BAB II KONSEP DASAR -...
Transcript of BAB II KONSEP DASAR -...
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat . Berikut akan diuraikan pengertian
keluarga:
a. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatn
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan
yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat
serta lingkungannya (BKKBN, 1999).
b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan
tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan,
atau adopsi yang satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi (
Depkes RI, 1988 ).
c. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan ( Bailon dan Maglaya, 1989 ).
6
d. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga ( Duvall dan
Logan, 1986 ).
e. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga
(Friedman,
1998).
2. Tipe / Bentuk keluarga ( Murwani, 2007 )
a. Keluarga inti ( Nuclear family ) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak. .
b. Keluarga besar ( Exstended family ) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai ( serial family ) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda ( single family ) yaitu keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
7
e. Keluarga berkomposisi ( Composite ) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas ( Cahabitation ) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Tugas keluarga
Menurut Murwani( 2007 ) ada lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan, yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya, menganbil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,
memberikan perawatan kepada kepada anggota keluarga yang sakit dan
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan yang
menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.
Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, yaitu : pemeliharaan
fisik keluarga dan para anggotanya, pemeliharaan sumber – sumber daya
yang ada dalam keluarga, pembagian tugas masing –masing anggotanya
sesuai kedudukan masing – masing, sosialisasi antara anggota keluarga,
pengaturan jumlah keluarga, pemeliharaan ketertiban anggota
keluarga,penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas,
dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
8
4. Peran Keluarga
a. Peran Formal Keluarga
1) Peran Parental
Peran parental adalah peran dasar yang membentuk posisi
sosial, yaitu suami sebagai ayah dan istri sebagai ibu. Menurut
Murwani ( 2007 ) ada delapan peran parental. Peran – peran
tersebut yaitu : peran sebagai provider ( penyedia ), peran sebagai
pengatur rumah tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi
anak, peran rekreasi, peran saudara ( kinship ) atau peran
mmelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran
terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan), dan peran
seksual.
2) Peran Perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memlihara suatu hubungan
perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak – anak terutama
dapat mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi
dimana suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak.
Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan
merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
3) Peran informal
a) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
9
b) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide –
ide baru atau cara – cara mengingat masalah – masalah atau
tujuan – tujuan kelompok.
c) Pendamai ( compromiser ) : merupakan salah satu bagian dari
konflik dan ketidaksepakata, pendamai menyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan
penyelesaian “ setengah jalan”.
d) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh angota keluarga lain yang membutuhkannya.
e) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan – kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat keterikatan
/ keakraban.
5. Fungsi Keluarga
Friedman ( 1986 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif.
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan
fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim
yang positif. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep
diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
10
melaksanakan fungsi afektif adalah ; saling mengasuh, cinta kasih,
kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling menghargai,
dan ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga.
b. Fungsi sosial.
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar
berperan dalam lingkungan social ( Friedman, 1986 ). Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau
hubungan antar anggota keluarga yang diujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma – norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fugsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi Ekonomi.
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarg, seperti kebutuhan akan makan,
pakaian, dan tempat untuk berlindung ( rumah ).
11
e. Fungsi Perawatan Kesehatan.
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhai status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatan keluarga
(Friedman, 1998) adalah ; mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan
(menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.
6. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatn kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran / penyalur ( Murwani 2007 ).
b. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat da merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
12
2) Keliarga sebagai suatu kelompok yang dapat
menimbulkan,mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah
– masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3) Masalah – masalah keshatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggotakeluarga yang lain.
4) Dalam memelihara kesehatan angota keluarga sebagai individu (
pasien ), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara keshatan para anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
7. Tahap Perkembangan Keluarga.
Menurut Duval (1997)
a. Keluarga dengan anak usia dewasa awal .
Tugas perkembangan keluarga saat ini antara lain :
1) Menahbah anggota keluarga dengan kehadiran anggota
keluarga yang bsru melalui pernikahan anak yang telah berusia
dewasa.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Menyiapkan datangnya proses penuaan termasuk timbulnya
masalah – masalah kesehatan.
13
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran
pernafasan,pencernaan dan luka terbuka pada kulit (Price, 1996).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang ditularkan dari orang ke
orang melalui udara yang mengandung basil mycobacterium tuberculosis
(Suddarth, 2001)
TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(mycobacterium tuberculosis). Sumber penularan adalah penderita TBC, pada
waktu batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi jika
droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan (Depkes RI, 2002).
Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosis yang masuk kedalam saluran pernafasan melalui droplet yang
mengandung kuman mycobacterium tuberkulosis yang kemudian bisa
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit.
Karakteristik kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
14
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (Depkes RI,
2002).
Pada jaringan tubuh kuman TBC berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5
um, dapat juga terlihat seperti berbiji – biji. Kuman TBC tumbuh secara aerob
obligat, energi didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana.
Pertumbuhan kuman ini lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam, suhu
optimum pertumbuhan 37 derajat celcius. Pada perbenihan pertumbuhan
tampak setelah 2 – 3 minggu.
Daya tahan kuman TBC lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman
lainnya karena sifatnya hidrofobik permukaan sel. Dengan fenol 5%
diperlukan waktu 24 jam untuk membunuh mycobacterium tuberkulosis. Pada
sputum kering yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8 -10 hari.
Pengaruh pemanasan daya tahannya sama dengan kuman lainnya, jadi dengan
pasteurisasi kuman TBC ini dapat dibunuh
( Staf pengajar FK UI, 1994).
15
2. Anantomi dan fisiologi
a. Anatomi
( Suddarth, 2001)
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar dan dasarnya yaitu diafragma.
Efek dari gerakan ini adalah secara bergntin meningkatkan dan menurunkan
kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui
trakhea(inspirasi), karena penurunan tekanan didalam, dan mengembangkan paru.
Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukuranyya semula ( ekspirasi ),
16
paru – paru yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara keluar melalui
bronkus dan trakhea.
Bagian terluar dari paru – paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yaitu
pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior thoraks dan
permukaan superior diafragma. Pleura parietalis melapisi thoraks dan pleura
viseralis melapisi paru – paru. Antar kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut
spasium pleura yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks menjadi dua
bagian. Mediastinum terbentuk dari du lpisan pleura. Semua struktur thoraks
kecuali paru- paru terletak antara kedua lapisan pleura.
Setiap paru dibagi menjadi lobus – lobus. Paru kiri terdiri atas lobus
bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.
Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh
fisura yang merupakan perluasan pleura.
Didalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi – divisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri).
Bronkus lobaris dibagi menjadi broonkus segmental ( 10 pada paru kanan dan 8
pada paru kiri ). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub
segmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik
dan syaraf.
Bronkus sub segmental kemudian membentuk percabangan menjadi
bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya.bronkiolus
17
membantu kelenjar sub mukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan nafas.Bronkus dan
bronkiolus juga dilapisi se – sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan
berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru – paru
menuju laring.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang di anggap menjadi saluran
tradisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.Bronkiolus
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan sakus alveolar
kemudian alveoli. Pertukaran oksigan dan karbon dioksida terjadi dalam alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat juga jenis sel – sel
alveolar yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel – sel alveolar tipe
II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, menskresi surfaktan, suatu fosfolipid
yang melapisi permukaan dalam dan mencegah agar alveolar tidak kolaps. Sel
alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang
memakan benda asing seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting.
( Suddarth, 2001).
b. Fisiologi
Fungsi sistem pernafasan adalah untuk memungkinkan pengambilan
oksigen dari udara ke darah dan memungkinkan karbondioksida terlepas dari
darah ke udara bebas. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernafasan
18
dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke paru-paru. Disana
terdapat tiga proses utama dalam pernafasan yang meliputi ventilasi, pertukaran
gas dan transportasi oksigen (perfusi ).
1) Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Udara
masuk dan keluar dari paru karena terdapat perbedaan tekanan antara
intrapulmonal ( tekanan intraalveoli dan tekanan intrapleura ) dengan
tekanan atmosfir. Bila tekanan intrapulmonal lebih rendah dari tekanan
atmosfir maka udara akan masuk mmenuju ke paru, disebut inspirasi,
bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka udara
akan bergerak keluar dari paru ke atmosfir, disebut ekspirasi.
a) Inspirasi
Inspirasi adalah masuknya udara ke dalam paru merupakan proses
aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot inspirasi. Kerja otot-
otot inspirasi menyebabkan pengembangan dada dan paru sehingga
tekanan intrapulmonal menurun di bawah tekanan atmosfir maka
udara dari atmosfir akan masuk ke dalam paru.
b) Ekspirasi
Ekspirasi adalah keluarnya udara dari dalam paru. Ekspirasi terjadi
bila tekanan intrapulmonal melebihi tekanan atmosfir. Ekspirasi
merupakan proses pasif akibat dari relaksasi otot-otot inspirasi.
Relaksasi oto-otot inspirasi menyebabkan thoraks dan tulang iga
bergerak ke bawah menekan jaringan paru. Disamping itu, pada
19
akhir inspirasi jaringan paru yang terengang akan kembali ke
kedudukan semula karena adanya recoil paru.
2) Pertukaran gas
Pertukaran gas meliputi :
a) Pengangkutan oksigen
Oksigen yang berdifusi dari alveoli ke darah kapiler paru akan
diangkat ke seluruh tubuh melalui interaksi kerja jantung, pembuluh
darah dan darah. Oksigen yang diangkut dalam darah ada dua bentuk
yaitu bentuk terlarut dan terikat secara kimia dengan hemoglobin,
pada keadaan normal, jumlah oksigen yang terlarut sangat sedikit,
sehingga pengangkutan oksigen yang lebih memegang peran adalah
dalam bentuk ikatan dengan hemoglobin.
Kemampuan hemoglobin dalam fungsinya sehingga sarana
pengangkutan oksigen antara paru dan kapiler berhubungan dengan
dua sifat penting yaitu : kemampuan hemoglobin berubah menjadi
bentuk-bentuk “oxigenated” sewaktu mengikat oksigen, prosesnya
disebut oksigenasi dan hasil akhirnya terbentuk oksihemoglobin ( Hb
+ O2 HbO2 ). Kemampuan hemoglobin untuk melepas kembali
oksigen di kapiler jaringan melalui proses deoksigenasi, menjadi
bentuk “deoxigenated” adalah deoksinemoglobin ( HbO2 Hb+O2 )
Hemoglobin dikatakan tersaturasi penuh dengan oksigen
apabila seluruh hemoglobin dalam tubuh berkaitan secara maksimal
20
dengan oksigen. Faktor terpenting yang menentukan saturasi Hb-O2
adalah tekanan oksigen dalam darah.
b) Pengangkutan karbondioksida
Karbondioksida yang dihasilkan oleh metabolisme sel jaringan
akan berdifusi ke dalam darah dan diangkat dalam tiga bentuk yaitu
terlarut, terikat dengan hemoglobin atau protein plasma dan sebagai
ion bikarbonat.
3) Transportasi oksigen
Difusi didalam paru terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang
terdapat di alveoli dan kapiler paru. Oksigen mempunyai konsentrasi
yang meningkat di alveoli dibanding di kapiler paru, sehingga oksigen
akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru sebaliknya karbondioksida
mempunyai konsentrasi yang meningkat di kapiler paru dibanding di
alveoli sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke
alveoli. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem
peredaran darah, dari paru ke jaringan sebaliknya, disebut transportasi
dan pertukaran oksigen dan karbondioksida darah pembuluh darah
kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan disebut difusi.
Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di
mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi
karbondioksida selama pengambilan energi dan bahan-bahan nutrien.
21
3. Etiologi
Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis
mycobacterium bovin yang penyebarnnya melalui susu sapi yang
terkontaminasi (Price, 1996).
Agen penyebab terjadinya tuberculosis adalah mycobacterium
tuberculosis, kuman ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhdap asam pada pewarnaan.Kuman TBC cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lma
selama beberapa tahun
(Depkes RI, 2002).
4. Patofisiologi
Individu rentan menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.
Masukny kuman tuberculosis ke dalam tubuh selalu menimbulkan penyakit,
infeksi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh
manusia. Basil tuberculosis masuk ke dalam paru melalui udara, dengan
masuknya basil tuberkulosa maka akan terjadi eksudasi dan kondolasi yang
terbatas. Bakteri tuberculosis dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli
tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil
22
juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh
lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area paru-paru lainnya (lobus atas)
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri,limfosit spesifik tuberculosis
menghancurkan basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli memyebabkan pneumonia.Infeksi awal
biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru yang disebut granulomas yang merupakan gimpalan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati dikelilingi oleh makrofag
membemtuk dinding protektif. Granulomas diubah nenjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tiberkel ghon. Bahan
(bakteri dn makrofag ) menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju. Massa
ini dapat mengalami klasifikasi membemntuk sekat kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif (Suddarth, 2001).
Setelah pemajanan dan infeksi awal individu dapat mengalami penyakit
aktif karena gangguan atau respon yang tidak adekuat dari respon sistem
imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeki ulang dan aktifasi bakteri
dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghan memecah melepaskan bahan seperti
keju kedalam bronki. Bakteri kemudin tersebar diudara mengakibatkan
penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh
membentuk jaringan parut. Paru terinfeksi menjadilebih membengkak
mengakibatkan terjadinya bronkopneumoni lebih lanjut, pembentukan
tuberkel dan seterusnya, kecuali proses tersebut dapat dihentikan.
23
Penyebaranyya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan
kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan
yang ditandai dengan remisi lama ketika penyakit dihentikan diikuti dengan
periode aktivitas yang diperbaharui, hanya sekitar 10% yang awalnya
terinfeksi mengalami penyakit aktif ( Price, 1996).
24
5. Pathways
Mycobacterium tuberkulosa Terhirup individu rentan Tuberkulosis paru
- Batuk berdarah ( hoemapysis ) - Broncietasis, fibrosis pada paru ini merupakan akibat
penyakit TBC yang meluas.
1. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalalah kesehatan
2. Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang cepat.
3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan.
5. Ketidak mampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Pe↑ produksi sputum Batuk Inflamasi pada laring Inflamasi pada
mukosa Akumulasi sputum Droplet Resti komplikasi Pe↑ asam lambung di jalan nafas Resiko - Batuk berdarah Mual + muntah nafas tidak efektif terjadi penularan- - kerusakan jarigan paru - Kematian Anoreksia - Dan lain – lain
Obstruksi jalan Nutrisi kurang Dari kebutuhan Nafas tubuh
Resti pola nafas Tidak efektif
Resiko terjadi penularan
Resti bersihan jalan nafas tidak efektif
25
6. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal
dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila
timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala : batuk purulen
produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari ), malaise, keringat
malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan
berat badan (Corwin, 2001).
Gejala umum tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan
atau tanpa sputum, mlise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah
(Mansjoer, 1999).
Gejala utama pada tuberkulosis menurut Depkes RI, 2002 adalah batuk
terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.Sedangkan gejala
tambahan yang sering dijumpai adalah demam, batuk darah, nyeri dada,
malaise, anoreksia, berat badan menurun, berkeringat malam.
7. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tatalaksana pengobatan tuberkulosis adalah
mencegah resistensi dan mencegah terjadinya komplikasi. Jenis dan
dosis OAT menurut Depkes RI, 2002 :
a. Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH bersifat bakterisid, efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
26
berkembang. Efek samping yang mungkin muncul berupa
kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Dosis harian yang dianjurkan
5mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
intermiten 3 kali seminggu.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormand
(persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Efek samping
adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin
dapat mengakibatkan warna merah atau jingga pada air seni dan
keringat dan itu harus diberitahukan pada kelurga atau penderita
agar tidak menjadi cemas. Dosis 10mg /kg BB diberikan sama
untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
c. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah
hepatitis, atralgia. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dosis 35 mg/kg BB.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Efek samping dari streptomisin adalah
nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. Dosis harian 15 mg/kg
27
BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
digunakan dosis yang sama.
e. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethmbutol dapat menyebabkan
gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan,
buta warna merah dan hijau. Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg/kg BB.
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki
kelainan tulang, bronskoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa
tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengn asupan nutrisi
adekuat, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga
dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
8. Komplikasi TBC
Komplikasi yng sering muncul pada penderita tuberkulosis paru antara
lain :
28
1. Perdarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Penyebaran infeksi ke organ lain.
Misal : otak, jantung, persendian, ginjal.
9. Pengkajian Fokus
a. Identifikasi data meliputi nama keluarga, alamat keluarga, type keluarga,
suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktifitas rekreasi dan
komposisi keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan
Meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini, sejauh mana keluarga
memenuhi tugas – tugas perkembangan keluarga yang sesuai dengan tahap
perkembangan saat ini, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga
sebelumnya.
c. Pengkajian lingkungan
.Data lingkungan meliputi karakteristik rumah, karakteristik lingkungan
dan komunikasi tempat tinggal yang lebih luas, mobilitas geografi
keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, dan
system pendukung keluarga.
d. Struktur keluarga
Meliputi pola – pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran , dan nilai atau norma keluarga.
29
e. Fungsi keluarga
Meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, dan
fungsi ekonomi.
f. Koping keluarga
Meliputi kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor, strategi
kopng yang digunakan, strategi adaptasi disfungsional.
g. Pemeriksaan fisik pada penderita TBC
1) Inspeksi
Tubuh kelihatan kurus, postur tuuh cenderung membungkuk,
tampak lemah, Muka pucat , Pasien tampak gelisah, Batuk – batuk ,
Sesak nafas
2) Palpasi
Dada : untuk mengetahui perkembang paru kanan / kiri seimbag
atau tidak.
Cara : pasien disuruh mengucapkan angka 77 dan tangan perawat
di letakkan di atas dada pasien sambil membedakan
gerakan paru kana dan kiri.
3) Perkusi
Dada : suara perkusi pakak
4) Auskultasi
Didapat tanda ronchi, adanya sekret menimbulkan suara tambahan
ronchi / kering.
30
h. Pemeriksaan penunjang pada penderita TBC
1) Pemeriksaa radiologi biasanya ditemukan
a) Bayangan lesi radiologik yang terkletak pada paru
b) Bayangan yang berawan (adanya bayangan yang memutih)
2) Pemeriksaan bakteriologi ( sputum )
BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa tuberkulosis aktif
dan memperkirakan tingkat infeksinya,ini dilakukan selama dalam 3
hari berturut - turut. Hasil positif dilaporkan secara kwantitatif,
biasanya digunakan skala bronkhosrst,yaitu :
+ apabila terdapat 10 kuman setelah pemeriksaan 15
menit
+ + apabila terdapat 20 kuman dalam 10 lapangan
penglihatan
+ + + apabila terdapat sampai 60 kuman dalam 10
lapangan penglihatan
+ + + + apabila terdapat sampai 120 kuman dalam 10
lapangan penglihatan
+ + + + + apabila terdapat lebih dari 120 kuman dalam 10
lapangan penglihatan.
3). Tes tuberkulin
Tuberkulin yang asli disebut old tuberculin (OT) dibuat dari
filtrate pekat dari perbenihan kuman tuberculosis pada kaldu gliserin
yang telah ditumbuhkan selama 6 minggu. Dosis tuberculin biasanya
31
dimulai dengan yang paling rendah, 1 TU yang disuntikkan pada
lengan secara intrakutan sebanyak 0,1ml. Apabila hasil negative dapat
dicoba dengan kekuatan yang lebih tinggi 5 TU. Pada hospes yang
sangat peka dapat terjadi reaksi lokal dan nekrosis dan juga
merangsang kambuhnya infeksi yang lama. Reaksi tuberculin akan
negative apabila orang belum pernah kontak dengan kuman
mycobakterium. Pada orang yang telah terkena infeksi primer akan
terlihat reaksi setelah 48-72 jam berupa kemerahan dan indurasi. Tes
tuberkulin baru positif setelah infeksi 4-6 minggu.
C. Proses Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga
kedalam tahap – tahap meliputi :
a. Identifikasi data
1) Data keluarga
Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah serta
alamat tiggal keluarga. Apabila ada yang tinggal dalam satu rumah
dengan pebderita TB. Paru maka orang tersebut beresiko tertular 2
kali lebih besar daripada orang yang tidak tinggal serumah dengan
penderita TB. Paru.
32
2) Komposisi keluarga
Dilakukan pengidentifikasian penyakit TB. Paru dimulai dari
anggota keluarga yang sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai
dengan urutan usia dari yang tertua dikarnakan penyakit TB. Paru
mudah menular pada anggota keluarga:
a) Umur penderita TB. Paru seringkali berasal dari usia produktif
( 15 – 50 tahun ). Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada
usia 40 -50 tahun (Doengoes, 1999 ).
b) Jenis kelamin, insiden tertinggi pada laki – laki dan bukan kulit
putih ( doengoes, 1999). Pada wanita angka prevalensinya
masih lebih rendah dan meningkat juga lebih sedikit
dibandingkan laki – laki
(Crofton, 1999).
3) Tipe keluarga
Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada
ang menderita TB. Paru.
4) Latar belakang budaya
Status kesehatan yang buruk (alkoholisme, perokok), tinggal
dilingkungan yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan makan
sepiring berdua, penggunaan tempat pelayanan kesehatan secara
berkala
(Depkes, 2002)
33
5) Pola spiritual
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang aktif
diikuti.
6) Status kelas sosial
a) Penghasilan keluarga
Keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala keluarga
yang tidak mampu bekerja lagi, pendapatannya menurun dan
akan mempengaruhi dalam pemenuhan gizi keluarga.
Akibatnya daya tahan tubuh anggota keluarga rndah sehingga
kemungkinan terserang TB. Paru sangat besar. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB.
Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah
(Crofton, 1999).
b) Pendidikan
Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan
masalah pendidikan, ketidakmampuan keluarga dalam
mengatasi masalah yang mereka hadapi dan kurangnya
pengetahuan tentang masalah TB. Paru membuat keluarga tidak
mampu merawat penderita dengan baik yang mengakibatkan
kondisi penyakit bertambah buruk dan timbul komplikasi.
7) Aktivitas rekreasi keluarga
34
Aktivitas yang dilakukan bersama – sama dengan keluarga, frekuensi
aktivitas anggota keluarga dan penggunaan waktu senggang secara
bersama – sama.
b. Tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang usia bayi
sampailamjut usia.
2) Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit
yang sifatnya herediter misalnya diabetes, hipertensi, hepatitis serta
bagaimana perawatan dari keluarga, pengobatan tindakan medis
yang telah diberikan.
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
Lingkungan perumahan yangkumuh, berdebu, kurang ventilasi,
penerangan yang kurang, keadaan kamar tidur yang pengap karena
sinar matahari tidak masuk, kasur yang tidak pernah dijemur
merupakan faktor – faktor yang menyebabkan kuman tuberkulosis
mudah menyebar dan menular.
2) Macam lingkungan tempat tinggal
Tinggal ditempat yang padat penduduk dan kumuh (Depkes, 2002).
3) Karakteristik hubungan dengan tetangga dan masyarakat penderita
Penderita TB. Paru cenderung merasa rendah diri dalam pergaulan.
35
4) Mobilitas geografis keluarga
Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau
menyewa, sudah berapa lama tinggal didaerah tersebut dan pindah
dari daerah mana.
5) Interaksi keluarga dengan masyarakat
a) Fasilitas sosial dan kesehatan
Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau
menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita
TB. Paru.
b) Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat
diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan
penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan
sehingga memperburuk keadaan.
6) Sistem pendukung dalam keluarga
Dalam keberhasilan pengobatan TB. Paru diharapkan dari keluarga
ada yang menjadi pengawas minum obat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi
Menjelaskan cara berkomunikasi anta anggota keluarga, sistem
komunikasi yang digunakan, efektif atau tidaknya komunikasi
dalam keluarga.
36
2) Struktur peran
Apakah anggota keluarga sudah menjalankan peranyya dalam
keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita
TB. Paru akan mengalami perubahan kapasitas fisik dalam
melaksanakan peran.
3) Struktur kekuatan keluarga
Sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat
dalam mengatasi masalah TB. Paru yang ada dikeluarga.
4) Nilai dan norma keluarga
Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang terjadi di
keluarga dalam hal ini TB. Paru.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi perawatan kesehatan
a) Keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
c) Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga
yang sakit.
d) Keluarga mampu memodifikasi dan memelihara lingkungan
untuk menunjang kesehatan.
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
yang ada.
37
f. Koping keluarga
1) Stressor yang sering muncul dalam keluarga
2) Respon keluarga terhadap stressor
3) Koping yang digunakan dalam mengatasi stressor
2. Diagnosa keperawatan keluarga
a. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit TB. Paru
b. Resiko terjadi penularan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan.
38
3. Fokus Intervensi
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Respon Standar Intervensi
1 Bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tujuan umum: Bersihan jalan nafas kembali afaktif Tujuan khusus:
1. keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta penyebab dari TB. Paru
2. Keluarga mengetahui komplikasi TB paru dan mengambil keputusan tepat mengenai TB paru.
Verbal Verbal Afektif
TB. Paru adalah penyakit menular yang disebabakan oleh bakteri tuberkulosis. Tanda dan gejala TB. Paru :
1. Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
2. Sesak nafas dan nyeri dada
3. Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan
Komplikasi B paru adalah dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan dapat menyebabkan batuk darah.
1. 1 Kaji pengetahuan keluarga
tentang pengertian, tanda dan gejala serta penyebab TB paru
Diskusikan dwngan keluarga pengertian, tanda dan gejala serta penyebab TB paru
Motifasi keluarga untuk menjelaskan kembali
Berikan pujian pada keluarga atas jawabanya
2.1 Kaji pengetahuan keluarga
tentang komplikasi TB paru 2.2 Diskusikan dengan keluarga
tentang kmplikasi TB paru 2.3 Motivasi keliarga untuk
mengambil keputusan yang tepat.
2.4 Ajarkan cara batuk efektif.
39
Resiko terjadi penularan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkugan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang berkaitan dengan perawatan TB paru.
5. Keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada unuk menunjang perawatan.
Verbal Psikomotor Verbal Psikomotor Vebal psikomotor
Perawatan pada penderita Tb paru dapat dengan : minum obat secara teratur, tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut waktu batuk dan bersin. Modifikasi lingkungan yang dapatdilakukan adalah : Mejaga kelembaban lingkungan dengan pencahayaan yang cukup dan ada ventilasi sebagai tempat pertukaran udara, makan makanan yang bergizi. Fasilitas layanan kesehtan yang dapat dimanfaatkan adalah :
1. Puskesmas 2. Dokter praktik 3. Rumah sakit
Diskusikan dengan keluarga perawatan pada penderita TB paru Motivasi keluarga untuk menjlaskan kembali
Berkan pujian atas usaha keluarga
Motivasi keluarga untuk mengawasi Tn. M minum obat.
4.1 Kaji pengetahuan keluarga
tentang cara memodifikasi lingkungan
4.2 Jelaskan pada keluarga lingkungan yang sehat untuk penderita TB paru
4.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali.
5.1 Kaji pengetahuan keluarga
mengenai fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan
5.2 Jelaskan pada keluarga fasilitas layanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan.