BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/bab...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/bab...
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan kepada
konsumen. Kotler memberikan definisi tentang jasa yaitu “tindakan atau kegiatan
yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang bersifat tidak berwujud
secara fisik (intangibles) dan tidak menghasilkan kepemilikan bagi yang
membelinya”.
Menurut Gronroos (dalam Tjiptono, 2005:11) mendefinisikan jasa sebagai
berikut:
“Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang
biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan
karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa,
yang disediakan sebagai solusi atau masalah pelanggan”.
2.2 Karakteristik Jasa
Ada beberapa karakteristik jasa yang membedakannya dengan barang yaitu:
1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat,
material atau benda, maka jasa merupakan suatu perbuatan, tindakan,
11
pengalaman, proses, kinerja ataupun usaha. Walaupun sebagian besar jasa dapat
berkaitan dan didukung dengan produk fisik, esensi dari apa yang dibeli
pelanggan adalah kinerja yang diberikan oleh pihak tertentu kepada pihak
lainnya.
2. Variability
Jasa bersifat sangat bervariabel karena terdapat banyak variasi bentuk,
mutu, dan jenisnya sangat tergantung dari siapa, kapan, dan di mana jasa
tersebut diproduksi.Variasi jasa sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi
pelanggan selama jasa disampaikan kepadanya
3. Inseparability
Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru
dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
4. Perishability
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan
untuk pemakaian ulang di waktu mendatang, dijual kembali atau dikembalikan.
Misalnya kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni atau jam
tertentu tanpa pasien di tempat praktek akan berlalu begitu saja karena tidak
bisa disimpan.
12
2.3 Macam – Macam Jasa
Menurut Converse (1992:233), macam-macam jasa dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Personalized services
Personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang
dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto.
Sementara itu, yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain
adalah, lokasi yang baik, menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta
nama baik yang bersangkutan. Dalam marketing personal services diusahakan
supaya timbul semacam patronage motive yaitu keinginan untuk menjadi
langganan tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di dalam usaha laundries,
karena kebersihan, layanan yang ramah tamah serta baik, dan sebagainya.
2. Financial services
Financial services terdiri dari:
a. Banking services (Bank).
b. Insurance services (Asuransi).
c. Investment securities (Lembaga penanaman modal).
d. Public utility dan Transportation services.
13
Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya
perusahaan listrik, air minum. Para pemakainya terdiri dari: Domestic consumer
(konsumen lokal), Commercial and office (perkantoran dan perdagangan),
Municipalities (kota praja, pemda).
Sedangkan dalam transportation services, meliputi: angkutan kereta api,
kendaraan umum, pesawat udara, dsb. Pelayanan disini ditujukan untuk
angkutan penumpang dan angkutan barang.
3. Entertainment
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga,
bioskop, gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode
marketing yang dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual
di loket-loket.
4. Hotel Services
Hotel merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam
hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat
rekreasi, hiburan, travel biro, dan sebagainya.
2.4 Pengertian Bank
Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima
14
simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
dikenal sebagai banknote.
Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa
bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan
kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan
pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya
sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai
rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan
utama tersebut.
15
2.5 Situs Perbandingan
Situs perbandingan harga adalah tools online yang dipakai pelanggan untuk
mendapatkan informasi pilihan yang tersedia untuk mereka ketika melakukan belanja
secara online dan untuk melihat berbagai harga untuk produk atau jasa yang spesifik.
Bersamaan dengan meningkatnya penggunaan dari internet dan mobile internet,
smartphone dan gadget lainnya, penggunaan situs perbandingan harga semakin tinggi
diantara pelanggan.
Pada dasarnya situs perbandingan bertindak sebagai pihak yang netral ketika
mempertemukan antara penjual maupun pelanggan. Dari sisi pelanggan, situs
perbandingan akan menampilkan seluruh fitur produk yang dimiliki oleh penjual baik
kelebihan maupun kekurangannya. Sedangkan dari sisi penjual, situs perbandingan
akan menjadi tempat yang baik untuk menjadi salah satu jalur pemasaran produknya.
2.6 Konsep Pelayanan
2.6.1. Pengertian Pelayanan
Menurut Fandy Tjiptono ( 2008 : 1 ) Pelayanan adalah ”segala sesuatu
yang dilakukan pihak tertentu ( individu maupun kelompok ) kepada pihak lain
(individu maupun kelompok )”.
Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia dijelaskan pelayanan sebagai
usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
16
Menurut Payne (2000), pelayanan adalah rasa menyenangkan atau
tidak menyenangkan yang oleh penerima pelayanan pada saat memperoleh
pelayanan. Payne juga mengatakan bahwa pelayanan pelanggan mengandung
pengertian :
1. Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk menerima, memproses,
menyampaikan dan memenuhi pesanan pelanggan dan untuk
menindaklanjuti setiap kegiatan yang mengandung kekeliruan.
2. Ketepatan waktu dan reliabilitas penyampaian jasa kepada pelanggan
sesuai dengan harapan mereka.
3. Serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu
untuk menyampaikan produk – produk dan jasa tersebut sedemikian rupa
sehingga dipersepsikan memuaskan oleh pelanggan dan merealisasikan
pencapaian tujuan – tujuan perusahaan.
4. Total pesanan yang masuk dan seluruh komunikasi dengan pelanggan.
Penyampaian produk kepada pelanggan tepat waktu dan akurat dengan
segala tindak lanjut serta tanggapan keterangan yang akurat.
2.6.2. Konsep Kualitas Pelayanan
Lewis dan Booms ( 1985 ) yang dikutip oleh Fandy Tjiptono ( 2008 :
85 ) mendefinisikan ”Kualitas Pelayanan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat
layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi (harapan) pelanggan.
17
Berdasarkan definisi ini, kualitas layanan ditentukan oleh kemampuan
perusahaan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sesuai dengan
ekspektasi pelanggan. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi
kualitas layanan adalah layanan yang
Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas
memberikan dorongan khusus bagi Pelanggan untuk menjalin hubungan saling
menguntungkan dengan perusahaan. Perusahaan akan dapat memahami dengan
seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan sehingga dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan. Selanjutnya kepuasan pelanggan
berkontribusi pada terciptanya loyalitas pelanggan. Crosby (1979) menjelaskan
bahwa kualitas dapat mengurangi biaya. Hal tersebut tertuang dalam slogan
Quality is Free. Biaya untuk mewujudkan produk berkualitas lebih kecil
dibandingkan biaya yang ditimbulkan apabila perusahaan gagal memenuhi
standar kualitas.
Garvin dalam Lovelock (2004), menyatakan terdapat lima pandangan
mengenai kualitas, yang terdiri dari :
1. Transcendental approach
Kualitas dalam pendekatan ini, dipandang sebagai innate excellence
(keunggulan yang bersifat alami/ bawaan), dimana kualitas dapat dirasakan atau
diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini
biasanya digunakan dalam dunia seni, misal seni music, seni drama, seni tari,
dan seni rupa. Meskipun demikian suatu perusahaan dapat mempromosikan
18
produknya melalui pernyataan – pernyataan maupun pesan – pesan komunikasi
seperti tempat berbelanja yang menyenangkan (toko buku); aman dan cepat
(jasa pengiriman barang) luas jangkauannya (layanan telepon selular).
2. Product based approach
Pendekatan ini memandang bahwa kualitas diartikan sebagai karakteristik
atau atribut yang dapat dikuantitatifkan sehingga dapat diukur. Perbedaan
dalam kualitas mencerminkan perbedaan unsur – unsur atau atribut yang
dimiliki oleh suatu produk. Pandangan ini bersifat sangat objektif, sehingga
tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam hal selera, kebutuhan,dan preferensi
konsumen.
3. User based approach
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tepat diaplikasikan
dalam mendefinisikan kualitas jasa. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran
bahwa kualitas tergantung pada sudut pandang seseorang, sehingga produk
yang paling memuaskan seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi.
Perspektif yang subjektif dan demand oriented ini juga menyatakan bahwa
pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula
sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum
yang dirasakannya.
19
4. Manufacturing based approach
Pandangan ini bersifat supply based dan terutama memperhatikan praktik
praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas
sebagai kesesuaian dengan persyaratan. Dalam sektor jasa, dapat dikatakan
bahwa kualitasnya bersifat operation driven. Pendekatan ini berfokus pada
penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali
didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Dengan
demikian kualitas bukan ditentukan oleh konsumen tetapi ditentukan oleh
standar yang diciptakan perusahaan.
5. Value based approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan
sebagai “ affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relative,
sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang
paling bernilai, tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling
tepat dibeli (best buy).
2.6.3. Dimensi Kualitas Pelayanan
Didalam memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, terdapat
lima kriteria penentu kualitas pelayanan seperti yang diungkapkan oleh
Parasuraman, Zeithaml dan Beri (1988), dalam risetnya Menemukan dan
20
berhasil mengidentifikasi lima dimensi pokok kualitas pelayanan yang dikutip
oleh Fandy Tjiptono (2008 :95), yaitu :
1. Tangibles (Bukti fisik)
Berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan
/perlengkapan, sumber daya manusiadan materi komunikasi perusahaan.
2. Reliability (Keandalan)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan
yang disajikan secara akurat.
3. Assurance (Jaminan)
Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan.
4. Empathy (Empati)
Berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan
bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal
kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Responsiveness (Daya Tanggap)
Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk
membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera.
21
2.6.4. Pengukuran Kualitas Pelayanan
Model Kualitas layanan yang paling polpuler dan hingga kini banyak
dijadikan acuan dalam riset manajemen dan pemasaran jasa adalah model
SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry (1985,1988, 1990, 1991, 1993, 1994 ), model yang dikenal
pula dengan istilah Gap Analisis Mode ini berkaitan erat dengan model
kepuasan pelanggan yang Didasarkan pada ancangan diskonfirmasi ( Oliver,
1997) yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008 : 107). Ancangan ini
menegaskan bila kinerja pada sebuah atribut bersangkutan, maka persepsi
terhadap kualitas layanan akan positif dan sebaliknya. Model SERVQUAL
banyak diterapkan diberbagai perusahaan dan konteks industri, Popularitas
instrumen survei SERVQUAL dikarenakan sejumlah keunggulan, yaitu :
1. Instrumen SERVQUAL telah berkembang menjadi standar untuk penilaian
atas berbagai dimensi kualitas layanan. Berbagai riset telah menunjukan
bahwa instrumen SERVQUAL valid untuk berbagai kontek layanan.
2. Riset juga mengindikasikan bahkan kuiseoner SERVQUAL Reliabel,
artinya pertanyaan - pertanyaannya diinterpretasikan secara sama oleh
responden berbeda.
3. Instrumen SERVQUAL dapat diisi dengan cepat oleh responden.
4. Instrumen SERVQUAL memiliki prosedur baku yang memudahkan
interpretasi hasil. Instrumen SERVQUAL bermanfaat dalam melakukan
analisis gap. Karena biasanya layanan bersifat intangible, kesenjangan
22
komunikasi dan pemahaman antara karyawan dan pelanggan berdampak
serius terhadap persepsi atas kualitas layanan.
Gap - gap yang biasanya terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas
layanan meliputi :
1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (Knowledge gap).
Beberapa kemungkinan penyebab Knowledge gap antara lain : informasi
yang didapatkan dari riset pasar dan analisis permintaan kurang akurat,
interpretasi yang kurang akurat atas informasi mengenai harapan pelanggan,
tidak adanya analisis permintaan, buruknya atau tiadanya aliran informasi ke
atas dari staf kontak pelanggan ke pihak manajemen, dan terlalu banyak jenjang
manajerial yang menghambat informasi. Sering kali upaya perbaikan proses
bisnis justru tidak berdampak apa - apa terhadap perbaikan layanan pelanggan.
Penyempurnaan layanan pelanggan mutlak membutuhkan pemahaman atas apa
yang sesungguhnya dibutuhkan pelanggan berdasarkan pandangan pelanggan
sendiri.
2. Gap antara persepsi manajemen terhadap pelanggan dan spesifikasi kualitas
jasa (standards gap).
Sekalipun manajemen mampu memahami keinginan pelanggan dengan
baik, kadang kala penerjemaahannya ke dalam spesifikasi kualitas layanan
masih bermasalah. Dengan kata lain, spesifikasi kualitas layanan tidak
konsisten dengan persepsi manajemen terhadap harapan kualitas. Penyebabnya
23
antara lain : Tidak ada standar kerja yang jelas, kesalahan perencanaan atau
prosedur perencanaan tidak memadai, menajemen perencanaan buruk,
kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam organisasi, kurangnya dukungan
dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas layanan,
kurangnya sumber daya, dan situasi permintaan yang berlebihan.
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap).
Gap ini berarti spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam
proses produksi dan penyampaian layanan. Penyebabnya antara lain :
spesifikasi kualitas terlalu rumit dan terlalu kaku, para karyawan tidak
menyepakati spesifikasi tersebut dan karenanya tidak berusaha memenuhinya,
spesifikasi tidak sejalan dengan budaya yang ada, manajemen operasi layanan
buruk, kurang memadainya aktivitas internal marketing, serta teknologi dan
sistem yang ada tidak memfasilitasi kinerja sesuai dengan spesifikasi. Kurang
terlatihnya karyawan, beban kerja terlampau berlebihan, dan setandar kerja
tidak dapat di penuhi karyawan juga bisa menyebabkab terjadinya gap ini.
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal (communications
gap).
Gap ini berarti janji - janji yang disampaikan melaui aktivitas komunikasi
pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan kepada para
pelanggan. Hal ini bisa disebabkan oleh :perencanaan komunikasi pemasaran
tidak terintegrasi dengan operasi layanan, kurangnya koordinasi antara aktifitas
pemasaran eksternal dan operasi layanan, oeganisasai gagal memenuhi
24
spesifikasi yang ditetapkannya. Jika iklan atau janji berlebihan, maka resikonya
adalah harapan pelanggan bisa membumbung tinggi dan akhirnya sulit
dipenuhi.
5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan (service gap).
Gap ini berarti bahwa layanan yang dipersepsikan tidak konsisten dengan
layanan yang diharapkan. Gap ini bisa menimbulkan sejumlah konsekuensi
negatif, seperti kualitas buruk (negatively confirmed guality ) dan masalah
kualitas, dampak negatif terhadap citra lokal, dan kehilangan pelanggan. Gap
ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kriteria
atau ukuran yang berbeda, atau mereka keliru menginterpretasikan kualitas
layanan.
25
Gambar 2.1 Skema SERVQUAL
2.7 Kepuasan Pelanggan
Dewasa ini semakin diyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan
persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan kepada pelanggan melalui
penyampaian produk dan jasa berkualitas dengan harga bersaing. Dengan semakin
banyaknya produsen yang menawarkan produk dan jasa, maka konsumen memiliki
pilihan semakin banyak.
26
Dengan demikian kekuatan tawar menawar konsumen semakin besar, terutama
aspek keamanan dalam pemakaian barang atau jasa tertentu. Kini mulai banyak
muncul aktivitas-aktivitas kaum konsumeris yang memperjuangkan hak konsumen,
etika bisnis, serta kesadaran dan kecintaan akan lingkungan. Para peneliti perilaku
konsumen juga semakin banyak yang tertarik dan menekuni topik kepuasan
pelanggan dalam rangka mengupayakan pemecahan yang maksimum dari pemenuhan
kepuasan pelanggan.
Menurut Schnaars (1991), pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk
menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan
dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan
pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang
dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke
mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 1994). Ada
beberapa pakar yang memberikan definisi mengenaI kepuasan/ketidakpuasan
pelanggan.
Day (dalam Tse dan Wilton, 1988) menyatakan bahwa kepuasan/ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
(disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja
lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Wilkie
(1990) mendefinisikan sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap
pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
27
Engel, et al., (1996) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil
(outcome) tidak memenuhi harapan. Kotler, et al., (1996) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya
pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau
hasil yang dirasakan. Pengertian ini didasarkan pada disconfirmation paradigm dari
Oliver (dalam Engel, et al., 1990; Pawitra, 1993). Konsep kepuasan pelanggan ini
dapat dilihat gambar berikut:
Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan
28
2.8 Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
Karena kepuasan pelanggan sangat tergantung pada persepsi dan ekspektasi
pelanggan, maka sebagai penyedia jasa perlu mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Zeithaml et.all[3] terdapat empat faktor yang
mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan,yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang didengar pelanggan dari pelanggan lainnya (word of mounth
communication).Dimana hal ini merupakan faktor potensial yang
menentukan ekspektasi pelanggan.Sebagai contoh, seorang pelanggan
memiliki perusahaan yang di harapkan dapat memberikan pelayanan
dengan kualitas tinggi berdasarkan rekomendasi teman-teman atau
tetangganya.
2. Ekspektasi pelanggan sangat bergantung dari karakteristik individu dimana
kebutuhan pribadi (personnel needs).
3. Pengalaman masa lalu (past experience) dalam menggunakan pelayanan
dapat juga mempengaruhi tingkat ekspetasi pelanggan.
4. Komunikasi dengan pihak eksternal (external communication) dari pemberi
layanan memainkan peranan kunci dalam membentuk ekspektasi
pelanggan. Berdasarkan external communication, perusahan pemberi
layanan dapat memberikan pesan-pesan secara langsung maupun tidak
langsung kepada pelanggannya. Sebagai contoh dari pengaruh adanya
external communication adalah harga di mana biaya pelayanan sangat
berperan penting dalam membentuk ekspektasi pelanggan.
29
Menurut Lupiyoadi (2001), terdapat 5 faktor utama yang harus diperhatikan
oleh perusahaan dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Kualitas produk
Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen rasional selalu
menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbananan yang dilakukan
untuk memperoleh produk tersebut. Dalam hal ini, kualitas produk yang baik
akan memberikan nilai tambah di benak konsumen.
2. Kualitas layanan
Kualitas pelayanan terutama dibidang jasa, pelanggan akan merasa puas
bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang
dihaarapkan. Pelanggan yang puas akanmenunjukkan kemungkinan untuk
kembali membeli produk yang sama. Pelnaggan yang puas cenderung akan
memberikan persepsi terhadap produk perusahaan.
3. Emosional
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang
lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu
yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang
diperoleh bukan karena dari produk tetapi nilai sosial atau self esteem yang
membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
30
4. Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang
relative murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
5. Biaya
Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas
terhadap produk atau jasa tersebut.
2.9 Mengukur kepuasan pelanggan
Mengukur kepuasan pelanggan sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam
rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan
pengguna akhir, serta menentukan bagian mana yang membutuhkan peningkatan.
Menurut Kotler (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan ada empat
metode pengukuran yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:
a. Sistem keluhan dan saran pelanggan. Setiap perusahaan yang berorientasi
terhadap pelanggan memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada
pelanggan untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan. Adapun
metode yang digunakan bisa berupa kotak saran ataupun dengan
menyediakan saluran telepon khusus.
31
b. Survei kepuasan pelanggan. Umumnya banyak penelitian mengenai
kepuasan pelanggan dilakukan dengan metode survei, baik melalui pos,
telepon, maupun dengan wawancara langsung. Untuk mengukur kepuasan
pelanggan dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan
seperti seberapa puas Anda terhadap pelayanan perusahaan.
2. Responden diminta untuk menuliskan masalah – masalah yang mereka
hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan serta diminta pula
untuk menuliskan perbaikan – perbaikan yang mereka sarankan.
3. Responden diberikan pertanyaan mengenai seberapa besar
mengharapkan atribut tertentu dan seberapa besar mereka rasakan.
4. Responden dapat memberikan peringkat berbagai elemen dan
penawaran berdasarkan derajat kepentingan setiap elemen seberapa
baik kinerja perusahaan dalam masing – masing elemen.
c. Ghost Shopping. Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan
beberapa orang yang berperan sebagai pembeli yang memanfaatkan produk
atau jasa perusahaan dan pesaing, sehingga dapat diprediksi tingkat
kepuasan pelanggan atas produk tersebut.
d. Lost customer analysis. Dalam metode ini perusahaan menghubungi para
pelanggan yang telah beralih ke perusahaan lain. Hal ini ditunjukkan untuk
memperoleh informasi penyebab terjadinya peralihan pelanggan kepada
32
perusahaan lain, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
selanjutnya.