BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi...

14
13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosial Konsep framing berdasarkan dari Teori Konstruksi Sosial, itulah sebabnya mengapa teori Kontruksi Sosial ini digunakan dalam penelitian ini. Teori Konstruksi Sosial (social construction),di perkenalkan oleh Peter.L.Berger dan Thomas Luckman. Teori Konstruksi Sosial bisa dikatakan berada diantara Teori Fakta Sosial dan Teori Definisi Sosial. Dalam Teori Fakta Sosial, standar yang eksislah yang penting. Tindakan dan persepsi manusia ditentukan oleh struktur yang ada dalam masyarakat. Sedangkan dalam Teori Definisi Sosial manusialah yang yang membentuk masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan norma yang ada (Eriyanto, 2002). Menurut Berger, manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis yang melalui tahapan eksternalisasi yang merupakan usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Tahapan yang kedua adalah objektivasi yaitu hasil yang dicapai dari eksternalisasi manusia. Manusia juga mempengaruhi realitas sosial yang subyektif melalui proses internalisasi yaitu penyerapan kembali dunia objektif kedalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia luar. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Menurut teori ini realitas tidak dibentuk secara ilmiah melainkan dibentuk dan dikostruksi. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Dalam perspektif konstruksi sosial, seseorang akan mencurahkan ketika bersinggungan dengan kenyataan (eksternalisasi), sebaliknya juga akan dipengaruhi oleh kenyataan objektif yang ada (internalisasi).

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Konstruksi Sosial

Konsep framing berdasarkan dari Teori Konstruksi Sosial, itulah sebabnya

mengapa teori Kontruksi Sosial ini digunakan dalam penelitian ini. Teori Konstruksi

Sosial (social construction),di perkenalkan oleh Peter.L.Berger dan Thomas

Luckman. Teori Konstruksi Sosial bisa dikatakan berada diantara Teori Fakta Sosial

dan Teori Definisi Sosial. Dalam Teori Fakta Sosial, standar yang eksislah yang

penting. Tindakan dan persepsi manusia ditentukan oleh struktur yang ada dalam

masyarakat. Sedangkan dalam Teori Definisi Sosial manusialah yang yang

membentuk masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan

norma yang ada (Eriyanto, 2002).

Menurut Berger, manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis yang

melalui tahapan eksternalisasi yang merupakan usaha pencurahan atau ekspresi diri

manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Tahapan yang

kedua adalah objektivasi yaitu hasil yang dicapai dari eksternalisasi manusia.

Manusia juga mempengaruhi realitas sosial yang subyektif melalui proses

internalisasi yaitu penyerapan kembali dunia objektif kedalam kesadaran sedemikian

rupa sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia luar. Melalui

internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat.

Menurut teori ini realitas tidak dibentuk secara ilmiah melainkan dibentuk dan

dikostruksi. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu

realitas. Dalam perspektif konstruksi sosial, seseorang akan mencurahkan ketika

bersinggungan dengan kenyataan (eksternalisasi), sebaliknya juga akan dipengaruhi

oleh kenyataan objektif yang ada (internalisasi).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

14

Sebuah teks berupa berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realita.

karenanya sangat memungkinkan terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara

berbeda. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan peristiwa atau

fakta dalam arti yang riil.

Teori ini mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan

berita dilihat. Penilaian tersebut antara lain: (Eriyanto, 2002, hal 20-40)

Fakta/Peristiwa adalah hasil Konstruksi

Menurut kaum konstruksionis realitas itu ada, karena dihadirkan

oleh konsep subyektif wartawan. Tidak ada realita yang bersifat

obyektif, karena realita tercipta lewat kontruksi dan sudut pandang

tertentu. Dan realita itu bisa berbeda-beda tergantung bagaimana

pemahaman wartawan dengan sudut pandang mereka masing-masing.

Fakta/realitas pada dasarnya dikonstruksi, karena fakta bukanlah

sesuatu yang telah ada dan menjadi bahan berita, melainkan

diproduksi dan ditampilkan secara simbolik. Itulah mengapa satu fakta

bisa menjadi banyak fakta dengan pemahaman yang berbeda-beda.

Media adalah agen Konstruksi

Dalam pandangan positivis media tidak berperan dalam

membentuk realitas melainkan hanya saluran untuk menggambarkan

realita/peristiwa yang sedang terjadi dengan riil. Namun pandangan

konstruksionis melihat media sebagai sunyek yang mengkontruksi

realita lengkap dengan pandangan, bias, dan keterpihakannya. Media

secara aktif menafsirkan realitas yang kemudian disajikan kepada

khalayak. Media sendiri juga, yang memilih realitas mana yang

dicantumkan dan tidak dicantumkan.

Berita bukan hasil dari Realitas, melainkan Konstruksi dari Realitas

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

15

Berbeda dengan pandangan positivis bahwa berita adalah

cerminan dari realita, pandangan kontruksionis memahami berita

sebagai hasil kontruksi sosial yang melibatkan ideologi, sudut pandang

wartawan atau media itu sendiri.

Berita bersifat Subyektif/Konstruksi atas Realitas

Karena berita merupakan hasil dari konstruksi dan pemaknaan

realita, maka sudah tentu berita tidak bisa di nilai dengan ukuran

standar yang rigrid. Adanya perbedaan anatara berita dan realitas

sebenarnya bukanlah suatu kesalahan melainkan memang begitulah

pemaknaan media terhadap realitas tersebut. Berita bersifat subyektif

karena ketika meliput peristiwa, wartawan melihat perspektif dan

pertimbangan subjektif, jadi secara tidak langsung opini pasti ada dan

tidak dapat dihilangkan dari sebuah berita.

Wartawan agen Konstruksi Realitas

Jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu memindahkan

realitas kedalam berita. Sesuai atau tidaknya berita dengan realitas itu

sangan tergantung kepada wartawan. Akan tetapi dalam

konstruksionis, wartawan merupakan agen konstruksi yang tidak

hanya melaporkan fakta tetapi juga memaknai peristiwa. Wartawan

tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keterpihakannya,

karena dalam proses peliputan dan penulisan suatu peristiwa, secara

sengaja atau tidak sengaja wartawan menggunakan persepsinya dalam

memahami masalah.sehingga realitas yang tidak beraturan ditulis dan

dimaknai sehingga dipahami oleh khalayak.

Etika, Pilihan Moral, dan Keberpihakan Wartawan adalah bagian

integral dalam Produksi Berita

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

16

Nilai, etika, dan keberpihakan wartawan tidak dapat dipisahkan

dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa. Karena pada

dasarnya semua kerja jurnalistik merupakan proses yang subyektif,

sebab tidak hanya melibatkan fakta, namun juga keinginan yang

semuanya menyiratkan hal-hal yang berbau subyektif.

Nilai, Etika, dan Pilihan Moral Peneliti menjadi bagian integral dalam

Penelitian

Salah satu sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis

adalah pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah sunyek yang

bebas nilai. Pilihan etika, moral, dan keberpihakan peneliti menjadi

bagian yang sukar dihilangkan dari proses penelitian. Peneliti

memiliki berbagai nilai dan pandangan ataupun keberpihakan yang

berbeda-beda. Bisa jadi obyek penelitian yang sama akan

menghasilkan temuan yang berbeda dari masing-masing peneliti.

2.2 Teori Analisis Framing

Teori ini akan menjadi dasar pengerjaan penelitian karena dalam teori ini akan

dijelaskan secara rinci mengenai definisi analisis framing dan aspek apa saja yang

terdapat di dalamnya,efek yang di timbulkan dari framing , dan model analisis

framing yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Dalam teori ini

menjelaskan bahwa pemahaman seseorang dipengaruhi oleh pengalaman dan

lingkungan sekitarnya.

2.2.1 Definisi Framing

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

17

Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur

komunikasi. Secara sederhana, framing dapat dianalogikan seperti kita sedang

memotret. Misalnya kita hendak memotret sebuah mobil, objek yang menjadi fokus

perhatian adalah bagian interior dari mobil tersebut. Padahal kita tahu bahwa mobil

meliputi bagian interior, ekterior, mesin dan bagian lainnya. Namun, yang menjadi

fokus perhatian adalah bagian interior. Sisi bagian depan, tepatnya pada dashboard

mobil, lebih diperlihatkan ketimbang interior pada bagian lain. Saat mengambil

gambar ini, fotografer memiliki maksud dan tujuan sendiri. Ada sesuatu yang hendak

ia tonjolkan sehingga orang yang melihat foto ini diarahkan tepat sesuai dengan

keinginan dari si fotografer, tanpa harus melihat sisi atau bagian lain dari mobil

tersebut.

Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu

dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta

apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak

dibawa ke mana berita tersebut. Seperti halnya seorang fotografer dalam memilih

objek gambar dan memotretnya sesuai dengan angle yang ia inginkan.

Robert M. Entman (Sobur, 2009) lebih lanjut mendefinisikan framing sebagai

seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih

menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal itu berarti menyajikan

secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral,

dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan.

Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung utama

dari definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana

realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi

realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih

menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat

aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

18

tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan

sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing adalah sebuah cara bagaimana

peristiwa disajikan oleh media.

2.2.2 Aspek Framing

Ada 2 aspek framing yaitu :

Memilih fakta/realitas

Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak

melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu

terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa

yang dibuang (exluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan

dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan

fakta yang lain

Menuliskan fakta

Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu

disajikan kepada khalayak. Gagasan ini diungkapkan dengan, kalimat

dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa,

dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut

ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu: penempatan yang

mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang),

pengulangan, pemaikaian grafis untuk mendukung dan memperkuat

penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/

peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya,

generalisasi, simplikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar,

dsb. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

19

mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan

mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

2.3 Ideologi Media Massa

Teori ini menjelaskan tentang definisi ideologi dan keterlibatan ideologi

dalam media massa. Teori ini dicantumkan oleh peneliti karena ideologi dalam media

massa adalah unsur yang menjadi bagian dari berita di media massa tersebut. Ideologi

yang dipresentasikan mempengaruhi kontruksi media massa tentang suatu realita.

2.3.1 Definisi Ideologi

Istilah ideologi adalah salah satu istilah yang paling banyak digunakan,

terutama dalam ilmu-ilmu sosial. Menurut arti kata Ideologi ialah pengucapan dari

yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari

pemikiran (Sukarna, 1981).

Ideologi memang mempunyai banyak arti, atau dengan kata lain ideologi

dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Dalam pengertian paling umum,

ideologi adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan

yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang

diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar

pribadi.

Masih banyak lagi pendapat mengenai makna dari ideologi dengan versinya

sendiri-sendiri. Menurut Magis-Suseno, meskipun ada berbagai macam arti yang

digunakan untuk memaknai ideologi itu, pada hakikatnya semua arti itu dapat

dikembalikan pada salah satu dari tiga arti, yakni : (1) ideologi sebagai kesadaran

palsu; (2) ideologi dalam arti netral; dan (3) ideologi adalah keyakinan yang tidak

ilmiah (Sobur, 2009).

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

20

2.3.2 Ideologi Media Massa

Ideologi merupakan konsep dasar cara berfikir seseorang atau golongan,

konsep ini dihasilkan melalui proses berpikir mendalam atas realita dan atau keadaan

yang terjadi di sekitarnya. Dan akhirnya konsep tersebut akan mempengaruhi cara

berpikir dan sudut pandang atas segala sesuatu. Sering terjadi seseorang atau

kelompok berusaha mempengaruhi atau sekedar mensosialisasikan sudut pandang

mereka kepada orang lain,agar memiliki konsep berpikir yang sama. Media massa

kerap menjadi sarana yang paling efektif untuk mensosialisasikan ideologinya.

Selain untuk kepentingan bisnis,pemilik media massa lebih bertujuan

mempengaruhi banyak orang agar mengetahui dan turut serta dalam setiap peristiwa

yang terjadi di negara Indonesia.. Tujuan dan kepentingan itulah yang membentuk

ideologi sebuah media. Pada penerapannya ideologi sebuah media tercermin dari visi

dam misi media tersebut. Akan tetapi ideologi juga bisa berubah seiring waktu. Hal

ini dikarenakan ideologi media massa juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

tempat dia berada. Keadaan politik, ekonomi, pengiklan, agama juga merupaka faktor

– faktor yang mampu mempengaruhi pembentukan ideologi media massa.

2.4 Peradilan Media

Teori ini menjelaskan tentang Peradilan media dan keterlibatan media dalam

pemberitaannya. Teori ini dicantumkan oleh peneliti karena peradilan media adalah

masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Peneliti ingin melihat apakah dalam

pemberitaannya media melakukan bias peradilan media.

2.4.1 Definisi Peradilan Media

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

21

Pers sebagai lembaga yang memiliki kemampuan untuk memberikan

informasi kepada publik tentang berbagai peristiwa sekaligus dapat memberikan

tanggapan atas berbagai peristiwa yang di informasikan. Pers dalam tatanan negara

demokrasi merupakan pilar yang berfungsi sebagai kontrol bagi kekuasaan. Tentunya

tidak hanya pers yang dapat secara bebas menyajikan berbagai peristiwa saja yang

mampu menjalankan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas kebijakan

negara, akan tetapi haruslah pers yang bersifat independen.

Saat ini dapat dilihat bagaimana pers menjalankan perannya. Berbagai

peristiwa aktual dapat dengan sangat cepat diketahui perkembangannya melalui

berbagai media pers seperti koran, majalah, radio, televisi dan situs-situs internet.

Berbagai macam informasi berseliweran dengan sangat cepat menembus batas ruang

dan waktu. Apa yang telah terjadi di belahan dunia lain sangat dengan cepat diketahui

peristiwanya oleh bagian masyarakat belahan dunia lainnya. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin mendukung dan mendorong aktivitas pers untuk

dapat bekerja dengan lebih baik dan menjalankan fungsingya secara maksimal.

Berbagai peristiwa hukum adalah salah satu bagian yang sangat menarik

untuk disajikan oleh pers. Dapat dilihat bagaimana kasus-kasus hukum begitu banyak

mewarnai berbagai media pers setiap hari melebihi pemberitaan bidang-bidang sosial

lainnya, mulai dari kasus pencurian sandal sampai dengan kejahatan-kejahatan

terkategori seperti korupsi, terorisme dan kejahatan hak asasi manusia. Disamping

pers memiliki kekuatan untuk memantau penegakan hukum, pers juga memiliki

kemampuan untuk menggiring massa menciptakan persepsi masyarakat melalui

opini-opini yang dibentuknya.

Seperti misalnya Kasus Prita versus RS. Omni Internasional, kasus Antasari

Azhar, kasus Gayus Tambunan, kasus Ariel Peter Pan, kasus Abu Bakar Ba’asyir,

dan berbagai kasus hukum yang pastinya mampu melibatkan partisipasi aktif pers

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

22

untuk menginformasikan perkembangan kasus hukum, dan memberitakan kasus

tersebut dengan mencari narasumber yang beragam seperti pakar hukum, aparat

penegak hukum, politisi, kalangan birokrat, wakil dari LSM dan menghadirkan

pengacara-pengacara pihak yang terkait kasus hukum, bahkan menelusuri jejak-jejak

kehidupan oknum yang terlibat kasus tersebut. Dan itulah yang kemudian

menghasilkan berbagai persepsi tertentu di masyarakat.

Kadang publik atau masyarakat lebih percaya kepada apa yang diberitakan

pers dibandingkan putusan-putusan hukum yang dibuat hakim peradilan negara

disebabkan oleh antara lain (1) ketidakpercayaan masyarakat yang akut dan kronis

pada penegakan hukum oleh lembaga-lembaga hukum negara (2) Mudahnya akses

informasi masyarakat pada media pers, sedangkan pada peradilan resmi akses untuk

mengikuti perkembangan kasus sangatlah terbatas mengingat peradilan terikat erat

oleh ruang dan waktu (3) Keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap ilmu hukum

dan perkembangan teori-teori hukum. Masyarakat hanya melihat hukum pada

kejahatan yang didakwakan dan vonis hukumnya, tanpa memperhatikan proses

hukum acara di peradilan (4) Kemampuan pers mengemas kasus-kasus hukum

dengan penyajian yang sangat apik dan menarik.

(http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/witness/october/29/newsid_4395000/4395984.st

m)

Pada dasarnya bias media terjadi karena media massa tidak berada diruang

vakum. Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan

bergabagi kepentingan. Media massa bukanlah sesuatu yang bebas, tetapi memiliki

keterkaitan dengan realitas sosial. Bias menurut Macnamara (Sobur, 2009: 34) terjadi

karena berbagai alasan. Kadang-kadang terjadi dengan sengaja, karena wartawan atau

editor memproyeksikan pandangan pribadi mereka dalam cerita atau pandangan yang

telah di tunjukkan kepada mereka. Ini terjadi karena sistem tuntutan media yang

menghimpit akan kecepatan dan rasa haus yang tidak pernah terpuaskan terhadap

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

23

berita pada batas waktu yang sedikit. Kadang-kadang terjadi karena standar pelatihan

dan pendidikan yang kurang memadai diantara wartawan. Selain itu para wartawan

juga editor berkuasa penuh atas pilihan kata yang akan dipakainya.

Secara tidak sadar bias peradilan media akan terus muncul, padahal

seharusnya media merasa sadar akan salah satu fungsi pers adalah menyajikan

informasi seakurat mungkin dan sebagai lembaga sub sistem dari negara yang

bertugas mengawasi penegakan hukum di negara. Kehidupan pers yang berkembang

di Indonesia diharapkan adalah lembaga pers yang bersifat independen/netral, pers

yang ber-etika, pers yang tidak mengutamakan keuntungan atau menaikkan rating

semata, pers yang dijiwai semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pers

yang secara konsisten meneguhkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dan pers yang

berjuang menyatukan kehidupan berbangsa.

Peradilan Media merupakan informasi yang harus dilihat dan dibaca dalam

kerangka berpikir kritis, mengingat informasi bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak

netral. Informasi merupakan serangkaian konsep-konsep, ide-ide, nilai-nilai, paham-

paham, kerangka berpikir yang ingin ditegakkan/ mempengaruhi publik oleh penyaji

informasi. Penilaian secara komprehensif atas peradilan media mutlak dilakukan

untuk menghindari kesalahpahaman pada kasus-kasus hukum yang ada. Mengingat

pers seringkali dimiliki oleh seseorang yang kaya dan memiliki kepentingan politis,

artinya pers tidak selalu bersifat netral, tidak selalu menyajikan berita tanpa distorsi.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

24

Kompas

Kasus Penyuapan Wisma

Atlet SEA Games Oleh

Nazaruddin

Kerangka framing Robert N. Entman

Problem

Identification

Casual Interpretation

Moral Evaluation

Treatment

Recomendation

Konstruksi Kompas

Wacana Kompas

Peradilan Media

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir Penelitian

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

25

Berdasarkan proses pada gambar 2.5 yang merupakan model kerangka

pemikiran di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kasus penyuapan wisma atlet SEA Games oleh Nazaruddin merupakan

berita yang sedang hangat-hangatnya di beritakan di berbagai media. Pada

kolom kerangka pikir yang pertama menjelaskan bahwa kasus Nazaruddin

tersebut adalah kasus yang menarik banyak perhatian masyarakat,

pemerintah dan oknum-oknum politik juga hukum.

2. Kompas : Kompas merupakan harian nasional ternama di Indonesia.

Kompas juga media yang memuat berita dari awal kasus Nazaruddin . pada

penelitian ini peneliti memilih Kompas sebagai media yang akan diteliti

terkait pemberitaan Nazaruddin.

3. Wacana Kompas : pada kolom ke tiga menjelaskan bahwa dalam

penmelitian ini akan dilihat bagaimana wacana yang di bentuk Kompas

dalam pemberitaannya mengenai kasus Nazaruddin.

4. Kerangka Framing Robert N. Entman : kolom ini menjelaskan teori yang

digunakan untuk menganalisa berita-berita kompas yang diteliti. Adapun

elemen penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Problem Identification: merupakan elemen awal yang melihat

bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat. Sebagai apa. Atau sebagai

masalah apa.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosialrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2722/3/T1_362006013_BAB II.pdf · sesuatu yang telah ... tidak dapat dihilangkan dari ...

26

b. Casual Interpretation : dalam proses ini dilihat bagaimana peristiwa itu

dilihat disebabkan oleh apa. Apa yang dianggap penyebab dari suatu

masalah. Atau Siapa (who/aktor) yang dianggap sebagai penyebab

masalah

c. Moral Evaluation: proses ini menerangkan nilai moral apa yang

disajikan untuk menjelaskan masalah. Nilai moral apa yang dipakai

untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suati tindakan

d. Treatment Recomendation: proses yang terakhir adalah bagaimana

penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu. Jalan

apa yang ditawarkan dn harus di tempuh untuk mengatasi masalah.

5. Konstruksi Kompas: dari analisa framing yang dilakukan selanjutnya akan

terlihat bagaimana konstruksi yang di bentuk Kompas dalam pemberitaan

kasus Nazaruddin.

6. Peradilan Media: merupakan salah satu bentuk bias yang terjadi di media.

Dalam penelitian ini akan dilihat apakah dalam pemberitaan Kompas

mengenai kasus Nazaruddin ini terdapat bias peradilan Media atau tidak.