BAB II KONSEP DASAR A....

21
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Appendiks adalah organ tambahan kecil yang mempunyai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002) Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis. Appendiks vermiformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 – 6 inci. Lokasi appendiks pada daerah iliaka kanan, dibawah katub ileocekal, tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc Burney (Anonim, 2008) Appendisitis adalah peradangan akut pada appendiks sehubungan dengan obstruksi lumen dan infeksi bakteri yang biasanya menimbulkan keluhan nyeri pada abdomen (Gleadle, 2007) Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks yang meradang (Adityarini, 2001) Jadi post operasi appendiktomi adalah masa dimana klien telah mengalami operasi pengangkatan appendiks akibat peradangan Klasifikasi appendisitis terbagi atas: 1. Appendisitis akut, dibagi atas: appendisitis akut fokalis atau segmentalis. Yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

Transcript of BAB II KONSEP DASAR A....

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Appendiks adalah organ tambahan kecil yang mempunyai jari, melekat

pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002)

Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis. Appendiks

vermiformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar

pensil dengan panjang 2 – 6 inci. Lokasi appendiks pada daerah iliaka kanan,

dibawah katub ileocekal, tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc

Burney (Anonim, 2008)

Appendisitis adalah peradangan akut pada appendiks sehubungan

dengan obstruksi lumen dan infeksi bakteri yang biasanya menimbulkan

keluhan nyeri pada abdomen (Gleadle, 2007)

Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks yang

meradang (Adityarini, 2001)

Jadi post operasi appendiktomi adalah masa dimana klien telah

mengalami operasi pengangkatan appendiks akibat peradangan

Klasifikasi appendisitis terbagi atas:

1. Appendisitis akut, dibagi atas: appendisitis akut fokalis atau segmentalis.

Yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta

difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

2. Appendisitis kronis, dibagi atas : appendisitis kronis fokalis atau parsial,

setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis kronis

obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua

(Smeltzer & Bare, 2002)

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi appendisitis

Gambar 1

Anatomi appendiks

a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik

Mc burney 1/3 lateral antara umbilicus dengan Spina Iliaka Anterior

Superior ( SIAS )

b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm

c. Pangkal lumen sempit, distal lebar.

( Farid, 2001 )

Pada neonatus, appendiks vermiformis (umbai cacing) adalah

sebuah tonjolan dari apeks caecum, tetapi seiring pertumbuhan dan

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

distensi caecum, appendiks berkembang disebelah kiri dan belakang

kira – kira 2,5 cm dibawah vulva ileocekal (lawrence, 2006). Istilah

usus buntu yang sering dipakai di masyarakat awam adalah kurang

tepat karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Appendiks

merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya sekitar 10 cm.

Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.

Namun pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar di pangkal dan

sempit di ujung. Pangkal appendiks dapat ditentukan dengan cara garis

diukur dari SIAS dextra ke umbilicus, lalu garis dibagi menjadi 3.

Pangkal appendiks terletak 1/3 lateral dari garis tersebut yang

dinamakan titik Mc Burney (Budiyanto, 2005).

2. Fisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara

normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.

Hambatan dialiran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada

patogenesis appendisitis

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated

Limfoid Tissue (GALT) yang terletak di sepanjang saluran cerna termasuk

appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap

infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika

di bandingkan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

(Purz, 2003)

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

C. Etiologi

Appendiks merupakan infeksi bakteri, sebagai hal penyebabnya adalah:

1. Obtruksi lumen appendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor

pencetus, disamping hiperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor appendiks,

infeksi virus, dan cacing.

2. Kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi.

Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya

sumbatan fungsional appendiks

3. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E.Histoileika

4. Fekalumas ( tinja yang mengeras)

5. Karsinoid : karsinoma yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan

yang mengandung bahan pengawet

(Mansjoer, 2000)

D. Patofisiologi

Appendisitis merupakan suatu peradangan appendiks yang mengenai

semua lapisan dinding organ tersebut. Appendisitis biasanya disebabkan oleh

penyumbatan lumen appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, banda

asing, cacing, tumor, striktur karena fibrosis akibat peradangan dari

neoplasma, obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi mukosa

appendiks menjadi terbendung. Makin lama mukus tersebut makin banyak,

namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga

menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal, tekanan yang meningkat

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema.

Diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi appendisitis

akut yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat sehingga

menyebabkan obstruksi pada vena, edema bertambah dan bakteri akan

menembus dinding appendiks, peradangan akan timbul meluas dan mengenai

peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.

Aliran arteri teganggu dan akan terjadi infark pada dinding yang diikuti

dengan ganggren. Stadium ini disebut stadium ganggrenosa. Bila dinding yang

telah rapuh itu pecah akan terjadi appendisitis perforasi

(Mansjoer, 2000)

E. Manifestasi klinik

Nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah dan biasanya di

sertai demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan

lokal pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin

akan dijumpai derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi

atau diare tergantung pada beratnya infeksi dan lokal appendiks. Bila

appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri tekan dapat terasa didaerah

lumbal. Bila ujungnya pada pelvis, tanda – tanda ini hanya dapat di ketahui

pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung

appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada

bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah

kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran

bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dapat lebih menyebar,

distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.

Selain itu juga terdapat demam ringan, leukositosis, dan mual muntah

(Smeltzer & Bare, 2002)

F. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:

1. Perforasi

Keterlambatan dalam penanganan merupakan alasan penting terjadinya

perforasi appendiks, perforasi appendiks akan mengakibatkan peritonitis

purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi

seluruh perut dan perut menjadi tegang (Syamsuhidajat, 2000) .

2. Rasa sakit yang bertambah, demam tinggi, rasa yang menyebar dan jumlah

leukosit yang tinggi merupakan tanda kemungkinan yang terjadi perforasi

3. Peritonitis

Peradangan peritonium merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi

dalam bentuk akut atau kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat

penyebaran infeksi dari appendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar

luas pada permukaan peritonium menyebabkan timbulnya peritonitis

generalis. Dengan begitu aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang (price &

wilson, 2006)

4. Massa periappendikuler

Hal ini dapat terjadi apabila appendisitis ganggrenosa ditutupi oleh

omentum. Umumnya massa appendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak

peradangan, mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalis. Massa

appendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan

umum masih terlihat sakit, suhu meningkat, terdapat tanda – tanda

peritonitis lekositosis(Ahmadsyah & kartono, 2001)

G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada klien dengan appendisitis meliputi :

1. Sebelum operasi

a. Observasi

b. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan,

antibiotik untuk menurunkan jumlah organisme pada infeksi yang telah

ada serta menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya di rongga

abdomen, cairan IV digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal

adekuat dan menggantikan cairan yang telah hilang.

2. Dilakukan pembedahan appendiktomi

Bila diagnosis klinik sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah

appendiktomi. yang merupakan satu – satunya pilihan yang baik.

Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

mengakibatkan abses atau perforasi. Appendiktomi bisa dilakukan secara

terbuka ataupun dengan cara laparotomi.

3. Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan

(Smeltzer & Bare, 2002 )

H. Pengkajian Fokus

Pengkajian fokus pada penderita appendisitis meliputi :

1. Anamnesa

Meliputi nama , umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk, nomor

register, diagnosa, agama, suku bangsa

2. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan post appendiktomi mempunyai keluhan utama nyeri yang

disebabkan insisi abdomen

3. Riwayat penyakit dahulu

Pada penderita appendisitis perlu ditanya adanya riwayat pembedahan

sebelumnya, riwayat operasi pada abdomen

4. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan adanya riwayat appendisitis pada salah satu anggota

keluarga atau penyakit kronis lainnya.

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

5. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Kebiasaan klien seperti merokok, penggunaan obat – obatan dan

alkohol dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

b. Pola tidur dan istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga

dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien

c. Pola aktifitas dan latihan

Aktivitas klien dengan appendiktomi biasanya terjadi pembatasan

aktivitas akibat rasa sakit pada luka post operasi sehingga keperluan

klien harus dibantu

d. Pola hubungan dan peran

Dengan keterbatasan penderita tidak bisa melakukan peran baik

dalam keluarga dan dalam masyarakat, penderita mengalami emosi

yang tidak stabil

e. Pola sensori dan kognitif

Pada penderita appendisitis biasanya klien merasakan nyeri pada

abdomen kuadran kanan bawah

f. Pola penanggulangan stress

Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah

g. Pola eliminasi

Urine akibat penurunan daya kontraksi kandung kemih rasa nyeri

atau karena tidak biasa buang air kecil ditempat tidur akan

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

mempengaruhi pola eliminasi urine, pola eliminasi alvi akan

mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh

anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi

h. Pola nutrisi dan metabolik

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat

pembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai peristaltik

usus kembali normal.

i. Pola reproduksi seksual

Pada penderita post operasi adanya larangan untuk berhubungan

seksual selama beberapa waktu

j. Pola terhadap keluarga

Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak yang

harus ditanggung oleh keluarga juga perasaan cemas keluarga

terhadap klien

k. Pola nilai kepercayaan

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, dan bagaimana cara

klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

Pada penderita post operasi appendiktomi

a. Respiratory

Pada penderita appendisitis ditemukan adanya tanda takipnea,

pernapasan dangkal

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

b. Sirkulasi

Dijumpai adanya takikardi pada penderita appendisitis

c. Balutan

Biasanya terpasang tube drainage, pantau keadaan drainage

d. Keadaan luka

Adanya jahitan, pus, dan kemerahan sekitar luka operasi

e. Rasa nyaman

Pada penderita appendisitis dijumpai adanya nyeri abdomen sekitar

epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi

pada titik Mc Burney meningkat pada saat berjalan, bersin, Batuk,

sedangkan pada penderita post appendisitis didapatkan adanya nyeri

pada sekitar luka operasi

f. Psikologis

Biasanya klien mengatakan takut dengan penyakit yang diderita

g. Eliminasi

Klien dengan post operasi biasanya terjadi konstipasi pada awitan

karena peristaltik usus belum kembali normal

h. Aktivitas dan istirahat

Kebutuhan aktivitas klien menjadi terganggu karena keterbatasan

gerak akibat operasi dan kebutuhan istirahat klien terganggu akibat

nyeri yang dirasakan

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

6. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Kesadaran biasanya composmentis, ekspresi wajah menahan sakit

b. Integumen

Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan pada luka post

operasi

c. Kepala dan leher

Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva lihat apakah pucat

d. Thorak dan paru

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,

gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas frekuensi

pernapasan biasanya normal, apakah ada ronchi, whezing, stridor

e. Abdomen

Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya peristaltik

pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual,

apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis,

periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih

f. Ekstremitas

Biasanya klien dengan post operasi pada ekstremitas terpasang infus

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

7. Pemeriksaan penunjang

a. Sel darah putih : lekositosis diatas 12000 /mm3, netrofil meningkat

sampai 75 %

b. Urinalisis: normal, tetapi eritrosit / lekosit mungkin ada

c. Foto abdomen; adanya pergeseran material pada appendisitis

(Doenges, 2000; Smeltzer & Bare, 2002)

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

I. Pathways KeperawatanEtiologi : Faktor makanan, Hyperplasia, folikel, limfoid,

benda asing, cacing atau tumor

Obstruksi lumen appendiks

Pembengkakan jaringan limfoid oleh infeksi virus

Produksi mukus meningkat

Organ yang berdekatan dengan appendiks akan terdesak oleh peningkatan mukus

Bendungan pada dinding appendiks

Proses sekresi mukus mengalami gangguan

Peningkatan tekanan intraluminal

Menghambat sel limfe yang akan mengeluarkan mukus

Terjadi pebengkakan/peredaran edema apendiks dan ulserasi appendiks

Appendiksitis akut Sekresi mukus terus meningkat

Obstruksi vena dan

perluasan peradangan

Terjadi proses peradangan

hipertermi Nyeri epigastrium Mukus masuk dalam

saluran pencernaanPeningkatan tekanan

intra luminal

Gangguan rasa

nyaman nyeri Menyebabkan peristaltik usus

besar dan asam lambung me Rupture

appenndiks

Aliran

appendiks

Respon mual muntah

Resti infeksi Penurunan

suplai darahanoreksia

Perubahan nutrisi<kebutuhan

Gangguan nekrosis dan perforasisAPPENDIKTOMI

anestesiLuka post operasi Kurangnya info tantang pembedahan

Peristaltik meningkat

Mual muntah

Intake oral meningkat

Perubahan nutrisi <kebutuhan tubuh

Inkontinuitas jaringan Kurang pengetahuan

Masuknya kuman

Resti infeksi

G. rasa Nyaman nyeri

Kegiatan aktivitas terganggu

Gangguan mobilitas fisik

Kegiatan ADL dibantu

Defisit perawatan diri

perdarahan

Resiko kekuranganvolume cairan &

elektrolit

Sumber :Isselbacher Kurt,2000Mansjoer, 2000Syamsuhidajad, 2005Doenges, 2000 20

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

j. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan

a. Tujuan

Memenuhi kebutuhan nyaman klien

b. Kriteria hasil

1) Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang

2) Klien menunjukkan wajah rileks

3) Skala nyeri berkurang

c. Fokus intervensi

1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik nyeri

Rasional:untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan

merupakan indikator secara dini untuk dapat memberikan tindakan

selanjutnya

2) Mengajarkan klien teknik disrtaksi dan relaksasi

Rasional: mengurangi rasa nyeri

3) Ajarkan klien tarik nafas panjang

Rasional: pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara

adekuat, sehingga otot – otot menjadi relaksasi sehingga dapat

mengurangi nyeri.

4) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional: sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa

nyeri

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme

sekunder terhadap pembedahan

a. Tujuan

Mencegah terjadinya infeksi

b. Kriteria hasil

1) Tidak terdapat tanda – tanda infeksi

2) Luka kering

3) Tida eritema

c. Fokus intervensi

1) Obsevasi tanda – tanda vital

Rasional: untuk mendeteksi secara dini gejala infeksi

2) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan

aseptik

Rasional : menurunkan terjadinya resiko infeksi akan mudah

3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan sekitar luka

Rasional : meminimalkan masuknya mikro organisme

4) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : menurunkan jumlah organisme pada infeksi

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder

terhadap nyeri

a. Tujuan

Klien dapat mencapai aktifitas fisik maksimal dalam dalam batas yang

ditentukan

b. Kriteria hasil

1) Klien dapat bergerak tanpa pembatasan

2) Klien dapat melakukan aktifitas fisik sesuai toleransi

c. Fokus intervensi

1) Kaji tingkat aktifitas klien

Rasional : mengetahui seberapa jauh tingkat ketergantungan klien

2) Berikan aktifitas sesuai dengan kemampuan klien

Rasional : immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar

kegelisahan

3) Anjurkan klien untuk latihan gerak aktif dan pasif

Rasional : meningkatkan kormolitas organ sesuai dengan yang

duharapkan

4) Banti klien dalam melakukan aktifitas yang memberatkan

Rasional : menghindari dari hal – hal yang dapat memperparah

keadaan

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake dan output

tidak adekuat

a. Tujuan

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

b. Kriteria hasil

1) Tidak terdapat tanda – tanda dehidrasi

2) Turgor klien baik

3) Bibir tidak kering

4) Mual muntah berkurang

c. Fokus intervensi

1) Monitor tanda – tanda vital

Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasi fluktasi volume

intra vaskuler

2) Kemonitor intake dan output dan konsentrasi urine

Rasional : menurunnya output dan konsentrasi urine akan

meningkatkan kepekaan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi

dan membutuhkan peningkatan cairan

3) Anjurkan klien untuk membersihkan mulut srcara teratur

Rasional : dehidrasi mengakibatkan mulut kering dan pecah -

pecah

4) Kolaborasi pemberian cairan secara adekuat

Rasional : memenuhi volume cairan yang hilang

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat

a. Tujuan

Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

b. Kriteria hasil

1) Klien mau menghabiskan makanannya

2) Porsi makan habis

3) BB dalam batas normal

c. Fokus intervensi

1) Observasi pola makan klien

Rasional :mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi

2) Kaji faktor – faktor klien tidak mau makan

Rasional : membantu mengatasi masalah klien tidak mau makan

3) Sajikan makanan dalam keadaan menarik nafsu makan klien

Rasional : mengundang selera makan klien

4) Motifasi klien untuk makan sedikit tapi sering

Rasional : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat

ditingkatkan

5) Timbang BB klien

Rasional : mengawasi keefektifan secara diit

6) Kolaborasi pemberian diit yang adekuat

Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien secara tepat

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan

kurang informasi

a. Tujuan

Klien mengetahui proses penyakit

b. Kriteria hasil

Klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan

c. Fokus intervensi

1) Kaji ulang pembatasan aktifitas pasca operasi seperti

mengangkat benda berat

rasional : memberikan informasi pada klien untuk merencanakan

kembali rutinitas biasa

2) Diskusikan tentang perawatan luka

Rasional : pemahaman meningkatkan kerja sama dengan rogram

terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan

3) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik misalnya

peningkatan nyeri, edema atau eritema

Rasional : upaya menurunkan resiko komplikasi serius

4) Dorong aktifitas sesuai toleransi dengan periode istirahat

Rasional : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan

perasaan sehat

7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

a. Tujuan

Klien mampu merawat diri sendiri

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2... · Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun pada

b. Kriteria hasil

Klien tampak bersih dan segar

c. Fokus intervensi

1) Mengkaji tingkat kebersihan klien

Rasional : mengetahui seberapa tingkat ketergantungan klien

2) Memandikan klien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan

sendiri, cuci rambut serta potong kuku klien

Rasional : agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah

dan meningkatkan keehatan

3) Ganti pakaian kotor dengan yang bersih

Rasional :untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan

rasa nyaman

4) Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya

Rasional : agar klien merasa tersanjung dan lebih koopertif dalam

merawat kebersihan diri

(Doenges, 2000 ; Carpenito, 2004)