Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak...
Transcript of Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak...
-
Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah
Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Yohanes Darmawan
998114095
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa
Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007
Yang diajukan oleh:
Yohanes Darmawan
NIM : 998114095
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Yosef Wijoyo, M. Si., Apt
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Kupersembahkan karya kecil & sederhana ini kepada:
Bapa di surga, juga Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Ibuku, Bapakku, kakakku, cintaku, dan
Sahabat – sahabat yang selalu setia dalam proses hidupku
Terimakasih, sudah mengajari aku cinta, karena Engkau datang ke dunia untuk mencintai manusia Terimakasih, sudah mengajariku untuk rendah hati, karena Engkau datang ke dunia untuk melayani Terimakasih sudah mengajariku untuk memaafkan, karena Engkau sendiri tidak pernah menghitung dosaku Terimakasih sudah mengajariku untuk setia, karena Engkau sendiri tidak pernah meninggalkanku Jejak kaki memang hanya sepasang di atas pasir karena saat itu aku berada dalam gendongan-Mu Selalu sedih melihat air mataku Selalu hadir menyapa Walau aku meninggalkan dan memusuhi Menyediakan bahu untuk bersandar, ketika aku lelah menghadapi dunia ini Terimakasih karena telah sudi menjadi sahabatku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Oktober 2007
Penulis,
Yohanes Darmawan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yohanes Darmawan
Nomor Mahasiswa : 998114095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil pad Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboto adi Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 15 Februari 2008
Yang menyatakan,
Yohanes Darmawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penyalahgunaan obat triheksifenidil pada komunitas anak-anak jalanan di wilayah Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg. Metode penelitian ini menggunakan metode accidental sampling mengingat keterbatasan jumlah anak-anak jalanan yang dapat bekerja sama terbatas jumlahnya.
Pengisian kuisioner dilakukan oleh 50 responden dari 120 anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifenidil dan setiap hari “eksis” atau berada di wilayah tersebut. Sebanyak 33 responden (66%) adalah laki-laki dan 17 responden (34%) perempuan dimana 46% dari 50 responden adalah remaja (13-18 tahun) dengan usia termuda 8 tahun. Triheksifenidil diperoleh dengan harga Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 per butir dari hasil mengamen (70 %). 70% dari responden mengkonsumsi triheksifenidil tersebut bersama dengan teman (biasanya bersama alkohol), hal tersebut dapat menandakan betapa kuatnya pengaruh sosial akan perilaku responden. Efek dari triheksifenidil yang responden harapkan adalah fly (40%), dan tenang (34%). Selain triheksifenidil, sebanyak 22 responden menyalahgunakan obat lain seperti haloperidol, dextroamfetamin, lexotan, dan sebagainya.
Triheksifenidil merupakan jenis obat keras yang dapat menimbulkan ketergantungan secara psikis tetapi triheksifenidil tidak masuk kedalam psikotropika tetapi merupakan obat keras yang sering disalahgunakan. Tanpa pengetahuan yang cukup, formal maupun informal, tindakan penyalahgunaan obat akan terus terjadi. Meski jumlah anak-anak jalanan di Yogyakarta yang menyalahgunakan obat-obatan masih relatif sedikit, namun komunitas ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dan dapat memperbesar jumlah penyalahguna obat-obatan yang telah ada.
Kata kunci : triheksifenidil, anak-anak jalanan, penyalahgunaan obat.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the description of the drugs abused among on the street children community. in Malioboro, especially in front of Vredenburg Fort.
There are 50 respondents from 150 street children of Vredeburg Fort which still active using trihexyfenidyl. The method used in this research is accidental sampling since there are only a few street children who can cooperate. According the questionnaire given, the results are 33 respondents (66 %) are male and 17 respondents (34 %) are female in which 46 % from 50 respondents are teenagers (13-18 years old) with 8 years old children as the youngest respondent. From the questionnaire, it is known that 70 % of the respondent buy trihexyphenidyl Rp. 10.000 up to Rp. 15.000 / tablet. The result of lack of knowledge and information about trihexyphenidyl leads the user to consume it frequently without knowing its side effect. Around 70 % of the respondents consume trihexyphenidyl altogether with their friends when they drink alcohol which shows the strong influence of friends and environment in case of drugs abused. There are several trihexyphenidyl effects expected by the user: “fly” / feel free (40 %) and calm (34 %). Beside trihexyphenidyl , 22 respondents abused other type of drugs such as haloperidol , dextroamfetamin, lexotan, and etc. Lack of knowledge, either formal or informal will raise the abused of psikotropic. Although only a few of street children who abused drugs, however, the attention given to this community is needed. Since, it will affect not only the surround community but also increase the number of drugs abused. Key words :trihexyphenidyl, street children community of Vredeburg Fort , drugs-abused.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia
menuntun dan menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan
Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007”
disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan menulis. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Tersusunnya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Orang tuaku, perpanjangan tangan Tuhan, yang tak henti-hentinya berdoa dan selalu
memberikan semangat juga kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan
babak-babak dalam kehidupan penulis.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dan sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak
masukkan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar
dan mau menyediakan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberi saran dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dalam skripsi ini.
5. Bapak Ir. Aris Dwiatmaka, M.Sc., yang telah banyak membantu dalam metodologi
penelitian.
6. Esti, yang selalu mendukung tanpa ragu-ragu dan telah mengajarkan artinya cinta,
pengorbanan, dan kehidupan.
7. Teman-teman dan sahabat anak-anak jalanan di kawasan Jalan Malioboro bagian
Selatan yang mau meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang penulis ajukan.
8. Semua kakakku, Theresia, Joko, Tri, dan Iin, yang tak putus-putusnya berdoa dan
mendukung penulis dalam perjuangan hidup.
9. Ibu Kartini, sebagai ibu yang sabar dan selalu percaya pada penulis.
10. Samsul, Budi, Cecep, Ega, Rolex, dan Gus Dur, yang mau berjuang untuk membantu
penulis dalam penyebaran kuisioner dan pengambilan data.
11. Sahabat dan teman seperjuangan, adik-adik angkatan Fakultas Farmasi, terima kasih
atas energi yang diberikan selama ini.
12. Heri, Gendut, Kobo, Nowo, Rio yang walaupun enggan tetap mau membantu penulis.
13. Anak-anak kost “Uh…Ah…”, Dwi, Eri, dan Danang yang selalu membukakan pintu
depan bila penulis datang larut malam.
14. Si-Mbok dan Pak’e yang selalu memberikan semangat.
15. Teman-teman “Kopi Joss” Tugu yang menjadi sahabat dan hampir setiap malam
berproses bersama penulis.
16. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Hanya Tuhan Yesus yang dapat membalas segala kebaikan kalian atas semua
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Oktober 2007
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
INTISARI ……………………………………………………………………. vi
ABSTRACT …………………………………………………………………… vii
PRAKATA ………………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii
BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………… 1
A. PERMASALAHAN ………………………………………………… 4
B. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………………. 4
C. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………….. 4
1. Manfaat Teoritis …………………………………………………. 4
2. Manfaat Praktis ………………………………………………… 5
D. KEASLIAN PENELITIAN ………………………………………… 5
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………… 6
A. Perilaku Masyarakat ………………………………………………… 6
1. Teori Aksi Max Weber …………………………………………. 6
2. Teori Adopsi Inovasi Rogers …………………………………… 8
3. Teori Perilaku Lawrence Green ……………………………….. 10
B. Anak-anak Jalanan ………………………………………………….. 12
C. Saraf ………………………………………………………………… 14
1. Jalannya rangsang pada sel saraf ……………………………….. 15
2. Sistem saraf menurut fungsi ……………………………………. 16
D. Psikotropika ………………………………………………………… 18
1. Definisi psikotropika …………………………………………….. 18
2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun
1997 tentang psikotropika ……………………………………… 19
3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan ………………… 20
E. Antikolinergik ……………………………………………………… 25
1. Definisi ………………………………………………………….. 25
2. Farmakodinamik ………………………………………………… 25
3. Farmakokinetik ………………………………………………… 26
4. Efek terapi ……………………………………………………… 26
5. Efek samping …………………………………………………… 27
F. Perilaku Penyalahgunaan Obat-obatan ……………………………… 28
G. Penyalahgunaan Psikotropika ……………………………………… 31
1. Definisi penyalahgunaan psikotropika …………………………. 31
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika …………. 31
3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika ……………………... 31
H. Keterangan Empiris ………………………………………………… 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 33
A. Jenis dan Rancangan ………………………………………………… 33
B. Batasan Operasional ………………………………………………… 33
C. Subyek dan Tempat …………………………………………………. 34
D. Teknik Sampling ……………………………………………………. 34
E. Instrumen Penelitian ………………………………………………… 35
F. Tata Cara Penelitian ………………………………………………… 35
1. Analisis situasi …………………………………………………… 35
2. Wawancara ………………………………………………………. 35
3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan ……………………………. 36
4. Menentukan besar sampel ………………………………………. 36
G. Cara pengambilan sampel ……………………………………………. 38
H. Pengumpulan dan analisis data ……………………………………… 38
I. Pengambilan kesimpulan …………………………………………… 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………. 40
A. Gambaran Umum Pengambilan Data ……………………………….. 40
1. Perhitungan jumlah sampel ……………………………………… 40
2. Pelaksanaan pengambilan data ………………………………….. 41
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
B. Karakteristik Responden ……………………………………………. 42
1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin …………………… 42
2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir
dari responden …………………………………………………… 43
C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden ……….. 46
1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil ……………………… 46
2. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil dalam sehari ………… 47
3. jumlah maksimal Triheksifenidil yang dikonsumsi dalam sekali
minum ………………………………………………………….. 48
4. Asal dan harga Triheksifenidil yang diperoleh responden ……… 50
5. Sumber dana anak-anak jalanan untuk membeli Triheksifenidil … 53
6. Alasan dan tujuan responden menyalahgunakan triheksifenidil … 55
7. Pengetahuan responden akan efek yang ditimbulkan dan sumber
pengetahuan akan obat yang dikonsumsi ……………………….. 56
8. Pengaruh lingkungan dan teman sesama anak-anak jalanan
pada penyalahgunaan triheksifenidil …………………………… 59
9. Over dosis Triheksifenidil pada responden ……………………… 60
10. Penyalahgunaan obat yang lain selain triheksifenidil …………… 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 64
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 64
B. Saran …………………………………………………………………. 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 67
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 70
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Daftar Tabel
Hal
Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom………………………………………… 17
Tabel 2. Penggolongan Obat Psikotropika ………………………................. 22
Tabel 3. Obat Antikolinergik Sentral………………………………………… 28
Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis
kelamin pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………….. 43
Tabel 5. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil pada responden di depan
Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 47
Tabel 6. Banyaknya triheksifenidil sekali minum pada responden di depan
Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 49
Tabel 7. Tabel harga tiap butir triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 di
depan Benteng Vredenburg ……………………………………….. 51
Tabel 8. Tabel sumber dana responden di depan Benteng Vredenburg untuk
membeli Triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ………………………… 53
Tabel 9. Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek
triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ……………………………....... 57
Tabel 10.Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek
samping yang ditimbulkan pada bulan Mei-Juni 2007 …………… 57
Tabel 11.Narasumber pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg
akan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 …………………………. 58
Tabel 12.Konsumsi obat lain selain triheksifenidil pada responden di depan
Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 62
Tabel 13.Nama-nama obat yang pernah digunakan oleh responden di depan
Benteng Vredenburg selain triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007…… 63
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Daftar Gambar Hal
Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons ………………………. 7
Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers …………………………………….. 8
Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil …………………………………….. 25
Gambar 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg bedasarkan usia
pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………………….. 45
Gambar 5. Tingkat pendidikan responden di depan Benteng Vredenburg pada
bulan Mei-Juni 2007 …………………………………………….. 45
Gambar 6. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil pada responden di depan
Benteng Vredenburg dalam satu hari pada bulan Mei-Juni 2007… 48
Gambar 7. Sumber dana untuk mendapatkan triheksifenidil pada responden di
depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 …………. 50
Gambar 8. Alasan dan tujuan responden di depan Benteng Vredenburg dalam
penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ………….... 56
Gambar 9. Pengaruh lingkungan pada responden di depan Benteng Vredenburg
akan perilaku penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 60
gambar 10. Banyaknya responden di depan Benteng Vredenburg yang pernah
over dosis triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ……………. 61
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA)
Yogyakarta .............................................................................. 71
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Dinas Perijinan Pemerintah Kota
Yogyakarta .............................................................................. 72
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ................................................................. 73
Lampiran 4. Pengolahan Data ...................................................................... 75
Lampiran 5. Wawancara Dengan Anak-anak Jalanan ................................ 79
Lampiran 6. Riwayat Hidup Penulis ........................................................... 84
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENGANTAR
Masalah penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya atau yang lebih dikenal sebagai Napza telah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan. Beberapa tahun silam Napza masih dikonsumsi oleh kalangan
tertentu saja, tetapi sekarang telah mulai dikonsumsi baik kalangan atas seperti
artis, pejabat, maupun orang-orang ditingkat ekonomi rendah.
Maraknya peredaran dan penyalahgunaan obat-obat keras, narkotika,
psikotropika, maupun zat adiktif lainnya telah menjadi masalah yang serius dan
menjadi masalah nasional yang perlu ditangani secara khusus oleh pemerintah,
baik di pemerintah pusat maupun di daerah terutama pada penyalahgunaan obat-
obat keras selain psikotropika yang dapat mempengaruhi sistem saraf sehingga
dapat mengubah perilaku dan menyebabkan ketergantungan. Obat-obat keras yang
menyebabkan ketergantungan tersebut harganya relatif lebih murah daripada
narkotika atau psikotropika, tetapi mempunyai efek yang mirip dengan
psikotropika (Anonim, 2007a).
Hal penyalahgunaan obat-obatan ini tidak lagi terbatas pada golongan
tertentu melainkan telah masuk kemasyarakat dari semua kalangan dengan
berbagai tingkat usia maupun tingkat sosial ekonomi. Masalah ini telah merambah
masuk ke daerah-daerah dan tak terkecuali Daerah Istimewa Yogyakarta yang
mendapat predikat kota pelajar dan kota pariwisata. Dari berbagai kalangan yang
ada di Yogyakarta, yang sangat potensial terlibat dalam penyalahgunaan obat-
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
obatan adalah kalangan remaja dimana masa remaja yang identik dengan serba
ingin tahu, ingin mengekplorasi diri, ingin bebas, pencarian jati diri, keinginan
untuk mencoba hal-hal yang baru, dan sebagainya (Atmaja, 2007).
Tidak terkecuali anak-anak jalanan yang hidup di pinggir-pinggir kota
Yogyakarta, sebuah “sisi gelap” yang mungkin kita tidak sadari, anak-anak
jalanan yang hidup di jalanan kota Yogyakarta mempunyai usia rata-rata remaja.
Sebuah sisi yang terkadang, atau bahkan sering lepas dari pengamatan kita
bahwa anak-anak jalanan yang rata-rata berusia remaja (12 – 22 tahun) adalah
masyarakat yang paling rentan akan maraknya praktek penyalahgunaan obat-
obatan, karena justru tanpa pengawasan yang terpadu akan membentuk sebuah
kebebasan yang tak terkendali (Permadi, 1997).
Anak-anak jalanan remaja yang sebagian besar waktunya terjun dan hidup
di jalanan, merupakan sebuah fenomena hidup kita sehari-hari yang hampir atau
bahkan tidak pernah kita pikirkan keberadaannya, kemungkinan terbesarnya
menjadi sangat rentan terhadap masalah penyalahgunaan obat-obatan baik obat-
obat yang dijual bebas, obat-obat keras, maupun Napza yang mudah diperoleh
dari transaksi gelap (Atmadja, 2007).
Meningkatnya jumlah anak-anak yang hidup di jalan dapat dikatakan
seiring dengan meningkatnya pembangunan beberapa sektor di kota Yogyakarta.
Masalah meningkatnya jumlah anak-anak jalanan di kota Yogyakarta ini juga
sejalan dengan bertambah kompleksnya masalah dari kota Yogyakarta itu sendiri,
salah satu masalah yang timbul adalah masalah penyalahgunaan obat-obat keras
pada anak-anak jalanan (Anonim, 2007a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Apabila kita cermati, penyalahgunaan obat diluar tujuan medis tanpa
adanya pengawasan dokter terjadi berulang kali secara teratur dan dalam jumlah
berlebihan sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, pendidikan,
maupun dalam kehidupan sosial. Penyalahgunaan obat amat sangat berbeda
dengan penggunaan obat dalam penggunaan medis, karena dalam penggunaan
medis terdapat petunjuk yang jelas mengapa obat tersebut digunakan untuk
mengobati penyakit (Joewana, 2000).
Penyalahgunaan obat-obatan, baik obat-obat keras maupun jenis
psikotropika pada anak-anak jalanan terutama pada anak-anak jalanan di kota
Yogyakarta yang terpusat di Benteng Vredenburg di jalan Malioboro mempunyai
tujuan yang bervariasi, antara lain dengan tujuan ingin mencoba, ingin diakui di
dalam kelompoknya, mencari kesenangan dan hiburan, untuk melepaskan diri dari
permasalahan yang berat, hingga pada akhirnya sampai pada taraf intensif atau
teratur dimana seseorang telah tergantung pada obat-obatan secara fisik dan
mental. Obat-obatan yang banyak dan sering dikonsumsi anak-anak jalanan di
depan Benteng Vredenburg kota Yogyakarta adalah obat triheksifenidil yaitu jenis
obat keras yang mempunyai efek pada sistem saraf otonom, karena obat jenis ini
relatif lebih murah daripada narkotika tetapi mempunyai efek yang hampir sama
dengan narkotika.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan
obat-obatan pada anak-anak jalanan di kota Yogyakarta, salah satunya adalah
upaya pencegahan. Upaya ini dilakukan untuk mengubah sikap perilaku dan cara
pikir dari kelompok individu yang sudah mempunyai kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
menyalahgunakan obat golongan psikotropika maupun obat lainnya serta
melakukan tindak pidana dari perdagangan dan pengedarannya secara gelap
(Anonim, 2007b).
A. Permasalahan
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
Seperti apakah karakteristik dan gambaran dari tindakan penyalahgunaan
obat triheksifenidil pada anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terpusat di
depan Benteng Vredenburg ?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai penelitian awal untuk mengetahui
karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan obat keras jenis triheksifenidil
dikalangan anak-anak jalanan di kota Yogyakarta.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
langkah awal untuk mengetahui karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan
obat keras jenis triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan daerah Benteng
Vredenburg kota Yogyakata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
2. Manfaat praktis
Manfaat secara praktisnya adalah sebagai sebuah acuan akan penelitian
lebih lanjut berkenaan dengan tingkat edukasi atau pengetahuan akan manfaat dan
bahaya obat yang dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan, maupun penelitian
sosial yang berkaitan dengan anak-anak jalanan dan permasalahannya.
D. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan permasalahan
NAPZA, seperti “Profil Penyalahgunaan NAPZA di Jakarta, Bandung, dan
Surabaya”, dan penelitian tentang “Jumlah Pecandu Narkoba disebuah Universitas
Swasta di Jakarta”. Namun sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dari penyalahgunaan
triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan di depan Benteng Vrendenburg kota
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat pengguna obat dapat juga disebut perilaku
konsumen. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sarwono, 1989).
Beberapa faktor di dalam perilaku yang dapat mempengaruhi individu
untuk mengambil keputusan, menurut McLeish (1986), faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu
sendiri yang terdiri dari motivasi, pengamatan, pembelajaran, kepribadian, dan
konsep diri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
individu itu sendiri, terdiri dari kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial,
keluarga, pergaulan, maupun yang bersifat hasutan.
1. Teori Aksi Max Weber
Max Weber mengembangkan teori aksi, yang populer disebut sebagai
teori bertindak. Webber berpendapat bahwa individu melakukan suatu
tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas
suatu obyek stimulus atau situasi tertentu (Sarwono, 1989). Teori ini terus
dikembangkan oleh Parsons bersama Talcott yang menyatakan bahwa aksi
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
merupakan respons mekanik terhadap suatu stimulus bukan perilaku,
sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut
Parsons, yang utama bukanlah tindakan individu, melainkan norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku (Sarwono, 1989).
Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons (Sarwono, 1989)
Kondisi obyektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu
nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Parsons
melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem,
yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepibadian dari masing-masing
individu. Keterkaitan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan
peranannya. Individu menduduki suatu tempat tertentu dalam setiap sistem
sosial dan akan bertindak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku yang
dibuat oleh sistem aturan tersebut, serta perilaku individu ditentukan pula oleh
tipe kepribadiannya (Sarwono, 1989).
Stimulusa.
Pengalaman
Persepsi
Pemahaman
Penafsiran
individu
Tindakan
Sistem sosial
Sistem budaya
Sistem kepribadian
b.
Individu
Teori aksi Weber
Teori aksi Parsons
Perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
2. Teori Adopsi Inovasi Rogers
Di dalam masyarakat modern, selain adopsi perilaku, terdapat pula
proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dapat disebabkan oleh
adanya sesuatu gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang
diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal sebagai
innovation decision process. Terdapat lima tahap dalam proses ini, yaitu
mengetahui atau menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh
perhatian terhadap ide tersebut (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan
bila menyukainya maka setuju untuk menerima ide atau hal baru tersebut
(adoption).
Pengetahuan
Keputusan
pertimbangan Diterima (adopsi)
Penguatan
Tetap adopsi
Ditolak
Ditolak Tetap ditolak
Adopsi
Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers ( Sarwono, 1989)
Teori ini terus dikembangkan oleh Rogers dengan melakukan
pengamatan di lapangan. Penelitian di lapangan serta penelitian mengenai
penerapan teori ini ternyata membuat Rogers menyimpulkan bahwa proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
adopsi tidaklah berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kelak
dapat berubah sebagai akibat dari pengaruh llingkungannya. Oleh karena itu
Rogers mengubah teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi
empat tahap, yaitu :
1. Tahap knowledge
Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang
berkaitan dengan suatu ide baru, hal ini menimbulkan minat untuk
mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik yang baru dikenal dan fase
ini dipengaruhi oleh petugas kesehatan.
2. Tahap persuasion
Untuk membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna
bersedia menerima obyek atau topik yang diajukan tersebut, tergantung
daripada hasil persuasi petugas atau pendidik kesehatan.
3. Tahap decision
Pada tahap ini, dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru
menolak ide tersebut. Namun sebaliknya, petugas kesehatan tidak cepat
merasa puas jika suatu ide diterima.
4. Tahap confirmation
Pada tahap ini individu telah memasuki sebuah proses penguatan
(confirmation), yaitu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan
yang telah diambil tersebut. Bila lingkungan memberikan respon positif /
mendukung keputusan yang diambil, maka perilaku yang baru dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
dipertahankan. Sedangkan bila bila ada keberatan dan kritik dari
lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka biasanya adopsi itu
tidak jadi dipertahankan dan individu akan kembali lagi pada perilaku
semula (Sarwono, 1989).
3. Teori Perilaku Lawrence Green
Lawrence mencoba untuk menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor dari luar perilaku
(non behavior causes). Faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor :
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas dan atau sarana-
sarana kesehatan seperti Puskesmas, obat-obatan, alat-kontrasepsi, jamban,
dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan yang secara langsung merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
(Sarwono, 1989)
Pada dasarnya pemilihan-pemilihan perilaku yang ingin dan atau telah
diadopsi oleh setiap individu pasti melewati tahap-tahap penilaian secara pribadi.
Pemilihan dan adopsi perilaku dapat dipengaruhi atas tiga faktor dalam pemilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
perilaku, yaitu :
a. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu
kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku.
Motivasi tersebut timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang
harus dipenuhi. Keinginan tersebut akan mendorong individu untuk
melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai (Sarwono, 1989).
Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu dorongan kebutuhan dan
keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.
Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan tersebut dapat berasal
dari dalam individu sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (McLeish, 1986).
b. Pengetahuan
Pengetahuan sebagai unsur-unsur yang mengisi akal dan alami jiwa
seseorang yang sadar, yang secara nyata terkandung di dalam otaknya.
Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep, dan fantasi
akan berbagai hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya
(McLeish, 1986).
c. Tindakan
Setelah individu mengetahui stimulus atau rangsangan dan
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap obyek baru tersebut, proses
selanjutnya individu akan menyikapinya dengan sebuah tindakan. Faktor-
faktor dukungan dari pihak lain yang mendukung seperti teman, saudara,
lingkungan, dan lain-lain juga sangat berpengaruh dari pengambilan tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
individu tersebut (McLeish, 1986).
Secara garis besar kita dapat menyimpulkan bahwa setiap perilaku-
perilaku yang ada di kelompok masyarakat berawal dari sebuah pandangan dari
masyarakat itu sendiri. Pandangan yang dianggap benar oleh sebuah kelompok
masyarakat akan menjadi sebuah pembelajaran dimana pandangan-pandangan
yang dianggap benar tersebut akan melalui proses pertimbangan, pengkajian,
pengambilan keputusan, serta penguatan sehingga akan mengalami penolakan
ataupun menjadi sebuah perilaku yang dapat diterima dan diadopsi.
Perkembangan dari pengambilan keputusan untuk kemudian menjadi
perilaku ini terjadi pada setiap anggota masyarakat, tidak terkecuali pada
komunitas anak-anak jalanan, dimana setiap anggota dari komunitas anak-anak
jalanan mengalami proses-proses dalam mengadopsi sebuah perilaku yang berlaku
pada komunitas tersebut. Sebelum itu, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu
profil anak-anak jalanan secara umum baik dari definisi, hingga alasan mereka
mereka mengadopsi perilaku yang menyimpang dari pandangan masyarakat
secara umum.
B. Anak-anak Jalanan
Sampai saat ini ada berbagai definisi tentang anak-anak jalanan. Tetapi
anak-anak jalanan adalah istilah yang disepakati pada Konvensi Nasional untuk
mendefinisikan anak-anak atau remaja yang menggunakan sebagian besar atau
seluruh waktunya untuk bekerja dijalanan dari kawasan urban (Permadi, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Alasan yang paling sering terdengar dari hampir semua anak-anak jalanan
ini mengapa mereka sampai harus bekerja dijalanan adalah karena motivasi
ekonomi dan adanya masalah keluarga.
Dengan bekal seadanya, mereka tetap mencoba untuk mengintip peluang
ekonomi yang muncul dari kehidupan jalanan. Variasi kerja sebagai mata
pencaharian dari anak-anak jalanan ini amatlah beragam, yaitu : pengamen,
tukang semir sepatu, penjual koran, pengemis, tukang parkir, dan sebagainya.
Anak-anak jalanan merupakan kelompok yang sangat berbeda dari anak-
anak normal yang hidup bersama keluarga di rumah dimana terdapat orang-orang
yang siap melindungi dari berbagai macam ancaman. Sebaliknya banyak anak-
anak jalanan yang harus hidup tanpa keluarga, rumah, pendidikan yang layak, dan
selalu berinteraksi dengan anak-anak jalanan yang lainnya serta menghadapi
ancaman seorang diri (Anonim, 2007b).
Akibatnya perilaku serta kematangan emosional dari anak-anak jalanan
seringkali terlihat jauh menyimpang dibandingkan anak-anak seusianya yang
hidup normal. Banyak penyimpangan yang dapat dijumpai pada anak-anak
jalanan, seperti penyalahgunaan obat-obatan baik obat-obatan yg dijual bebas
maupun Napza, seks bebas, perilaku yang menjurus agresif dan impulsif
merupakan bentuk-bentuk pola kehidupan yang kemudian menjadi erat
bersinggungan dengan hidup keseharian mereka (Permadi,1997).
Komunitas anak-anak jalanan relatif tertutup dari dunia luar, tetapi
pengaruh sesamanya (sesama anak-anak jalanan) dapat sangat kuat. Dengan
demikian penyalahgunaan akan konsumsi obat-obatan kemungkinan besar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
pengaruh teman-teman jalanan yang lainnya, sehingga adopsi perilaku
penyalahgunaan obat-obatan akan sangat cepat diadopsi di kalangan anak-anak
jalanan itu sendiri (Anonim, 2007b).
Meskipun dalam Kedokteran, beberapa golongan obat keras, narkotika dan
psikotropika masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau
digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan, terlebih lagi bila
disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu
maupun masyarakat luas khususnya generasi muda (Anonim, 2007b).
C. Saraf
Sistem saraf manusia merupakan suatu jalinan jaringan saraf yang
kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Tugas dari sistem saraf adalah mengkoordinasi, mentafsirkan, dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sistem tubuh yang penting ini
juga mengatur kebanyakan aktifitas sistem-sistem tubuh lainnya. Sistem saraf
berfungsi sebagai berikut : menerima rangsang, baik dari lingkungan maupun dari
dalam tubuh sendiri, mengubah rangsang dalam perangsangan saraf dan
memprosesnya, serta mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-
impuls yang dibebaskan dari pusat ke perifer.
Dari sudut pandang anatomi dan sekaligus berdasarkan fungsinya, saraf
dibedakan menjadi dua sistem, yaitu Sistem Saraf Pusat (SSP) yang meliputi otak
dan sumsum tulang belakang; dan sistem saraf perifer yang meliputi serabut-
serabut hantar dari SSP ke perifer dan dari perifer ke SSP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
Penggolongan lebih lanjut adalah pembagian atas Sistem saraf otonom
(vegetatif) yang bekerja tidak di bawah kemauan, dan sistem saraf somatik atau
sistem saraf yang bekerja di bawah kemauan (Mutschler, 1991).
Unsur penyusun neuron (sel saraf) adalah badan sel (soma, perikaryon)
dengan inti sel, badan golgi, badan Nissl; dan serabut saraf yang terdiri dari akson
(silinder aksis), neurit (cabang yang panjang), dan dendrit (cabang yang pendek).
(Mutschler, 1991).
1. Jalannya rangsang pada sel saraf
Impuls saraf dari SSP hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor
melalui pelepasan suatu zat kimia yang khas yang disebut transmitor
neurohormonal ( = transmitor). Pada keadaan potensial istirahat pada akson,
membran sel dalam keadaan potensial negatif, hal ini diakibatkan oleh kadar ion
K di dalam sel saraf 40 kali lebih besar daripada kadarnya diluar sel, sedangkan
ion Na dan Cl jauh lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan ini ion Na tidak dapat
memasuki sel. Bila ada depolarisasi akibat rangsangan dari luar yang mencapai
ambang rangsang, maka permebilitas terhadap ion Na sangat meningkat sehingga
Na masuk ke dalam sel dan menyebabkan potensial negatif tadi menjadi netral
dan atau bahkan menjadi positif ( = polarisasi terbalik). Kejadian ini diikuti oleh
repolarisasi, yaitu kembalinya potensial istirahat dengan terhentinya pemasukan
ion Na dan keluarnya ion K. Perubahan potensial tersebut disebut potensial aksi
(impuls) saraf (Darmansjah, Setiawati, dan Gan, 1995).
Suatu transmisi neurohormonal tidak selalu menyebabkan depolarisasi,
tetapi juga menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi disebabkan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
akibat meningkatnya permeabilitas dari ion K (Darmansjah dkk, 1995).
2. Sistem saraf menurut fungsi
a. Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (kranial), yaitu saraf-
saraf yang keluar dari otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi dari
sistem saraf sadar ini adalah untuk mengatur gerakan-gerakan yang
dipengaruhi kemauan (yang diatur oleh sistem piramidal), dan mengatur
berlangusngnya gerakan-gerakan terlatih (yang diatur oleh sistem
ekstrapiramidal) seperti berjalan, naik sepeda, mimik dan sebagainya
(McLeish, 1986).
b. Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing
jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut saraf praganglion, dan
yang berada pada ujung ganglion disebut saraf postganglion.
Sistem saraf otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang
karena ganglion menempel pada organ yang dibantu (Anonim, 2007c).
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus
vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak
lain dan saraf sumsum sambung (Darmansjah dkk, 1995).
Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom
Organ Kerja setelah perangsangan
Simpatikus Parasimpatikus Jantung
frekuensi kekuatan kontraksi
Meningkat Meningkat
Menurun Menurun
Paru-paru Otot bronkus
Relaksasi
Kontraksi
Kelenjar air ludah Sekret kental Banyak sekret encer Peristaltik saluran cerna Diperlemah Diperkuat Kandungan empedu Relaksasi Kontraksi
(Mutschler, 1991)
Susunan saraf otonom berfungsi sebagai pengatur (regulator),
penyelaras, dan koordinator aktifitas viseral vital (Noback, 1982). Sistem saraf
otonom berguna untuk memelihara keseimbangan dalam organisme (sistem
keseimbangan dalam) dimana sistem ini mengatur fungsi-fungsi organ yang tidak
dibawah kemauan dan kesadaran, seperti :
1. Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung dan
khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.
2. Pernafasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi pernafasan
dan penyempitan atau penyempitan otot bronkus.
3. Peristaltik saluran cerna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
4. Tonus semua otot polos lainnya seperti kandung empedu, ureter, kandung
kemih, dan
5. Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, kelenjar
usus, dan kelenjar-kelenjar lain (Mutschler, 1991).
Sistem vegetatif eferen pada simpatikus dan parasimpatikus masing-
masing terdiri dari 2 neuron. Dari neuron yang satu rangsang dari sistem saraf
pusat dihantarkan ke suatu ganglion vegetatif, di sini terjadi perangsangan pada
neuron kedua yang menuju organ yang dituju. Berdasarkan hubungan dengan
ganglion, neuron pertama disebut neuron preganglion dan neuron kedua disebut
neuron postganglion (Noback, 1982).
Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik; sebaliknya,
kejadian somatik dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Sebagai contoh
denyut jantung bertambah cepat saat kita berolah raga, mengecilnya pupil dan
menyipitkan mata saat mata menerima kelebihan cahaya, dan sebagainya
(Mutschler, 1991).
D. Psikotropika
1. Definisi psikotropika
Psikotropika di dalam Undang-undang RI nomor 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan yang khas pada aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
mental dan perilaku (Anonim, 1997).
Santoso dan Wiria (1995) juga mendefinisikan psikotropika sebagai obat
yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis dan berpengaruh pada
kelakuan seseorang.
2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika
Berdasarkan potensi sindroma ketergantungan yang ditimbulkan, maka psikotropika dibagi dalam empat golongan : a. Psikotropika golongan I, adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi obat, serta mempunyai potensi amat kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan (Anonim, 1997).
Selain psikotropika golongan IV masih terdapat obat-obat lain yang
digolongkan sebagai obat keras. Jenis obat ini tidak menimbulkan ketergantungan
secara fisik tetapi menimbulkan ketergantungan secara psikologis dimana obat
keras masuk dalam “Daftar G” (Gevaarlick). Oleh karena, pengaturan,
pembinaan, dan pengawasannya tunduk kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Anonim, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan.
Berdasarkan penggunaannya dibidang kedokteran, psikotropika dibagi
dalam empat golongan, seperti yang ditunjukkan pada table 2, yaitu :
a. Antipsikosis / neuroleptik
Yaitu obat atau bahan yang bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun
kronik dan mempunyai ciri terpenting berupa kegunaannya untuk
mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosi pada pasien
psikosis. Obat golongan ini tidak menyebabkan koma maupun anesthesia
pada penggunaan dosis besar, dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal
yang reversibel/ireversibel, dan tidak ada kecenderungan untuk
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.
b. Antiansietas
Yaitu obat atau bahan yang berguna dalam pengobatan simtomatik
penyakit psikoneurosis dan sebagai obat tambahan pada terapi penyakit
somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental.
Penggunaannya pada dosis tinggi jangka lama dapat menimbulkan
ketergantungan psikis dan apabila dibandingkan dengan sedatif yang
sudah lebih lama dikenal, antiansietas tidak begitu banyak menimbulkan
rasa kantuk.
c. Antidepresi
Yaitu obat untuk mengatasi depresi mental. Obat ini terbukti dapat
menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis
skizofrenia lainnya. Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
normal.
d. Antipsikotogenik
Yaitu obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai
halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan perubahan dalam perasaan.
Obat baru digolongkan sebagai psikotogenik apabila mampu menimbulkan
keadaan psikosis tanpa delirium dan disorientasi (Santoso dkk., 1995).
Pemerintah dan masyarakat telah berjuang untuk memberantas pengedaran
dan penyalahgunaan obat-obatan di Indonesia, baik psikotropika, narkotika,
maupun obat keras lainnya. Dibuktikan dari beberapa undang-undang yang
berhasil dibentuk oleh pemerintah, antara lain Undang-undang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika, dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika.
Disamping itu MPR-RI juga telah mengeluarkan Ketetapan MPR-RI No:
VI/MPR/2002, yang merekomendasikan kepada presiden sebagai berikut :
1. melakukan tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku terhadap
produsen, pengedar, dan pemakai serta melakukan langkah koordinasi
yang efektif, antisipatif, dan edukatif dengan pihak terkait dan
masyarakat.
2. mengupayakan untuk meningkatkan anggaran guna melakukan
rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya. (Satriyo, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Tabel 2. Penggilongan obat psikotropika
a. Obat antipsikosis
i. Derivat fenotiazin
1. Senyawa dimetilaminopropil Klorpromazin, Promazin, Triflupromazin
2. Senyawa piperidil Mepazin, Tioridazin
3. Senyawa piperazin Asetofenazin, Proklorperazin, Karfenazin, Trifluoperzin, Tiopropazat,
Flufenazin, Perfenazin
ii. Non fenotiazin
Klorprotiksen
iii. Butirofenon
Haloperidol
b. Obat antiansietas
i. Benzodiazepin : Diazepam, Klordiazepoksida, Klorazepat
ii. Golongan lain
c. Obat antidepresi
i. Penghambat monoaminoksidase (MAO)
Isokarboksazid, Nialamid, Fenelzin
ii. Senyawa dibenzazepin
Imipramin, Desmetilimipramin, Amitriptilin, Desmetilamitriptilin
iii. Senyawa lain
Amoksapin, Maprotilin, Trazadon, Fluoksetin, Bupropion, nomifensin,
Mianserin
d. Obat antipsikotogenik
Meskalin, LSD-25
(Santoso dkk., 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Menurut Instruksi Presiden RI nomor 3 tahun 2002, dampak
penyalahgunaan narkoba dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Depresan
Merupakan obat penenang (sedatif) yang bekerja untuk menekan
sistem saraf pusat dan saraf otonom. Zat –zat ini memberikan rasa rileks yang
bersifat artifisial dan mengurangi ketegangan/kegelisahan serta tekanan
mental. Namun obat jenis ini cenderung mengakibatkan ketergantungan secara
psikologis. Upaya untuk mengatasi ketergantungan terhadap obat-obatan jenis
ini sangat berat. Contoh obat depresan misalnya obat tidur (barbiturat)
2. Stimulan
Merupakan zat yang meningkatkan aktivitas, memperkuat, dan
meningkatkan aktivitas dari sistem saraf pusat dan saraf otonom. Stimulan
bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi nafsu makan
(Atmadja, 2007).
Stimulan dapat mendorong simptom yang bersifat memabukkan
seperti meningkatnya denyut jantung, membesarnya pupil, meningkatnya
tekanan darah, serta mual-mual dan muntah, menyebabkan tremor/gemetar.
Dampak penggunaan jangka panjangnya berupa mual-mual, tidak bisa tidur
(insomnia), kehilangan berat badan dan depresi. Selain itu obat-obat jenis ini
dapat menyebabkan tindak kekerasan dan perilaku agresif hingga dapat
menyebabkan sakit jiwa (delusional psychosis).
Obat-obatan atau zat yang termasuk dalam kategori ini antara lain
adalah amfetamin, dan zat penghilang nafsu makan sintetis seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
phenmetrazin dan methilpenidat (Satriyo, 2003).
3. Halusinogen
Halusinogen adalah sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk
memproduksi spektrum pengubah rangsangan indera yang jelas, perasaan dan
pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen bisa berbeda pada
pemakainya, mulai dari perasaan gembira hingga sampai perasaan ngeri yang
luar biasa (Atmadja, 2007).
Halusinogen secara kimiawi sangat beragam dan dapat mengakibatkan
perubahan mental yang hebat seperti euphoria, gelisah, penyimpangan
(distorsi) sensorik, halusinasi yang benar-benar “nyata” (merusak persepsi),
mengganggu denyut jantung dan tekanan darah, berkhayal, ketakutan,
paranoia (kekecewaan), dan depresi.Yang termasuk dalam zat atau obat jenis
ini adalah, ekstasi, dan mescalin (Satriyo, 2003).
Pengkonsumsian napza (narkotika, psikotropika, dan zat aditif
lainnya) pada dasarnya akan dapat dirasakan dengan segera. Penyalahgunaan
napza dalam jangka waktu tertentu akan berpengaruh pada fungsi dari sistem
saraf, dengan terus meningkatnya kebutuhan untuk mengkonsumsi napza akan
menyebabkan ketergantungan secara fisik dan psikologis yang dapat berakibat
pada over dosis akut dan bahkan kematian yang disebabkan pada depresi
pernafasan (Atmadja, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
E. Antikolinergik
CCH2
OH
CH2
N
Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil (Mutschler, 1991) Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil (Mutschler, 1991)
1. Definisi 1. Definisi
Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan
parkinsonisme. Prototipe kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam
kelompok ini adalah : bipiriden, prosiklidin, penztropin, dan antihistamin dengan
efek antikolinergik difenhidramin dan etopropazin.
Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan
parkinsonisme. Prototipe kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam
kelompok ini adalah : bipiriden, prosiklidin, penztropin, dan antihistamin dengan
efek antikolinergik difenhidramin dan etopropazin.
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja :
Dasar kerja obat ini ialah mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan
pada ganglia basal.
Dasar kerja obat ini ialah mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan
pada ganglia basal.
Efek antikolinergik perifer pada obat ini relatif lemah daripada atropin,
dimana atropin maupun alkaloid beladon lainnya (yang merupakan obat pertama
sebagai antiparkinson) mempunyai efek perifer yang terlalu mengganggu (Gan,
1995).
Efek antikolinergik perifer pada obat ini relatif lemah daripada atropin,
dimana atropin maupun alkaloid beladon lainnya (yang merupakan obat pertama
sebagai antiparkinson) mempunyai efek perifer yang terlalu mengganggu (Gan,
1995).
2. Farmakodinamik 2. Farmakodinamik
Triheksifenidil berefek sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin, Triheksifenidil berefek sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
triheksifenidil memperlihatkan potensi antispasmodik (bersifat menghambat
gerakan peristaltik lambung dan usus) setengah daripada atropin, efek midriatik
sepertiganya, dan efek terhadap kelenjar ludah dan vagus sepersepuluhnya.
Seperti atropin, triheksifenidil dalam dosis besar menyebabkan perangsangan otak
(Gan, 1995).
3. Farmakokinetik
Tidak banyak data farmakokinetik yang diketahui tentang triheksifenidil,
itu dikarenakan pada saat obat ini ditemukan, farmakokinetika belum
berkembang. Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa dan
bromokriptin (Gan, 1995).
Kadar puncak triheksifenidil tercapai setelah 1 – 2 jam. Masa penuh
eliminasi terminal antara 10 – 12 jam. Jadi pemberian 2 kali sehari sudah
mencukupi, tidak 3 kali sehari sebagaimana yang dilakukan sekarang ini (Gan,
1995).
4. Efek terapi
Pemberian triheksifenidil khususnya bermanfaat terhadap parkinsonisme
akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, temasuk juga antiemetik turunan
fenotiazin, yang menimbulkan gangguan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor
dopamin di otak. Penambahan antikolinergik golongan ini secara rutin pada
pemberian neuroleptik tidak dibenarkan, kemungkinan timbulnya akinesia tardif.
Triheksifenidil juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhoea) dan
suasana perasaan. Selain pada parkinson, triheksifenidil juga digunakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
sindrom atetokoriatik, totikolis spastik, dan spasme fasialis (Gan, 1995).
5. Efek samping
a. Efek samping sentral.
Dapat berupa gangguan neurologik, yaitu ataksia (kehilangan kontrol
gerak), disartia, hipertermia (kenaikan suhu tubuh), gangguan mental
seperti pikiran kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma
(Gan, 1995).
b. Efek samping perifer.
Dapat berupa mulut kering, gangguan miksi, meteorisme sering terjadi
tetapi tidak membahayakan. Muka merah setelah pemberian dapat terjadi
setelah pemberian obat ini, reaksi tersebut bukan reaksi alergi melainkan
efek samping sehubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah wajah
(Gan, 1995).
Triheksifenidil juga dapat menyebabkan kebutaan akibat komplikasi
glaukoma sudut tertutup, terutama terjadi bila dosis harian 15-30 mg sehari. Pada
pasien glaukoma sudut terbuka yang mendapat miotik, antikolinergik cukup aman
digunakan (Gan, 1995).
Dilihat dari potensi triheksifenidil untuk menyebabkan ketergantungan
secara psikis, maka triheksifenidil dapat dimasukkan ke dalam golongan “daftar
G”. Disamping itu juga bahwa triheksifenidil masuk ke dalam golongan
antikolinergik, dimana triheksifenidil adalah obat yang berguna untuk terapi
penyakit Parkinson dan mempunyai potensi yang lemah untuk menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
ketergantungan (Anonim, 1997).
Tabel 3. Obat Antikolilnergik sentral
Obat Dosis oral Sediaan Triheksifenidil
2 mg, 2-3 kali sehari, rentang dosis 10-20 mg/hari tergantung respons dan penerimaan.
Triheksifenidil tablet 2mg, 5 mg.
Biperiden HCl atau laktat
Prosiklidin
0,5-2 mg, 2-4 kali sehari
5 mg, 2-3 kali sehari. Rentang dosis 20-30 mg/hari
Bipiriden tablet 2 mg
Tablet 5 mg
Benztropin mesilat 0,5-1 mg/hari diberikan malam hari. Rentang dosis 4-6 mg/hari Oral:dewasa 25mg 3Xsehari
Anak 5 mg/kg/hari dalam 4 dosis.
IM : dewasa 10-50 mg Anak = dosis oral maksimum 400mg/hari
Tablet 0,5; 1; dan 2 mg Kapsul 25 mg Injeksi 10 mg/ml
(Gan, 1995)
F. Perilaku Penyalahgunan Obat-obatan
Bila dipandang dari sisi sosial, terdapat faktor-faktor yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Terutama dalam kehidupan remaja, faktor lingkungan
dimana seorang remaja itu tumbuh akan sangat berpengaruh dalam perilaku
penyalahgunaan obat. Adapun berbagai macam faktor secara sosial dapat
dipandang sebagai faktor penyebab dalam perilaku penyalahgunaan obat.
1. Faktor individual :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang
mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.
Ciri - ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan napza:
a. cenderung memberontak.
b. memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c. perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada.
d. kurang percaya diri.
e. mudah kecewa, agresif dan destruktif.
f. murung, pemalu, pendiam.
g. merasa bosan dan jenuh.
h. keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan.
i. keinginan untuk mencoba.
j. identitas diri kabur.
k. kemampuan komunikasi yang rendah.
l. putus sekolah.
m. kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
Lingkungan keluarga :
a. komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b. hubungan kurang harmonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
c. orang tua yang bercerai, dan atau menikah lagi.
d. orang tua terlampau sibuk, kurang memperhatikan anak.
e. orang tua yang otoriter.
f. kurangnya orang yang menjadi tauladan dalam hidupnya.
g. kurangnya kehidupan beragama.
Lingkungan sekolah :
a. sekolah yang kurang disiplin.
b. sekolah dekat dengan tempat hiburan.
c. sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif.
d. adanya murid pengguna napza.
Lingkungan teman sebaya :
a. berteman dengan penyalahguna.
b. tekanan atau ancaman dari teman.
Lingkungan masyrakat / sosial :
a. lemahnya penegak hukum.
b. situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
(Anonim, 2007b)
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang
kelak menjadi penyalahguna obat-obatan. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor
diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna obat.
(Anonim, 2007b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
G. Penyalahgunaan Psikotropika
1. Definisi penyalahgunaan psikotropika
Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997 tentang
psikotropika menyebutkan, penyalahgunaan psikotropika yang dalam
pengertian lain disebut penggunaan secara merugikan adalah penggunaan
psikotropika tanpa pengawasan dokter (Anonim, 1997).
2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika
Tidak semua zat atau obat dapat menimbulkan adiksi dan dependensi
pada pemakainya. Beberapa zat tertentu dapat menyebabkan adiksi dan
dependensi. Ciri-ciri dari adiksi dan dependensi adalah sebagai berikut.
a. keinginan yang tak tertahankan terhadap zat yang dimaksud dan kalau
perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.
b. kecenderungan untuk menambah dosis sesuai dengan toleransi tubuh.
c. ketergantungan psikis apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan gejala psikis yang
lainnya.
d. ketergantungan fisik apabila pemakaian zat ini dihentikan akan
menimbulkan gejala putus obat (Hawari, 1995).
3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika
Bahaya dan resiko dari penyalahgunaan psikotropika ini dapat
dibedakan menjadi resiko dari segi hukum dan resiko dari segi kesehatan.
Dilihat dari segi kesehatan, penyalahgunaan psikotropika dalam jangka waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
tertentu dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen, over dosis,
bahkan dapat menyebabkan kematian (Atmadja, 2007).
Selain itu penyalahgunaan psikotorpika juga mendapatkan sangsi dari
segi hukum. Seperti yang diketahui dari Undang-undang Republik Indonesia
nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika, maka semua orang yang terlibat
dalam penyalahgunaan psikotropika dapat dikenai sanksi berupa hukuman
penjara maupun denda. Mereka yang dapat dijerat hukum melalui Undang-
undang tersebut mencakup produsen, penyalur, dan pemakai dengan tingkatan
hukuman dan atau denda yang bervariasi (Satriyo, 2003)
H. Keterangan Empiris
Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif non analitik untuk mengetahui
gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi Anak-anak jalanan di Jalan
Malioboro kota Yogyakarta berkaitan dengan penyalahgunaan obat triheksifenidil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan tujuan utamanya
adalah melakukan penggambaran terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik
yang berupa faktor resiko maupun efek. Penelitian ini hanya mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena penyalahgunaan obat jenis triheksifenidil yang amat
sering terjadi dikalangan anak-anak jalanan tanpa mecoba untuk menganalisis
bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi (Pratiknya, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan langkah-langkah awal bagi
penelitian selanjutnya tentang penyalahgunaan obat-obat keras terutama obat
triheksifenidil yang paling banyak dikonsumsi oleh anak-anak jalanan di kota
Yogyakarta khususnya di kawasan Malioboro (depan Benteng Vredenburg).
B. Batasan Operasional
1. Penyalahgunaan obat triheksifenidil yang lebih dikenal dengan sebutan
“triplex” yang beredar di kalangan anak-anak jalanan yang dipengaruhi
banyak faktor, antara lain adalah keinginan diri sendiri (coba-coba),
hingga faktor pengaruh lingkungan (pengaruh dari teman anak-anak
jalanan yang lainnya).
2. Tingkat pengetahuan akan obat triheksifenidil yang dikonsumsi.
Pengetahuan tersebut meliputi efek terapi, efek samping, dan faktor resiko
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
dalam pengkonsumsian obat-obatan tersebut.
3. Anak-anak jalanan di Jalan Malioboro Yogyakarta yang masih aktif
mengkonsumsi triheksifenidil, yang pada saat waktu pengambilan data
terdapat dilokasi (di depan Benteng Vredenburg).
C. Subyek dan Tempat
Populasi adalah keseluruhan sumber data penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, peristiwa-
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian (Nawawi, 1983).
Di dalam penelitian in populasi penelitian yang dimaksud adalah wilayah
di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarata. Responden adalah kelompok-
kelompok anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terkonsentrasi di depan
Benteng Vredenburg yang pada waktu penelitian bersedia menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti lewat kuisioner. Kriteria inklusinya adalah
anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifeidil dan selalu ada
di wilayah Jalan Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg dan pada
saat pengambilan data sedang berada di sekitar wilayah tersebut.
D.Teknik Sampling
Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah accidental
sampling yaitu data yang diambil dari responden secara kebetulan atau responden
mau bekerjasama (Sarwanto dan Kuntara, 2003). Pemilihan metode ini mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
anak-anak jalanan yang bersedia untuk bekerja sama terbatas jumlahnya, maka
sampling unit diterima asalkan bersedia bekerja sama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
panduan wawancara dan lembar kuesioner. Panduan wawancara dibuat
berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan dimaksudkan untuk memperjelas
hasil survei kuisioner.
F. Tata Cara Penelitian
1. Analisis situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Pengumpulan informasi
dilakukan dengan pendekatan pribadi selama kurang lebih 8 bulan, pengumpulan
informasi ini juga dibantu oleh anak jalanan yang bersangkutan karena lebih
mengetahui medan di lokasi tersebut dan lebih mempermudah dalam sosialisasi
dengan subyek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali lebih dalam
keterangan yang dibutuhkan untuk membuat pertanyaan kuisioner sehingga dapat
berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal dan pembicaraan
yang dikaitkan dengan permasalahan serta untuk klarifikasi jawaban kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan
Dalam penelitian ini dipergunakan teknik komunikasi tidak langsung
dengan angket atau kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Angket atau
kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis
pula oleh responden.
Uji coba atau validasi kuisioner dilakukan untuk mengetahui apakah
responden telah mengerti maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa beberapa pertanyaan semi
terbuka dan pertanyaan tertutup.
Untuk pertanyaan tertutup, dalam setiap item disediakan sejumlah
alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden salah satu diantaranya yang
dianggap paling tepat. Sedangkan untuk pertanyaan semi terbuka, disamping
alternatif jawaban yang tersebutkan, tersedia pula tempat untuk memberikan
jawaban secara bebas dan terbatas. Hal ini dimaksudkan apabila menurut
responden diantara alternatif jawaban yang tersedia tidak ada jawaban yang
dianggapnya tepat.
4. Menentukan besar sampel
Ada beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe
penelitian. Menurut Hadari Nawawi, perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
2
21
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ ∗≥
b
zqpn
α
(Nawawi, 1983)
Dimana : n = jumlah sampel minimal p = proporsi jumlah kelompok I (laki-laki) q = proporsi jumlah kelompok II (perempuan)
α∗21z = derajat koefisien konfidensi (95%) dimana bernilai 1,96
b = persentase perkiraan kesalahan dalam penentuan sampel (0,1) (Nawawi, 1983)
Diketahui bahwa jumlah anak-anak jalanan di depan Benteng Vredenburg
adalah berjumlah 220 orang, tetapi dalam penelitian ini yang menjadi
respondennya adalah anak-anak jalanan yang kriterianya adalah masih aktif
menyalahgunakan triheksifenidil. Diketahui dari pendekatan awal diperoleh
sebanyak 120 responden dengan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 17 orang,
dan jumlah laki-laki sebanyak 103 orang.
Perhitungan :
86,0120103
=
=−
=populasijumlah
lakilakijumlahp
14,086,01
1
=−=−= pq
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
α∗21z = 1,96
b = 10% = 0,1
1279,4616,384*121597,01,0
96,114,0*86,02
≥≥
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛≥
nn
n
maka jumlah sampel yang diambil adalah 47 orang (dibulatkan ke atas).
G. Cara pengambilan sampel
Karena penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental
sampling. Pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan dengan mendatangi
responden satu persatu dengan dibantu anak jalanan dan saat mengisi kuisioner
dilakukan pengawasan dan dicatat agar tidak mengisi lebih dari satu kuisioner.
Melihat terbatasnya jumlah anak-anak jalanan yang bersedia untuk bekerjasama,
maka sampling unit diterima asalkan mau bekerjasama (untuk mengisi kuisioner).
H. Pengumpulan dan analisis data
1. Pengumpulan data
Data yang diperoleh akan diolah secara tabulasi data dan pengolahan data secara
hand sorting (pemilihan dengan tangan).
2. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk
mengetahui berapa besar pengaruh lingkungan dan berapa jauhnya pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
dan atau pengalaman tentang obat triheksifenidil yang dikonsumsi oleh individu
yang terkait.
I. Pengambilan kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari kuisioner, berapa besar
pengaruh lingkungan dan berapa jauhnya pengetahuan responden akan obat
triheksifenidil yang sering dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan sehingga
dapat dilakukan penggambaran tentang penyalahgunaan triheksifenidil pada
responden di wilayah Malioboro bagian selatan (depan Benteng Vredenburg).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Anak-anak jalanan dipilih sebagai responden karena sebagian besar
masyarakat mengenal anak-anak jalanan adalah kumpulan anak-anak dan atau
remaja yang hidup bebas di jalanan tanpa memperdulikan aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat pada umumnya. Kebebasan yang tak terkontrol tersebut
menimbulkan keprihatinan akan semakin banyaknya anak-anak jalanan yang
melakukan penyalahgunaan obat-obatan dan semakin hari semakin meningkat.
Obat yang paling sering disalahgunakan oleh anak-anak jalanan di Kota
Yogyakarta adalah triheksifenidil. Triheksifenidil masuk ke dalam obat-obat
keras dimana penyalahgunaan triheksifenidil dilaporkan bersama dengan laporan
psikotropika.
A. Gambaran Umum Pengambilan Data
1. Perhitungan jumlah sampel
Jumlah keseluruhan anak-anak jalanan yang selalu berada di daerah
Benteng Vredenburg adalah 220 orang, tetapi yang menjadi respondennya
dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan dengan kriteria anak-anak
jalanan yang masih aktif mengkonsumsi triheksifenidil hingga penelitian
dilakukan. Responden yang diperoleh hanya 120 orang, dimana terdiri dari 17
orang perempuan dan 103 orang laki laki, kisaran jumlah data tersebut
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
diperoleh dari perhitungan dan keterangan dari anak jalanan yang masih eksis
dilokasi. Berdasarkan rumus perhitungan jumlah sampel minimal dari Hadari
Nawawi, maka dengan menggunakan derajat kofidensi 95% dan kemungkinan
membuat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel / responden sebesar
10% diperoleh jumlah sampel minimal yang dipakai sebesar 47 responden.
Dari perhitungan jumlah responden yang telah dilakukan pada BAB
III, responden minimal yang harus diperoleh adalah sebanyak 47 responden
(dibulatkan ke atas).
Pada penelitian ini, respondennya adalah manusia sehingga semua
hasil perhitungan sampel dapat dibulatkan ke atas. Berdasarkan perhitungan
yang tertera pada BAB III, dimana jumlah responden minimal adalah 47
orang, jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 100 eksemplar dan responden
yang mengembalikan lembar kuisioner sebanyak 50 eksemplar, jadi jumlah
kuisioner telah mencukupi jumlah minimal kuisioner yang hrus diperoleh.
2. Pelaksanaan pengambilan data
Pengambilan data meliputi penyebaran dan pengambilan angket atau
kuisioner. Angket yang disebarkan oleh penulis dengan dibantu oleh beberapa
orang teman anak-anak jalanan juga (yang telah lama eksis di wilayah depan
Benteng Vredenburg) kepada responden, yaitu anak-anak jalanan yang setiap
hari eksis di wilayah tersebut. Kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 100
buah kuisioner, dan yang dikembalikan sebanyak 52 buah tetapi yang dapat
digunakan datanya berjumlah 50 buah kuisioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Angket atau kuisioner yang disebarkan mempunyai jenis campuran,
yaitu berbentuk closed questions, open-closed questions, dan open questions.
Kuisioner yang dikembalikan hanya berjumlah setengahnya, hal ini
disebabkan karena lebih dari separuh anak-anak jalanan di daerah Benteng
Vredenburg tidak percaya lagi dengan pengisian-pengisian kuisioner yang
dilakukan oleh mahasiswa. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei – Juni
tahun 2007. Pengambilan data baru dapat dilakukan pada bulan Mei karena
sebelumnya penulis melakukan pendekatan terlebih dahulu selama kurang
lebih 8 bulan dengan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kehidupan anak-
anak jalanan secara langsung sehingga timbul sebuah rasa percaya antar teman
dengan responden.
Pengambilan data dilakukan dengan cara disebarkan dan langsung
diambil, meskipun demikian separuh dari kuisioner yang dibagikan rusak atau
tidak dikembalikan.
B. Karakteristik Responden
1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan dari data yang terkumpul, seperti yang terdapat pada
tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki
adalah sebanyak 33 orang atau sebanyak 66% dan jumlah responden berjenis
kelamin perempuan adalah 17 orang atau sebanyak 34%. Dari jumlah dan
prosentase yang diperoleh, dapat menunjukkan bahwa pada komunitas anak-
anak jalanan, untuk jenis kelamin laki-laki lebih rentan/lebih beresiko
dibandingkan jenis kelamin perempuan dalam penyalahgunaan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
triheksifenidil. Lebih beresikonya anak-anak jalanan yang berjenis kelamin
laki-laki disebabkan oleh mudah terpengaruhnya responden dengan teman
sesama anak-anak jalanan. Pengaruh tersebut dapat berupa rasa hasutan,
ajakan, hingga tantangan “belum jantan” bila belum meminum triheksifenidil.
Pengaruh yang kuat tersebut menimbulkan rasa ingin tahu dari responden
maupun rasa setia kawan terhadap teman-teman sesama anak-anak jalanan
yang lain. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa lebih dari 50% anak-anak jalanan
yang mengisi kuisioner adalah jenis kelamin laki-laki.
Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis kelamin bulan Mei-Juni 2007
Keterangan Jumlah Prosentase
Laki-laki 33 orang 66%
Perempuan 17 orang 34%
2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir dari responden.
Berdasarkan data distribusi usia responden yang diperoleh dari
kuisioner yang telah disebarkan, seperti yang terlihat pada gambar 4 di atas,
maka batasan usia yang paling banyak menggunakan triheksifenidil adalah
kisaran usia 13 sampai dengan usia 18 tahun dimana hal tersebut berarti
bahwa usia remaja (13 sampai dengan 18 tahun) lebih mudah untuk
dipengaruhi oleh teman dan lingkungan dalam penyalahgunaan baik obat-obat
keras seperti triheksifenidil maupun psikotropika. Mudah terpengaruhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
penggunaan triheksifenidil secara tidak benar menurut aturan terapi yang
tertulis dapat disebabkan banyak faktor. Penulis telah melakukan pendekatan
secara pribadi dan melakukan wawancara, dan menurut narasumber yang tidak
mau disebutkan namanya, bahwa terutama pada kisaran usia tersebut (13-18
tahun), mempunyai rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba hal baru yang
sangat besar.
Tetapi pada usia antara 19 hingga 24 tahun juga dapat bepotensi
besar untuk menyalahgunakan triheksifenidil. Menurut data dalam gambar di
atas dapat dilihat bahwa pada usia tersebut menempati urutan kedua dalam
penyalahgunaan triheksifenidil. Yang lebih memprihatinkan adalah diantara
anak-anak jalanan terdapat anak-anak pada kisaran usia 7-12 tahun yang telah
mengkonsumsi triheksifenidil, dimana menurut data, usia termuda dalam
penyalahgunaan triheksifenidil adalah usia 8 tahun, keadaan ini sangat
memperihatinkan bahwa pada usia semuda itu telah menyalahgunakan
triheksifenidil yang dapat berpengaruh pada perkembangan tubuh dan mental
pada usia anak-anak.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pendidikan terakhir para
responden secara berturut-turut adalah lulus SD atau masih SD sebesar 36%
(18 orang), Lulus SMP sebesar 36% (18 orang), tidak sekolah sebesar 2% (1
orang), dan masih kuliah sebesar 2% (1 orang). Dilihat dari perbandingan
tingkat pendidikan terakhir, dapat diketahui bahwa anak-anak jalanan di depan
Benteng Vredenburg rata-rata mengenyam pendidikan, paling tidak mereka
dapat membaca dan menulis. Terlihat pada gambar 5 bahwa yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
banyak mengkonsumsi triheksifenidil adalah anak-anak jalanan yang
berpendidikan akhir SD dan SMP. Ada kemungkinan faktor tingkat
pendidikan yang rendah, dapat dengan mudah untuk dipengaruhi oleh teman-
teman sesama anak-anak jalanan untuk mengkonsumsi triheksifenidil tersebut.
Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden
Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007
36% 36%
24%
2%
0tidak
sekolahSD SMP SMA kuliah
2%
46%40%
12% 2%
0
%
7-12 th 13-18 th 19-24 th 24-30 th
7-12 th 13-18 th 19-24 th 24-30 th Range Usia
Gambar 4. Jumlah Responden di depan Benteng Vredenburg Bedasarkan Usia pada bulan Mei-Juni 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden
1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuisioner, sebanyak
48% (24 orang) anak-anak jalanan tidak sering mengkonsumsi triheksifenidil,
36% (18 orang) mengkonsumsi triheksifenidil setiap satu hari sekali, dan
sebanyak 3 orang (6%) yang mengkonsumsi 2 hari sekali dan 3 hari sekali.
Dari jumlah data yang diperoleh, semua responden yang mengisi kuisioner,
semuanya (100%) mengkonsumsi triheksifenidil dengan frekuensi waktu yang
berbeda-beda.
Menurut wawancara dengan salah satu sumber, keputusan mereka
untuk mengkonsumsi triheksifenidil sebagian besar karena mereka
terpengaruh oleh teman, baik dengan melihat, ingin mencoba, dengan hasutan,
maupun dipaksa oleh teman yang lain. Pemilihan dan perubahan perilaku