SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha...

81
HUBUNGAN CAREER CAPITAL DENGAN FEAR OF FAILURE PADA PENCARI KERJA BERSTATUS FRESH GRADUATE SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh : Yudha Widiyono 125120307111018 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

Transcript of SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha...

Page 1: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

HUBUNGAN CAREER CAPITAL DENGAN FEAR OF FAILURE PADA

PENCARI KERJA BERSTATUS FRESH GRADUATE

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

Yudha Widiyono

125120307111018

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN CAREER CAPITAL DENGAN FEAR OF FAILURE PADA

PENCARI KERJA BERSTATUS FRESH GRADUATE

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Yudha Widiyono

NIM. 125120307111018

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing:

.Psi. M.Psi

NIK.2011028402202001

Page 3: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

LEMBARPENGESAHAN

HUBUNGAN CAREER CAPITAL D.ENGAN FEAR OF FAILURE PADA

PENCARI KERJA BERSTATUS FRESH GRADUATE

Disusun Oleh:

Yudba Widiyono

NIM. 125120307111018

Tim Penguji:

Ketu

Penguji

Ika Rahma Susilawati, S.Psi.,M.Psi

NIK.2011028402202001

Anggota Penguji

6� ....... =---��= ..... ::;.;;,;:;au...-S_.P

..;;s_i.

ll,.;M=.P_s_i Thoyyibatus Sarirah, S.Psi.,M.Si

NIK. 2013048103262001 N1K. 2013048311242001

Malang, Agustus 2017

ii

Page 4: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan
Page 5: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,

serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Career Capital dengan Fear of Failure pada Pencari Kerja

Berstatus Fresh Graduate ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

guna memperoleh gelar sarjana pada jurusan Psikologi Universitas Brawijaya dan

sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Jurusan Psikologi. Penulis menyadari seutuhnya bahwa tanpa bantuan dari

beberapa pihak, penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Ika Rahma Susilawati, S.Psi.,M.Psi selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan pengarahan dan kesabaran yang telah

diberikan kepada penulis yang tidak akan pernah saya lupakan.

2. Ilhamuddin Nukman, S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing

akademik yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing

dan memberi semangat apapun dari awal semester sampai saya

menyelesaikan studi.

3. Unita Werdi Rahajeng, S.Psi.,M.Psi dan Thoyyibatus Sarirah,

S.Psi.,M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan

untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ayah Agung Hadi Widiyono, Ibu Rita Maemunah Tania, dan Ria

Widya Yuniar sebagai orang tua dan adik terbaik yang senantiasa

memberikan dukungan, perhatian, dan doa yang tidak ternilai harganya

sehingga memberi motivasi untuk secepatnya menyelesaikan skripsi

ini.

Page 6: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

v

5. Luluk Agustin sebagai penyemangat yang selalu memberikan

dukungan dan bersabar menjadi pelampiasan saat penulis mulai bosan

dan jenuh sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat Saya Gobas-Gobes yang terus memberikan motivasi,

membantu kesulitan saya, dan hiburan bagi penulis disaat sedang

merasa bosan dan stress dalam penyelesaian skripsi.

7. Teman-teman Psikologi 2012 yang saling bertukar informasi dan

saling memberikan dukungan satu sama lain dalam proses

penyelesaian skripsi.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik saran yang membangun dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan

kedepan. Penulis juga berharap hasil dari penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya mahasiswa Psikologi

Universitas Brawijaya

Page 7: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

vi

ABSTRAK

HUBUNGAN CAREER CAPITAL DENGAN FEAR OF FAILURE PADA

PENCARI KERJA BERSTATUS FRESH GRADUATE

Yudha Widiyono

NIM. 125120307111018

[email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara career

capital dengan fear of failure pada pencari kerja berstatus fresh graduate. Jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 148 orang yang diambil dengan

menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan skala

career capital yang dimodifikasi oleh Ula, Susilawati & Widyasari (2015) dan

telah dimodifikasi kembali oleh penulis, serta skala fear of failure yang telah

ditransadaptasi oleh Trisnawati, Susilawati & Silviandari (2013). Penelitian ini

menggunakan uji hipotesis korelasi product moment pearson diperoleh rxy sebesar

-0,529 dengan (p = 0,001, p < 0,05) dan termasuk dalam kategori cukup. Hipotesis

penelitian diterima dimana terdapat hubungan negatif antara career capital

dengan fear of failure pada pencari kerja berstatus fresh graduate. Artinya

semakin tinggi career capital maka akan semakin rendah fear of failure pada

pencari kerja berstatus fresh graduate, begitu juga sebaliknya.

Kata Kunci : career capital, fear of failure, fresh graduate

Page 8: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

vii

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN CAREER CAPITAL AND FEAR OF FAILURE

TO FRESH GRADUATE JOB SEEKER

Yudha Widiyono

NIM. 125120307111018

[email protected]

This study aimed to determine the correlation between career capital and fear of

failure to fresh graduate job seeker. Total sample was 148 participants that were

recruited using accidental sampling technique. Data were gathered using career

capital scale which is modified by Ula, Susilawati & Widyasari (2015) and has

been modified again by the author, and fear of failure scale which is transadapted

by Trisnawati, Susilawati & Silviandari (2013). Using correlation product

moment pearson analysis obtained rxy = -0,529 (p = 0,001, p < 0,05) and

included in the category enough. The research hypothesis is accepted where there

is a negative correlation between career capital and fear of failure to fresh

graduate job seeker. This means that the higher the career capital will be the

lower fear of failure to fresh graduate job seeker, vice versa.

Keyword : career capital, fear of failure, fresh graduate.

Page 9: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I.PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

E. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 9

BAB II.KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 13

A. Career Capital ........................................................................................... 13

1.Definisi Career Capital .......................................................................... 13

2.Dimensi Career Capital ......................................................................... 14

B. Fear of Failure .......................................................................................... 21

1.Definisi Fear of Failure ......................................................................... 21

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketakutan akan Kegagalan ............ 25

3.Aspek-Aspek Ketakutan Akan Kegagalan ............................................. 26

4.Karakteristik Ketakutan Akan Kegagalan .............................................. 28

C. Pencari Kerja Fresh Graduate .................................................................. 29

D. Hubungan Career Capital dan Fear of Failure ........................................ 30

E. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 32

F. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 33

BAB III.METODE PENELITIAN .................................................................... 34

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 34

B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 34

C. Definisi Operasional .................................................................................. 35

1.Career Capital ........................................................................................ 35

Page 10: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

2.Fear of Failure ....................................................................................... 37

D. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel .................................................... 38

1.Populasi dan Teknik Sampling ............................................................... 38

2.Sampel .................................................................................................... 38

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 39

F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 42

G. Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................. 45

H. Analisis Data ............................................................................................. 49

I. Uji Hipotesis .............................................................................................. 52

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 54

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 54

B. Pembahasan ............................................................................................... 59

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 62

BAB V.PENUTUP ............................................................................................... 63

A. Kesimpulan ................................................................................................ 63

B. Saran .......................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

Page 11: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran.............................................................................32

Gambar 2. Tiga Alur Knowing dan Akumulasi dari Career Capital.....................96

Page 12: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dimensi Career Capital...........................................................................36

Tabel 2. Dimensi dan Indikator Fear of Failuremenurut Conroy (2002)..............37

Tabel 3. Skor Respon Jawaban Skala Career Capital...........................................43

Tabel 4. Blueprint Skala Career Capital sebelum uji coba...................................44

Tabel 5. Blueprint Skala Career Capital setelah uji coba......................................44

Tabel 6. Pedoman Penilaian Jawaban Skala Fear of Failure................................45

Tabel 7. Blue Print Skala Fear of Failure Sebelum Uji Coba...............................45

Tabel 8. Blue Print Skala Fear of Failure Sebelum Uji Coba...............................45

Tabel 9. Indeks Koefisien Reliabilitas Cronbach’s Alpha.....................................48

Tabel 10. Hasil Reliabilitas....................................................................................49

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (K-S)..................................51

Tabel 12. Uji Linearitas..........................................................................................51

Tabel 13. Interpretasi nilai r...................................................................................53

Tabel 14. Gambaran Umum Subjek Penelitian......................................................55

Tabel 15. Deskripsi Data Variabel Penelitian........................................................56

Tabel 16. Kategori Daerah Keputusan...................................................................57

Tabel 17. Kategori Career Capital........................................................................57

Tabel 18. Kategori Daerah Keputusan...................................................................58

Tabel 19. Kategori Fear of Failure........................................................................58

Tabel 20. Hasil Uji Korelasi...................................................................................58

Page 13: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengangguran di Indonesia telah menjadi problematika nasional yang

sulit untuk dituntaskan. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) yang

dirilis pada Februari 2016 yang diunduh dari m.tempo.co, Suryamin

mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai

7,02 juta orang atau 5,5 persen. Tingkat pengangguran lulusan Universitas

meningkat dari 5,34 persen menjadi 6,22 persen," tuturnya. Hal ini

menambah kekhawatiran karena pada para pencari kerja yang baru saja

menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, belum memiliki banyak

pengalaman dalam dunia kerja sehingga menimbulkan perasaan takut akan

kegagalan (fear of failure) dibandingkan dengan pencari kerja yang sudah

pernah merasakan hal tersebut sebelumnya (Santoso, 2014). Minimnya

pengalaman pada sarjana baru atau biasa disebut sebagai fresh graduate

adalah suatu tantangan tersendiri untuk menuntaskan diri dalam masalah

pengangguran.

Untuk mengantarkan seorang fresh graduate pada jalur karir yang

diinginkannya tidaklah mudah. Persaingan sangatlah ketat sehingga

terlebih dahulu mereka harus mengerahkan waktu dan usahanya untuk

mencari pekerjaan yang diinginkan. Dalam hal ini, seorang pencari kerja

banyak mengalami kecemasan bahkan fear of failure. Para pencari kerja

Page 14: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

2

fresh graduate akan mengalami perasaan fear of failure jika nantinya

menjadi pengangguran apabila gagal bersaing dengan para pencari kerja

lainnya (Trisnawati,2013).

Sebagian besar individu cenderung lebih banyak mengalami fear of

failure karena memiliki goal-setting yang defensif, tidak yakin benar

tentang potensi yang dimilikinya, ketidakmampuan menghadapi

kompetisi, selalu menginginkan tanggapan positif dari orang lain, dan

performansi yang buruk pada situasi tertentu terutama situasi yang

dipersepsikan penuh tekanan atau situasi baru (Conroy, 2004). Tekanan

kompetitif yang ada saat ini menuntut perusahaan untuk merekrut

karyawan yang memiliki pengetahuan dan ide cemerlang, keterampilan,

dan kemampuan yang dapat memberikan hasil maksimal. Data dari survei

terhadap berbagai perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan sekitar

38% pelamar tidak terlalu mahir dalam keterampilan membaca, menulis

dan matematika yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang mereka

butuhkan (Mathis & Jackson, 2006).

Fear of failure secara jelas menunjukkan adanya implikasi negatif

dalam beberapa hal, meliputi pilihan pekerjaan yang dipilih, usaha yang

dikeluarkan, kegigihan, pencapaian performansi, motivasi intrinsik dan

kesejahteraan. Situasi yang demikian secara tidak langsung mempengaruhi

pengambilan keputusan, data di atas diperkuat dengan pernyataan dari

Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto di Jakarta yang menyatakan

bahwa saat ini banyak sekali para lulusan sarjana yang bekerja tidak sesuai

Page 15: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

3

dengan bidang perkuliahannya. Beliau juga menuturkan banyak kisah dan

cerita dari banyak orang yang ia kenal yang kini berperan penting di dunia

perbankan. Padahal kebanyakan dari mereka tidak bergelar Sarjana

Ekonomi yang tidak ada hubungannya dengan perbankan

(kompasiana.com, 2012). Selain itu polling yang dilakukan oleh

careernews kepada pembaca dengan tema kesesuaian pekerjaan terhadap

jurusan yang diambil pada saat kuliah. Hasil polling menunjukkan 67

persen responden mengaku bahwa pekerjaannya saat ini tidak sesuai

dengan jurusan kuliahnya dulu (careernews.id, 2015).

Fenomena diatas menunjukkan bahwa persaingan pencari kerja

semakin ketat, sehingga para fresh graduate dituntut untuk memiliki

keunggulan tertentu dibandingkan dengan pencari kerja lainnya.

Ditambah lagi perusahaan saat ini lebih menginginkan karyawan atau

sumber daya manusia yang berkualitas karena merupakan kunci

keberhasilan perusahaan. Hal inilah yang memyebabkan sebagian para

fresh graduate merasa pesimis dalam menghadapi dunia kerja yang penuh

tantangan saat ini, sehingga dapat menyebabkan timbulnya rasa cemas

atau ketakutan akan kegagalan bahkan sebelum mencoba

(Trisnawati,2013).

Fear of failure pada pencari kerja dapat terjadi karena sumber daya

manusia yang ada dalam diri individu atau fresh graduate masih belum

yakin terhadap kemampuan yang dimiliki, merasa rendah diri apabila

bersaing dengan pencari kerja lainnya. Akibatnya akan menunda waktu

Page 16: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

4

untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya karena sudah

merasa tidak mampu. Berbeda dengan pencari kerja yang optimis dan

percaya akan kemampuan yang dimilikinya, baik itu kemampuan

pengetahuan, pengalaman, ataupun keterampilannya. Dengan adanya

kemampuan tersebut membuat perncari kerja yang berstatus fresh

graduate percaya diri dan yakin dengan kemampuan yang dimilikinnya

dan tidak akan merasa cemas dan takut akan gagal (Fahmi, 2011). Petri

(dalam Fahmi, 2011) menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat

mengurangi fear of failure akan suatu kegagalan pada individu yang

sedang mencari pekerjaan yaitu antara lain motivasi untuk mencapai

kesuksesan, perasaan optimis yang kuat, efikasi diri yang baik, nama

almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh.

Adanya kemampuan yang dimiliki oleh pencari kerja dianggap

sebagai modal yang digunakan untuk mengembangkan daya saing

perusahaan yang bernilai, langka dan sulit ditiru oleh pesaing dan tidak

tergantikan oleh perusahaan lain. Modal yang ada dalam diri manusia ini

disebut juga dengan career capital. Arthur & Inkson (2001)

mendefinisikan career capital merupakan semua kompetensi dan

pengalaman yang dibangun oleh individu baik pengalaman yang diperoleh

dengan menggunakan biaya, tidak menggunakan biaya, dengan bekerja,

maupun tidak bekerja.

Selama ini penelitian yang dilakukan mengenai career capital hanya

dilakukan menggunakan satu prediktor, misalnya penelitian oleh Chen &

Page 17: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

5

Lim (2012) yang mengemukakan bahwa individu dengan psychological

capital (knowing-why) yang tinggi yakin tentang kemampuan dan

kompetensinya, tetap optimis tentang masa depan, bertekun dalam

pencarian pekerjaan dan mampu menemukan beberapa jalur untuk

mengatasi hambatan selama pencarian kerja (Chen & Lim, 2012). Akan

tetapi penelitian tersebut membahas tentang pencarian kerja pada

karyawan PHK, dimana mereka sudah mempunyai pengalaman, keahlian

dan kompetensi kerja di bidangnya masing-masing. Sementara pada

penelitian ini lebih berfokus kepada para pencari kerja berstatus fresh

graduate, yaitu sarjana yang baru saja berhasil menyelesaikan studi S1 dan

belum pernah bekerja (Bacan & Nuriyah, 2010). Oleh karena itu, para

fresh graduate atau mahasiswa yang baru lulus dan belum mempunyai

pengalaman bekerja biasanya masih sulit dalam mencari pekerjaan yang

sesuai karena tidak adanya pengalaman bekerja (Santoso, 2014).

Disamping itu, dimensi knowing-why secara tidak langsung

berhubungan dengan fear of failure sesuai dengan pernyataan Dam &

Menting (2012). Ia menyatakan bahwa pengangguran yang memiliki

harapan rendah pada kesempatan mereka untuk bekerja atau sedikit

ketertarikan pada pekerjaan menghabiskan waktu dan energi lebih sedikit

dalam mencari pekerjaan. Hal ini terkait dengan motivasi yang ada pada

dimensi knowing-why, sehingga adanya motivasi dalam diri individu akan

mengurangi ketakutan akan kegagalan (Fahmi, 2011). Individu yang

memiliki energi dari dalam dirinya, dia akan mengerahkan seluruh waktu

Page 18: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

6

dan energi tersebut untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi

baik didalam maupun diluar organisasi (Eby, Butts, & Lockwood, 2003).

Selain itu, fear of failure juga berhubungan dengan knowing-how

yang merupakan dimensi penyusun career capital. Knowing-how tersusun

atas kompetensi, keahlian, dan pengetahuan yang merupakan hal-hal yang

harus dikembangkan oleh pencari kerja. Individu yang memiliki

pengetahuan tinggi yang diperolehnya dari waktu ke waktu cenderung

imajinatif, memiliki rasa penasaran, berwawasan luas dan aktif (Eby, Butts

& Lockwood, 2003). Hal ini dikarenakan tenaga kerja yang memiliki

keterampilan kerja didukung tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaga

kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan

pekerjaan (Sutomo, dkk, 1999). Dengan demikian, knowing-how yang

tinggi akan mengurangi ketakutan akan kegagalan pada pencari kerja

karena mempunyai efikasi diri yang baik (Fahmi, 2011).

Lebih lanjut, hubungan career capital dengan fear of failure juga

terlihat dari dimensi knowing-whom. Penelitian dari Seibert menunjukkan

jika knowing-whom dapat memberi individu akses yang lebih baik dan

lebih mudah untuk jaringan yang berhubungan dengan sumber informasi

karir dan dukungan sosial selama kegiatan pencarian kerja (Ula, 2015).

Dalam fear of failure, dukungan sosial seperti keluarga dapat mengurangi

perasaan takut akan kegagalan (Fahmi, 2011). Dengan adanya dukungan

Page 19: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

7

sosial yang dibentuk dari knowing-whom, maka akan dapat mengurangi

perasaan takut akan kegagalan.

Tentunya hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya career capital

tidak hanya berdasarkan pada satu faktor. Diperlukan beberapa faktor yang

dapat secara langsung mempengaruhi career capital sehingga aspek yang

dilihat akan lebih menyeluruh dari berbagai sisi. Menurut Arthur &

Inkson (2001) ada tiga dimensi dalam career capital, diantaranya yaitu

knowing-why, knowing-how, dan knowing-whom.

Career capital dianggap sebagai sumber daya yang sangat strategis,

yang dapat digunakan untuk mengembangkan daya saing perusahaan yang

bernilai, langka dan sulit ditiru oleh pesaing dan tidak tergantikan oleh

sumber daya lainnya (Elyta, 2015). Dengan adanya career capital yang

berkualitas diharapkan dapat mengurangi fear of failure pada pencari kerja

fresh gradute. Perkembangan career capital yang berkualitas bisa

terhambat dengan fenomena fear of failure ini, yang biasanya terjadi di

kalangan para pencari kerja terutama fresh graduate.

Terkait dengan permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan

penelitian lebih lanjut mengetahui apakah ada hubungan career capital

dengan fear of failure pada pencari kerja yang berstatus fresh graduate.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan career capital dengan fear of failure

pada pencari kerja yang berstatus fresh graduate ?.

Page 20: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

8

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan career capital dengan fear of failure

pada pencari kerja yang berstatus fresh graduate.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat

memberi sumbangan bagi ilmuwan psikologi agar dapat memperkaya

ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi industri dan

organisasi dalam career capital maupun fear of failure terutama

berkaitan dengan para pencari kerja yang berstatus fresh graduate.

2. Secara Praktis

Secara Praktis diharapkan para pencari kerja yang berstatus fresh

graduate dapat membantu mereka memahami bagaimana strategi

untuk mendapatkan pekerjaan. Bagi mahasiswa diharapkan dapat

membantu perlunya membangun career capital untuk mengurangi fear

of failure yang akan dilakukan setelah lulus nantinya selama proses

mendapatkan pekerjaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk pihak-

pihak yang terkait mengenai hubungan career capital dengan fear of

failure pada para pencari kerja yang berstatus fresh graduate.

Page 21: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

9

E. Penelitian Terdahulu

1. Direnzo, M. S. 2010. An Examination of the Roles of Protean

Career Orientation and Career Capital on Work and Life Outcomes.

Journal of Philosophy, 1-215.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui work and life outcomes

melalui peran protean career orientation dan career capital. Penelitian

ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pengumpulan

data menggunakan survei online. Sampel pada penelitian ini sebanyak

695 responden dengan size effect 0,15 dan tingkat signifikansi 0,5.

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa work and life outcomes

berhubungan positif dengan peran proteancareer orientation dan

career capital. Hasil yang didapat dari tiga bentuk modal yaitu modal

psikologis, modal manusia dan modal sosial diketahui bahwa modal

psikologis yang paling signifikan berpengaruh positif terhadap

keseimbangan kehidupan kerja.

2. Conroy, D. E. (2003). Representational Models Associated with Fear

of Failure Adolencents and Young Adults. Journal of Personality,

Vol. 71:5

Tujuan utama penelitian ini adalah menguji hubungan antara trait dan

model psikodinamik dari fear of failure. Partisipan penelitian ini

adalah 211 siswa, terdiri dari 137 siswa SMA, 32 atlit SMA dan 23

mahasiswa. Teknik pengambilan data dilakukan melalui kuesioner.

Tiga kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari peserta,

Page 22: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

10

yaitu kuesioner demografi, pengukuran fear of failure, dan kuesioner

multipart yang dikuantifikasi pola komunikasi interpersonal dan

intrapsikis. One way analysis of variance digunakan untuk menguji

perbedaan skor yang signifikan pada fear of failure dan profil pribadi

antara empat kelompok dalam sampel. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa 5 dari 49 variabel menunjukkan adanya

perbedaan kelompok (p < ,05). Namun, Scheffe' post hoc tes

menunjukkan perbedaan yang signifikan hanya pada satu variabel-

variabel ini. Secara khusus, atlet perguruan tinggi melaporkan bahwa

sebagian besar instrukturnya signifikan lebih mengabaikan mereka dari

yang dilakukan salah satu siswa SMA atau atlet (p < ,05). Tidak ada

perbedaan signifikan lainnya antara kelompok muncul untuk setiap

variabel lain. Berdasarkan kurangnya luas perbedaan kelompok dalam

model representasional atau fear of failure, tersisa empat kelompok

gabungan untuk semua analisis.

3. Chen, D. J. Q., and Lim, V. K. G. (2012). Strenght in Adversity: The

Influence of Psychological Capital on Job Search. Journal of

Organizational Behavior, Vol. 33, Issue 6, August: 811-839.

Penelitian ini bertujuan umtuk menguji pengaruh psychological capital

pada pencarian kerja antara karyawan yang terkena PHK (Pemutusan

Hubungan Kerja).Subjek penelitian sebanyak 179 sampel yang

melibatkan karyawan PHK profesional, manajer, eksekutif, dan teknisi.

Atas dasar sampel tersebut, penulis menemukan bahwa psychological

Page 23: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

11

capital berhubungan positif dengan tingkat pengetahuan pekerjaan dan

coping resources pada karyawan PHK. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mencari pekerjaan tampaknya memprediksi persiapan mencari

kerja (b = 0,67, p <0,01) lebih kuat daripada aktif mencari kerja (b =

0,60, p <0,01).

4. Arthur & Inkson (2001). How to Be a Successful Career Capitalist :

Journal of Organizational Dynamics, Vol. 30, No. 1, pp. 48-61, 2001

Studi ini berupa studi kasus dari enam kisah yang dianalisis untuk

mengetahui bagaimana proses career capital yang terjadi dan belajar

dari kisah-kisah tersebut. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiga

dimensi dalam career capital yaitu knowing-why, knowing-how, dan

knowing-whom. Kesimpulan studi kasus yang telah dilakukannya

terdapat dua poin. Pertama mereka menemukan dari semua bukti

menunjukkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam studi yang

dilakukan membuat kontribusi yang luar biasa untuk perusahaan

mereka. Performa perusahaan menjadi lebih baik dan beradaptasi lebih

baik karena kontribusi yang diterimanya.

Poin kedua adalah akumulasi career capital dalam satu situasi

seringkali dipindah ke tempat lain. Misalnya keterampilan teater Lakis

dikembangkan untuk melatih staf perusahaan dalam kemampuan

presentasi dan untuk berhasil dalam wawancara kerja. Cerita tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa karir saat ini tidak begitu banyak dapat

Page 24: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

12

direncanakan. Investasi career capital yang dibuat dalam satu arena

dapat menghasilkan keuntungan yang tak terduga di tempat lain.

Page 25: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Career Capital

1. Definisi Career Capital

Definisi career capital berasal dari dua kata, yaitu career dan capital.

Career atau karir menurur Mathis dan Jackson (dalam Soejono, 2007)

diartikan sebagai rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang

ditempati individu sepanjang hidupnya. Sementara capital adalah modal,

sehingga apabila digabungkan career capital lebih dimaksudkan sebagai

modal karir yang fokus pada kompetensi-kompetensi internal yang

dimiliki individu untuk memilih dan mengembangkan jalur karir yang

diinginkan sesuai dengan keterampilan dan minat individu (Arthur &

Inkson, 2001). Selain itu menurut Vance (dalam Huang, 2013), career

capital adalah kemampuan untuk aktif membangun jaringan sosial dalam

meningkatkan karir dan mengidentifikasi motivasi masing-masing individu

didalam penerapan career capital itu sendiri. Individu dengan career

capital yang tinggi cenderung memiliki keterlibatan yang tinggi dengan

pekerjaannya karena secara garis besar ia memiliki motivasi, skill dan

relasi sosial yang baik (Kong, 2013). Para ahli juga berpendapat jika

mengembangkan career capital dapat meningkatkan kinerja individu dan

menghasilkan keberhasilan karir (Direnzo, 2010).

Page 26: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

14

2. Dimensi Career Capital

Terdapat dua versi berbeda yang menjelaskan dimensi dalam career

capital. Versi yang pertama dijelaskan oleh Luthans dan Youssef pada

tahun 2004 (dalam Direnzo, 2010) dimana mereka mengemukakan tiga

dimensi dari career capital. Ketiga dimensi tersebut antara lain :

a. Psychological Capital

Psychological capital berkaitan langsung dengan ‘siapa anda’ dan

‘akan menjadi seperti apa’. Psychological capital mewakili unsur

kognitif, motivasi, yang dapat mendorong inspirasi, identifikasi, dan

makna pribadi dalam karir seseorang (Direnzo, 2010). Menurut

Schaufeli dan Bakker (2003), psychological capital meliputi

kepercayaan diri (self-efficacy), rasa optimis (optimism), harapan

mengenai masa depan (hope), serta resiliensi (resilience) (Indrianti &

Hadi, 2012).

b. Human Capital

Human capital merupakan pengalaman pribadi dan bersifat

profesional yang dapat meningkatkan karir seseorang (Direnzo, 2010).

Berbagai faktor human capital seperti pengalaman, pendidikan,

keterampilan politik, dan pengetahuan terbukti dapat berhubungan

secara langsung dengan keberhasilan karir. Human capital adalah

sumber daya yang sangat dihargai dan sangat penting untuk tetap

dipekerjakan dalam menghadapi persaingan tanpa henti. (Direnzo,

2010).

Page 27: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

15

c. Social Capital

Social capital merupakan suatu jaringan hubungan yang dimiliki

oleh individu yang dapat mendorong pertumbuhan karir (Inkpen &

Tsang, 2005). Social capital mencerminkan modal relasional dan

kemampuan seseorang untuk membangun dan memanfaatkan jaringan

pribadi. Social capital dapat memberikan individu keuntungan strategis

dalam karir karena dapat memberikan kesempatan kerja dan promosi

bisnis (Forret & Sullivan, 2002). Hal ini didukung oleh sejumlah

penelitian yang menunjukkan pengaruh positif dari social capital pada

pengembangan dan kesuksesan karir (Direnzo, 2010).

Ketiga bentuk dimensi tersebut dapat dikatakan merupakan

elemen fungsional, relasional dan motivasi dalam pembentukan

kesuksesan karir pada individu. Selain itu banyak penelitian yang

membuktikan jika ketiga dimensi tersebut memang memiliki efek

adiktif pada kesuksesan karir (Direnzo, 2010). Akan tetapi setelah

diteliti lebih lanjut, ketiga dimensi tersebut lebih cocok untuk berdiri

sendiri menjadi variabel dikarenakan memiliki pembahasan yang cukup

luas dan dimensi pembentuk sendiri yang dapat mempengaruhi

kesuksesan karir (Direnzo, 2010). Berdasarkan hal tersebut Arthur &

Inkson (2001), memiliki pembahasan sendiri tentang dimensi career

capital. Dimensi yang terdapat dalam career capital yaitu :

Page 28: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

16

a. Knowing-Why

Menurut Rosso, Dekas, dan Wrzesniewski (2010) knowing why

menanggapi pertanyaan “mengapa saya bekerja?” dan mencerminkan

nilai-nilai, makna, motivasi dan tujuan yang dibawa seseorang dalam

bekerja (Culie, Khapova, & Arthur, 2014). Kompetensi knowing-why

dapat disamakan dengan sejauh mana individu memahami motif,

kebutuhan, minat, aspirasi, dan nilai-nilai mereka yang berkaitan

dengan pekerjaan dan pengalaman hidup (Colakoglu, 2005). Aspek ini

memberikan individu pengertian terhadap makna karir dan motivasi

mereka untuk mengejar tujuan karir (Yao, 2013).

Kemampuan knowing-why dalam karir memberikan pemiliknya

energi, tujuan, motivasi dan identifikasi dunia kerja serta terkait dengan

kepercayaan diri, energi motivasi dan keyakinan diri untuk mengejar

karir yang diinginkan (Arthur & Inkson, 2001). Secara lebih detail,

indikator yang menyusun dimensi knowing-why ini terdapat empat poin

utama. Pertama, indikator yang menyusun dimensi ini adalah energi

dari dalam diri seseorang untuk mendorong keberhasilan karir. Menurut

Arthur & Inkson (2001), individu yang memiliki energi dari dalam

dirinya, dia akan mengerahkan seluruh waktu dan energi tersebut untuk

mengembangkan keterampilan dan kompetensi baik didalam maupun

diluar organisasi (Eby, Butts, & Lockwood, 2003). Kedua, memiliki

tujuan untuk berhasil yang menurut penemuan Arthur dkk menyatakan

Page 29: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

17

bahwa individu dengan tujuan untuk berhasil yang tinggi dapat

membangun karir yang sesuai dengan konsep diri mereka dan

mengarahkan karir ke arah yang mereka inginkan (Colakoglu, 2005).

Ketiga, motivasi yang menurut Kartono dan Gulo (1987) merupakan

kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu, sikap, atau

perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan pada tujuan

tertentu yang telah direncanakan. Keempat, pemahaman personal

dengan dunia kerja dan karir dimana mengindikasikan pemahaman

seseorang secara rinci mengenai dunia kerja. Pengetahuan ini

merupakan kemampuan untuk mengarahkan seseorang memilih karir

yang tepat sesuai dengan keinginannya (Tarigan & Wimbarti, 2011).

b. Knowing-How

Knowing-how mengacu pada pertanyaan “bagaimana saya bekerja”

dan mencerminkan pengembangan kumpulan keterampilan dan

pengetahuan termasuk pengetahuan tersembunyi yang dibawa individu

dalam bekerja (Culie, Khapova, & Arthur, 2014). Knowing-how adalah

kompetensi yang menitikberatkan pada keterampilan, keahlian dan

pengetahuan yang diperoleh dari waktu ke waktu yang dapat

menunjang karir individu (Arthur & Inkson, 2001). Kemampuan ini

tidak hanya melibatkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan

untuk bekerja, tetapi juga terdiri dari soft skill seperti komunikasi dan

keterampilan seseorang, dan hard skill seperti keahlian teknis (Yao,

2013).

Page 30: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

18

Menurut We (2011) dimensi ini dimaksudkan lebih kepada

akumulasi dari seperangkat keterampilan yang dipelajari melalui

berbagai jalur seperti dari pengalaman kerja. Seperti yang dikemukakan

oleh We (2011) pentingnya kompetensi ini terbukti dari penelitian yang

dilakukan oleh National Association of Colleges an Employers

(NACE), mengatakan jika 76,3% para pengusaha menanggapi survei di

tahun 2009 dimana mereka lebih menyukai kepada calon karyawan

yang berpengalaman (Ula, Susilawati & Widyasari, 2015).

Knowing-how pada career capital memberikan individu

keterampilan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk kinerja

yang baik. Jones dan Lichtensein juga bependapat adanya keterampilan

membuat individu menjadi pekerja yang berkompeten (Huang & Lin,

2013). Sama halnya dengan keterampilan, keahlian juga berkontribusi

dalam membentuk knowing-how. Inkson (2007) menyatakan model

career capital memungkinkan individu yang berbeda memiliki jumlah

dan jenis kompetensi berbeda yang dapat diinvestasikan atau digunakan

dalam pasar kerja tertentu yang mereka temukan (Berkelaar, 2010).

Terakhir adalah pengetahuan yang diperoleh dari waktu ke waktu juga

merupakan pembentuk knowing-how. Barrick dan Mount mengatakan,

individu yang memiliki pengetahuan tinggi yang diperolehnya dari

waktu ke waktu cenderung imajinatif, memiliki rasa penasaran,

berwawasan luas dan aktif (Eby, Butts & Lockwood, 2003).

Page 31: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

19

c. Knowing-Whom

Knowing-whom mengacu pertanyaan “Dengan siapa saya

bekerja?”. Kompetensi ini mencerminkan kompetensi karir yang

berkaitan dengan jaringan sosial, hubungan internal maupun eksternal

dan segala hal yang melibatkan orang-orang yang berpengaruh dalam

pengembangan karir (Arthur & Inkson, 2001). Knowing-whom tidak

hanya mencakup kontak dalam organisasi seperti atasan dan rekan

kerja, tetapi juga kontak dengan organisasi luar. Hal ini dapat berupa

kontak yang terkait dengan bisnis seperti pelanggan, pesaing dan

pemasok, atau hubungan sosial pribadi seperti teman (Yao, 2013).

Selain itu, Arthur dkk (1999) juga menyatakan bahwa kompetensi ini

tidak hanya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan

untuk mengembangkan kontak, tetapi juga berhubungan dengan

koneksi dan reputasi seseorang dengan orang lain yang dibangun

selama karir berlangsung (Eby, Butts, & Lockwood, 2003).

Terdapat lima indikator yang menyusun dimensi knowing-whom

yaitu penerimaan sosial, hubungan dengan orang lain, reputasi, sumber

informasi, dan kewajiban untuk berkumpul. Pertama, penerimaan sosial

yang merupakan penerimaan dari organisasi tempat seseorang bekerja.

Ketika karyawan merasa mendapatkan penerimaan sosial, atau merasa

atasan di perusahaan seperti keluarga sendiri yang selalu memberi

dukungan, karyawan akan cenderung merasa lebih nyaman secara

psikologis sehingga dapat bekerja lebih baik (Kong, 2013). Pada

Page 32: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

20

individu yang belum bekerja, indikator penerimaan sosial

mencerminkan penerimaan lingkungan sosial untuk membangun kontak

atau relasi yang baik.

Kedua, hubungan dengan orang lain yang terkait dengan orang-

orang pada lingkungan sosial. Aset knowing-whom datang dari

kehidupan non-pekerjaan, misalnya hubungan keluarga, teman, kenalan,

dan rekan-rekan alumni (Arthur & Inkson, 2001).

Ketiga, reputasi yang diartikan sebagai perlindungan nama baik

seorang individu. Forret dan Sullivan berpendapat, apabila karyawan

memiliki jaringan sosial yang baik dengan orang sekitar yang

berpengaruh terhadap karir mereka, secara otomatis hal-hal yang

berhubungan dengan peningkatan karir seperti kesempatan kerja,

promosi dan modal bisnis dapat lebih terbuka (Direnzo, 2010).

Keempat, sumber informasi merupakan suatu hubungan dengan

orang atau organisasi yang menyediakan informasi terkait dengan karir.

Tanpa akses pada informasi pekerjaan dan jaringan sosial, individu

bependidikan tinggi mungkin akan kehilangan kesempatan untuk

menunjukkan identitasnya kepada para pencari kerja, jika beberapa

informasi pekerjaan hanya dapat diakses melalui jaringan internet

(Coonfield, 2012).

Kelima, kewajiban individu untuk saling berkumpul yang

merupakan adanya keinginan untuk selalu bertemu dan bersosialisasi

dengan individu lain baik untuk membicarakan masalah perkerjaan

Page 33: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

21

maupun non-pekerjaan (Ula, 2015). Eby (2003) mengatakan dengan

adanya kegiatan yang mengharuskan untuk berkumpul dan bertatap

muka dapat memberikan keterampilan baru yang dapat membantu

keberhasilan karir. Selain itu dapat juga melakukan pemasaran internal

dan eksternal yang dapat dijadikan sebagai pengembangan jaringan

dengan adanya pertemuan tersebut (Eby, Butts, & Lockwood, 2003).

Apabila ketiga dimensi tersebut dibuat sebuah alur yang saling

berhubungan, maka akan terbentuk bagan seperti pada gambar 2.

Menurut Arthur, individu dengan career capital tinggi pada intinya

dapat membangun jaringan dan mengembangkan keterampilan yang

berhubungan dengan pekerjaan (Kong, 2013). Mereka dapat

mengarahkan pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan minat,

keterampilan dan kompetensi masing-masing individu untuk

menentukan jalur karir. Dapat dikatakan bahwa individu dengan career

capital yang baik memiliki identitas karir yang baik pula (Arthur &

Inkson, 2001).

B. Fear of Failure

1. Definisi Fear of Failure

Menurut Conroy, Poezwardowski & Henschen (2001) fear of failure

adalah tindakan yang dilakukan seorang individu terhadap konsekuensi negatif

yang akan diterimanya terhadap kegagalan dan tidak adanya harapan untuk

sukses pada individu tersebut. Conroy (2003) menjelaskan lebih lanjut fear of

Page 34: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

22

failure adalah suatu reaksi emosional yang muncul pada suatu individu terkait

ketakutan dan kecemasan yang dialaminya ketika menghadapi kemungkinan

kegagalan dan konsekuensi negatif dari kegagalan dalam mencapai standar

prestasi. Fear of failure bisa muncul dari konsekuensi negatif yang

mengancam diri karena kegagalan atau ketidakberhasilan.

Atkinson (1993) mengatakan bahwa kegagalan dalam tugas tertentu akan

menimbulkan konsekuensi yang negatif. Rasa takut tersebut sering dialami

pelajar dalam situasi kompetitif dan dirasakan kemungkinan untuk gagal.

Atkinson menambahkan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah motif untuk

menghindari kegagalan. Dorongan menghindari kegagalan merupakan

konsekuensi negatif dari ketakutan akan kegagalan dan merupakan kapasitas

individu untuk mengantisipasi rasa malu dan penghinaan. Atkinson

memandang hal ini sebagai suatu rreaksi defensif, hanya untuk menampilkan

adanya usaha atau tindakan untuk mencapai sesuatu. Individu akan bertahan

ditugas-tugas yang sulit karena kegagalan hanya akan mengkonfirmasikan

mengenai ketidakmampuan mereka dan mengeleminasi ketidakpastian. Tugas

yang sangat mudah juga dipilih karena harapan untuk suksesnya lebih besar

daripada tugas mengengah.

Berkaitan dengan hal tersebut, McClelland (1987), menyatakan bahwa

ketakutan akan kegagalan adalah kecemasan yang dialami individu mengenai

pandangan orang lain di sekitarnya mengenai perfomansinya dan seberapa

baik individu bisa melakukan performansinya. Kecemasan akan meningkatkan

Page 35: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

23

nilai kebersamaan dengan orang lain. Individu dengan ketakutan akan

kegagalan selalu ingin bersama orang lain untuk membicarakan situasi yang

dihadapi dan tentang bagaimana individu harus bereaksi untuk mengurangi

kecemasan serta ketidakpastian. Hal ini disebabkan individu dengan ketakutan

akan kegagalan sering tidak akurat dalam memperkirakan kemampuannya.

Selanjutnya Gulo & Kartono (1987) berpendapat ketakutan bersumber dan

tergantung pada situasi tertentu. Rasa takut gagal merupakan ciri beberapa

orang. Jika seseorang mengembangkan rasa takut gagal, hal ini disebabkan

adanya pengalaman kegagalan berulang kali dalam setiap kegiatannya di masa

lali (Asmarani, 2012). Rasa takut adalah emosi yang sebenarnya normal dan

alami. Pembebasan hormon adrenalin memberi sinyal respon melawan atau

mundur, tergantung bagaimana otak menginterpretasikan sesuatu (Hall, 1997).

Selanjutnya Hall juga mengatakan perasaan takut dalam derajat tertentu

bermanfaat apabila mendorong kita melakukan sesuatu dengan sebaik-

baiknya. Seperti misalnya, saat berbicara di depan umum, degup jantung di

dalam dada seringkali memberi sinyal perasaan senang dan bersemangat atau

perasaan takut yang mengerikan.

Konsep ketakutan akan kegagalan kemudian diteliti lebih lanjut oleh

Conroy & Elliot (2002), mendefinsikan mengenai ketakutan akan kegagalan

mencakup adanya partisipasi terhadap konsekuensi negatif terhadap kegagalan

dan tidak adanya harapan untuk sukses. Ketakutan akan kegagalan bisa

muncul dari konsekuensi negatif yang mengancam diri karena kegagalan.

Page 36: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

24

Pendapat Conroy ini juga dilatarbelakangi oleh definisi Biney & Burdic

(2001) yang menjelaskan mengenai ketakutan akan kegagaln yaitu sebagai

ketakutan dalam menghadapi kemungkinan untuk gagal dalam mencapai

standar prestasi atau tidak memenuhi standar evaluatif untuk sukses.

Rasa malu muncul secara eksplisit dalam definisi ketakutan akan

kegagalan, tetapi ketakutan akan kegagalan bisa terwujud dalam kecemasan

ketika individu melakukan performansi. Ketakutan akan kegagalan

berhubungan dengan ancaman penilaian negatif terhadap kemampuan dan diri

individu secara keseluruhan dalam melakukan performansi. Konsekuensi

kegagalan diyakini merupakan sumber yang ditakuti atau dicemaskan oleh

individu, bukan kegagalan itu sendiri (Mc Clelland, 1987). Hal ini kemudian

juga didukung oleh Conroy (2002) yang menytakan bahwa ketakutan akan

kegagalanterutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu,

menurutnya konsep diri individu dan hilangnya pengaruh sosial.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan fear of failure

(ketakutan akan kegagalan) adalah suatu reaksi emosional berupa ketakutan

yang menimbulkan kecemasan dalam individu ketika menghadapi

kemungkinan kegagalan dan berakibat negatif apabila tidak ditangani dengan

baik menimbulkan rasa malu dan hilangnya pengaruh sosial, akan tetapi fear

of failure bisa berdampak positif untuk mendorong individu lebih berhati-hati

dalam melakukan kegiatannya.

Page 37: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

25

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketakutan akan Kegagalan

Ketakutan akan kegagalan merupakan reaksi emosional kuat yang penuh

ketidaksenangan subjektif, pergolakan dan keinginan untuk melawan dan

melarikan diri sebagai cara untuk mengantisipasi ketidakberhasilan individu.

Conroy (2004) selanjutnya mengemukakan bahwa rasa takut gagal

disebabkan oleh :

a) Pengalaman di awal masa kanak-kanak

Membatasi kegiatan anak-anaknya akan menimbulkan perasaan takut

gagal. Rasa takut gagal bisa juga ditimbulkan oleh orang tua yang terlalu

melindungi anak-anaknya sehingga anak nyaris tidak bisa mencapai suatu

prestasi tanpa bantuan penuh dari orang tua karena mereka takut jika nanti

melakukan kesalahan.

b) Karakteristik lingkungan

Lingkungan di sini meliputi lingkungan keluarga dan sekolah.

Karakteristik keluarga yang penuh tuntutan untuk berprestasi merupakan

penyebab rasa takut gagal pada anak. Lingkungan sekolah akan semakin

menekan dengan kompetisi untuk mendapatkan nilai dan juara dalam

bidang akademik maupun non akademik.

c) Pengalaman belajar

Pengalaman kesuksesan dan kegagalan dalam belajar akan mempengaruhi

perasaan takut gagal pada individu. Kesuksesan yang dicapai dan reward

yang mengiringinya akan mengakibatkan individu merasa harus terus

Page 38: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

26

mencapai kesuksesan, sehingga ia akan mengalami perasaan takut gagal.

Rasa takut gagal bisa juga disebabkan oleh kegagalan dan dampaknya

yang membuat individu merasa tidak mau mengalaminya.

Ancaman akan ketakutan akan kegagalan bagi para sarjana baru yang

sedang mencari pekerjaan dalam kompetisi yang ketat merupakan faktor yang

membuat mereka tertekan. Menurut Conroy (2001), ketakutan akan kegagalan

berhubungan langsung dengan dampak negatif secara psikologis maupun

fisiologis misalnya individuu mengalami gangguan makan, depresi dan

perasaan cemas. Ketakutan akan kegagalan dalam mencapai kehidupan yang

sukses sering menjadi alasan munculnya rasa cemas hingga depresi pada

sarjana baru yang baru saja lulus dalam mencapai harapan mendapat pekerjaan

yang sesuai dengan keinginan, Santrock (2003).

3. Aspek-Aspek Ketakutan Akan Kegagalan

Conroy (2002) telah melakukan penelitian yang komprehensif mengenai

rasa takut gagal. Rasa takut gagal atau ketakutan akan kegagalan, jika dilihat

dari perspektif hubungan antara kognitif dan emosional individu akan

diasosiasikan dengan penilaian terhadap ancaman tentang kemampuan

individu untuk menyelesaikan atau mencapai tujuan ketika individu gagal

dalam melakuakan performansi.

Aspek-aspek ketakutan akan kegagalan menurut Conroy (2002) antara

lain:

Page 39: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

27

a. Ketakutan akan dialaminya sebagai penghinaan dan rasa malu.

Ketakutan akan mempermalukan diri sendiri, terutama jika banyak orang

yang mengetahui kegagalannya. Individu mencemaskan apa yangorang

lain pikirkan tentang dirinya dan penghinaan serta mendapatkan rasa malu.

b. Ketakutan akan penurunan estimasi diri (self-estimate) individu

Ketakutan ini meliputi perasaan kurang dari dalam individu. Individu

merasa tidak cukup pintar, tidak cukup berbakat sehingga tidak dapat

mengontrol performansinya.

c. Ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial

Ketakutan ini melibatkan penilaian orang lain terhadap individu. Individu

takut apabila ia gagal, orang lain yang penting baginya tidak akan

mempedulikan, tidak mau menolong dan nilai dirinya akan menurun di

mata orang lain.

d. Ketakutan akan ketidakpastian masa depan

Ketakutan ini datang ketika kegagalan akan mengakibatkan ketidakpastian

dan berubahnya masa depan individu. Kegagalan ini akan merubah

rencana yang dipersiapkan untuk masa depan, baik dalam skala kecil atau

skala besar.

e. Ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya

Ketakutan akan mengecewakan harapan, dikritik, dan kehilangan

kepercayaan dari orang lain yang penting baginya seperti orang tua yang

akan menimbulkan penolakan orang tua terhadap diri individu.

Page 40: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

28

Aspek rasa takut gagal dalam penelitian ini adalah ketakutan akan

dialaminya penghinaan dan rasa malu, ketakutan akan menurunnya self-

estimate individu, ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, ketakutan akan

ketidakpastian masa depan dan ketakutan akan mengecewakan orang yang

penting baginya.

4. Karakteristik Ketakutan Akan Kegagalan

Conroy (2002) memperinci karakteristik individu yang mengalami rasa

takut gagal, yaitu:

1) Memiliki goal-setting yang defensif.

Atribusi yang dilakukan oleh para pencari kerja adalah atribusi eksternal.

Para pencari kerja akan menyerah pada faktor-faktor internal yang stabil

dan tidak bisa diubah, contohnya tingkat inteligensi yang kurang tinggi,

kemampuan yang kurang, takdir dan sebagainya. Hal ini kemudian

mendorong para pencari kerja untuk menetapkan tujuan dan sasaran yang

seadanya dengan alasan keterbatasan faktor internal yang stabil.

2) Performansi yang buruk pada situasi tertentu

Terutama situasi yang dipersepsikan penuh tekanan atau situasi baru.

Karakteristik ini bisa dilihat jelas jika para pencari kerja menunjukkan

keragu-raguan dan ketidakpastian bila dihadapkan pada tugas baru, saat

para pencari kerja kurang memperhatikan dan kurang mendengarkan

penjelasan tentang pokok bahasan yang baru serta kurang suka belajar di

bawah tekanan, kurang suka ditanyai karena takut menjawab salah.

Page 41: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

29

3) Menghindari kompetisi

Karakteristik ini bisa dilihat dari sikap individu yang menghindari

kompetisi atau persaingan diantara par pencari kerja. Adanya

ketidakmampuan individu menghadapi kompetensi dalam mencari

pekerjaan.

4) Selalu menginginkan tanggapan positif dari orang lain

Karakteristik ini bisa dilihat dari perilaku para pencari kerja yang sering

meminta umpan balik terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan dan

mengharapkan petunjuk jelas dan berulang-ulang dari orang lain.

C. Pencari Kerja Fresh Graduate

Pencari kerja adalah mereka yang tidak bekerja atau yang sedang mencari

pekerjaan. Bisa juga mereka yang pernah bekerja namun diberhentikan karena

suatu alasan sehingga masih terus mencari pekerjaan hingga saat ini (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Menurut Bacan & Nuriyah (2010)fresh graduate adalah sebuah status yang

pasti disandang para lulusan yang baru selesai menempuh jenjang pendidikannya

di perguruan tinggi dan belum memiliki pengalaman kerja formal dan dalam

batasan waktu maksimal hingga 1 tahun. Trisnawati (2013) menjelaskan bahwa

pada fase ini biasanya mereka cenderung aktif berburu lowongan kerja terkini

yang dibuka oleh perusahaan-perusahaan besar maupun perusahaan yang sedang

berkembang namun dengan rasa percaya diri yang rendah.

Page 42: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

30

Dari dua uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pencari kerja fresh

graduate merupakan mereka yang baru saja lulus dari pergururan tinggi dan

sedang mencari pekerjaan, namun dalam penelitian ini penulis mengkhususkan

pada sarjana strata 1 (S1) yang baru saja lulus baik dari perguruan tinggi negeri

maupun swasta.

D. Hubungan Career Capital dan Fear of Failure

Para pencari kerja yang baru saja lulus dari perguruan tinggi umumnya

memiliki perasaan takut akan kegagalan (fear of failure) ketika bersaing dengan

para pencari kerja lainnya saat mencari pekerjaan (Trisnawati, 2013). Fear of

failure bisa muncul dari konsekuensi negatif yang mengancam diri karena

kegagalan atau ketidakberhasilan (Conroy, 2003). Eliot & Thrash (2004)

menjelaskan bahwa mahasiswa tingkat akhir (undergraduate) yang akan mencari

kerja apabila mempunyai ketakutan akan kegagalan yang tinggi akan merasa

dirinya tidak kompeten, tidak layak dicintai, dan terancam ditinggalkan

Terdapat beberapa faktor yang dapat mengurangi perasaan takut (fear of

failure) akan suatu kegagalan pada individu yang sedang mencari pekerjaan yaitu

menurutPetri (dalam Fahmi, 2011) antara lain motivasi untuk mencapai

kesuksesan, perasaan optimis yang kuat, efikasi diri yang baik, nama almamater

yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Dimensi yang menyusun

career capital diantaranya adalah knowing-why, knowing-how, dan knowing-

whom (Arthur & Inkson, 2001). Pada masing-masing dimensi tersebut, ketiganya

Page 43: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

31

memiliki hubungan tersendiri dalam fear of failure baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Dimensi knowing-why secara tidak langsung berhubungan dengan fear of

failure sesuai dengan pernyataan Dam & Menting (2012). Ia menyatakan bahwa

pengangguran yang memiliki harapan rendah pada kesempatan mereka untuk

bekerja atau sedikit ketertarikan pada pekerjaan menghabiskan waktu dan energi

lebih sedikit dalam mencari pekerjaan. Hal ini terkait dengan motivasi yang ada

pada dimensi knowing-why, sehingga adanya motivasi dalam diri individu akan

mengurangi ketakutan akan kegagalan (Fahmi, 2011).

Selain itu, fear of failure juga berhubungan dengan knowing-how yang

merupakan dimensi penyusun career capital. Knowing-how tersusun atas

kompetensi, keahlian, dan pengetahuan yang merupakan hal-hal yang harus

dikembangkan oleh pencari kerja. Hal ini dikarenakan tenaga kerja yang memiliki

keterampilan kerja didukung tingkat pendidikan yang tinggi, maka tenaga kerja

akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan

(Sutomo, dkk, 1999). Dengan demikian, knowing-how yang tinggi akan

mengurangi ketakutan akan kegagalan pada pencari kerja karena mempunyai

efikasi diri yang baik.

Lebih lanjut, hubungan career capital dengan fear of failure juga terlihat dari

dimensi knowing-whom. Penelitian dari Seibert menunjukkan jika knowing-whom

dapat memberi individu akses yang lebih baik dan lebih mudah untuk jaringan

yang berhubungan dengan sumber informasi karir dan dukungan sosial selama

Page 44: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

32

kegiatan pencarian kerja(Ula, 2015). Dalam fear of failure, dukungan sosial

seperti keluarga dapat mengurangi perasaan takut akan kegagalan (Fahmi, 2011).

Dengan adanya dukungan sosial yang dibentuk dari knowing-whom, maka akan

dapat mengurangi perasaan takut akan kegagalan.

Career capital mempunyai manfaat yang positif terhadap karir dan kesuksesan

kerja seseorang. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Lin (2013)

dengan subyek para pekerja di Taiwan mendapatkan hasil bahwa career capital

secara positif berhubungan dengan kesuksesan karir.Oleh karena itu, individu

yang memiliki career capital akan dapat mengurangi ketakutan akan kegagalan

dalam mencari pekerjaan dan dapat meraih kesuksesan karir dalam pekerjaannya.

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, variabel bebas (variabel independen)

yang digunakan yaitu career capital dan variabel terikat (variabel dependen) pada

penelitian ini yaitu fear of failure. Asumsi dari kerangka penelitian ini adalah

apabila para pencari kerja fresh graduate dengan career capital yang tinggi maka

fear of failure saat mencari kerja akan rendah. Sebaliknya dengan para pencari

kerja dengan career capital yang rendah maka rasa fear of failure saat mencari

kerja akan tinggi.

Career Capital Fear of Failure

Page 45: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

33

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu

dibuktikan atau dugaan yang masih bersifat sementara (Harlyan, 2012). Untuk

membuktikan kebenaran dari sebuah hipotesis perlu dilaakukan uji hipotesis yang

merupakan suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan memutuskan apakah

menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi (Harlyan, 2012).

Lebih lanjut, Sugiyono (2013) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara dari rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban

ini masih didasarkan pada teori-teori yang relevan, belum didasarkan pada hasil

empiris pengumpulan data. Oleh karena itu dari judul yang diangkat dari

penelitian ini hipotesis yang muncul yaitu:

Ha : Ada hubungan antara career capital dengan fear of failure pada pencari

kerja berstatus fresh graduate.

H0 : Tidak ada hubungan antara career capital dengan fear of failure pada

pencari kerja berstatus fresh graduate.

Page 46: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif, yaitu

suatu desain yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian

secara nyata dalam bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan

penafsirannya dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (Azwar,

2010).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional adalah penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

atau lebih, selain itu dapat juga digunakan untuk melihat ada atau tidaknya

pengaruh variabel terhadap variabel lain (Sugiyono, 2008). Metode korelasional

memungkinkan proses pengukuran terhadap variabel-variabel serta hubungannya

dilakukan secara bersamaan dan sifatnya yang murni tanpa intervensi

memungkinkan perolehan data secara nyata dan alami (Azwar, 2010).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-

variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing (Azwar,

2007). Dalam penelitian ini mengidentifikasi dua variabel, yakni variabel

independen (X) adalah career capital dan variabel dependen (Y) adalah fear of

failure.

Page 47: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

35

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan

berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati

(Azwar, 2013). Definisi operasional merupakan semacam petunjuk pelaksanaan

dalam mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional variabel-variabel

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Career Capital

Career Capital merupakan modal karir yang fokus pada kompetensi-

kompetensi internal yang dimiliki individu untuk memilih dan

mengembangkan jalur karir yang diinginkan sesuai dengan keterampilan

dan minat individu (Arthur & Inkson, 2001). Modal karir ini berupa

motivasi, skill, dan relasi sosial yang dimiliki oleh individu. Menurut

Arthur dan Inkson (2001), terdapat tiga dimensi yang menyusun career

capital pada seorang individu, yaitu knowing-why (besarnya dorongan

dalam diri individu untuk mengejar karir yang diinginkan), knowing-how

(tingkat kompetensi yang dimiliki), knowing-whom (hubungan sosial yang

dimiliki dalam mengejar karir). Masing-masing dimensi memiliki

beberapa indikator yang menjelaskannya. Indikator-indikator tersebut

diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ula, Susilawati &

Widyasari (2015). Berikut ini merupakan uraian dimensi beserta indikator-

indikatornya, yaitu :

Page 48: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

36

Tabel 1. Dimensi Career Capital

Dimensi Deskripsi

Knowing-why

Memiliki energi dari dalam diri untuk

mengembangkan kompetensi guna mencapai

kesuksesan karir yang diinginkan.

Memiliki tujuan untuk mencapai keberhasilan

karir yang diinginkan.

Memiliki motivasi untuk mencapai

keberhasilan karir yang diinginkan.

Memiliki pemahaman personal dengan dunia

kerja dan karir.

Knowing-how

Memiliki keterampilan yang dapat membantu

mencapai keberhasilan karir yang diinginkan.

Memiliki keahlian yang dapat membantu

mencapai keberhasilan karir yang diinginkan.

Memiliki pengetahuan yang diperoleh dari

waktu ke waktu untuk membantu mencapai

keberhasilan karir yang diinginkan.

Knowing-whom

Adanya penerimaan sosial.

Hubungan baik dengan orang-orang sekitar.

Adanya orang-orang disekitar yang dapat

membantu dalam meningkatkan reputasi.

Adanya orang-orang disekitar yang dapat

menjadi sumber informasi.

Memiliki kewajiban untuk saling berkumpul

dengan orang lain yang dapat membantu

mencapai keberhasilan karir yang diinginkan.

Page 49: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

37

2. Fear of Failure

Fear of failure merupakan keadaan psikologis yang disebabkan

adanya rasa khawatir yang terus-menerus serta ditimbulkan oleh inner

konflik dan merupakan perasaan tidak menentu yang mencakup adanya

antisipasi terhadap konsekuensi negatif yang mengancam diri karena

kegagalan atau ketidakberhasilan (Conroy, 2002).

Tabel 2. Dimensi dan Indikator Fear of Failuremenurut Conroy

(2002)

Dimensi Indikator

Ketakutan, penhinaan dan

rasa malu akan dialaminya

Merasa gelisah ketika mengaami

kegagalan.

Ketidakpercayaan diri dalam

mencoba sesuatu.

Merasa terhina ketika orang lain

mengetahui kegagalan.

Ketakutan akan menurunnya

self estimate individu

Merasa tidak cukup pintar dan

berbakat.

Tidak mau berusaha untuk

meningkatkan potensi diri.

Ketakutan akan hilangnya

pengaruh sosial

Tidak siap menerima kritikan.

Takut tidak dihargai atau

diremehkan.

Ketakutan akan

ketidakpastian masa depan

Tidak mampu membuat

rencana-rencana cadangan.

Takut akan masa depannya.

Ketakutan akan

mengecewakan orang lain

Mengecewakan harapan orang

tua dan kerabat.

Kehilangan kepercayaan dari

orang lain yang penting baginya,

misal sahabat dan pacar.

Page 50: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

38

D. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel

1. Populasi dan Teknik Sampling

Sebelum menentukan sampel penelitian, penetapan populasi sangat

penting dilakukan. Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2013). Penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel dengan metode accidental sampling.

Accidental sampling adalah penelitian sampel berdasarkan kebetulan di

mana individu secara kebetulan dianggap sesuai dengan kriteria peneliti

(Sugiyono, 2012). Peneliti menentukan karakteristik populasi agar tujuan

peneliti dapat tercapai. Kriteria populasi yang terlibat dalam penelitian ini

yaitu para pencari kerja berstatus fresh graduate dan belum pernah bekerja

sama sekali, yang mana status fresh graduate maksimal 1 tahun terhitung

dari wisuda. Subjek didapatkan secara online menggunakan google form

dengan mencantumkan beberapa pertanyaan untuk mengkonfirmasi

kriteria subjek sehingga orang yang mengisi benar-benar subjek yang

dimaksud oleh peneliti.

2. Sampel

Azwar (2013) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi,

sehingga tentu harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya.

Berikut ini adalah karakteristik khusus untuk memperjelas batasan sampel

dalam penelitian, yaitu:

Page 51: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

39

a. Responden adalah pencari kerja yang belum pernah bekerja secara

formal setelah dinyatakan lulus dengan batasan satu tahun setelah lulus

dari universitas.

b. Responden adalah fresh graduate (lulusan baru) Sarjana Strata 1 (S1)

atau Diploma 4 (D4).

Peneliti menentukan jumlah sampel minimal dengan menggunakan

G*Power 3.1.9.2, dalam menentukan jumlah sampel dan didapatkan

total sample size 134 subjek. Dengan menetapkan effect size medium

(0.3) dengan power sebesar 0.95. Jumlah sampel yang didapatkan

peneliti adalah 148 subjek.

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, tentunya terdapat tahapan-tahapan yang perlu

dilakukan oleh peneliti, berikut adalah tahapan atau proses penelitian kuantitatif

menurut Azwar (2013), yakni:

1. Identifikasi Masalah

Langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti, setelah memperoleh

dan menentukan topik penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan

yang hendak dipelajari. Identifikasi dimaksudkan sebagai penegasan batas-

batas permasalahan, sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari

tujuannya. Identifikasi masalah terdiri atas dua langkah pokok, yaitu:

Page 52: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

40

a. Penguraian latar belakang permasalahan, dimaksudkan untuk

mengutarakan dan menjelaskan mengenai latar belakang mengapa

sesuatu dianggap sebagai masalah, fenomena apakah yang tampak di

mata peneliti sehingga memerlukan penelitian.

b. Perumusan permasalahan, dimaksudkan sebagai rangkuman dari

permasalahan yang telah diuraikan dari latar belakang masalah.

Perumusan masalah biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan dasar

dalam penelitian dan seringkali terdapat jawaban sementara terhadap

pernyataan yang diformulasikan dalam bentuk hipotesis penelitian.

2. Menyusun Landasan Teori dan Merumuskan Hipotesis

Sebelum menentukan pernyataan hipotesis dalam penelitian, tterlebih

dahulu penelitian harus:

a. Membaca dan menelaah ulang teori serta konsep-konsep yang

membahas mengenai variabel-variabel penelitian dan hubungannya.

b. Peneliti membaca dan menelaah ulang temuan-temuan penelitian

terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3. Menentukan Variabel Penelitian

Hipotesis yang sebelumnya telah ditentukan mengarahkan pada

penelitian yang selanjutnya menentukan variabel yang menjadi target

utama penelitian. Identifikasi variabel pada dasarnya adalah pernyataan

eksplisit mengenai apa dan bagaimana fungsi masing-masing variabel

yang kita perhatikan. Kemudian, bagi setiap variabel yang telah

Page 53: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

41

diidentifikasi perlu dilakukan operasionalisasi, ayitu merumuskan definisi

operasional masing-masing variabel.

4. Memilih Instrumen Penelitian

Instrumen pengukur variabel penelitian memegang peranan penting

dalam memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. Bahkan validitas

hasil penelitian sebagian besar sangat bergantung pada kualitas instrumen

pengumpulan data. Bentuk-bentuk instrumen pengumpulan data yang

digunakan, masalah ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen

(validitas) dan keterpercayaan hasil ukurannya (reliabilitas) merupakan

dua karakter yang tidak dapat ditawar-tawar, disamping tuntutan akan

adanya objektivitas, efisiensi dan ekonomis.

5. Menentukan Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang

memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Apabila subjek

penelitian terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya, maka dapat

dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari seluruh subjek secara

langsung. Sebaliknya, jika subjek penelitian sangat banyak dan berada di

luar jangkauan sumber daya peneliti, atau apabila batasan populasinya

tidak mudah untuk didefinisikan, maka dapat dilakukan studi sampel.

6. Mengumpulkan Data

Data penelitian dapat dikumpulkan melalui beberapa macam-macam

metode pengumpulan data, yaitu dengan instrumen pengumpulan data.

Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer diperoleh dari

Page 54: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

42

teknik pengambilan data yang berupa kuesioner. Dalam penelitian ini cara

mengumpulkan data menggunakan media online dengan menggunakan

google form yang mulai dibagikan (share) di berbagai media sosial, antara

lain: facebook dan twitter. Kuesioner tersebut ditujukan kepada subjek

yang sesuai dengan kriteria yaitu pencari kerja fresh graduate S1 dan

belum pernah bekerja sama sekali.

7. Mengolah Data

Pengolahan data diawali dengan tabulasi data ke dalam suatu tabel

induk, klasifikasi data, analisi-analisis deskriptif, pengujian hippotesis

penelitian dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh

akan peneliti olah dengan menggunakan program aplikasi SPSS 24.00 for

Windows dalam membantu proses penghitungan uji asumsi klasik dan uji

hipotesis serta analisis deskriptif.

8. Menulis Laporan Hasil Penelitian

Tahap akhir dalam tahap pelaksanaan penelitian adalah melaporkan

hasil penelitian di lapangan dalam bentuk laporan ilmiah tertulis yang

dapat dipertanggung jawabkan.

F. Instrumen Penelitian

Skala yang yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Djaali, 2008). Penelitian ini

menggunakan dua skala yaitu:

Page 55: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

43

1. Skala career capital sebagaimana yang dikemukakan oleh Arthur dan

Inkson (2001) memiliki tiga dimensi yang menyusunnya, yaitu knowing-

why, knowing-how, dan knowing-whom. Tiga dimensi tersebut selanjutnya

diturunkan ke dalam indikator-indikator yang menyusunnya untuk

membuat keterangan lebih spesifik. Indikator-indikator tersebut

dikemukakan oleh Ula, Susilawati & Widyasari (2015) yang menghasilkan

41 aitem valid dan nilai koefisien realibilitas Alpha Cronbach’s 0,92.

Kemudian skala tersebut dimodifikasi oleh peneliti bersama dengan expert

judgment yaitu dosen pembimbing. Skala tersebut mendapatkan 38 aitem

valid dengan nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach’s 0,96. Peneliti

menggunakan skala Likert sebagai alternatif jawaban dalam skala ini

dimana terdapat 5 poin. Berikut ini merupakan respon jawaban dan blue

print dari skala career capital yang telah disusun oleh peneliti baik

sebelum dan sesudah dilakukan uji coba:

Tabel 3. Skor Respon Jawaban Skala Career Capital

Aitem Favorable Aitem Unfavorable

Alternatif Jawaban Skor Alternatif

Jawaban

Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak Setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Page 56: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

44

Tabel 4. Blueprint Skala Career Capital sebelum uji coba

No. Dimensi No. Aitem Jumlah Aitem

1 Knowing-why 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 12, 13, 15 14

2 Knowing-how 14, 16, 17, 18, 19,

20, 21, 22, 23, 24,

25, 26, 28

13

3 Knowing-whom 27, 29, 30, 31, 32,

33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41

14

Jumlah 41

Tabel 5. Blueprint Skala Career Capital setelah uji coba

No. Dimensi No. Aitem Jumlah Aitem

1 Knowing-why 1,3,4,

5,6,7,8,9,10,11,12,13,15

13

2 Knowing-how 16,17,18,19,20,22,23,24,2

5,26,28

11

3 Knowing-whom 27,29,30,31,32,33,34,35,3

6,37,38,39,40,41

14

Jumlah 38

2. Skala fear of failure berdasarkan teori Conroy (2002), terdiri dari lima

dimensi utama yaitu dimensi ketakutan akan dialaminya penghinaan dan

rasa malu, ketakutan akan menurunnya self-estimate individu, ketakutan

akan hilangnya pengaruh sosial, ketakutan akan ketidakpastian masa

depan, dan ketakutan akan mengecewakan orang lain. Dimensi tersebut

ditransadaptasi serta diuji validitas dan reliabilitasnya oleh Trisnawati,

Susilawati & Silviandari (2013) mendapatkan 14 aitem valid dan koefisien

realibilitas Alpha Cronbach’s sebesar 0,852. Setelah dilakukan uji coba,

skala tersebut mendapatkan 10 aitem valid dengan nilai koefisien

Page 57: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

45

reliabilitas Alpha Cronbach’s sebesar 0,878. Berikut ini merupakan skor

respon jawaban dan blue print baik sebelum dan sesudah dilakukan uji

coba:

Tabel 6. Pedoman Penilaian Jawaban Skala Fear of Failure

Jawaban Nilai Aitem

Favorable

Nilai Aitem

Unfavorable

SS (Sangat Sesuai) 5 1

S (Sesuai) 4 2

R (Ragu-ragu) 3 3

TS (Tidak Sesuai) 2 4

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 5

Tabel 7. Blue Print Skala Fear of Failure Sebelum Uji Coba

No. Dimensi No. Aitem Jumlah Aitem

1 Ketakutan akan dialaminya

penghinaan dan rasa malu 2, 3, 11 3

2

Ketakutan akan

menurunnya self-estimate

individu

6, 8 2

3 Ketakutan akan hilangnya

pengaruh sosial 5, 10, 13 3

4 Ketakutan akan

ketidakpastian masa depan 1, 4, 12 3

5 Ketakutan akan

mengecewakan orang lain 7, 9, 14 3

Jumlah 14

Tabel 8. Blue Print Skala Fear of Failure Setelah Uji Coba

No. Dimensi No. Aitem Jumlah Aitem

1 Ketakutan akan dialaminya

penghinaan dan rasa malu

2,3,11 3

2 Ketakutan akan menurunnya self-

estimate individu

8 1

3 Ketakutan akan hilangnya

pengaruh sosial

5,10 2

4 Ketakutan akan ketidakpastian

masa depan

4 1

5 Ketakutan akan mengecewakan

orang lain

7,9,14 3

Jumlah 10

Page 58: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

46

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Coba Skala

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji

coba atau try out terhadap skala yang telah dibuat. Uji coba ini dilakukan

kepada subjek yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek

penelitian. Peneliti melakukan uji coba try out kepada 34 subjek lulusan

fresh graduate dan sedang mencari pekerjaan.

2. Analisis Aitem

a. Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem digunakan untuk melihat sejauh mana

aitem yang bersangkutan berfungsi sebagai skala dan sejauh mana

aitem tersebut mampu membedakan antara individu atau kelompok

individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur.

Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung

koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor

skala itu sendiri (Azwar, 2012).

Pengujian daya diskriminasi ini dilakukan dengan bantuan program

SPSS 24.00 for windows. Daya diskriminasi dapat dilihat melalui skor

corrected item-total correlation. Sebuah aitem dikatakan memiliki daya

beda yang bagus apabila memiliki nilai koefisien korelasi aitemtotal

minimal >0,30 (Azwar, 2012). Aitem yang memiliki nilai koefisien

korelasi aitem total di bawah standar yang digunakan, maka aitem

tersebut dinyatakan gugur.

Page 59: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

47

Hasil dari 34 subjek penelitian untuk uji coba skala kemudian

dihitung dengan SPSS untuk mengetahui nilai koefisien korelasi aitem

total masing-masing aitem. Aitem yang memiliki koefisien korelasi

aitem total di bawah 0,30 dinyatakan gugur. Hal ini sesuai dengan

pendapat Azwar yang telah dikemukakan sebelumnya.

b. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana

akurasi suatu alat ukur atau skala dalam menjalankan fungsi

pengukurannya (Azwar, 2012). Uji validitas bertujuan untuk

mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang akurat

sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2014). Penelitian ini

menggunakan tipe validitas isi (content validity) yaitu validitas

logis(logical validity).

Validitas logis didasarkan pada sejauh mana aitem tes merupakan

representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2012).

Suatu objek ukur harus dibatasi kawasan keperilakuannya secara jelas

dan komprehensif, kalau tidak akan menyebabkan terikutnya aitem

yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari aspek yang

diukur (Azwar, 2012). Validitas logis dalam penelitian menggunakan

penilaian oleh expert judgement (penilaian dari ahli). Para ahli yang

dimaksud adalah individu yang ahli dibidangnya serta memiliki

kemampuan yang baik dalam menganalisa aitem. Expert judgement

dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing yang menilai apakah

Page 60: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

48

aitem-aitem tes telah mencerminkan perilaku yang hendak diukur atau

tidak.

c. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas menurut Azwar (2012) adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif

sama, tidak berbeda apabila dilakukan pengukuran kembali kepada

subjek yang sama. Dalam penelitian ini, reliabilitas penelitian diukur

menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan perhitungan

rumus Cronbach’s Alpha. Peneliti memilih metode ini karena

pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan reliabilitas yang

mampu mengatasi beberapa masalah yang ditemui pada pendekatan tes

ulang. Selain itu, alasan penggunaan Cronbach’s Alpha adalah karena

koefisien alpha akan memeberikan nilai yang lebih kecil atau sama

besar dengan nilai reliabilitas yang sebenarnya. Dengan demikian,

akan ada kemungkinan bahwa reliabilitas yang sebenarnya jauh lebih

tinggi daripada koefisien alpha (Azwar, 2012). Suatu aitem dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha>0.60. Pengujian

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan progam IBM SPSS 24.00

for windows.

Tabel 9. Indeks Koefisien Reliabilitas Cronbach’s Alpha

No. Nilau Interval Kriteria

1. <0.20 Sangat Rendah

2. 0.20-0.039 Rendah

3. 0.40-0.59 Cukup

4. 0.60-0.79 Tinggi

5. 0.80-1.00 Sangat Tinggi

Page 61: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

49

Hasil analisis realibilitas yang dilakukan pada 34 responden

menghasilkan reliabilitas untuk masing-masing skala dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Reliabilitas

No Skala Nilai

Cronbach

Alpha

Kriteria Jumlah

Aitem

Gugur

Jumlah

Aitem

Lolos

1. Career

capital

0,960 Sangat

Tinggi

3 aitem 38 aitem

2. Fear of

failure

0,878 Sangat

Tinggi

4 aitem 10 aitem

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 24.00

for windows, terlihat jika skala career capital memiliki koefisien alpha

sebesar 0,960 yang didapat dari hasil 3 kali putaran. Hal ini berarti

skala career capitalmemiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

Sementara skala fear of failure memiliki koefisien alpha sebesar 0,878

yang didapat dari hasil 2 kali putaran. Hal ini berarti skala fear of

failure memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah korelasi product-moment pearson,

Teknik ini dilakukan untuk mencari kekuatan hubungan kedua variabel.

Korelasi ini digunakan apabila setiap individu dalam suatu kelompok

mempunyai skor masing-masing pada dua variabel maka skor pada kedua

Page 62: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

50

variabel itu dapat diketahui korelasinya (Azwar, 2011). Pada intinya apabila

korelasi positif menunjukkan hubungan yang terjadi searah, yaitu besarnya

skor pada satu variabel sama besar dengan besarnya skor pada variabel yang

lain dan rendahnya skor pada satu variabel sama dengan rendahnya skor pada

variabel yang lain. Korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan yang

terjadi adalah berlawanan, yaitu besarnya skor pada satu variabel terjadi

bersamaan dengan rendahnya skor pada variabel yang lain, begitu juga

sebaliknya. Selain itu ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk

melakukan data, yaitu :

1. Uji Normalitas

Menurut Sarjono dan Juanita (2013), uji normalitas memiliki tujuan

untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Uji

normalitas perlu dilakukan mengingat data penelitian yang telah diperoleh

akan dianalisa dengan menggunakan pendekatan parametric, sehingga data

harus berdistribusi normal.

Menurut Sarjono dan Juanita (2013) metode Kolmogorov-Smirnov

digunakan untuk data pengamatan berjumlah besar (>50). Nilai residual

terstandrarisasi berdistribusi normal apabila angka signifikansi uji

Kolmogorov-Smirnov>0.05.

Dari hasil uji normalitas dengan mengggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov diperolehhasil sebagai berikut:

Page 63: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

51

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov(K-S)

Variabel Nilai Signifikansi Keterangan

Career Capital 0,200 Normal

Fear of Failure 0,200 Normal

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada variabel career

capital nilai signifikansi sebesar 0,200 (p >0,05). Hal ini berarti pada

variabel career capital data terdistribusi dengan normal sehingga

memenuhi uji normalitas. Pada variabel fear of failure diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,200 (p >0,05) yang berarti data pada variabel fear of

failure terdistribusi dengan normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk menguji apakah sekumpulan data sesuai

dengan garis linear atau tidak, apakah penurunan atau peningkatan pada

satu variabel akan diikuti oleh penurunan atau peningkatan pada variabel

lainnya. Uji linearitas dalam penelitian dalam penelitian ini akan

menggunakan test for linearity dari program SPSS 24.00 for Windows. Jika

nilai signifikansi pada deviation from linearity lebih dari 0,05 maka

hubungan antar variabel adalah linear (Sarjono & Juanita, 2013).

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 12. Uji Linearitas

Variabel Nilai Signifikansi Keterangan

Career

CapitaldenganFear of

Failure

0,059 Linear

Page 64: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

52

Berdasarkan hasil uji linearitas seperti yang ditunjukkan pada tabel,

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.059 (p >0,05) yang berarti terdapat

hubungan yang linear antara variabel career capital dengan variabel fear

of failure.

I. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis yang dibuat

dapat diterima atau ditolak. Untuk mengetahui arah dan kuatnya pengaruh

antara dua variabel atau lebih diperlukan uji korelasi. Perhitungan uji

korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel X dengan

variabel Y. Jika data berdistribusi tidak normal, analisis korelasi

menggunakan analisis statistik parametrik. Maka penelitian ini

menggunakan uji korelasi product moment pearson dengan bantuan

program IBM SPSS Statistics 24.00 for Windows. Untuk mengetahui suatu

hipotesis dapat diterima atau harus ditolak adalah dengan menentukan

taraf signifikansi yang diinginkan. Taraf signifikansi adalah kesediaan dan

keberanian peneliti untuk secara maksimal mengambil resiko kesalahan

dalam menguji hipotesis (Bungin, 2008). Taraf signifikansi yang

digunakan yaitu sebesar 5%. Besarnya korelasi adalah 0-1. Korelasi dapat

bernilai positif dan negatif. Nilai korelasi Pearson dilihat dari hasil output

SPSS, yang selanjutnya untuk memberi interpretasi kuatnya hubungan

yang ada maka dapat menggunakan pedoman seperti pada tabel dibawah

ini (Sarjono, 2011).

Page 65: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

53

Tabel 13. Interpretasi nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.80-1.00 Sangat Kuat

0.60-0.799 Kuat

0.40-0.599 Cukup Kuat

0.20-0.399 Rendah

0.00-0.199 Sangat Rendah

Page 66: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dilakukan pada

sarjana fresh graduate, belum mempunyai pengalaman kerja dan sedang

mencari pekerjaan. Pengambilan data dalam penelitian ini secara online

dengan cara penyebaran menggunakan google form dan disebar melalui media

sosial dan aplikasi chatting. Penjelasan penelitian ini meliputi gambaran

umum subjek penelitian, analisis deskriptif dan hasil uji hipotesis untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antara career capital dengan fear of

failure pada pencari kerja berstatus fresh graduate.

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, subjek penelitian

berjumlah 148 orang dari 155 orang, 7 orang dinyatakan gugur

dikarenakan tidak memenuhi kriteria. Deskripsi subjek penelitian dapat

diketahui melalui data identitas subjek yang diperoleh. Identitas subjek

yang diperoleh meliputi jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Berikut ini

adalah tabel mengenai deskripsi subjek penelitian:

Page 67: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

55

Tabel 14. Gambaran Umum Subjek Penelitian

No. Sampel Jumlah Presentase Mean Usia

1. Jenis Kelamin Laki-laki 43 29,05% 23,06 Tahun

Perempuan 105 70,95% 22,41 Tahun

2. Pendidikan

Terakhir S1 137 92,57%

22,66 Tahun

D4 11 7,43% 21,91 Tahun

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa subjek penelitian berjenis

kelamin laki-laki memiliki usia rata-rata 23,06 tahun dan rata-rata usia

perempuan 22,41 tahun. Penelitian ini didominasi dengan subjek yang

berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 70,95% atau 105 orang,

sedangkan subjek berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 29,05% atau 43

orang. Selain itu subjek penelitian ini didominasi pada pendidikan terakhir

S1 92,57% atau 137 orang.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk

menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel (Siregar,

2015). Kemudian, yang menjadi dasar analisis deskriptif adalah dengan

cara menghitung skor maksimum, skor minimum, mean (nilai tengah), dan

standar deviasi dari masing-masing variabel.

Skor yang diperlukan dalam analisis deskriptif adalah skor hipotetik

dan skor empirik. Skor hipotetik dihasilkan dari perhitungan manual dan

sedangkan skor empirik dihasilkan menggunakan bantuan program IBM

SPSS Statisics 24.00 for windows. Perhitungan skor hipotetik dan empirik

bertujuan untuk membandingkan data yang di dapatkan secara hipotetik

Page 68: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

56

dengan data yang di dapatkan dari lapangan. Berikut ini merupakan

gambaran dari perbandingan antara skor hipotetik dan skor empirik pada

setiap variabel penelitian :

Tabel 15. Deskripsi Data Variabel Penelitian Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Career

Capital

Skor Minimum 38 52

Skor Maksimum 190 186

Mean 114 145,10

Standar Deviasi 25,33 20,03

Fear of

Failure

Skor Minimum 10 10

Skor Maksimum 50 50

Mean 30 27,19

Standar Deviasi 6,67 7,17

Skor empirik didapatkan melalui penghitungan menggunakan SPSS 24

for Windows. Maka skor empirik untuk variabel career capital

mendapatkan nilai rata-rata sebesar 145,10 dengan skor minimum sebesar

52 dan skor maksimum sebesar 186, sedangkan untuk standar deviasi

sebesar 20,03. Skor empirik untuk variabel fear of failure, didapatkan nilai

rata-rata sebesar 27,19 dengan skor minimum sebesar 10 dan skor

maksimum sebesar 50, sedangkan untuk standar deviasi sebesar 7,17.

Skor hipotetik didapatkan melalui penghitungan manual. Variabel

career capital terdiri dari 38 aitem dengan skor terendah untuk pilihan

jawaban diberi skor 1 sedangkan untuk skor tertinggi diberi skor 5. Untuk

skor hipotetik didapatkan skor terendah 38 dan skor tertinggi 190.

Didapatkan deviasi standarnya bernilai SD = 25,33 dan rata rata (mean

hipotetik) sebesar 114.

Untuk skor hipotetik variabel fear of failure yang memiliki 10 aitem

pertanyaan dengan skor terendah 1 sedangkan untuk skor tertinggi diberi

Page 69: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

57

skor 5. Untuk skor terendah sebesar 10 dan skor tertinggi 50. Didapatkan

deviasi standarnya bernilai SD = 6,67 dan rata-rata (mean hipotetik)

sebesar 30.

Kategorisasi variabel career capital akan dibagi menjadi 3 (tiga)

kategori yang mengacu pada Azwar (2011) sebagai berikut:

Tabel 16. Kategori Daerah Keputusan

Kategori Daerah Keputusan

Rendah X < (µ - SD)

Sedang (µ - SD) ≤ X < (µ + SD)

Tinggi (µ + SD) ≥ X

Tabel 17. Kategori Career Capital

Kategori Daerah Keputusan Jumlah Presentase

Rendah X < 88 1 0,67%

Sedang 88 ≤ X <139 46 32,86%

Tinggi 139 ≥ X 101 66,47%

Total 148 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jika subjek penelitian yang

memiliki career capital rendah berjumlah 1 orang dengan persentase

0.67%. Subjek dengan career capital sedang berjumlah 46 orang dengan

presentase 32,86% dan subjek penelitian memiliki career capital yang

tinggi berjumlah 101 orang dengan persentase 66,47%. Maka dapat

disimpulkan jika mayoritas subjek memiliki career capital yang tinggi,

yang berarti bahwa subjek dinilai memiliki career capital yang baik.

Kategorisasi variabel fear of failure yang diteliti akan dibagi

berdasarkan tiga kategori yang mengacu pada Azwar (2011) sebagai

berikut:

Page 70: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

58

Tabel 18. Kategori Daerah Keputusan

Kategori Daerah Keputusan

Rendah X < (µ - SD)

Sedang (µ - SD) ≤ X < (µ + SD)

Tinggi (µ + SD) ≥ X

Tabel 19. Kategori Fear of Failure

Kategori Daerah Keputusan Jumlah Presentase

Rendah X < 23 41 27,70%

Sedang 23 ≤ X <36 91 61,48%

Tinggi 36 ≥ X 16 10,82%

Total 148 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jika subjek yang memiliki

fear of failure yang rendah berjumlah 41 orang dengan presentase 27,70%

. Subjek dengan fear of failure sedang berjumlah 91 orang dengan

presentase 61,48% dan subjek penelitian memiliki fear of failure yang

tinggi berjumlah 16 orang dengan presentase 10,82%. Maka dapat

disimpulkan jika mayoritas subjek memiliki fear of failure sedang, yang

berarti bahwa subjek dinilai memiliki fear of failure yang cukup.

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji asumsi dan terpenuhi, dilakukan uji hipotesis.

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Product

Moment Pearson menggunakan menggunakan aplikasi software SPSS 24

for Windows. Berikut adalah hasil analisis korelasi antara career capital

dengan fear of failure:

Tabel 20. Hasil Uji Korelasi

Variabel Koefisien

Korelasi

Signifikansi Keterangan

Career Capital

dan Fear of

Failure

-0,529 0,001 Cukup

Page 71: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

59

Hasil analisis korelasi antara career capital dengan fear of failure pada

pencari kerja berstatus fresh graduate diperoleh nilai korelasi (r) sebesar -

0,529 dengan signifikansi 0,001 (p <0,05) dan termasuk dalam kategori

cukup kuat hubungan antara career capital dan fear of failure. Hasil

tersebut mengindikasikan bahwa hipotesis alternatif yang berbunyi

“terdapat hubungan antara career capital dengan fear of failure pada

pencari kerja berstatus fresh graduate”.

Nilai korelasi pearson yang dihasilkan bernilai negatif. Hal ini

menunjukkan hubungan antara variabel career capital dengan variabel

fear of failure memiliki korelasi yang negatif yang berarti semakin tinggi

career capital pada pencari kerja berstatus fresh graduate maka akan

semakin rendah fear of failure. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah

career capital pada pencari kerja berstatus fresh graduate maka akan

semakin tinggi fear of failure.

B. Pembahasan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara career capital dengan fear of failure pada pencari kerja

berstatus fresh graduate. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan

ditemukan nilai korelasi Product Moment Pearson sebesar -0,529 dengan nilai

signifikansi 0,001. Dapat disimpulkan bahwa Ha dalam penelitian diterima

yaitu ada hubungan antara career capital dengan fear of failure pada pencari

kerja berstatus fresh graduate. Hasil analisis tersebut juga memperlihatkan

bahwa korelasi yang terjadi berbentuk korelasi negatif yang berarti semakin

Page 72: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

60

tinggi career capital pada pencari kerja berstatus fresh graduate maka fear of

failure pada pencari kerja berstatus fresh graduate semakin rendah, begitu

juga sebaliknya semakin rendah career capital pada pencari kerja berstatus

fresh graduate maka fear of failure akan semakin tinggi.

Menurut Arthur, individu dengan career capital tinggi pada intinya

dapat membangun jaringan dan mengembangkan keterampilan yang

berhubungan dengan pekerjaan (Kong, 2013). Bagi fresh graduate,

pengembangan keterampilan tentunya dilakukan pada saat berada di bangku

kuliah yang belum lama dijalani. Hal ini membuat baik pengetahuan maupun

skill yang didapatkan selama masa kuliah berlangsung masih cukup diingat

dengan baik.Kong (2013) melanjutkan bahwa dengan career capital yang

tinggi atau motivasi, skill, dan dukungan sosial yang tinggi, maka fear of

failure yang ditunjukkan akan semakin rendah pula karena Petri (dalam

Fahmi,2011) mengatakan bahwa faktor yang dapat mengurangi fear of failure

pada individu yang sedang mencari pekerjaan antara lain motivasi serta

dukungan sosial seperti dukungan keluarga yang penuh. Begitu juga

sebaliknya, apabila individu memiliki career capital atau motivasi, skill, dan

dukungan sosial yang rendah, maka fear of failure yang ditunjukkan akan

semakin tinggi karena individu kurang memiliki motivasi serta dukungan

sosial dalam mencari pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian kali ini

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara career

capital dengan fear of failure.

Page 73: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

61

Ketika para fresh graduate dihadapkan dengan situasi dunia kerja,

mereka harus bersaing secara ketat dengan para pencari kerja lulusan tahun

sebelumnya atau bahkan para pencari kerja yang telah memiliki pengalaman

sehingga banyak dari mahasiswa fresh graduate yang mengalami kecemasan

bahkan takut akan kegagalan (fear of failure) ketika mencari pekerjaan (Elyta,

2015).

Apabila dianalisis lebih lanjut, career capital yang memiliki tiga

dimensi penyusun dapat masing-masing dihubungkan dengan fear of failure.

Adapun hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan career capital,

yaitu (Arthur & Inkson, 2001); (1) Knowing-Why; (2) Knowing-How; (3)

Knowing-Whom. Dengan demikian apabila Knowing-Why individu tinggi,

mereka yakin tentang kemampuan dan kompetensinya, tetap optimis tentang

masa depan, bertekun dalam memcari pekerjaan dan mampu menemukan

solusi selama dalam mencari kerja (Chen & Lim, 2012). Selanjutnya apabila

Knowing-How yang tinggi akan mengurangi ketakutan akan kegagalan pada

pencari kerja karena mempunyai efikasi diri yang baik (Fahmi,2011). Lebih

lanjut, hubungan career capital dengan fear of failure juga terlihat dari

dimensi knowing-whom. Penelitian dari Seibert menunjukkan jika knowing-

whom dapat memberi individu akses yang lebih baik dan lebih mudah untuk

jaringan yang berhubungan dengan sumber informasi karir dan dukungan

sosial selama kegiatan pencarian kerja (Ula, 2015). Dalam fear of failure,

dukungan sosial seperti keluarga dapat mengurangi perasaan takut akan

kegagalan (Fahmi, 2011). Fahmi melanjutkan dengan adanya dukungan sosial

Page 74: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

62

yang dibentuk dari knowing-whom, maka akan dapat mengurangi perasaan

takut akan kegagalan.

Berdasarkan analisis masing-masing dimensi dimensi career capital di

atas, dapat diketahui bahwa pencari kerja yang memiliki career capital tinggi,

akan memiliki fear of failure yang rendah. Adanya ketiga dimensi penyusun

career capital tersebut dapat mengurangi fear of failure sebagai usaha untuk

mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian ini hanya dilakukan pada fresh graduate S1 atau D4,

sehingga hasilnya mungkin belum tentu sama dengan subjek yang lulusan

baru di bawah S1, diantaranya D3 dan SMK atau SMA.

2. Teknik pengambilan secara online, kemungkinan penelitian ini terdapat

bias atau human error yang dapat memungkinkan subjek tidak sesuai

dengan kondisi yang dialami subjek pada saat mengisi kuisioner.

Page 75: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hipotesis penelitian diterima dimana terdapat hubungan yang signifikan

antara career capital dengan fear of failure pada pencari kerja berstatus

fresh graduate(P = 0,001, P < 0,05).

2. Hubungan yang terjalin antara career capital dengan fear of failure pada

pencari kerja berstatus fresh graduate adalah hubungan negatif dengan

nilai korelasi -0,529. Artinya semakin tinggi career capital yang dimiliki

individu maka akan semakin rendah fear of failure pada pencari kerja

berstatus fresh graduate, begitu juga sebaliknya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1. Saran bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan untuk subjek dengan tingkat

pendidikan lulusan baru di bawah S1 atau D4, diantaranya D3 dan

SMK. Hal ini karena diasumsikan keadaan individu dengan latar

belakang SMK serta D3 dalam menempuh pendidikannya lebih banyak

Page 76: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

64

praktik daripada teori sehingga mereka para lulusan SMK dan D3 lebih

memiliki kesiapan dalam bersaing mencari pekerjaan.

b. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan teknik pengambilan data

paper based questionnaire sehingga peneliti bisa melihat langsung

subjek dan diharapkan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya

bias.

2. Saran Praktis

Bagi individu yang mempunyai ketakutan akan kegagalan pada

pencarian kerja agar dapat meningkatkan modal karir dengan cara optimis

dan yakin akan kemampuan atau kompetensidi dalam dirinya untuk

mencapai keberhasilan karir yang diinginkan.

Page 77: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

65

DAFTAR PUSTAKA

Arthur & Inkson (2001). How to Be a Successful Career Capitalist :

Journal of Organizational Dynamics, Vol. 30, No. 1, pp. 48-61,

2001

Atkinson. (1993). Pengantar Psikologi Edisi Ke-8 Jilid Dua

(Diterjemahkan oleh Nurdjah Taufik dan Agus Dharma).

Jakarta: Erlangga

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bacan & Nuriyah. (2010). Gambaran Persepsi Mahasiswa Fresh

Graduate Universitas Indonesia Terhadap Kuliah Atau Bekerja

Di Luar Negeri. Jurnal Humaniora, Vol. 1, 91-99.

Berkelaar, Brenda L. (2010). Cyber-Vetting: Exploring the

Implications of Online Information for Career Capital and

Human Capital Decisions. Dissertation

Chen, D. J. Q., & Lim, V. K. G. (2012). Strenght in Adversity: The

Influence of Psychological Capital on Job Search. Journal of

Organizational Behavior, Vol. 33, No. 6, August: 811-839.

Colakoglu, S.N. (2005). The Relationship between Career

Boundarylessness and Individual Well-Being: A Contingency

Approach. Thesis

Conroy, D. E. (2003). Representational Models Associated with Fear

of Failure Adolencents and Young Adults. Journal of

Personality, Vol. 71 : 5.

Conroy, David E & Elliot, Andrew. J. (2004). Fear of Failure and

Achievement Goals in Spots: Addressing The Issue of The

Chicken and The Egg. Journal of Anxiety, Stress Coping. Vol.

17, No. 3, 271-285

Page 78: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

66

Conroy, D. E., et al. (2002). Multidimensional Fear of Failure

Measurement: The Performance Failure Appraisal Inventory.

Journal of Applied Sport Psychology, Vol. 14, 76-90.

Conroy, D. E., Poczwardowski, A., & Henchen, K. P. (2001).

Evaluative Criteria and Emotional Responses Associated with

Failure and Success Amon Elite Athletes and Performing Artist.

Journal of Applied Sport Psychology, Vol. 13, 300-322

Coonfield, E. S. (2012). Job Search Patterns of College Graduates: The

Role of Social Capital. Universitas Kansas. Disertasi.

Culie, J. D., Khapova, S.N., & Arthur, M.B. (2014). Careers, Clusters

and Employment Mobility: The Influence of Psychological

Mobility and Organizational Support. Journal of Vocational

Behavior 84, 164-176

Dam, K., & Menting, L. (2012). The role of approach and avoidance

motives for unemployed job search behavior. Journal of

Vocational Behavior, 80, 108-117.

Direnzo, M. S. 2010. An Examination of the Roles of Protean Career

Orientation and Career Capital on Work and Life Outcomes.

Journal of Philosophy, 1-215.

Eby, L. T., Butts, M., & Lockwood, A. (2003). Predictors of Success

in the Era of the Boundaryless Career. Journal of

Organizational Behavior, 689-708.

Elliot, A. J.& Thrash, T M. (2004). The Intergrational Transmission of

Fear of Failure. Personality and Social Psychology Buletin.

Elyta, D.A. (2015). Hubungan Career Capital dengan Job Search

Behavior pada Pencari Kerja yang Berstatus Fresh Graduate.

Skripsi. Malang: Program Studi Psikologi, Universitas

Brawijaya.

Fahmi, Fauziah. (2011). Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Stres

Akademik Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas

Katholik Vol. 14 No. 03.

Page 79: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

67

Forret, M. L., & Sullivan, S. E. (2002). A Balanced Scorecard

Approach to Networking: A Guide to Successfully Navigating

Career Change. Organizational Dinamics, 31(3), 245-258

Hardiansyah (2001). Ketakutan akan Kegagalan (Fear of Failure) pada

Mahasiswa Tingkat Akhir yang Menunda Pengerjaan Skripsi.

Jurnal Psikologi Klinis Vol. 9, No. 4.

Harlyan, L. I. (2012). Uji Hipotesis Statistik. Dept. Fisheries and

Marine Resource Management University of Brawijaya (hal. 1-

32). Malang: ledhyane.lecture.ub.ac.id

Huang, Po-Hsiang & Lin, Yi-Chun. (2013). Moderating Effect of

Psychological Capital on the Relationship between Career

Capital and Career Success. Article Technology Integration

Management, 16, pg 1-15.

Indrianti, Rullyta & Hadi, Cholichul. (2012). Hubungan antara Modal

Psikologis dengan Keterikatan Kerja pada Perawat di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Jurnal

Psikologi Industri dan Organisasi Vol.1 No.02

Iknpen, A.C., & Tsang, E. W. K. (2005). Social Capital, Networks, and

Knowledge Transfer. The Academy of Management Review,

Vol. 30 (1) pp. 146-165

Kartono, K., & Gulo, D. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pioner

Jaya

Kong, H. (2013). Relationships Among Work-Family Supportive

Supervisors, Career Competencies, and Job Involvement.

International Journal of Hospitality Management, 304-309.

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. (2006). Human Resource

Management (Manajemen Sumber Daya Manusia). Edisi 10,

Terjemahan. Jakarta:Salemba Empat.

McClelland, D. C. (1985). Human Motivation. New York: Cambridge

University Press.

Page 80: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

68

Nurlaila, Siti. (2011). Pelatihan Efikasi Diri untuk Menurunkan

Kecemasan pada Siswi-Siswi yang akan Menghadapi Ujian

Akhir Nasional. Jurnal Ilmiah GUIDENA Vol. No.1.

Oxford. 2008.Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford : Oxford

University Press; cetakan ke-4

Robert, A., Baron., & Byrne, A. (2003). Psikologi sosial. Jakarta:

Erlangga, hlm. 183

Santoso, E. J. (2014). Analisis Minat Job Seeker Fresh Graduate

Terhadap Media Online Recruitment. Doctoral dissertation,

Program Studi Manajemen FEB-UKSW.

Sarjono, Haryadi., dan Julianita, Winda. (2013). SPSS VS LISREL :

Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta : Penerbit

Selemba Empat.

Situs Resmi Careernews. Diakses pada 9 November 2016 dari

http://careernews.id/issues/view/3433-67-Lulusan-Mendapat-

Pekerjaan-yang-Tidak-Sesuai-Jurusan-Saat-Kuliah

Situs Resmi Kompasiana. Diakses pada 9 November 2016 dari

http://kompasiana.com/

Situs Resmi Tempo. Diakses pada 18 Oktober 2016 dari

http://m.tempo.co/

Soejono, F. (2007). Karir dalam Organisasi Selular (Career in Celullar

Organizations). Jurnal Manajemen, 1-14.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sutomo, A.M.s., & Susanti, L. (1999). Analisis Pengangguran Tenaga

Kerja Terdidik di Kotamadya Surakarta. Skripsi

Tarigan, M., & Wimbarti, S. (2011). Career Planning Program to

Increase Career Search Self Efficacy in Fresh Graduates.

Journal of Higher Education Theory and Practice, 11(4).

Trisnawati, D.A. (2013). Peran Self-Efficacy dan Persepsi Citra

Almamater terhadap Ketakutan Akan Kegagalan para Pencari

Page 81: SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.ub.ac.id/5394/1/Yudha Widiyono.pdf · almamater yang dibawanya, serta dukungan keluarga yang penuh. Adanya kemampuan

69

Kerja Berstatus Fresh Graduate. Jurnal Program Studi Psikologi:

Universitas Brawijaya Malang.

Ula, Ilma. (2015). Hubungan antara Career Capital dan Work-Life

Balance pada Karyawan di PT. Petrokimia Gresik. Universitas

Brawijaya. Skripsi

Yao, Christian. (2013). The Perceived Value of Chinese Expatriates

Career Capital: a Symbolic Capital Perspective. Journal of

Global Mobility Vol.1 No.2, 187-218