BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan...

25
25 BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand 2.1 Kebijakan Pemerintahan Thaksin Sinawatra dan Ketidakpuasan Kelas Menengah di Thailand Permasalahan politik yang terjadi di Thailand merupakan bentuk ketidakpuasan dari masyarakat kelas menengah terhadap jalannya pemerintahan yang dipimpin oleh Thaksin Sinawatra yang menjabat sebagai perdana menteri di negeri gajah putih dari tahun 2001-2006. Thaksin berhasil menduduki kursi perdana menteri di Thailand setelah memenangi pemilu pada tahun 2001 melalui Partai Thai Rak Thai (TRT). Sejak saat itulah nilai-nilai demokrasi di negeri gajah putih lebih berkembang dengan adanya kebebasan untuk berekspresi, kebebasan terhadap media, dan kebebasan bagi kelompok atau organisasi sipil dalam menyampaikan aspirasi demi memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. Dalam masa pemerintahannya, Thaksin sangat dicintai oleh masyarakat miskin pedesaan akibat kebijakannya yang merakyat yang disebut dengan Thaksinomics (perpaduan antara kata Thaksin dan economics). Kebijakan itu merupakan hasil dari konsultasi yang dilakukan secara luas sebagai solusi untuk mengatasi krisis ekonomi Asia pada 1997 (Ungpakorn, 2010, hal. 15). Dalam prakteknya, kebijakan Thaksinomics disebut juga dengan kebijakan dua arah. Kebijakan pertama mengarah kepada masyarakat miskin pedesaan dengan tujuan untuk membangun kehidupan sosial yang lebih baik dan memajukan pemulihan ekonomi melalui program jaminan kesehatan universal, penghapusan beban utang petani, bantuan untuk desa, bank rakyat, program

Transcript of BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan...

Page 1: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

25

BAB II

Konflik Politik Domestik di Thailand

2.1 Kebijakan Pemerintahan Thaksin Sinawatra dan Ketidakpuasan Kelas

Menengah di Thailand

Permasalahan politik yang terjadi di Thailand merupakan bentuk

ketidakpuasan dari masyarakat kelas menengah terhadap jalannya pemerintahan

yang dipimpin oleh Thaksin Sinawatra yang menjabat sebagai perdana menteri di

negeri gajah putih dari tahun 2001-2006. Thaksin berhasil menduduki kursi

perdana menteri di Thailand setelah memenangi pemilu pada tahun 2001 melalui

Partai Thai Rak Thai (TRT). Sejak saat itulah nilai-nilai demokrasi di negeri gajah

putih lebih berkembang dengan adanya kebebasan untuk berekspresi, kebebasan

terhadap media, dan kebebasan bagi kelompok atau organisasi sipil dalam

menyampaikan aspirasi demi memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. Dalam

masa pemerintahannya, Thaksin sangat dicintai oleh masyarakat miskin pedesaan

akibat kebijakannya yang merakyat yang disebut dengan Thaksinomics

(perpaduan antara kata Thaksin dan economics). Kebijakan itu merupakan hasil

dari konsultasi yang dilakukan secara luas sebagai solusi untuk mengatasi krisis

ekonomi Asia pada 1997 (Ungpakorn, 2010, hal. 15).

Dalam prakteknya, kebijakan Thaksinomics disebut juga dengan kebijakan

dua arah. Kebijakan pertama mengarah kepada masyarakat miskin pedesaan

dengan tujuan untuk membangun kehidupan sosial yang lebih baik dan

memajukan pemulihan ekonomi melalui program jaminan kesehatan universal,

penghapusan beban utang petani, bantuan untuk desa, bank rakyat, program

Page 2: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

26

pengembangan inisiatif untuk kewirausahaan, serta dana pinjaman bagi

pengembangan usaha kecil dan menengah. Selanjutnya, kebijakan kedua

mengarah kepada para pengusaha melalui program pemulihan terhadap dunia

bisnis di Thailand dan melindungi pengusaha nasional dari kompetisi pihak asing

dengan memberikan ruang atau kesempatan yang cukup untuk meningkatkan daya

saingnya. Setelah kondisi ekonomi dianggap kondusif dan pengusaha domestik

telah memiliki modal yang kuat untuk bersaing, pemerintah kemudian mulai

menjalin kerjasama perdagangan bebas dan melakukan privatisasi terhadap

perusahaan negara (Kitirianglarp dan Hewison, 2009, hal. 458).

Selain itu, pemerintahan Thaksin juga menggalakkan mega proyek untuk

pembangunan dalam menunjang aktivitas ekonomi di daerah. Seperti pada 2003

pemerintah menganggarkan dana sebesar 28 miliar baht (650 juta dollar) untuk

membangun Kota Chiang Mai bagian utara sebagai pusat penerbangan

internasional. Ini bertujuan untuk menjadikan Chiang Mai sebagai daerah

alternatif selain Bangkok untuk perdagangan dan investasi asing (Looney, 2004,

hal. 75-76). Melalui berbagai kebijakannya tersebut, Thaksin berhasil melunasi

seluruh utang luar negeri Thailand yang mencapai 4,8 miliar dollar dan berhasil

menurunkan angka kredit macet di Thailand yang awalnya sebesar 68% menjadi

20%. Ekonomi negeri gajah putih mampu tumbuh dengan positif pasca krisis

ekonomi Asia 1997 dengan arus investasi asing yang relatif lancar (Maghribi,

2006).

Namun, ada sejumlah kebijakan pemerintahan Thaksin Sinawatra yang

dianggap kontroversial antara lain seperti program jaminan kesehatan universal.

Page 3: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

27

Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang

mampu untuk berobat ke rumah sakit milik pemerintah dengan hanya membayar

sebesar 30 baht (sekitar Rp.6000 rupiah). Kebijakan ini menuai protes karena

jaminan tersebut berlaku untuk seluruh penyakit atau keluhan kesehatan yang

dialami pasien. Dalam prakteknya, kebijakan ini malahan membebani anggaran

rumah sakit sehingga berpengaruh terhadap pendapatan para tenaga kesehatan

yang bekerja di dalamnya. Hal itu mendorong para dokter terutama yang bertugas

di rumah sakit pemerintah yang ada di daerah-daerah untuk pindah kerja ke rumah

sakit swasta karena gaji yang ditawarkan lebih tinggi.

Meski program tersebut berhasil membuat para pasien miskin yang

mengidap penyakit serius menjadi bisa berobat, tetapi pada akhirnya mereka tidak

akan mendapatkan dokter yang bisa melayaninya di rumah sakit. Kelas menengah

mengkritik program jaminan kesehatan universal itu yang dianggap hanya

menimbulkan ketidakstabilan pada kondisi keuangan negara. Mereka menyatakan

seharusnya pemerintah hanya menjamin biaya 30 baht untuk beberapa jenis

penyakit saja dan bukan untuk semua keluhan kesehatan pasien. Apalagi belum

jelas mengenai kemampuan pemerintah untuk bisa menalangi segala pengeluaran

yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan itu (Pye dan Schaffar, 2008, hal. 50).

Kebijakan kontroversial lainnya adalah ketika pada tahun 2003 pemerintah

mengeluarkan kebijakan untuk memerangi narkoba. Kebijakan ini telah

menyebabkan setidaknya 3000 orang terbunuh yang membuat kelompok oposisi

semakin yakin bahwa Thaksin tidak lagi layak memerintah. Ketika pemerintah

Page 4: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

28

pertama kali mengumumkan “perang terhadap narkoba”, pembunuhan terhadap

para pengedar dan pecandu obat-obatan terlarang langsung meningkat. Menurut

pemerintah, kebijakan ini merupakan peringatan keras bagi para gembong

narkoba untuk tidak menjadikan Thailand sebagai wilayah operasinya. Namun,

pihak oposisi menganggap pemerintah telah melakukan kesalahan yang besar

dengan membunuh orang tanpa terlebih dahulu menjalani proses pengadilan.

Kebijakan ini kemudian membuat kelompok pengacara, politisi, akademisi,

jurnalis, dan para aktivis menganggap Thaksin sebagai seorang pemimpin yang

otoriter (Connors, 2008, hal. 482).

Pada Februari 2004, pemerintah mengumumkan rencana untuk melakukan

privatisasi terhadap perusahaan listrik negara dengan mendaftarkannya sebagai

perusahaan yang dijual pada bursa perdagangan di Thailand. Hal ini memicu aksi

demonstrasi dari puluhan ribu pegawai perusahaan yang memblokir jalan raya,

melakukan mogok kerja, dan berencana untuk mengepung gedung pemerintahan.

Aksi ini merupakan unjuk rasa terbesar yang pernah dilakukan oleh pegawai dari

sebuah perusahaan negara dan bahkan cenderung telah menjadi kelompok oposisi

yang ikut menentang pemerintahan Thaksin di tengah kecaman dari berbagai

kelompok masyarakat yang sebelumnya telah terlanjur kecewa dengan kebijakan

“perang terhadap narkoba”. Demonstrasi tersebut mendapat dukungan dari

pegawai perusahaan negara lainnya yang juga merasa khawatir akan mengalami

nasib yang sama. Peristiwa ini mendorong semua pegawai perusahaan negara di

Thailand ikut bergabung ke dalam gerakan anti-Thaksin (Pye dan Schaffar, 2008,

hal. 53)

Page 5: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

29

Thaksin juga dianggap mengingkari prinsip kebebasan berekspresi

rakyatnya melalui media di Thailand. Itu terjadi ketika sekretaris jenderal dari

Kampanye untuk Reformasi Media Populer yakni Supinya Klangnarong menulis

sebuah artikel pada 16 Juli 2003 di koran Thai Post. Ia mencurigai adanya kaitan

yang erat antara berbagai kebijakan pemerintah dengan meningkatnya pendapatan

Shin Corp yang merupakan perusahaan telekomunikasi milik keluarga Thaksin

Sinawatra. Pendapatan perusahaan itu melonjak hampir 40 miliar baht antara

tahun 2001 sampai 2003. Namun, Thaksin malah menggugat Supinya dan tiga

orang editor Thai Post untuk membayar uang ganti rugi sebesar 400 juta baht

karena dianggap telah melakukan fitnah. Publik di Thailand menganggap hal itu

merupakan upaya Thaksin untuk membungkam pihak-pihak yang telah berani

melawan pemerintahannya (Pye dan Schaffar, 2008, hal. 51)

Kebijakan yang represif dari Perdana Menteri Thaksin dalam menangani

kasus separatis di Thailand Selatan juga tidak luput dari kecaman. Thaksin

mengeluarkan dekrit pada Juli 2005 yang memberikan kewenangan terhadap

pemerintah dalam menentukan secara bebas berlakunya zona darurat bagi setiap

wilayah yang sedang mengalami konflik atau kerusuhan. Selain itu, pemerintah

juga memberikan hak imunitas atau kekebaan hukum bagi aparat keamanan yang

sedang bertugas pada zona itu. Pemerintah bebas melakukan apapun terhadap aksi

yang dinilai menggangu keamanan dan kedaulatan negara di wilayah tersebut

(Maghribi, 2006). Amnesti Internasional mencatat bahwa pada masa

pemerintahan Thaksin Sinawatra terjadi pelanggaran HAM paling besar yakni

mencapai 1.700 orang meninggal sampai pada Januari 2006. Kaum muslim telah

Page 6: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

30

lama mengalami marjinalisasi dan perlakuan diskriminatif dari pemerintah pusat

sehingga melecutkan gerakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari

Thailand. Provinsi Narathiwat, Pattani, Yala, dan Songkha merupakan wilayah

yang didominasi oleh warga muslim yang pembangunan ekonominya jauh

tertinggal dari propinsi lainnya di Thailand (Issundari, 2008, hal. 209-210).

Meski pemerintahannya banyak mendapat kritikan, namun Thaksin

Sinawatra berhasil memenangkan kembali pemilu pada Februari 2005 untuk masa

jabatannya yang kedua. Partai Thai Rak Thai berhasil memperoleh kemenangan

mutlak yakni 375 dari 500 kursi di parlemen. Thaksin menjadi satu-satunya

perdana menteri dalam sejarah Thailand yang mampu memerintah selama empat

tahun penuh dan mampu memperoleh suara mayoritas di parlemen dengan hanya

menyisakan Partai Demokrat sebagai pesaing terdekatnya. Namun, pasca pemilu

kemudian terbentuk suatu koalisi bersama untuk melawan pengaruh Thaksin yang

dimotori oleh kelas menengah perkotaan yang setia kepada kerajaan (Marshall,

2014, hal. 158-159).

Demonstrasi menentang Thaksin meningkat setelah pemerintah

memutuskan untuk menjual Shin Corp pada akhir Januari 2006 kepada Temasek

Holding sebesar $1,8 miliar dollar yang merupakan perusahaan asal Singapura.

Sebelumnya, pemerintah telah melonggarkan peraturan yang mengatur tentang

kepemilikan pihak asing terhadap perusahaan nasional. Meski Shin Corp

merupakan perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Thaksin, namun publik di

Thailand telah menganggapnya sebagai aset negara yang sangat penting. Apalagi

Page 7: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

31

penjualannya tidak dikenakan pajak sehingga memberikan keuntungan bagi

Temasek dan sebaliknya sangat merugikan negara 2(Connors, 2008, hal. 156).

2.2 Respon Kelas Menengah Sebagai Cikal Bakal Terbentuknya Gerakan

PAD Tahun 2005-2006

Pada Februari 2005, Thaksin Sinawatra berhasil memenangkan pemilihan

umum di Thailand. Partai Thai Rak Thai berhasil memperoleh kemenangan

mutlak yakni 375 dari 500 kursi di parlemen. Thaksin menjadi satu-satunya

perdana menteri dalam sejarah Thailand yang mampu memerintah selama empat

tahun penuh dan terpilih kembali untuk menjabat serta pertama kali mampu

memperoleh suara mayoritas di parlemen sehingga membuat politik Thailand

hanya terbagi ke dalam dua partai besar dengan hanya menyisakan Partai

Demokrat (Prachatipat Phak) sebagai pesaing terdekatnya. Namun, pasca pemilu

tersebut terbentuklah suatu koalisi bersama untuk melawan pengaruh Thaksin

yang terdiri dari pihak oposisi Partai Demokrat, elit militer, para birokrat,

pengadilan, dan kelas menengah perkotaan yang setia kepada kerajaan (Marshall,

2014, hal. 158-159).

Demonstrasi menentang pemerintahan Thaksin Sinawatra semakin

meningkat pada akhir 2005. Protes ini awalnya hanya dilakukan oleh sebuah

kelompok yang dipimpin oleh Sondhi Limthongkul untuk menentang korupsi

yang dilakukan pemerintah dan menyerukan supaya raja segera mengangkat

perdana menteri yang baru. Namun, berbagai organisasi atau kelompok

2 Dari sejak awal memerintah, kelas menengah telah mendesak Thaksin agar secara tegasmemisahkan posisinya sebagai perdanan menteri dan seorang pengusaha untuk mencegahterjadinya penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Namun, pada perkembangannyaThaksin dianggap telah menyalahgunakan kewenangannya untuk urusan keluarga dengandijualnya Shin Corps tersebut. Sumber: Maghribi, 2008

Page 8: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

32

masyarakat kemudian ikut bergabung dalam aksi demonstrasi ini dan nantinya

akan membentuk sebuah gerakan bersama yang dinamakan People’s Alliance for

Democracy (PAD). Kelompok masyarakat kelas menengah menganggap bahwa

apabila demonstrasi hanya dilakukan oleh satu gerakan saja, maka tentu tidak

akan efektif dalam melengserkan Thaksin sehingga dibentuknya PAD merupakan

strategi yang tepat (Ungpakorn, 2007, hal. 19-20).

Sondhi menggunakan isu hak prerogatif raja yang dijamin oleh konstitusi

sebagai alat untuk mendorong adanya reformasi. Ini merupakan upaya untuk

memobilisasi pengaruh monarki yang begitu kuat di Thailand sehingga digunakan

oleh Sondhi untuk menanamkan nilai-nilainya kepada para kelompok anti-

Thaksin. Pada tahun 2003 Thaksin dianggap telah merusak hak prerogatif

kerajaan ketika berani menggunakan Pasal 7 Konstitusi untuk mengatasi kemelut

di parlemen. Saat itu pemerintah dihadapkan pada masalah pembahasan

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi di parlemen dan publik

mengharapkan eksekutif segera menyelesaikannya untuk kemudian ditanda

tangani oleh raja. Ketika ditemukan banyak kesalahan pada saat proses

penyusunan antara pemerintah dan anggota parlemen, pemerintah malah

mengembalikan dan menyerahkan begitu saja rancangan undang-undang tersebut

kepada parlemen meski tidak ada regulasi yang mengatur seperti itu.

Sondhi menggunakan media yang dimilikinya untuk memberitakan segala

keburukan Thaksin dan korupsi pada pemerintahannya. Ia gencar mengkritik

pemerintahan Thaksin melalui acara yang dimilikinya yaitu Muang Thai Rai

Sapda atau dalam bahasa inggris disebut Thailand Weekly. Acara itu selalu

Page 9: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

33

membahas tentang upaya Thaksin untuk merampas hak prerogatif kerajaan.3 Pada

8 September 2005, Thaksin memberikan pernyataan bahwa ia tidak pernah berniat

untuk merampas hak prerogatif kerajaan. Jika mengalami masalah dalam

pemerintahannya, ia mengaku akan segera menemui raja untuk berkonsultasi.

Namun, Sondhi tetap gencar memberitakan hal-hal negatif tentang Thaksin

melalui Thailand Weekly sehingga meningkatkan citra buruk perdana menteri di

mata masyarakat Thailand. Thaksin kemudian melarang penayangan acara

tersebut karena dianggap menggangu pemerintahan (Connors, 2008, hal. 151-

154).

Pasca penayangan Thailand Weekly diberhentikan, Sondhi kemudian

merancang sebuah acara diskusi atau talk show yang bertempat di Taman Lumpini

di Pusat Kota Bangkok. Dalam acara tersebut selalu membahas tentang korupsi

dan segala keburukan Thaksin serta menjadi salah satu pusat bagi gerakan anti-

Thaksin dengan berhasil menarik simpati sebanyak 30.000 orang. Sebelumnya,

Sondhi merupakan sosok yang paling mendukung Thaksin Sinawatra di Thailand,

namun kemudian berubah menjadi lawan politiknya setelah ia tidak lagi diberikan

hak istimewa dalam menjalankan jaringan bisnis di Thailand (Pye dan Schaffar,

2008, hal. 40).

Pada 11 November 2005, Sondhi memimpin aksi unjuk rasa perdananya

dengan berjanji akan terus bertarung demi raja dan melawan segala bentuk upaya

pemerintah yang ingin merusak hubungan antara raja dan rakyat di Thailand. Ia

3 Thailand weekly diantaranya membahas tentang isu kesewenang-wenangan Thaksin dalamproses pengangkatan seorang kepala pemuka agama Budha tertinggi di Thailand dan isu lainseperti keterlibatan Thaksin dalam sebuah upacara di Kuil Budha terkemuka di Thailand padaApril 2005 dimana ia dikritik sebab berani menduduki kursi yang seharusnya hanya bolehdiduduki seorang Raja.

Page 10: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

34

menyerukan kepada pihak kerajaan untuk mengangkat seorang figur yang

dianggap mampu melakukan reformasi politik demi mengakhiri monopoli

kekuasaan yang dilakukan Thaksin. Sondhi mengungkapkan adanya rasa frustasi

dari para tokoh negara dan masyarakat yang khawatir dengan berbagai kebijakan

Thaksin yang dianggap hanya akan menambah utang negara. Ia juga mengkritik

Thaksin karena dianggap telah menciptakan kehidupan masyarakat yang terlalu

gemar berbelanja dan menghabis-habiskan uang. Setelah aksi protes perdananya

tersebut, Sondhi terus melakukan aksi demonstrasi mingguan yang melibatkan

50.000 orang lebih. Jumlah orang yang terlibat dalam aksi unjuk rasa terus

bertambah sampai sekitar 80.000 orang pada 10 Desember 2005 (Connors, 2008,

hal. 154-155).

Sejalan dengan aksi yang sedang dilakukan Sondhi, muncul aksi protes

lainnya untuk menentang kebijakan perdagangan bebas dari Perdana Menteri

Thaksin. Pada Desember 2005, sejumlah organisasi sosial dan kelompok

masyarakat di kawasan Asia Tenggara termasuk di Thailand secara bersamaan

melakukan demonstrasi terhadap penyelenggaraan konferensi World Trade

Organization (WTO) di Hongkong. Para aktivis dari jaringan kelompok petani,

nelayan, dan berbagai LSM menghendaki supaya dilakukan peninjauan ulang

terhadap free trade agreement (FTA) atau perjanjian perdagangan bebas antara

Thailand dengan Amerika Serikat. Sebuah kelompok yang menyebut dirinya

dengan FTA Watch bahkan mengerahkan 10.000 massa untuk melakukan

demonstrasi di Chiang Mai. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh Sondhi untuk

Page 11: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

35

terus melakukan protes terhadap pemerintahan Thaksin (Pye dan Schaffar, 2008,

hal. 40-41).

2.2.1 Penjualan Shin Corp

Dalam situasi politik yang sedang memanas, Thaksin malah menjual Shin

Corp ke perusahaan asal Singapura yakni Temasek seharga 1,8 miliar dollar pada

akhir Januari 2006. Shin Corp merupakan perusahaan telekomunikasi yang vital

bagi Thailand dan penjualannya juga tidak dikenakan pajak sehingga kembali

memicu protes dari berbagai kelompok anti-Thaksin termasuk Sondhi. Dengan

mengerahkan massa untuk melakukan protes selama berminggu-minggu, Sondhi

berharap dapat membuat opini publik bahwa Thaksin telah kehilangan

legitimasinya. Ia ingin agar pemerintah menggunakan cara-cara kekerasan dalam

membendung aksi protes sehingga diharapkan pihak kerajaan ataupun militer

melakukan intervensi (Marshal, 2014, hal. 160-161).

Sondhi sebagai sosok yang paling gencar menentang Thaksin Sinawatra

memanfaatkan momentum tersebut untuk kembali menarik dukungan masyarakat

yang terlanjur kecewa dengan kebijakan penjualan Shin Corp. Akhirnya pada 4

Februari 2006, Sondhi berhasil menarik dukungan 50.000 massa dari berbagai

kelompok untuk ikut melakukan demonstrasi besar-besaran yang bertempat di

Grand Royal Plaza di Bangkok guna menentang Perdana Menteri Thaksin

Sinawatra. Ia dianggap telah melakukan korupsi dan tidak menghormati pihak

Kerajaan Thailand selama memerintah. Sondhi juga mengkritik kebijakan

perdagangan bebas antara Thailand dengan dua negara yakni Cina dan Australia

karena kesepakatan itu hanya akan menguntungkan Thaksin secara pribadi dan

Page 12: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

36

merugikan para petani. Sondhi juga aktif membujuk supaya FTA Watch dan LSM

lainnya ikut bergabung dengan kelompoknya. 4

Pasca demonstrasi yang dipimpin oleh Sondhi tersebut, maka diumumkan

pembentukan PAD. Namun, ada perdebatan yang terjadi diantara koalisi di dalam

PAD terhadap keinginan Sondhi yang mengharapkan adanya upaya intervensi dari

kerajaan seperti yang tertuang pada Pasal 7 Konstitusi 1997. Hal itu yang menjadi

alasan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan seperti organisasi buruh, para

aktivis dan beberapa kelompok mahasiswa yang menolak untuk bergabung

dengan PAD. Mereka memang menginginkan agar Thaksin segera turun dari

jabatannya, tetapi menolak adanya upaya yang meminta pihak kerajaan untuk ikut

campur (Pye dan Schaffar, 2008, hal.41).

Pasal 7 Konstitusi 1997 berbunyi:

“Ketika tidak ada ketetapan di bawah Konstitusi ini yang bisa diterapkan pada suatu

kasus tertentu, itu akan diputuskan sesuai dengan cara-cara konstitusional pada rezim

pemerintahan yang demokratis dengan Raja sebagai Kepala Negara ” (Kerajaan Thailand,

1997 dikutip oleh Connors, 2008, hal. 148)

Pasal inilah yang menjadi dasar bagi kelompok anti-Thaksin untuk

mendukung pihak kerajaan untuk melakukan intervensi demi terciptanya

reformasi politik untuk memulai sebuah era yang baru. Raja diharapkan segera

mengangkat sebuah pemerintahan sementara. Penggunaan Pasal 7 ini

berhubungan dengan istilah rachaprachasamasai yang berarti hubungan yang

4 Padahal pada awal 2006 Sondhi sempat frustasi karena massa yang ikut demonstrasi semakinmenurun. Itu disebabkan masyarakat takut akan terjadi kerusuhan saat berdemo dan mereka jugabosan dengan dakwaan yang dilayangkan Sondhi kepada pemerintah yang selalu saja sama. Tetapiadanya skandal Shin Corp lalu membuat dukungan masyarakat kembali meningkat. Sumber:Connors, 2008, hal. 155

Page 13: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

37

baik dan saling menguntungkan antara raja dan rakyat. Isitilah itulah yang

digunakan sebagai slogan untuk menarik dukungan publik yang lebih besar dalam

aksi unjuk rasa yang dipimpin oleh Sondhi Limthongkul pada November 2005.

Sondhi mengkritik Thaksin Sinawatra karena dianggap telah berupaya untuk

menyerang ikatan yang telah terjalin sejak lama antara raja dan rakyat dengan

bukti bahwa Thaksin dan sekutunya selalu memperoleh dukungan mayoritas

dalam serangkaian penyelenggaraan pemilu di Thailand. Penggunaan Pasal 7 yang

mengacu pada pengembalian kekuasaan kepada raja mencerminkan dari

penerapan rachaprachasamasai (Connors, 2008, hal. 148-149).

2.2.2 Setelah Terbentuknya People’s Alliance for Democracy (PAD)

Pasca penjualan Shin Corp yang memicu demonstrasi besar-besar pada

awal Februari 2006, berbagai kelompok kelas menengah kemudian membentuk

gerakan PAD atau juga disebut kelompok kaos kuning. PAD merupakan

gabungan dari berbagai kelompok masyarakat yang berupaya secara kolektif

untuk melawan pengaruh Thaksin Sinawatra dan sekutunya di Thailand. PAD

merupakan gerakan masyarakat kelas menengah dan perkotaan yang mempunyai

massa 100.000 orang lebih yang berbasis di Bangkok. PAD tergolong ke dalam

jenis gerakan sosial yang bersifat revolusioner. Kelompok ini ingin melengserkan

rezim Thaksin dan sekutunya di Thailand, menuntut pembubaran parlemen dan

segera diadakannya pemilihan umum.

Munculnya gerakan PAD merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap

pemerintahan Thaksin Sinawatra. Kelas menengah menganggap Thaksin telah

menyalahgunakan kekuasaannya seperti penjualan Shin Corp, privatisasi

Page 14: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

38

perusahaan negara, jaminan kesehatan universal, serta diskriminasi terhadap kaum

muslim di Thailand Selatan. Adanya sosok pemimpin seperti Sondhi Limthongkul

berperan vital dalam menyediakan pendanaan dan kampanye anti-Thaksin melalui

perusahaan media yang dimilikinya. Selain itu, gerakan PAD bisa terbentuk

karena didukung oleh sistem monarki konstitusional di Thailand yang cukup

demokratis dengan memberikan kebebasan menyuarakan pendapat atau aspirasi

bagi kelompok oposisi.

Pasca terbentuk, PAD melakukan serangkaian aksi protes seperti pada 11

Februari 2006 yang memperjuangkan aspirasi yang luas dari berbagai elemen

yang ada dalam masyarakat. Seperti para senator, politisi, pemimpin perusahaan

negara, pengacara, perwakilan media dan federasi mahasiswa yang turut serta

dalam aksi tersebut. Sondhi menginginkan supaya pihak kerajaan segera

melakukan intervensi untuk melengserkan Thaksin karena dianggap telah

menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, lari dari kewajiban

membayar pajak, dan penjualan aset nasional yang penting kepada pihak asing

yakni Shin Corp. PAD juga memprotes kebijakan perdagangan bebas yang

dianggap berakibat negatif, sensor pemerintah terhadap media, dan kekerasan

yang terjadi terhadap kaum muslim di Thailand Selatan. Pada 26 Februari 2006,

PAD melakukan demonstrasi yang melibatkan 5000 orang pekerja dari sejumlah

perusahaan negara yang bertempat di depan Monumen Demokrasi. Mereka

mengancam akan melakukan penyerangan untuk memaksa Thaksin turun dari

jabatannya (Pye dan Schaffar, 2008, hal.42-43).

Page 15: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

39

Pada 5 Maret 2006, PAD kembali melakukan demonstrasi yang bertempat

di Lapangan Sanam Luang di Bangkok yang melibatkan 15.000 massa dengan

terus menuntut pengunduran diri Thaksin Sinawatra. Sebanyak 1000 orang

diantaranya merupakan kelompok aliran Budha yang ekstrim dan terlarang di

Thailand serta ribuan lainnya merupakan gabungan dari berbagai organisasi yang

menentang sejumlah kebijakan pemerintahan Thaksin dari masalah perdagangan

bebas sampai pada kebijakan pendidikan. Setelah selesai berunjuk rasa, mereka

bergerak menuju Monumen Demokrasi yang berjarak satu kilometer dari

Lapangan Sanam Luang di Bangkok (ABC News, 2006).

Dari Monumen Demokrasi mereka kemudian melanjutkan aksinya menuju

gedung pemerintahan dan berhasil memasukinya. Juru bicara kepolisian yakni

Achirawait melakukan negosiasi kepada PAD agar tetap menjaga ketertiban dan

tidak merusak fasilitas atau bangunan yang berada di dalam area komplek

pemerintahan. Ia juga menghimbau agar demonstran tidak mengganggu jalur

lalulintas ibu kota untuk menghindari terjadinya kekacauan. Pemimpin PAD yakni

Sondhi Limthongkul menyerukan bahwa PAD akan tetap melanjutkan aksinya

sampai besok pagi dan akan bermalam di sana. Meski membuat suasana di

Bangkok menjadi agak tegang, unjuk rasa yang dilakukan PAD tetap berjalan

dengan damai (The Nation, 2006).

Pada 14 Maret 2006, PAD melakukan aksi protes dengan mengerahkan

100.000 massa untuk melakukan demonstrasi dari Lapangan Sanam Luang

kembali menuju gedung pemerintahan dan mendirikan tenda untuk bermalam di

sana. Keesokan harinya mereka kembali melakukan demonstrasi tetapi Thaksin

Page 16: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

40

memilih menolak bertemu dengan para pemimpin PAD demi menghindari resiko

terjadinya konflik secara langsung. Karena merasa kecewa, pada 29 Maret PAD

melakukan demonstrasi dengan menduduki salah satu pusat perbelanjaan dan

pariwisata yang penting di Bangkok yakni Siam Square selama dua hari. Selain

itu, PAD juga melancarkan aksinya ke pusat-pusat bisnis di Bangkok, Kedutaan

Besar Singapura, dan Kantor Komisi Pemilihan Umum Thailand. Unjuk rasa yang

mereka lakukan berjalan secara damai dan tidak terdapat aksi kekerasan meski

menimbulkan sedikit kegaduhan (Tejapira, 2006).

Untuk mengatasi aksi protes yang terus berlangsung, Thaksin kembali

menyelenggarakan pemilihan umum pada bulan April 2006 dengan tujuan untuk

mengembalikan legitimasinya dan menurunkan kisruh politik yang sedang

meningkat. Namun, massa PAD dan Partai Demokrat malah memboikot pemilu

tersebut dengan tidak bersedia mengikutinya. Selanjutnya, hasil dari pemilu April

2006 menunjukkan bahwa mayoritas rakyat di Thailand masih menginginkan

Thaksin untuk menjadi perdana menteri. Partai Thai Rak Thai mendapatkan 53

persen dari keseluruhan suara atau sekitar 16 juta suara, sedangkan ada sekitar 10

juta suara yang memilih abstain dan ada 4 juta suara yang tidak sah (Marshall,

2014, hal. 161-164).

Namun pada Mei 2006, Mahkamah Konstitusi kemudian mengeluarkan

keputusan untuk membatalkan hasil pemilu April. Pemerintahan Thaksin

dianggap telah melakukan korupsi, mementingkan kepentingan pribadi dan

mempengaruhi masyarakat untuk menentang kerajaan di Thailand dengan

menyelenggarakan pemilu pada April 2006. Pemerintahan yang terbentuk pasca

Page 17: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

41

pemilu itu juga dianggap kurang memiliki legitimasi penuh karena pemilihan

hanya diikuti oleh satu partai besar saja. Apalagi sejumlah partai kecil yang

mengikuti pemilu merupakan partai yang berkoalisi dengan TRT. Para calon

anggota legislatif juga kesulitan untuk meraih minimal 20 persen suara untuk bisa

menduduki kursi parlemen (Dressel, 2010, hal. 678-679).

Dengan adanya situasi politik yang tidak menentu dan cenderung semakin

memanas, akhirnya pada September 2006 pihak militer mengambil keputusan

untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Perdana Menteri Thaksin

Sinawatra. Pasca kudeta tersebut, pemerintahan di Thailand dipegang sementara

oleh Panglima Angkatan Darat Jenderal Shonti sampai dengan terpilihnya perdana

menteri yang baru. Kemudian, pada Oktober 2006 pihak militer mengangkat

mantan panglima angkatan darat yaitu Jenderal (Purn) Surayud Chulanont sebagai

perdana menteri sementara. Dengan lengsernya Thaksin dari kursi perdana

menteri membuat aksi protes dari PAD semakin menurun dan mereka kemudian

menghentikan aktifitasnya karena tujuan utamanya telah tercapai (Kompas, 2010).

2.3 Kembali Bangkitnya Gerakan People’s Alliance for Democracy (PAD)

Pada Tahun 2008

2.3.1 Pemerintahan Perdana Menteri Samak Sundaravej

Pada Desember 2007 pihak militer menyelenggarakan pemilu yang

berhasil dimenangkan oleh Samak Sundaravej dari People’s Power Party (PPP)

atau dalam bahasa Thailand disebut Palang Prachachon Phak. Hal itu membuat

kelompok PAD kembali bangkit pada 2008 karena menganggap bahwa Samak

hanyalah boneka dari Thaksin sebab partainya merupakan reinkarnasi dari Thai

Page 18: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

42

Rak Thai yang merupakan partainya Thaksin (Asian Correspondent, 2014).

Sebelumnya pada Mei 2007, Mahkamah Konstitusi membubarkan TRT karena

dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Pemilu dan

menjatuhkan larangan kepada Thaksin Sinawatra untuk terlibat dalam urusan

politik selama 5 tahun. Namun, para pendukungnya kemudian membentuk PPP

sebagai sarana untuk dapat mengikuti pemilu pada Desember 2007. Hasilnya, PPP

berhasil meraih 315 kursi dari total 480 kursi yang ada di parlemen dengan

mengalahkan pesaing terdekatnya yakni Partai Demokrat (Kunkunrat, 2012, hal.

93-94).

Dengan adanya Samak Sundaravej menjabat sebagai perdana menteri,

kemudian membuat Thaksin kembali pulang ke negaranya dari sejak 17 bulan

masa pengasingan di luar negeri pasca kudeta militer. Pada 28 Februari 2008,

Thaksin tiba di Bandara Internasional Suvarnabhumi dengan disambut oleh ribuan

pendukungnya. Ini merupakan pukulan telak bagi kelompok PAD yang

sebelumnya sudah berjuang keras melengserkan rezim Thaksin. Pada 25 Mei

2008, massa PAD melakukan demonstrasi dan berusaha untuk memasuki gedung

parlemen dan perdana menteri.

Hal itu merupakan awal dari 193 hari protes yang dilakukan kelompok

kaos kuning yang bertujuan untuk melumpuhkan jalannya pemerintahan Samak

Sundaravej. Sondhi dan kelompoknya juga menyerukan bahwa 70 persen dari

keseluruhan jumlah anggota parlemen harus dipilih melalui mekanisme

pengangkatan dan hanya 30 persen sisanya yang melalui pemilu. PAD

memprovokasi polisi dengan melakukan aksi perusakan terhadap fasilitas publik

Page 19: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

43

guna memancing reaksi pemerintah untuk menerapkan tindakan yang tegas.

Apabila itu terjadi tentu pihak militer akan kembali bisa turun tangan untuk

menyelesaikan krisis melalui kudeta seperti yang terjadi pada September 2006

lalu (Marshall, 2014, hal. 172- 176).

Akhirnya pada 26 Agustus 2008, ribuan massa PAD kemudian berhasil

masuk dan menduduki gedung pemerintahan untuk menjatuhkan Perdana Menteri

Samak dan menghalangi upayanya untuk mengamandemen konstitusi. Selama

kampanyenya pada pemilu terdahulu, Samak mendukung adanya amandemen

terhadap konstitusi dan bertekad akan merubahnya di tahun pertamanya ia

memerintah. Samak berencana merubah aturan yang mengatur tentang kudeta

militer dan tingkatannya serta menetapkan aturan yang menyangkut pembubaran

sebuah partai politik dengan berkaca pada peristiwa yang menimpa Thaksin dan

partainya pada waktu yang lalu.

PAD sangat menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan

pemerintahan yang mempunyai popularitas yang kuat dalam masyarakat sehingga

diperlukan sebuah strategi yang khusus. PAD kemudian mencanangkan program

yang dinamakan New Politics yang merupakan sebuah gagasan politik baru

dengan mempertanyakan kualitas pemerintahan yang dihasilkan dari sistem

demokrasi yang selama ini berlangsung di Thailand. Dalam hal ini terkait dengan

prosedur pemilihan anggota parlemen di Thailand yang harus dilakukan melalui

pelaksanaan pemilu. Sebagai sebuah gerakan yang revolusioner, PAD ingin

merubah mekanisme pemilihan anggota parlemen yang hanya 30 persen saja

dipilih melalui pemilu. Sementara sebanyak 70 persen harus diangkat oleh pihak

Page 20: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

44

kerajaan di Thailand. Melalui gagasan New Politics itulah membuat PAD

berupaya menduduki gedung pemerintahan demi melengserkan Samak Sundaravej

5(Connors, 2008, hal. 487-491).

Tidak puas dengan menduduki gedung pemerintahan, keesokan harinya

PAD melanjutkan aksinya dengan menduduki bandara dan jalur kereta api di

sejumlah daerah di Thailand. Sekitar 35 rute kereta api yang menghubungkan

Bangkok dengan sejumlah daerah lainnya seperti Phuket terpaksa dihentikan.

Pada 29 Agustus 2008, Massa PAD melakukan pendudukan terhadap Bandara

Internasional Phuket. Provinsi Phuket merupakan salah satu tempat wisata populer

yang ada di Thailand. Mereka masuk ke lokasi bandara dengan membawa kerikil

sebagai senjata dan menyebabkan setidaknya 16 rute penerbangan dihentikan atau

dialihkan (New York Times, 2008).

Pada pukul 4.45 sore, massa PAD yang berjumlah sekitar 10.000 orang

bergerak menuju pintu masuk utama di Bandara Internasional Phuket. Mereka

merusak jendela-jendela pada sejumlah terminal yang ada di kawasan bandara.

Sekitar 1000 orang demonstran bergerak menuju Gedung Direktur Bandara

Internasional Phuket yang terletak di sebelah utara dari tempat parkir utama.

Sebelumnya, massa PAD telah memblokir jalan-jalan masuk yang menuju ke

bandara dengan menggunakan kendaraan sehingga membuat lalulintas mengalami

kemacetan sepanjang lima kilometer. Massa juga telah mempersiapkan diri

5 Ide politik itu pernah diterapkan pada rezim pemerintahan militer di Thailand tahun 1980’an.Pada saat itu, adanya sistem pemilihan anggota legislatif yang diangkat telah menyebabkanParlemen menjadi diktator karena hanya mencerminkan dari kepentingan elit militer saja denganmengabaikan aspirasi rakyat secara umum.

Page 21: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

45

dengan membawa stok makanan dan minuman demi menunjang aksi mereka

(Tripadvisor, 2008).

Berbagai upaya yang dilakukan PAD tersebut tidak mampu diatasi oleh

pemerintah sehingga memaksa Perdana Menteri Samak untuk mengumumkan

keadaan darurat. Itu berarti tanggung jawab untuk menghentikan aksi para

demonstran yang selama ini diemban polisi akan digantikan oleh militer. Namun,

setelah dua minggu lebih pasca diumumkan keadaan darurat pun personil militer

tetap gagal untuk mengusir demonstran sehingga hal tersebut semakin

meningkatkan kekacauan politik yang terus berlangsung di negeri gajah putih

(Connors, 2008, hal. 488).

Dalam tekanan yang tinggi, Perdana Menteri Samak akhirnya dipaksa

mundur dari jabatannya. Kondisi itu juga didorong oleh keputusan Mahkamah

Konstitusi Thailand yang menyatakan bahwa Samak Sundaravej terbukti telah

melakukan sebuah perbuatan tercela dan harus mengundurkan diri dari

jabatannya. Samak dituduh telah melanggar Pasal 267 dari Konstitusi Thailand

yang melarang seorang perdana menteri untuk menerima penghasilan, bertugas,

memegang posisi, atau menjadi seorang karyawan pada suatu perusahaan atau

kelompok bisnis tertentu yang bertujuan mencari keuntungan. Samak dituduh

melakukan kerjasama dan telah menerima bayaran pada sebuah perusahaan

produksi yakni Face Media melalui acara masak-memasak. Sebenarnya Samak

telah terlibat kerjasama dengan Face Media dari sebelum menjadi perdana

menteri. Tetapi ia dituduh masih menerima bayaran meski telah dilantik sebagai

perdana menteri pada Februari 2008 lalu (Kunkunrat, 2012, hal. 94-95).

Page 22: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

46

2.3.2 Pemerintahan Perdana Menteri Somchai Wongsawat

Posisi Samak kemudian digantikan oleh Somchai Wongsawat setelah

Dewan Nasional Thailand menyelenggarakan pemilihan kursi perdana menteri.

Somchai juga merupakan politisi senior dari People’s Power Party yang

merupakan partainya Thaksin Sinawatra. Ketika Perdana Menteri Somchai

dijadwalkan akan menyampaikan pidato kenegaraannya di gedung parlemen pada

awal Oktober 2008, kelompok PAD kembali melakukan aksi protes dengan

meminta pihak militer untuk melakukan kudeta demi melengserkan Somchai.

Mereka menganggap Perdana Menteri Somchai juga merupakan boneka dari

Thaksin. Apalagi ia merupakan saudara ipar dari Thaksin sehingga kemungkinan

akan meneruskan pola kekuasaan keluarga besarnya.

Pada 6 Oktober, massa PAD melakukan aksi protes di gedung parlemen

dengan membentuk barikade, memasang kawat berduri, dan ranjau. Mereka

dipersenjatai dengan tongkat golf, gada, ketapel, dan balok besi sambil berkeliling

untuk memantau situasi. Pada 7 Oktober dini hari terjadilah kerusuhan antara

PAD dengan pihak kepolisian yang menggunakan gas air mata untuk

membubarkan aksi protes. Namun, massa PAD tidak mau mengalah dan bahkan

balik melawan dengan menggunakan bom bola pingpong, pelontar api serta

menggunakan kendaraan untuk menghancurkan barikade polisi. Puluhan orang

mengalami luka-luka termasuk beberapa diantaranya ada yang kehilangan anggota

badannya. PAD berhasil membuat persepsi publik terhadap Somchai menjadi

buruk dengan seolah-olah mencitrakan pemerintah sebagai kumpulan para

Page 23: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

47

diktator yang secara brutal menghancurkan demonstrasi yang berjalan secara

damai (Marshall, 2014, hal. 176-178).

Tidak puas dengan aksi protes di Gedung Pemerintahan, pada 25

November 2008, ribuan massa PAD kemudian melakukan pendudukan terhadap

Bandara Internasional Suvarnabhumi di Bangkok yang menyebabkan

penerbangan dari dan menuju Thailand menjadi terhenti. Para demonstran kaos

kuning berhasil menerobos barikade polisi dan memasuki semua terminal yang

ada di kawasan bandara. Otoritas bandara terpaksa menghentikan lalulintas

penerbangan dengan adanya serbuan dari massa PAD yang dipersenjatai balok

besi dan bom rakitan serta memenuhi hampir seluruh kawasan bandara. Otoritas

bandara akhirnya terpaksa mengalihkan penerbangan ke wilayah lain seperti

Phuket, Chiang Mai, dan bahkan ke negara tetangga seperti Singapura.

Demonstran PAD memblokir jalan yang menuju bandara dengan

membawa bendera Thailand dan foto dari Raja Bhumibol. Para penumpang

nampak bergegas menuju terminal keberangkatan dengan harapan pesawatnya

bisa segera berangkat di tengah serbuan massa kaos kuning. Namun, ada juga

penumpang yang memutuskan untuk berbalik meninggalkan bandara (The

Guardian, 2008). Massa PAD berhasil menguasai keseluruhan kawasan di bandara

sehingga memaksa 3000 lebih penumpang pesawat menjadi terlantar. PAD

menyerukan bahwa aksinya tersebut tidak akan berhenti sebelum Perdana Menteri

Somchai turun dari jabatannya. Aksi brutal tersebut merusak perekonomian

negara dan citra Thailand di mata internasional (BBC News, 2008).

Page 24: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

48

Tidak puas hanya menguasi Bandara Internasional Suvarnabhumi, pada 27

November 2008 massa PAD kemudian melakukan pendudukan terhadap Bandara

Don Muang yang juga berada di Bangkok. Bandara ini difungsikan untuk

penerbangan domestik dan menjadi kantor pemerintahan sementara bagi Perdana

Menteri Somchai dan kabinetnya pasca invasi PAD terhadap kantor pusat

pemerintahan tiga bulan lalu. Pemblokiran bandara ini merupakan upaya dari

PAD untuk menghentikan jalur penerbangan dari dan menuju ibu kota para

menteri kabinet yang ada dalam pemerintahan Somchai. Ditutupnya kedua

bandara di Bangkok menyebabkan berkurangnya pendapatan negara dari sektor

pariwisata sebab peristiwa ini terjadi saat musim puncak kedatangan wisatawan.

PAD menolak menghentikan aksi pendudukan terhadap kedua bandara itu

sebelum Somchai turun dari jabatannya tanpa syarat. Hal itu membuat lalulintas

udara di Bangkok benar-benar mengalami lumpuh secara total (The Guardian,

2008).

Setelah lebih dari seminggu menduduki dua bandara di Bangkok, massa

PAD akhirnya sepakat untuk mengakhiri aksinya pada 3 Desember 2008.

Kesepakatan itu tercapai setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk

membubarkan People’s Power Party (PPP) karena dianggap melakukan

kecurangan pada pemilu 2007.6 Keputusan tersebut juga memaksa Perdana

Menteri Somchai Wongsawat harus lengser dari jabatannya (BBC News, 2008).

Hal itu kemudian mendorong sebagian besar partai koalisi dari PPP dan bahkan

37 anggota parlemen dari PPP mengalihkan suaranya untuk mendukung pihak

6 Komisi Pemilihan Umum Thailand menemukan bahwa seorang politisi dari PPP yakni YongyutTiyapairat melakukan tindak penyuapan terhadap sejumlah pejabat di Provinsi Chiang Rai.Sumber: Kunkunrat, 2012, hal. 94

Page 25: BAB II Konflik Politik Domestik di Thailand - sinta.unud.ac.id II.pdf27 Program ini memberikan jaminan kepada masyarakat khususnya yang kurang mampu untuk berobat ke rumah sakit milik

49

oposisi yang dipimpin oleh Demokrat. Akhirnya, Abhisit Vejjajiva yang

merupakan ketua dari Partai Demokrat berhasil menduduki jabatan sebagai

perdana menteri yang baru pada Desember 2008 (Kunkunrat, 2012, hal. 96).