BAB II KONSEP DASAR A....
Transcript of BAB II KONSEP DASAR A....
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kanker adalah Suatu penyakit yang berat yang biasa mengenai beberapa
bagian tubuh manusia .
( Ahmad Januar, 2000)
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang tidak
normal. Kanker dapat menyebar kebagian lain dan menyebabkan kematian bila
segera tidak dicegah.
(Prof. Dr.dr. Samsurizal Djauzi, SpPD, KAI, www.kalbe.co.id)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina).
(Dr. dr. Dwiana Acviyanti, SpOG (K), www.medicastore.co.id)
Kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada leher rahim.
(Klinik kebidanan dan Kandungan. www.rsi.co.id)
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Yang banyak terjadi
pada wanita yang telah berumur 35-55 tahun.
B. Macam-macam kanker serviks
Pada daerah serviks ini dapat terjadi 2 macam kanker yang sesuai dengan
epitel yang terdapat pada serviks yaitu :
1. Epidermoid
Secara macroskopis di gambarkan sebagai berikut :
a. Stadium preklinis
Tidak dapat digambarkan dengan cervicitis chronica biasa .
b. Stadium permulaan ( early stage )
Kadang dapat lesi di sekitar ostium externum ,pada batas kedua jenis epitel
.Tampak sebagai daerah yang keras , lebih tinggi dari sekitarnya dan mudah
berdarah .
c. Stadium setengah lanjut (Maderately Advarced Stage )
Telah mengenai sebagian besar / seluruh bibir porsio bentuknya seperti
kembang kol , yang teraba sebagai indurasi yang keras .
d. Stadium lanjut (advanced stage )
Terjadi kerusakan jaringan serviks sehingga tampak seperti ulcus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah serta bagian vagina dan sekitarnya
menjadi keras yang disebabkan oleh infeksi dan infiltrasi jaringan kanker .
e. Adenacarsinoma cerviks
Adenocarsinoma cerviks lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan
kanker epidermoid.
C. Anatomi
Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan
genetalia interna.
ostia skenepubis
mons venerisklitoris
labium mayusorifisium uretra eksternumhimen
labium minusfosa nafikulareperineum
anus
vestibulum
hiatus himenalis
1. Genetalia Eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk stuktur genetalia eksterna.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus. Vulva membentang ari mons
pubis di sebelah anterior hingga perineun disebelah posterior da pada
masing-masing sisinya dibatasi oleh labia mayora.
b. Mons pubis
Mons pubis merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas
simpisis pubis. Struktur ini ditutupi oleh kulit dan rambut pubis. Kulit mons
pubis mengandung kelenjar keringat yang khusus dan sekresi kelemjar
tersebut akan memberikan aroma yang khas.
c. Labia Mayora
Labia Mayora (bibir besar) terdiri atas dua buah liatan kulit dengan
jaringan lemak dibawahnya berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons
pubis dan menyatu menjadi perineum. Labia mayora memiliki rambut dan
kelenjar pada permukaan lateralnya, namun permukaan dalamnya licin.
d. Labia Minora
Labia Minora (bibir kecil) merupakan dua buah lipatan tipis kulit yang
terletak di sebelah dalam labia mayora. Kedua bibir kecil bertemu di sebelah
depan dan pada titik temu terdapat klitoris. Labia minora tidak memiliki
lemak sub kanan. Permukaan internalnya biasanya saling bersentuhan dan
dengan demikian menambahkan pengaman pada lubang masuk vagina.
e. Vestibulum
Vestibulum adalah nama yang diberikan pada rongga yang dikelilingi
oleh minora – vestibulum ditutupi oleh lipatan selaput tipis yang disebut
hymen : selaput tipis ini tidak menutupi seluruh lubang vagina.
Seluruh kelenjar bartholin bermuara di sebelah luar hymen, masing-
masing pada salah satu sisinya tepat di sebelah posterior orifisium vagina
bermuara ke dalam vestibulum kedua kelenjar bartholin mensekresikan
bahan pelumas mukoid, khususnya ketika gairah seks meningkat.
f. Perineum
Perineum terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar
panggul di bagian sentral yang ditutupi oleh kulit perineum.
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskular elastis yang membentang ke
atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Serviks atau leher uterus
menjulur ke dalam ujung proksimal vagina, yang dikenal dengan nama
kubah vagina. Dinding anterior vagina memiliki panjang kurang lebih 7,5
cm dan dinding posteriornya 9 cm. Kedua dinding ini dalam keadaan normal
menempel satu sama lainnya namun dapat dipisahkan dengan mudah.
Dinding vagina terdiri atas 4 lapisan :
1. Lapisan epitel gepeng berlapis 1 pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar
tetapi cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan
kelembapan.
2. Jaringan konektif areoler yang di pasok pembuluh darah
3. Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler
4. Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih yang bercampur
dengan facia pelvis
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang berongga, berdinding tebal
dan terletak diantara kandung kemih di sebelah anteriornya dan rectum di
sebelah posteriornya.
Uterus mempunyai panjang kurang 7,5 cm dan lebar 5,5 cm dan
kedalaman 2,5 cm. Dinding uterus sangat tebal yaitu sekitar 1,2 cm sehingga
kavum uteri berukuran sangat kecil.
Uterus terdiri atas :
1. Fundus Uteri
Adalah bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi masuk ke
uterus. Didalam klinik penting diketahui sampai mana fundus uteri
berada oleh karena kehamilan dapat diperkirakan dengan peradaban
pada fundus uteri.
2. Korpus Uteri
Korpus uteri bagian dari uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat di
korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim)
3. Isthmus Uteri
Titik temu serviks dengan korpus diliputi oleh peritoneum visceral.
- letak anatomis
uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara
kandung kemih di anterior dan rectum di posteror.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan
kadang-kadang disebut tuba uteri. Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia
yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan
ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang
memberikan nutrisi pada ovum.
Tuba fallopi dibungkus oleh peritoneum yang membentuk ligamentum
latum. Panjang tuba sekitar 10 cm, tetapi tidak berjalan lurus, tuba berjalan
melengkung dan berputar ke arah posterior. Ujung distalnya terbuka ke
dalam kavum perinium dan dapat bergerak bebas. Pada ujung tersebut
terdapat fimbria dan fimbria ini memeluk ovarium. Pada saat ovulasi
membantu menarik ovum masuk ke dalam tuba. Lumen tuba fallopi sangat
sempit, khususnya pada tuba yang memasuki uterus.
d. Ovarium
Ovarium merupakan kelanjar kelamin (gonad) atau kelenjar wanita.
Ovarium terdiri atas medulla dan korteks. Medulla merupakan bagian
internal yang mengandung pembuluh limfe dan darah yang disangga oleh
jaringan ikat. Korteks merupakan bagian eksternal yang mengandung
folikel-folikel ovarium atau sel-sel telur.
Ada dua buah ovarium yang masing-masing terdapat pada setap sisi
dan berada di dalam caum abdomen di belakang ligamentun latum dekat
ujung fimbria tuba fallopi. Ovariun atau indung telur merupakan struktur
berwarna putih kelabu dengan permukaan yang tidak teratur dan berukuran
sekitar 3 cm x 1,5 cm.
Kedua ovarium melekat pada uterus lewat ligamentum ovarii yang
berjalan dari permukaan posterior uterus di dekat kornu uteri.
(Farrer H, 1999)
D. Etiologi
1. Endogen
a. Hormone penunda kehamilan (serin disebut hormon estrogen ). Karena salah
satu faktor yang bisa mempermudah terjadinya kanker adalah lamanya wanita
terpapar dengan hormon estrogen,artinya makin lama usia produktif (usia
dimana seorang wanita masih mengalami menstruasi ) resikonya lebih tinggi
dibandingkan mereka yang yang usia masa produktifnya rata-rata
b. Factor genetic
Dalam keluarga yang pernah menderita kanker serviks maupun jenis kanker
lain akan lebih berpengaruh dalam penyakit ini karna resiko turun temurunya
sangat besar .
2. Eksogen
Berasal dari luar tubuh yang biasanya bersifat menahun, adanya rangsang dan
pencetus :
a. Karsinoma kimiawi, contohnya dengan atau hidup dilingkungan bhn kimia
tertentu (seperti pestisida, zat pewarna, cat dan bahan pelarut )
b. Fisika, contohnya adalah radiasi
c. Makanan, contohya makanan yang terlalu banyak lemak atau mengandung
bhan kimia yang berbahaya.
3. Gaya hidup / adat / kebiasaan
a. Kehidupan seksual (ganti-ganti pasangan )
Banyak yang meyakini beberapa virus seperti herpes virus tipe 2dan human
papillomavirus ( HPV )merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
kanker leher rahim.Resiko memperoleh virus ini ( yang ditularkan via
hubungan kelamin) tentu akan makin meningkat seiring dengan terlalu
seringnya seseorang berganti pasangan.
b. Tidak sirkumcici
Wanita yang melakukan hubungan seksual dengan pria yang belum disunat
mempunyai resiko yang tinggi terhadap kanker serviks.
c. Kawin / senggama pada usia kurang dari 17 th / frekuensi sering
Diketahui bahwa dengan kawin atau senggama pada usia kurang dari 18
tahun akan beresiko tinggi terjadinya kanker serviks.Hal ini diketahui bahwa
sperma yang pertama kali mengenai leher rahim mempunyai pengaruh yang
besar untuk terjadinnya keganasan di daerah tersebut
d. Persalinan berulang-ulang / banyak anak
4. Penyakit
Peradangan Cervix yang menahun dan higiene yang kurang baik. Contoh adanya
peradangan yang disebabkan oleh :
a. Streptococcus
b. Neisseria gonorhoe
c. Clamida tracomatis
d. Virus herpes simplex tipe 2
e. Human papilona virus / HPV
5. Lingkungan
Lingkungan yang dekat dengan Pembangkit Tenaga Nuklir dan lingkungan bahan
kimia tertentu.
E. Patofisiologi
Beberapa faktor penyebab peradangan pada serviks adalah infeksi virus yang
disebabkan oleh higiene yang kurang,nutrsi yang kurang dan hubungan seksual
dengan usia dini dan frekuensi sering.
Sejalan dengan berlanjutnya penyakit, perdarahan dapat menetap dan
meningkat.Infeksi serviks kronis tampak berperan signifikan dalam kanker
serviks.Tanda-tanda klinis penyakit termsuk pertumbuhan besar, kemerahan atau
clater yang mengalami ulserasi cukup dalam sebelum pasien mengalami gejala.
Dengan berkembangnya kanker jaringan diluar serviks dapat terkena,
termasuk kelenjar limfe anterior.Pada sepertiga pasien dengan kanker serviks infasif,
penyakit ini juga menyerang fundus uteri.Syaraf-syaraf pada region ini dapat terkena,
yang menyebabkan nyeri tajam pada punggung dan tungkai yang hilang hanya
dengan analgesik epicid dosis besar.Tahap akhir bila penyakit tidak
diobati,menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya disertai demam akibat
infeksi skunder dan akses pada masa yang mengalami ulserasi dan pembentukan
fistula
Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke
dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam
jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat
dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal.
Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina
ligementum kardinale, dan rongga endometrium : invasi ke kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metostasis ke bagian tubuh yang jauh.
Klasifikasi Internasional tentang Karsinoma serviks uteri. (Brunner dan Suddarth.
2002)
Tahapan
Lesi
Lokasi Deskripsi
Tahap 0 Karsinoma in situ Kanker terbatas pada lapisan epitel; tidak
terdapat bukti invasi
Tahap I Karsinoma yang hanya
benar-benar berada dalam
serviks
Ukuran bukan merupakan kriteria
Tahap IA Mikro invasif
Tahap IB Secara klinis jelas merupakan tahap I
Tahap II Kanker vagina Lesi telah menyebar di luar serviks
hingga mengenai vagina (bukan sepertiga
bagian bawah) atau area paraservikal
pada salah satu sisi atau kedua sisi
Tahap IIA Hanya perluasan vagina
Tahap IIB Perluasan paraserval dengan atau tanpa
mengenal vagina
Tahap III Kanker mengenai sepertiga
bagian vagina atau telah
meluas kesalah satu atau
kedua dinding pelvis
Penyakit nodus limfe yang teraba tidak
merata pada dinding pelvis uregram IV
menunjukkan salah satu atau kedua
ureter tersumbat oleh tumor
Tahap IIIA Meluas sampai sepertiga bagian bawah
vagina saja
Tahap IIIB Metastase karsinematosa terisolasi yang
dapat diraba pada dinding pelvis
Tahap IV Perluasan kandung kemih Bukti-bukti bahwa korsinematosa
mengenai kandung kemih tampak pada
pemeriksaan sistokopi atau oleh adanya
fistulasi vesikovagina karsinoma
menyebar keluar pelvis sejati ke organ
lainnya.
Perluasan rektal
Penyebaran jauh
F. Manifestasi Klinis
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma
servikal pra invasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasive dini dapat
menyebabkan sekret vagina atau pendarahan vagina. Walaupun pendarahan adalah
gejala yang signifikan, pendarahan tidak muncul pada saat-saat awal, sehingga
kanker sudah dalam keadaan lanjut pada saat di diagnosis.
Jenis pendarahan yang paling sering adalah pascacoitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan syaraf
lumbasakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria atau
pendarahan rectum. (Sylvia A. Price & Lorrance M. Wilson, 2000).
Gejala lain yang nampak:
1. Keputihan berbau busuk
2. Klien mengeluh rabas
Rabas vaginal pada kanker serviks lanjut meningkat secara bertahap dan menjadi
encer, dan akhirnya berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan
infeksi tumor.
3. Tahap akhir jika penyakit tidak diobati, maka menyebabkan emosional ekstrim
dan anemia, biasanya disertai dengan demam akibat infeksi sekunder dan abses
pada masa yang mengalami ukuran dan pembentukan fistula.
G. Penatalaksanaan
Apabila pemeriksaan kolposkopi ditemukan adanya lesi precursor
pengangkatan nonbedah konservatif memungkinkan untuk dilakukan. Krioterapi
(pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser efektif untuk kondisi ini.
Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks) dilakukan
bila pemeriksaan biopsy menunjukkan neoplasia intraepiteliel servikal (CIN).
Jika kanker servikal pra invasif terjadi ketika perempuan telah selesai
membesarkan anak-anaknya, histerektomi sederhana biasanya direkomendasikan.
pemeriksaan periodik selanjutnya yang terakhir dilakukan untuk memantau
kekambuhan.
Apabila pasien mempunyai kanker servikal invasif, radiasi atau heterektomi
radikal atau keduanya dapat dilakukan. Metode terapi dipilih tergantung pada tahap
lesi dan pada penilaian serta pengalaman dokter.
Eksenterasi pelvis, beberapa pasien dengan kekambuhan kanker servikal
dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini yaitu dengan mengangkat bagian besar isi
pelvis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan antara lain :
a. Tes sitologi terhadap kanker (smear papanicolaou/pap smear); dilakukan untuk
mendeteksi kanker servikal.
b. Kolposkopi dan Biopsi servikal: hasil smear yang mencurigakan harus dievaluasi
dengan kolposkopi. Kolposkopi memungkinkan pemeriksaan untuk
menvisualisasi servik dan mendapatkan sample jaringan abnormal untuk
keperluan analisis.
c. Kuretase endoserviks (ECC): jaringan dari servikalis ini dilakukan untuk
menentukan apakah perubahan abnormal telah terjadi dalam kanalis sevikalis.
d. Krioterapi: pembekuan jaringan servikalis dengan nitroksid dan tindakan laser
digunakan dalam lingkungan rawat jalan. Krioterapi dapat mengakibatkan kram
dan kadang perasaan ingin pingsan (respon vasovagal).
e. Biopsi kerucut: dapat dilakukan secara bedah atau dengan prosedur yang disebut
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) menggunakan sinar laser.
f. Ultrasound atau scan CT: membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi maya.
g. Laparaskopi: untuk melihat tumor, pendarahan. Laparatomi mungkin dilakukan
untuk membuat tahapan kanker dan untuk mengkaji efek kemoterapi.
h. Dilatasi dan kuretase (D&K) dengan biopsy: memungkinkan pemeriksaan
hispatologis sel untuk mencatukan adanya /lokasi kanker.
i. Tes Schiller (bercak serviks dengan iodine): berguna dalam klasifikasi sel
abnormal.
j. Hitung darah lengkap: penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis,
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat
mengidentifikasi proses infeksi/inflamasi.
I. Pengkajian
Demografi terdiri dari biodata :
1. Umur : - pada usia 18 th, gangguan aktif secara seksual
- 20-45 th
- Usia > 65 th
2. Pekerjaan : pramuwisma
3. Sex : pada wanita
4. Lingkungan : - merokok
- Sosial ekonomi rendah
- Pemajanan tahap Dientil Stil Bestrol (DES)
- Kondisi lingkungan yang terinfeksi
a. Riwayat / adanya faktor-faktor resiko:
1). Aktifitas seksual usia muda
2). Kehamilan dan melahirkan secara dini
3). Paritas tinggi / malti paritas
4). Jumlah pasangan seksual yang meningkat
5). Status sosio-ekonomi yang rendah
6). Merokok
7). Pemajanan terhadap Dientil Stil Bestrol (DES) in utera
b. Pemeriksaan fisik berdasarkan manifestasi klinis
1). Keputihan berbau busuk
2). Klien mengeluh rabas
3). Perdarahan (pasca coitus0 atau bercak antara menstruasi
4). Gejala lanjut :
a) Nyeri punggung bagian bawah
b) Nyeri tungkai
c) Sering BAK
d) BAK disertai darah
e) Perdarahan rektum
c. Riwayat kesehatan sekarang
1). Mengidap virus HPV
2). Memiliki penyakit kanker
3). Infeksi pelvis
d. Riwayat kesehatan dahulu
1). Pernah mengidap virus HPV
2). Pernah memiliki penyakit kanker
3). Riwayat merokok
4). Riwayat kehamilan dan melahirkan usia muda
5). Multi paritas
e. Riwayat kesehatan keluarga
1). Riwayat kanker dalam keluarga
2). Riwayat pemakaian DES oleh ibu selama kehamilan
Hubungan seksual Jumlah partusHigiene (-)
Laki-laki Perempuan Usia dini, frekuensi sering
Displasia serviks
Radang
infasi pada epitolium
Ca. cervix
Terapi Pembesaranmasa
metastase Krisis ancamankematian
Penipisansel
Supresisyaraf
Pemb. Darah terbuka
Pendarahan
Anemia Syokhipovolemik
Penurunanimunitas
Rentan infeksi
Resiko tinggiinfeksi
Radiologi
Efek r dioterapi
Inte umen
P itus
a
gr
ur
Ga aninteg as kulit
khemoterapi
Alopesia
nggurit
Gangguan bodyimage (HDR)
Cemas
paru ginjal Tekananintra
pelvic
Peningkatanintra abdomen
Mual & Muntah
Nutrisi kurang
Gangguan pemenuhankebutuhan utrisi : kurang
dari kebutuhan
Tidaksir mcicicu Infeksi virus
Herpessimplek Kandiomapiloma
Invasi ke sel saraf
Pa
v
Nyeri
Gangguan rasanyaman nyeri
Smegma
Stroma cervix
J. Pathways
Jaringan paraservikal
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis ancaman kematian.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
3. ( HDR) berhubungan dengan kecacatan, penhinaan oleh orang lain dan ansietas.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetabolik berkenaan denga kanker.
5. Resiko tinggi infeksi berhubugan dengan perforasi terhadap kanker.
6. Resiko tinggi integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan radiasi dan
kemoterapi.
7. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan colaps paru sekunder
terhadap kanker.
8. Gangguan keseimbamgan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
GFR sekunder terhadap kanker.
L. Diagnosa, Fokus Intervensi dan Evaluasi
1. Ansietas berhubungan dengan krisis ancaman kematian
Kriteria Hasil, pasien akan :
1). Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
2). Menunggu keterampilan pemecah masalah
3). Menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
1). Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri / timbulnya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri,
potensial siklus ansietas.
2). Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah keganasan kanker dan
diskusikan persepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan
pola hidup khusus.
Rasional : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan
yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan informasi tentang pengobatan serta memberikan
kesempatan untuk memperbaiki konsep kesalahan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan prose penyakit
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Mengekspresikan penurunan nyeri / ketidaknyamanan
b. Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi :
1). Kaji keluh nyeri, perhatikan lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) perhatikan
petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : membantu dalam mengindikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk menaikkan keefektifan analgetik.
2). Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Rasional : untuk menghilangkan ketidaknyamanan akibat distensi abdomen,
dapat dipasang gelang NGT
3). Berikan tindakan kenyamanan dasar (contoh, perubahan posisi pada
punggung, atau sisi yang tidak sakit, pijatan punggung dan aktivitas
terapeutik)
Rasional : menaikkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian dan
dapat menaikkan kemampuan koping.
4). Kolaborasi pemberian obat analgetik berisi indikasi
Rasional : memberikan penghilangan ketidaknyamanan / nyeri dan
memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pasca operasi.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan kecacatan, penghinaan oleh orang lain dan
ansietas.
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Mengabaikan masalah dan menunjukkan cara sehat utnuk menghadapinya
b. Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan
padacitra tubuh / tubuh
Intervensi
1) Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang
terdekat.
Rasional : memberikan nasihat dan perhatian
2) Kaji stress emosi pasien identifikasi kehilangan pada pasien atau orang
terdekat, dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat
Rasional : perawat perlu menyadari apakah tindakan kurang hati-hati atau
menyendiri tergantung pada alasan pembedahan.
3) Berikan info akurat, kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya.
Rasional : memberikan kesempatan pada pasien utnuk bertanya dan
mengasimilasi informasi.
4) Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan maslah
sexsualitas.
Rasional : meningkatkan saling berbagi keyakinan atau nilai tentang subyek
sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep / mitos yang dapat
mempenharuhi penilaian situasi.
5) Rujuk ke konseling profesional berisi kebutuhan.
Rasional : mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi perasaan
kehilangan.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
Kriteria hasil
a. Mendemontrasikan berat badan ideal, penambahan berat badan secara
progresif.
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual.
c. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan.
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan setiap hari
Rasional: mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
2) Ukur TB, BB dan tebal kelipatan kulit trisep.
Rasional: membantu dalam identifikasi mal nutrisi, protein-kalori khususnya
bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.
3) Dorong klien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrient dengan masukan
cairan adekuat.
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan.
4) Kontrol faktr lingungan hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas.
Rasional:dapat merespon mual muntah.
5) Berikan antimetik sesuai indikasi
Rasional mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping
psikologis kemoterapi dengan menimbulkan stress
5. Resti infeksi (peritonitis) berhubungan dengan perforasi terhadap cancer.
Kriteria Hasil klien akan :
a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
b. Tidak mengalami tanda / gejala infeksi
Intervensi :
1). Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung.
Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada isolasi sesuai
indikator.
Rasional : lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi
2). Tekankan hygiene personal
Rasional : membantu potensi sumber infeksi dan atau pertumbuhan sekunder
3). Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor. Missal efek
samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi identifikasi dini
proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
dengan segera.
4). Hindari / batasi prosedur invasif. Taati tekhnik aseptic
Rasional : menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap
agen infeksius.
5). Kolaborasi dapatkan kultur sesuai indikasi
Rasional : mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang tepat
6). Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional : mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan
secara profilaktik pada pasien imunisupresi.
7). Dikompresi kandung kemih dengan perlahan.
Rasional : bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih
cepat menghilangkan tekanan pembuluh pelvis.
8). Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diindikasikan.
Rasional : tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap, retensi
urine meningkatkan kemampuan untuk infeksi dan
ketidaknyamanan atau nyeri.
6. Resiko tinggi integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifiksi intervensi yang tepat untik kondisi khusus.
b. Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
1). Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.
Rasional : Efek kemerahan dan atau kulit samak dapat terjadi pada area
radiasi
2). Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3). Dorong pasien untuk menghindari menggaruk.
Rasional : Membatu mencegah truma kulit.
4). Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun.
Rasional : dapat meningkatkan iritasi / reaksi yang nyata.
5). Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar.
Rasional : Kulit sangat sensitive selama pengobatan dan setelahnya,dan
semua iritasi harus dihindari untuk mencegah cidera dermal.
6). Kolaborsi pemberian salep topical
Rasionl : Mungkin digunakan untuk mencegah infeksi atau memudahkan
penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia.
7. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan colaps paru sekunder
terhadap kanker.
Kriteria hasil :
a) menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
b) Berpartasipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan, cabut penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidak mampuan bicara / berbincang.
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan atau proses
penyakt.
2) tingikan kepala bila tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
bernapas. Dorong dengan perlahan atau napas bibir sesuai toleransi individu.
Rasional : Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan naeas, dispnea dan kerja napas.
3) Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk efektif.
4) Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional :takikardi, disritmia dan perubahan tidak dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada pemeriksaan jantung.
5) Berikan O2 tambahan yang berisi dengan indikasi hasil GDA dan toleransi
pasien.
Rasional : dapat memperbaiki / mencegah hipoksia.
6) Berikan penakan SSP (mis, antiarsietus, sedatif ) dengan hati hati sesuai
dengan indikasi.
Rasional :digunakan untuk mengontrol ansietas / gelisah yang menaikkan
konsumsi O2 / kebutuhan. Eksaserbi dispnea dipantau kebutuhan
karena dapat terjadi gagal napas.
8. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
GFR sekunder terhadap kanker.
Kriteria hasil :
Pasien akan menunjukan haluan urin tepat dengan berat jenis / hasil lab.
Mendekati normal, berat badan stabil, tidak ada odema.
Intervensi :
1) Awasi D2, TD dan CVP
Rasional : pengawasan invasif diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskuler.
2) Catat pemasukan dan pengeluaran akurat. Teknik cairan tersembunyi saeoerti
aditif anti biotik, ukuran kehilangan GL dan perkiraan kehilangan tekanan
kasat mata, contoh berkeringat
Rasional : perlu menentukan fungsi ginjal, kebutuhan pengganti cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
3) Awasi BJ urin
Rasional : mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine.
4) Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
Rasional : penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan
terbaik, peningkatan BB lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada retansi cairan.
5) Auskultasi paru dan bunyi jantung
Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema peru dan G2K
dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra
6) Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya BUN, Na dan kreatinin urine, Na
serum, Hb / Ht
7) Berikan / batasi cairan sesuai indikasi