BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1...

16
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut. Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Dapat disimpulkan motivasi adalah keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Suatu kondisi di mana keinginan- keinginan (needs) pribadi dapat mencapai kepuasan. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1...

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Motivasi Belajar

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya

menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai

keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan

serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian

motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang

melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif

dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.

Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan

Danim (2004) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang

mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi

tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak

memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor pendorong atau

pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin

dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk

mencapai tujuan tersebut. Dapat disimpulkan motivasi adalah keinginan

untuk melakukan suatu tindakan. Suatu kondisi di mana keinginan-

keinginan (needs) pribadi dapat mencapai kepuasan. Motivasi yang ada

pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan

yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan

7

hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan sistuasi

sehingga menimbulkan motivasi atau dorongan bagi mereka untuk

berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

individu lain atau organisasi.

2.1.2. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Sunarto (2008) motivasi merupakan suatu proses

psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan

keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses

psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu

sendiri yang disebut intrinsik sedangkan faktor di luar diri disebut

ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan

pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa

depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai

sumber, bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain

yang kompleks.

Whandi (2008) menjelaskan bahwa motivasi dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik:

1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang tiimbul dari dalam

diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti system nilai yang dianut,

harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain secara internal melekat

pada seseorang.

2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar

diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas sekolah,

adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa

takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi motivasi.

8

2.1.3. Fungsi Motivasi

Sutisna Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa fungsi motivasi

dalam pembelajaran dibagi menjadi tiga, antara lain:

1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi

tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan

perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan

tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan

cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Sardiman (2007) menjelaskan bahwa fungsi motivasi ada tiga, antara

lain:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak

diicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan dan serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi

tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2000) ada tiga fungsi motivasi, antara lain:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa

motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

9

2) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada

pencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar

kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan.

2.1.4. Motivasi Belajar

Handayani (2003) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah

faktor pendukung yang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak dan

membawanya meraih prestasi. Menurut Sunarto (2008) motivasi belajar

adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong

oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya

ataupun yang datang dari luar.

Dengan motivasi belajar, maka siswa/peserta didik dapat

mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses

pembelajaran/pendidikan yang diikuti. Jadi motivasi belajar adalah

rangsangan, dorongan atau keinginan baik dari dalam diri seseorang atau

dari luar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai

akibat dari dalam diri individu tanpa ada paksaan dan dorongan dari

orang lain, misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu

pengetahuan atau ingin mendapatkan keterampilan tertentu, ia akan rajin

belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Sebaliknya motivasi ekstrinsik

timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan,

suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang

demikian akhirnya ia mau belajar.

10

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Raymond dan Judith (2004) mengungkapkan ada empat

pengaruh utama terhadap motivasi belajar seorang anak yaitu

1. Budaya. Masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkandan

menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan

dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun

tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh agama,

undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapan-

harapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak

mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal–hal ini akan

mempengaruhi motivasi belajar anak.

2. Keluarga. Berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh

utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka

terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi

pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan

akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya.

3. Sekolah. Ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang

membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak

sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan

sekolah menjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa

mengingat seorang guru yang memenuhi ruang kelas dengan

kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita

untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.

4. Diri anak itu sendiri. Murid-murid yang mempunyai kemungkinan

paling besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik dan

masih bisa menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter

pintar, berkualitas, mempunyai identitas, bisa mengatur diri sendiri

sudah pasti mempengaruhi motivasi belajarnya.

11

Azzahhy (2009) menjelaskan bahwa ada enam faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Cita-cita atau aspirasi peserta didik

Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat

semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita atau

aspirasi peserta didik akan berlangsung dalam waktu yang sangat

lama bahkan berlangsung sepanjang hayat, timbulnya bersamaan

dengan perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilai-nilai

kehidupan, juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi

peserta didik akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun

ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan

aktualisasi diri.

2) Kemampuan peserta didik

Keinginan peserta didik perlu diikuti dengan kemampuan

atau kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan akan

memperkuat motivasi peserta didik melaksanakan tugas-tugas

perkembangan.

3) Kondisi peserta didik

Kondisi peserta didik yang meliputi kondisi jasmani dan

rohani yang mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmani dan

rohani peserta didik yang terganggu akan berpengaruh pada

peserta didik dalam hal memusatkan perhatian belajar.

4) Kondisi lingkungan peserta didik

Lingkungan peserta didik dapat berupa keadaan alam

tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.

Sebagai anggota masyarakat peserta didik dapat terpengaruh oleh

lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan yang baik akan

memperkuat motivasi belajar.

12

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan

ingatan pengalaman hidup.Lingkungan peserta didik berupa

keadaan alam lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga

mengalami perubahan. Lingkungan budaya peserta didik yang

berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain semakin

menjangkau peserta didik. Semua lingkungan tersebut

mendinamiskan motivasi belajar. Pengajar profesional diharapkan

mampu memanfaatkan kondisi dinamis tersebut dalam

pembelajaran untuk memotivasi belajar.

6) Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik

Pengajar dalam tugas profesionalnya mengharuskan dia

belajar sepanjang hayat selain dengan masyarakat dan lingkungan

sekitarnya yang juga dibangun. Lingkungan sosial pengajar perlu

diperhatikan oleh pengajar. Partisipasi dan teladan memilih

perilaku yang baik sudah merupakan upaya pembelajaran peserta

didik. Upaya pengajar membelajarkan peserta didik meliputi

pemahaman tentang diri peserta didik dalam rangka kewajiban

tertib belajar, pemanfaatan pengetahuan berupa hadiah, kritik,

hukuman secara tepat guna dan mendidik cinta belajar.

Dilihat dari peranannya, maka orang tua dan guru paling

berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar siswa. Kerja sama antara

kedua komponen ini akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa

menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi

dalam rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara

ke duanya harus dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus teridentifikasi dengan jelas.

13

Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tua

akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan

motivasi anak.

2.1.6. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Ada enam aspek yang mempengaruhi tinggi rendahnya

motivasi belajar siswa, yang dikemukakan oleh Kurniawan (dalam

Manoppo,2005) :

a. Tuntutan belajar yaitu seberapa besar dorongan siswa untuk

belajar dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.

b. Sasaran terhadap prestasi belajar yaitu seberapa tinggi target

prestasi belajar yang dijadikan tujuan akhir.

c. Tingkat realistis dalam usaha mencapai prestasi belajar yaitu

seberapa besar usaha mencapai target prestasi belajar dengan

cara yang realistis.

d. Ketahanan belajar dalam situasi yaitu seberapa besar usaha

siswa yang bertahan dalam situasi apapun.

e. Pemanfaatan peluang untuk belajar yaitu seberapa besar usaha

siswa dalam memanfaatkan waktu luang atau kesempatan

belajar lain seperti beasiswa untuk belajar.

f. Keterlibatan dalam kegiatan belajar yaitu seberapa jauh siswa

menyukai hal yang dipelajari sehingga aktif mengikuti

kegiatan belajar mengajar.

2.2. Persepsi Siswa

2.2.1. Pengertian Persepsi Siswa

Persepsi adalah pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang

telah dilihatnya (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Walgito

14

(2003) menyatakan bahwa persepsi perupakan suatu proses yang

didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut

proses sensori.

Menurut Walgito (1994) persepsi merupakan suatu proses yang

didahului penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat reseptornya. Individu kemudian melakukan

pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diindera

tersebut, sehingga dapat disadari dan dimengerti.

Moskowitz dan Orgel dalam Walgito (1994) mengemukakan

bahwa persepsi merupakan proses yang terintegrasi dari individu

terhadap stimulus yang diterimanya sehingga seluruh apa yang ada

dalam diri individu seperti pengalaman, emosi, kemampuan berfikir

serta aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu ikut berperan aktif

dalam proses tersebut. Proses yang terintegrasi tersebut menyebabkan

stimulus yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh individu yang

berbeda pula.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

siswa adalah pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang telah

dilihat oleh siswa.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Walgito (2003) ada beberapa faktor yang berperan

dalam persepsi diantaranya:

a. Objek yang dipersepsikan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu

15

yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang

langsung mengenai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus

datang dari luar individu.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Di samping itu juga harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan

syaraf, yaitu sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.3. Gaya Kepemimpinan Guru

2.3.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Guru

Menurut Engkoswara dan Aan Komariah (2010), gaya

kepemimpinan merupakan norma atau dapat juga diartikan sebagai pola

perilaku dalam memperagakan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan

diartikan sebagai pola tindak seseorang dari seorang pemimpin sebagai

ciri kepemimpinannya. Definisi kepemimpinan hampir sama banyaknya

dengan jumlah orang yang mencoba mendefinisikan konsep tersebut

antara lain :

- Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang

memimpin aktivitas- aktivitasnya suatu kelompok ke tujuan

yang ingin dicapainya bersama.

- Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas

sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

16

Gaya kepemimpinan akan menentukan sejauh mana efektivitas

kepemimpinan, karena seorang pemimpin yang memiliki gaya

kepemimpinan yang tepat, akan dapat mengoptimalkan dan

memaksimalkan kepemimpinannya. Para pakar manajemen mendekati

konsep efektivitas kepemimpinan dari segi sikap perilaku pemimpin,

dengan anggapan bahwa kemampuan untuk membangkitkan,

menggerakkan, dan mengarahkan orang-orang yang dipimpin, agar

mengikuti kemauan pemimpinnya tergantung pada gaya kepemimpinan

dari pemimpin tersebut.

Gaya kepemimpinan guru adalah pola tindakan yang dilakukan

guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan

siswa. Pola tindakan yang perlu dimiliki guru adalah pola tindak yang

berorientasi pada tugas, dan yang berorientasi pada hubungan. Pola

tindakan yang berorientasi pada tugas bertujuan untuk membantu siswa

terutama yang mempunyai kemampuan melakukan tugas rendah, agar

dapat menyelesaikan tugas dengan benar. Pola tindak yang berorientasi

pada hubungan bertujuan untuk mengkondisikan situasi kelas/belajar

mengajar (memotivasi atau menstimulasi atau mempengaruhi), agar

tugas/kegiatan guru dan siswa dapat dilakukan dengan tepat.

2.3.2. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Guru

Sekolah dan kelas adalah suatu organisasi, dimana guru adalah

sebagai pemimpinnya. Guru berkewajiban mengadakan supervisi atas

kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya,

mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manajemen

kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis (Hamalik, 2004:124).

Guru sebagai pemimpin dalam kegiatan belajar mengajar akan memiliki

pola perilaku yang khas dalam mempengaruhi para murid yang disebut

17

gaya kepemimpinan guru. Menurut Ahmad Rohani (2004:130) gaya atau

tipe kepemimpinan guru ada tiga yaitu:

1. Otoriter, dengan gaya kepemimpinan otoriter guru, peserta didik

hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi

maka semua ativitas menjadi menurun. Aktivitas proses belajar

mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak

perhatian guru.

2. Laizzes faire, gaya kepemimpinan yang laissez faire biasanya tidak

produktif walaupun ada pemimpin, kalau guru ada peserta didik

lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan.

Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas peserta didik lebih

produktif kalau gurunya tidak ada.

3. Demokratis, tipe (gaya) kepemimpinan guru yang demokratis lebih

memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta

didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai.

Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang

menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar

yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pada

saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

2.3.3. Aspek Gaya Kepemimpinan Guru

Menurut Muhibbin Syah (2006:253) ada empat aspek gaya

kepemimpinan guru yaitu :

1. Kekuasaan di dalam kelas

2. Pemberian instruksi

3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya

dan mengungkapkan pendapat

4. Kerja sama dengan siswa

18

1.4. Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru

Persepsi siswa adalah pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang

telah dilihat oleh siswa. Sedangkan gaya kepemimpinan guru adalah pola

tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan

kemampuan siswa. Dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap gaya

kepemimpinan guru adalah cara pandang siswa terhadap pola tindakan yang

dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan

siswa.

1.5. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Gaya Kepemimpinan Guru dan

Motivasi Belajar Siswa

Dalam melakukan kegiatan dan proses belajar, terutama saat menuntut

ilmu di pendidikan formal, diperlukan motivasi guna memaksimalkan hasil dari

kegiatan dan proses belajar tersebut. Motivasi mempunyai peran yang strategis

dalam aktivitas belajar seseorang. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat

dikatakan sebagai seluruh daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar

sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat diperlukan sebab

seseorang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar.

Gaya memimpin kelas memberikan bobot tersendiri bagi guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mentransfer materi pelajaran

pada siswa. Kemampuan siswa akan menentukan apa yang harus dilakukan

guru agar materi pelajaran yang diajarkan dapat diterima, dipahami siswa, serta

tujuan pengajaran dapat dicapai. Kemampuan siswa diistilahkan oleh Hersey &

Blanchard sebagai tingkat kematangan siswa, yaitu : rendah, moderat, dan

tinggi. Masing-masing tingkat kematangan ini memerlukan gaya kepemimpinan

yang berbeda. Kesiapan/kondisi kemampuan siswa yang tidak sama satu dengan

19

yang lain merupakan faktor yang nyata ada dalam kelas dan tidak bisa

dihilangkan. Oleh karena itu pengelolaan kelas yang harus dilakukan guru,

salah satunya untuk mengatasi hal tersebut, dan siswa tetap dapat menerima

materi pelajaran serta berprestasi.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sari (2010) menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan dan kreativitas secara

simultan terhadap prestasi belajar siswa.

Situasi kelas yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar

maupun tingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat

tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan;

menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktivitas belajar merekapun lebih

banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga

kurang menyukai tingkah laku yang menyimpang yang akan menimbulkan

permasalahan disiplin.

B. F. Skinner (Prayitno, 1989), mengemukakan bahwa motivasi siswa

sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena itu siswa akan termotivasi

dalam belajar jika lingkungan belajar dapat memberikan rangsangan sehingga

siswa tertarik untuk belajar. Guru, demikian kata Skinner, harus menyusun

lingkungan atau suasana belajar secara bijaksana sehingga siswa termotivasi

untuk belajar.

Guru bertanggung jawab untuk membina hubungan sosial yang akrab,

ramah, dan saling menolong dalam belajar. Oleh karena itu hubungan sosial

yang berorientasi akademis hendaklah dikembangkan oleh guru agar kegiatan

kerjasama diarahkan untuk mencapai tujuan akademis. Guru adalah orang yang

bertanggung jawab untuk terciptanya hubungan sosial di dalam kelas yang

benar-benar menunjang pencapaian tujuan belajar.

Menurut Irwan Nasution dan Syafaruddin, yang menjalankan

kepemimpinan dalam pembelajaran adalah guru, karena proses mempengaruhi

20

murid agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan

pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Semakin senang perasaan (enjoyable)

anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran yaitu

perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal. Guru sebagai pemimpin

dalam proses pengajaran, berperan dalam mempengaruhi atau memotivasi siswa

agar mau melakukan pekerjaan yang diharapkan sehingga pekerjaan guru dalam

mengajar menjadi lancar, murid paham dan menguasai materi pelajaran

sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau admisistrator akan

mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih

berat pada otoriter menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis.

Tetapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Kedua sikap

siswa yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan sumber problema

manajemen, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai

keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otriter siswa hanya akan aktif

kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas akan

menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan

menuntut sangat banyak perhatian dari guru. Tipe kepemimpinan yang

cenderung pada laissez faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin.

Kalau ada guru, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin

diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktivitas siswa

lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi

siswa yang “innerdirected” di mana siswa akan aktif, penuh kemauan,

berinisiatif dan tiidak selalu menunggu pengarahan. Akan tetapi kelompok

siswa semacam ini biasanya tidak cukup banyak. Tipe kepemimpinan guru yang

lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya

sikap persahabatan guru dan siswa atass dasar saling memahami dan saling

mempercayai. Sikap ini membantu menciptakan iklim yang menguntungkan

21

bagi terciptanya kondisi belajar mengajar optimal. Siswa akan belajar secara

produktif baik saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

Menurut Davis (1996) dalam Irwan Nasution dan Syafaruddin, dalam

konteks peran guru, memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru

untuk memberikan motivasi, mendorong dan membimbing siswa sehingga

mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.

Bila siswa mempunyai pandangan yang negatif tentang gaya

kepemimpinan guru maka siswa akan menjadi malas untuk mengikuti pelajaran,

tidak termotivasi dan malas melakukan pekerjaan belajarnya. Gaya

kepemimpinan guru selanjutnya akan dipersepsikan oleh siswa baik positif

maupun negatif. Diharapkan persepsi siswa yang positif terhadap gaya

kepemimpinan guru akan semakin meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

Sebaliknya siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap gaya kepemimpinan

guru akan mengakibatkan siswa menjadi malas untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas dan tidak termotivasi untuk belajar.

1.6. Hipotesis

H0 : rxy < 0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa

terhadap gaya kepemimpinan guru dan motivasi belajar siswa.

H1 : rxy > 0: Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa

terhadap gaya kepemimpinan guru dan motivasi belajar siswa.