BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15308/2/T2_942010030_BAB II... ·...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15308/2/T2_942010030_BAB II... ·...
11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Mengungkapkan kompetensi dari kata “Competent”
yang berarti kemampuan, kompetensi merupakan
kemampuan individual dan mampu menguasai atau
melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu
menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan
kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran
perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge)
seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri
yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan
(ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang
bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya
ketika bekerja (Suyuti, 2003:17). Kompetensi guru
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya ( Saragih, 2006: 29). Kompetensi adalah kemampuan kecakapan,
keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut
ketentuan hukum, (Syah 2000:30). Selanjutnya masih
menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru
adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi
12
profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan
dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya. Guru yang kompeten dan professional
adalah guru piawai dalam melaksanakam profesinya.
Bahwa dalam menjalankan kewenangan
profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga
bagian Adlan (2000: 32) yaitu:
a. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu.
b. Kompetensi efektif, kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas.
c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai.
Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran
perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge)
seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri
yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan
(ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang
bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesan
ketika bekerja. Kompetensi merupakan perilaku yang
irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula.
Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan
kualitas dan aktivitas tenaga pendidikan.
2.1.2 Karaktristik Kompetensi guru Seorang guru berkompeten adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang
13
keguruan atau dengan kata lain ia telah terdidik dan
terlatih dengan baik. Terdidik dan terlatih bukan
hanya memperoleh pendidikan formal saja akan tetapi
juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik
didalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai
landasan-landasan kependidikan seperti yang
tercantum dalam kompetensi guru. Untuk melihat
apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak,
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari
tingkat pendidikan minimal dari latar pendidikan
untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru.
Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar,
mengelola kelas, mengelola proses pembelajaran,
pengelolaan siswa, dan melakukan tugas-tugas
bimbingan dan lain-lain (Danim, 2002: 3).
Berdasarkan UU Sisdiknas No. 14 tentang guru dan
dosen pasal 10, menentukan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi padagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial (Niam, 2006: 17).
a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal
28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
14
pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
(Mulyasa, 2005: 75).
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, arif dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik. Kepribadian yang
mantap dari sosok seorang guru akan memberikan
teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat luas. Hal
tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP tentang
Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,
yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk
(1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
(2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional. (3) Bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik ; dan (4) Bergaul secara
santun dengan masyarakat
d. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan
guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas
15
dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. PP
Nomor 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa
kompetensi Profesional guru merupakan kemampuan
guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya
yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan: (1) Menguasai materi pelajaran secara
luas dan mendalam sesuai dengan isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu. (2) Menguasai konsep
dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau
koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu.
2.2 Pengelolaan Kelas 2.2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan
guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya
tingkah laku siswa yang diharapkan dan
menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak
diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal
yang baik dan iklim sosoi-emosional yang positif, serta
menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang
produktif dan efektif, (Winataputra, 2003:8).
16
Pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh
guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak
terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan
sosial Winzer (Winataputra, 2003: 9).
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai
salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam
tugas guru di dalam kelas (Usman, 2003). Berbagai
definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima
oleh para ahli pendidikan, yaitu: Pengelolaan kelas
didefinisikan sebagai: (1) Perangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang
tidak diinginkan. (2) Seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. (3)
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Fokus dalam mengelola kelas adalah siswa. Pengelolaannya dititik beratkan pada keragaman berupa perbedaan latar belakang peserta didik, perbedaan kemampuan dan kecenderungan yang dimiliki siswa atau berkaitan dengan sikap belajar siswa. Sikap peserta didik dalam proses belajar, merupakan bahagian penting yang harus diperhatikan karena aktivitas belajar banyak ditentukan oleh sikap belajar peserta didik (Nurhalisah, 2010:193). Ketika memulai kegiatan belajar peserta didik memiliki sikap menerima atau ada kesediaan emosional untuk
17
belajar, maka peserta didik akan cenderung berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun bilamana lebih dominan sikap menolak sebelum belajar, maka siswa kurang mem-perhatikan kegiatan pembelajaran.
“ted process. It involves motivating students to learn, providing appropriate instruction and feedback, andmanaging student work. Effective managers organize and conduct their classrooms to preventmanagement problems from happening in the first place, (Jack Snowman and Rick McCown, 2012:92).
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas
yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran
yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas merupakan
suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses
atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara
lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat
kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan
efisien.
2.2.1 Kegiatan Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai
kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas
berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada
setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang
kreatif dan terarah. Arikunto (dalam Djamarah, 2006: 177)
juga berpendapat “bahwa penelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
18
belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud
agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan
dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang
menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot,
alat pelajaran).
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan guru
dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen
kelas yang tertuang dalam petunjuk pengelolaan kelas
(Suhardan, 2009: 114) adalah:
a) Mengecek kehadiran siswa. Siswa dilihat dari keberadaannya satu persatu terutama diarahkan untuk melihat kesiapannya dalam mengikuti proses belajar mengajar, kesiapan secara fisik terutama mental karena dengan perhatian dari awal akan memberi dorongan kepada mereka untuk dapat mengikuti kegiatan dalam kelas dengan baik. (b) Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang sudah diberikan hendaknya dengan cepat dikumpulkan dan diberi komentar dengan singkat sehingga rasa penghargaan yang tinggi dapat memberi motivasi atas kerja yang sudah di lakukan. (c) Pendistribusian bahan dan alat, apabila ada alat dan bahan belajar yang harus di distribusikan maka secara adil setiap siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan praktek atau menggunakan alat dan bahan dalam proses belajarnya. (d) Mengumpulkan informasi dari siswa, banyak informasi yang berguna bagi guru dan bagi siswa itu sediri yang dapat di peroleh dari siswa baik yang berupa informasi tentang pribadi siswa maupun berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan siswa yang harus dan sudah dikerjakan. (e) Mencatat data, data-data siswa baik secara proroangan maupun
19
kelompok yang menyangkut individu maupun pekerjaan yang sangat penting untuk di catat karena akan mendukung guru dalam memberikan evaluasi akhir terhadap pencapaian hasil pekerjaan siswa. (f) Pemeliharaan arsip. Arsip-arsip tentang kegiatan dalam kelas disimpan dan didata dengan rapi dan dipelihara sebagai tanggung jawab bersama sehingga dapat memberikan informasi baik bagi guru maupun bagi siswa. (g) Memberi tugas. Penugasan adalah proses memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri dan dapat mengevaluasi kemampuan secara sendiri.
Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Adapun kegiatan pengelolaan fisik
dan pengelolaan sosial emosional merupakan bagian dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar siswa.
Ketercapaian tujuan pengelolaan kelas dilihat dari:
a. Anak-anak memberi respon yang setimpal terhadap
perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang
dewasa. Artinya bahwa perilaku yang diperlihatkan siswa
seberapa tinggi, seberapa baik, dan seberapa besar
terhadap pola perilaku yang diperlihatkan guru
kepadanya di dalam kelas.
b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsetrasi
dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuannya. Perilaku yang diperlihatkan guru
berupa kinerja dan pola perilaku orang dewasa dalam
nilai dan norma balikannya akan berupa peniruan dan
pencotohan oleh siswa baik atau buruknya amat
bergantung kepada apa yang telah diperlihatkan oleh
seorang guru.
20
Adapun indikator keberhasilan dalam pengelolaan
kelas adalah: (a) Tercipta suasana tempat belajar yang
kondusif (tertib, lancar, berdisiplin dan bergairah) (b)
Terjadi hubungan interpersonal yanga baik antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Kegiatan
mengelola kelas adalah kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif
bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya
menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian
kelas teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta
didik yang telah melakukan tugasnya dengan baik, atau
menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama.
Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan cara
menciptakan situasi yang kondusif.
2.2.2 Komponen Ketrampilan Pengelolaan Kelas Komponen keterampilan mengelola kelas salah
satunya adalah keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan pemiliharaan kondisi belajar yang optimal
Djamarah (2006:186), meliputi: (a) Menunjukkan sikap tanggap, Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya. Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan serta memberikan reaksi atas gangguan dan ketidakacuan siswa dalam bentuk teguran. (b) Membagi perhatian, Pengelolaan kelas yang efektif dapat terjadi jika guru mampu membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu yang sama, dengan cara:
21
1.Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual. 2.Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
(c) Memusatkan perhatian kelompok, Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerja sama. Memusatkan dapat dilakukan dengan cara: 1) Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi. 2) Menuntut tanggung jawab, atas keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja kelompok, memperagakan sesuatu atau memberikan tanggapan.
(d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak kebingungan. (e) Menegur, apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas, maka guru hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Tegas dan jelas teruju kepada siswa yang mengganggu. (2) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan. (3) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan. (4) Memberi Pujian, Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk
22
reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi manajemen kelas
Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan
dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, banyak dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-
faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan
pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik
(sosial-emosional) yang melekat pada guru. Menurut
(Suhardan, 2009: 112-113) untuk mewujudkan pengelolaan
kelas yang baik, ada berbagi faktor yang mempengaruhinya
antara lain: a. Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai
pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan
mempuyai pengaruh positif terhadap pencapaian
tujuan pengajaran, lingkungan fisik yang dimaksud
meliputi:
Ruang tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar. Ruang tempat belajar harus
memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak
berdesk-desakan dan saling mengganggu antara
siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat
melakukan aktivitas belajar.
b. Pengaturan tempat duduk, dalam mengatur
tempat duduk yang penting adalah Memungkinkan
terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat
23
mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat
duduk akan mempengaruhi kelancaran proses
belajar mengajar
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya, suhu, ventilasi
dan penerangan adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman, oleh
karena itu vetilasi harus cukup menjamin kesehatan
siswa.
d. Pengaturan penyimpanan barang-barang, Barang-
barang hendaknya disimpan pada tempat khusus
yang mudah di capai kalau segera diperlukan dan
akan dipergunakan bagi kepentingan belajar.
e. Kondisi sosio-emosional
Kondisis sosio-emosional dalam kelas akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairaan siswa dan
efektivitas tercapainya tujuan pembelajaran. Kondis
sosio-emosionsl tersebut meliputi:
a) Tipe kepemimpinan, kepemimpinan guru akan
mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apakah
guru melaksanakan kepemimpinannya secara
demokratis.
b) Sikap guru, sikap guru dalam menghadapi siswa
yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingka laku siswa akan dapat diperbaiki.
Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah
lakunya bukan membenci siswanya. Terima siswa
dengan hangat sehingga ia insyaf akan
kesalahannya, berlaku adil dalam bertindak.
c) Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar,
turut mempengauruhi proses belajar mengajar.
Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi
atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar
oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa
24
jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung
tidak diperhatikan.
d) Pembinaan hubungan baik, Pembinaan hungan
baik antara guru siswa dalam masalah pengelolaan
kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan
terciptanya hubungan baik guru dan siswa, di
harapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah,
dan semangat, bersikap optimistik dalam kegiatan
belajar yang sedang di lakukannya serta terbuka
terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
2.3 Kompetensi guru dalam mengelola kelas.
Kompetensi guru diperlukan dalam rangka
mengembangkan dan mendemontrasikan perilaku
pendidikan, bukan sekedar mempelajari
keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi
merupakan penggabungan dan aplikasi suatu
keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan
dalam bentuk perilaku nyata Mulyasa (2009: 31).
Oleh karena itu, kompetensi guru sangat penting
dimiliki oleh guru sebagai bekal untuk
melaksanakan proses pembelajaran guna mencapai
keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru harus
memiliki empat kompetensi untuk menunjang
pekerjaannya. Empat kompetensi tersebut adalah
kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan
sosial.
Kompetensi guru dalam mengelola kelas
merupakan salah satu dari banyak keterampilan
dalam kompetensi profesional yang harus dimiliki
25
guru. Kompetensi guru dalam mengelola kelas adalah
segala sesuatu yang dilakukan guru agar anak-
anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-
mengajar, bagaimana pun cara dan bentuknya.
Kompetensi guru dalam mengelola kelas adalah
keterampilan yang dimiliki guru dalam rangka
menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar tetap
kondusif agar proses belajar mengajar dapat berjalan
secara efektif sehingga tujuan pengajaran dapat
dicapai secara optimal.
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang
berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang
dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan
kegairahan peserta didik baik secara berkelompok
maupun secara individual. Keharmonisan hubungan
guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara
peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi.
Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan
dalam pengelolaan kelas dapat digunakan prinsip-
prinsip pengelolaan kelas. Prinsip-prinsip pengelolaan
kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah
sebagai berikut:
a. Hangat dan antusias
b. Hangat dan antusias merupakan salah satu prinsip
yang diperlukan dalam proses belajar dan mengajar.
Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu
26
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktifitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
c. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau
bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan
gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang. d. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi
munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan.
e. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mecegah kemungkinan munculnya
gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat
mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa,
tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan
sebagainya.
f. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik guru
harus menekankan pada hal-hal yang positif dan
menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang
negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu
penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku
siswa yang positif dari pada mengomeli tingkah laku
27
yang negatif,. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran
guru untuk menghindari kesalahan yang dapat
mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
g. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru
hendaknya menjadi teladan mengendalaikan diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin ana didiknya ikut berdisiplin
dalam segala hal
2.4 Supervisi Akademik 2.4.1 Pengertian Supervisi Akademik
Supervision as an interpersonal process in which
the skilled practitioner or supervisor helps less skilled
practitioners in relation to their professional growth
(Abiddin, 2008:14). Glickman, (2010) Ryan (2012:563)
Supervision as a common vision ”that is developed
collaboratively and brought into reality together. It forms
connections that focus organizational and individual
goals, objectives and efforts into an overarching
strategy”.
Supervisi adalah semua usaha yang sifatnya
membantu guru atau melayani guru agar ia dapat
memperbaiki, mengembangkan, dan bahkan
meningkatkan pengajarannya, serta dapat pula
menyediakan kondisi belajar siswa yang efektif dan
efisien demi pertumbuhan jabatannya untuk mencapai
tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu
28
pendidikan. Bantuan atau pelayanan yang diberikan
yang dimaksud adalah bantuan yang diberikan dengan
jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
guru untuk dapat mengembangkan pengelolaan
pembelajaran yang terdiri dari penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian prestasi belajar (Purwanto, 2006: 76-79).
Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah
adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk
melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal
dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,
setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan
menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:
pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan
dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.
Supervisi akademik yang menitikberatkan
pengamatan supervisor pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam
lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa
sedang dalam proses belajar (Arikunto, 2004: 5).
Fungsi supervisi adalah membantu sekolah
menciptakan lulusan yang baik dalam kuantitas dan
kualitas, serta membantu para guru agar bisa dan
dapat bekerja secara profesional sesuai dengan kondisi
masyarakat tempat sekolah itu berada (Pidarta, 2009:
3).
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya
29
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran Abusmar dkk, (2013:4). Supervisi
akademik salah satu upaya kepala sekolah membantu
guru-guru mengembangkan kemampuannya dalam
meningkatkan mutu guru dan mutu pendidikan.
Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama
sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu
guru mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Supervisi akademik yang dilakukan kepala
sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut.
1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar,
karakteristik, dan kecenderungan perkembangan
tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif,
inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan
naluri kewirausahaan
2) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap
bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau
mata pelajaran di sekolah/madrasah
berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP.
3) Membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa.
4) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium,
dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan
potensi siswa.
30
5) Membimbing guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media
pendidikan dan fasilitas pembelajaran.
6) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi
informasi untuk pembelajaran.
Kompetensi supervisi akademik intinya adalah
membina guru dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang
terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran,
penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan
media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian
tindakan kelas. Supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak
terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran.
2.4.2 Teknik Supervisi Individual Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan
supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga
dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas
pembelajarannya. Teknik supervisi individual ada lima
macam yaitu: Kunjungan kelas, Observasi kelas,
31
Pertemuan individual, Kunjungan antar kelas, dan
Menilai diri sendiri.
a) Kunjungan kelas Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru
oleh kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk
menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam
kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas: (1)
Dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
tergantung sifat tujuan dan masalahnya, (2) Atas
permintaan guru bersangkutan, (3) Sudah memiliki
instrumen atau catatan-catatan, dan (4) Tujuan
kunjungan harus jelas.
Tahap-tahap kunjungan kelas ada empat tahap
kunjungan kelas. (1) Tahap persiapan. Pada tahap ini,
supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara
mengobservasi selama kunjungan kelas. (2) Tahap
pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran
berlangsung. (4) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap
ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian
untuk membicarakan hasil-hasil observasi. (5) Tahap
terakhir adalah tahap tindak lanjut.
Kriteria kunjungan kelas, dengan menggunakan
enam kriteria yaitu:
1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu;
2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat
memperbaiki kemampuan guru;
32
3) Menggunakan instrumen observasi untuk
mendapatkan data yang obyektif;
4) Terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina
sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;
5) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu
proses pembelajaran; dan
6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak
lanjut.
b) Observasi kelas Observasi kelas adalah kunjungan yang
dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan
maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yag
sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan,
Arikunto, (2006:55 ). Observasi kelas adalah
mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif
aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan
guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas,
(Glickman, et al; 2007).
Ada bermacam-macam cara mengobservasi
kegiatan guru dan siswa di kelas. Seorang supervisor
dapat menggunakan cara langsung masuk kelas
atau cara tidak langsung, yaitu orang yang diobservasi
dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak
mengetahuinya. Dalam mengobservasi perlu
memperhatikan beberapa hal, antara lain: tujuan
yang hendak dicapai, apa yang akan diobservasi,
33
kreteria yang dipakai dalam observasi serta alat-alat
yang digunakan dalam observasi, Arikunto, ( 2006:56).
Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas.
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam
proses pembelajaran, (b) Cara menggunakan media
pengajaran (c) Variasi metode, (d) Ketepatan
penggunaan media dengan materi
2. Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
3. Reaksi mental para siswa dalam proses belajar
mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
Persiapan, Pelaksanaan, Penutupan, Penilaian hasil
observasi; dan Tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah
siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai
masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak
mengganggu proses pembelajaran.
c) Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan,
percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara
supervisor guru. Tujuannya adalah: Memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi; Mengembangkan
hal mengajar yang lebih baik; Memperbaiki segala
kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
Menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-
segi positif guru, mendorong guru mengatasi
kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan
34
melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih
meragukan.
d) Kunjungan antar kelas Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu
berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri.
Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam
pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan
antar kelas: Harus direncanakan; Guru-guru yang
akan dikunjungi harus diseleksi; Tentukan guru-guru
yang akan mengunjungi; Sediakan segala fasilitas yang
diperlukan; Supervisor hendaknya mengikuti acara ini
dengan pengamatan yang cermat; Adakah tindak
lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya
dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan
pemberian tugas-tugas tertentu; Segera aplikasikan ke
sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan
kunjungan antar kelas berikutnya.
e) Menilai diri sendiri Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan
oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu
diperlukan kejujuran diri sendiri. Caranya sebagai
berikut.Suatu daftar pandangan atau pendapat yang
disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan
atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan
tidak perlu menyebut nama. Menganalisa tes-tes terhadap
unit kerja. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu
35
catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun
secara kelompok.
2.5 Teknik Observasi Kelas 2.5.1 Pengertian Observasi Kelas
Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan
oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud
untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang
berlangsung di kelas yang bersangkutan, Arikunto,
(2006:55). Observasi kelas adalah mengamati proses
pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah
untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi
pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha
memperbaiki proses pembelajaran. Aspek-aspek yang
diobservasi di dalam kelas, (Glickman, et al; 2007).
Seorang supervisi mengadakan observasi kelas dengan
cara meneliti suasana atau kondisi kelas selama
pelajaran berlangsung dengan tujuan untuk
memperoleh data yang valid sehingga data itu dapat
digunakan untuk menganalisi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki proses
belajar mengajar (PBM).
Observasi kelas adalah teknik observasi yang
dilakukan ketika supervisor yang secara aktif
mengikuti jalannya kunjungn kelas ketika proses
sedang berlangsung, tujuan observasi kelas adalah 1)
Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek
situasi dalam proses pembelajaran yang diamati, 2)
Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap
36
pendidik dan mengevaluasinya, 3) Menemukan
kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap
pendidik, 4) Menemukan kebutuhan para pendidik
falam menunaikan tugasnya, 5) Memperoleh bahan-
bahan dan informasi guna penyusunan program
supervise, 6) Mempererat dan memupuk integritas
sekolah. ( Sahertian, 2000:57).
Melihat dan memperhatikan secara teliti
terhadap gejala yang tampak. Sasaran dari observasi
kelas adalah proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Dengan tujuan untuk memperoleh daya
yang seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam
situasi pembelajaran. Guru-guru ditugaskan untuk
mengamati seorang guru lain yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata
pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat
dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan
kunjungan ke sekolah lain.
Dari beberapa pengertian di atas peneliti
menyimpulkan bahwa, kegiatan observasi kelas
merupakan salah satu teknik supervise yang
dilakukan oleh kepala sekolah untuk memperoleh
data-data aktual dan konkrit tentang masalah-
masalah yang dihadapi guru di depan kelas. Dengan
observasi kelas kepala sekolah dapat mempelajari
situsi belajar mengajar yang sedang berlangsung yang
meliputi faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya
yang mencakup kegiatan-kegiatan guru kegiatan
37
murid dan masalah-masalah yang timbul dalam
proses belajar mengajar tersebut.
2.5.2 Aspek-Aspek Yang Diamati
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi
adalah: (1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa
dalam proses pembelajaran, (2) cara menggunakan
media pengajaran, (3) variasi metode, (4) ketepatan
penggunaan media dengan materi, (5) ketepatan
penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi
mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi melalui tahap: persiapan,
pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi;dan
tindak lanjut. Dalam rangka melakukan observasi,
seorang supervisor hendaknya telah mempersiapkan
instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan
supervisi.
2.5.3 Jenis dan Cara Melakukan Observasi
Cara dan sikap yang harus dilakukan oleh
supervisor untuk memperoleh data dalam observasi
antara lain:
1) Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas).
Mengambil tempat di dalam kelas yang tidak
menjadi pusat siswa, tidak mencampuri guru yang
sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak
menimbulkan prasangka bagi guru.
2) Harus dapat membedakan mana yang penting
untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
38
3) Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat
bagaimana memperbaikinya.
4) Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi sisiwa-
siswa tentang proses belajar.
Kriteria yang dipakai dalam observasi dari data
yang dikumpulkan dan dicatat haruslah bersifat
obyektif maksudnya adalah bahwa segala sesuatu
yang dicatat merupakan data yang sebenarnya tanpa
ada pengaruh unsur subyektif dari supervisor, apa
yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa
yang dimaksud sering terjadi orang mencatat sesuatu
bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa
yang dipikirkannya. Oleh karena itu pencatatan yang
tidak valid (tepat) dengan sendirinya tidak dapat
dipercaya dan data dari catatan-catatan itu akan
“berkata” dan memberikan kecenderungan tafsiran
terhadap situasi belajar dan mengajar. Menurut
Sahertian, (2005:56) ada dua cara observasi yaitu:
Observasi langsung, dengan menggunakan alat
observasi, supervisi mencatat absen yang dilihat pada
saat guru mengajar. Observasi tidak langsung Orang
yang di observasi dibatasi oleh ruang kaca di mana
murid-murid tidak mengetahuinya (biasanya
dilakukan dalam laboratrium untuk pengajaran
mikro), jenis observasi dapat dibedakan menjadi 2
yaitu pertama observasi langsung (directed
observation) jika seorang guru yang sedang mengajar
diobservasi langsung oleh supervisor berada bersama-
sama dalam kelas, sedangkan yang kedua observasi
39
tidak langsung (indirect observation). Secara umum,
aspek-aspek yang diamati selama proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung adalah: (1) usaha-
usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses belajar
mengajar, (2) cara penggunaan media pengajaran, (3)
reaksi mental para siswa dalam proses belajar
mengajar, (4) keadaan media pengajaran yang dipakai
dari segi materialnya.
2.5.4 Tahap-tahap Observasi Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa
tahap sebagai berikut: Persiapan observasi kelas,
Pelaksanaan observasi kelas, Penutupan pelaksanaan
observasi kelas, Penilaian hasil observasi, Tindak
lanjut
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
dalam kegiatan observasi kelas ini adalah:
1) Sebelum kunjungan dilakukan harus disusun
rencana secara sistematis, baik mengenai tujuannya
maupun mengenai segi-segi yang akan diobservasi,
cara dan pentahapan observasi, alat atau cara
pencatatan dalam mengobservasi dan cara
memperoleh serta mentafsirkan hasil observasi.
2) Kesempatan kunjungan harus lebih banyak
diberikan kepada guru baru (muda) yang belum
banyak pengalamannya. Dalam hubungan ini tidak
berarti menutup kemungkinan bagi guru-guru
lainnya yang sudah bertugas untuk melakukan
kunjungan, terutama bilamana dipandang bahwa
40
guru yang bersangkutan sudah ketingggalan serta
bersifat statis dalam mengikuti perkembangan dan
pembaharuan pendidikan.
3) Rencana dan maksud kunjungan serta kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan dalam kunjungan itu
harus diberitahukan lebih dahulu sebelum
kunjungan dilakukan kepada guru yang akan
dikunjungi.
4) Selama kunjungan atau segera setelah kunjungan
selesai harus dibuat catatan-catatan yang perlu
sesuai maksud kunjungan. Jangan membiasakan
sekedar menggunakan ingatan tanpa membuat
catatan kecil sama sekali.
5) Mendiskusikan hasil kunjungan baik dengan pihak
yang dikunjungi maupun dengan teman guru
lainnya.
2.6 Penelitian Yang Relevan
Dienda Mahendrawati .2012. Implementasi
Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri I Kebakkramat.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan
supervisi akademik kepala sekolah untuk
melaksanakan Permendiknas No. 13 Tahun 2007. (a)
Tujuan supervisi akademik kepala sekolah untuk
membantu guru dalam mengembangkan
kompetensinya, mengembangkan kurikulum
pendidikan, mengembangkan kelompok kerja guru,
membimbing penelitian tindakan kelas, sebagai
perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar
41
secara total. (b) Fungsi supervisi akademik adalah
sebagai sumber informasi bagi pengembangan
profesionalisme guru, meningkatkan kemampuan
mengajar guru, meningkatkan keterampilan mengajar
serta mendorong guru ke arah perbaikan profesi guru.
(c) Teknik yang biasa digunakan oleh kepala sekolah
adalah teknik individual atau kelompok dengan cara
langsung maupun tak langsung. (d) Prinsip yang
digunakan adalah praktis, sistematis, objektif,
realistis, antisipatif, konstruksif, kooperatif,
demokratis, berkesinambungan, terpadu dan
komprehensif. (2) Kendala yang dihadapi adalah
kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah,
kurangnya persiapan guru yang disupervisi,
pelaksanaan supervisi akademik yang tidak sesuai
jadwal. (3) Usaha untuk mengatasi kendala adalah
dilakukan koordinasi dengan guru senior, pemberian
motivasi kepada guru yang disupervisi mengenai
pentingnya supervisi pendidikan, dan penjadwalan
ulang kegiatan supervisi. Kata kunci: implementasi,
supervisi akademik, kepala sekolah.
Hamzah. 2011. Pelaksanaan Supervisi Akademik
dan Manajerial Pengawas Sekolah pada SMP Negeri 2
Alalak Kabupaten BatolaHasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Pelaksanaan supervisi Akademik oleh
pengawas dalam menjalankan tugasnya dilapangan
sudah terlaksana, namun ada beberapa yang belum
berjalan dengan baik yaitu pembinaan terhadap
memanfaatnya media komputerisasi, belum terbinanya
42
minat baca bagi para guru, penilaian kemampuan
guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum
dilaksanakan secara optimal, belum melaksanakan
penilaian terhadap kemampuan guru dalam
menggunakan media dan sumber belajar, penilaian
terhadap kemampuan guru BK dalam melaksanakan
program BK di sekolah belum terlaksana, menilai
kemampuan guru dalam meningkatkan hasil belajar
siswa belum terlaksana, menilai kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran di laboratorium
belum terlaksana, pengawas pembina belum
melakukan penilaian terhadap kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran di lapangan,
pengawas satuan pendidikan belum melakanakan
penilaian terhadap kemampuan guru dalam
melakukan penilitian tindakan kelas, dan (2)
Pelaksanaan supervisi Akademik, yaitu pengawas
pembina telah berperan aktif melakukan pembinaan
terhadap kepala sekolah dalam menyusun
perencanaan pendidikan di sekolah yang menjadi
binaannya, pengawas satuan pendidikan melakukan
fungsinya baik mengenai supervisi akademik maupun
supervisi manajerial, pengawas pembina dalam hal
menyusun anggran belanja sekolah hanya
memberikan masukan, pengawas satuan pendidikan
memberikan bimbingan dan arahan demi terwujudnya
manajemen berbasis sekolah dengan mengutamakan
mutu pendidikan, peran pengawas pembina telah
melaksanakan fungsinya untuk mengembangkan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu
43
dengan jalan meminta kepala sekolah agar
memperioritaskan pengembangan sarana dan
prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan KTSP
Dari temuan tersebut diharapkan agar pengawas
satuan pendidikan memperhatikan dan melaksanakan
supervisi akademik dan supervisi manajerial agar
mutu saekolah yang menjadi binaannya dapat berjalan
dengan lancar.
Suryantini. 2013. Peningkatan Kemampuan
Kepala Sekolah dalam Mempersiapkan Akreditasi bagi
Kepala SD Muhammadiyah 10 UPTD Kec. Serengan
Melalui “SUPERMAN”. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa: 1) Pelaksanaan supervisi akademik metode
pendampingan untuk meningkatkan efektivitas
implementasi Kurikulum 2013 dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:a) Kegiatan supervisi
akademik dilakukan dalam 2 Siklus, yaitu terdiri dari tahap
persiapan, pelaksanaan, dan kegiatan akhir; b) Pada
tahap awal persiapan dilakukan konsolidasi antara
pengawas sekolah dengan kepala sekolah dan guru
inti untuk membahas tentang jadwal kegiatan pendampingan
yang akan dilaksanakan; c) Pada tahap pelaksanaan,
pengawas melakukan monitoring, konsultasi,
penyampaikan informasi, modeling, mentoring, dan coaching
yang hendak dilakukan. Perencanaan dilakukan dengan
memperhatikan hasil identifikasi permasalahan yang dilakukan
serta mempersiapkan perangkat yang diperlukan; dan d) Pada
tahap akhir dilakukan penyusunan laporan; dan 2)
Penerapan supervisi akademik dengan metode
44
pendampingan dapat meningkatkan efektivitas
implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri Bulukantil
No. 150 UPTD Dikpora Kecamatan Jebres Kota
Surakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian
pada seluruh aspek implementasi Kurikulum 2013
yang mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan
yang dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang
berjudul upaya peningkatan kompetensi Guru dalam
Mengelola Kelas di SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak
melalui melalui supervisi individual jenis observasi kelas.
Rumusan maslah dalam penelitian ini adalah apakah
supervisi individual jenis observasi kelas dapat
meningkatkan kompetensi Guru dalam Mengelola Kelas di
SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui supervisi individual jenis
observasi kelas dapat meningkatkan kompetensi Guru
dalam Mengelola Kelas di SD Negeri Baleromo 2 Dempet
Demak
2.7 Kerangka Berfikir Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila
proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas
benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai
kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan,
di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar
mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut
untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
45
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal.
Kepala sekolah memainkan peran penting dalam
mengejawantahkan visi pendidikan nasional. Dalam hal
ini, kepala sekolah memiliki pengaruh signifikan terhadap
kualitas praktik pengajaran dan pencapaian belajar
peserta didik. Kepala sekolah memimpin, bersama
dengan pendidik dan tenaga kependidikan, untuk
memetakan arah ke depan pendidikan di sekolah,
mengembangkan pencapaian yang diharapkan,
memelihara fokus perhatian terhadap proses pengajaran
dan pembelajaran dan membangun lingkungan belajar
yang kondusif dan positif. Oleh karena itu, kemampuan
kepemimpinan kepala sekolah dapat menjadi factor
pembeda terhadap proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Teknik supervisi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah supervisi individual observasi kelas.
Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan
ketika supervisor yang secara aktif mengikuti jalannya
kunjungn kelas ketika proses sedang berlangsung, tujuan
observasi kelas adalah 1) Memperoleh data yang subjektif
mengenai aspek situasi dalam proses pembelajaran yang
diamati, 2) Mempelajari praktek-praktek pembelajaran
setiap pendidik dan mengevaluasinya, 3) Menemukan
kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap pendidik, 4)
Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan
46
tugasnya, 5) Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna
penyusunan program supervisi, 6) Mempererat dan
memupuk integritas sekolah.
Supervisi Individual
Teknik Onservasi Kelas
Kemampuan Guru
Dalam Mengelola Kelas
Masih Belum Maksimal
Mutu KBM