BAB II KONSEP DASARdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dalam beberapa generasi,...
Transcript of BAB II KONSEP DASARdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl...dalam beberapa generasi,...
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) yang dikutip oleh Effendy (
1998 ), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman ( 1998 ), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1989) yang dikutip oleh Effendy (1998),
keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing – masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal di satu
tempat / rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing –
masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Struktur keluarga
Menurut Effendy ( 1998 ) struktur keluarga terdiri dari bermacam –
macam , diantaranya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga Kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
3. Tipe / Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti ( Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak – anak.
b. Keluarga Besar ( Extended Family ), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Keluarga Berantai ( Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda ( Single Family ), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi ( Composite ), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas ( Cahabitation ), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
4. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak –
anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat, minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan sewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya.
5. Tugas Perkembangan Keluarga
a. Pasangan baru menikah ( pasangan baru )
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Mengembangkan hubungan dengan keluarga keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga dengan menanti kelahiran / bayi baru lahir
1) Mempersiapkan menjadi orang tua.
2) Tugas masing – masing dan tanggung jawab.
3) Persiapan biaya.
4) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sehari - hari.
5) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,
privacy dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain ( tua ) juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau keluarga (
keluarga lain dan lingkungan sekitar ).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi ).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas ( yang tidak / kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat ).
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi.
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
5) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan ( anggota ) keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak - anak dewasa awal ( pelepasan )
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
g. Keluarga usia pertengahan
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
3) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak –
anaknya dan sebaya.
4) Meningkatkan keakraban pasangan.
5) Partisipasi aktifitas sosial.
h. Keluarga usia lanjut
1) Mempertahankan suasana kehidupan kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi ; kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Mempertahankan kontak dengan anak cucu.
5) Mempertahankan kontak dengan masyarakat.
6) Melakukan life review masa lalu.
6. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Freeman ( 1981 ) yang
dikutip oleh Effendy ( 1998 ), yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga -
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.
Hipertensi ada 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll. (
www.medicastore.com )
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran darah tepi
dengan tanda dan gejala yang khas.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a. Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
b. Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah sistole 160-180 mmHg dan diastole 100-110 mmHg
c. Hipertensi Berat
Tekanan sistole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110 mmHg
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolic diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler.
2. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut juga pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi
sering tidak menampakkan gejala. Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-
obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat
dipengaruhi factor keturunan. ( Smeltzer, 2002 )
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan (
FKUI, 2001 ), yaitu :
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 90 %
kasus. Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin-angiotensin, defek
dalam ekskresi Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal.terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan syndrome
cushing, feokromositoma, koartasioaorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis . Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya nore
epinephrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. ( Smeltzer, 2002 )
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, sehigga
akan akan m,enyebabkan pelepasan enzin renin. Pelepasan enzim ini akan
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. ( Smeltzer, 2002 ).
4. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Jika ada, gejala yang muncul biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila
jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal
jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman
penglihatan.
Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah :
a. Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk
b.Pandangan kabur
c. Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata
d.Mata berkunang-kunang
e. Jantung berdebar-debar
f. Badan terasa lemah
g.Perubahan emosi (mudah marah)
h.Telinga sering berdenging
i. Rasa pegel di bahu hingga tengkuk
(Smeltzer, 2001)
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta penurunan berat badan merupakan
langkah awal pengobatan hipertensi. Pengurangan asupan garam sampai 60
mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit
dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mempengaruhi kebiasan makan pesien secara drastis. Pada beberapa
penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi
resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik secara
teratur dapat nenurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Perubahan gaya hidup lain adalah menghindari faktor resiko
seperti rokok, minum alcohol, hiperlipidemia, dan stress.
b. Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan untuk memulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa factor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit
kardiovaskuler atau faktor resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan
berada dalam resiko tinggi ( pria perokok ) atau bila tekanan darah
diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmhg dan sistoliknya diatas 130
sampai 139 mmhg maka perlu dimulai terapi obat-obatan. ( Smeltzer, 2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :
1) Diuretik
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan
pengeluaran natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan
diuretic yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya
penyakit “gout” dan kadar gula pada DM sedikit meningkat.
2) Beta Bloker
Bekerja dengan menghambat kerja hormon stress yaitu adrenalin
terhadap jantung dan pembuluh darah.Efek samping rasa lelah dan lesu,
kaki dan tangan lemah dan terasa dingin. Yang termasuk yaitu Asebutol,
Alprenolol, Propanolol, Timolol, Pindolol, dll.
3) Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah
kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung
serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini
mengakibatkan tekanan darah menurun .Efek samoing adalah sakit
kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan
obat ini seperti Nifedipine, Diltizim, Verapamil, Amlodipin, Felodipin
dan Nikardipin.
4) Penghambat enzim konverse angiotensin (Angiotensin Converting
enzyme inhibitor atau ACE inhibitor )
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang
bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping :terjadi penurunan
tekanan darah yang drastic, gangguan pengecap dan batuk yang
menggelitik. Contoh losartan, valsartan, dan irbesartan.
5) Vasodilator
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping
dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
pembengkakan pergelangan kaki. Yang termasuk golongan ini adalah
doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium
nitroprusid.
6) Golonga penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat
vasomotor otak seperti pada pemberian metildopa san klonidin atau pada
ujung saraf perifer seperti reserpin dan guenitidine. (Susalit, 2001 )
6. Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi yng terberat dapat mengakibatkan terjadinya
kematian yang tiba-tiba. Penyebab dari kematian tersebut adalah penyakit-
penyakit komplikasi hipertensi yang mengenai jantung, ginjal dan otak. Yang
paling sering terjadi sebagai akibat dari komplikasi hipertensi antara lain:
a. Komplikasi pada jantung
Apabila hipertensi berlangsung secara terus-menerus maka sebagai
kompensasi pada jantung akan mengalami hipertrofi ventrikel kiri akibat
dari beban kerja yang berat, akhirnya ruang ventrikel kiri dapat berdilatasi
dan terjadi gagal jantung kiri atau gagal jantung kongestif, angina pectoris,
infark miokardium juga dapat terjadi karena adanya kebutuhan oksigen
yang tidak seimbang dengan suplay oksigen.
b. Komplikasi pada neurologi
Efek hipertensi pada neurologik yaitu terjadi perubahan pada retina
dan disfungsi sistem saraf pusat. Pada retina terjadi lesi yang sering kali
menimbulkan adanya perdarahan, eksudat, papil edema, bahkan kebutaan.
Sedangkan pada sistem saraf pusat sering ditemukan adanya oklusi
vaskuler, perdarahan, enselopaty, infark serebral.
c. Komplikasi pada ginjal
Sebagai komplikasi hipertensi pada ginjal, sering ditemukan
adanya penurunan tingkat filtrasi glomerolus dan disfungsi tubulus ginjal,
proteinuria, hematuria serta gagal ginjal.
(Isselbacher, 1999)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. BUN : memberikan informasi tenteng perfusi ginjal
b. Glukosa : hiperglikemi dapat diakibatkan oleh katekolamin
c. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama.
d. Kalsium serum : peningkatan kalium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum : peningkatan ini dapat membentuk
adanya plak ateromatosa.
f. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
sehingga terjadi hipertensi
g. Urinalisa : mengisyaratkan disfungsi ginjal
h. Asam urat : hiperuritesemia telah menjadi implikasi factor resiko
hipertensi
i. IVP : mengetahui penyebab hipertensi
j. Foto dada : menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katub, pembesaran
jantung
k. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati.
l. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi.
(Doengoes, 2000)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
1. Definisi Keperawatan Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih yang satu sama
lain saling terkait emosional serta tempat tinggal yang sama, dalam satu daerah
yang berdekatan. (Friedman, 1998)
Keperawatan keluarga adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan-ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga tersebut. (Friedman, 1998)
2. Pengkajian
a. Data Identitas
1) Umur
Resiko hipertensi umumnya terjadi pada pria diatas usia 40 tahun,
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun (setelah masa
menopause).
2) Jenis Kelamin
Pria lebih beresiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan
wanita, karena faktor pria lebih banyak pengaruhnya seperti stres, merokok,
kebiasaan kerja berat, makan tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Pekerjaan seperti kuli bangunan, sopir, kuli panggul dan sebagainya
lebih beresiko untuk menderita hipertensi.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif dan
psikomotorik dalam pengelolaan penderita hipertensi karena mereka tidak
mengenal tentang hipertensi dan akibatnya serta pentingnya fasilitas
kesehatan.
5) Hubungan (genogram)
Hipertensi sangat dipengaruhi faktor genetik yaitu agen kembar
monozigot pembawa sifat dominan pada hipertensi.
6) Latar Belakang Budaya
Kebiasaan yang mendukung adanya hipertensi adalah kebiasaan
merokok, kurang olah raga, gemar mengkonsumsi makanan kaleng, sea
food, fast food, makanan yang mengandung garam tinggi.
7) Status Sosial Ekonomi
Hipertensi sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status sosial
ekonomi yang menengah keatas. Karena mereka senang mengkonsumsi
makanan hasil olahan teknologi dengan bahan pengawet dan pengasinan.
Hipertensi juga mudah terjadi pada keluarga dengan kondisi ekonomi
menengah kebawah, karena mereka jarang mengambil keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan alasan biaya.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah
kesehatan adalah tahap perkembangan keluarga dewasa dan lansia. Karena
pada tahap ini terjadi proses degeneratif yaitu suatu kemunduran fungsi
sistem organ tubuh, termasuk sistem organ tubuh, termasuk sistem
kardiovaskuler. Pada tahap ini juga beresiko untuk mengalami aterosklerosis
yang kemudian memicu peningkatan tekanan darah secara per sistem
(hipertensi).
2) Riwayat Keluarga
Hipertensi berkaitan erat dengan penyakit yang lain, misalnya riwayat
diabetes, penyakit jantung, penyakit ginjal dan lain-lain.
c. Data Lingkungan
1) Kondisi rumah atau Karakteristik Rumah
Penempatan perabotan rumah yang tidak teratur, penerangan/
pencahayaan rumah kurang, keadaan lantai licin, adanya tangga dirumah
susun, kondisi lantai kamar mandi yang licin dan tempat tidur yang tinggi
adalah jumlah faktor yang meningkatkan resiko injuri pada penderita
hipertensi. Kondisi itu dipengaruhi pula oleh adanya manifestasi klinis
”diplopia” pada penderita hipertensi.
2) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang lebih Luas
a) Perumahan dan Lingkungan Tempat Tinggal
Keadaan lingkungan diperkotaan, adanya persaingan hidup, serta
keadaan lingkungan perindustrian yang menimbulkan kebisingan yang
merupakan faktor pencetus timbulnya stres psikososial yang memicu
hipertensi.
b) fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau (alasan jarak
dan transportasi), falsafah hidup yang salah (misalnya menganggap
bahwa hipertensi adalah biasa / wajar pada orang tua dan tidak perlu
diperiksakan ke pelayanan kesehatan), dan kurang percaya terhadap
petugas kesehatan merupakan faktor yang dapat memperberat hipertensi.
c) Fasilitas Transportasi
Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap
kemampuan keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Sistem Pendukung atau Jaringan Sosisal
Pengelolaan penderita hipertensi dikeluarga sangat membutuhkan
peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat. Semua berperan dalam pemberian edukasi,
motivasi dan memonitor / mengontrol perkembangan kesehatan
penderita hipertensi dikeluarga.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi
Adanya komunikasi yang minimal antara anggota keluarga
mempersulit untuk mengetahui secara dini keadaan kesehatan pada anggota
keluarga.
2) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
3) Peran
Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga
terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga yang meliputi
kebutuhan sandang, pangan dan papan.
4) Nilai atau Norma
Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh
terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
mengakibatkan penderita hipertensi tidak mendapatkan perawatan dan
pengobatan yang dibutuhkan.
2) Fungsi Sosial
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan masyarakat
yang mengakibatkan kurangnya proses sosialisasi dengan masyarakat dan
keluarga sehingga mereka tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang
hipertensi dan cara penanggulangannya.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Pendidikan ataupun pengetahuan yang kuranng mempunyai
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita hipertensi (Friedman,1998).
a) Mengenal Masalah Kesehatan
Dalam mengenal masalah kesehatan dan hipertensi dan kurangnya
pengetahuan tentang hipertensi dan rasa takut masalah yang diketahui
(Effendy,1998)
b) Mengambil keputusan
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
disebabkan oleh memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah,
masalah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup memecahkan masalah
baru, kurang pengetahuan tentang hipertensi. (Effendy,1998)
c) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi dikarenakan oleh ketidaktahuan tentang penyakit,
misalnya penyebab, gejala, penyebaran dan perawatan
penyakit.(Effendy,1998)
d) Memelihara dan Memodifikasi Lingkungan
Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi
lingkungan dikarenakan oleh keluarga tidak dapat melihat keuntungan
dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah dan ketidakmampuan
tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi (Effendy,1998)
e) Menggunakan Sumber di Masyarakat Guna Memelihara Kesehatan
Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber yang ada di
masyarakat guna memelihara kesehatan disebabkan oleh karena keluarga
tidak memahami keuntungan yang diperoleh, tidak terjangkaunya
fasilitas yang diperlukan, rasa asing dan tidak ada dukungan dari
masyarakat (Effendy,1998)
4) Fungsi Reproduksi
Dalam keluarga penyakit hipertensi merupakan penyakit yang
dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya (Purwati,1998)
5) Fungsi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit hipertensi
tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya, sementara
penyakit hipertensi juga sering diderita oleh kalangan ekonomi
menengah keatas karena kebiasaan mengkonsumsi makanan lemak, dan
makanan yang kaya bahan kimia lainnya (Soeparman,1999)
f. Pemeriksaan Fisik (Issebacher, 1999)
Kepala : nyeri kepala, vertigo.
Mata : papil oedema, diplopia
Hidung : epistaksis
Leher : distensi vena jugularis
Dada : sesak nafas
Abdomen : asites
Ekstremitas : diaforesis, edema, sianosis, capilary refil lambat.
g. Koping Keluarga
Stresor fisik, lingkungan maupun psikologis mempengaruhi peningkatan
tekanan darah. Sehingga strategi koping keluarga yang adaptif misalnya
pemecahan masalah bersama, kedekatan hubungan dan kedekatan komunikasi
serta dukungan sosial dan spiritual merupakan solusi untuk mencapai
keseimbangan, sehingga stres dapat dihindari.
3. Pohon Masalah Keluarga yang Mempengaruhi Masalah Hipertensi
Fakor penyebab / faktor predisposisi
Usia, diit tinggi garam dan kolesterol, kebiasaan merokok, kerja berat,
Pendidikan rendah, kurang olah raga, ekonomi rendah, keturunan,
Konsumsi alkohol, obesitas, stres.
Hipertensi
Tanda dan gejala
Nyeri kepala daerah oksipital, palpitasi, mudah lelah
Epistaksis, hematuria, edema, pandangan kabur / diplopia, sinkope,
Dispnea, poliuri, diaforesis, sianosis, ascites, nyeri dada
Sianosis,kulit warna kulit edema, pandangan mudah kelelahan Pandangan
Dingin, perubahan pucat, kulit peningkatan kabur, lelah, nyeri nyeri kabur /
status mental, geli teraba dingin berat badan, diplopia dada, nyeri kepala diplopia,
sah, dispnea, diafo dispnea ascites kepala sinkope
resis, palpitasi
penurunan gangguan kelebihan gangguan intoleransi defisit resiko
cardiac perfusi volume persepsi aktivitas perawatan injury
output jaringan cairan sensori diri
1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dan mengambil tindakan
yang tepat
3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4 Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mengatasi
masalah hipertensi
5 Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan sumber pelayanan kesehatan
untuk memelihara kesehatan
4. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul pada Hipertensi
a. Penurunan curah jantung
b. Kelebihan persepsi sensori visual
c. Gangguan persepsi sensori visual
d. Intoleransi aktivitas
(Le Mone,2000)
e. Defisit perawatan diri
f. Resiko injury
g. Gangguan perfusi jaringan serebral
(Doengoes,2000)
5. Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
b. Kelebihan persepsi sensori visual
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
c. Gangguan persepsi sensori visual
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
d. Intoleransi aktivitas
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
e. Defisit perawatan diri
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
f. Resiko injury
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
g. Gangguan perfusi jaringan serebral
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk
penderita hipertensi
4) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
6. Fokus Intervensi
a. Gangguan perfusi jaringan serebral
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala gangguan perfusi jaringan, seperti: pucat, kulit
kebiruan, kulit dingin / lembab , bengkak / edema.
2) Afektif
Memotivasi klien untuk minum obat secara teratur.
3) Psikomotor
a) Memodifikasi secara dini adanya gangguan perfusi jaringan.
b) Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur
c) Bantu klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi, misalnya dengan
membatasi asupan garam, kolesterol yang berlebihan.
d) Bantu keluarga untuk memodifikasi faktor resiko, misalnya membatasi
merokok, mengatur pola diit, manajemen stres dan lain-lain.
b. Penurunan curah jantung
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
hipertensi, terkait pengertian, penyebab, tanda gejala, akibat / komplikasi
hipertensi.
2) Afektif
a) Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk membatasi aktivitas yang
berlebihan dan istirahat cukup.
b) Motivasi keluarga untuk membatasi makanan tinggi natrium dan tinggi
kolesterol.
c) Motivasi klien untuk meminum abat secara teratur.
3) Psikomotor
a) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala
penurunan curah jantung, seperti: nadi cepat, sianosis, nyeri dada,
produksi urine sedikit, kelelahan, vertigo, edema, kulit teraba dingin.
b) Pembatasan asupan garam, lemak dan kolesterol dalam diit.
c) Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur
d) Olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan
e) Lakukan dan anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melakukan
tindakan kenyamanan (misalnya: pijatan punggung dan leher,
merendahkan kepala tempat tidur) serta teknik relaksasi.
f) Bantu keluarga cara menyusun diit untuk penderita hipertensi
c. Kelebihan volume cairan
1) Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
manifestasi klinis kelebihan volume cairan (edema) sebagai akibat
memberatnya hipertensi.
b) Ajarkan pada klien dan keluarga untuk pemantauan output urine.
2) Afektif
Anjurkan klien atau keluarga untuk mempertahankan posisi duduk
atau tirah baring dengan posisi semifowler, selama masa fase akut.
3) Psikomotor
a) Monitor output urine (catat warna dan jumlah setiap hari)
b) Buat jadwal pemasukan cairan bersama klien dan keluarga
c) Ukur lingkar abdomen
d) Timbang berat badan setiap hari
e) Rujuk ke pelayanan kesehatan untuk pengobatan lanjut.
d. Gangguan persepsi sensori visual
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
terjadinya gangguan persepsi sensori visual (pandangan kabur) sebagai
manifestasi penyakit hipertensi.
2) Afektif
a) Anjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A.
b) Anjurkan klien untuk memakai alat bantu penglihatan atau kaca mata.
3) Psikomotor
a) Observasi ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
b) Orientasikan klien terhadap keluarga, lingkungan dan orang lain di
sekitarnya.
c) Perhatikan terjadinya iritasi mata.
d) Letakkan barang yang dibutuhkan didekat klien.
e) Penggunaan kaca mata dan pemberian obat tetes mata.
f) Rujuk ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan.
e. Intoleransi aktivitas
1) Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang gangguan
aktivitas yang sering terjadi pada penderita hipertensi.
b) Ajarkan pada klien dan keluarga tentang ROM.
c) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang teknik menghemat energi,
misalnya menggunakan kursi saat mandi, melakukan aktivitas secara
perlahan.
2) Afektif
a) Motivasi klien untuk berolah raga secara teratur.
b) Motivasi klien untuk melakukan gerakan ROM sesuai yang diajarkan.
c) Beri dorongan pada klien untuk melakukan aktivitas mandiri secara
bertahap sesuai toleransi.
3) Psikomotor
a) Monitor respon klien terhadap aktivitas, peningkatan nadi, tekanan
darah, adanya nyeri dada, keletihan.
b) Kelemahan jantung.
c) Lakukan terapi okupasi.
d) Pertahankan untuk melakukan gerakan ROM.
e) Rujuk ke pelayanan kesehatan jika terdapat keluhan setelah aktivitas
seperti nyeri dada, pusing dan pingsan.
f. Defisit perawatan diri
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
pentingnya perawatan diri.
2) Afektif
a) Motivasi klien atau keluarga untuk melakukan perawatan diri secara
teratur.
b) Motivasi keluarga untuk membantu klien dalam melakukan perawatan
diri.
c) Anjurkan klien atau keluarga untuk membuat jadwal perawatan diri.
3) Psikomotor
a) Observasi derajat ketidakmampuan pasien untuk melakukan perawatan
diri.
b) Berikan alat bantu sesuai indikasi, seperti mandi dengan cara duduk
kursi.
c) Perhatikan adanya keletihan atau kelelahan.
d) Monitor atau observasi usaha klien atau keluarga dalam melakukan
perawatan diri.
e) Rujuk atau kolaborasi dengan pelayanan kesehatan jika terjadi
kelemahan.
f) Adakan terapi okupasi
g. Resiko injury
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
terjadinya resiko injury.
2) Afektif
a) Anjurkan kepada keluarga agar menjaga lantai supaya tidak licin.
b) Ingatkan klien untuk menggunakan kacamata.
c) Pertahankan dan motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan
rumah yang aman.
3) Psikomotor
a) Orientasikan klien terhadap lingkungan (benda-benda disekitarnya).
b) Jangan letakkan alat-alat yang membahayakan didekat klien.
c) Observasi terjadinya pandangan kabur memberat, pusing dan nyeri pada
mata.
d) Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur, motivasi keluarga untuk
membantu klien.
e) Pertahankan lingkungan yang aman.
f) Segera ke pelayanan kesehatan jika terjadi injury, misalnya jatuh dari
tempat tidur