Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak...

105
Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh : Yohanes Darmawan 998114095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak...

  • Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah

    Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Diajukan oleh :

    Yohanes Darmawan

    998114095

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2007

    i

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa

    Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

    Yang diajukan oleh:

    Yohanes Darmawan

    NIM : 998114095

    Telah disetujui oleh :

    Pembimbing Yosef Wijoyo, M. Si., Apt

    ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Kupersembahkan karya kecil & sederhana ini kepada:

    Bapa di surga, juga Tuhan Yesus dan Bunda Maria

    Ibuku, Bapakku, kakakku, cintaku, dan

    Sahabat – sahabat yang selalu setia dalam proses hidupku

    Terimakasih, sudah mengajari aku cinta, karena Engkau datang ke dunia untuk mencintai manusia Terimakasih, sudah mengajariku untuk rendah hati, karena Engkau datang ke dunia untuk melayani Terimakasih sudah mengajariku untuk memaafkan, karena Engkau sendiri tidak pernah menghitung dosaku Terimakasih sudah mengajariku untuk setia, karena Engkau sendiri tidak pernah meninggalkanku Jejak kaki memang hanya sepasang di atas pasir karena saat itu aku berada dalam gendongan-Mu Selalu sedih melihat air mataku Selalu hadir menyapa Walau aku meninggalkan dan memusuhi Menyediakan bahu untuk bersandar, ketika aku lelah menghadapi dunia ini Terimakasih karena telah sudi menjadi sahabatku

    iv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

    dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, Oktober 2007

    Penulis,

    Yohanes Darmawan

    v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

    Nama : Yohanes Darmawan

    Nomor Mahasiswa : 998114095

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

    Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil pad Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboto adi Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal : 15 Februari 2008

    Yang menyatakan,

    Yohanes Darmawan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • INTISARI

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penyalahgunaan obat triheksifenidil pada komunitas anak-anak jalanan di wilayah Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg. Metode penelitian ini menggunakan metode accidental sampling mengingat keterbatasan jumlah anak-anak jalanan yang dapat bekerja sama terbatas jumlahnya.

    Pengisian kuisioner dilakukan oleh 50 responden dari 120 anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifenidil dan setiap hari “eksis” atau berada di wilayah tersebut. Sebanyak 33 responden (66%) adalah laki-laki dan 17 responden (34%) perempuan dimana 46% dari 50 responden adalah remaja (13-18 tahun) dengan usia termuda 8 tahun. Triheksifenidil diperoleh dengan harga Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 per butir dari hasil mengamen (70 %). 70% dari responden mengkonsumsi triheksifenidil tersebut bersama dengan teman (biasanya bersama alkohol), hal tersebut dapat menandakan betapa kuatnya pengaruh sosial akan perilaku responden. Efek dari triheksifenidil yang responden harapkan adalah fly (40%), dan tenang (34%). Selain triheksifenidil, sebanyak 22 responden menyalahgunakan obat lain seperti haloperidol, dextroamfetamin, lexotan, dan sebagainya.

    Triheksifenidil merupakan jenis obat keras yang dapat menimbulkan ketergantungan secara psikis tetapi triheksifenidil tidak masuk kedalam psikotropika tetapi merupakan obat keras yang sering disalahgunakan. Tanpa pengetahuan yang cukup, formal maupun informal, tindakan penyalahgunaan obat akan terus terjadi. Meski jumlah anak-anak jalanan di Yogyakarta yang menyalahgunakan obat-obatan masih relatif sedikit, namun komunitas ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dan dapat memperbesar jumlah penyalahguna obat-obatan yang telah ada.

    Kata kunci : triheksifenidil, anak-anak jalanan, penyalahgunaan obat.

    vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ABSTRACT

    The objective of this research is to find out the description of the drugs abused among on the street children community. in Malioboro, especially in front of Vredenburg Fort.

    There are 50 respondents from 150 street children of Vredeburg Fort which still active using trihexyfenidyl. The method used in this research is accidental sampling since there are only a few street children who can cooperate. According the questionnaire given, the results are 33 respondents (66 %) are male and 17 respondents (34 %) are female in which 46 % from 50 respondents are teenagers (13-18 years old) with 8 years old children as the youngest respondent. From the questionnaire, it is known that 70 % of the respondent buy trihexyphenidyl Rp. 10.000 up to Rp. 15.000 / tablet. The result of lack of knowledge and information about trihexyphenidyl leads the user to consume it frequently without knowing its side effect. Around 70 % of the respondents consume trihexyphenidyl altogether with their friends when they drink alcohol which shows the strong influence of friends and environment in case of drugs abused. There are several trihexyphenidyl effects expected by the user: “fly” / feel free (40 %) and calm (34 %). Beside trihexyphenidyl , 22 respondents abused other type of drugs such as haloperidol , dextroamfetamin, lexotan, and etc. Lack of knowledge, either formal or informal will raise the abused of psikotropic. Although only a few of street children who abused drugs, however, the attention given to this community is needed. Since, it will affect not only the surround community but also increase the number of drugs abused. Key words :trihexyphenidyl, street children community of Vredeburg Fort , drugs-abused.

    vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PRAKATA

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia

    menuntun dan menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang

    berjudul “Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan

    Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007”

    disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

    kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan menulis. Oleh karena itu

    penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Tersusunnya skripsi ini

    tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak

    terima kasih kepada:

    1. Orang tuaku, perpanjangan tangan Tuhan, yang tak henti-hentinya berdoa dan selalu

    memberikan semangat juga kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan

    babak-babak dalam kehidupan penulis.

    2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta dan sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak

    masukkan dalam penulisan skripsi ini.

    3. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar

    dan mau menyediakan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberi saran dan

    masukan dalam penyusunan skripsi ini.

    viii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

    masukan dalam skripsi ini.

    5. Bapak Ir. Aris Dwiatmaka, M.Sc., yang telah banyak membantu dalam metodologi

    penelitian.

    6. Esti, yang selalu mendukung tanpa ragu-ragu dan telah mengajarkan artinya cinta,

    pengorbanan, dan kehidupan.

    7. Teman-teman dan sahabat anak-anak jalanan di kawasan Jalan Malioboro bagian

    Selatan yang mau meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang penulis ajukan.

    8. Semua kakakku, Theresia, Joko, Tri, dan Iin, yang tak putus-putusnya berdoa dan

    mendukung penulis dalam perjuangan hidup.

    9. Ibu Kartini, sebagai ibu yang sabar dan selalu percaya pada penulis.

    10. Samsul, Budi, Cecep, Ega, Rolex, dan Gus Dur, yang mau berjuang untuk membantu

    penulis dalam penyebaran kuisioner dan pengambilan data.

    11. Sahabat dan teman seperjuangan, adik-adik angkatan Fakultas Farmasi, terima kasih

    atas energi yang diberikan selama ini.

    12. Heri, Gendut, Kobo, Nowo, Rio yang walaupun enggan tetap mau membantu penulis.

    13. Anak-anak kost “Uh…Ah…”, Dwi, Eri, dan Danang yang selalu membukakan pintu

    depan bila penulis datang larut malam.

    14. Si-Mbok dan Pak’e yang selalu memberikan semangat.

    15. Teman-teman “Kopi Joss” Tugu yang menjadi sahabat dan hampir setiap malam

    berproses bersama penulis.

    16. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu

    persatu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    ix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Hanya Tuhan Yesus yang dapat membalas segala kebaikan kalian atas semua

    yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca.

    Yogyakarta, Oktober 2007

    Penulis

    x

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

    INTISARI ……………………………………………………………………. vi

    ABSTRACT …………………………………………………………………… vii

    PRAKATA ………………………………………………………………….. viii

    DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xi

    DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv

    DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii

    BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………… 1

    A. PERMASALAHAN ………………………………………………… 4

    B. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………………. 4

    C. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………….. 4

    1. Manfaat Teoritis …………………………………………………. 4

    2. Manfaat Praktis ………………………………………………… 5

    D. KEASLIAN PENELITIAN ………………………………………… 5

    xi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………… 6

    A. Perilaku Masyarakat ………………………………………………… 6

    1. Teori Aksi Max Weber …………………………………………. 6

    2. Teori Adopsi Inovasi Rogers …………………………………… 8

    3. Teori Perilaku Lawrence Green ……………………………….. 10

    B. Anak-anak Jalanan ………………………………………………….. 12

    C. Saraf ………………………………………………………………… 14

    1. Jalannya rangsang pada sel saraf ……………………………….. 15

    2. Sistem saraf menurut fungsi ……………………………………. 16

    D. Psikotropika ………………………………………………………… 18

    1. Definisi psikotropika …………………………………………….. 18

    2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun

    1997 tentang psikotropika ……………………………………… 19

    3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan ………………… 20

    E. Antikolinergik ……………………………………………………… 25

    1. Definisi ………………………………………………………….. 25

    2. Farmakodinamik ………………………………………………… 25

    3. Farmakokinetik ………………………………………………… 26

    4. Efek terapi ……………………………………………………… 26

    5. Efek samping …………………………………………………… 27

    F. Perilaku Penyalahgunaan Obat-obatan ……………………………… 28

    G. Penyalahgunaan Psikotropika ……………………………………… 31

    1. Definisi penyalahgunaan psikotropika …………………………. 31

    xii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika …………. 31

    3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika ……………………... 31

    H. Keterangan Empiris ………………………………………………… 32

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 33

    A. Jenis dan Rancangan ………………………………………………… 33

    B. Batasan Operasional ………………………………………………… 33

    C. Subyek dan Tempat …………………………………………………. 34

    D. Teknik Sampling ……………………………………………………. 34

    E. Instrumen Penelitian ………………………………………………… 35

    F. Tata Cara Penelitian ………………………………………………… 35

    1. Analisis situasi …………………………………………………… 35

    2. Wawancara ………………………………………………………. 35

    3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan ……………………………. 36

    4. Menentukan besar sampel ………………………………………. 36

    G. Cara pengambilan sampel ……………………………………………. 38

    H. Pengumpulan dan analisis data ……………………………………… 38

    I. Pengambilan kesimpulan …………………………………………… 39

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………. 40

    A. Gambaran Umum Pengambilan Data ……………………………….. 40

    1. Perhitungan jumlah sampel ……………………………………… 40

    2. Pelaksanaan pengambilan data ………………………………….. 41

    xiii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • B. Karakteristik Responden ……………………………………………. 42

    1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin …………………… 42

    2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir

    dari responden …………………………………………………… 43

    C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden ……….. 46

    1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil ……………………… 46

    2. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil dalam sehari ………… 47

    3. jumlah maksimal Triheksifenidil yang dikonsumsi dalam sekali

    minum ………………………………………………………….. 48

    4. Asal dan harga Triheksifenidil yang diperoleh responden ……… 50

    5. Sumber dana anak-anak jalanan untuk membeli Triheksifenidil … 53

    6. Alasan dan tujuan responden menyalahgunakan triheksifenidil … 55

    7. Pengetahuan responden akan efek yang ditimbulkan dan sumber

    pengetahuan akan obat yang dikonsumsi ……………………….. 56

    8. Pengaruh lingkungan dan teman sesama anak-anak jalanan

    pada penyalahgunaan triheksifenidil …………………………… 59

    9. Over dosis Triheksifenidil pada responden ……………………… 60

    10. Penyalahgunaan obat yang lain selain triheksifenidil …………… 61

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 64

    A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 64

    B. Saran …………………………………………………………………. 66

    DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 67

    LAMPIRAN ………………………………………………………………… 70

    xiv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Daftar Tabel

    Hal

    Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom………………………………………… 17

    Tabel 2. Penggolongan Obat Psikotropika ………………………................. 22

    Tabel 3. Obat Antikolinergik Sentral………………………………………… 28

    Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis

    kelamin pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………….. 43

    Tabel 5. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil pada responden di depan

    Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 47

    Tabel 6. Banyaknya triheksifenidil sekali minum pada responden di depan

    Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 49

    Tabel 7. Tabel harga tiap butir triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 di

    depan Benteng Vredenburg ……………………………………….. 51

    Tabel 8. Tabel sumber dana responden di depan Benteng Vredenburg untuk

    membeli Triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ………………………… 53

    Tabel 9. Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek

    triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ……………………………....... 57

    Tabel 10.Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek

    samping yang ditimbulkan pada bulan Mei-Juni 2007 …………… 57

    Tabel 11.Narasumber pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg

    akan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 …………………………. 58

    Tabel 12.Konsumsi obat lain selain triheksifenidil pada responden di depan

    Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 62

    Tabel 13.Nama-nama obat yang pernah digunakan oleh responden di depan

    Benteng Vredenburg selain triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007…… 63

    xv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Daftar Gambar Hal

    Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons ………………………. 7

    Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers …………………………………….. 8

    Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil …………………………………….. 25

    Gambar 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg bedasarkan usia

    pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………………….. 45

    Gambar 5. Tingkat pendidikan responden di depan Benteng Vredenburg pada

    bulan Mei-Juni 2007 …………………………………………….. 45

    Gambar 6. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil pada responden di depan

    Benteng Vredenburg dalam satu hari pada bulan Mei-Juni 2007… 48

    Gambar 7. Sumber dana untuk mendapatkan triheksifenidil pada responden di

    depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 …………. 50

    Gambar 8. Alasan dan tujuan responden di depan Benteng Vredenburg dalam

    penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ………….... 56

    Gambar 9. Pengaruh lingkungan pada responden di depan Benteng Vredenburg

    akan perilaku penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 60

    gambar 10. Banyaknya responden di depan Benteng Vredenburg yang pernah

    over dosis triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ……………. 61

    xvi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA)

    Yogyakarta .............................................................................. 71

    Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Dinas Perijinan Pemerintah Kota

    Yogyakarta .............................................................................. 72

    Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ................................................................. 73

    Lampiran 4. Pengolahan Data ...................................................................... 75

    Lampiran 5. Wawancara Dengan Anak-anak Jalanan ................................ 79

    Lampiran 6. Riwayat Hidup Penulis ........................................................... 84

    xvii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    Masalah penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, dan zat

    adiktif lainnya atau yang lebih dikenal sebagai Napza telah mencapai tingkat yang

    mengkhawatirkan. Beberapa tahun silam Napza masih dikonsumsi oleh kalangan

    tertentu saja, tetapi sekarang telah mulai dikonsumsi baik kalangan atas seperti

    artis, pejabat, maupun orang-orang ditingkat ekonomi rendah.

    Maraknya peredaran dan penyalahgunaan obat-obat keras, narkotika,

    psikotropika, maupun zat adiktif lainnya telah menjadi masalah yang serius dan

    menjadi masalah nasional yang perlu ditangani secara khusus oleh pemerintah,

    baik di pemerintah pusat maupun di daerah terutama pada penyalahgunaan obat-

    obat keras selain psikotropika yang dapat mempengaruhi sistem saraf sehingga

    dapat mengubah perilaku dan menyebabkan ketergantungan. Obat-obat keras yang

    menyebabkan ketergantungan tersebut harganya relatif lebih murah daripada

    narkotika atau psikotropika, tetapi mempunyai efek yang mirip dengan

    psikotropika (Anonim, 2007a).

    Hal penyalahgunaan obat-obatan ini tidak lagi terbatas pada golongan

    tertentu melainkan telah masuk kemasyarakat dari semua kalangan dengan

    berbagai tingkat usia maupun tingkat sosial ekonomi. Masalah ini telah merambah

    masuk ke daerah-daerah dan tak terkecuali Daerah Istimewa Yogyakarta yang

    mendapat predikat kota pelajar dan kota pariwisata. Dari berbagai kalangan yang

    ada di Yogyakarta, yang sangat potensial terlibat dalam penyalahgunaan obat-

    1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    obatan adalah kalangan remaja dimana masa remaja yang identik dengan serba

    ingin tahu, ingin mengekplorasi diri, ingin bebas, pencarian jati diri, keinginan

    untuk mencoba hal-hal yang baru, dan sebagainya (Atmaja, 2007).

    Tidak terkecuali anak-anak jalanan yang hidup di pinggir-pinggir kota

    Yogyakarta, sebuah “sisi gelap” yang mungkin kita tidak sadari, anak-anak

    jalanan yang hidup di jalanan kota Yogyakarta mempunyai usia rata-rata remaja.

    Sebuah sisi yang terkadang, atau bahkan sering lepas dari pengamatan kita

    bahwa anak-anak jalanan yang rata-rata berusia remaja (12 – 22 tahun) adalah

    masyarakat yang paling rentan akan maraknya praktek penyalahgunaan obat-

    obatan, karena justru tanpa pengawasan yang terpadu akan membentuk sebuah

    kebebasan yang tak terkendali (Permadi, 1997).

    Anak-anak jalanan remaja yang sebagian besar waktunya terjun dan hidup

    di jalanan, merupakan sebuah fenomena hidup kita sehari-hari yang hampir atau

    bahkan tidak pernah kita pikirkan keberadaannya, kemungkinan terbesarnya

    menjadi sangat rentan terhadap masalah penyalahgunaan obat-obatan baik obat-

    obat yang dijual bebas, obat-obat keras, maupun Napza yang mudah diperoleh

    dari transaksi gelap (Atmadja, 2007).

    Meningkatnya jumlah anak-anak yang hidup di jalan dapat dikatakan

    seiring dengan meningkatnya pembangunan beberapa sektor di kota Yogyakarta.

    Masalah meningkatnya jumlah anak-anak jalanan di kota Yogyakarta ini juga

    sejalan dengan bertambah kompleksnya masalah dari kota Yogyakarta itu sendiri,

    salah satu masalah yang timbul adalah masalah penyalahgunaan obat-obat keras

    pada anak-anak jalanan (Anonim, 2007a).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Apabila kita cermati, penyalahgunaan obat diluar tujuan medis tanpa

    adanya pengawasan dokter terjadi berulang kali secara teratur dan dalam jumlah

    berlebihan sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, pendidikan,

    maupun dalam kehidupan sosial. Penyalahgunaan obat amat sangat berbeda

    dengan penggunaan obat dalam penggunaan medis, karena dalam penggunaan

    medis terdapat petunjuk yang jelas mengapa obat tersebut digunakan untuk

    mengobati penyakit (Joewana, 2000).

    Penyalahgunaan obat-obatan, baik obat-obat keras maupun jenis

    psikotropika pada anak-anak jalanan terutama pada anak-anak jalanan di kota

    Yogyakarta yang terpusat di Benteng Vredenburg di jalan Malioboro mempunyai

    tujuan yang bervariasi, antara lain dengan tujuan ingin mencoba, ingin diakui di

    dalam kelompoknya, mencari kesenangan dan hiburan, untuk melepaskan diri dari

    permasalahan yang berat, hingga pada akhirnya sampai pada taraf intensif atau

    teratur dimana seseorang telah tergantung pada obat-obatan secara fisik dan

    mental. Obat-obatan yang banyak dan sering dikonsumsi anak-anak jalanan di

    depan Benteng Vredenburg kota Yogyakarta adalah obat triheksifenidil yaitu jenis

    obat keras yang mempunyai efek pada sistem saraf otonom, karena obat jenis ini

    relatif lebih murah daripada narkotika tetapi mempunyai efek yang hampir sama

    dengan narkotika.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan

    obat-obatan pada anak-anak jalanan di kota Yogyakarta, salah satunya adalah

    upaya pencegahan. Upaya ini dilakukan untuk mengubah sikap perilaku dan cara

    pikir dari kelompok individu yang sudah mempunyai kecenderungan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    menyalahgunakan obat golongan psikotropika maupun obat lainnya serta

    melakukan tindak pidana dari perdagangan dan pengedarannya secara gelap

    (Anonim, 2007b).

    A. Permasalahan

    Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

    masalah penelitian sebagai berikut :

    Seperti apakah karakteristik dan gambaran dari tindakan penyalahgunaan

    obat triheksifenidil pada anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terpusat di

    depan Benteng Vredenburg ?

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai penelitian awal untuk mengetahui

    karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan obat keras jenis triheksifenidil

    dikalangan anak-anak jalanan di kota Yogyakarta.

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis

    Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

    langkah awal untuk mengetahui karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan

    obat keras jenis triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan daerah Benteng

    Vredenburg kota Yogyakata.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    2. Manfaat praktis

    Manfaat secara praktisnya adalah sebagai sebuah acuan akan penelitian

    lebih lanjut berkenaan dengan tingkat edukasi atau pengetahuan akan manfaat dan

    bahaya obat yang dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan, maupun penelitian

    sosial yang berkaitan dengan anak-anak jalanan dan permasalahannya.

    D. Keaslian Penelitian

    Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan permasalahan

    NAPZA, seperti “Profil Penyalahgunaan NAPZA di Jakarta, Bandung, dan

    Surabaya”, dan penelitian tentang “Jumlah Pecandu Narkoba disebuah Universitas

    Swasta di Jakarta”. Namun sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan

    penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dari penyalahgunaan

    triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan di depan Benteng Vrendenburg kota

    Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Perilaku Masyarakat

    Perilaku masyarakat pengguna obat dapat juga disebut perilaku

    konsumen. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan

    individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan

    barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada

    persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sarwono, 1989).

    Beberapa faktor di dalam perilaku yang dapat mempengaruhi individu

    untuk mengambil keputusan, menurut McLeish (1986), faktor internal dan faktor

    eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu

    sendiri yang terdiri dari motivasi, pengamatan, pembelajaran, kepribadian, dan

    konsep diri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

    individu itu sendiri, terdiri dari kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial,

    keluarga, pergaulan, maupun yang bersifat hasutan.

    1. Teori Aksi Max Weber

    Max Weber mengembangkan teori aksi, yang populer disebut sebagai

    teori bertindak. Webber berpendapat bahwa individu melakukan suatu

    tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas

    suatu obyek stimulus atau situasi tertentu (Sarwono, 1989). Teori ini terus

    dikembangkan oleh Parsons bersama Talcott yang menyatakan bahwa aksi

    6

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    merupakan respons mekanik terhadap suatu stimulus bukan perilaku,

    sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut

    Parsons, yang utama bukanlah tindakan individu, melainkan norma-norma dan

    nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku (Sarwono, 1989).

    Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons (Sarwono, 1989)

    Kondisi obyektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu

    nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Parsons

    melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem,

    yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepibadian dari masing-masing

    individu. Keterkaitan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan

    peranannya. Individu menduduki suatu tempat tertentu dalam setiap sistem

    sosial dan akan bertindak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku yang

    dibuat oleh sistem aturan tersebut, serta perilaku individu ditentukan pula oleh

    tipe kepribadiannya (Sarwono, 1989).

    Stimulusa.

    Pengalaman

    Persepsi

    Pemahaman

    Penafsiran

    individu

    Tindakan

    Sistem sosial

    Sistem budaya

    Sistem kepribadian

    b.

    Individu

    Teori aksi Weber

    Teori aksi Parsons

    Perilaku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    2. Teori Adopsi Inovasi Rogers

    Di dalam masyarakat modern, selain adopsi perilaku, terdapat pula

    proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dapat disebabkan oleh

    adanya sesuatu gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang

    diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal sebagai

    innovation decision process. Terdapat lima tahap dalam proses ini, yaitu

    mengetahui atau menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh

    perhatian terhadap ide tersebut (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan

    bila menyukainya maka setuju untuk menerima ide atau hal baru tersebut

    (adoption).

    Pengetahuan

    Keputusan

    pertimbangan Diterima (adopsi)

    Penguatan

    Tetap adopsi

    Ditolak

    Ditolak Tetap ditolak

    Adopsi

    Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers ( Sarwono, 1989)

    Teori ini terus dikembangkan oleh Rogers dengan melakukan

    pengamatan di lapangan. Penelitian di lapangan serta penelitian mengenai

    penerapan teori ini ternyata membuat Rogers menyimpulkan bahwa proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    adopsi tidaklah berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kelak

    dapat berubah sebagai akibat dari pengaruh llingkungannya. Oleh karena itu

    Rogers mengubah teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi

    empat tahap, yaitu :

    1. Tahap knowledge

    Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang

    berkaitan dengan suatu ide baru, hal ini menimbulkan minat untuk

    mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik yang baru dikenal dan fase

    ini dipengaruhi oleh petugas kesehatan.

    2. Tahap persuasion

    Untuk membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna

    bersedia menerima obyek atau topik yang diajukan tersebut, tergantung

    daripada hasil persuasi petugas atau pendidik kesehatan.

    3. Tahap decision

    Pada tahap ini, dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru

    menolak ide tersebut. Namun sebaliknya, petugas kesehatan tidak cepat

    merasa puas jika suatu ide diterima.

    4. Tahap confirmation

    Pada tahap ini individu telah memasuki sebuah proses penguatan

    (confirmation), yaitu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan

    yang telah diambil tersebut. Bila lingkungan memberikan respon positif /

    mendukung keputusan yang diambil, maka perilaku yang baru dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    dipertahankan. Sedangkan bila bila ada keberatan dan kritik dari

    lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka biasanya adopsi itu

    tidak jadi dipertahankan dan individu akan kembali lagi pada perilaku

    semula (Sarwono, 1989).

    3. Teori Perilaku Lawrence Green

    Lawrence mencoba untuk menganalisis perilaku manusia dari tingkat

    kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

    pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor dari luar perilaku

    (non behavior causes). Faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor :

    1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

    pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya.

    2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

    lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas dan atau sarana-

    sarana kesehatan seperti Puskesmas, obat-obatan, alat-kontrasepsi, jamban,

    dan sebagainya.

    3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap

    dan perilaku petugas kesehatan yang secara langsung merupakan

    kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

    (Sarwono, 1989)

    Pada dasarnya pemilihan-pemilihan perilaku yang ingin dan atau telah

    diadopsi oleh setiap individu pasti melewati tahap-tahap penilaian secara pribadi.

    Pemilihan dan adopsi perilaku dapat dipengaruhi atas tiga faktor dalam pemilihan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    perilaku, yaitu :

    a. Motivasi

    Motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu

    kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku.

    Motivasi tersebut timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang

    harus dipenuhi. Keinginan tersebut akan mendorong individu untuk

    melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai (Sarwono, 1989).

    Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu dorongan kebutuhan dan

    keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.

    Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan tersebut dapat berasal

    dari dalam individu sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (McLeish, 1986).

    b. Pengetahuan

    Pengetahuan sebagai unsur-unsur yang mengisi akal dan alami jiwa

    seseorang yang sadar, yang secara nyata terkandung di dalam otaknya.

    Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep, dan fantasi

    akan berbagai hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya

    (McLeish, 1986).

    c. Tindakan

    Setelah individu mengetahui stimulus atau rangsangan dan

    mengadakan penilaian atau pendapat terhadap obyek baru tersebut, proses

    selanjutnya individu akan menyikapinya dengan sebuah tindakan. Faktor-

    faktor dukungan dari pihak lain yang mendukung seperti teman, saudara,

    lingkungan, dan lain-lain juga sangat berpengaruh dari pengambilan tindakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    individu tersebut (McLeish, 1986).

    Secara garis besar kita dapat menyimpulkan bahwa setiap perilaku-

    perilaku yang ada di kelompok masyarakat berawal dari sebuah pandangan dari

    masyarakat itu sendiri. Pandangan yang dianggap benar oleh sebuah kelompok

    masyarakat akan menjadi sebuah pembelajaran dimana pandangan-pandangan

    yang dianggap benar tersebut akan melalui proses pertimbangan, pengkajian,

    pengambilan keputusan, serta penguatan sehingga akan mengalami penolakan

    ataupun menjadi sebuah perilaku yang dapat diterima dan diadopsi.

    Perkembangan dari pengambilan keputusan untuk kemudian menjadi

    perilaku ini terjadi pada setiap anggota masyarakat, tidak terkecuali pada

    komunitas anak-anak jalanan, dimana setiap anggota dari komunitas anak-anak

    jalanan mengalami proses-proses dalam mengadopsi sebuah perilaku yang berlaku

    pada komunitas tersebut. Sebelum itu, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu

    profil anak-anak jalanan secara umum baik dari definisi, hingga alasan mereka

    mereka mengadopsi perilaku yang menyimpang dari pandangan masyarakat

    secara umum.

    B. Anak-anak Jalanan

    Sampai saat ini ada berbagai definisi tentang anak-anak jalanan. Tetapi

    anak-anak jalanan adalah istilah yang disepakati pada Konvensi Nasional untuk

    mendefinisikan anak-anak atau remaja yang menggunakan sebagian besar atau

    seluruh waktunya untuk bekerja dijalanan dari kawasan urban (Permadi, 1997).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Alasan yang paling sering terdengar dari hampir semua anak-anak jalanan

    ini mengapa mereka sampai harus bekerja dijalanan adalah karena motivasi

    ekonomi dan adanya masalah keluarga.

    Dengan bekal seadanya, mereka tetap mencoba untuk mengintip peluang

    ekonomi yang muncul dari kehidupan jalanan. Variasi kerja sebagai mata

    pencaharian dari anak-anak jalanan ini amatlah beragam, yaitu : pengamen,

    tukang semir sepatu, penjual koran, pengemis, tukang parkir, dan sebagainya.

    Anak-anak jalanan merupakan kelompok yang sangat berbeda dari anak-

    anak normal yang hidup bersama keluarga di rumah dimana terdapat orang-orang

    yang siap melindungi dari berbagai macam ancaman. Sebaliknya banyak anak-

    anak jalanan yang harus hidup tanpa keluarga, rumah, pendidikan yang layak, dan

    selalu berinteraksi dengan anak-anak jalanan yang lainnya serta menghadapi

    ancaman seorang diri (Anonim, 2007b).

    Akibatnya perilaku serta kematangan emosional dari anak-anak jalanan

    seringkali terlihat jauh menyimpang dibandingkan anak-anak seusianya yang

    hidup normal. Banyak penyimpangan yang dapat dijumpai pada anak-anak

    jalanan, seperti penyalahgunaan obat-obatan baik obat-obatan yg dijual bebas

    maupun Napza, seks bebas, perilaku yang menjurus agresif dan impulsif

    merupakan bentuk-bentuk pola kehidupan yang kemudian menjadi erat

    bersinggungan dengan hidup keseharian mereka (Permadi,1997).

    Komunitas anak-anak jalanan relatif tertutup dari dunia luar, tetapi

    pengaruh sesamanya (sesama anak-anak jalanan) dapat sangat kuat. Dengan

    demikian penyalahgunaan akan konsumsi obat-obatan kemungkinan besar dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    pengaruh teman-teman jalanan yang lainnya, sehingga adopsi perilaku

    penyalahgunaan obat-obatan akan sangat cepat diadopsi di kalangan anak-anak

    jalanan itu sendiri (Anonim, 2007b).

    Meskipun dalam Kedokteran, beberapa golongan obat keras, narkotika dan

    psikotropika masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau

    digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan, terlebih lagi bila

    disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu

    maupun masyarakat luas khususnya generasi muda (Anonim, 2007b).

    C. Saraf

    Sistem saraf manusia merupakan suatu jalinan jaringan saraf yang

    kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

    Tugas dari sistem saraf adalah mengkoordinasi, mentafsirkan, dan mengontrol

    interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sistem tubuh yang penting ini

    juga mengatur kebanyakan aktifitas sistem-sistem tubuh lainnya. Sistem saraf

    berfungsi sebagai berikut : menerima rangsang, baik dari lingkungan maupun dari

    dalam tubuh sendiri, mengubah rangsang dalam perangsangan saraf dan

    memprosesnya, serta mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-

    impuls yang dibebaskan dari pusat ke perifer.

    Dari sudut pandang anatomi dan sekaligus berdasarkan fungsinya, saraf

    dibedakan menjadi dua sistem, yaitu Sistem Saraf Pusat (SSP) yang meliputi otak

    dan sumsum tulang belakang; dan sistem saraf perifer yang meliputi serabut-

    serabut hantar dari SSP ke perifer dan dari perifer ke SSP.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Penggolongan lebih lanjut adalah pembagian atas Sistem saraf otonom

    (vegetatif) yang bekerja tidak di bawah kemauan, dan sistem saraf somatik atau

    sistem saraf yang bekerja di bawah kemauan (Mutschler, 1991).

    Unsur penyusun neuron (sel saraf) adalah badan sel (soma, perikaryon)

    dengan inti sel, badan golgi, badan Nissl; dan serabut saraf yang terdiri dari akson

    (silinder aksis), neurit (cabang yang panjang), dan dendrit (cabang yang pendek).

    (Mutschler, 1991).

    1. Jalannya rangsang pada sel saraf

    Impuls saraf dari SSP hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor

    melalui pelepasan suatu zat kimia yang khas yang disebut transmitor

    neurohormonal ( = transmitor). Pada keadaan potensial istirahat pada akson,

    membran sel dalam keadaan potensial negatif, hal ini diakibatkan oleh kadar ion

    K di dalam sel saraf 40 kali lebih besar daripada kadarnya diluar sel, sedangkan

    ion Na dan Cl jauh lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan ini ion Na tidak dapat

    memasuki sel. Bila ada depolarisasi akibat rangsangan dari luar yang mencapai

    ambang rangsang, maka permebilitas terhadap ion Na sangat meningkat sehingga

    Na masuk ke dalam sel dan menyebabkan potensial negatif tadi menjadi netral

    dan atau bahkan menjadi positif ( = polarisasi terbalik). Kejadian ini diikuti oleh

    repolarisasi, yaitu kembalinya potensial istirahat dengan terhentinya pemasukan

    ion Na dan keluarnya ion K. Perubahan potensial tersebut disebut potensial aksi

    (impuls) saraf (Darmansjah, Setiawati, dan Gan, 1995).

    Suatu transmisi neurohormonal tidak selalu menyebabkan depolarisasi,

    tetapi juga menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi disebabkan karena

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    akibat meningkatnya permeabilitas dari ion K (Darmansjah dkk, 1995).

    2. Sistem saraf menurut fungsi

    a. Sistem saraf sadar

    Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (kranial), yaitu saraf-

    saraf yang keluar dari otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi dari

    sistem saraf sadar ini adalah untuk mengatur gerakan-gerakan yang

    dipengaruhi kemauan (yang diatur oleh sistem piramidal), dan mengatur

    berlangusngnya gerakan-gerakan terlatih (yang diatur oleh sistem

    ekstrapiramidal) seperti berjalan, naik sepeda, mimik dan sebagainya

    (McLeish, 1986).

    b. Sistem saraf otonom

    Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari

    otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang

    bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing

    jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.

    Saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut saraf praganglion, dan

    yang berada pada ujung ganglion disebut saraf postganglion.

    Sistem saraf otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan

    sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan

    parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai

    ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada

    sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang

    karena ganglion menempel pada organ yang dibantu (Anonim, 2007c).

    Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan

    (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus

    vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak

    lain dan saraf sumsum sambung (Darmansjah dkk, 1995).

    Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom

    Organ Kerja setelah perangsangan

    Simpatikus Parasimpatikus Jantung

    frekuensi kekuatan kontraksi

    Meningkat Meningkat

    Menurun Menurun

    Paru-paru Otot bronkus

    Relaksasi

    Kontraksi

    Kelenjar air ludah Sekret kental Banyak sekret encer Peristaltik saluran cerna Diperlemah Diperkuat Kandungan empedu Relaksasi Kontraksi

    (Mutschler, 1991)

    Susunan saraf otonom berfungsi sebagai pengatur (regulator),

    penyelaras, dan koordinator aktifitas viseral vital (Noback, 1982). Sistem saraf

    otonom berguna untuk memelihara keseimbangan dalam organisme (sistem

    keseimbangan dalam) dimana sistem ini mengatur fungsi-fungsi organ yang tidak

    dibawah kemauan dan kesadaran, seperti :

    1. Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung dan

    khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.

    2. Pernafasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi pernafasan

    dan penyempitan atau penyempitan otot bronkus.

    3. Peristaltik saluran cerna

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    4. Tonus semua otot polos lainnya seperti kandung empedu, ureter, kandung

    kemih, dan

    5. Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, kelenjar

    usus, dan kelenjar-kelenjar lain (Mutschler, 1991).

    Sistem vegetatif eferen pada simpatikus dan parasimpatikus masing-

    masing terdiri dari 2 neuron. Dari neuron yang satu rangsang dari sistem saraf

    pusat dihantarkan ke suatu ganglion vegetatif, di sini terjadi perangsangan pada

    neuron kedua yang menuju organ yang dituju. Berdasarkan hubungan dengan

    ganglion, neuron pertama disebut neuron preganglion dan neuron kedua disebut

    neuron postganglion (Noback, 1982).

    Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik; sebaliknya,

    kejadian somatik dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Sebagai contoh

    denyut jantung bertambah cepat saat kita berolah raga, mengecilnya pupil dan

    menyipitkan mata saat mata menerima kelebihan cahaya, dan sebagainya

    (Mutschler, 1991).

    D. Psikotropika

    1. Definisi psikotropika

    Psikotropika di dalam Undang-undang RI nomor 5 tahun 1997 tentang

    Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

    bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

    susunan saraf pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan yang khas pada aktivitas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    mental dan perilaku (Anonim, 1997).

    Santoso dan Wiria (1995) juga mendefinisikan psikotropika sebagai obat

    yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis dan berpengaruh pada

    kelakuan seseorang.

    2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika

    Berdasarkan potensi sindroma ketergantungan yang ditimbulkan, maka psikotropika dibagi dalam empat golongan : a. Psikotropika golongan I, adalah psikotropika yang hanya dapat

    digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi obat, serta mempunyai potensi amat kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan.

    b. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan sindroma ketergantungan.

    c. Psikotropika golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

    d. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan (Anonim, 1997).

    Selain psikotropika golongan IV masih terdapat obat-obat lain yang

    digolongkan sebagai obat keras. Jenis obat ini tidak menimbulkan ketergantungan

    secara fisik tetapi menimbulkan ketergantungan secara psikologis dimana obat

    keras masuk dalam “Daftar G” (Gevaarlick). Oleh karena, pengaturan,

    pembinaan, dan pengawasannya tunduk kepada peraturan perundang-undangan

    yang berlaku (Anonim, 1997).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan.

    Berdasarkan penggunaannya dibidang kedokteran, psikotropika dibagi

    dalam empat golongan, seperti yang ditunjukkan pada table 2, yaitu :

    a. Antipsikosis / neuroleptik

    Yaitu obat atau bahan yang bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun

    kronik dan mempunyai ciri terpenting berupa kegunaannya untuk

    mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosi pada pasien

    psikosis. Obat golongan ini tidak menyebabkan koma maupun anesthesia

    pada penggunaan dosis besar, dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal

    yang reversibel/ireversibel, dan tidak ada kecenderungan untuk

    menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

    b. Antiansietas

    Yaitu obat atau bahan yang berguna dalam pengobatan simtomatik

    penyakit psikoneurosis dan sebagai obat tambahan pada terapi penyakit

    somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental.

    Penggunaannya pada dosis tinggi jangka lama dapat menimbulkan

    ketergantungan psikis dan apabila dibandingkan dengan sedatif yang

    sudah lebih lama dikenal, antiansietas tidak begitu banyak menimbulkan

    rasa kantuk.

    c. Antidepresi

    Yaitu obat untuk mengatasi depresi mental. Obat ini terbukti dapat

    menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis

    skizofrenia lainnya. Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    normal.

    d. Antipsikotogenik

    Yaitu obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai

    halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan perubahan dalam perasaan.

    Obat baru digolongkan sebagai psikotogenik apabila mampu menimbulkan

    keadaan psikosis tanpa delirium dan disorientasi (Santoso dkk., 1995).

    Pemerintah dan masyarakat telah berjuang untuk memberantas pengedaran

    dan penyalahgunaan obat-obatan di Indonesia, baik psikotropika, narkotika,

    maupun obat keras lainnya. Dibuktikan dari beberapa undang-undang yang

    berhasil dibentuk oleh pemerintah, antara lain Undang-undang Nomor 5 Tahun

    1997 tentang Psikotropika, dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

    Narkotika.

    Disamping itu MPR-RI juga telah mengeluarkan Ketetapan MPR-RI No:

    VI/MPR/2002, yang merekomendasikan kepada presiden sebagai berikut :

    1. melakukan tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku terhadap

    produsen, pengedar, dan pemakai serta melakukan langkah koordinasi

    yang efektif, antisipatif, dan edukatif dengan pihak terkait dan

    masyarakat.

    2. mengupayakan untuk meningkatkan anggaran guna melakukan

    rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika,

    dan zat adiktif lainnya. (Satriyo, 2003)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Tabel 2. Penggilongan obat psikotropika

    a. Obat antipsikosis

    i. Derivat fenotiazin

    1. Senyawa dimetilaminopropil Klorpromazin, Promazin, Triflupromazin

    2. Senyawa piperidil Mepazin, Tioridazin

    3. Senyawa piperazin Asetofenazin, Proklorperazin, Karfenazin, Trifluoperzin, Tiopropazat,

    Flufenazin, Perfenazin

    ii. Non fenotiazin

    Klorprotiksen

    iii. Butirofenon

    Haloperidol

    b. Obat antiansietas

    i. Benzodiazepin : Diazepam, Klordiazepoksida, Klorazepat

    ii. Golongan lain

    c. Obat antidepresi

    i. Penghambat monoaminoksidase (MAO)

    Isokarboksazid, Nialamid, Fenelzin

    ii. Senyawa dibenzazepin

    Imipramin, Desmetilimipramin, Amitriptilin, Desmetilamitriptilin

    iii. Senyawa lain

    Amoksapin, Maprotilin, Trazadon, Fluoksetin, Bupropion, nomifensin,

    Mianserin

    d. Obat antipsikotogenik

    Meskalin, LSD-25

    (Santoso dkk., 1995)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Menurut Instruksi Presiden RI nomor 3 tahun 2002, dampak

    penyalahgunaan narkoba dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu :

    1. Depresan

    Merupakan obat penenang (sedatif) yang bekerja untuk menekan

    sistem saraf pusat dan saraf otonom. Zat –zat ini memberikan rasa rileks yang

    bersifat artifisial dan mengurangi ketegangan/kegelisahan serta tekanan

    mental. Namun obat jenis ini cenderung mengakibatkan ketergantungan secara

    psikologis. Upaya untuk mengatasi ketergantungan terhadap obat-obatan jenis

    ini sangat berat. Contoh obat depresan misalnya obat tidur (barbiturat)

    2. Stimulan

    Merupakan zat yang meningkatkan aktivitas, memperkuat, dan

    meningkatkan aktivitas dari sistem saraf pusat dan saraf otonom. Stimulan

    bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi nafsu makan

    (Atmadja, 2007).

    Stimulan dapat mendorong simptom yang bersifat memabukkan

    seperti meningkatnya denyut jantung, membesarnya pupil, meningkatnya

    tekanan darah, serta mual-mual dan muntah, menyebabkan tremor/gemetar.

    Dampak penggunaan jangka panjangnya berupa mual-mual, tidak bisa tidur

    (insomnia), kehilangan berat badan dan depresi. Selain itu obat-obat jenis ini

    dapat menyebabkan tindak kekerasan dan perilaku agresif hingga dapat

    menyebabkan sakit jiwa (delusional psychosis).

    Obat-obatan atau zat yang termasuk dalam kategori ini antara lain

    adalah amfetamin, dan zat penghilang nafsu makan sintetis seperti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    phenmetrazin dan methilpenidat (Satriyo, 2003).

    3. Halusinogen

    Halusinogen adalah sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk

    memproduksi spektrum pengubah rangsangan indera yang jelas, perasaan dan

    pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen bisa berbeda pada

    pemakainya, mulai dari perasaan gembira hingga sampai perasaan ngeri yang

    luar biasa (Atmadja, 2007).

    Halusinogen secara kimiawi sangat beragam dan dapat mengakibatkan

    perubahan mental yang hebat seperti euphoria, gelisah, penyimpangan

    (distorsi) sensorik, halusinasi yang benar-benar “nyata” (merusak persepsi),

    mengganggu denyut jantung dan tekanan darah, berkhayal, ketakutan,

    paranoia (kekecewaan), dan depresi.Yang termasuk dalam zat atau obat jenis

    ini adalah, ekstasi, dan mescalin (Satriyo, 2003).

    Pengkonsumsian napza (narkotika, psikotropika, dan zat aditif

    lainnya) pada dasarnya akan dapat dirasakan dengan segera. Penyalahgunaan

    napza dalam jangka waktu tertentu akan berpengaruh pada fungsi dari sistem

    saraf, dengan terus meningkatnya kebutuhan untuk mengkonsumsi napza akan

    menyebabkan ketergantungan secara fisik dan psikologis yang dapat berakibat

    pada over dosis akut dan bahkan kematian yang disebabkan pada depresi

    pernafasan (Atmadja, 2007).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    E. Antikolinergik

    CCH2

    OH

    CH2

    N

    Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil (Mutschler, 1991) Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil (Mutschler, 1991)

    1. Definisi 1. Definisi

    Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan

    parkinsonisme. Prototipe kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam

    kelompok ini adalah : bipiriden, prosiklidin, penztropin, dan antihistamin dengan

    efek antikolinergik difenhidramin dan etopropazin.

    Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan

    parkinsonisme. Prototipe kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam

    kelompok ini adalah : bipiriden, prosiklidin, penztropin, dan antihistamin dengan

    efek antikolinergik difenhidramin dan etopropazin.

    Mekanisme kerja : Mekanisme kerja :

    Dasar kerja obat ini ialah mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan

    pada ganglia basal.

    Dasar kerja obat ini ialah mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan

    pada ganglia basal.

    Efek antikolinergik perifer pada obat ini relatif lemah daripada atropin,

    dimana atropin maupun alkaloid beladon lainnya (yang merupakan obat pertama

    sebagai antiparkinson) mempunyai efek perifer yang terlalu mengganggu (Gan,

    1995).

    Efek antikolinergik perifer pada obat ini relatif lemah daripada atropin,

    dimana atropin maupun alkaloid beladon lainnya (yang merupakan obat pertama

    sebagai antiparkinson) mempunyai efek perifer yang terlalu mengganggu (Gan,

    1995).

    2. Farmakodinamik 2. Farmakodinamik

    Triheksifenidil berefek sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin, Triheksifenidil berefek sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    triheksifenidil memperlihatkan potensi antispasmodik (bersifat menghambat

    gerakan peristaltik lambung dan usus) setengah daripada atropin, efek midriatik

    sepertiganya, dan efek terhadap kelenjar ludah dan vagus sepersepuluhnya.

    Seperti atropin, triheksifenidil dalam dosis besar menyebabkan perangsangan otak

    (Gan, 1995).

    3. Farmakokinetik

    Tidak banyak data farmakokinetik yang diketahui tentang triheksifenidil,

    itu dikarenakan pada saat obat ini ditemukan, farmakokinetika belum

    berkembang. Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa dan

    bromokriptin (Gan, 1995).

    Kadar puncak triheksifenidil tercapai setelah 1 – 2 jam. Masa penuh

    eliminasi terminal antara 10 – 12 jam. Jadi pemberian 2 kali sehari sudah

    mencukupi, tidak 3 kali sehari sebagaimana yang dilakukan sekarang ini (Gan,

    1995).

    4. Efek terapi

    Pemberian triheksifenidil khususnya bermanfaat terhadap parkinsonisme

    akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, temasuk juga antiemetik turunan

    fenotiazin, yang menimbulkan gangguan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor

    dopamin di otak. Penambahan antikolinergik golongan ini secara rutin pada

    pemberian neuroleptik tidak dibenarkan, kemungkinan timbulnya akinesia tardif.

    Triheksifenidil juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhoea) dan

    suasana perasaan. Selain pada parkinson, triheksifenidil juga digunakan pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    sindrom atetokoriatik, totikolis spastik, dan spasme fasialis (Gan, 1995).

    5. Efek samping

    a. Efek samping sentral.

    Dapat berupa gangguan neurologik, yaitu ataksia (kehilangan kontrol

    gerak), disartia, hipertermia (kenaikan suhu tubuh), gangguan mental

    seperti pikiran kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma

    (Gan, 1995).

    b. Efek samping perifer.

    Dapat berupa mulut kering, gangguan miksi, meteorisme sering terjadi

    tetapi tidak membahayakan. Muka merah setelah pemberian dapat terjadi

    setelah pemberian obat ini, reaksi tersebut bukan reaksi alergi melainkan

    efek samping sehubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah wajah

    (Gan, 1995).

    Triheksifenidil juga dapat menyebabkan kebutaan akibat komplikasi

    glaukoma sudut tertutup, terutama terjadi bila dosis harian 15-30 mg sehari. Pada

    pasien glaukoma sudut terbuka yang mendapat miotik, antikolinergik cukup aman

    digunakan (Gan, 1995).

    Dilihat dari potensi triheksifenidil untuk menyebabkan ketergantungan

    secara psikis, maka triheksifenidil dapat dimasukkan ke dalam golongan “daftar

    G”. Disamping itu juga bahwa triheksifenidil masuk ke dalam golongan

    antikolinergik, dimana triheksifenidil adalah obat yang berguna untuk terapi

    penyakit Parkinson dan mempunyai potensi yang lemah untuk menyebabkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    ketergantungan (Anonim, 1997).

    Tabel 3. Obat Antikolilnergik sentral

    Obat Dosis oral Sediaan Triheksifenidil

    2 mg, 2-3 kali sehari, rentang dosis 10-20 mg/hari tergantung respons dan penerimaan.

    Triheksifenidil tablet 2mg, 5 mg.

    Biperiden HCl atau laktat

    Prosiklidin

    0,5-2 mg, 2-4 kali sehari

    5 mg, 2-3 kali sehari. Rentang dosis 20-30 mg/hari

    Bipiriden tablet 2 mg

    Tablet 5 mg

    Benztropin mesilat 0,5-1 mg/hari diberikan malam hari. Rentang dosis 4-6 mg/hari Oral:dewasa 25mg 3Xsehari

    Anak 5 mg/kg/hari dalam 4 dosis.

    IM : dewasa 10-50 mg Anak = dosis oral maksimum 400mg/hari

    Tablet 0,5; 1; dan 2 mg Kapsul 25 mg Injeksi 10 mg/ml

    (Gan, 1995)

    F. Perilaku Penyalahgunan Obat-obatan

    Bila dipandang dari sisi sosial, terdapat faktor-faktor yang tidak dapat

    diabaikan begitu saja. Terutama dalam kehidupan remaja, faktor lingkungan

    dimana seorang remaja itu tumbuh akan sangat berpengaruh dalam perilaku

    penyalahgunaan obat. Adapun berbagai macam faktor secara sosial dapat

    dipandang sebagai faktor penyebab dalam perilaku penyalahgunaan obat.

    1. Faktor individual :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang

    mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.

    Ciri - ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan napza:

    a. cenderung memberontak.

    b. memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.

    c. perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada.

    d. kurang percaya diri.

    e. mudah kecewa, agresif dan destruktif.

    f. murung, pemalu, pendiam.

    g. merasa bosan dan jenuh.

    h. keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan.

    i. keinginan untuk mencoba.

    j. identitas diri kabur.

    k. kemampuan komunikasi yang rendah.

    l. putus sekolah.

    m. kurang menghayati iman dan kepercayaan.

    2. Faktor Lingkungan :

    Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik

    sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.

    Lingkungan keluarga :

    a. komunikasi orang tua dan anak kurang baik

    b. hubungan kurang harmonis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    c. orang tua yang bercerai, dan atau menikah lagi.

    d. orang tua terlampau sibuk, kurang memperhatikan anak.

    e. orang tua yang otoriter.

    f. kurangnya orang yang menjadi tauladan dalam hidupnya.

    g. kurangnya kehidupan beragama.

    Lingkungan sekolah :

    a. sekolah yang kurang disiplin.

    b. sekolah dekat dengan tempat hiburan.

    c. sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

    mengembangkan diri secara kreatif dan positif.

    d. adanya murid pengguna napza.

    Lingkungan teman sebaya :

    a. berteman dengan penyalahguna.

    b. tekanan atau ancaman dari teman.

    Lingkungan masyrakat / sosial :

    a. lemahnya penegak hukum.

    b. situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.

    (Anonim, 2007b)

    Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang

    kelak menjadi penyalahguna obat-obatan. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor

    diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna obat.

    (Anonim, 2007b)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    G. Penyalahgunaan Psikotropika

    1. Definisi penyalahgunaan psikotropika

    Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997 tentang

    psikotropika menyebutkan, penyalahgunaan psikotropika yang dalam

    pengertian lain disebut penggunaan secara merugikan adalah penggunaan

    psikotropika tanpa pengawasan dokter (Anonim, 1997).

    2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika

    Tidak semua zat atau obat dapat menimbulkan adiksi dan dependensi

    pada pemakainya. Beberapa zat tertentu dapat menyebabkan adiksi dan

    dependensi. Ciri-ciri dari adiksi dan dependensi adalah sebagai berikut.

    a. keinginan yang tak tertahankan terhadap zat yang dimaksud dan kalau

    perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.

    b. kecenderungan untuk menambah dosis sesuai dengan toleransi tubuh.

    c. ketergantungan psikis apabila pemakaian zat dihentikan akan

    menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan gejala psikis yang

    lainnya.

    d. ketergantungan fisik apabila pemakaian zat ini dihentikan akan

    menimbulkan gejala putus obat (Hawari, 1995).

    3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika

    Bahaya dan resiko dari penyalahgunaan psikotropika ini dapat

    dibedakan menjadi resiko dari segi hukum dan resiko dari segi kesehatan.

    Dilihat dari segi kesehatan, penyalahgunaan psikotropika dalam jangka waktu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    tertentu dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen, over dosis,

    bahkan dapat menyebabkan kematian (Atmadja, 2007).

    Selain itu penyalahgunaan psikotorpika juga mendapatkan sangsi dari

    segi hukum. Seperti yang diketahui dari Undang-undang Republik Indonesia

    nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika, maka semua orang yang terlibat

    dalam penyalahgunaan psikotropika dapat dikenai sanksi berupa hukuman

    penjara maupun denda. Mereka yang dapat dijerat hukum melalui Undang-

    undang tersebut mencakup produsen, penyalur, dan pemakai dengan tingkatan

    hukuman dan atau denda yang bervariasi (Satriyo, 2003)

    H. Keterangan Empiris

    Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif non analitik untuk mengetahui

    gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi Anak-anak jalanan di Jalan

    Malioboro kota Yogyakarta berkaitan dengan penyalahgunaan obat triheksifenidil.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan

    Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan tujuan utamanya

    adalah melakukan penggambaran terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik

    yang berupa faktor resiko maupun efek. Penelitian ini hanya mendeskripsikan atau

    menggambarkan fenomena penyalahgunaan obat jenis triheksifenidil yang amat

    sering terjadi dikalangan anak-anak jalanan tanpa mecoba untuk menganalisis

    bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi (Pratiknya, 2001).

    Penelitian ini bertujuan untuk memberikan langkah-langkah awal bagi

    penelitian selanjutnya tentang penyalahgunaan obat-obat keras terutama obat

    triheksifenidil yang paling banyak dikonsumsi oleh anak-anak jalanan di kota

    Yogyakarta khususnya di kawasan Malioboro (depan Benteng Vredenburg).

    B. Batasan Operasional

    1. Penyalahgunaan obat triheksifenidil yang lebih dikenal dengan sebutan

    “triplex” yang beredar di kalangan anak-anak jalanan yang dipengaruhi

    banyak faktor, antara lain adalah keinginan diri sendiri (coba-coba),

    hingga faktor pengaruh lingkungan (pengaruh dari teman anak-anak

    jalanan yang lainnya).

    2. Tingkat pengetahuan akan obat triheksifenidil yang dikonsumsi.

    Pengetahuan tersebut meliputi efek terapi, efek samping, dan faktor resiko

    33

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    dalam pengkonsumsian obat-obatan tersebut.

    3. Anak-anak jalanan di Jalan Malioboro Yogyakarta yang masih aktif

    mengkonsumsi triheksifenidil, yang pada saat waktu pengambilan data

    terdapat dilokasi (di depan Benteng Vredenburg).

    C. Subyek dan Tempat

    Populasi adalah keseluruhan sumber data penelitian yang terdiri dari

    manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, peristiwa-

    peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

    penelitian (Nawawi, 1983).

    Di dalam penelitian in populasi penelitian yang dimaksud adalah wilayah

    di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarata. Responden adalah kelompok-

    kelompok anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terkonsentrasi di depan

    Benteng Vredenburg yang pada waktu penelitian bersedia menjawab pertanyaan-

    pertanyaan yang diajukan oleh peneliti lewat kuisioner. Kriteria inklusinya adalah

    anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifeidil dan selalu ada

    di wilayah Jalan Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg dan pada

    saat pengambilan data sedang berada di sekitar wilayah tersebut.

    D.Teknik Sampling

    Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah accidental

    sampling yaitu data yang diambil dari responden secara kebetulan atau responden

    mau bekerjasama (Sarwanto dan Kuntara, 2003). Pemilihan metode ini mengingat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    anak-anak jalanan yang bersedia untuk bekerja sama terbatas jumlahnya, maka

    sampling unit diterima asalkan bersedia bekerja sama.

    E. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

    panduan wawancara dan lembar kuesioner. Panduan wawancara dibuat

    berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan dimaksudkan untuk memperjelas

    hasil survei kuisioner.

    F. Tata Cara Penelitian

    1. Analisis situasi

    Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai

    keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Pengumpulan informasi

    dilakukan dengan pendekatan pribadi selama kurang lebih 8 bulan, pengumpulan

    informasi ini juga dibantu oleh anak jalanan yang bersangkutan karena lebih

    mengetahui medan di lokasi tersebut dan lebih mempermudah dalam sosialisasi

    dengan subyek penelitian.

    2. Wawancara

    Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali lebih dalam

    keterangan yang dibutuhkan untuk membuat pertanyaan kuisioner sehingga dapat

    berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal dan pembicaraan

    yang dikaitkan dengan permasalahan serta untuk klarifikasi jawaban kuesioner.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan

    Dalam penelitian ini dipergunakan teknik komunikasi tidak langsung

    dengan angket atau kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Angket atau

    kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis

    pula oleh responden.

    Uji coba atau validasi kuisioner dilakukan untuk mengetahui apakah

    responden telah mengerti maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

    Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa beberapa pertanyaan semi

    terbuka dan pertanyaan tertutup.

    Untuk pertanyaan tertutup, dalam setiap item disediakan sejumlah

    alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden salah satu diantaranya yang

    dianggap paling tepat. Sedangkan untuk pertanyaan semi terbuka, disamping

    alternatif jawaban yang tersebutkan, tersedia pula tempat untuk memberikan

    jawaban secara bebas dan terbatas. Hal ini dimaksudkan apabila menurut

    responden diantara alternatif jawaban yang tersedia tidak ada jawaban yang

    dianggapnya tepat.

    4. Menentukan besar sampel

    Ada beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe

    penelitian. Menurut Hadari Nawawi, perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan

    adalah menggunakan rumus sebagai berikut :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    2

    21

    ⎟⎟⎟

    ⎜⎜⎜

    ⎛ ∗≥

    b

    zqpn

    α

    (Nawawi, 1983)

    Dimana : n = jumlah sampel minimal p = proporsi jumlah kelompok I (laki-laki) q = proporsi jumlah kelompok II (perempuan)

    α∗21z = derajat koefisien konfidensi (95%) dimana bernilai 1,96

    b = persentase perkiraan kesalahan dalam penentuan sampel (0,1) (Nawawi, 1983)

    Diketahui bahwa jumlah anak-anak jalanan di depan Benteng Vredenburg

    adalah berjumlah 220 orang, tetapi dalam penelitian ini yang menjadi

    respondennya adalah anak-anak jalanan yang kriterianya adalah masih aktif

    menyalahgunakan triheksifenidil. Diketahui dari pendekatan awal diperoleh

    sebanyak 120 responden dengan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 17 orang,

    dan jumlah laki-laki sebanyak 103 orang.

    Perhitungan :

    86,0120103

    =

    =−

    =populasijumlah

    lakilakijumlahp

    14,086,01

    1

    =−=−= pq

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    α∗21z = 1,96

    b = 10% = 0,1

    1279,4616,384*121597,01,0

    96,114,0*86,02

    ≥≥

    ⎟⎠

    ⎞⎜⎝

    ⎛≥

    nn

    n

    maka jumlah sampel yang diambil adalah 47 orang (dibulatkan ke atas).

    G. Cara pengambilan sampel

    Karena penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental

    sampling. Pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan dengan mendatangi

    responden satu persatu dengan dibantu anak jalanan dan saat mengisi kuisioner

    dilakukan pengawasan dan dicatat agar tidak mengisi lebih dari satu kuisioner.

    Melihat terbatasnya jumlah anak-anak jalanan yang bersedia untuk bekerjasama,

    maka sampling unit diterima asalkan mau bekerjasama (untuk mengisi kuisioner).

    H. Pengumpulan dan analisis data

    1. Pengumpulan data

    Data yang diperoleh akan diolah secara tabulasi data dan pengolahan data secara

    hand sorting (pemilihan dengan tangan).

    2. Analisis data

    Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk

    mengetahui berapa besar pengaruh lingkungan dan berapa jauhnya pengetahuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    dan atau pengalaman tentang obat triheksifenidil yang dikonsumsi oleh individu

    yang terkait.

    I. Pengambilan kesimpulan

    Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari kuisioner, berapa besar

    pengaruh lingkungan dan berapa jauhnya pengetahuan responden akan obat

    triheksifenidil yang sering dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan sehingga

    dapat dilakukan penggambaran tentang penyalahgunaan triheksifenidil pada

    responden di wilayah Malioboro bagian selatan (depan Benteng Vredenburg).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Anak-anak jalanan dipilih sebagai responden karena sebagian besar

    masyarakat mengenal anak-anak jalanan adalah kumpulan anak-anak dan atau

    remaja yang hidup bebas di jalanan tanpa memperdulikan aturan-aturan yang

    berlaku di masyarakat pada umumnya. Kebebasan yang tak terkontrol tersebut

    menimbulkan keprihatinan akan semakin banyaknya anak-anak jalanan yang

    melakukan penyalahgunaan obat-obatan dan semakin hari semakin meningkat.

    Obat yang paling sering disalahgunakan oleh anak-anak jalanan di Kota

    Yogyakarta adalah triheksifenidil. Triheksifenidil masuk ke dalam obat-obat

    keras dimana penyalahgunaan triheksifenidil dilaporkan bersama dengan laporan

    psikotropika.

    A. Gambaran Umum Pengambilan Data

    1. Perhitungan jumlah sampel

    Jumlah keseluruhan anak-anak jalanan yang selalu berada di daerah

    Benteng Vredenburg adalah 220 orang, tetapi yang menjadi respondennya

    dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan dengan kriteria anak-anak

    jalanan yang masih aktif mengkonsumsi triheksifenidil hingga penelitian

    dilakukan. Responden yang diperoleh hanya 120 orang, dimana terdiri dari 17

    orang perempuan dan 103 orang laki laki, kisaran jumlah data tersebut

    40

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    diperoleh dari perhitungan dan keterangan dari anak jalanan yang masih eksis

    dilokasi. Berdasarkan rumus perhitungan jumlah sampel minimal dari Hadari

    Nawawi, maka dengan menggunakan derajat kofidensi 95% dan kemungkinan

    membuat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel / responden sebesar

    10% diperoleh jumlah sampel minimal yang dipakai sebesar 47 responden.

    Dari perhitungan jumlah responden yang telah dilakukan pada BAB

    III, responden minimal yang harus diperoleh adalah sebanyak 47 responden

    (dibulatkan ke atas).

    Pada penelitian ini, respondennya adalah manusia sehingga semua

    hasil perhitungan sampel dapat dibulatkan ke atas. Berdasarkan perhitungan

    yang tertera pada BAB III, dimana jumlah responden minimal adalah 47

    orang, jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 100 eksemplar dan responden

    yang mengembalikan lembar kuisioner sebanyak 50 eksemplar, jadi jumlah

    kuisioner telah mencukupi jumlah minimal kuisioner yang hrus diperoleh.

    2. Pelaksanaan pengambilan data

    Pengambilan data meliputi penyebaran dan pengambilan angket atau

    kuisioner. Angket yang disebarkan oleh penulis dengan dibantu oleh beberapa

    orang teman anak-anak jalanan juga (yang telah lama eksis di wilayah depan

    Benteng Vredenburg) kepada responden, yaitu anak-anak jalanan yang setiap

    hari eksis di wilayah tersebut. Kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 100

    buah kuisioner, dan yang dikembalikan sebanyak 52 buah tetapi yang dapat

    digunakan datanya berjumlah 50 buah kuisioner.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Angket atau kuisioner yang disebarkan mempunyai jenis campuran,

    yaitu berbentuk closed questions, open-closed questions, dan open questions.

    Kuisioner yang dikembalikan hanya berjumlah setengahnya, hal ini

    disebabkan karena lebih dari separuh anak-anak jalanan di daerah Benteng

    Vredenburg tidak percaya lagi dengan pengisian-pengisian kuisioner yang

    dilakukan oleh mahasiswa. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei – Juni

    tahun 2007. Pengambilan data baru dapat dilakukan pada bulan Mei karena

    sebelumnya penulis melakukan pendekatan terlebih dahulu selama kurang

    lebih 8 bulan dengan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kehidupan anak-

    anak jalanan secara langsung sehingga timbul sebuah rasa percaya antar teman

    dengan responden.

    Pengambilan data dilakukan dengan cara disebarkan dan langsung

    diambil, meskipun demikian separuh dari kuisioner yang dibagikan rusak atau

    tidak dikembalikan.

    B. Karakteristik Responden

    1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin.

    Berdasarkan dari data yang terkumpul, seperti yang terdapat pada

    tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki

    adalah sebanyak 33 orang atau sebanyak 66% dan jumlah responden berjenis

    kelamin perempuan adalah 17 orang atau sebanyak 34%. Dari jumlah dan

    prosentase yang diperoleh, dapat menunjukkan bahwa pada komunitas anak-

    anak jalanan, untuk jenis kelamin laki-laki lebih rentan/lebih beresiko

    dibandingkan jenis kelamin perempuan dalam penyalahgunaan obat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    triheksifenidil. Lebih beresikonya anak-anak jalanan yang berjenis kelamin

    laki-laki disebabkan oleh mudah terpengaruhnya responden dengan teman

    sesama anak-anak jalanan. Pengaruh tersebut dapat berupa rasa hasutan,

    ajakan, hingga tantangan “belum jantan” bila belum meminum triheksifenidil.

    Pengaruh yang kuat tersebut menimbulkan rasa ingin tahu dari responden

    maupun rasa setia kawan terhadap teman-teman sesama anak-anak jalanan

    yang lain. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa lebih dari 50% anak-anak jalanan

    yang mengisi kuisioner adalah jenis kelamin laki-laki.

    Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis kelamin bulan Mei-Juni 2007

    Keterangan Jumlah Prosentase

    Laki-laki 33 orang 66%

    Perempuan 17 orang 34%

    2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir dari responden.

    Berdasarkan data distribusi usia responden yang diperoleh dari

    kuisioner yang telah disebarkan, seperti yang terlihat pada gambar 4 di atas,

    maka batasan usia yang paling banyak menggunakan triheksifenidil adalah

    kisaran usia 13 sampai dengan usia 18 tahun dimana hal tersebut berarti

    bahwa usia remaja (13 sampai dengan 18 tahun) lebih mudah untuk

    dipengaruhi oleh teman dan lingkungan dalam penyalahgunaan baik obat-obat

    keras seperti triheksifenidil maupun psikotropika. Mudah terpengaruhnya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    penggunaan triheksifenidil secara tidak benar menurut aturan terapi yang

    tertulis dapat disebabkan banyak faktor. Penulis telah melakukan pendekatan

    secara pribadi dan melakukan wawancara, dan menurut narasumber yang tidak

    mau disebutkan namanya, bahwa terutama pada kisaran usia tersebut (13-18

    tahun), mempunyai rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba hal baru yang

    sangat besar.

    Tetapi pada usia antara 19 hingga 24 tahun juga dapat bepotensi

    besar untuk menyalahgunakan triheksifenidil. Menurut data dalam gambar di

    atas dapat dilihat bahwa pada usia tersebut menempati urutan kedua dalam

    penyalahgunaan triheksifenidil. Yang lebih memprihatinkan adalah diantara

    anak-anak jalanan terdapat anak-anak pada kisaran usia 7-12 tahun yang telah

    mengkonsumsi triheksifenidil, dimana menurut data, usia termuda dalam

    penyalahgunaan triheksifenidil adalah usia 8 tahun, keadaan ini sangat

    memperihatinkan bahwa pada usia semuda itu telah menyalahgunakan

    triheksifenidil yang dapat berpengaruh pada perkembangan tubuh dan mental

    pada usia anak-anak.

    Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pendidikan terakhir para

    responden secara berturut-turut adalah lulus SD atau masih SD sebesar 36%

    (18 orang), Lulus SMP sebesar 36% (18 orang), tidak sekolah sebesar 2% (1

    orang), dan masih kuliah sebesar 2% (1 orang). Dilihat dari perbandingan

    tingkat pendidikan terakhir, dapat diketahui bahwa anak-anak jalanan di depan

    Benteng Vredenburg rata-rata mengenyam pendidikan, paling tidak mereka

    dapat membaca dan menulis. Terlihat pada gambar 5 bahwa yang paling

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    banyak mengkonsumsi triheksifenidil adalah anak-anak jalanan yang

    berpendidikan akhir SD dan SMP. Ada kemungkinan faktor tingkat

    pendidikan yang rendah, dapat dengan mudah untuk dipengaruhi oleh teman-

    teman sesama anak-anak jalanan untuk mengkonsumsi triheksifenidil tersebut.

    Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden

    Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007

    36% 36%

    24%

    2%

    0tidak

    sekolahSD SMP SMA kuliah

    2%

    46%40%

    12% 2%

    0

    %

    7-12 th 13-18 th 19-24 th 24-30 th

    7-12 th 13-18 th 19-24 th 24-30 th Range Usia

    Gambar 4. Jumlah Responden di depan Benteng Vredenburg Bedasarkan Usia pada bulan Mei-Juni 2007

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden

    1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuisioner, sebanyak

    48% (24 orang) anak-anak jalanan tidak sering mengkonsumsi triheksifenidil,

    36% (18 orang) mengkonsumsi triheksifenidil setiap satu hari sekali, dan

    sebanyak 3 orang (6%) yang mengkonsumsi 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

    Dari jumlah data yang diperoleh, semua responden yang mengisi kuisioner,

    semuanya (100%) mengkonsumsi triheksifenidil dengan frekuensi waktu yang

    berbeda-beda.

    Menurut wawancara dengan salah satu sumber, keputusan mereka

    untuk mengkonsumsi triheksifenidil sebagian besar karena mereka

    terpengaruh oleh teman, baik dengan melihat, ingin mencoba, dengan hasutan,

    maupun dipaksa oleh teman yang lain. Pemilihan dan perubahan perilaku