jumlah
orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Pemerintah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pemerintah pusat maupun daerah untuk memahami kondisi
ketenagakerjaan provinsi Kalimantan Timur, khususnya berkaitan
dengan penyerapan tenaga kerja. Serta sebagai masukan bagi
perencana pembangunan dalam merumuskan perencanaan
pembangunan bidang ketenagakerjaan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil enelitian ini dapat menjadi bahan atau rujukan untuk
peneliti selanjutnya pada penelitian sejenis supaya hasil penelitiannya
menjadi lebih baik lagi.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Terkait Variabel Penelitian
1. Tinjauan Tentang Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
dijelaskan bahwa tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika sudah memasuki usia kerja,
Menurut Suparmoko (2002), tenaga kerja diartikan sebagai
penduduk yang berada dalam usia kerja atau penduduk atau
penduduk di suatu negara yang menghasilkan barang dan jasa,
yang memasuki usia kerja yaitu 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Menurut Pujoalwanto (2014), secara garis besar penduduk
suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Tenga Kerja
Yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja menurut Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah mereka yang berusia 15
tahun sampai 64 tahun.
14
b. Bukan Tenaga Kerja
Yang dikelompokkan sebagai bukan tenaga kerja adalah
penduduk usia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun. Mereka
yang bukan tenaga kerja adalah orang-orang yang tidak dapat
bekerja atau tidak mampu dan tidak mau untuk bekerja
meskipun terdapat kesempatan kerja.
Tradena (2017) menjelaskan mengenai batas kerja.
Berdasarkan batas kerja tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Angakatan Kerja
Angkatan kerja merupakan penduduk yang memasuki usia
produktif yaitu berusia 15 sampai 64 tahun yang telah memiliki
pekerjaan, sedang tidak bekerja maupun sedang mencari
pekerjaan.
Sedangkan penduduk yang bekerja didefinisikan sebagai
penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan selama paling sedikit satu jam secara tidak terputus
selama seminggu yang lalu.
b. Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun
atau lebih yang kegiatannya sedang menempuh pendidikan
(bersekolah) atau ibu rumah tangga dan lain-lain.
15
Adapun bila dikaji dari segi kualitasnya, Pujoalwanto
(2014) menjelaskan bahwa tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki
kehalian di bidang tertentu yang diperoleh melalui pengalam
keja, melalui latihan yang dilakukan secara berulang-ulang,
sehingga dapat menguasai suatu pekerjaan.
b. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu
kehalian di bidang tertentu yang didapatkan melalui pendidikan
formal maupun non-formah yang diikuti sebelumnya.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga keja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja
yang bersifat kasar, yang hanya mengandalkan tenaganya saja,
tidak memerlukan pengalaman maupun pendidikan formal dan
non-formal.
b. Teori Permintaan Tenaga Kerja
Analisa permintaan tenaga kerja didasarkan atas asumsi bahwa
permintaan pasar tenaga kerja diturunkan dari permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa yang dibutuhkannya. Permintaan tenaga kerja
seperti ini disebut derived demand. Permintaan tenaga kerja adalah
hubungan antara tingkat upah (yang dilihat dari perspektif seorang
16
majikan adalah harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang
dikehendaki oleh majikan untuk diperkerjakan.
Secara garis besar, tenaga kerja adalah penduduk yang masuk
dalam usia kerja yang dapat melakukan pekerjaan baik dia mau atau
tidak dalam berpartisipasi dalam pekerjaan.
Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah
dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil
produksi:
a) Perubahan Tingkat Upah
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi
rendahnya biaya produksi perushaan. Apabila digunakan asumsi
bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal berikut ini:
1) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi
perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per
unit barang yang di produksi. Biasanya para konsumen akan
memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikkan harga
barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau
membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak
produksi barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen
menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi
mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan
penurunan jumlah orang yang bekerja yang dibutuhkan karena
17
pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala
produksi atau ―scale-effect‖.
2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal
lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka
menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya
dan menggantikan kebutuhkan akan tenaga kerja dengan
kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lain-
lain. Penurunan jumlah orang yang bekerja yang dibutuhkan
karena adanya penggantian atau penambahan mesin- mesin
disebut dengan efek substitusi tenaga kerja atau “substitution
effect”.
b) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan tenaga
kerja
1) Naik turunnya permintaan pasar.
Hal ini akan berkaitan dengan hasil produksi dari
perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan hasil
produksi perusahaan meningkat, produsen cenderung untuk
menambah penggunaaan tenaga kerjanya.
2) Harga barang-barang modal.
Apabila harga barang-barang modal turun dan tentunya
mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun.
Pada keadaan ini, produsen cenderung untuk
meningkatkan produksi barangnya karena permintaan
18
bertambah besar. Hal ini biasa disebut juga dengan skala
produksi atau “scale effect”.
Efek kedua yang terjadi apabila harga barang-
barang modal turun adalah efek subtitusi. Keadaan ini
dapat terjadi karena produsen cenderung untuk menambah
jumlah barang-barang modalnya (mesin mesin), sehingga
terjadi kapital intensif dalam proses produksi. Jadi, secara
relatif penggunaan tenaga kerja akan menurun.
Perusahaan mempekerjakan seseorang karena
seseorang itu membantumemproduksi barang dan jasa
untuk dijual kepada masyarakat ataukonsumen.
Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja,
tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat
terhadap barang yang diproduksinya. Di dalam pasar
diasumsikan seorang pengusaha tidak dapat memengaruhi
harga, perusahaan sebagai penerima harga pasar yang
berlaku dan tidak dapat merubah harga dengan menaikkan
atau menurunkan produksinya dengan harga yang berlaku.
Dalam memaksimumkan laba, pengusaha hanya dapat
mengatur berapa jumlah karyawan yang dapat
dipekerjakan. Pengusaha harus membuat pilihan mengenai
input (pekerja dan input lainnya) serta output (jenis dan
jumlah) dengan kombinasi yang tepat agar diperoleh
19
keuntungan maksimal. Agar mencapai keuntungan
maksimal, pengusaha akan memilih atau menggunakan
input yang akan memberikan tambahan penerimaan yang
lebih besar dari tambahanan terhadap total biayanya.
c. Teori Penawaran Tenaga Kerja
Secara khusus, suatu kurva penawaran melukiskan jumlah
maksimum yang siap disediakan pada setiap kemungkinan tingkat
upah untuk periode waktu.Sebagai alternatif, kurva penawaran
tenaga kerja dapat dipandang bagi setiap kemungkinan jumlah
orang yang bekerja sebagai tingkat upah minimum yang dengan
tingkat itu para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakan
jumlah khusus itu. Salah satu dari kedua pandangan itu, penawaran
tenagakerja harus ditinjau sebagai suatu skedul alternatif yang
diperoleh pada suatu titik waktu tertentu yang telah ditetapkan.
Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi dari upah,
sehingga jumlah orang yang bekerja yang ditawarkan akan
dipengaruhi oleh tingkat upah terutama untuk jenis jabatan yang
sifatnya khusus. Contoh apabila upah sebagai kepala marketing
naik relatif lebih tinggi dari upah jenis jabatan di bagian
administrasi (karena kebutuhan yang meningkat), maka dapat
diduga bahwa tendensasi untuk menjadi kepala marketing akan
meningkat pula. Akibatnya kenaikan dari upah akan
mempengaruhi jumlah orang yang bekerja yangditawarkan.
20
Sebetulnya penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan
seseorang apakah dia mau bekerja atau tidak.Keputusan ini tergantung
pula pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan waktunya,
apakah digunakan untuk bekerja, apakah digunakan untuk bekerja,
apakah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya lebih
santai (tidak produktif tetapi konsumtif) atau merupakan kombinasi
keduanya.
Di dalam suatu pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja
yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaannya, upah cenderung
untuk mencapai tingkat yang rendah.Sebaliknya di dalam suatu
pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang terbatas tetapi
permintaannya sangat besar, upah cenderung mencapai tingkat
tinggi.Perhatiakan sajalah perbedaan akuntan dan ahli ekonomi.
Penawaran ahli ekonomi relatif lebih banyak dari penawaran akuntan,
maka walaupun permintaan keatas mereka relatif lebih sama, ahli
ekonomi menerima upah yang lebih rendah dari akuntan.
d. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar
secara bersama menentukan suatu tingkat upah keseimbangan dan
suatu penggunaan tenaga kerja keseimbangan. Dengan demikian,
bahwa gerakan naiknya tingkat upah mendorong menigkatnya jumlah
orang yang bekerja yang tersedia. Bahkan pada haikatnya, tingkat upah
itu harus naik untuk menghapuskan kelebihan permintaan, yaitu
21
ditentukan oleh tanggapan skedul penawaran tenaga kerja terhadap
perubahan tingkat upah. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang
membentuk ―full employment‖ tidaklah tetap.
Pokok persoalan yang penting untuk diketahui ialah tingkat
penggunaan tenaga kerja dalam keseimbangan secara bersama sama
ditentukan/dipengaruhi oleh keputusan tingkat upah sambil berpegang
kepada permintaan tenaga kerja yang konstan. Tingkat penggunaan
tenaga kerja dalam suatu perusahaan merupakan akibat dari suatu
perubahan dalam penawaran tenaga kerja pasar.
Gambar 2.1
Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Dalam Gambar 2.1, suatu kenaikan dalam jumlah orang yang
bekerjaialah keseimbangan dari Q ke Q1. Akan tetapi, kenaikkan
dalam penggunaan tenaga kerja itu dibarengi oleh suatu penurunan
dalam keseimbangan We ke W1, sementara seluruh penggunaan
tenaga kerja (dan bersama dengan itu juga seluruh output) mengalami
kenaikkan. Suatu jumlah orang yang bekerja yang lebih banyak tenaga
22
kerja bergerak menurun sepanjang garis skedul nilai produk tenaga
kerja fisik marginal (value of marginal physical product of labor).
Dengan VMPP tertentu yang lebih rendah dari tambahan dari
tambahan pekerja, maka perusahaan akan bersedia memperkerjakan
karyawan-karyawan tambahan itu haya apabila tingkat upah menurun.
Akan tetapi, sekarang persaingan di kalangan karyawan yang lebih
besar akan benar-benar mengakibatkan jatuhnya upah yang diperlukan
oleh para majikan agar bersedia memperkerjakan jumlah tambahan
tenaga kerja yang tersedia itu.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Pengertian PDRB
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit produksi di suatu daerah selama satu
periode tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di daerah dalam satu
periode tertentu. PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu
daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena
itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat
bergantung kepada potensi faktor-faktor produksi di daerah tersebut.
23
b. Cara Perhitungan dan Penyajian PDRB
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), cara perhitungan PDRB
dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu:
1). Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah
tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto
tiap kegiatan sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun).
2). Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan merupakan suatu pendekatan dimana
pendapatan nasional diperoleh melalui penjumlahan pendapatan dari
berbagai faktor produksi yang menyumbang terhadap produksi.
Pendapatan nasional yang dimaksud diperoleh melalui penjumlahan
dari berbagai unsur dan jenis pendapatan, diantaranya:
1) Kompensasi untuk pekerja terdiri dari upah (wages) dan gaji
(salaries) ditambah faktor lain terhadap upah dan gaji
(misalnya, rencana dari pengusaha dalam hal pensiun dan dana
jaminan sosial).
2) Keuntungan perusahaan merupakan kompensasi kepada
pemilik perusahaan yang mana digunkan untuk membayar
pajak keuntungan perusahaan, dibagikan kepada para pemilik
24
saham sebagai deviden dan ditabung perusahaan sebagai laba
perusahaan yang tidak dibagikan.
3) Pendapatan usaha perorangan merupakan kompensasi atas
penggunaan tenaga kerja dan sumber-sumber dari self
employeed person, self employeed professional dan lain-lain.
4) Pendapatan sewa merupakan kompensasi yang untuk pemilik
tanah, rental business dan recidential properties.
5) Bunga netto atau net interest terdiri dari bunga yang
dibayarkan perusahaan dikurangi bunga yang diterima oleh
perusahaan ditambah bunga netto yang diterima dari luar
negeri, bunga yang dibayar pemerintah dan konsumen tidak
termasuk didalamnya.
Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa
faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah,
bunga modal dan keuntungan.Semua hitungan tersebut sebelum
dipotong pajak penghasilah dan pajak lainnya.
3). Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran merupakan pendapatan nasional yang
diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh
permintaan akhir atas output yang dihasilkan perekonomian dan
diukur pada harga pasar yang berlaku. Dapat dikatakan bahwa PDRB
25
adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir. Komponen-
komponen tersebut meliputi:
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
d. Perubahan stok.
e. Ekspor netto.
Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
disusun dalam dua bentuk, yaitu:
1) PDRB atas dasar harga yang berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada setiap tahun. PDRB atas harga berlaku dapat digunakan
untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
2) PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas harga konstan
digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi riil
dari tahun ke tahun, dimana faktor perubahan harga telah
dikeluarkan.
Pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik mengubah harga
tahun dasar, yang semula tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar
26
2010. Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan
tahun 2000 karena beberapa alasan berikut:
1) Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh)
tahun terakhir terutama dibidang informasi dan teknologi serta
transportasi yang berpengaruh terhadap pola distribusi dan
munculnya produk-produk baru.
2) Teridentifikasinya pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi,
cakupan dan metodologi sesuai rekomendasi dalam System of
National Account (SNA) 2008.
3) Perekonomian Indonesia relatif stabil.
3. Upah Minimum Kabupaten/Kota
1) Dasar Hukum Upah Minimum
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
No.78 Tahun 2015, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
Ketentuan mengenai upah minimum diatur dalam pasal 41-
50 Undang-Undang No.78 Tahun 2015. Upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat 1-2 terdiri atas:
27
1) Gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring
pengaman.
2) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas: Upah tanpa
tunjangan dan upah pokok termasuk tunjangan tetap.
Upah minimum yang dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
setiap tahun berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud pad ayat (1)
merupakan standar kebutuhan seorang Pekerja/Buruh lajang untuk
dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.
Komponen dan pelaksanaan tahap pencapaian kebutuhan hidup
layak sebagaimana dimaksud ayat 2 diatur dengan keputusan
menteri. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari
upah minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 41.
Pemerintah menetapkan upah minimum yang diatur
pemerintah yang ide awalnya merupakan jaring pengaman agar
perusahaan membayarkan upah dengan harapan kebutuhan dasar
bagi kehidupan pekerja relatif mendekati terjangkau. Namun
kenyataannya upah minimum masih jauh dari kebutuhan dasar
pekerja sehingga belum berhasil menciptakan hubungan industrial
seperti yang diharapkan.
28
2) Penetapan Upah Minimum
Penetapan upah minimum di Indonesia dilakukan setiap
tahun yang didasarkan pada kebutuhan hidup layak dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Di Provinsi Kalimantan Timur sendiri penetapan upah
minimum merupakan hasil kesepakatan bersama dalam Dewan
Pengupahan Kota/Kabupaten antara pengusaha, pekerja, dan
pemerintah (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) yang juga
dihadiri oleh beberapa perwakilan serikat pekerja. Kemudian
barulah selanjutnya nota kesepakatan UMK tersebut akan segera
dikirim kepada Gubernur Kalimantan Timur untuk ditetapkan.
Penetapan upah minimum dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut:
UMn = UMt + {UMt × (Inflasi + % ΔPDBt)}
Keterangan:
UMn = Upah minimum yang akan ditetapkan
UMt = Upah minimum tahun berjalan
Inflasi = Inflasi yang dihitung dari periode September tahun yang
lalu sampai dengan periode September tahun berjalan
ΔPDBt = Pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang dihitung dari
pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang mencangkup
periode kwartal III dan IV tahun sebelumnya dan periode
kwartal I dan II tahun berjalan.
29
3) Teori Upah
a. Teori Malthus
Salah seorang tokoh mazhab klasik ini meninjau upah
dalam kaitannya dengan perubahan penduduk. Jumlah penduduk
merupakan faktor strategis yang di pakai untuk menjelaskan
berbagai hal. Oleh karena itu, tingkat upah yang terjadi adalah
karena hasil bekerjanya permintaan dan penawaran.
Sudut pandang kaum klasik bertitik tolak dari sisi
penawaran (supply side economies) yang akhir-akhir ini menjadi
popular lagi. Tingkat upah sebagai harga penggunaan tenaga kerja,
juga banyak ditentukan oleh penawaran tenaga kerja, seperti
diutarakan di muka bahwa sumber utama penawaran tenaga kerja
adalah penduduk.
Bila penduduk bertambah, penawaran tenaga kerja juga
bertambah, maka hal ini menekan tingkat upah. Sebaliknya pun
secara simetris tingkat upah akan menaik bila penduduk berkurang
sehingga penawaran tenaga kerja pun berkurang. Oleh karena itu,
dilihat dari sisi lain usaha menaikkan tingkat upah tidak akan ada
faedahnya dalam jangka panjang sebab bila upah lebih tinggi dari
semula, diperkirakan orang akan menjadi makmur sehingga ada
kecendrungan untuk tidak ragu-ragu untuk mempunyai keluarga
besar.
30
Sebaliknya, bila ada usaha untuk menurunkan tingkat upah,
maka kemakmuran akan berkurang. Penurunan kemampuan
ekonomis ini akan mendorong orang untuk berhemat. Orang tidak
mampu mempunyai keluarga besar dan memilih sedikit jumlah
anak, berkurangnya jumlah penduduk akan mengangkat tingkat
upah ke atas menuju ke tingkat semula. Jadi, dalam jangka panjang
tingkat upah akan naik turun sesuai dengan perubahan jumlah
penduduk dan akhirnya selalu kembali ketingkat semula.
b. Teori Jhon Stuart Mills
Mills adalah seorang tokoh mazhab klasik yang
pendapatannya dapat menyimpulkan bahwa tingkat upah juga tidak
akan beranjak dari tingkat semula, namun dengan alasan yang
berbeda. Menurutnya, dalam masyarakat tersedia dana upah (wage
funds) untuk pembayaran upah. Dunia usaha menyediakan
sebagian dari dananya yang diperuntukkan bagi pembayaran upah.
Pada saat investasi sudah dilaksanakan, jumlah dana
tersebut sudah tentu tersedia. Jadi tingkat upah tidak dapat berubah
jauh dari alokasi tersebut. Dari dua tokoh klasik ini dapat
disimpulkan ada kesan pesimisme bahwa tingkat upah hanya akan
berkisar pada tingkat yang rendah. Seberapa rendah tingkat
tersebut, yaitu tingkat yang dapat mempertahankan kehidupan.
Masa dimana pendapatan ini berkembang secara kebetulan
bertepatan dengan terjadinya revolusi industri yang menyerap
31
tenaga kerja dengan upah yang rendah. Disamping karena
rendahnya keterampilan mereka, hal ini juga karena sikap kurang
begitu menghargainya pemimpin usaha terhadap peranan tenaga
kerja.
c. Teori Ekonomi Klasik (Stopler-Samuelson)
Teori ini menunjukkan koreksi harga relatif input (upah
relatif terhadap biaya capital) melalui liberalisme ekonomi, maka
akan mengarahkan alokasi faktor produksi dengan menggunakan
input yang berlebih, dalam hal ini tenaga kerja. Kenaikan pangsa
nilai produksi marjinal tenaga ini akan meningkatkan tingkat upah
riil. Dengan demikian, sebetulnya tidak akan terjadi keraguan
bahwa dalam pasar yang semakin bebas, kenaikan marginal
product of labor (produktivias tenaga kerja) akan selalu diikuti
oleh kenaikan upah riil. Dengan demikian, penetapan upah
minimum tidak berarti banyak, bahkan hanya menciptakan distorsi
baru dalam perekonomian.
d. Teori David Ricardo
Teori ini mengemukakan suatu teori yang disebut dengan
teori nilai kerja. Menurut David Ricardo, upah pekerja bergantung
kepada keperluan subsistensi, yaitu kebutuhan minimum yang
diperlukan para pekerja agar dapat bertahan hidup dan kebutuhan
minimum tergantung pada lingkungan dan adat istiadat. Dalam
32
teori ini, David Ricardo mengatakan ketika standar umum
kehidupan meningkat, upah minimum yang dapat dibayarkan
kepada pekerja juga meningkat.
Jika jumlah orang yang bekerja yang masuk ke dalam
lapangan pekerjaan dikaitkan dengan upah minimum, maka dapat
diketahui bahwa ada kecenderungan hubungan yang negatif upah
dengan sebarapa banyak tenaga kerja yang memasuki lapangan
pekerjaan. Meningkatnya jumlah upah akan menyebabkan
pembengkakan pengeluaran industri yang akan menurunkan
besaran laba optimum industri tersebut. Tentunya ini akan
menghambat industri untuk berkembang, selanjutnya untuk
mengatasi permasalahan tersebut tidak jarang suatu industri harus
menempuh dengan cara pengurangan tenaga kerja atau
Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK). Hal ini dilakukan semata-
mata untuk menghemat pengeluaran atau biaya produksi dan demi
tercapainya laba optimum.
e. Teori Adam Smith
Teori ini menyatakan apabila terjadi kenaikan tingkat upah
rata-rata, maka akan diikuti oleh turunnya jumlah orang yang
bekerja yang diminta dan terjadi pengangguran. Sebaliknya,
turunnya tingkat upah rata-rata akan diikuti oleh meningkatnya
kesempatan kerja.
33
Teori ini juga menjelaskan adanya hubungan antara waktu
bekerja dan pengalaman dengan penghasilan atau upah. Tenaga
kerja cenderung meningkatkan waktu kerja untuk menambah atau
memperbesar tingkat upah. Namun pada saat tertentu setelah
tingkat upah cukup tinggi, maka pekerja akan mengurangi waktu
bekerja dan menambah waktu istirahat atau rekreasi.
f. Teori Kelompok Neoklasik
Masih termasuk klasik karena sependapat dengan mereka
tentang pentingknya kebebasan berusaha. Pembaruan yang
diajukan antara lain terletak pada perubahan dalam sikap yang
meninggalkan pesimisme. Inti usulan yang diajukan adalah bahwa
tingkat upah dapat saja tinggal asal sesuai dengan produk
marginalnya. Memang menurut mazhab ini tingkat upah cenderung
sama dengan nilai pasar dari produk marginal. Mazhab ini
memberi kemungkinan bahwa tenaga kerja pada tingkat mikro
tidak homogen. Karena tingkat upah juga tidak sama untuk semua
tenaga kerja. Setiap tingkat kualitas tenaga kerja terdapat satu
tingkat produk marginal dan satu tingkat upah.
Kualitas tenaga kerja merupakan dasar bagi pencapaian
produktifitas. Kualitas ini tergantung atas modal insani yang
diisikan kedalam diri tenaga kerja. Makin banyak modal yang
masuk, makin tinggi kualitasnya, modal yang dimaksud terdiri atas
pendidikan latihan, pengalaman kerja dan kesehatan mereka.Jalan
34
pikiran mazhab neoklasik ini masih mendominasi jalan pikiran
sekarang.
g. Teori Mankiw (Efficieny Wage Theory)
Upah minimum tidak memiliki dampak penurunan tenaga
kerja dikarenakan ketika tingkat upah naik maka pekerja mampu
memenuhi kebutuhan hidup lebih tinggi dari angka kebutuhan
hidup layak. Ketika nutrisi para pekerja lebih baik maka mereka
akan memiliki produktifitas yang lebih tinggi dan dampaknya akan
meningkatkan output. Tingginya produktifitas karyawan dalam
menghasilkan output dapat menekan biaya produksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan sehingga tidak terjadi pengurangan
tenaga kerja. Jadi meskipun marginal cost yakni tingkat upah naik
namun hal tersebut tidak berdampak dikarenakan marginal product
of labor (MPL) juga mengalami kenaikan sehingga kondisi laba
keseimbangan MC=MR atau W=MPL x P tetap terjaga dengan
baik. Dengan membayar upah yang lebih tinggi maka pekerja akan
meningkatkan produktifitas dan tidak akan bermalas-malasan dan
dengan demikian meningkatkan produktifitas mereka.
4. Tingkat Pendidikan
Andrew E. Sikula menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu
proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan
terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari
35
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum.
Pendapat lain menurut Azyumardi Azra menyatakan bahwa tingkat
pendidikan merupakan suatu kegiatan seseorang dalam
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah lakunya, baik
untuk kehidupan masa kini sekaligus persiapan bagi kehidupan masa
yang akan datang dimana melalui organisasi tertentu ataupun tidak
terorganisir.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), tingkat pendidikan
adalah tahap yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, keluasan bahan pengajaran, dan tujuan
pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu
proses peserta didik dalam meningkatkan pendidikan sesuai dengan
jenjang yang akan ditempuhnya dalam melanjutkan pendidikan.
Tingkat pendidikan ini sendiri ditempuh secara manajerial atau
terorganisir.
a. Tingkat Pendidikan Terkait Pembangunan Nasional
Pada hakikatnya, pendidikan dalam konteks pembangunan
nasional mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan
kesempatan, dan pengembangan potensi diri. Menurut Nuansa
Aulia (2018) pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan
bangsa dalam NKRI, memberikan kesempatan yang sama bagi
setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan
36
memungkinkan untuk setiap warga negara untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Memasuki era globalisasi yang semakin meluas, dunia
pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan para peserta didik
yang dapat bersaing dalam dunia kerja. Namun pada kenyataannya,
apabila dilihat dari segi kualitas, pendidikan saat ini masih jauh
dari yang diharapkan, karena belum meratanya mutu pendidikan
yang baik di Indonesia.
Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (kualitas)
atau pencapaian pendidikan formal dari penduduk suatu negara.
Semakin tinggi tamatan pendidikan seseorang, maka semakin
tinggi pula kemampuan kerja (the working capacity) atau
produktivitas seseorang dalam bekerja. Pendidikan formal
merupakan syarat teknis yang sangat berpengaruh terhadap
pencapaian kesempatan kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
maka semakin tinggi pula kemampuan atau keterampilan seseorang
dalam bekerja.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui tamatan
pendidikan diharapkan dapat mengurangi jumlah orang yang tidak
bekerja, dengan asumsi tersedianya lapangan pekerjaan formal.
Hal ini dikarenakan semakin tinggi kualitas seseoarang dalam hal
ini tenaga kerja, maka peluang untuk bekerja akan semakin luas.
37
Pada umumnya untuk bekerja di bidang atau pekerjaan
yang bergengsi membutuhkan orang-orang (tenaga kerja)
berkualias, profesional, dan sehat, agar mampu melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien.
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang
ditamatkan menggambarkan tingkat ketersedian tenaga terdidik
atau sumber daya manusia pada daerah tertentu. Semakin tinggi
tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi pula peluang
seseorang tersebut untuk dapat memasuki lapangan pekerjaan.
b. Pendidikan dan Peningkatan Kualitas SDM
Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005) menjelaskan
pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar
untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap,
pengetahuan dan keterampilan kerja pada calon pekerja.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya
meningkatkan kualitas manusia yang menyangkut pengembangan
aktivitas dalam bidang pendidikan dan latihan. Pendidikan
merupakan salah satu saranadalam mengembangkan kecerdasan,
kemampuan pengetahuan dan keterampilan, melalui pendidikan
yang baik. Kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dapat lebih
ditingkatkan, hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu
38
sendiri, yaitu merubah sikap pengetahuan dan perilaku peserta
pendidikan sesuai yang diharapkan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana unduk mewudujkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan termasuk kedalam salah satu investasi pada
bidang sumber daya manusia, yang mana investasi tersebut
mengacu pada teori Human Capital (teori modal manusia). Dimana
setelah mengikuti pendidikan dengan berbagai jenis dan bentuk
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai
berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan
produktivitas kerja, dan peningkatan nilai rasional (social benefit)
individu dibandingkan dengan sebelum mengecap pendidikan.
c. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri atas:
39
1) Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
2) Pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang.
3) Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Ketiga jalur pendidikan ini dapat saling
melengkapi dalam pembentukan keperibadian, pengetahuan,
serta keterampilan seseorang.
d. Teori Human Capital
Keberhasilan pembangunan yang dilihat dari indicator
kinerja sektor pendidikan adalah adanya kesempatan bagi
masyarakat usia didik untuk mendapatkan pendidikan yang layak
secara kualitas dan kuantitas. Tingginya ratarata pendidikan
diperlukan masyarakat untuk menghadapi tantangan global di
masa mendatang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi
sehingga terbentuklah manusia yang bermutu tinggi, mempunyai
pola pikir tinggi yang modern dan
mengembangkan kapasitas produksi sehingga mampu menjadi
penggerak rodaroda pembangunan di masa depan. Dalam hal ini
berarti pendidikan berperan strategis dalam konteks pembangunan
40
kapasitas dan peningkatan keahlian, kompetensi professional dan
kemahiran teknikal serta merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga
tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut, hal ini
sesuai dengan teori human capital bahwa seseorang
dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan
pendidikan (Simanjuntak, 2008).
e. Teori Mankiw
Kemudian khusus pada tingkat perguruan tinggi, Mankiw
memiliki teori khusus mengenai tenaga kerja tersebut. Perusahaan
memproduksi barang dan jasa yang kelak akan dikonsumsi dan
investasi dalam modal fisik. Universitas memproduksi faktor
produksi yang disebut dengan ilmu pengetahuan yang kemudian
digunakan oleh kedua sektor yakni fungsi produksi dalam
perusahaan. Dalam hal ini, perguruan tinggi, angkatan kerja, dan
perusahaan industri manufaktur memiliki hubungan yang saling
menguntungkan. Angkatan kerja yang memiliki pendidikan hingga
tahap universitas dan bekerja di industri kelak akan memiliki
kapabilitas dalam mengembangkan industri dengan cara
memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk
meningkatkan output. Output yang meningkat ini nantinya akan
berdampak pada peningkatan jumlah orang yang bekerja
41
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian-Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
1. Hery
Ferdinan
(2011)
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah,
PDRB, dan Upah
Riil Terhadap
Tenaga Kerja di
Sumatera Barat
Variabel:
Pengeluaran
Pemerintah,
PDRB, Upah
Riil, dan
Jumlah orang
yang bekerja
Alat Analisis:
Data Panel
dengan Fixed
Effect Model
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
jumlah orang yang
bekerja di Sumatera
Barat dipengaruhi
oleh pengeluaran
pemerintah, PDRB,
dan upah riil.
Ketiganya
berpengaruh
signifikan.
Variabel
independen:
Pengeluaran
Pemerintah,
UMK, dan
PDRB, dan
Teanaga Kerja
Metode: Sama
Periode: 2005-
2010
Objek
Penelitian:
Sumatera
Barat
2. Hasri Wisnu
Werdana
(2017)
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah,
UMK, dan
PDRB terhadap
Tenaga Kerja di
Provinsi Jawa
Barat
Variabel:
Pengeluaran
Pemerintah,
UMK, PDRB,
dan Teanaga
Kerja
Alat Analisis:
data panel
(fixed effect
model).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengeluaran
pemerintah dan PDRB
secara simultan
berpengaruh
signifikan dan positif,
variabel UMK positif
namun tidak
signifikan terhadap
variabel jumlah orang
yang bekerja.
Variabel :
Pengeluaran
Pemerintah,
UMK, dan
PDRB
Metode: Sama
Periode: 2013-
2015
Objek
Penelitian:
Provinsi Jawa
Barat
42
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
3. Dita
Pratama
Atiyatna,
Nurlina T.
Mahyuddin,
Bambang
Bemby
Soebyakto
(2016)
Pengaruh Upah
Minimum,
Pertumbuhan
Ekonomi, dan
Pendidikan
Terhadap Tenaga
Kerjadi Provinsi
Sumatera Selatan
Variabel: Upah
Minimum,
Pertumbuhan
Ekonomi,
Pendidikan,
dan Jumlah
Tenaga Kerja
Alat Analisis:
Regresi
Berganda
Hasilnya
menunjukkan bahwa
upah minimum dan
pendidikan
mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
terhadap jumlah orang
yang bekerja.
Variabel
independen:
upah
minimum,
pertumbuhan
ekonomi, dan
pendidikan
Metode: Sama
Periode: 2010-
2015
Objek
Penelitian:
Provinsi
Sumatera
Selatan
4. Danu
Annuari
(2018)
Pengaruh Upah
Minimum dan
Tingkat
Pendidikan
terhadap Tenaga
Kerja di Provinsi
Lampung
Variabel: Upah
Minimum,
Tingkat
Pendidikan,
dan Tenaga
Kerja
Alat Anaisis:
Regresi Linier
Berganda
Hasilnya apat
disimpulkan bahwa
secara simultan (Uji
F) upah minimum dan
tingkat pendidikan
berpengaruh positif
terhadap jumlah orang
yang bekerja, secara
parsial (Uji T) upah
minimum sedangkan
tingkat pendidikan
berpengaruh
signifikan terhadap
jumlah orang yang
bekerja di
Kabupaten/Kota
Provinsi Lampung.
Variabel
independen:
UMK dan
Tingkat
Pendidikan
Metode:
Regresi Linier
Berganda
Periode: 2010-
2016
Objek
Penelitian:
Provinsi
Lampung
43
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
5. Muhammad
Fuad Kadafi
(2013)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Tenaga Kerja
Pada Industri
Konveksi di Kota
Malang
Variabel:
Modal, Volume
Penjualan,
Tingkat
Pendidikan,
dan Tingkat
Upah
Alat Analisis:
Regresi
Berganda
Hasil penelitian
meunjukkan bahwa
variabel tingkat
pendidikan
mempunyai pengaruh
yang sangat tinggi
tergadap jumlah orang
yang bekerja pada
industri konveksi di
Kota Malang.
Variabel
independen:
Modal,
Volume
Penjualan,
Tingkat
Pendidikan
dan Upah
Metode:
Regresi
Berganda
Periode: 2013
Obyek
Penelitian:
Malang
6. Febryana
Rizqi
Wasilaputri
(2016)
Pengaruh UMP,
PDRB, dan
Investasi
terhadap Tenaga
Kerja di Pulau
Jawa
Variabel: UMP,
PDRB, Tenaga
Kerja
Alat Analisis:
analisis regresi
data panel
dengan model
regresi fixed
effect
UMP secara parsial
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap jumlah orang
yang bekerja; PDRB
secara parsial
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap jumlah orang
yang bekerja;
UMP, PDRB dan
investasi secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap
variabel jumlah orang
yang bekerja.
Variabel
independen:
UMP, PDRB,
dan Investasi
Metode: sama
Periode: 2010-
2014
Objek
Penelitian:
Pulau Jawa
44
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
7. I Gusti
Agung
Indradewa
dan Ketut
Suardhika
Natha
(2013)
Pengaruh Inflasi,
PDRB, dan Upah
Minimum
terhadap Tenaga
Kerja di Provnsi
Bali
Variabel:
Inflasi, PDRB,
Upah
Minimum, dan
Tenaga Kerja
Alat Analisis:
Regresi Linier
Berganda
Hasil yang diperoleh
adalah secara
simultan, ketiga
variabel bebas yang
diuji memiliki
pengaruh yang
signifikan, sedangkan
secara parsial, Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB) dan
upah minimum
memiliki pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
jumlah orang yang
bekerja di Provinsi
Bali periode tahun
1994-2013.
Variabel
independen:
Inflasi, PDRB,
dan Upah
Mianimum
Metode:
Regresi Linier
Berganda
Periode: 1994-
2013
Obyek
Penelitian:
Provinsi Bali
8. Imam
Buchari
(2015)
Pengaruh Upah
Minimum dan
Tingkat
Pendidikan
terhadap Tenaga
Kerja Sektor
Industri
Manufaktur di
Pulau Sumatera
Variabel : Upah
Minimum dan
Tingkat
Pendidikan
Alat Analisis:
Data Panel
dengan Fixed
Effect Model
Hasil analisis secara
simultan, upah
minimum dantingkat
pendidikan secara
signifikan
mempengaruhi jumlah
orang yang bekerja
pada Industri
manufaktur di Pulau
Sumatera. Sedangkan
Tingkat pendidikan
menunjukkan dampak
signifikan positif pada
jumlah Tenaga Kerja.
Variabel
independen:
Upah
Minimum dan
Tingkat
Pendidikan
Metode: Sama
Periode: 2012-
2015
Objek
Penelitian:
Pulau
Sumatera
45
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
9. Arief
Budiarto
dan Made
Heny
Urmila
Dewi
(2015)
Pengaruh PDRB
dan UMP
terhadap Tenaga
Kerja Melalui
Mediasi Investasi
di Provinsi Bali
Variabel:
PDRB, UMP,
Investasi, dan
Tenaga Kerja
Alat Analisis:
Analisis Jalur
(Path Analysis)
Hasil analisis data
menunjukkan, bahwa
PDRB berpengaruh
positif signifikan
terhadap investasi dan
jumlah orang yang
bekerja. Upah
minimum
berpengaruh negatif
namun tidak
signifikan terhadap
investasi dan jumlah
orang yang bekerja.
Investasi berpengaruh
negatif signifikan
terhadap jumlah orang
yang bekerja.
Investasi bukan
merupakan variabel
mediasi pengaruh
upah minimum
provinsi terhadap
jumlah orang yang
bekerja dan bukan
merupakan variabel
mediasi pengaruh
PDRB terhadap
jumlah orang yang
bekerja.
Variabel
independen:
PDRB, UMP,
dan Investasi
Metode:
Analisis Jalur
Periode: 1993-
2013
Objek
Penelitian:
Provinsi Bali
46
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
10. Gindling
dan Terrell
(2004)
The Effects of
Multiple
Minimum Wages
Throughout the
Labor Market
Variabel: Upah
Minimum, Jam
Kerja, dan
Tenaga Kerja
Alat Analisis:
Data Panel
Hasil temuan ini
menemukan bahwa
tingkat upah memiliki
pengaruh terhadap
jumlah orang yang
bekerja, dimana setiap
10% kenaikan upah
minimum terjadi
penurunan pekerja di
masing-masing sektor
sebesar 1,09%.
Variabel
independen:
Upah
Monimum dan
Jam Kerja
Metode: Data
Panel
Periode: 1988-
2000
Objek
Penelitian:
Kosta Rika
11. Haroon
Bhorat,
Ravi
Kanbur and
Natasha
Mayet
(2013)
The Impact of
Sectoral
Minimum Wage
Laws on
Employment,
Wages, and
Hours of Work
in South Africa
Variabel: Upah
Minimum, Jam
Kerja, dan
Tenaga Kerja
Metode: Uji
Beda
Upah minimum tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
lapangan kerja. Jam
kerja berpengaruh
signifikan terhadap
upah.
Variabel:
Upah
Minimum dan
Jam Kerja
Metode: Uji
Beda
Periode: 2000-
2007
Objek
Penelitian:
Afrika Selatan
12. Linda A
Bell (2012)
The Impact of
Minimum Wages
in Mexico and
Columbia
Variabel: Upah
Minimum dan
Tenaga Kerja
Alat: Analisis:
Data Panel
Hasilnya
menunjukkan bahwa
dampak upah
minimum
menyebabkan
disemployment effect
di Colombia dan
dampak terbesarnya
pada pekerja low skill.
Variabel:
Upah
Metode: Data
Panel
Periode: 1980
Objek
Penelitian:
Mexico dan
Columbia
47
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
13. Downes
(1998)
An
EconomicAnalys
is of
Unemployment
in Trinidad and
Tobago
Variabel:
Pengangguran
Metode:
Ordinary least
Squares (OLS)
dan Error
Correction
Model
Penelitian
tersebutmenyimpulka
n bahwa variabel-
variabel yang
dominan
mempengaruhi
penurunan
tingkat pengangguran
di Trinidad dan
Tobago adalah GDP.
Peningkatan upah
riiljuga berdampak
pada tingkat
pengangguran.
Variabel:
Pengangguran
Metode:
Ordinary least
Squares
(OLS)dan
Error
Correction
Model
Periode: 1963-
1996
Objek
Penelitian:
Trinidad dan
Tobago
14. Summoen
Checcini
and Andrass
Uthoff
(2008)
Poverty and
employment in
Latin America
Variabel:
Kemiskinan
dan
Pengangguran
Metode:
Analisis
pendapatan
moneter
menggunakan
ECLAC
Pasar tenaga kerja
mempengaruhi
kecenderungan
perbedaan kemiskinan
antar negara,
pengangguran
berpengaruh terhadap
kemiskinan, upah
yang minimum juga
mempengaruhi
kemiskinan.
Variabel
independen:
Kemiskinan
dan
Pengangguran
Metode:
Analisis
pendapatan
moneter
Periode: 1990-
2005
Objek
Penelitian:
Amerika Latin
48
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
15. Patricia
Jones
(1997)
The Impact of
Minimum Wage
Legislation in
Developing
Countries
Variabel: Upah
Minimum
Menemukan bahwa
setiap peningkatan
upah minimum
sebesar 1 persen di
Ghana, akan
meningkatkan jumlah
pekerja sektor
informal sekitar 14
persen
Variabel:
Upah
Minimum
Objek
Penelitian:
Developing
Countries
16. Eka
Khaerandy
Oktafianto,
Noer Azam
Achsani,
dan Tony
Irawan
(2019)
The Determinant
of Regional
Unemployment
in Indonesia:
The Spatial
Durbin Models
Variabel:
Pengangguran,
Tingkat
Pendidikan
Metode: regresi
spasial
Berdasarkan variabel
regional rata-rata,
pendidikan tinggi
yang memiliki
signifikansi besar
dampak untuk
mengurangi
pengangguran
regional sehingga
pembuat kebijakan
harus memperhatikan
ini. dengan tinggi
pengangguran
meskipun mereka
bukan daerah
tertinggal seperti di
Jakarta, Barat Jawa
atau Kalimantan
Timur.
Variabel
Independen:Ti
ngkat
Pendidikan
Metode:regres
i spasial
Periode: 2000-
2017
Objek
Penelitian: 26
Provinsi di
Indonesia
49
No. Nama
Peneliti Jenis Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
17. M. Nur
Rianto Al
Arif (2014)
Pengaruh
Pendidikan
Terhadap PDRB
di Indonesia
Variabel:
Tingkat
Pendidikan dan
PDRB
Metode: regresi
berganda
Hasil penelitian ini
menemukan.semakin
tinggi tingkat
pendidikan penduduk
di suatu Negara, maka
akan semakin baik
pula penin
gkatanproduktivitasny
a dalam bekerja.
Variabel
independen:
tingkat melek
huruf, rata-rata
lama sekolah,
angka
partisipasi
sekolah, dan
jumlah
penduduk
Metode:
regresi
bergeanda
Obyek
penelitian: 33
Provinsi di
Indonesia
18. Luhur Selo
Baskoro1,
Yonsuke
Hara2,
Yoshihiro
Otsuji
(2019)
Labor
Productivity and
FDI in the
Indoesian
Manufactoring
Sector
Variabel:
Produktivitas
tenaga kerja,
upah, ekspor
dan FDI
Keterampilan tenaga
keja yang lebih tinggi
dibutuhkan dalam
industry. Jenis
pekerjaan ini juga
biasanya akan
menuntut upah yang
lebih tinggi.
Variabel
independen:
Produktivitas
tenaga kerja,
upah, dan
ekspor
Periode: 2001-
2014
Obyek
Penelitian: 19
industri
manufaktur di
Indonesia
50
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan PDRB dengan Jumlah Orang Yang Bekerja
Peningkatan nilai PDRB menandakan bahwa jumlah nilai tambah
output dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah juga meningkat.
Semakin besar output yang dilakukan perusahaan maka akan
mendorong perusahaan untuk menambah permintaan tenaga kerja agar
produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan output
yang terjadi. Sehingga jumlah tenaga kerja yang masuk ke lapangan
kerja akan bertambah dan otomatis jumlah orang yang bekerja
meningkat.
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Dimas dan Nenik
(2009) yang menemukan bahwa PDRB memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta,
apabila PDRB meningkat 1 rupiah maka jumlah orang yang bekerja
meningkat sebesar 1,23 jiwa. Selanjutnya penelitian oleh Budi Utami
(2009) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa PDRB
berpengaruh positif secara signifikan terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Jember tahun 1980-2007. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan kesesuaian dengan hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa PDRB berpengaruh terhadap jumlah orang yang bekerja.
51
2. Hubungan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan Jumlah
Orang Yang Bekerja
Pasar tenaga kerja, sama halnya dengan pasar-pasar lainnya dalam
perekonomian diatur oleh kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran
tenaga kerja akan menentukan tingkat upah.
Upah senantiasa menyesuaikan diri demi terciptanya keseimbangan
antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Tingkat upah dan
kuantitas tenaga kerja telah menyesuaikan diri guna menyeimbangkan
permintaan dan penawaran. Efek yang paling terasa dari kebijakan
penetapan upah minimum adalah tingkat upah yang makin tinggi yang
dikarenakan perusahaan harus menaati kebijakan pemerintah. Sehingga
otomatis perusahaan akan mengurangi jumlah pekerjanya
(menurunkan permintaan tenaga kerja). Teori ini menjelaskan bahwa
semakin tinggi upah maka akan mengurangi tenaga kerja yang diminta
oleh perusahaan karena besarnya biaya yang dikeluarkan dan
sebaliknya ketika upah rendah maka perusahaan akan menarik banyak
tenaga kerja. Menurut Kuncoro (2002), kenaikkan upah akan
mengakibatkan penurunan kuantitas tenaga kerja yang diminta.
Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, maka
harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Hal tersebut
mendorong pengusaha untuk mengganti tenaga kerja yang relatif
mahal dengan input-input lain yang harganya lebih murah guna
52
mempertahankan keuntungan.Kenaikan upah juga mendorong
perusahaan meningkatkan harga per unit produk sehingga konsumen
cenderung mengurangi konsumsi produk tersebut. Hal ini
menyebabkan banyak hasil produksi yang tidak terjual, akibatnya
produsen terpaksa mengurangi jumlah produksinya. Pengurangan
jumlah produksi tersebut pada akhirnya akan mengurangi tenaga kerja
yang dibutuhkan.
Namun menurut Mankiw (teori efisiensi upah), upah minimum
tidak memiliki dampak penurunan tenaga kerja dikarenakan ketika
tingkat upah naik maka pekerja mampu memenuhi kebutuhan hidup
lebih tinggi dari angka kebutuhan hidup layak. Ketika nutrisi para
pekerja lebih baik maka mereka akan memiliki produktifitas yang lebih
tinggi dan dampaknya akan meningkatkan output. Tingginya
produktifitas karyawan dalam menghasilkan output dapat menekan
biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga tidak
terjadi pengurangan tenaga kerja. Jadi meskipun marginal cost yakni
tingkat upah naik namun hal tersebut tidak berdampak dikarenakan
marginal product of labor (MPL) juga mengalami kenaikan sehingga
kondisi laba keseimbangan MC = MR atau W = MPL x P tetap terjaga
dengan baik. Dengan membayar upah yang lebih tinggi maka pekerja
akan meningkatkan produktifitas dan tidak akan bermalas-malasan dan
dengan demikian meningkatkan produktifitas mereka.
53
3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Jumlah Orang Yang
Bekerja
Faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia
terutama dalam kaitannya dengan mutu tenaga kerja adalah melalui
sistem pendidikan dan latihan. Karena pendidikan merupakan salah
satu upaya dalam meningkatkan kapasitas modal manusia yang
berguna bagi pembangunan ekonomi ( Nur Rianto : 2014)
Pada umumnya jenis dan tingkat pendidikan dianggap dapat
mewakili kualitas tenaga kerja. Pendidikan adalah suatu proses yang
bertujuan untuk menambah keterampilan, pengetahuan, dan
meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian
seseorang. Hal-hal yang melekat pada diri orang tersebut merupakan
modal dasar yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan.Makin
tinggi nilai asset, makin tinggi pula kemampuan merekauntuk bekerja
produktifitas dapat dipakai sebagai indikator mutu tenaga.
Menurut teori Tirtarahardja dan Sulo (2005), menjelaskan
pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk
bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan
dan keterampilan kerja pada calon pekerja.
Kemudian khusus pada tingkat perguruan tinggi, Mankiw memiliki
teori khusus mengenai tenaga kerja tersebut. Perusahaan memproduksi
barang dan jasa yang kelak akan dikonsumsi dan investasi dalam
54
modal fisik. Dalam hal ini, ketika perguruan tinggi, angkatan kerja,
dan perusahaan industri manufaktur memiliki hubungan yang saling
menguntungkan. Angkatan kerja yang memiliki pendidikan hingga
tahap universitas dan bekerja kelak akan memiliki kapabilitas dalam
mengembangkan produksi dengan cara memanfaatkan ilmu
pengetahuan sebagai sarana untuk meningkatkan output. Output yang
meningkat akan berdampak pada peningkatan jumlah orang yang
bekerja yang masuk pada lapangan pekerjaan.
Dengan tingginya pendidikan akan meningkatkan hasil produksi
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, tingginya hasil produksi akan
mendorong perusahaan untuk menambah jumlah orang yang
bekerjanya. Namun tenaga kerja yang diutamakan pada sektor industri
tersebut lebih kepada tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi dan memiliki keahlian.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan
penelitian dan landasan teori yang menjelaskan pengaruh PDRB, Upah
Minimum Kabupaten/kota (UMK) dan Tingkat Pendidikan terhadap
Jumlah Orang Yang Bekerja di Provinsi Kalimantan Timur periode 2012-
2018, maka disusunlah kerangka berfikir penelitian dalam gambar berikut:
55
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
PDRB (X1)
UPAH MINIMUM
KABUPATEN/KOTA
(UMK) (X2)
TINGKAT
PENDIDIKAN (X3)
JUMLAH ORANG
YANG BEKERJA (Y)
56
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis sendiri merupakan kesimpulan teoritis yang masih harus
dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti
empiris.Berdasarkan acuan pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris
yang pernah dilakukan dengan penelitian di bidang ini dan dengan asumsi
cateris paribus, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Orang
Yang Bekerja di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012-2018.
2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Jumlah Orang Yang Bekerja di Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2012-2018.
3. Tingkat Pendidikan (TP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Jumlah Orang Yang Bekerja di Provinsi Kalimantan Timur tahun
2012-2018.
4. PDRB, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Tingkat
Pendidikan secara simultan berpengaruh terhadap Jumlah Orang Yang
Bekerja di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012-2018.
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan
tingkat pendidikan terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi
Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan satu varabel dependen dan
empat variable independen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jumlah orang yang bekerja di Kalimantan Timur yang
dilihat dari data jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja di Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2018, sedangkan variable
independennya adalah PDRB, UMK, dan tingkat pendidikan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang mana data tersebut
diperoleh berdasarkan informasi berupa fakta yang telah disusun dan
dipublikasikan oleh lembaga dan instansi tertentu. Penelitian ini
mendapatkan data penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian
ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode data panel yang
mencakup data cross section merupakan kabupaten/kota di Provinsi
Kaliamantan Timur. Serta mengambil data time series dengan periode
waktu dari tahun 2012 hingga tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari instansi
pemerintahan sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini menggunakan
58
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sendiri merupakan
pendekatan yang analisisnya ditekankan kepada angka-angka dan olah
data statistik. Yang kemudian dari hasil regresi akan didapatkan hasil
untuk dianalisis secara ekonomi.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel akan sangat membantu dalam penelitian
yang dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah provinsi yang ada di
Indonesia yaitu Provinsi Kalimantan Timur dengan wilayah yang
berjumlah 10 kabupaten/kota. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan purposive sampling.
Purposive sampling sendiri dapat dideskripsikan sebagai teknik
yang digunakan dalam memilih sampel suatu penelitian, dimana terdapat
keterkaitan yang erat antara kriteria yang ditentukan dan tujuan penelitian
yang ingin dihasilkan (Sugiyono, 2012). Pada teknik purposive sampling,
terdapat teori yang dikembangankan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2012)
salah satu syaratnya mengatakan bahwa jika peneliti menggunakan analisis
dengan variasi yang banyak (korelasi antar variabel atau regresi ganda),
maka jumlah anggota sampel yang harus dianalisis minimal 10 dikalikan
dengan jumlah variabel yang digunakan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda dan jumlah anggota sampel
ditentukan dengan cara jumlah variabel dikali 10 maka didapatkan hasil
59
minimal sampel yang dapat digunakan dalam penelitian tersebut.
Penelitian ini kemudian memilih observasi sebanyak 10 kabupaten/kota
dengan rentang waktu limatahun yaitu tahun 2012-2018 dan didapatkan
jumlah sampel dalam penilitian ini bejumlah 70.
C. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis mengambil data dari beberapa instansi
pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Data diambil dari tahun
2012 hingga tahun 2018. Keberhasilan suatu penelitian jika dinilai dari
lama penyelesaiannya dapatditentukan dan lama peneliti mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan. Siregar (2013) mengatakan bahwa data
merupakan bentuk informasi atau keteranganberdasarkan fakta yang
benar-benar terjadi, data tersebut diolah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dari masih berbentuk data mentah hingga menjadi datayang
bisa dianalisi dan disimpulkan.
Saat melakukan penelitian sangat perlu dilakukan pengumpulan
data guna mencapai hasil penelitian. Adapun berikut penjelasan mengenai
metode pengumpulan data pada penelitian ini:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh
dari bahan-bahan dokumentasi seperti laporan tahunan, dokumentasi
yang dimiliki oleh perusahaan, buku tentang teori, dalil atau hukum
dan lain- lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data
dalam penelitian ini diperoleh dalam bentuk data yang telah
60
dikumpulkan, di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Kalimantan Timur. Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini dijelaskan lebih rinci dalam tabel data penelitian berikut
ini:
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
Jenis Variabel Data Sumber
Variabel
Independen
Produk Domestik
Regional Bruto
(PDRB)
Publikasi BPS PDRB
Kab/Kota di Provinsi
Kalimantan Timur
Menurut Lapangan
Usaha 2012-2018
Upah Minimum
Kabupaten/Kota
(UMK)
Publikasi BPS
Kalimantan Timur
Dalam Angka 2012-
2018
Tingkat Pendidikan Publikasi BPS
Keadaan Angkatan
Kerja Kalimantan
Timur Tahun 2012-
2018
Variabel Dependen
Jumlah Orang Yang
Bekerja
Publikasi BPS
Keadaan Angkatan
Kerja Kalimantan
Timur Tahun 2012-
2018
61
D. Metode Analisis Data
1. Model Data Panel
Winarno (2015) dikutip dari bukunya mengatakan bahwa data
panel merupakan analisis data yang terdiri dari data seksi silang
(terdapat beberapa objek) yang biasa sering disebut cross section
digabung dengan data runtutan waktu (berdasarkan waktu) yang biasa
sering disebut time series. Data panel merupakan analisis yang
mengkombinasikan data cross section dengan sejumlah observasi yang
telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu atau data time series
yang juga telah ditentukan.
Saat menggabungkan data time series dan cross section kita
mampu menambahkan jumlah observasi secara signifikan tanpa
melakukan treatment apapun pada data seperti menlakukan logaritma
natural. Sehingga analisis data panel memungkinkan memberikan hasil
yang memuaskan dan mendapatkan hasil yang rinci. Sedangkan model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis regresi data
panel.
Adapun persamaan umumnya adalah sebagai berikut:
Yit = + n +
Dimana:
Yit = variabel dependen
β0= konstanta (intersept)
βn = koefisien regresi
62
Xn = variabel independen
it = error term di kabupaten/kota i tahun t
Model persamaan khusus yang akan diestimasi dalam model
regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:
BEKERJAit = β0 + β1PDRBit + β2UMKit + β3TPit + eit … (1)
Keterangan:
BEKERJAit = Jumlah orang yang bekerja di provinsi i pada periode t
PDRBit = PDRB di provinsi i pada periode t
UMKit = Upah Minimum Kabupaten/Kota di provinsi i pada periode t
TPit = Tingkat Pendidikan di provinsi i pada periode t
β0 = Intercept/Konstanta
β1,........,βn = Koefisien Regresi
eit = error term
2. Model Estimasi
Dalam menganalisis model regresi dengan menggunakan data
panel dapat dilakukan dengan macam pendekatan yaitu:
1) Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
Model Pooled Least Square (PLS) termasuk model regresi
yang paling sederhana jika dibandingkan dua model regresi yang
lain. Sederhananya model ini hanya menggabungkan data time
series dan cross-section tanpa melihat koefisien lainnya yang
mungkin dapat mempengaruhi model (Widarjono, 2009). Pada
model PLS, perilaku individu biasanya diasumsikan sama dalam
63
berbagai kurun waktu. Hal itu terjadi karena dimensi waktu
ataupun individu tidak terlalu diperhatikan dalam analisis model
ini.
2) Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Fixed Effect Model (FEM) merupakan model yang
menjelaskan bahwa individu-individu secara cross-section dalam
model ini memiliki intersepnya masing-masing. Intersep yang
dihasilkan tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda dari
masing-masing individu. Model ini juga sering disebut sebagai
teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV). Untuk
mengestimasi data panel, model ini terkadang menggunakan teknik
variable dummy, yang mana variable dummy dapat melihat
perbedaan intersep pada masing-masing individu (Gujarati, 2012).
3) Pendekatan Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM) merupakan model yang
dikenal sebagai model regresi yang mengestimasi data panel
dengan memperhitungkan error dari model regresi yang dianalisis
dengan metode Generalized Least Square (GLS). Perbedaan model
ini dengan Fixed Effect Model (FEM) terletak pada error-nya.
Apabila pada model FEM perbedaan antar individu atau waktu
digambarkan melalui intersep, lalu pada model REM perbedaan
tersebut diakomodir melalui error yang dihasilkan. Keuntungan
menggunakan REM yaitu dapat menghilangkan heterokedastisitas.
64
Model REM membuktikan bahwa error dapat diperhitungkan
karena berkorelasi dengan time series dan cross section (Suliyanto,
2011).
3. Uji Spesifikasi Model
Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis regresi data panel
melakukan percobaan regresi dengan FEM, kemudian melakukan uji
Chow untuk membuktikan yang mana di antara FEM dan PLS yang
merupakan model yang tepat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika
FEM merupakan model yang tepat, maka dilakukan kembali uji
Hausman untuk membuktikan yang mana di antara
FEM dan REM yang merupakan model terbaik dari penelitian tersebut.
Kemudian tahap terakhir, jika REM merupakan model yang tepat
maka dilakukan LM-test untuk memastikan bahwa REM merupakan
model terbaik. Pada analisis data panel, singkatnya terdapat tiga jenis
pendekatan untuk mengestimasi model yaitu melalui uji Chow, uji
Hausman dan LM-test.
Setelah melakukan berbagai pengujian untuk estimasi model
terbaik, maka penelitian ini hanya menggunakan uji Chow dan uji
Hausman. Berikut adalah penjelasan dari uji spesifikasi model antara
lain sebagai berikut:
65
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui Pooled Least Square
Model (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan digunakan
dalam estimasi. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: Pooled Least Square Model (PLS)
H1: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5% (tingkat kepercayaan 95%) maka H0 ditolak,
artinya model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect
Model (FEM). Sebaliknya jika H0 diterima, berarti Pooled Least
Square (PLS) merupakan model yang harus digunakan dan
dianalisis. Namun ketika H0 ditolak, untuk lebih memastikan
apakah Fixed Effect Model (FEM) merupakan model yang terbaik
maka harus diuji kembali menggunakan uji Hausman. Pada uji
Hausman akan memilih dan memberikan spesifikasi apakah Fixed
Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM) model yang
tepat, setelah itu barulah dilakukan dianalisis.
b. Uji Hausman
Setelah melakukan uji Chow dan didapatkan hasil H0
ditolak, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji Hausman.
Pada tahap ini, pilihan model hanya tinggal memilih antara Fixed
Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Uji
spesifikasi ini akan memberikan penilaian yang diperhitungan
66
dengan menggunakan Chi-Square Statistic, sehingga keputusan
pemilihan model akan dapat ditentukan. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Random Effect Model (REM)
H1: Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi
α= 5% maka H0 ditolak, yang artinya model data panel yang baik
untuk digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). Namun
sebaliknya jika H0 diterima, maka Random Effect
Model (REM) merupakan model yang tepat untuk digunakan dan
dianalisis.
4. Uji Hipotesis Model
Setelah melakukan uji spesifikasi dan diketahui model terbaik
untuk penelitian tersebut maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji
hipotesis ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah koefisien regresi
yang didapat pada penelitian ini signifikan (memiliki efek antar satu
variabel dengan variabel lainnya). Maksud dari signifikan adalah nilai
koefesien regresi yang dihasilkan secara statistik tidak sama dengan
nol. Jika slope koefisiennya sama dengan nol, maka dapat dikatakan
bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel independen dalam
penelitian mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Terdapat
dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang harus dilakukan
antara lain.
67
1) Uji Signifikansi Parsial (Uji t-statistik)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara parsial (masing-masing variabel) terhadap
variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t
hitung setiap variabel terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai
berikut:
H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
H1 : β > 0, maka ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji t adalah
95% atau taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan 90% atau taraf
signifikan 10% (α = 0,1) dapat disimpulkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika t hitung > t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti
terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Jika t hitung < t tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak
berarttidak terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
68
2) Uji Signinifikasi Simultan (Uji F-statistik)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap
variabel dependen. Cara yang digunakan adalah dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
H0: β = 0, maka tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan.
H1: β > 0, maka ada hubunganyang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dapat disimpulkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika F hitung > F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
berarti variabel independen secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika F hitung < F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak
berarti variabel independen secara bersama-sama tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
69
3) Koefisien Determinasi R²
Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang
penting dan harus dipertimbangkan dalam melakukan analisis
regresi, karena nilai koefisien determinansi dapat
menginformasikan baik tidaknya model regresi yang terestimasi.
Dengan kata lain, koefisien determinansi dapat mengukur seberapa
dekat garis regresi yang diestimasi dengan data yang
sesungguhnya.
Nilai koefisien determinasi (Goodness of fit) mencerminkan
seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) dapat
diterangkan oleh variabel independen (X). Koefisien determinansi
dapat dilambangkan dengan R2. Jika R2 = 0, maka variasi dari
variabel dependen tidak dapat diterangkan oleh variabel
independen sama sekali. Sementara jika R2 = 1, maka variasi
variabel dependen secara keseluruhan dapat diterangkan oleh
variabel independen. Bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan
berbeda pada garis regresi atau garis yang diestimasi letaknya sama
dengan garis menurut data yang sesungguhnya. Semakin besar
nilai R2 maka semakin besar pengaruh yang diberikan variasi
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar
di antara nol sampai dengan satu (Nachrowi dan Usman, 2008).
5. Uji Asumsi Klasik
70
Berdasarkan hasil uji regresi data panel pada penelitian ini, jika
terbukti harus menggunakan Fixed Effect Model maka terdapat uji
asumsi klasik yang harus dipenuhi, terdapat empat uji asumsi klasik
yang harus dipenuhi di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk
mengetahuiapakah variabel pengganggu didistribusikan secara
normal atau tidak (Ghozali, 2012). Hasil dari uji normalitas dapat
dilihat melalui grafik distribusi dan analisis statistiknya apakah
data terdistribusi normal melalui nilai probabilitas yang tertera.
Penggunaan grafik distribusi ini merupakan cara yang paling
sederhana untuk melakukan uji normalitas. Cara ini dilakukan
karena bentuk data yang terdistribusi secara normal akan mengikuti
pola distribusi normal di mana bentuk grafiknya
mengikuti bentuk lonceng. Kemudian untuk analisis statistik dapat
menggunakan analisis tingkat kemiringan kurva dibandingkan
dengan indikatornya.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan uji korelasi pada tempat yang
berdekatan datanya yaitu cross section. Uji autokorelasi
menjelaskan korelasi yang terja diantara time series, apakah
terdapat hubungan yang membentuk suatu pola tertentu antara data
penelitian tahun ini dengan tahun sebelumnya. Uji autokorelasi
71
lebih menekankan kepada dua data penelitian berdasarkan rentetan
waktu yang digunakan. Salah satu cara yang digunakan untuk
mendeteksi apakah terdapat autokorelasi dalam suatu penelitian
adalah dengan melihat nilai dari Prob. Chi-Square pada hasil Uji
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Prosedur pengujiannya dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0: Tidak mengandung autokorelasi
H1: Mengandung autokorelasi
Probabillitas < alpha (0,05), H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang melihat
apakah dalam model regresi terdapat hubungan atau korelasi antar
variabel bebas (independen). Ketika ada hubungan di antara
variabel independen dalam penelitian maka model regresi yang
digunakan tidak baik, hubungan antar variabel harus dihindari
(Ghozali, 2012). Cara untuk mendeteksi apakah terdapat korelasi di
antara variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance pada
Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah
mengartikan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =
1/tolerance). Jika nilai tolerance > 0,8 maka terjadi
multikolinearitas pada variabel independen dalam penelitian.
72
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian untuk melihat
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan kepengamatan yang lain (Ghozali, 2012).
Cara untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas atau
tidak yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen). Salah satu caranya yaitu dengan
melakukan Uji White, yaitu dengan meregresi residual kuadrat
sebagai variabel dependen ditambah dengan kuadrat variabel
independen, kemudian ditambahkan lagi dengan perkalian dua
variabel independen.
Prosedur pengujiannya dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0: Tidak mengandung indikasi heteroskedastisitas
H1: mengandung indikasi heteroskedastisitas
Probabilitas < alpha (0,05), H0 ditolak, H1 diterima
Probabilitas > alpha (0,05), H1 ditolak, H0 diterima
73
E. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.2
Operasiona Variabel Penelitian
Variabel Definisi Satuan
Jumlah Orang
Yang Bekerja
(Y)
Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel jumlah orang yang
bekerja adalah jumlah orang yang
bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama di Kalimantan
Timur tahun 2012-2018.
Jiwa/orang
PDRB (X1)
Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel PDRB dalam penelitian
ini ialah PDRB berdasarkan harga
konstan tahun 2012-2018.
Triliun
Rupiah
Upah Minimum
Kabupaten/Kota
(X2)
Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel UMK adalah berdasarkan
perkembangan besaran upah
kab/kota di Kalimantan Timur
yang berlaku tahun 2012-2018.
Juta Rupiah
Tingkat
Pendidikan (X3)
Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel TP adalah penduduk
yang dalam hal ini tenaga kerja
usia 15 tahun ke atas menurut
tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan yaitu Diploma I/II/III
dan Universitas di Kalimantan
Timur tahun 2012-2018.
Jiwa/orang
74
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi terluas kedua
setelah Papua, memiliki potensi sumber daya alam melimpah dimana sebagian
besar potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Sumbe rdaya alam
dan hasil-hasilnya sebagian besar diekspor ke luar negeri, sehingga Provinsi
ini merupakan penghasil devisa utama bagi negara, khususnya dari sektor
Pertambangan, Kehutanan dan hasil lainnya.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah 127.346,92 km² dan
populasi sebesar 3.575.449 jiwa (2017). Kota Samarinda sebagai ibu kota
Provinsi Kalimantan Timur.
Secara keseluruhan, Provinsi Kalimatan Timur memiliki 10
Kabupaten/Kota yang teridiri dari 7 Kabupaten dan 3 Kota dengan 107
kecamatan dan 1.032 desa/kelurahan. Tujuh kabupaten tersebut adalah Paser
dengan ibu kota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibu kota Sendawar, Kutai
Kartanegara dengan ibu kota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibu kota
Sangatta, Berau dengan ibu kota Tanjung Redeb, Penajam Paser Utara dengan
ibu kota Penajam, dan Mahakam Ulu dengan ibu kota Long Bagun
(pemekaran dari Kabupaten Kutai Barat). Sedangkan tiga Kota adalah
Balikpapan, Bontang dan Samarinda.
75
Gambar 4.1
Peta Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: Bappeda Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Timur secara geografis terletak antara 113º44’ Bujur
Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 2º33’ Lintang Utara dan 2º25’
Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Kalimntan Timur
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Kalimantan Utara
Sebelah Timur: Selat Makassar dan Laut Sulawesi
Sebelah Barat: Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Serawak
(Malaysia)
Sebelah Selatan: Kalimantan Selatan
76
Grafik 4.1
Luas Wilayah Tiap Kabupaten/Kota Kalimantan Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur
Menurut BPS Kalimantan Timur (2017) Penduduk Kalimantan Timur dari
tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada
tahun 2010 sebanyak 3.047.479 jiwa, meningkat menjadi 3.575.449 pada
tahun 2017. Berarti dalam periode tersebut penduduk Kalimantan Timur telah
bertambah lebih dari 75 ribu jiwa setiap tahunnya.
Pertumbuhan penduduk Kalimantan Timur pada periode 2010-2017
sebesar 2,31 persen. Secara persentase, peningkatan tertinggi terjadi di
Kabupaten Kutai Timur sebesar 4,16 persen, sedangkan kabupaten./kota
lainnya pertumbuhan penduduknya berkisar antara 0,47-2,32 persen.
Pola persebaran penduduk Kalimantan Timur menurut luas wilayah sangat
timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan
penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antar kabupaten dengan kota.
17%
11%
21% 24%
15%
9%
2% 0% 0% 1%
Kab. Berau
Kab. Kutai Barat
Kab. Kutai Kertanegara
Kab. Kutai Timur
Kab. Mahakam Ulu
Kab. Paser
Kab. Penajam Paser Utara
Kota Balikpapan
Kota Bontang
Kota Samarinda
77
Faktanya, kepadatan penduduk di kabupaten hanya berkisar 1-53 jiwa/km²,
sementara kepadatan penduduk di Kota Balikpapan sebanyak 1.241 jiwa/km²,
Kota Samarinda 1.177 jiwa/km², dan Kota Bontang 1.045 jiwa/km².
Sedangkan kepadatan penduduk Kalimantan Timur adalah 28 jiwa/km².
Pada tahun 2018, angkatan kerja di Kalimantan Timur sebanyak 1.732.598
orang yang terdiri dari 1.618.285 orang yang bekerja dan 114.313
Pengangguran Terbuka. TPAK Kalimantan Timur pada tahun 2018 sebesar
64,99 persen, mengalami peningkatan sebesar 1,24 persen dibandingkan
dengan kondisi tahun 2017 (63,75 persen).
B. Analisa dan Pembahasan
1. Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Timur
Dalam Penelitian ini data tenaga kerja yang digunakan ialah tenaga
kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012-2018.
Pemilihan dengan menggunakan data tersebut diharapkan mampu
memberikan gambaran keadaan sesungguhnya di lapangan.
78
Grafik 4.2
Jumlah Orang Yang Bekerja menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan
Pekerjaan di Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-
2018
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur
Hasil pada grafik 4.2 menunjukkan bahwa jumlah orang yang
bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Timur bersifat fluktuatif. Jumlah orang yang
bekerja tertinggi sepanjang tahun 2012-2018 adalah Kota Samarinda.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kota
Balikpapan. Adapun jumlah orang yang bekerja terendah sepanjang
tahun 2012-2018 adalah kabupaten Mahakam Ulu.
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
79
2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai
barang dan jasa yang dihasilkan suatu wilayah dalam satu tahun.
Dalam penelitian ini data PDRB yang digunakan ialah data PDRB
harga konstan (riil), karena dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dalam hal ini tingkat
pertumbuhan produksi barang dan jasa pada suatu waktu tertentu.
Angka ini memiliki makna untuk menjelaskan apakah terdapat
peningkatan atau penurunan dari kinerja pembangunan ekonomi suatu
daerah tiap tahunnya. Hubungan antara PDRB dan tenaga kerja sangat
penting, karena dengan meningkatnya jumlah nilai barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh unit ekonomi, maka akan mendorong
perusahaan untuk menambah permintaan tenaga kerja.
Berdasarkan pada Grafik 4.3, selama periode 2012-2018, kinerja
ekonomi Kalimantan Timur menurut Kabupaten/Kota cenderung
mengalami fluktuatif di sebagian besar daerah kabupaten, seperti pada
Kabupaten Berau, Kutai Barat, Kutai Kertanegara, Kutai Timur, Paser,
Penajam Paser Utara, dan Bontang. Sedangkan kabupaten/kota lainnya
yang cenderung stabil dan mengalami trend meningkat ialah, Kota
Balikpapan dan Samarinda. Hal ini disebabkan karena Kota
Balikpapan dan Samarinda merupakan kota besar di Provinsi
Kalimantan Timur yang sudah berkembang dengan pesat.
80
Grafik 4.3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-
2018 (Milyar, Rupiah)
Sumber: BPS Kalimantan Timur
Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah, Kondisi ekonomi Kalimantan
Timur yang masih terkontraksi pada tahun 2016 dipengaruhi oleh
kinerja lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian yang terkoreksi
sebesar negatif 3,52 persen, diikuti dengan lapangan usaha Jasa
Perusahaan sebesar negatif 4,25 persen, dan lapangan usaha
Konstruksi yang juga terkontraksi sebesar negatif 3,41 persen. Selain
itu lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib juga mengalami kontraksi sebesar negatif 3,05
persen dan lapangan usaha real estate juga terkontraksi sebesar negatif
0,83 persen. Adapun lapangan usaha Jasa Lainnya merupakan
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
81
lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar
9,65 persen.
Secara khusus lapangan usaha pertambangan dan penggalian sejak
tahun 2012, peranannya terhadap pembentukan PDRB Kalimantan
Timur cenderung mengalami penurunan. Disamping adanya gejolak
harga komoditas pertambangan (harga migas dan harga batubara) di
pasar global, juga dipengaruhi oleh produktivitasnya yang cenderung
menurun.
Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Kalimantan Timur
pada tahun 2018 meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha yang sudah bebas
dari pengaruh inflasi.Pada tahun 2018 terjadi pertumbuhan ekonomi
sebesar 2.67 persen, meskipun sedikit melambat jika dibandingkan
pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3.13
persen. Namun masih jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan
tahun 2015 dan 2016 yang mencapai angka minus di bawah 1 persen.
82
Tabel 4.1
Laju Pertumbuhan Riil Menurut Lapangan Usaha (persen) Tahun 2012-
2018
No. Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015
1. Pertanian, Perikanan,
Kehutanan 7.62 6.44 6.78 4.55
2. Pertambangan dan Penggalian 8.01 1.85 (0.40) 4.89
3. Industri Pengolahan (3.49) (1.81) 0.45 2.66
4. Pengadaan Listrik dan Gas 13.27 3.56 21.24 30.43
5. Pengadaan Air, Sampah,
Limbah 2.63 6.26 4.55 2.56
6. Konstruksi 6.21 4.91 6.33 (0.94)
7. Perdagangan Besar dan Eceran 5.59 3.26 5.13 1.42
8. Transportasi dan Pergudangan 7.25 6.51 7.26 2.76
9. Penyediaan Akomodasi 9.68 3.34 5.65 5.33
10. Informasi dan Komunikasi 12.10 9.11 8.45 7.66
11. Jasa Keuagan dan Asuransi 12.46 14.37 2.41 2.05
12. Real Estate 8.27 8.23 8.29 3.59
13. Jasa Perusahaan 8.54 8.22 8.29 (3.75)
14. Administrasi Pemerintahan 1.89 4.74 9.29 4.20
15. Jasa Pendidikan 19.09 18.74 12.23 9.88
16. Jasa Kesehatan 10.43 5.12 9.03 10.53
17. Jasa Lainnya 3.66 3.24 7.38 8.81
PDRB 5.26 2.25 1.71 (1.21)
83
No. Lapangan Usaha 2016 2017 2018
1. Pertanian, Perikanan, Kehutanan 0.46 5.81 6.27
2. Pertambangan dan Penggalian (3.52) 1.21 1.11
3. Industri Pengolahan 5.46 3.47 0.52
4. Pengadaan Listrik dan Gas 8.32 6.78 9.76
5. Pengadaan Air, Sampah, Limbah 6.57 9.05 3.67
6. Konstruksi (3.86) 6.42 7.37
7. Perdagangan Besar dan Eceran 3.20 7.90 7.44
8. Transportasi dan Pergudangan 3.05 7.06 6.34
9. Penyediaan Akomodasi 6.79 19.17 9.14
10. Informasi dan Komunikasi 7.45 8.73 5.04
11. Jasa Keuagan dan Asuransi 1.84 (0.62) 4.37
12. Real Estate (0.83) 3.35 4.83
13. Jasa Perusahaan (4.25) 3.54 4.96
14. Administrasi Pemerintahan (3.27) (0.37) 2.70
15. Jasa Pendidikan 7.06 7.27 7.47
16. Jasa Kesehatan 9.31 7.16 8.05
17. Jasa Lainnya 7.81 6.44 9.02
PDRB 0.38 3.13 2.67
Sumber: BPS Provonsi Kalimantan Timur
3. UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota)
Upah merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja dari
pengusaha atas jasa yang diberikan untuk perusahaan berdasarkan
lama jam kerja dan jumlah produk yang dihasilkan, serta adanya
kesepakatan antara pekerja dan pengusaha dalam menentukan upah.
Semakin tinggi upah maka semakin meningkat pula jumlah orang yang
bekerja, dikarenakan perusahaan akan menamabah permintaan tenaga
kerja untuk mendapatkan laba yang optimal. Dalam penelitian ini, data
84
upah minimum kabupaten/kota yang digunakan ialah berdasarkan
perkembangan besaran upah minimum kabupaten/kota di Kalimantan
Timur dari tahun 2012-2018.
Tabel 4.2
Besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2012-2018
No Kabupaten/Kota UMK (Rupiah)
2012 2013 2014 2015
1. Berau 1.180.000 1.796.250 2.100.000 2.381.300
2. Kutai Barat 1.268.500 1.769.557 1.920.000 2.030.016
3. Kutai Kertanegara 1.254.712 1.908.146 2.070.530 2.295.804
4. Kutai Timur 1.280.000 1.765.000 1.956.535 2.008.254
5. Mahakam Ulu 1.268.500 1.769.557 1.886.315 2.026.126
6. Paser 1.270.000 1.755.000 2.011.000 2.131.660
7. Penajam Paser Utara 1.303.900 1.903.262 2.100.000 2.350.000
8. Balikpapan 1.250.000 1.752.500 1.900.000 2.219.500
9. Bontang 1.298.000 1.765.000 1.980.000 2.125.000
10. Samarinda 1.250.000 1.752.500 1.995.000 2.156.889
85
No Kabupaten/Kota UMK (Rupiah)
2016 2017 2018
1. Berau 2.455.000 2.657.538 2.889.009
2. Kutai Barat 2.161.153 2.339.556 2.792.399
3. Kutai Kertanegara 2.305.000 2.495.163 2.712.491
4. Kutai Timur 2.276.312 2.464.108 2.678.731
5. Mahakam Ulu 2.161.153 2.339.556 2.543.332
6. Paser 2.193.000 2.373.923 2,580,691
7. Penajam Paser Utara 2.440.000 2.566.392 2.789.924
8. Balikpapan 2.225.000 2.408.563 2.618.348
9. Bontang 2.307.198 2.497.542 2.715.078
10. Samarinda 2.256.056 2.442.181 2.654.895
Sumber: BPS Kalimantan Timur
Dari tabel 4.2 hasil menujukkan bahwa besaran dari 10 upah
minimum kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur meningkat
tiap tahunnya. Dapat diketahui juga UMK terbesar di Kalimantan
Timur tahun 2012-2018 adalah Kabupaten Penajam Paser
Utara.Adapun UMK terkecil tahun 2012-2018 ialah Kabupaten
Mahakam Ulu.
4. Tingkat Pendidikan
Dalam penelitian ini data tingkat pendidikan yang digunakan ialah
penduduk berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan yaitu jenjang Diloma I/II/III dan tingkat
Universitas di Kalimantan Timur tahun 2012-2018. Hubungan antara
tingkat pendidikan dan jumlah orang yang bekerja sangat erat yaitu
86
degan adanya tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang, maka akan
semakin besar pula peluang kesempatan kerja yang ia dapatkan.
Grafik 4.4
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
(Diploma I/II/III, Universitas) di Kalimantan Timur Tahun 2012-2018
Sumber: BPS Kalimantan Timur
Berdasarkan grafik 4.4 diatas, bahwa jumlah tenaga kerja menurut
tingkat pendidikan Diploma,Universitas di Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Timur bersifat fluktuatif. Jumlah tenaga kerja tertinggi
pada Provinsi Kalimantan Timur ialah dari Kota Samarinda, yaitu jauh
di atas dari Kabupaten/Kota lainnya. Adapun jumlah tenaga kerja
terendah pada tahun 2012-2018 ialah Kabupaten Mahakam Ulu.
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
87
C. Permodelan dan Pengolahan Data
1. Uji Chow
Uji Chow yakni pengujian untuk menentukan model Common
Effect (PLS) atau Fixed Effect yang paling tepat digunakan dalam
mengestimasi data panel. Jika hasil uji Chow menyatakan diterima,
maka teknik regresi data panel menggunakan model common effect
dan pengujian berhenti sampai di sini. Apabila hasil uji Chow
menyatakan ditolak, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
uji Hausman untuk menentukan model fixed atau model random yang
akan digunakan.Untuk mengetahui hasilnya maka dibuat terlebih
dahulu hipotesisnya, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
: Pooled Least Square Model
: Fixed Effect Model
Di bawah ini merupakan tampilan hasil uji Chow dengan
menggunakan Redundant Fixed Effects - Likelihood Ratio adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Uji Chow (Redundant Fixed Effects Test)
Effect Test Statistic d.f Prob.
Cross –
Section F 160.054548 (9,57) 0.0000
Sumber: Data Diolah.
88
Jika dilihat dari hasil uji chow, nilai probabilitasnya adalah sebesar
0,00000 yang artinya lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi α = 5%
(0,0000 < 0,05). Maka dapat disimpulkan melalui uji chow bahwa H0
ditolak, jadi model panel yang dapat digunakan dalam penelitian ini
adalah Fixed Effect Model.
2. Uji Hausman
Setelah melakukan uji Chow dan didapatkan hasil bahwa model
yang tepat untuk penelitian ini adalah Fixed Effect Model, maka hal
selanjutnya yang harus dilakukan adalah uji Hausman untuk
mengetahui mana di antara Fixed Effect Model dan Random Effect
Model yang lebih tepat. Untuk mengetahui hasilnya maka dibuat
terlebih dahulu hipotesisnya, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
: Random Effect Model
: Fixed Effect Model
Di bawah ini merupakan tampilan hasil uji Hausman dengan
menggunakan tes Correlated Random Effects - Hausman test adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Uji Hausman (Correlated Random Effects – Hausman Test)
Test Summary Chi-Sq
Statistic Chi-Sq d.f Prob.
Cross-Section
Random 49.393560 3 0.0000
Sumber: Data Diolah.
89
Jika dilihat dari hasil uji Hausman, nilai probabilitasnya adalah
sebesar 0,0000 yang artinya lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi α
= 5% (0,0000 < 0,05). Maka dapat disimpulkan melalui uji Hausman
bahwa ditolak, maka model panel yang dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
3. Fixed Effects Model
Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman maka dapat
disimpulkan model terbaik yang dapat digunakan dalam penelitian ini
adalah Fixed Effect Model.
Tabel 4.5
Tabel Estimasi Hasil Regresi Data Panel
Variable Coefficient Prob.
C 88044.78 0.0000
PDRB 0.000863 0.0492
UMK 0.003769 0.0150
TP 0.448379 0.0063
F-Stat 877.3302 0.000000
R-Squared ( 0.994615
Adj ( 0.993481
Sumber: Data Diolah
*Signifikan pada α = 5% atau 0,05
90
Maka persamaan yang didapatkan dari hasil penelitian di atas
adalah sebagai berikut:
BEKERJA = 88044.78 + 0.000863 PDRB + 0.003769 UMK +
0.448379 TP + e …. (2)
Adapun nilai individual effcetnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Tabel Interpretasi Fixed Effect Model
Variable Coefficient Ind.Effect Prob.
C 88044.78 0.0000
PDRB 0.000863 0.0492
UMK 0.003769 0.0150
TP 0.448379 0.0063
Fixed Effect (Cross)
_KAB.BERAU_C -34111.17 53933.61
_KAB.KUTAIBARAT_C -41591.10 46453.68
_KAB.KUTAIKERTANGERA_C 75251.07 163295.85
_KAB.KUTAITIMUR_C -38411.82 49632.96
_KAB.MAHAKAMULU_C -84278.85 3765.93
_KAB.PASER_C -18045.29 69999.49
_KAB.PENAJAMPASERUTARA_C -40283.20 47761.58
_KOTA.BALIKPAPAN_C 79316.88 167361.66
_KOTA.BONTANG_C -71018.19 17026.59
_KOTA.SAMARINDA_C 173171.7 261216.48
Sumber: Data Diolah.
*Signifikan pada α = 5% atau 0,05
91
a) Kab. Berau
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab.Berau bernilai 0, maka jumlah orang
yang bekerja di Kab. Berau adalah53933.61 jiwa.
b) Kab. Kutai Barat
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab. Kutai Barat bernilai 0, maka jumlah
orang yang bekerja di Kab. Kutai Barat adalah46453.68 jiwa.
c) Kab. Kutai Kertanegara
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab. Kutai Kertanegara bernilai 0, maka
jumlah orang yang bekerja di Kab. Kutai Kertanegara adalah 163295.85jiwa.
d) Kab. Kutai Timur
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab. Kutai Timur bernilai 0, maka jumlah
orang yang bekerja di Kab. Kutai Timur adalah 49632.96 jiwa.
e) Kab. Mahakam Ulu
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab. Mahakam Ulu bernilai 0, maka jumlah
orang yang bekerja di Kab. Mahakam Ulu adalah 3765.93 jiwa.
f) Kab. Paser
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab. Paser bernilai 0, maka jumlah orang
yang bekerja di Kab. Paser adalah 69999.49 jiwa.
g) Kab. Penajam Paser Utara
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kab. Penajam Paser Utara bernilai 0, maka
jumlah orang yang bekerja di Kab. Penajam Paser Utara adalah 47761.58 jiwa.
92
h) Kota Balikpapan
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kota Balikpapan bernilai 0, maka jumlah
orang yang bekerja di Kota Balikpapan adalah 167361.66 jiwa.
i) Kota Bontang
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kota Bontang bernilai 0, maka jumlah orang
yang bekerja di Kota Bontang adalah 17026.59 jiwa.
j) Kota Samarinda
Apabila PDRB, UMK dan TP di Kota Samarinda bernilai 0, maka jumlah
orang yang bekerja di Kota Samarinda adalah 261216.48 jiwa.
D. Analisis Teknis
1. Uji Signifikan Parsial (Uji t-statistik)
Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (PDRB, UMK,
dan Tingkat Pendidikan berpengaruh secara parsial terhadap variabel
dependennya Jumlah Orang Yang Bekerja. Tingkat kepercayaan yang
digunakan dalam uji t adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α = 0,05).
Tabel 4.7
Uji t-statistik
Variable Coefficient Prob.
C 88044.78 0.0000
PDRB 0.000863 0.0492
UMK 0.003769 0.0150
TP 0.448379 0.0063
Sumber: Data Diolah.
*Signifikan pada α = 5% atau 0,05
93
Setelah mendapatkan hasil pada tabel 4.7, maka hipotesis yang diuraikan
pada bab sebelumnya, dapat dibuktikan sebagai berikut:
1. Variabel PDRB memiliki koefisien sebesar 0.000863 dengan nilai
probabilitas 0.0492. Nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi
α = 5% (0.0492 < 0,05). Sehingga, variabel PDRB berpengaruh signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja. Tanda koefisien bernilai positif
menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan 1 juta rupiah PDRB, maka
akan meningkatkan jumlah orang yang bekerja sebesar 0.000863 jiwa.
2. Variabel UMK memiliki koefisien sebesar 0.003769 dengan nilai
probabilitas 0.0150. Nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi
α = 5% (0.0150 < 0,05). Sehingga, variabel UMK berpengaruh signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja. Tanda koefisien bernilai positif
menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan 1 rupiah UMK, maka akan
meningkatkan jumlah orang yang bekerja sebesar 0.003769 jiwa.
3. Variabel Tingkat Pendidikan (TP) memiliki koefisien sebesar 0.448379
dengan nilai probabilitas 0.0063. Nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5% (0.0063 < 0,05). Sehingga, variabel TP berpengaruh
signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja. Tanda koefisien bernilai
positif menunjukan bahwa ketika terjadi peningkatan 1 orang tenaga kerja
dengan pendidikan tertinggi Diploma I/II/III dan Universitas, maka akan
meningkatkan jumlah orang yang bekerja sebesar 0.448379 jiwa.
94
Sehingga dapat ditarik hasil bahwasanya variabel independen yaitu PDRB,
UMK dan TP, masing-masing memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja yang dibuktikan dengan uji t-statistik dan
dilihat dari nilai probabilitasnya.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik)
Tabel 4.8
Uji F-statistik
Variable Coefficient Prob.
F-Stat 87.73302 0.000000
Sumber: Data Diolah.
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dalam
penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel dependennya. Uji F dilakukan dengan cara melihat
nilai probabilitas dari F-statistik apakah lebih kecil dari α = 5% atau
0,05. Jika nilai probabilitas F-statistik > 0,05 maka dapat diartikan
bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini secara
bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
dependennya. Namun sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik <
0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen dalam
penelitian ini secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
variabel dependennya.
95
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa nilai probabilitas (F-
statistik) sebesar 0.000000. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat
signifikansi α= 5% (0.000000 < 0.05). Sehingga, variabel PDRB,
UMK, dan TP secara bersama-sama atau simultan berpengaruh
terhadap variabel jumlah orang yang bekerja.
3. Uji Koefisien Determinasi (
Tabel 4.9
Uji Koefisien Determinansi
R-Squared 0.994615
Adjusted R-Square 0.993481
Sumber: Data Diolah.
Koefisien determinansi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam penelitian ini menjelasan variasi variabel
dependennya.Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan
pada tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa nilai koefisien determinansi
adalah sebesar 0.994615. Hal ini berarti bahwa 99% dari variasi
jumlah orang yang bekerja di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Timur tahun 2012-2018 mampu dijelaskan oleh variabel PDRB, UMK
dan TP, sedangkan 1% persen dijelaskan oleh variabel lain di luar
model penelitian ini.
96
E. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
apakah data pada penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, karena
model regresi yang baik adalah yang memiliki data yang berdistribusi
normal. Terdapat dua cara untuk melakukan uji normalitas yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik, namun dalam penelitian ini
penulis menggunakan analisis grafik dengan membandingkan nilai
probabilitas Jarque-Bera.
Grafik 4.5
Uji Normalitas
Sumber: Data Diolah.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat hasil uji normalitas
menunjukan bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera yaitu sebesar 0.134.
Nilai tersebut lebih tinggi dari α = 5% atau 0,05 (0,134 > 0,05) yang
0
2
4
6
8
10
12
-15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 20000 25000
Series: Standardized ResidualsSample 2012 2018Observations 70
Mean 6.50e-13Median -1944.453Maximum 23367.19Minimum -16658.87Std. Dev. 9172.712Skewness 0.552292Kurtosis 2.608545
Jarque-Bera 4.005577Probability 0.134958
97
berarti data dalam penelitian ini berdistribusi normal, maka model
regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan uji korelasi pada tempat yang
berdekatan datanya yaitu cross section.Uji autokorelasi menjelaskan
korelasi yang terjadi antara time series, apakah terdapat hubungan
yang membentuk suatu pola tertentu antara data penelitian tahun ini
dengan tahun sebelumnya.
Uji Autokorelasi pada uji regresi data panel dapat dilakukan
dengan melakukan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
F-statistic 1.229382 Prob. F(2,63) 0.2994
Obs*R-
squared 2.591780
Prob. Chi-
Square(2) 0.2737
Sumber: Data Diolah.
Berdasarkan tabel di atas, nilai dari Prob. Chi-Square adalah
sebesar 0.2737. Nilai tersebut lebih tinggi dari α = 5% atau 0,05
(0,2737 > 0,05). Maka dengan ini dapat dinyatakan bahwa model
yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari adanya autokorelasi.
98
3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat
apakah terjadi korelasi antara variabel independen satu sama lainnya
dalam penelitian ini. Jika nilai tolerance > 0,8, maka dapat dikatakan
tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam
penelitian ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinearitas
PDRB UMK TP
PDRB 1.000000 0.034534 0.379156
TP 0.034534 1.000000 0.151204
UMK 0.379156 0.151204 1.000000
Sumber: Data Diolah.
Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukan bahwa
nilai koefisien masing-masing variabel dependen dalam penelitian ini
berada di bawah 0,8 yang artinya bahwa model yang digunakan dalam
penelitian ini bebas multikolinearitas.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk
menilai apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual untuk
semua pengamatan pada model regresi linear.Uji heteroskedastisitas
merupakan salah satu uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada
model regresi linear. Untuk membuktikan penelitian ini bebas dari
99
heteroskedastisitas, maka dapat dilakukan uji White dan
membandingkan nilai probaibilitasnya apakah lebih besar dari α = 5%.
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas (White)
F-statistic 1.509872 Prob. F(3,66) 0.2201
Obs*R-
squared
4.495602 Prob. Chi-
Square(3) 0.2127
Obs*R-
squared
4.561824 Prob. Chi-
Square(3) 0.2068
Sumber: Data Diolah.
Berdasarkan tabel di atas, nilai dari Prob. Chi-Square adalah
sebesar 0.2127. Nilai tersebut lebih tinggi dari α = 5% atau 0,05
(0,2127 > 0,05). Maka dengan ini dapat dinyatakan bahwa model
yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari adanya
heteroskedastisitas.
F. Analisis Ekonomi
1. Pengaruh PDRB terhadap Jumlah Orang Yang Bekerja
Manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses
produksi, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah orang yang bekerja
akan meningkat jika outputnya meningkat. Untuk itu pertumbuhan
ekonomi hendaknya diarahkan untuk dapat menyerap tenaga kerja
yang lebih besar.
Tambunan (2011) menyatakan bahwa selain dari sisi permintaan
(konsumsi), dan sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga
membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan).
100
Pertumbuhan ekonomi tanpa disertai dengan penambahan kesempatan
kerja akan mengakibatkan ketimpangan pendapatan (ceteris paribus),
yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan
ekonomi dengan disertai peningkatan kemiskinan. Pemenuhan
kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa
dicapai dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau
PDRB yang terus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro,
pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB.
Pada penelitian ini, variabel independen PDRB memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi
Kalimantan Timur. Hal ini berarti jika PDRB meningkat, maka akan
meningkatkan jumlah orang yang bekerja di Provinsi Banten.
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini mendukung temuan dari
Dimas dan Nenik (2009) yang menemukan bahwa PDRB memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah orang yang
bekerja di DKI Jakarta, apabila PDRB meningkat rupiah maka jumlah
orang yang bekerja meningkat sebesar 1,23 jiwa. Selanjutnya
penelitian oleh Wasilaputri (2016) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa PDRB berpengaruh positif secara signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja di Pulau Jawa tahun 2010-2014.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa hubungan positif antara
tingkat PDRB dengan jumlah orang yang bekerja menunjukkan
kesesuaian teori yang selama ini berlaku. Menurut teori yang
101
dikemukakan oleh Keynes dalam Boediono (1998) bahwa pasar tenaga
kerja hanya mengikuti apa yang terjadi di pasar barang. Apabila output
yang diproduksikan naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan juga
naik (Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep fungsi produksi, yang
menyatakan bahwa menaikkan output hanya dapat tercapai apabila
input (tenaga kerja) ditingkatkan penggunaannya.
Rakhmasari (2006) juga mengatakan bahwa faktor-faktor
yang‖mempengaruhi‖jumlah orang yang bekerja‖salah satunya adalah
PDRB, yang selanjutnya diperkuat oleh hasil penelitian Ferdinan
(2011) yang mengatakan bahwa PDRB merupakan‖variabel
yang‖signifikan dalam mempengaruhi tenaga kerja.
Arief Budiarto (2015) ternyata sejalan dengan penelitian
sebelumnya, bahwa variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap
jumlah orang yang bekerja. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Ruliansyah (2013) yang berjudul ―Analisis Hubungan
Antara PDRB, Realisasi Investasi, Desentralisasi Fiskal dan
Kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur‖. Dalam
penelitiannya, pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan melalui
pertumbuhan PDRB yang semakin meningkat menggambarkan
pertumbuhan jumlah proyek, seperti proyek UMKM dan jumlah
kebutuhan tenaga kerja. Sehingga terdapat pengaruh langsung yang
positif antara PDRB dengan jumlah orang yang bekerja.
102
Penelitian Rudi Hartanto (2018) juga menemukan hal yang sama,
berdasarkan hasil pengujiannya diketahui bahwa variabel PDRB
memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap
jumlah orang yang bekerja. Hal ini menunjukkan apabila terjadi
peningkatan nilai PDRB pada sektor-sektor ekonomi yang ada maka
akan dapat meningkatkan jumlah orang yang bekerja.
Dengan adanya pengembangan dan peningkatan sektor ekonomi
akan mendorong dibukanya lapangan kerja yang baru. Tidak hanya
untuk meningkatkan sektor ekonomi yang sedang berkembang, namun
dengan dibukanya lapangan kerja yang baru akan dapat meningkatkan
jumlah orang yang bekerja.
Namun, terdapat juga penelitian lain yang bertentangan dengan
teori, yaitu penelitian Yulia Pangestuti (2015) dalam judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah orang yang bekerja di
Provinsi Jawa Tengah”. Penelitiannya menyebut adanya hubungan
yang negatif antar pertumbuhan PDRB dengan jumlah orang yang
bekerja. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan angka pembentuk PDRB
tidak hanya dihasilkan dari penduduk yang bekerja saja, melainkan
faktor lain misalnya saja keadaan perekonomian dunia, keadaan politik
di Indonesia, dan sebagainya. Di lain hal, Putri (2018) juga sependapat
bahwasanya variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja di Kawasan Gerbangkertasusila.
Hal ini disebabkan karena kawasan Gerbangkertasusila merupakan
103
daerah padat moda yang artinya lebih banyak menggunakan teknologi
seperti mesin-mesin untuk produksi dan tidak mampu menampung
tenaga kerja lebih banyak.
Berdasarkan teori, permintaan barang dan jasa dalam suatu
perekonomian akan mempengaruhi tingkat output yang harus
diproduksi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada penmabahan
penggunaan inputnya (tenaga kerja). Karena sesuai teori produksi yang
menyatakan bahwa permintaan input merupakan derived demand dari
permintaan output, yang artinya permintaan akan input baru terjadi bila
ada permintaan akan output. Permintaan akan barang dan jasa inilah
yang melatarbelakangi perusahaan-perusahaan atau industri untuk
berproduksi dan menambah jumlah orang yang bekerja.
Peningkatan nilai PDRB yang terjadi di Kalimantan Timur
menandakan adanya peingkatan jumlah nilai tambah output dalam
seluruh unit ekonominya. Semakin besar output yang dilakukan
perusahaan, maka akan mendorong perusahaan untuk menambah
permintaan tenaga kerjanya. Tujuannya ialah untuk mengejar
peningkatan ouput yang terjadi sehingga jumlah orang yang bekerja
akan bertambah. Hal ini sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian
yang telah diajukan, bahwasanya variabel PDRB akan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja,
maka hipotesis penelitian dapat diterima.
104
2. Pengaruh UMK terhadap Jumlah Orang Yang Bekerja
Upah minimum merupakan suatu standar minimum yang
digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan
upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha. Pada penelitian ini,
variabel independen UMK memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
Hal ini berarti jika UMK meningkat, maka akan meningkatkan jumlah
orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I
Gusti Agung Indradewa (2013), penelitiannya menunjukkan bahwa
upah minimum memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial, dan
nilai koefisien regresi yang bertanda positif. Ini artinya, naiknya upah
minimum akan meningkatkan jumlah orang yang bekerja. Peningkatan
upah minimum juga nantinya akan mempengaruhi daya beli
masyarakat yang mengakibatkan permintaan menjadi meningkat dan
diikuti oleh makin banyaknya perusahaan yang masuk ke pasar
sehingga permintaan tenaga kerja dilakukan perusahaan juga akan
semakin meningkat
Penelitian tersebut mengacu pada teori yang dikemukakan oleh
Mankiw yakni teori upah efisiensi (efficiency wage theory). Upah
minimum tidak memiliki dampak penurunan terhadap tenaga kerja
dikarenakan ketika tingkat upah yang naik maka pekerja mampu
memenuhi kebutuhan hidup lebih tinggi dari angka kebutuhan hidup
105
layak. Ketika nutrisi para pekerja lebih baik, maka mereka akan
memiliki produktifitas yang lebih tinggi dan dampaknya akan
meningkatkan output. Tingginya produktifitas karyawan dalam
menghasilkan output dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan
oleh perusahaan sehingga tidak terjadi pengurangan tenaga kerja. Jadi
meskipun marginal cost yakni tingkat upah naik, namun hal tersebut
tidak berdampak, dikarenakan marginal product of labor (MPL) nya
juga mengalami kenaikan, sehingga kondisi laba mengalami
keseimbangan (MC=MR atau W =MPL x P).
Rudi Hartanto (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dan Upah
Minimum Kota (UMK) Terhadap Jumlah Orang Yang Bekerja” juga
menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara upah minimum
dengan jumlah orang yang bekerja disebabkan karena karyawan yang
berpendidikan tinggi akan akan mengharapkan upah yang lebih tinggi
pula. Karena produktifitasnya akan jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Oleh karena itu
perusahaan akan lebih memilih tenaga kerja yang berpendidikan yang
tinggi agar produktifitas dalam menghasilkan barang dan jasa akan
menjadi lebih tinggi.
Todaro (2006) sepakat dengan teori Mankiw, perusahaan akan
terus menambah tenaga kerja selama penerimaan tambahan (harga
dikali jumlah output tambahan (P x MPL) melebihi upah. Teori ini pun
106
sesuai dengan mazhab kelompok Neoklasik bahwa inti usulan yang
diajukan adalah tingkat upah dapat saja tinggal asal sesuai dengan
produk marginalnya. Memang menurut mazhab ini tingkat upah
cenderung untuk sama dengan nilai pasar dari produk marginal.
Mazhab ini memberi kemungkinan bahwa tenaga kerja pada tingkat
mikro tidak homogen. Karena tingkat upah juga tidak sama untuk
semua tenaga kerja. Setiap tingkat kualitas tenaga kerja terdapat satu
tingkat produk marginal dan satu tingkat upah.
Begitu juga dari hasil penelitian Lustig dan McLeod (1996) yang
mengatakan bahwa upah minimum justru meredistribusi sumber daya
dan potensial, meningkatkan penghasilan dan jumlah orang yang
bekerja datang masuk ke lapangan kerja. Kemudian Izatun Purnami
(2015) juga menunjukkan hasil bahwasanya UMK berpengaruh
signifikan dan positif terhadap tenaga kerja. Hasil ini juga didukung
oleh Neno Ariani (2013) dengan penelitiannya mengenai “Pengaruh
Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Jumlah
orang yang bekerja Pada Industri Kecil Menengah pada Kabupaten
Pinrang Tahun 2001-2011”. Artinya jika terdapat kenaikan upah
minimum kabupaten/kota sebesar rupiah maka akan mempengaruhi
kenaikan tenaga kerja sebesar 0,37 jiwa.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Sumarsono (2003: 106), upah
akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi yang dapat
mengakibatkan pengurangan, dan berdasarkan hasil-hasil penelitian
107
sebelumnya seperti penelitian Rini (2012), Rizal (2014) serta Gindling
dan Terrell (2007) yang mengatakan upah minimum memiliki
pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Simanjuntak
(1998) juga memiliki hasil yang bertolak belakang dengan hasil
penelitian penulis, dimana upah dipandang sebagai beban oleh
pengusaha, karena semakin besar tingkat upah akan semakin kecil
proporsi keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha. Oleh karena itu
kenaikan tingkat upah akan direspon oleh pengusaha dengan
menurunkan jumlah orang yang bekerja. Di samping itu kenaikan
tingkat upah akan mendorong pengusaha menggunakan teknik yang
cenderung padat modal dalam proses produksinya agar tercapai tingkat
produktivitas dan efisiensi yang lebih besar sehingga mengorbankan
para pekerja.
Beberapa hasil yang juga bertolak belakang dengan temuan
penelitian ini adalah hasil dari penelitian Nur Samsiah dengan hasil
penelitian upah minimum tidak berpengaruh signifikan dan beregresi
negatif terhadap penyerapatan tenaga kerja. Hasil tersebut juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Imam
Buchari dalam jurnalnya yang menyatakan bahwa upah minimum
provinsi secara parsial tidak memiliki pengaruh dan memiliki koefisien
negatif terhadap jumlah orang yang bekerja. Dalam penelitiannya
dikatakan bahwa kenaikan upah minimum provinsi setiap tahunnya
tidak banyak mempengaruhi dalam permintaan tenaga kerja. Variabel
108
upah minimum provinsi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja. Menurut Bell (1997), dampak
upah minimum menyebabkan disemployment effect di Colombia dan
dampak terbesarnya pada pekerja low skill.
Selain itu, Atiyatna (2016) sejalan dengan penelitian penulis,
melalui hasil estimasi yang dilakukan di atas, pengaruh upah minimum
terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Sumatera Selatan
diperoleh koefisien positif, artinya bahwa upah minimum memiliki
pengaruh yang searah terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi
Sumatera Selatan dan kemudian berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah orang yang bekerja di Indonesia. Sejalan dengan hasil
penelitian ini, penelitian Jones (1997) menemukan bahwa setiap
peningkatan upah minimum sebesar 1 rupiah di Ghana, akan
meningkatkan jumlah pekerja sektor informal sekitar 14 jiwa.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian penulis ialah Tofanie
(2016) juga sejalan dengan penelitian penulis. Ia menemukan nilai
koefiesien dari variabel UMR sebesar 30407.49 yang artinya setiap
kenaikan 1 rupiah akan menaikan 30.408 orang/tenaga kerja.
Berdasarkan penjelasannya bahwa dalam suatu industri atau
perusahaan besarnya upah yang diberikan untuk membayar tenaga
kerja untuk industri atau perusahaan tidak selalu sama dengan
Besarnya Upah Minimum Kabupaten/Kota, bisa lebih tinggi ataupun
lebih rendah, tergantung pada berbagai faktor diantaranya tingkat
109
pendidikan dan kemampuan. Selain itu, adanya serikat pekerja yang
bertujuan melindungi kesejahteraan pekerja/buruh juga berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap. Ketika terjadi
kenaikan upah, perusahaan cenderung berkeinginan mengurangi
tenaga kerja untuk menghemat biaya produksi. Namun, adanya serikat
pekerja dengan berbagai kebijakan akan memperkecil peluang
perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
buruh/karyawannya meskipun upah naik. Teori ini sesuai teori upah
menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 73) semakin tinggi tingkat
upah, semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja atau
penawaran tenaga kerjanya. Orang-orang yang pada awalnya tidak
mau bekerja pada tingkat upah rendah akan bersedia untuk bekerja dan
ikut mencari pekerjaan pada tingkat upah yang lebih tinggi, sehingga
menjelaskan bahwa upah minimum yang tinggi menaikan jumlah
orang yang bekerja. Peranan tingkat upah dalam mempengaruhi
kemauan orang untuk bekerja masih cukup besar, jadi kenaikan upah
yang tinggi menaikan jumlah orang yang bekerja.
Tingkat upah (UMK) di Kalimantan Timur yang selalu naik setiap
Tahunnya dirumuskan oleh Dewan Pengupahan yang dibentuk oleh
Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi
Kalimantan Timur dengan memperhatikan penetapan standar
kebutuhan hidup layak (KHL) masyarakat Kalimantan Timur.
Komponen-komponen standar yang termasuk dalam KHL sesuai
110
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2012,
diantaranya: Makanan & Minuman (11 item), Sandang (13 item),
Perumahan (26 item), Pendidikan (2 item), Kesehatan (5 item),
Transportasi (1 item) dan Rekreasi dan Tabungan (2 item).
Dalam penelitian (Okafianto: 2019) yang berjudul “The
Determinant of Regional Unemployment in Indonesia: The Spatial
Durbin Models” hasilnya didapat pendidikan tinggi yang memiliki
dampak untuk mengurangi pengangguran regional sehingga pembuat
kebijakan harus memperhatikan ini. Selain itu, pembuat kebijakan
perlu menerapkan kebijakan yang mendorong penciptaan lapangan
kerja, khususnya di sektor manufaktur. Mekanisme promosi harus
diterapkan dengan memperhatikan tidak hanya pada daerah tertinggal
tetapi juga terutama untuk daerah dengan tinggi pengangguran
meskipun mereka bukan daerah tertinggal seperti di Jakarta, Barat
Jawa atau Kalimantan Timur.
Peningkatan upah minimum akan mempengaruhi daya beli
masyarakat yang mengakibatkan permintaan menjadi meningkat dan
diikuti oleh makin banyaknya perusahaan yang masuk ke dalam pasar
sehingga permintaan tenaga kerja yang dilakukan perusahaan juga
akan semakin meningkat. Oleh karena hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa UMK memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
jumlah orang yang bekerja. Dalam hal ini, kenaikan tingkat upah tidak
akan menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja. Karena
111
lapangan pekerjaan lain masih tersedia dengan tingkat upah yang
sesuai pula. Dengan demikian apabila UMK meningkat maka jumlah
orang yang bekerja di Kalimantan Timur juga akan meningkat.
3. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Jumlah Orang Yang
Bekerja
Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (kualitas) atau
pencapaian pendidikan formal dari penduduk suatu negara. Semakin
tinggi tamatan pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula
kemampuan kerja (the working capacity) atau produktivitas seseorang
dalam bekerja. Pendidikan formal merupakan syarat teknis yang sangat
berpengaruh terhadap pencapaian kesempatan kerja. Semakin tinggi
tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula kemampuan atau
keterampilan seseorang dalam bekerja. Karena produktifitasnya akan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang
berpendidikan rendah, oleh karena itu perusahaan akan lebih memilih
tenaga kerja yang berpendidikan yang tinggi agar produktifitas dalam
menghasilkan barang dan jasa akan menjadi lebih tinggi. Dengan
begitu semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi
pula peluang seseorang tersebut untuk dapat bekerja dan memasuki
lapangan pekerjaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang diteliti
oleh Danu Anuari (2018) dengan judul “Pengaruh Upah Minimum
dan Tingkat Pendidikan terhadap Tenaga Kerja di Provinsi Lampung
112
Tahun 2010-2016 Perspektif Ekonomi Islam” yang mengatakan bahwa
tingkat pendidikan memiliki hubungan positif dan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja.
Hasil penelitian dari Imam Buchari (2015) yang berjudul
“Pengaruh Upah Minimum dan Tingkat Pendidikan terhadap Tenaga
Kerja Sektor Industri Manufaktur di Pulau Sumatera” juga
menunjukkan kesesuaian, yaitu apabila jumlah orang yang bekerja
berdasarkan tingkat pendidikan tinggi (diploma dan perguruan tinggi)
naik 1 orang dengan asumsi cateris paribus, maka jumlah orang yang
bekerja pada sektor industri manufaktur akan naik sebesar 0.12
jiwa/orang. Dengan ini bahwasanya terdapat pengaruh positif antara
tingkat pendidikan Diploma dan perguruan tinggi dengan jumlah orang
yang bekerja yang bekerja di sektor industri manufaktur.
Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Kadafi (2013) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tingkat
pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah orang yang
bekerjapada Industri konveksi di kota Malang. Begitu pun dengan
penelitian yang dilakukan oleh Izatun Purnami (2015) bahwa Tingkat
Pendidikan berpengaruh signifikan dan positif terhadap tenaga kerja di
Provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian
Si Kadek Bayu Astawan (2015), yaitu jika terdapat kenaikan tingkat
pendidikan sebesar 1 jiwa, maka akan meningkatkan jumlah orang
yang bekerja yamg masuk di lapangan pekerjaan sebesar 44,11 jiwa.
113
Selain itu Hindun (2019) juga sependapat bahwa secara individu,
pendidikan berpengaruh positif terhadap jumlah orang yang bekerja.
Semakin tinggi pendidikan penduduk, semakin tinggi pula jumlah
orang yang bekerja. Hasil ini sesuai dengan pernyataan (Danim, 2004)
dan (Lavrinovicha, et al, 2015) yang menyatakan bahwa pendidikan
dapat membantu menyerap tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin dominan status pekerjaan di pasar tenaga kerja.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian (Wambugu, 2011) yang
mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan memberikan dampak
signifikan positif pada jumlah orang yang bekerja.
Bontis (2000) mengemukakan, intellectual capital adalah seluruh
kemampuan pekerja yang meciptakan tambahan nilai. Pada dasarnya
intellectual capital ini didapat dari serangkaian pendidikan unuk
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan seseorang. Intellectual
capital terdiri dari tiga komponen utama yaitu: Pertama, Human
Capital. Human capital sebagai sumber pengetahuan yang sangat
berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif
perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan
mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki karyawannya.
114
Dalam hal manusia bekerja dalam entitas, maka akan membuat
suatu entitas memiliki nilai yang berbeda dengan entitas lain.
(misalnya, beban (beban pajak turun karena akuntan pajaknya
memiliki knowledge dan networking yang bagus), atau Earning per
Share (tinggi, karena akuntannya memiliki knowledge dan skill dalam
financing), dan elemen-elemen lain dalam laporan keuangan.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat terlihat bahwa intellectual
capital memiliki peranan penting bagi kinerja suatu perusahaan dalam
menciptakan suatu output.
Semua hasil dari penelitian di atas sejalan dengan teori Mankiw,
bahwa angkatan kerja yang memiliki pendidikan hingga tahap
universitas dan bekerja kelak akan memiliki kapabilitas dalam
mengembangkan produksi dengan cara memanfaatkan ilmu
pengetahuan sebagai sarana untuk meningkatkan output. Tingginya
hasil produksi (output) yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, akan
mendorong perusahaan untuk menambah jumlah orang yang bekerja.
Namun perlu digaris bawahi lagi sekali lagi, bahwasanya tenaga
kerjayang diutamakan pada sektor industri tersebut lebih kepada
tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
memiliki keahlian.
Dapat ditarik garis besar bahwa tenaga kerja yang terdidik lebih
cepat terserap ke dalam lapangan pekerjaan daripada mereka yang
kurang terdidik. Hal ini sesuai dengan teori hipotesis penelitian yang
115
diajukan, bahwasanya variabel Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja, maka
hipotesis penelitian dapat diterima.
116
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),
dan Tingkat Pendidikan terhadap Tenaga Kerja (studi kasus 10 kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012-2018). Berdasarkan hasil analisis yang
telah dibahas, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil uji secara parsial menyatakan bahwa variabel Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan
Timur. Artinya ketika PDRB meningkat, maka jumlah orang yang bekerja
akan meningkat. Hal ini dikarenakan PDRB merupakan cerminan dari
pertumbuhan ekonomi (penambahan output yang dihasilkan), apabila
PDRB meningkat maka jumlah kesempatan kerja akan semakin besar dan
permintaan jumlah orang yang bekerja akan bertambah.
2. Berdasarkan hasil uji secara parsial menyatakan bahwa variabel Upah
Minimum Kabupaten/Kota (UMK) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan
Timur. Artinya ketika UMK meningkat, maka jumlah orang yang bekerja
akan meningkat. Hal ini dikarenakan ketika tingkat upah naik maka pekerja
mampu memenuhi kebutuhan hidup lebih tinggi dari angka kebutuhan
hidup layak dan daya beli pun meningkat. Ketika nutrisi para pekerja lebih
117
baik, maka mereka akan memiliki produktifitas yang lebih tinggi dan
dampaknya akan meningkatkan output. Peningkatan ouput ini yang
nantinya akan meningkatkan jumlah orang yang bekerja.
3. Berdasarkan hasil uji secara parsial menyatakan bahwa variabel Tingkat
Pendidikan (TP) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur. Atinya ketika
Tingkat Pendidikan meningkat, maka jumlah orang yang bekerja akan
meningkat. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dilakukan hingga tahap
universitas dan bekerja kelak akan memiliki kapabilitas dalam
mengembangkan produksi dengan cara memanfaatkan ilmu pengetahuan
sebagai sarana untuk meningkatkan output, kemudian output yang
meningkat akan berdampak pada peningkatan orang yang bekerja.
4. Pada Uji F secara simultan menjelaskan bahwa keseluruhan dari variabel
independen dalam penelitian ini yaitu PDRB, UMK, Tingkat Pendidikan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu
jumlah orang yang bekerja di Provinsi Kalimantan Timur. Jika terjadi
perubahan pada variabel PDRB, UMK, dan Tingkat Pendidikan, maka
secara bersama-sama akan turut mengubah jumlah orang yang bekerja di
Provinsi Kalimantan Timur.
118
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah/Pengambil Kebijakan
Bagi pemerintah diharapkan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai
rujukan guna mengambil kebijakan untuk meningkatkan jumlah orang
yang bekerja dengan cara menaikkan PDRB, UMK, dan Tingkat
Pendidikan di Provinsi Kalimantan Timur.
2. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya pada penelitian sejenis, diharapkan hasil
penelitian ini dapat dijadikan rujukan supaya hasil penelitiannya menjadi
lebih baik lagi.
119
DAFTAR PUSTAKA
Anggun Kembar Sari, ―Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pertumbuhan
Ekonomi, Dan Upah Terhadap Pengangguran Terdidik Di Sumatera
Barat‖ Jurnal Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang.
Anuari, Danu. ―Pengaruh Upah Minimum dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung.‖ Skripsi Sarjana,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan, Lampung, 2018.
Ariani, Andi Neno. 2013. ―Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah
Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan
Menengah di Kabupaten Pinrang Tahun 2001-2011‖. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Astawan, Si Kadek Bayu. 2015. ―Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009-2012 (Studi Kasus di 38 Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur‖. Universitas Brawijaya, Malang.
Atiyatna, Dirta Pratama.―Pengaruh Upah Minimum, Pertumbuhan Ekonomi
dan Pendididikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi
Sumatera Selatan‖, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 14 (1): 8- 21,
(Juni 2016), hal 1-14.
Arif, M Nur Rianto Al. 2014. ―Pengaruh Pendidikan Terhadap PDRB di
Indonesia‖. Signifikan Vol. 3 No. 1 April 2014.
Aulia, Nuansa. 2008. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung.
Azra, Azyuardi. 2012. Pendidikan Islam :Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Melenium III. Jakarta : Kencana Prenada Media.
120
Baskoro, Luhu Selo. 2019. ―Labor Productivity and Foreign Direct Investment in
the Indonesian Manufacturing Sector‖. Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 8
(1), 2019: 9 – 22 P-ISSN: 2087-2046; E-ISSN: 2476-9223.
Bell, A Linda. 1997. ―The Impact of Minimum Wages in Mexico and Columbia.
Journal Of Labor Economics:, Vol 15, No. 3, Part 2: Labor Market
Flexibility in Developing Countries, S102-S135.
Bhorat, Haroon, Ravi Kanbur and Natasha Mayet. 2013. ―The Impact of Srctoral
Minimum Wage Laws on Employments, Wages, and Hours of Work in
South Africa‖.
Boediono. 1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
Br Arfida, 2007, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Budi Utami, Turminijanti. 2009. ―Pengaruh Upah Minimum Kabupaten, Produk
Domestik Regional Bruto, Angkatan Kerja dan Investasi terhadap
Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember‖. Tesis. Pasca Sarjana
Magister Ilmu Ekonomi Universitas Jember.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2012.
Smarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2013.
Smarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2014.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2015.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2016.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
121
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2017.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Kalimantan Timur Dalam Angka 2018.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2012. Samarinda: BPS Provinsi
Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2013. Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan
Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2014. Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan
Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2015. Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan
Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2016. Smarinda: BPS Provinsi Kalimantan
Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2017. Smarinda: BPS Provinsi Kalimantan
Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2018. Smarinda: BPS Provinsi Kalimantan
Timur.
122
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha 2012-2016.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha
2012-2016. Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha 2014-2018.
Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2018. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha
2014-2018. Samarinda: BPS Provinsi Kalimantan Timur.
Budiarto, Arif. ―Pengaruh PDRB dan Upah Minimum Provinsi Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Melalui Mediasi Investasi di Provinsi Bali‖, E-
Jurnal EP Unud, ISSN: 2303-0778, (Oktober, 2015), hal. 1-28.
Checchini, Summoen and Andras Uthoff. 2008. ―Poverty and Employment in
Latin America‖. Cepal Reviews 94.
Danim, Sudarmawan. (2004). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Denny Ruliansyah, 2013. ―Analisis Hubungan Antara PDRB, Realisasi Investasi,
Desentralisasi Fiskal, dan Kesempatan Kerja di Kalimantan Timur‖.
Universitas Mulawarman, Samarinda.
Downes, A.S. 1998. ―An Economic Analysis of Unemployment in Trinidad and
Tobago‖. University of the West Indies, Barbados.
Dimas, Nenik Woyanti. 2009. ―Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta‖. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi. Vol. 16. No. 1. Hal. 31-41.
123
Duwita, Ummi. 2013. ―Penyerapan Tenaga Kerja Pada Proyek Penawaran Modal
Dalam Negeri di Provinsi Maluku‖. Jurnal Signifikan Vol. 2 No. 2
Oktober 2013.
Ferdinan, Hery. 2011. ―Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, PDRB, dan Upah Riil
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Barat‖. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Feriyanto, Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta. Universitas Diponegoro.
Gindling T.H and Terrell Katherine.‖2006.‖The Effects of‖Multiple Minimum
Wage Throughout the Labour Market:‖The Case os Costa Rica. Journal
of Labour Economics. 14 (2007) 485-511.‖
Gujarati. Damodar N. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika (Terjemahan) Buku ke-2.
Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Heilbroner, R.L. 1982. The Making of Economic Society, 6th
edition. Diajung,
Sutan (penerjemah). Terbentuknya Mayarakat Ekonomi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hindun, ―Pendidikan, Pendapata Nasional, dan Penyerapan Tenaga Kerja di
Indonesia‖, Jurnal Pendidikan Ekonomi, Manajemen dan Keuangan, Vol.
3, No.1, (Mei, 2019), hal 1-8.
Imam Buchari, ―Pengaruh Upah Minimum Dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Di Pulau
SumateraTahun 2012-2015‖. Jurnal Eksis, Volume Xi No 1, April 2016.
Indradewa, I Gusti Agung dan Ketut Suardhika Natha. ―Pengaruh Inflasi, PDRB,
Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali‖ E-
124
‐Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana,Vol.4,No.8
(Agustus,2015), hal. 923-950.
Jones, Patricia. 1997. ―The Impact of Minimum Wage Legislation in Developing
Countries where Coverage is Incomplete‖. Centre for the Study of African
Economics Institute of Economics and Statistics. University of Oxford.
Kadafi, M Fuad. ―Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Konveksi Kota Malang‖, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya, Vol 1, No 2, (2016), hal. 1-14.
Kuncoro, Haryo. 2002. ―Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja‖,
Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Negara Berkembang,
Vol. 7, No 1, 2002. ISSN: 1410-2641, hal 45-56.
Lavrinovicha, I., Lavrinenko, O., Treinovskis, J. T. (2015). ―Influence of
Education on Unemployment Rate and Incomes of Residents‖.
Procedia - Social and Behavioral Sciences. 174 (2015), 3824 – 3831
Lustig, N., dan McLeod, D., 1996, ―Minimum Wages and Poverty in Developing
Countries: Some Empirical Evidence‖, Brookings Discusion Papers in
International Economics, No. 125.
N. Gregory Mankiw. 2006. Makroekonomi. Edisi 6. Erlangga. Jakarta.
Mankiw, N.G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Fitria Liza dan Imam
Nurmawan (penerjemah). Erlangga, Jakarta.
Nachrowi. D Mphil & Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Universitas
Indonesia
Oktafianto, Eka Khaerandy, dkk. 2019. ―The Determinant of Regional
Unemployment in Indonesia:The Spatial Durbin Models‖. Jurnal Ilmu
Ekonomi Volume 8 (2), 2019: 179 - 194P-ISSN: 2087-2046; E-ISSN:
2476-9223.
125
Pangestuti, Yulia. ―Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah‖, Economics Development Analysis
Journal, ISSN 2252-6765, (Juni, 2015), hal 1-9.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 78 Tahun 2015, tentang
Pengupahan, BAB IV, Pasal 41.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 78 Tahun 2015, tentang
Pengupahan, BAB IV, Pasal 42-45.
Prasetyantoko, A. 2008. Bencana Finansial Stabilitas Sebagai Barang Publik.
Kompas, Jakarta.
Pujoalwanto, Basuki. 2014. Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis
dan Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purnami, Izatun. ―Pengaruh Tingkat Pendidikan dan UMK di Provinsi Jawa Barat
tahun 2010- 2013.‖ Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hdayatullah, Jakarta, 2015.
Santoso, R.P. 2012. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama.Yogyakarta: UPP STIMYKPN.
Sikula , Sikula E (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Erlangga
Simanjuntak, P.J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simanjuntak P. J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: FE
UI.
Simanjuntak, P. J. 2008. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sinaga, Tinaggur. 2008. Kebijakan Pengupahan di Indonesia. Jurnal
Ketenagakerjaan. Volume 3 Nomor 2 Edisi Juli-Desember.
Siregar. Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri.
126
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno, Sadono, 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
Sulistiawati, Rini. ―Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia‖ Jurnal EKSOS,
Vol. 8, No. 3, ISSN 1693-9093, (Oktober, 2012), hal. 95-211.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI.
Sumarsono, Sony. 2003. Manajemen Koperasi Teori dan Praktek. Gaha Ilmu,
Jakarta.
Suparmoko, M dan Irawan. 2002. Ekonomika Pembangunan. BPFE-
YOGYAKARTA, Yogyakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2011. Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris. Ghalia Indonesia, Bogor.
Tirtarahardja, Umar & La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Bahasa
Indonesia.
Todaro, Michael P. & Smith. Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke
9.Jakarta: Erlangga.
Tradena, Dewi. (2017), ―Pengaruh Industri Pariwisata Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Hotel
dan Biro Perjalanan Wisata Kabupaten Pesisir Barat)‖, UIN Raden Intan
Lampung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1.
127
Vitalia, Devi Rizky. ―Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peneyrapan
Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang.‖ Skripsi Sarjana, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang, 2014.
Wallis, G. 2002. ―The Effect of Skill Shortage on Unemploymrnt and Real Wage
Growth: A Simultaneous Equation Approach”. British National
Statistics Office, Warwick.
Wambugu, Anthony. (2011). The Effect of Educational Attainment on
Employment Outcomes in Kenya. International Journal of Education
Administration and Policy Studies, 3 (7), 94-
102.
Wasilaputri, Febryana Rizqy. ―Pengaruh upah Minimum Provinsi, PDRB, dan
Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa Tahun
2010-2014.‖ Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2016.
Werdana, Wisnu Hasri. ―Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK), dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat
Periode 2013-2015.‖ Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017.
Widarjono. Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: EKONISKA.
Winarno. Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wijayanti, Asri. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar
Grafika.
Wilis, Retno. 2015. “Analisis Pengaruh Upah Minimum, Investasi, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Berdasarkan Pendidikan”. Vol. 3 No 1
128
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I (Data Penelitian)
KAB/KOTA TAHUN BEKERJA PDRB UMK TP
Berau 2012 79.947 20.467.253 1.180.000 9.453
Berau 2013 82.497 22.591.474 1.796.250 9.888
Berau 2014 82.852 24.449.675 2.100.000 10.917
Berau 2015 90.762 25.923.254 2.381.300 13.722
Berau 2016 87.653 25.482.274 2.455.000 12.472
Berau 2017 95.818 26.232.204 2.657.538 14.650
Berau 2018 102.528 26.766.141 2.889.009 13.550
Kutai Barat 2012 86.689 18.045.834 1.268.500 6.852
Kutai Barat 2013 81.630 18.558.606 1.769.557 6.153
Kutai Barat 2014 83.402 18.906.634 1.920.000 5.783
Kutai Barat 2015 61.376 18.640.130 2.030.016 2.960
Kutai Barat 2016 60.051 18.505.884 2.161.153 2.378
Kutai Barat 2017 65.689 19.136.862 2.339.556 8.798
Kutai Barat 2018 72.633 20.088.967 2.792.399 8.780
Kutai Kertanegara 2012 280.038 129.958.165 1.254.712 25.372
Kutai Kertanegara 2013 279.013 130.010.301 1.908.146 26.588
Kutai Kertanegara 2014 294.118 128.610.623 2.070.530 24.809
Kutai Kertanegara 2015 275.749 119.506.305 2.295.804 40.676
Kutai Kertanegara 2016 272.331 117.460.844 2.305.000 33.571
Kutai Kertanegara 2017 320.865 118.904.727 2.495.163 45.513
Kutai Kertanegara 2018 337.050 121.420.923 2.712.491 54.300
Kutai Timur 2012 117.380 77.552.440 1.280.000 10.331
Kutai Timur 2013 128.164 80.730.972 1.765.000 9.252
Kutai Timur 2014 127.000 83.496.499 1.956.535 12.479
Kutai Timur 2015 129.058 84.705.082 2.008.254 16.070
Kutai Timur 2016 127.576 83.795.054 2.276.312 14.253
Kutai Timur 2017 158.241 86.480.387 2.464.108 26.188
Kutai Timur 2018 169.881 88.482.448 2.678.731 24.352
Mahakam Ulu 2012 11.349 1.350.082 1.268.500 350
Mahakam Ulu 2013 12.415 1.359.366 1.769.557 387
Mahakam Ulu 2014 13.012 1.426.350 1.886.315 401
Mahakam Ulu 2015 13.138 1.473.862 2.026.126 412
Mahakam Ulu 2016 13.576 1.523.652 2.161.153 598
Mahakam Ulu 2017 12.966 1.589.176 2.339.556 1.599
129
Kab/Kota Tahun Bekerja PDRB UMK TP
Mahakam Ulu 2018 14.150 1.674.880 2.543.332 1.890
Paser 2012 111.757 31.160.226 1.270.000 10.508
Paser 2013 99.953 33.281.215 1.755.000 9.662
Paser 2014 109.349 34.782.536 2.011.000 5.784
Paser 2015 110.511 34.439.758 2.131.660 14.618
Paser 2016 109.876 32.791.809 2.193.000 11.268
Paser 2017 115.398 33.143.050 2.373.923 18.343
Paser 2018 129.060 34.365.834 2.580.691 19.306
Penajam
PaserUtara 2012 64.398 5.771.012 1.303.900 5.723
Penajam Paser
Utara 2013 61.090 6.201.814 1.903.262 5.311
Penajam Paser
Utara 2014 60.896 6.373.235 2.100.000 4.287
Penajam Paser
Utara 2015 64.277 6.380.413 2.350.000 6.641
Penajam Paser
Utara 2016 64.074 6.363.156 2.440.000 6.154
Penajam Paser
Utara 2017 65.371 6.506.781 2.566.392 7.911
Penajam Paser
Utara 2018 70.700 6.587.180 2.789.924 8.832
Balikpapan 2012 253.857 63.615.144 1.250.000 50.587
Balikpapan 2013 261.431 65.907.250 1.752.500 47.666
Balikpapan 2014 272.871 68.963.949 1.900.000 52.178
Balikpapan 2015 265.848 69.858.774 2.219.500 74.599
Balikpapan 2016 269.438 73.184.926 2.225.000 76.241
Balikpapan 2017 267.604 76.010.356 2.408.563 89.946
Balikpapan 2018 280.301 79.786.081 2.618.348 91.922
Bontang 2012 65.480 45.623.745 1.298.000 7.611
Bontang 2013 64.134 43.012.336 1.765.000 8.897
Bontang 2014 68.526 41.622.133 1.980.000 8.899
Bontang 2015 69.371 43.434.556 2.125.000 16.993
Bontang 2016 66.878 42.786.930 2.307.198 12.765
Bontang 2017 68.190 43.057.847 2.497.542 16.270
Bontang 2018 73.039 41.258.383 2.715.078 21.330
Samarinda 2012 324.516 35.711.573 1.250.000 75.004
Samarinda 2013 320.698 37.471.853 1.752.500 92.514
130
Kab/Kota Tahun Bekerja PDRB UMK TP
Samarinda 2014 322.938 39.506.305 1.995.000 86.572
Samarinda 2015 343.867 39.523.223 2.156.889 69.763
Samarinda 2016 351.896 39.614.102 2.256.056 71.205
Samarinda 2017 370.533 41.239.077 2.442.181 113.464
Samarinda 2018 368.943 43.294.330 2.654.895 119.956
131
Lampiran II (Uji Regresi Data Panel)
1. Common Effect Model
Dependent Variable: BEKERJA?
Method: Panel Least Squares
Date: 11/09/19 Time: 19:16
Sample: 2012 2018
Included observations: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 57706.05 19286.20 2.992091 0.0039
PDRB? 0.001144 0.000117 9.799251 0.0000
UMK? -0.016194 0.008890 -1.821610 0.0730
TP? 2.723187 0.142977 19.04627 0.0000
R-squared 0.914198 Mean dependent var 146109.5
Adjusted R-squared 0.910298 S.D. dependent var 109152.5
S.E. of regression 32691.52 Akaike info criterion 23.68306
Sum squared resid 7.05E+10 Schwarz criterion 23.81155
Log likelihood -824.9072 Hannan-Quinn criter. 23.73410
F-statistic 234.4043 Durbin-Watson stat 0.495120
Prob(F-statistic) 0.000000
132
2. Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: BEKERJA?
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 11/09/19 Time: 19:24
Sample: 2012 2018
Included observations: 7
Cross-sections included: 10
Tota panel (balanced) observations: 70
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 88044.78 17790.47 4.948984 0.0000
PDRB? 0.000863 0.000429 2.009502 0.0492
UMK? 0.003769 0.001503 2.508423 0.0150
TP? 0.448379 0.157944 2.838854 0.0063
Fixed Effect (Cross)
_BERAU--C
_KUTBAR--C
_KUTAIKERTA--C
_KUTAITIMUR--C
_MAHAULU--C
_PASER--C
_PENAJAM--C
_BALIKPAPAN--C
_BONTANG--C
_SAMARINDA--C
-34111.17
-41591.10
75251.07
-38411.82
-84278.85
-18045.29
-40283.20
79316.88
-71018.19
13171.7
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
133
Weighted Statistics
R-squared 0.994615 Mean dependent var 172182.0
Adjusted R-squared 0.993481 S.D. dependent var 73123.88
S.E. of regression 10092.18 Sum squared resid 5.81E+09
F-statistic 877.3302 Durbin-Watson stat 2.135728
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.991373 Mean dependent var 146109.5
Sum squared resid 7.09E+09 Durbin-Watson stat 1.970749
134
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 160.054548 (9,57) 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: BEKERJA
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 11/09/19 Time: 19:25
Sample: 2012 2018
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Use pre-specified GLS weights
Variable Coefficiet Std. Error t-Statistic Prob.
C 28060.59 13009.19 2.156981 0.0347
PDRB 0.000757 0.000163 4.644318 0.0000
UMK -0.002903 0.006045 -0.480289 0.6326
TP 2.961605 0.247201 11.98058 0.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.858527 Mean dependent var 172182.0
Adjusted R-squared 0.852096 S.D. dependent var 73123.88
S.E. of regression 48072.31 Sum squared resid 1.53E+11
F-statistic 133.5062 Durbin-Watson stat 0.248674
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.882092 Mean dependent var 146109.5
Sum squared resid 9.69E+10 Durbin-Watson stat 0.430437
135
4. Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: BEKERJA?
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/09/19 Time: 19:26
Sample: 2012 2018
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 59436.14 14185.40 4.189952 0.0001
PDRB? 0.001357 0.000229 5.923550 0.0000
UMK? 0.000424 0.003410 0.124331 0.9014
TP? 0.967016 0.152850 6.326568 0.0000
Random Effect
(Cross)
_BERAU—C
_KUTBAR--C
_KUTAIKERTA--C
_KUTAITIMUR--C
_MAHAULU--C
_PASER--C
_PENAJAM--C
_BALIKPAPAN--C
_BONTANG--C
_SAMARINDA--C
-16177.11
-18167.73
30648.55
-51490.21
-49070.59
-56272.78
-10505.82
42944.54
-62159.26
139604.9
Effects Specification
S.D. Rho
136
Cross-section random 27981.49 0.8682
Idiosyncratic random 10899.99 0.1318
Weighted Statistics
R-squared 0.525315 Mean dependent var 21282.75
Adjusted R-squared 0.503739 S.D. dependent var 20191.55
S.E. of regression 14224.11 Sum squared resid 1.34E+10
F-statistic 24.34654 Durbin-Watson stat 0.675201
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.705982 Mean dependent var 146109.5
Sum squared resid 2.42E+11 Durbin-Watson stat 0.037302
137
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 49.393560 3 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
PDRB 0.000321 0.001357 0.000000 0.0218
UMK 0.007583 0.000424 0.000001 0.0000
TP 0.531933 0.967016 0.006300 0.0000
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: BEKERJA
Method: Panel Least Squares
Date: 11/09/19 Time: 19:26
Sample: 2012 2018
Periods included: 7
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 70
Variable Coefficiet Std. Error t-Statistic Prob.
C 102003.0 21201.24 4.811181 0.0000
PDRB 0.000321 0.000507 0.633302 0.5291
UMK 0.007583 0.003582 2.116909 0.0386
TP 0.531933 0.172228 3.088529 0.0031
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.991762 Mean dependent var 146109.5
Adjusted R-squared 0.990028 S.D. dependent var 109152.5
S.E. of regression 10899.99 Akaike info criterion 21.59690
Sum squared resid 6.77E+09 Schwarz criterion 22.01447
Log likelihood -742.8914 Hannan-Quinn criter. 21.76276
F-statistic 571.8610 Durbin-Watson stat 1.116622
Prob(F-statistic) 0.000000
138
6. Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-15000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 20000 25000
Series: Standardized ResidualsSample 2012 2018Observations 70
Mean 6.50e-13Median -1944.453Maximum 23367.19Minimum -16658.87Std. Dev. 9172.712Skewness 0.552292Kurtosis 2.608545
Jarque-Bera 4.005577Probability 0.134958
139
7. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags
F-statistic 1.229382 Prob. F(2.63) 0.2994
Obs*R-squared 2.591780 Prob. Chi-Square(2) 0.2737
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/26/19 Time: 17:55
Sample: 2 70
Included observations: 69
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.04E-06 0.023220 0.000346 0.9997
PDRB -0.009725 0.053613 -0.181395 0.8566
UMK -0.012413 0.083026 -0.149507 0.8816
TP 0.009383 0.051356 0.182699 0.8556
RESID(-1) -0.197526 0.126940 -1.556060 0.1247
RESID(-2) -0.010742 0.135999 -0.078990 0.9373
R-squared 0.037562 Mean dependent var 6.59E-18
Adjusted R-squared -0.038822 S.D. dependent var 0.188870
S.E. of regression 0.192501 Akaike info criterion -0.374492
Sum squared resid 2.334562 Schwarz criterion -0.180222
Log likelihood 18.91998 Hannan-Quinn criter. -0.297419
F-statistic 0.491753 Durbin-Watson stat 2.001641
Prob(F-statistic) 0.781198
140
8. Uji Multikolinearitas
PDRB UMK TP
PDRB 1.000000 0.034534 0.379156
UMK 0.034534 1.000000 0.151204
TP 0.379156 0.151204 1.000000
141
9. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
Null hypothesis: Homoskedasticity
F-statistic 1.509872 Prob. F(3.66) 0.2201
Obs*R-squared 4.495602 Prob. Chi-Square(3) 0.2127
Scaled explained SS 4.561824 Prob. Chi-Square(3) 0.2068
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/26/19 Time: 17:34
Sample: 1 70
Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.517237 0.347350 -1.489096 0.1412
PDRB^2 0.000585 0.000412 1.419095 0.1606
UMK^2 0.002439 0.001579 1.544177 0.1273
TP^2 -0.001224 0.000691 -1.771500 0.0811
R-squared 0.064223 Mean dependent var 0.057973
Adjusted R-squared 0.021688 S.D. dependent var 0.088226
S.E. of regression 0.087264 Akaike info criterion -1.984321
Sum squared resid 0.502586 Schwarz criterion -1.855836
Log likelihood 73.45124 Hannan-Quinn criter. -1.933285
F-statistic 1.509872 Durbin-Watson stat 0.893713
Prob(F-statistic) 0.220114