BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995),...

18
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa latin communico yang dalam bahasa inggris berarti to share. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi adalah proses memberi dan menerima dari pihak yang satu kepada pihak lain. Menurut Liliweri (2007) komunikasi adalah : (a) pernyataan diri yang efektif, (b) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi, (c) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain, (d) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, (e) pertukaran makna antarpribadi dengan system symbol, dan (f) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu. Komunikasi interpersonal pada hakikatnya adalah komunikasi antara komunikator dan komunikan. DeVito dalam Effendi (2000) mendefinisikan

Transcript of BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995),...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Interpersonal

2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu orang atau lebih,

yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam

suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk

melakukan umpan balik. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin

Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan

antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa latin communico

yang dalam bahasa inggris berarti to share. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa

komunikasi adalah proses memberi dan menerima dari pihak yang satu kepada

pihak lain.

Menurut Liliweri (2007) komunikasi adalah : (a) pernyataan diri yang

efektif, (b) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan,

bahkan melalui imajinasi, (c) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata

melalui percakapan atau dengan metode lain, (d) pengalihan informasi dari

seseorang kepada orang lain, (e) pertukaran makna antarpribadi dengan system

symbol, dan (f) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang

lain dengan efek tertentu.

Komunikasi interpersonal pada hakikatnya adalah komunikasi antara

komunikator dan komunikan. DeVito dalam Effendi (2000) mendefinisikan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

9

komunikasi interpersonal sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan

antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa

efek dan beberapa umpan balik seketika.

Komunikasi interpersonal menurut Liliweri (2007) adalah komunikasi

yang dilakukan oleh dua atau tiga orang dengan jarak fisik di antara para

komunikator yang sangat dekat. DeVito (2009) mengemukakan komunikasi

interpersonal adalah proses selektif, sistemik, unik dan interaksi berkelanjutan

antara orang-orang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi

satu sama lain dan menciptakan makna bersama.

Setiap kali individu akan melakukan komunikasi, individu tidak hanya

menyampaikan isi dari pesan tersebut tetapi juga harus menentukan dari seberapa

jauh kadar hubungan interpersonal yang dapat di ambil dari komunikasi yang

dilakukan. Artinya, setiap komunikasi mampu memberikan dampak relationship

terhadap oranglain sehingga memudahkan individu untuk diterima dalam

masyarakat maupun lingkungan. Menurut segi psikologi komunikasi, individu

dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka

orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang oranglain

dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di

antara komunikan.

2.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Adapun ciri-ciri dari komunikasi antarpribadi menurut Rogers (dalam

Wiryanto, 2004) adalah sebagai berikut :

a. Arus pesan cenderung dua arah

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

10

b. Konteks komunikasinya dua arah

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutamaselektivitas keterpaan

tinggi

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatiflambat

f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap

2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan Komunikasi Interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan.

Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004) :

a. Menemukan diri sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal

atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain

kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.Komunikasi

interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa

yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan

mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita

sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan

sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

b. Menemukan dunia luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih

banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak

informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun

banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu

seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajariatau didalami melalui interaksi

interpersonal.

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan

dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga

hubungan sosial dengan orang lain.

d. Berubah sikap dan tingkah laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku

orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka

memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu,

melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

11

bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyakmenggunakan waktu waktu

terlibat dalam posisi interpersonal.

e. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah

mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu

akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu

pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan

waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat

memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks

dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan

kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi

interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang

putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya

diambil dan lain sebagainya.

2.1.4. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal

Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal menurut DeVito (1997) antara

lain adalah :

a. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan

komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi

atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan

informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di

masa kini tersebut.

Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan

kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau

dilakukan, atau perasaan kita terhadap kejadiankejadian yang baru saja kita

saksikan. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang

lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan

komunikasi antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka

diri. Brooks dan Emmert (Rahmat, 2005) mengemukakan bahwa karakteristik

orang yang terbuka adalah sebagai berikut:

1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan

logika.

2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.

3. Mencari informasi dari berbagai sumber

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

12

4. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian

kepercayaannya.

b. Empati (Empathy)

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila

komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan

(penerima pesan). Empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang

lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah sebagai

suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak

maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan

keinginan. Individu dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran

dan keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat

berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi

antarpribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan

tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.

Menurut Winkel (2006) bahwa empathy yaitu, konselor mampu

mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada

saat ini menjadi siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan

kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

c. Dukungan (Supportiveness)

Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari

pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi.

Rahmat (2005) mengemukakan bahwa “sikap supportif adalah sikap yang

mengurangi sikap defensif . Orang yang defensif cenderung lebih banyak

melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya ddalam situasi komunikan dari

pada memahami pesan orang lain.

Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat

kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi. Sehingga dengan adanya

dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi antarpribadi akan bertahan lama

karena tercipta suasana yang mendukung. Jack R.Gibb (Rahmat, 2005)

menyebutkan beberapa perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu:

Deskripsi, yaitu menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa

menilai, tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan, bukan pada

pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka.

Orientasi masalah, yaitu mengajak untuk bekerja sama mencari pemecahan

masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi secara bersama-sama menetapkan

tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya. Spontanitas, yaitu sikap jujur

dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Provisionalisme, yaitu

kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri sendiri, mengakui bahwa

manusia tidak luput dari kesalahan sehingga wajar kalau pendapat dan keyakinan

diri sendiri dapat berubah.

d. Rasa positif (positivenes)

Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak

berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan,

menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

13

keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap

kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi

dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa

merasa bersalah.

Rahmat (2005) menyatakan bahwa sukses komunikasi antarpribadi banyak

tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif.

Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku

komunikasi antarpribadi yang positif pula.

e. Kesetaraan (Equality)

Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia

tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu,

latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Rahmat (2005)

mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan

orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih

tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan

intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas

perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama,

yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat

merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan

lancar.

2.1.5 Faktor-Faktor Komunikasi Interpersonal

Faktor-faktor yang Menyebabkan Komunikasi InterpersonalMenurut

Rahmat (2001) mengemukakanfaktor-faktor yang dapat menyebabkan

komunikasiinterpersonal terdiri dari:

a. Persepsi interpersonal

Berupa pengalaman tentang peristiwa atauhubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkaninformasi dan menafsirkan pesan untukmembedakan

bahwa manusia bukan benda tapisebagai objek persepsi.

b. Konsep diri

Menurut Brooks (dalam Rahmat 2001) konsep diri adalah suatu

pandangan dan perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima

orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung

akan bersikap menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, bila orang lain selalu

meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan

bersikap tidak akan menyenangi dirinya.

c. Atraksi interpersonal

Menurut Barlund (dalam Rahmat 2001) Atraksi interpersonal diperoleh

dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa,

maka individu dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

14

Misalnya makin tertarik individu kepada seseorang, makin besar kecenderungan

individu berkomunikasinya. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya

tarik seseorang disebut sebagai atraksi interpersonal.

d. Hubungan interpersonal

Menurut Goldstein (dalam Rahmat, 2001) hubungan interpersonal ada tiga

yaitu:

1) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka

individu mengungkapkan perasaannya.

2) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin cenderung

individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya

(psikolog).

3) Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin cenderung

individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat

penolongnya.

2.1.6 Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya “The Interpersonal

Communication Book” (DeVito, 1992) komunikasi antarpribadi adalah:

“The process of sending and receiving message beetwen two person, or among a

small group of person, with some effect and some immediate feedback (proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara

kelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

dalam berkomunikasi secara seketika)”. (Effendy, 2000).

Pentingnya komunikasi interpersonal adalah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi berlangsung secara

dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Karena monologis

menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara yang lain

mendengarkan, jadi tidak terdapat interaksi dan yang berperan aktif hanya

komunikatornya saja, sementara komunikan bersifat pasif. Dialogis adalah bentuk

komunikasi interpersonal yang menunjukan terjadinya interaksi, semua yang

terlibat dalam komunikasi bentuk dialog ini berfungsi ganda masing-masing

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

15

menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Proses komunikasi dialogis

nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian

bersama (mutual understanding) dan empati.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

interpersonal di nilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,

opini, dan perilaku komunikan. Komunikasi yang umumnya berlangsung secara

tatap muka (face to face) dengan komunikan maka terjadilah kontak pribadi.

Berkomunikasi interpersonal, atau secara ringkas berkomunikasi,

merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa

membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu

ada sejumlah kebutuhan didalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat

berkomunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi individuuntuk

bisa menjalankan komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup. Johnson

(1995), menunjukan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi

antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia.

Pertama, komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual

dan sosial kita. Perkembangan kita sejak saat bayi sampai masa dewasa mengikuti

pola semakin meluasnya ketergantungan kita kepada orang lain, diawaili dengan

ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi,

lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin meluas dengan

bertambahnya usia kita. Bersamaan dengan proses itu, perkembangan intelektual

dan sosial individusangat ditentukan oleh kualitas komunikasi individu dengan

orang lain.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

16

Kedua, identitas atau jati diri individu kita terbentuk dalam dan lewat

komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara

sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam

hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri sendiri. Kita

menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain tentang diri sendiri. Berkat

pertolongan komunikasi dengan orang lain individudapat menemukan diri, yaitu

mengetahui siapa diri sendiri sebenarnya.

Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling individuserta

menguji kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang lingkungan disekitar

individu, perlu membandingkan dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain

tentang realitas yang sama. Tentu saja, pembanding sosial (social comparison)

semacam itu hanya dapat individu lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

Keempat, kesehatan mental individusebagian besar juga ditentukan oleh

kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-

orang yang merupakan tokoh signifikan (significant figures) dalam kehidupan

Agar merasakan bahagia, individu membutuhkan konfirmasi dari orang

lain, yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menujukan bahwa

diri normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi,

yakni penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukan bahwa diri

individu abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semua itu hanya kita peroleh

lewat komunikasi interpersonal, komunikasi dengan orang lain.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

17

2.2 Determinasi Diri

2.2.1 Pengertian Determinasi Diri

Determinasi diri (Self Determination Theory) adalah motivasi intrinsik

keadaan yang berasal dari dalam diri individu sendiri yang dapat mendorong

melakukan tindakan tujuan yanng individu inginkan sendiri. Dalam determinasi

diri menunjukan seseorang untuk mencari pengetahuan yang baru, tantang dalam

diri sendiri, menemukan hal-hal yang baru yang pada akhirnya akan diterapkan

dalan kegiatan dan tindakan seseorang yang akan dilakukan sesuai dengan

kebutuhan. Dalam motivasi intrinsik ada tiga faktor ini berperan penting sebagai

kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam meningkatkan motivasi intrinsik

seseorang. Ketiga kebutuhan itu adalah; kompetensi, otonomi, dan hubungan

sosial.

Teori Determinasi Diri (Self Determination Theory/STD) Deci & Ryan

(2002, dalam Muller et al, 2006) adalah teori motivasi yang komprehensif

melalui membedakan motivasi intrinsik dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi

intrinsik ditetapkan sendiri oleh individu yang tidak dicampuri oleh pengaruh dari

luar dirinya. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik bersifat instrumental karena tindakan

individu dilakukan dalam kendali pihak di luar diri individu. Konsepsi motivasi

yang dikotomis ini, yaitu pemilahan motivasi intrinsik dengan ekstrinsik,

digantikan dengan konsepsi dari Self Determination Theory melalui determinasi

diri yang bersifat kontinyu yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

18

Amotivation

Extrinsic Motivation

Intrinsic

Motivation

Non Regulation

External Regulation

Introjected Regulation

Identified Regulation

Integrated Regulation

Intrinsic Regulation

controlled self-determined

Gambar 1. Garis Kontinyu Determinasi Diri (Deci & Ryan, 2002)

Dalam teori determinasi diri, aktivitas individu diamati sebagai gaya peng-

aturan (regulatory styles) dalam taraf determinasi diri yang berbeda-beda yang

terdiri dari amotivation, 4 taraf gaya pengaturan yang termasuk dalam motivasi

ekstrinsik serta pengaturan intrinsik.

2.2.2 Aspek – aspek Determinasi Diri

a. Amotivation: amotivation didefinisikan sebagai “non-regulation” yang

menurut STD, tidak menggambarkan tindakan karena tidak memiliki

orientasi sebagai sasarannya. STD hanya membahas motivasi yang

mengandung intensi/niatan untuk bertindak/an intention to act.

b. External regulation: external regulation seasas dengan definisi tradisional

motivasi ekstrinsik.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

19

c. Introjected regulation: introjection regulation mencakup tindakan yang

berkaitan dengan memelihara harga diri seperti belajar guna memberi

kesan baik kepada orang lain atau karena diharapkan agar individu agar

bertindak yang selaras misalnya mahasiswa hadir dalam kuliah karena

beranggapan mahasiswa harus hadir dalam kuliah secara teratur. Sumber

tindakan dari diri sendiri meski hal ini tergolong pada determinasi diri

taraf rendah.

d. Identified regulation: identified regulation bertolak dari relevansi

perseorangan dalam bertindak, misalnya mahasiswa tidak berminat pada

sesuatu mata kuliah, betapapun ia berkepentingan untuk mendapatkan nilai

baik dalam kuliah tersebut karena berniat kuat meraih sukses menyele-

saikan studi. Dalam bahasa determinasi diri, mahasiswa mengatur

perilakunya setelah mengidentifikasikan diri dengan tujuan jangka

menengah studinya.

e. Integrated regulation: integrated regulation bergantung pada determinasi

diri. Gaya pengaturan diri ini dihasilkan oleh pengintegrasian tata-nilai

yang diterima individu yang disatukan ke dalam rasa diri/konsep dirinya.

Tata nilai itu eksis berdampingan secara harmonis dengan segi-segi lain

dalam diri individu. Gaya pengaturan diri ini amat dekat dengan regulasi

determinasi diri yang intrinsik dan secara empiris sulit membedakannya

dengan intrinsic regulation.

f. Intrinsic regulation: intrinsic motivation ini merupakan prototipe motivasi

dalam determinasi diri dan menunjukkan kecenderungan inheren/asli

untuk menemukan tantangan, pengetahuan, hal-hal baru serta pengalaman

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

20

emosional yang positif seolah individu amat larut terserap ke dalam

kegiatannya (seperti konsep flow, mengalir saja) Sesuai STD, mahasiswa

secara intrinsik mengatur diri ketika melakukan apa yang ingin

dilakukannya. Jadi determinasi diri dapat digambarkan adanya

“keselarasan subyektif antara diri individu dengan tindakan yang

dilakukannya.

Pengembangan dan pemeliharaan sistem pengaturan determinasi diri

menurut STD tergantung pada dapat terpenuhinya salah satu dari tiga kebutuhan

psikologi asli yaitu kebutuhan otonomi, bersekutu secara sosial dan berkompe-

tensi. Autonomy merujuk pada rasa cakap memilih/choice dan bertindak/agency,

individu perlu merasa dapat memilih dan melakukan tindakannya sendiri. Compe-

tence menunjuk pada rasa efektif/effectiveness, individu perlu merasa memiliki

kendali atas hasil-hasil tindakannya dan merasa memiliki kecakapan memberikan

dampak pada lingkungannya. Relatedness merujuk pada rasa dialaminya koneksi/

keterhubungan sosial yang efektif dan memiliki relasi sosial yang bermakna, ter-

hubungkan dalam interaksi dengan orang-orang yang dipentingkannya. Ling-

kungan yang mengembangkan ketiga kebutuhan dasar itu menghasilkan perilaku

berdeterminasi diri atau individu yang bermotivasi intrinsik. Konteks sosial kelu-

arga, kampus dan profesi memudahkan terpenuhinya ketiga kebutuhan itu melalui

menyediakan tantangan optimal untuk berkembang, memberi loloh-balik dan

keterlibatan antar pribadi. Deci et al (Zinkiewicz, Hammond & Trapp, 2003) me-

nyatakan faktor kontekstual yang mendukung otonomi seperti menyediakan

landasan rasional makna giat belajar, mengakui perasaan mahasiswa dan mena-

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

21

warkan pilihan bahan dan tagihan belajar. Belajar berbasis proyek misalnya

memberi mahasiswa pilihan wujud akhir tugas yang sebagai basis penilaian.

Teori determinasi diri membuat perbedaan antara tipe motivasi ekstrinsik

yang dijadikan ketetapan pribadi/self determined atau atonomik dengan tipe

motivasi ekstrinsik yang terkendali/contolled beserta dampaknya yang berbeda

pada kualitas pengalaman belajar dan bekerja. Motivasi ekstrinsik yang terkendali

bergantung pada ganjaran dan sanksi ekslisit atau implisit dan pada pendangan

pribadi tentang apa yang diharapkan dari diri sendiri yang pada giliranya

menghasilkan perilaku yanng merupakan tenggapan terhadap tekanan karena

perilaku itu dikendalikandari luar diri individu. Motivasi ekstrinsik yang demikian

itu menjauhkan individu dari determinasi diri setra menngakibatkan menurunya

motivasi intrinsik. Belajar yang dikendalikan oleh motivasi ekstrinsik ini karena

berlangsung dalam kondisi yang dikendalikan cenderung menjadi jenis belajar

ingatan jangka pendek dan terintegrasikan secara buruk dalam tata nilai dan

ketrampilan jangka panjang.

Selanjutnya, motivasi ekstrinsik yang otonomik dapat berubah menjadi

motivasi intrinsik melalui ditetapkannya manjadi milik pribadi (yang

determinasikan diri), yang mendapat persetujuan dari diri sendiri, mampu

mereflaksikan diri sehingga menjadi menarik, menyenangkan dan penting bagi

diri sendiri pula, motivasi ekstrinsik yang sudah menjadi milik sendiri ini

mengarahkan munculnya perilaku yang disertai oleh nuansa suka-rela, berkarya

dan pilihan pribadi.

Robinson (1997) menegaskan bahwa perilaku akademik diamati sebagai

perilaku yang dimotivasi secara intrinsik, ekstrinsik atau tidak termotivasi.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

22

Perilaku yang secara intrinsik termotivasikan dikenakan pada pengajaran tugas

akademik demi untuk menangani tugas itu sendiri dan untuk memberi rasa

sengang dan kepuasan pribadi. Deci & Ryan (1985) menemukan motivasi yang

otonomik, yakni yang ditetapkan individu secara pribadi terlah berhasil

meningkatkan kenerja belajar siswa. Dengan kata lain, siswa yang memiliki

motivasi yang ditetapkan sendiri/ self-determined dalam mengerjakan tugas-tugas

pelajaran sangat besar kecenderungan siswa lebih betah berada di sekolah untuk

belajar daripada siswa yang motivasi belajarnya kurang ditatapkan secara pribadi..

Teori determinasi diri diujikan pula melalui penelitian Fotier, Vallerand&

Guay (Robinson, 1997). Dua ratus enampuluhtiga siswa kelas XI dari dua SMA di

Montreal mengisi angket evaluasi diri yanng berisikan butir-butir kompetensi

akademik, determinasi diri dan motivasi akademik yang otonomik. Sebagai

indikator kinerja akademik adalah nilai matematika, bahasa Perancis, biologi dan

geografi. Temuan penelitian menunjukan siswa yanng merasa berkompetensi dan

menetapkan sendiri motivasinya belajar memiliki profil motivasi otonimi tinggi.

Teori determinasi diri menyiratkan mekna behwa kinerja akademik yang tinggi

tergantung pada rasa otonomik individu siswa. Dengan kata lain, siswa yang

mendiri mencapai kinerja akademik bertaraf tinggi dibandingkan dengan siswa

yanng tergantung pada orang lain.

Chirkov, Ryan& Willness (2005) menemukan segi pentingnya praktik

budaya dan frekuensi penerapan tata nilai seperti yang diungnkapkan model

budaya Triandis tentang orientasi individualisme-kolektivisme dan orientasi

harizontal-vertikal pada mahasiswa Brazil dan Canada. Para peneliti mengukur

taraf otonomi mahasiswa atas penerapan praktik budaya dan taraf dukungan orang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

23

tua dan dosen terhadap pemenuhan kebutuhan untuk menjadi otonomik, untuk

merasa berkompetensi dan untuk bersekutua seperti yang tertuang dalam teori

determinasi diri. Ditemukan rasa otonomik yang lebih tinggi beserta kebutuhan

mendapat dukungan dari orang tua dan dosen berkorelasi denga taraf kesehatan

jiwa dan identitas budaya yang lebih tinggi pada kedua kelompok mahasiswa itu.

detemukan pula orientasi budaya secara vertikal kerang terinternalisasikam dan

kedua kelompok mahasiswa itu. Dibahas segi pentinya proses internalisasi tata

nilai melampaui batasan budaya, perbedaan konseptual antara otonomi dengan

individualisme dan ketidak-bergantungan/independence serta korelasi entara

orientasi budaya secara horisontal dengan kebutuhan mendapat dukungan

psikologik.

2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Chirkov et al (2003) menunjukkan dosen yang mene-

tapkan pilihan bagi mahasiswa menyebabkan melemahnya motivasi intrinsik. Di

pihak lain, mengadopsi pilihan yang telah ditetapkan oleh orang-orang penting

yang dipercayai oleh mahasiswa Asia telah mengembangkan motivasi intrinsik.

Otonomi/kemandirian pada beberapa masyarakat di luar masyarakat barat

menunjukkan individu yang mandiri ternyata tidak lebih bahagia hidupnya diban-

dingkan dengan individu yang kurang mandiri. Pandangan bertentangan tentang

kemandirian yang melintasi lingkup budaya ini menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Hasil penelitian Canggih (2010) mengatakan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara komunikasi interpersonal dengan motivasi berprestasi diri yang

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

24

salah satunya di pengaruhi oleh motivasi intrinsik yang meliputi determinasi diri.

Pada taraf 95% dengan besar pengaruhnya sebesar 16%.

Dalam penelitian yang dilakukan Anggraeni (2008) menelusuri

determinasi beberapa faktor afektif yang mempengaruhi keberhasilan belajar

mahasiswa dan mengungkap bagaimana secara psikologis faktor-faktor tersebut

dirasakan oleh mahasiswa. Untuk menentukan determinasi setiap faktor efektif

dalam membedakan antara mahasiswa yang berprestasi tinggi dengan mahasiswa

yang berprestasi rendah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat anxiety dan

learned helplessness mahasiswa berprestasi tinggi lebih rendah dibandingkan

dengan mahasiswa berprestasi rendah, sementara tingkat self efficacy, locus of

control, interest, dan integrativeness mahasiswa berprestasi tinggi lebih tinggi

dibandingkan dengan mahasiswa berprestasi rendah, dan perbedaan ini dibuktikan

signifikan.

Hasil penelitian Padmomartono (2008) dalam penelitian yang berjudul

meramalkan prestasi akademik mahasiswa PGSD-UKSW berdasarkan

determinasi diri dan consciousness dalam faktor kepribadian “the big five”

menyatakan bahwa 22,4% prestasi akademik mahasiswa dapat diramalkan secara

bersama-sama oleh determinasi diri dan faktor kepribadian the big five sementara

77.6% diramalkan oleh faktor-faktor yang tidak diteliti.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan teori – teori yang ada hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2949/3/T1...Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap

25

determinasi diri dan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingandan

Konseling angkatan 2009FKIP UKSW tahun akademik 2011/2012.