5.Kelarutan Timbal Balik

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelarutan sering digunakan dalam beberapa paham. Kelarutan menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan dinyatakan merupakan larutan tidak jenuh jika solute dapat ditambahkan untuk memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal, ternyata proses penambahan solute tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana penambahan solute pada sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran adalah larutan. Zat yang terlarut dapat berupa gas, cairan lain atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dan air, hingga sulit terlarut, walaupun sebenernya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar- benar tidak ada bahan terlarut. Dalam beberapa 78

description

asfa

Transcript of 5.Kelarutan Timbal Balik

Page 1: 5.Kelarutan Timbal Balik

78

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelarutan sering digunakan dalam beberapa paham. Kelarutan

menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga

digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu

larutan dinyatakan merupakan larutan tidak jenuh jika solute dapat ditambahkan

untuk memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam

banyak hal, ternyata proses penambahan solute tidak dapat berlangsung secara

tidak terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana penambahan solute pada

sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain yang

memiliki konsentrasi lebih tinggi.

Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat,

bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran

adalah larutan. Zat yang terlarut dapat berupa gas, cairan lain atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dan air, hingga sulit terlarut,

walaupun sebenernya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada

bahan terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat

dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh.

Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, ataupun atom, ion

dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya

dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam

sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan

dengan mikroskop optic sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan-

permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang

terpisah.

78

Page 2: 5.Kelarutan Timbal Balik

79

Oleh karena itu, percobaan ini penting dilakukan untuk mengetahui fraksi

mol dari berbagai volume aquades dan fraksi mol dari berbagai volume larutan

NaCl. Selain itu, mengetahui temperatur kritis dari suatu sistem campuran dan

mengetahui besar mol NaCl dari berbagai volume serta agar lebih memahami

dengan jelas mengenai kelarutan timbal balik dan dapat mengaplikasikannya di

dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan

Mengetahui fraksi mol dari berbagai volume aquades dan volume larutan

NaCl.

Mengetahui temperatur kritis suatu sistem campuran.

Mengetahui besar mol NaCl dari berbagai volume.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini yaitu berdasarkan proses pemanasan pada larutan untuk

mengetahui kelarutan suatu zat padat pada saat sebelum mencapai titik kritis dan

setelah melewati titik kritik. Suatu zat akan menjadi dua fasa sebelum dan setelah

melewati titik kritis dan akan menjadi satu fasa setelah mencapai titik kritik.

79

Page 3: 5.Kelarutan Timbal Balik

80

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelarutan atau solubility adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam

jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.

Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan

apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol dalam air. Sifat ini lebih

dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut Miracible (Keenan, 1986).

Bila dua cairan dicampur membentuk larutan ideal, maka masing-masing

cairan akan menguap sehingga tekanan uap larutannya sama dengan jumlah tekanan

uap parsialnya. Tekanan uap parsial masing-masing komponen dalam larutan lebih

kecil tekanan uap murninya, karena pada permukaan larutan terdapat dua zat yang

saling berinteraksi sehingga kecenderungan tiap komponen untuk menguap

berkurang. Besarnya tekanan uap parsial masing-masing komponen dalam larutan,

dirumuskan oleh Hukum Raoult, yang berbunyi:

“Tekanan uap parsial dari tiap-tiap komponen dalam larutan sama dengan tekanan

uap komponen tersebut dala keadaan murni kali fraksimolnya”.

Jika larutan terdiri dari komponen A dan B, maka:

PA=X A PA ° dan PB=X B PB°

(Yazid, 2005)

Temperatur kritis atau Tc adalah batas atas temperatur dimana menjadi

pemisahan fase. Di atas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar

bercampuran. Temperatur ini ada gerakan termal yang lebih besar menghasilkan

kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen. Beberapa sistem

memperlihatkan temperatur kritis Tc. Dimana di bawah temperatur itu kedua

komponen bercampur dalam segala perbandingan dan di atas temperatur itu kedua

komponen membentuk dua fasa. Salah satu contohnya adalah air-trietilamina. Dalam

80

Page 4: 5.Kelarutan Timbal Balik

81

hal ini pada temperatur rendah kedua komponen lebih dapat campur karena

komponen-komponen itu membentuk kompleks itu teruarai dan kedua komponen

kurang dapat bercampur (Atkins, 1999).

Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam

cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas dapat pula dilarutkan dalam

cairan, misalnya karbondioksida (CO2) atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan

dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula

larutan padat misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu (Sukardjo, 2002).

Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam

jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan

ini terjadi kesetimbangan antara solute yang larut dengan yang tak larut atau

kecepatam pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan (Yazid, 2005).

Larutan tak jenuh (unsaturated) adalah suatu larutan yang mengandung jumlah

solute lebih sedikit (encer) daripada larutan jenuhnya. Sedangkan larutan lewat jenuh

(supersaturated) mengandung solute lebih lebih banyak (pekat) daripada yang ada

dalam larutan jenuhnya pada suhu yang sama (Yazid, 2005).

Daya larut cairan dalam cairan lain sangat berbeda-beda mulai dapat

bercampur sempurna, bercampur sebagian, sampai tidak bercampur sama sekali.

Demikian pula zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna sampai dengan

yang tidak larut. Kelarutan zat selain bergantung dai sifat solute dan pelarutnya juga

dipengaruhi oleh suhu dan tekanan (Yazid, 2005).

Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda-beda antara yang sau

dengan yang lainnya. Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalamm cairan

bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan prses pembentukan larutannya

bersifat endoterm. Sebagai pengecualian ada beberapa zat yang kelarutannya

menurun dengan naiknya suhu seperti serium sulfat dan natrrium sulfat karena proses

pelarutannya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang hampir tidak dipengaruhi oleh

suhu seperti natrium klorida (Yazid, 2005).

81

Page 5: 5.Kelarutan Timbal Balik

82

Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kelarutan suatu

zat cair atau zat padat dalam pelarut cair. Tetapi kelarutan gas selalu bertambah

dengan bertambahnya tekanan. Secara kuantitatif pengaruh tekanan pada kelarutan

gas dinyatakan oleh William Henry (1804) yang dikenal dengan hukum Henry yaitu

“Kelarutan suatu gas dalam larutan cair, berbanding lurus dengan tekanan gas di atas

larutan tersebut” (Yazid, 2005).

Dalam kimia larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau

lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau

solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam

larutan disebut pelarut atau solvent. Komposisi zat terlarut dan pelarut banyak dalam

larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat

terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau solvasi (Keenan, 1986).

Zat terlarut dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari

selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut seperti perak klorida dalam

air. Istilah “tak larut” (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut,

walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada

bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat

dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang menstabil

atau mengendap (Atkins, 1999).

Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan

timbal balik antara fenol-air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem

biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air.

Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambah salah

satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air

dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva yang setimbang. Kelarutan yang besar

terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-

sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi antara solvent-solvent adalah

kuat (Atkins, 1999).

82

Page 6: 5.Kelarutan Timbal Balik

83

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Beaker glass

Neraca Ohauss

Spatula

Botol semprot

Batang pengaduk

Gelas ukur

Termometer

Hot plate

Pipet tetes

Kipas

3.1.2 Bahan-bahan

Fenol

Aquades

Larutan NaCl

Aluminium foil

Tissue

Kertas label

83

Page 7: 5.Kelarutan Timbal Balik

84

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Fenol dengan Aquades

Ditimbang fenol 2 gram pada beaker glass menggunakan neraca Ohauss

sebanyak 4 buah.

Ditutup rapat dengan aluminium foil.

Disiapkan gelas ukur untuk mengukur volume aquades sebanyak 12 ml, 13

mL, 13 mL dan 16 mL.

Dicampurkan aquades 12 mL dalam beaker glass berisi fenol.

Dipanaskan dengan hot plate sambil diaduk.

Diukur suhu dengan termometer pada saat campuran menjadi bening.

Diangkat dari hot plate dan dicatat suhu saat larutan menjadi keruh.

Diulangi langkah-langkah di atas untuk volume 13 mL, 14 mL dan 16 mL.

3.2.1 Fenol dengan NaCl

Ditimbang fenol 2 gram pada beaker glass menggunakan neraca Ohauss

sebanyak 4 buah.

Ditutup rapat dengan aluminium foil.

Disiapkan gelas ukur untuk mengukur volume larutan NaCl sebanyak 12 ml,

13 mL, 13 mL dan 16 mL.

Dicampurkan larutan NaCl 12 mL dalam beaker glass berisi fenol.

Dipanaskan dengan hot plate sambil diaduk.

Diukur suhu dengan termometer pada saat campuran menjadi bening.

Diangkat dari hot plate dan dicatat suhu saat larutan menjadi keruh.

Diulangi langkah-langkah di atas untuk volume 13 mL, 14 mL dan 16 mL.

84

Page 8: 5.Kelarutan Timbal Balik

85

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Fenol dengan aquades

V H2O (mL) T1 (°C) T2 (°C)

12 51 48

13 50 47

14 47 52

16 49 50

4.1.2 Fenol dengan Garam

V NaCl (mL) T1 (°C) T2 (°C)

12 67 64

13 63 68

14 71 69

16 73 63

4.2 Perhitungan

4.2.1 Fenol dengan Aquades

4.2.1.1 Mol Air

n = VMr =

1218 = 0,67 mol

n = VMr =

1318 = 0,72 mol

n = VMr =

1418 = 0,78 mol

n = VMr =

1618 = 0,89 mol

85

Page 9: 5.Kelarutan Timbal Balik

86

4.2.1.2 Mol Fenol

n = grMr =

294 = 0,02 mol

4.2.2 Fenol dengan Garam

4.2.2.1 Mol Garam

n = VMr =

1258,5 = 0,20 mol

n = VMr =

1358,5 = 0,22 mol

n = VMr =

1458,5 = 0,24 mol

n = VMr =

1658,5 = 0,27 mol

4.2.2.2 Mol Fenol

n = grMr =

294 = 0,02 mol

4.2.3 Fraksi mol Fenol dengan Aquades

12 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,67 = 0,02

0,69 = 0,029

Xp = np

nt+np =

0,670,02+0,67 = 0,67

0,69 = 0,97

13 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,72 = 0,02

0,74 = 0,027

Xp = np

nt+np =

0,670,02+0,67 = 0,72

0,74 = 0,97

14 mL

86

Page 10: 5.Kelarutan Timbal Balik

87

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,78 = 0,02

0,8 = 0,025

Xp = np

nt+np =

0,780,02+0,78 = 0,78

0,8 = 0,975

16 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,89 = 0,02

0,91 = 0,022

Xp = np

nt+np =

0,890,02+0,89 = 0,89

0,91 = 0,98

4.2.4 Fraksi mol Fenol dengan Garam

12 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,20 = 0,02

0,22 = 0,091

Xp = np

nt+np =

0,200,02+0,20 = 0,20

0,22 = 0,91

13 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,22 = 0,02

0,24 = 0,083

Xp = np

nt+np =

0,220,02+0,22 = 0,22

0,24 = 0,91

14 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,24 = 0,02

0,26 = 0,077

Xp = np

nt+np =

0,240,02+0,24 = 0,24

0,26 = 0,92

16 mL

Xt = n t

nt+np =

0,020,02+0,27 = 0,02

0,29 = 0,068

87

Page 11: 5.Kelarutan Timbal Balik

88

Xp = np

nt+np =

0,270,02+0,27 = 0,27

0,29 = 0,93

4.3 Grafik

4.3.1 Sistem Fenol-Aquades

4.3.2 Sistem Fenol-NaCl

0.068 0.077 0.0830000000000001 0.09158

60

62

64

66

68

70

72

74

Fraksi Mol Fenol

Suhu

(°C)

88

0.022 0.025 0.0270000000000001 0.02945

46

47

48

49

50

51

52

Fraksi Mol Fenol

Suhu

(°C)

Page 12: 5.Kelarutan Timbal Balik

89

4.4 Pembahasan

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur

sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur

kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika

temperaturnya telah melewati temperatur kritis, maka sistem larutan tersebut akan

kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi.

Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut

pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat

ditentukan dengan menimbangkan zat yang akan ditentukan kelarutannya kemudian

dilarutkan.

Titik kritis adalah sebuah titik suhu dimana fase cairan dan fase uap tidak bisa

dibedakan. Pada saat mendekati temperatur titik kritis, properti gas dan cairan

menjadi sama, fase ini disebut fluida superkritikal. Tekanan kritis adalah tekanan uap

pada titik kritis. Titik dimana temperatur kritis dan tekanan kritis bertemu.

Rantai terbuka yaitu rantai karbon alifatis dimana rantai ini bisa lurus dan bisa

juga bercabang. Sedangkan rantai tertutup yaitu rantai karbon siklis yang dibedakan

atas karbosiklik dan heterosiklik. Dimana karbosiklik adalah senyawa karbo siklik

yang rantai lingkarnya hanya terdiri dari atom C saja, heterosiklik adalah senyawa

karbo siklik yang di dalam rantai lingkarnya terdapat atom lain selain atom karbon.

Titik jenuh yaitu suatu kondisi dimana suatu benda terlarut sudah tidak bisa

larut lagi pada lingkungan yang sama. Contoh gula akan larut pada air, tetapi bila kita

memasukkan gula terus-menerus ke dalam gelas berisi air tersebut, akan terjadi suatu

kondisi dimana gula tidak akan bisa larut lagi alias titik jenuh gula pada air.

Lewat jenuh yaitu suatu kondisi yang terjadi dalam suatu larutan apabila

larutan mengandung zat terlarut lebih daripada yang diperlukan untuk memperoleh

larutan jenuh.

89

Page 13: 5.Kelarutan Timbal Balik

90

Aplikasi percobaan kelarutan timbal balik di dalam kehidupan sehari-hari

yaitu:

- Proses pembuatan logam besi, ketika uap panas dimasukkan ke sebuah besi panas,

uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida

magnetik berwarna hitam yang disebut magnetit, Fe3O4. Hidrogen yang terbentuk

oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.

- Kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan

pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah

temperatur kritis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan timbal balik:

- Sifat solute dan solvent

Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula, solute yang non polar

akan larut dalam solvent yang non polar juga.

- Temperatur

Zat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut

dikatakan bersifat endoterm.

- Salting out

Adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih

besar dibandingkan zat utama akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama

atau terbentuknya endapan karena adanya reaksi kimia.

- Salting in

Adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent

menjadi lebih besar.

- Consolvensi

Adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut

lain atau modifikasi pelarut.

- Tekanan

Semakin besar tekanan yang diberikan pada larutan maka akan semakin besar

pula kelarutan suatu campuran.

90

Page 14: 5.Kelarutan Timbal Balik

91

- Volume

Semakin banyak volume pelarut yang digunakan untuk melarutkan suatu senyawa

maka akan semakin mudah senyawa itu untuk larut dalam suatu pelarut.

- pH

Suatu senyawa akan mudah larut dalam suatu pelarut apabila suasananya tidak

terlalu asam atau terlalu basa yaitu pH netral.

- Kelarutan (Ksp)

Semakin besar nilai kelarutan (Ksp) suatu senyawa maka akan semakin mudah

pula senyawa itu larut dalam suatu pelarut.

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai

kelarutan lebih besar dibandingkan zat utama akan menyebabkan penurunan

kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena adanya reaksi kimia.

Contohnya kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut

ditambahkan larutan NaCl jenuh. Sedangkan salting in adalah adanya zat terlarut

tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.

Contohnya riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang

mengandung nicotinamida.

Prinsip percobaan pada percobaan kelarutan timbal balik ini yaitu berdasarkan

proses pemanasan pada larutan untuk mengetahui kelarutan suatu zat padat pada saat

sebelum mencapai titik kritis. Suatu zat akan menjadi dua fasa sebelum dan sesudah

melewati titik kritis dan akan menjadi satu fasa sesaat setelah mencapai titik kritik.

Bunyi Hukum Raoult:

“Tekanan uap parsial dari tiap-tiap komponen dalam larutan, sama dengan tekanan

uap komponen tersebut dalam keadaan murni kali fraksimolnya.”

Jika larutan terdiri dari komponen A dan B, maka:

PA = XA PAo dan PB = XB PB

o

dimana:

PA dan PB = tekanan uap parsial komponen A dan B

XA dan XB = fraksi mol komponen A dan B dalam larutan

91

Page 15: 5.Kelarutan Timbal Balik

92

PAo dan PB

o = tekanan uap murni komponen A dan B

Struktur fenol:

Sifat-sifat fenol sebagai berikut:

- Mengandung gugus OH yang terikat pada sp2 hibrida

- Mempunyai titik didih yang tinggi

- Mempunyai rumus molekul C6H6O/C6H5OH

- Larut dalam pelarut organik

- Berupa padatan kristal (kristal yang tidak berwarna)

- Mempunyai titik didih 181,9 oC

- Mempunyai massa molar 94,4 gr/mol

- Mempunyai titik beku 40,9 oC.

Struktur NaCl

Sifat-sifat NaCl sebagai berikut:

- Bersifat higroskopis

- Hasil reaksi dari NaOH dan HCl menjadi NaCl dan H2O.

Struktur Aquades

Sifat-sifat aquades sebagai berikut:

- Mempunyai rumus molekul H2O

- Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar

- Bersifat polar

- Memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia.

92

Page 16: 5.Kelarutan Timbal Balik

93

Fungsi reagen pada percobaan ini yaitu:

- Fenol sebagai zat terlarut

- Aquades sebagai pelarut

- NaCl sebagai pelarut.

Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu:

- Kurang teliti pada saat penimbangan

- Kesalahan pada saat pembacaan suhu pada termometer

- Kurang teliti pada saat melihat perubahan warna larutan

- Kurangnya pengadukan yang dilakukan.

Pada percobaan ini pertama dilakukan dengan menggunakan zat terlarut fenol

dan pelarut aquades. Dimana pertama dengan menimbang fenol sebanyak 2 gram

dalam beaker glass menggunakan neraca Ohauss. Setelah ditimbang beaker glass

ditutup dengan aluminium foil agar fenol tidak menguap atau menyerap air di udara.

Fenol dan beaker glass ditimbang sebanyak 8 buah yang akan digunakan untuk sistem

fenol-aquades dan sistem fenol-NaCl.

Pada sistem fenol-aquades, pertama ditambahkan aquades dengan volume

yaitu 12 mL, 13 mL, 14 mL dan 16 mL ke dalam 2 gram fenol. Setelah dicampurkan

larutan tersebut kemudian dipanaskan dengan hot plate sambil diaduk secara terus-

menerus, diukur suhunya dengan termometer hingga campuran menjadi bening.

Didapatkan suhu campuran ketika bening berturut-turut yaitu 51 oC, 50 oC, 47 oC dan

49 oC. Kemudian setelah itu diletakkan pada lantai sambil diaduk hingga kembali

keruh, didapatkan suhu campuran ketika keruh berturut-turut yaitu 48 oC, 47 oC, 52 oC dan 50 oC.

Pada sistem fenol-NaCl, pertama ditambahkan larutan NaCl dengan volume

yaitu 12 mL, 13 mL, 14 mL dan 16 mL ke dalam 2 gram fenol. Setelah dicampurkan

larutan tersebut kemudian dipanaskan dengan hot plate sambil diaduk secara terus-

menerus, diukur suhunya dengan termometer hingga campuran menjadi bening.

Didapatkan suhu campuran ketika bening berturut-turut yaitu 67 oC, 63 oC, 71 oC dan

93

Page 17: 5.Kelarutan Timbal Balik

94

73 oC. Kemudian setelah itu diletakkan pada lantai sambil diaduk hingga kembali

keruh, didapatkan suhu campuran ketika keruh berturut-turut yaitu 64 oC, 68 oC, 69 oC dan 63 oC.

Dari hasil grafik fenol-aquades didapatkan bahwa semakin banyak volumenya

maka semakin kecil nilai fraksi molnya. Semakin tinggi suhunya maka semakin besar

nilai fraksi molnya. Dari hasil grafik fenol-NaCl didapatkan bahwa semakin banyak

volumenya maka semakin kecil nilai fraksi molnya. Semakin tinggi suhunya maka

semakin kecil nilai fraksi molnya.

94

Page 18: 5.Kelarutan Timbal Balik

95

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada percobaan fenol dan aquades, didapatkan fraksi mol fenol untuk volume

12 mL, 13 mL, 14 mL dan 16 mL. berturut-turut yaitu 0,029; 0,027; 0,025;

dan 0,022. Sedangkan pada percobaan fenol dan NaCl, didapatkan fraksi mol

fenol untuk volume 12 mL, 13 mL, 14 mL dan 16 mL berturut-turut yaitu

0,091; 0,083; 0,077 dan 0,068.

Temperatur kritis pada fenol dan aquades untuk volume 12 mL, 13 mL, 14

mL dan 16 mL berturut-turut yaitu 51°C, 50°C, 47°C dan 49°C. Sedangkan

temperatur kritis pada fenol dan NaCl untuk volume 12 mL, 13 mL, 14 mL

dan 16 mL berturut-turut yaitu 67°C, 63°C, 71°C dan 73°C.

Besarnya mol NaCl dari berbagai volume 12 mL, 13 mL, 14 mL dan 16 mL

berturut-turut yaitu 0,20 mol; 0,22 mol; 0,24 mol dan0,27 mol.

5.2 Saran

Pada percobaan selanjutnya mengenai kelarutan timbal balik ini dicoba pula

garam lain seperti AgCl sehingga dapat mengetahui perbedaannya.

95

Page 19: 5.Kelarutan Timbal Balik

96

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Keenan, C.W. 1986. Kimia untuk Universitas Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga.

Sukarjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.

96