BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian...

28
13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti “banteng” yang suka menanduk, pihak pelaku bullying biasa disebut bully. Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini tidak berarti kuat dalam ukuran fisik, tetapi juga kuat secara psikologis. Dalam hal ini sang korban tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik maupun psikologis. Yang perlu dan sangat penting kita perhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban, misalnya seorang siswa mendorong bahu temannya dengan kasar, bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi tindakan tersebut dilakukan secara berulang-berulang, maka perilaku bullying telah terjadi, (Yayasan Sejiwa, 2008). Definisi bullying menurut Coroloso (2006), mengemukakan sebuah konsep mengenai bullying yaitu bahwa adalah aktivitas sadar, disengaja dan keji yang dimaksudkan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman agresi lebih lanjutan, dan menciptakan teror yang dilakukan oleh seorang anak atau sekelompok anak.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Bullying

2.1.1. Pengertian Bullying

Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti “banteng”

yang suka menanduk, pihak pelaku bullying biasa disebut bully. Bullying adalah

sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini tidak berarti kuat dalam

ukuran fisik, tetapi juga kuat secara psikologis. Dalam hal ini sang korban tidak

mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik maupun

psikologis. Yang perlu dan sangat penting kita perhatikan adalah bukan sekedar

tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban, misalnya

seorang siswa mendorong bahu temannya dengan kasar, bila yang didorong merasa

terintimidasi, apalagi tindakan tersebut dilakukan secara berulang-berulang, maka

perilaku bullying telah terjadi, (Yayasan Sejiwa, 2008).

Definisi bullying menurut Coroloso (2006), mengemukakan sebuah konsep

mengenai bullying yaitu bahwa adalah aktivitas sadar, disengaja dan keji yang

dimaksudkan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman agresi lebih

lanjutan, dan menciptakan teror yang dilakukan oleh seorang anak atau sekelompok

anak.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

14

Definisi bullying menurut Mellor (2005), menjelaskan bullying terjadi ketika

seseorang merasa teraniaya oleh tindakan oranglain, dan ia merasa takut bila perilaku

buruk tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tidak berdaya untuk mencegahnya.

Biden (2010), mengatakan bahwa bullying adalah kondisi ketika satu anak

atau sekelompok anak terus menyakiti anak-anak lain dengan kata-kata atau tindakan.

Bullying dilakukan dengan memukul, mendorong, menendang, menyebut nama

dengan sembarangan, trik kotor dalam bermain, menyebarkan desas-desus berita

bohong, meneror, membuat orang ketakutan, dan mempermalukan. Bullying terjadi

ketika satu orang (bully) memiliki emosional dan kekuatan fisik yang lebih banyak

daripada korban.

2.1.2. Aspek-Aspek Bullying

Ada beberapa jenis dan wujud bullying menurut Sejiwa (2008). Secara umum,

praktik-praktik bullying dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bullying Fisik

Bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata, siapapun dapat

melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan

korbannya. Contoh-contoh bullying fisik antara lain: menarik baju,

menyenggol dengan bahu, menampar, menimpuk, menjewer, menjambak,

menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

15

menghukum dengan berlari keliling lapangan, dan menghukum dengan

cara push-up.

b. Bullying Verbal

Bullying verbal adalah jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena

bisa tertangkap indra pendengaran. Contoh-contoh bullying verbal antara

lain: membentak, memaki, menghina, menjuluki, meneriaki,

mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menebar gosip,

memfitnah, dan juga menolak.

c. Bullying Psikologis

Bullying psikologis adalah jenis bullying yang paling berbahaya

karena tidak tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas

mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar

pemantauan. Contoh-contohnya: memandang dengan sinis, memandang

penuh ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan, meneror

lewat sms atau e-mail, memandang dengan merendahkan, memelototi, dan

mencibir.

2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Bullying di sekolah bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya: Pertama,

karena kebanyakan guru kurang menghayati pekerjaannya sebagai panggilan profesi

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

16

sehingga cenderung kurang memiliki kemampuan mendidik dengan benar serta tidak

mampu menjalin ikatan emosional yang konstruktif dengan siswa (Mulyadi, 2006).

Kedua, dengan dalih demi kedisiplinan siswa, guru kerap kali kehilangan

kesabaran hingga melakukan hukuman fisik, atau melakukan tindakan-tindakan yang

tidak terpuji dan melanggar batas etika dan moralitas, seperti memukul, meninju, dan

menendang serta mengeluarkan kata-kata yang tidak mendidik, yang dapat

menyinggung perasaan siswa atau ucapan-ucapan yang dapat mendiskreditkan siswa,

misalnya: sindiran, perkataan seperti kalian anak yang bodoh, anak bandel, dan susah

diatur.

Ketiga, kurikulum terlalu padat dan kurang berpihak pada siswa, sehingga

mengakibatkan guru cenderung menjalankan tugasnya sekedar mengejar target

kurikulum. Ini tentu terkait dengan belum optimalnya upaya peningkatan kualitas dan

kesejahteraan siswa (Mulyadi, 2006).

Ada beberapa persepsi anak-anak menjadi bully, Sejiwa (2008) antara lain:

1. Karena pernah menjadi korban bullying.

2. Ingin menunjukkan eksistensi diri.

3. Pengaruh tayangan televisi yang negatif

4. Senioritas.

5. Suasana hati.

6. Menutupi kekurangan diri.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

17

7. Mencari perhatian.

8. Balas dendam.

9. Sering diperlakukan kasar di rumah dan disekolah.

10. Ingin terkenal.

11. Ikut-ikutan.

Bullying tidak mungkin terjadi hanya dengan adanya pelaku bullying. Harus

ada korban yang menjadi sasaran penganiayaan dan penindasan. Beberapa ciri yang

bisa dijadikan korban bullying, antara lain:

a. Berfisik kecil, lemah

b. Berpenampilan lain dari biasa

c. Sulit bergaul

d. Siswa yang rendah kepercayaan dirinya.

e. Anak yang canggung (sering salah bicara/ bertindak/ berpakaian)

f. Anak yang memiliki aksen berbeda

g. Anak yang dianggap menyebalkan atau menantang bully

h. Cantik/ ganteng, tidak cantik/ tidak ganteng

i. Anak orang tidak punya/ anak orang kaya

j. Kurang pandai

k. Anak yang gagap

l. Dan anak yang dianggap sering argumentatif terhadap bully.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

18

2.1.4. Karakteristik Pelaku Bullying

Tujuh tipe pelaku bullying yang dikemukakan oleh Coloroso (2006) adalah

sebagai berikut:

1. Pelaku bullying yang percaya diri. Pelaku bullying muncul secara sengaja,

memiliki ego yang besar, kebanggaan diri yang berlebihan, perasaan berhak

dan berkuasa, tidak memiliki empati pada targetnya. Teman-teman sebaya dan

guru kerap mengaguminya karena pelaku bullying memilki karakter

kepribadian yang kuat.

2. Pelaku bullying sosial, menggunakan desas-desus, gosip, penghinaan verbal

dan penghindaran untuk mengisolasi targetnya. Pelaku bullying cemburu pada

sifat positif orang lain dan memilki kebanggaan diri yang berlebihan, namun

pelaku bullying menyembunyikan perasaannya dalam kepercayaan diri dan

kehangatan yang berlebihan. Pelaku bullying manipulatif dan penuh tipu

muslihat.

3. Pelaku bullying bersenjata lengkap, biasanya bersikap dingin. Bully memiliki

tekad yang kuat untuk melaksanakan misi bullying. Pelaku bullying mencari

kesempatan untuk melakukan bullying ketika tidak ada satupun orang dewasa

yang melihat atau menghentikannya.

4. Pelaku bullying hiperaktif, memilki masalah akademis dan keterampilan sosial

yang buruk. Bully biasanya kurang memiliki kecakapan dalam belajar, sulit

mendapat teman dan mudah bereaksi agresif.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

19

5. Pelaku bullying yang menjadi korban bullying adalah target sekaligus

penindas. Pelaku bullying biasanya tertindas dan disakiti oleh orang lain,

pelaku bullying menindas orang lain untuk mendapatkan obat bagi

ketidakberdayaan dan kebencian pada dirinya sendiri.

6. Kelompok pelaku bullying adalah sekumpulan teman yang secara kolektif

melakukan secara perorangan yang ingin mereka sakiti.

7. Gerombolan pelaku bullying adalah sekumpulan anak-anak menakutkan yang

berfungsi sebagai aliansi strategis dalam upaya menguasai, mengontrol,

mendominasi, menduduki, dan menjajah.

Meskipun cara dan tindakan bullying siswa berbeda-beda namun pada

dasarnya memiliki sifat-sifat yang sama, yaitu :

1) Suka mendominasi orang lain.

2) Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan

oleh pelaku bullying.

3) Sulit melihat situasi dari sudut pandang orang lain.

4) Hanya peduli pada kebutuhan dan kesenangan bully sendiri.

5) Cenderung melukai anak-anak lain ketika tidak ada orang dewasa di

sekitar pelaku bullying.

6) Memandang rekan yang lebih lemah sebagai mangsa.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

20

7) Menggunakan kesalahan, kritikan dan tuduhan-tuduhan yang keliru untuk

memproyeksikan ketidakcakapan pelaku bullying kepada targetnya.

8) Tidak mau bertanggungjawab atas tindakannya.

9) Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan, yaitu tidak mampu

memikirkan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.

10) Haus akan perhatian.

2.1.5. Konsekuensi dari Bullying

Bullying yang terjadi di sekolah tidak hanya berkonsekuensi terhadap korban,

tapi juga terhadap pelaku bullying dan iklim sekolah yang pada akhirnya akan

berkonsekuensi terhadap reputasi sekolah. Berikut ini akan dijelaskan berbagai

konsekuensi yang mungkin timbul dari bullying (Yustiana, 2008).

1) Konsekuensi bagi Korban

Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource

menunjukkan bahwa bullying dapat menutun korban merasa cemas dan ketakutan,

mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk

menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam waktu yang lama, dapat

mempengaruhi self esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan

perilaku menarik diri dan depresi serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

21

ekstrem, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, membunuh atau

melakukan bunuh diri.

Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban

secara berulang-ulang, para korban yaitu korban akan merasa depresi dan marah,

korban marah terhadap diri sendiri dan terhadap pelaku bullying, terhadap orang-

orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau

menolong korban. Hal tersebut kemudian mulai mempengaruhi prestasi

akademiknya.

Dari penelitian Riauskina, dkk (2005), ketika mengalami bullying, korban

merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu,

sedih, tidak nyaman, dan terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam

jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah

diri bahwa dirinya tidak berharga.

Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (dalam Yustiana 2008)

menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat

kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya self esteem, tingginya

kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif bullying juga

tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa.

Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan

meningkatnya depresi dan agresi.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

22

2) Konsekuensi bagi Pelaku

National Youth Violence Prevention mengemukakan bahwa pada umumnya

para pelaku memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi

pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan,

tipikal orang yang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, dan mudah

frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi

orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya. Sesuai yang dikemukakan

oleh Coloroso (1980), mengungkapkan bahwa siswa akan terperangkap dalam

peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang

cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta

menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola

hubungan sosialnya di masa yang akan datang. Dengan melakukan bullying,

pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan.

Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, perilaku bullying dapat

menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan

perilaku kriminal lainnya.

3) Konsekuensi bagi siswa lain yang menyaksikan bullying

Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi

penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima di

sekolah. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

23

penindas karena takut menjadi sasaran tanpa melakukan apapun dan yang paling

parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

4) Konsekuensi bagi Sekolah

Bagi sekolah, bullying dapat menciptakan iklim sekolah yang tidak aman yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada reputasi sekolah itu sendiri. Selain itu,

bullying yang terjadi juga dapat membahayakan misi pendidikan yang ingin

dibawa oleh pihak sekolah.

2.1.6. Kebijakan Sekolah tentang Bullying

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat sekolah ingin membentuk

kebijakan sekolah antibullying. Menurut Mellor, pakar antibullying dari

Skotlandia, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan kebijakan

sekolah yang antibullying, yaitu: kejujuran, keterbukaan, pemahaman dan

tanggungjawab, Sejiwa (2008).

a) Kejujuran

Kejujuran dibutuhkan agar semua pihak yang terlibat bersedia untuk jujur

pada diri sendiri dan pada lingkungan seputar fenomena bullying yang ada.

Kejujuran pada diri sendiri bahwa mungkin selama ini kita tanpa disadari

telah melakukan bullying dan kejujuran lingkungan bahwa selama ini

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

24

perilaku-perilaku bullying telah dianggap sebagai suatu kebiasaan.

Ketidakjujuran akan mengarah pada situasi yang semakin tidak sehat.

b) Keterbukaan

Keterbukaan adalah salah satu hal yang mungkin selama ini kurang

dimiliki oleh sekolah. Sekolah kerap kali menutup-nutupi kasus bullying yang

terjadi karena menganggap itu sebuah aib dan akan berpengaruh pada reputasi

sekolah itu. Keterbukaan terhadap fakta-fakta yang ada, walaupun itu fakta

yang kurang mengenakkan bagi pihak sekolah tetap harus dijalankan.

c) Pemahaman

Apabila kita ingin menyusun sebuah kebijakan maka kita harus berangkat

dari dasar pemahaman yang sama mengenai bullying. Pemahaman yang sama

akan sangat membantu dalam pembentukan kebijakan sekolah, karena sudut

pandang setiap pihak bisa berbeda-beda.

d) Tanggung jawab

Tanggung jawab untuk pembentukan kebijakan sekolah yang antibullying

bukanlah semata-mata tanggung jawab sekolah. Semua pihak memiliki

tanggung jawab yang sama besar dalam pembentukan kebijakan itu.

Tantangannya adalah bagaimana rasa tanggung jawab ini didasarkan pada rasa

saling menghargai.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

25

2.2. Permainan Peranan dengan Metode Psikodrama

2.2.1. Permainan Peranan

Dalam pelaksanaan bimbingan, permainan peranan diartikan sebagai sesuatu

yang berkaitan dengan pendidikan, dimana individu memerankan situasi yang

imaginatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri,

meningkatkan keterampilan-keterampilan, menganalisis perilaku atau menunjukkan

pada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang dapat

bertingkah laku, (Corsini dalam Romlah ,2001).

Permainan peranan merupakan salah satu teknik yang telah diteliti oleh para

ahli yang bekerja di bidang penyelenggaraan latihan-latihan. Mereka telah

membuktikan bahwa permainan peranan merupakan teknik latihan yang bermutu.

Teknik peranan ini telah dikenal sejak lama, yaitu ketika Moreno, seorang psikiatri

dari Vienna, pada tahun 1923 mengembangkan satu teknik yang disebutnya

psikodrama (Mclntyre,1982). Tetapi psikodrama tersebut digunakan untuk melatih

orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian. Kemudian para ahli psikologi

perilaku menggunakan teknik tersebut untuk melatih ahli komunikasi atau ahli

hubungan antarpribadi dalam lingkungan pekerjaan. Pada saat ini permainan peranan

secara luas telah diterima sebagai teknik yang melatih berbagai macam hubungan

antarpribadi.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

26

2.2.2. Dasar Teori Permainan Peranan

Seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri yang baik apabila ia dapat

berperilaku sesuai dengan peranan yang dimilikinya baik sebagai makhluk individu

maupun makhluk sosial. Individu mempelajari peranan-peranan yang berbeda

tersebut mulai sejak lahir. Seseorang bayi dilahirkan dalam lingkungan masyarakat

tertentu, ia harus belajar bahasa dan perilaku yang dituntut dalam masyarakat itu.

Pada dasarnya seseorang dilahirkan dengan kemampuan untuk bereaksi terhadap

stimulus-stimulus diluar dirinya secara spontan. Pada dasarnya manusia itu spontan

dan kreatif, tetapi spontanitas dan kreativitas ini berkurang atau hilang karena

kesalahan dalam hubungan antarpribadi atau karena hambatan kebudayaan, (Moreno

dalam Romlah, 2001).

Permainan peranan merupakan suatu alat belajar yang dapat digunakan untuk

menambah kemampuan individu untuk menghadapi situasi yang terjadi “sekarang

dan disini”. Secara analogi, permainan peranan dalam hubungan antarpribadi

berusaha untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas dimana tekanan-

tekanan yang menghambat dihilangkan, dan individu mendapat kesempatan untuk

belajar dalam suasana yang bebas tanpa hambatan. Salah satu faktor penting yang

menentukan dalam permainan peranan yang akan menghasilkan perubahan perilaku

adalah pengurangan hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan yang biasa timbul

adalah perasaan takut dikritik, takut dihukum, atau ditertawakan. Sebagai hasilnya

timbullah perasaan-perasaan yang baru, dan perasaan-perasaan lama dihayati dalam

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

27

konteks yang baru. Permainan peranan menyediakan kondisi yang dapat

menghilangkan rasa takut atau cemas, karena disini individu dapat mengekspresikan

dirinya secara bebas tanpa takut terkena “sanksi” sosial terhadap perbuatannya.

Perubahan perilaku atau perubahan sikap melalui permainan peranan terjadi

secara bertahap. Menurut (Lewin dalam Romlah, 2001) menggolongkan perubahan

itu dalam tiga tahap, yaitu pola-pola perilaku yang tidak kaku yang dimiliki sekarang,

perubahan kearah pola-pola perilaku yang baru, dan melaksanakan pola-pola perilaku

baru dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.3. Pengertian Psikodrama

Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu

yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat

menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya, dan

menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya, (Corey dalam

Romlah, 2001). Dalam psikodrama individu yang bermasalah memerankan

masalahnya sendiri. Psikodrama dilaksanakan untuk tujuan terapi atau penyembuhan.

Didalam psikodrama klien memerankan situasi-situasi dramatis yang

dialaminya pada waktu lalu, sekarang, dan yang diantisipasi akan dialami pada waktu

yang akan datang, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam

mengenai dirinya dan melepaskan tekanan-tekanan yang dialami atau katarsis.

Kejadian-kejadian yang penting dimainkan kembali agar klien dapat mengenali

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

28

perasaan-perasaannya dan dapat mengungkapkan perasaannya sepenuhnya sehingga

terbuka jalan untuk terbentuknya perilaku yang baru.

Kelompok psikodrama memberikan kesempatan pada anggota kelompok

untuk menguji kenyataan, karena kelompok terdiri dari individu-individu dan situasi-

situasi kehidupan yang nyata. Anggota kelompok juga dapat memberikan saran-saran

pemecahan masalah yang dihadapi yang mungkin belum terpikirkan oleh individu

yang bermasalah. Selain tujuan terapi, psikodarama juga dapat dipakai sebagai

metode mengajar yang sangat bermanfaat bagi para mahasiswa dan orang-orang yang

bekerja di bidang kesehatan mental yang disebut Moreno sebagai psikodrama

didaktis, Corey (dalam Romlah, 2001). Dengan memerankan peranan klien tersebut

mereka akan dapat menghayati perasaan-perasaan kliennya. Anggota-anggota

kelompok lain dapat memberikan alternatif-alternatif bagaimana menghadapi klien-

klien yang sulit, dan memberikan balikan yang membantu memisahkan masalah klien

dengan proyeksi-proyeksi terapis.

2.2.4. Komponen-komponen Psikodrama

Komponen yang ada dalam teknik psikodrama dalam Romlah (2001)

diantaranya :

1. Panggung permainan

Panggung permainan mewakili ruang hidup peran utama psikodrama.

Panggung atau tempat permainan hendaknya cukup luas untuk memberi

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

29

ruang gerak yang cukup bagi pemeran utama, pemimpin, dan individu-

individu lain yang berperan dalam psikodrama tersebut.

2. Pemimpin psikodrama

Pemimpin psikodrama adalah terapis atau konselor. Menurut Corey

(dalam Romlah, 2001) pemimpin psikodrama memiliki tiga peranan,

yaitu sebagai produser, katalisator/fasilitator, dan pengamat atau

penganalisis. Pemimpin membantu pemilihan pemegang peran utama, dan

menentukan teknik yang mana yang paling tepat untuk mengeksplorasi

masalah individu tersebut, merencanakan pelaksanaannya, menyiapkan

situasi tepat, dan memperhatikan dengan cermat perilaku pemain utama

selama psikodrama berlangsung. Sebagai katalisator atau fasilitator

pemimpin membantu pemain utama (klien) dalam mengembangkan

adegan, membantu agar ia dapat mengungkapkan perasaannya dengan

bebas, dan membuat interpretasi untuk penyembuhannya, serta ia agar

memperoleh pemahaman baru mengenai masalahnya. Untuk dapat

menjadi pemimpin psikodrama yang efektif seseorang harus mempunyai

tiga sifat yang utama, yaitu kreativitas, keberanian, dan kharisma, Corsini

(dalam Romlah, 2001). Hal yang terbaik bagi seorang pemimpin

kelompok adalah menggunakan pengalaman-pengalaman pribadinya dan

model-model terapi yang dikembangkan sendiri untuk memahami ekspresi

pribadi dan komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

30

3. Pemegang peran utama (protagonist)

Pemegang peran utama adalah individu yang dipilih oleh kelompok

dan pemimpin kelompok untuk memerankan kembali kejadian-kejadian

penting yang dialami mulai dari kejadian waktu lampau, apa yang terjadi

sekarang, dan situasi yang diperkirakan akan terjadi. Pelaku utama

menentukan kejadian dan masalah yang akan dimainkan. Dalam

memainkan kejadian itu ia didorong supaya melakukannya dengan

spontan, tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata tetapi lebih banyak

mengungkapkan dalam bentuk gerakan dan perbuatan. Meskipun kejadian

masa lalu diperagakan, tetapi titik berat permainan adalah pada hal-hal

yang terjadi pada saat sekarang. Pemusatan perhatian pada apa yang

terjadi pada saat sekarang itu akan mengungkapkan perasaan-perasaan

yang dialami klien dalam berhubungan dengan orang-orang penting yang

berpengaruh pada masa lampau. Pemain utama biasanya memlilih

anggota-anggota kelompok yang akan menyertainya bermain yang

berperan sebagai orang-orang yang ada kaitannya dengan masalah yang

dialaminya. Pemilihan didasarkan pada sifat-sifat anggota kelompok yang

menyerupai orang-orang yang berkaitan dengan masalah pemain utama.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

31

4. Pemeran pembantu (the auxiliary egos)

Pemeran pembantu atau pembantu terapis adalah siapa saja dalam

kelompok yang membantu pemimpin kelompok dan pemeran utama

dalam produksi psikodrama. Pemeran pembantu mempunyai dua fungsi.

Pertama mereka menggambarkan peranan-peranan tertentu yang

mempunyai hubungan dekat dengan pemeran utama dalam kehidupan

yang sebenarnya. Mereka dapat berupa orang yang sudah meninggal, yang

masih hidup, binatang piaraan, atau benda-benda yang menjadi

kesayangan pemeran utama. Kedua, pemeran-pemeran pembantu tersebut

berfungsi sebagai alat terapi, misalnya mereka dapat berfungsi sebagai

pemeran ganda mengungkapkan perasaan-perasaan yang diperkirakan

dialami oleh pemeran utama tetapi tidak diungkapkannya. Secara singkat

fungsi pemeran pembantu adalah mendorong pemeran utama agar terlibat

secara mendalam ke hal-hal yang terjadi pada saat ini. Dengan bantuan

yang efektif dari pembantu terapis, psikodrama dapat menjadi alat yang

efektif untuk mengubah perilaku.

5. Penonton

Penonton dalam psikodrama adalah anggota-anggota kelompok yang

tidak menjadi pemeran utama dan pemeran pembantu. Penonton

memberikan dukungan yang sangat bernilai dan memberikan balikan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

32

kepada pemeran utama. Setelah permainan selesai diadakan diskusi, dan

penonton diminta untuk memberikan reaksinya secara spontan mengenai

apa yang dilihatnya dan memberikan pandangan dan sumbangan pikiran.

Berbagi reaksi dan sumbangan dari penonton tersebut akan membantu

pemeran utama memahami akibat perilakunya terhadap oranglain. Dengan

demikian proses pengujian kenyataan telah berlangsung.

2.2.5. Teknik-teknik dalam Psikodrama

Teknik-teknik dalam psikodrama menurut Fatimahnoor (2013) adalah:

a. Creative imagery, pembayangan kreatif merupakan teknik pemanasan

untuk mengundang peserta psikodrama membayangkan adegan dan

objek yang menyenangkan dan netral.

b. The magic shop, merupakan teknik pemanasan yang berguna bagi

protagonis yang tidak dapat memutuskan atau ragu tentang nilai dan

tujuannya.

c. Sculpting, anggota kelompok menggunakan metode nonverbal untuk

menyusun orang lain dalam kelompok konfigurasi seperti kelompok

orang yang signifikan yang sesuai dengan orang-orang dalam

keluarganya dan sebagainya. Penyusunan ini melibatkan postur tubuh

dan membantu konseli melihat, mengetahui persepsi mereka tentang

orang lain yang signifikan dengan cara yang lebih dinamis.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

33

d. Teknik berbicara-sendiri (soliloquy), teknik ini melibatkan protagonis

(klien) menyajikan suatu monolog tentang situasi dirinya.

e. Monodrama (autodrama), teknik ini merupakan bentuk inti terapi

gestalt. Dalam teknik ini, protagonis memainkan semua bagian

peranan atau tidak menggunakan ego pembantu.

f. The double and multiple double technique. Teknik double adalah suatu

teknik yang sangat penting dalam psikodrama. Teknik ini terdiri atas

pengambilan peran aktor dari ego protagonis dan membantu protagonis

mengekspresikan perasaan terdalam yang sesungguhnya secara lebih

jelas. Jika protagonist memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple

double dapat digunakan.

g. Role reverals (pemindahan peran). Dalam teknik ini protagonis

memindahkan peran dengan orang lain di pentas dan memainkan

bagian orang itu. Teknik ini mendorong ekspresi konflik-konflik

secara maksimum, dan merupakan teknik inti dari psikodrama.

h. Teknik cermin. Dalam aktivitas ini, protagonis memperhatikan dari

luar pentas, sementara cermin ego pembantu memantulkan kata-kata,

gerak tubuh, dan postur protagonis. Teknik ini dipakai pada fase

tindakan untuk membantu protagonis melihat dirinya secara lebih

akurat.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

34

2.2.6. Langkah-langkah pelaksanaan Psikodrama

Pelaksanaan psikodrama terdiri dari tiga tahap dalam Romlah (2001) yaitu:

1. Tahap persiapan (The warm-up)

Tahap persiapan dilakukan untuk memotivasi anggota kelompok agar

mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam permainan, menentukan tujuan-

tujuan permainan, dan menciptakan perasaan aman dan saling percaya dalam

kelompok. Corey (dalam Romlah, 2001) mengemukakan beberapa cara yang

dapat dipakai untuk menyiapkan kelompok sebagai berikut :

a. Pemimpin kelompok memberikan uraian singkat mengenai hakikat

dan tujuan psikodrama, dan anggota kelompok diminta untuk

mengajukan pertanyaan bila ada hal-hal yang belum jelas.

b. Pemimpin kelompok mewawancarai tiga anggota kelompok secara

singkat dalam situasi kelompok.

c. Anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil dan diberi

waktu beberapa menit untuk membicarakan konflik-konflik yang

pernah mereka alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan

psikodrama.

2. Tahap pelaksanaan (The action)

Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan dimana pemain utama dan pemain

pembantu memperagakan permainannya. Dengan bantuan pemimpin

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

35

kelompok dan anggota kelompok lain pemeran utama memperagakan

masalahnya. Satu kejadian dapat diperagakan beberapa adegan. Adegan-

adegan dibuat berdasarkan masalah-masalah yang diungkapakan pemeran

utama. Psikodrama biasanya berkembang dari hal-hal yang bersifat

permukaan ke arah hal-hal yang lebih mendalam dan merupakan sumber

masalah klien. Lama pelaksanaan psikodrama berbeda-beda bergantung pada

penilaian pemimpin kelompok terhadap tingkat keterlibatan emosional pemain

utama dan anggota-anggota kelompok lain.

a) Protagonis dan peran pembantu memainkan peranannya dalam

kegiatan psikodrama.

b) Lama pelaksanaan tergantung pada penilaian pemimpin kelompok

terhadap tingkat keterlibatan emosional protagonist dan pemain

lainnya.

3. Tahap diskusi (The sharing)

Dalam tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan, para anggota

kelompok diminta untuk memberikan tanggapan dan sumbangan pikiran

terhadap permainan yang dilakukan oleh pemeran utama. Peranan pemimpin

kelompok pada tahap ini adalah memimpin diskusi dan mendorong agar

sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Dalam

memberikan balikan supaya ditekankan pada saling berbagi perasaan dan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

36

memberikan dukungan. Apabila anggota kelompok berusaha untuk

menganalisis dan memberikan pemecahan masalah, pemimpin kelompok

hendaknya menegur, misalnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

seperti : “Bagaimana perasaan anda setelah melihat psikodrama tadi?”

Pemimpin kelompok mengamati perilaku pemeran utama pada waktu

mendapat balikan dari anggota kelompok, dan menetralisasi balikan yang

bersifat menyerang atau menjatuhkan pemeran utama. Hal ini penting sekali

karena setelah pemeran utama membuka diri mengungkapkan hal-hal pribadi,

ia membutuhkan dukungan kelompok agar mampu mengintegrasi pengalaman

yang baru saja dialaminya. Apabila tidak ada balikan dari anggota kelompok,

ia akan merasa ditolak dan kehilangan pegangan.

Tahap diskusi ini penting karena merupakan rangkaian proses perubahan

perilaku pemeran utama kearah keseimbangan pribadi. Menurut Blatnerr

(dalam Romlah, 2001). Ada tiga cara dalam proses pencapaian keseimbangan

pribadi pemeran utama, yaitu: mengembangkan pemahaman dan penguasaan

terhadap konflik dan masalah yang dihadapi, memperoleh dukungan dan

balikan dari kelompok, dan mengadakan latihan perubahan perilaku baru.

Setelah latihan dalam kelompok, individu yang bersangkutan dapat

melaksanakan perubahan perilakunya dengan orang-orang yang mempunyai

hubungan dekat dengannya diluar kelompok dan dapat menyesuaikan diri

lebih efektif. Berbagai cara dapat dilakukan dalam latihan perubahan perilaku.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

37

Misalnya memerankan peran yang merupakan kebalikan dari peran yang

dimainkan sebelumnya yaitu teknik cermin, dan teknik lain yang diuraikan

diatas. Inti dari tahap terakhir ini (diskusi/sharing) adalah:

a) Pemimpin kelompok meminta para anggota kelompok untuk

memberikan tanggapan dan brainstorm terhadap permainan pemeran

protagonis.

b) Pemimpin kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak

mungkin anggota kelompok memberikan balikannya.

c) Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang bersifat menyerang atau

menjatuhkan protagonis.

2.2.7. Kelebihan dan Kelemahan Metode Psikodrama

Kelebihan dari metode psikodrama menurut Fatimahnoor (2013):

a. Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa

dapat berfantasi).

b. Melatih berfikir cepat dan spontan dalam memainkan psikodrama.

c. Memupuk kerjasama antara siswa.

d. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.

e. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

38

f. Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.

g. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan

dalam waktu singkat.

Kekurangan dari metode psikodrama menurut Fatimahnoor (2013) :

a. Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tidak

tercapai.

b. Pendengar (siswa yang tidak berperan) sering mentertawakan tingkah laku

pemain sehingga merusak suasana.

2.2.8. Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian Siswanti dan Widayanti (2009) mengenai “Fenomena

Bullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang”, hasilnya menunjukkan 37,55%

siswa menjadi korban bullying, 42.5% siswa terluka karena bullying secara fisik dan

34,5% dari bullying non fisik. Dalam penelitiannya, penulis menyarankan bahwa

keterlibatan guru BK sangat penting untuk memperoleh informasi yang akurat

mengenai bullying sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat, hal ini bertujuan

memutus rantai kekerasan.

Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2010), bedasarkan hasil penelitian

tentang “Mengatasi Bullying Siswa Kelas IV Melalui Analisis Pengubahan Perilaku

di SDN Mangunsari 07 Salatiga”, setelah diberikan layanan melalui pendekatan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

39

analisis pengubahan perilaku pada siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga

menunjukkan bahwa nilai sign.2-tailed adalah 0,023 < 0,05. Mean rank pada

kelompok eksperimen pada saat pre-test adalah 19,13 kemudian pada saat post-test

turun menjadi 11,87. Dengan demikian ada penurunan skor yang signifikan pada

perilaku bullying siswa pada kelompok eksperimen setelah pemberian perlakuan

(treatment).

Pada penelitian yang dilakukan Astia (2011), berdasarkan hasil penelitian

tentang “Mengurangi frekuensi tindakan bullying melalui konseling kelompok

dengan model Sequentially Planned Integrative Counseling for Children (SPICC)

pada siswa kelas V SD Negeri Pasekan 03 Ambarawa menunjukkan sign.2-tailed

0,027 < 0,050. Mean rank pada kelompok eksperimen pada saat pre-test adalah 18,73

kemudian pada saat post-test 12,27. Dengan demikian ada pengurangan skor yang

signifikan pada frekuensi tindakan bullying siswa pada kelompok eksperimen setelah

pemberian perlakuan (treatment).

Sedangkan penelitian Zulaikah (2011), bedasarkan hasil penelitian tentang

“Perubahan Perilaku Bystander Bullying melalui Role Play Pada Siswa Kelas VIII E

SMP Negeri 8 Salatiga”, menunjukkan bahwa nilai sig.(2-tailed) 0.024 < 0.05,

sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol setelah kelompok eksperimen diberi bimbingan kelompok dengan metode

role play.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4868/3/T1_132010067_BAB II… · Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa

40

2.2.9. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Metode psikodrama dapat mengurangi tindakan bullying secara signifikan

pada siswa kelas VI SD Negeri Bawen 03 Kabupaten Semarang”.