Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

21
UNSOED Jl. dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto 53122 Telp. 0281-642840; Email: [email protected] TUGAS TERSTRUKTUR (MAKALAH) : CERDAS DALAM BEROBAT KHUSUS MATA KULIAH : FARMASETIKA II Disusun oleh : Nisadiyah Faridatus Shahih NIM G1F012064 Dosen : Lingga Ikaditya, S.Farm., Apt. JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2013

description

dsjkfrhbgdnmbgdjkh

Transcript of Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

Page 1: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

UNSOED

Jl. dr. Soeparno Kampus Karangwangkal Purwokerto 53122

Telp. 0281-642840; Email: [email protected]

TUGAS TERSTRUKTUR (MAKALAH) :

CERDAS DALAM BEROBAT KHUSUS

MATA KULIAH :

FARMASETIKA II

Disusun oleh :

Nisadiyah Faridatus Shahih

NIM G1F012064

Dosen :

Lingga Ikaditya, S.Farm., Apt.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena

berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah bertema “Cara Pemakaian

Obat Khusus” dan berjudul “Cermat dalam Berobat Khusus”. Makalah ini

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika II.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat

untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita

semua.

Purwokerto, Maret 2013

Penyusun

Page 3: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR_________________________________________ i

DAFTAR ISI_________________________________________________ ii

BAB I PENDAHULUAN______________________________________ 1

A. Pengertian Obat_________________________________________ 1

B. Penggolongan Obat______________________________________ 1

C. Solutiones (Larutan)______________________________________ 4

BAB II PEMBAHASAN_______________________________________ 9

A. Sediaan Larutan Obat____________________________________ 9

B. Cara Penggunaan Obat Khusus_____________________________ 10

BAB III PENUTUP___________________________________________ 17

A. Kesimpulan____________________________________________ 17

B. Saran_________________________________________________ 17

DAFTAR PUSTAKA__________________________________________ 18

Page 4: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau

kelaian badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk

memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (termasuk

obat tradisional)

B. Penggolongan Obat

1. Menurut perundang-undangan, obat digolongkan sebagai berikut :

a. Obat Bebas

Merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran

berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas

umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa

analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat

dibeli bebas di Apotek, toko obat dan warung.

b. Obat Bebas Terbatas

Merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan

tepi lingkaran berwarna hitam. Obat ini juga dapat diperoleh tanpa

resep dokter diapotek dan toko obat. Obat-obat yang umumnya masuk

dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat-obat

antiseptik dan tetes mata untuk iritasi ringan. Pada kemasan obat

seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil

berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan

tulisan sebagai berikut :

P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

Page 5: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

c. Obat Keras

Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis,

aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek

berbahaya. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan

dengan resep dokter dan hanya bisa diperoleh di Apotek. Dalam

kemasannya ditandai dengan lingkaran merah dengan huruf K

ditengahnya. Contoh obat ini adalah amoksilin, asam mefenamat dan

semua obat dalam bentuk injeksi.

d. Obat Psikotropika

Bertanda sama seperti obat keras. Merupakan zat atau obat baik ilmiah atau

sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selekti pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktivitas mental dan prilaku, Ex : alprazolam, diazepam.

Mengenai obat-obat psikotropika ini diatur dalam UU RI Nomor 5

tahun 1997.

Psikotropika dibagi menjadi :

a. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk

ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk

pengobatan contohnya metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid

diathylamine (LSD) dan metamfetamin

b. Golongan II,III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan

sudah didaftarkan, contohnya diazepam, fenobarbital, lorazepam

dan klordiazepoksid.

e. Obat Narkotika

Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

Page 6: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan. (UU RI no. 22 th 1997 tentang Narkotika). Obat ini

pada kemasannya dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang

(+) berwarna merah.

Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat

golongan narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep

dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep). Dalam bidang

kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat

bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika

adalah : codipront (obat batuk), MST (analgetik) dan fentanil (obat

bius).

2. Menurut kegunaannya, obat digolongkan sebagai berikut :

- Untuk menyembuhkan (terapeutik)

- Untuk mencegah (profilaktik)

- Untuk diagnosis (diagnostic)

3. Menurut cara penggunaannya, obat digolongkan sebagai berikut :

- Medicamentum ad usum internum (untuk pemakaian dalam) yaitu

melalui oral, diberi etiket putih.

- Medicamentum ad usum externum (untuk pemakaian luar) yaitu selain

pemakaian melalui saluran pencernaan, diberi etiket biru.

4. Menurut cara kerjanya, obat digolongkan sebagai berikut :

- Lokal : bekerja pada jaringan setempat. Contoh : pemakaian topical/

pada kulit.

- Sistemik : obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui oral.

5. Menurut sumbernya, obat digolongkan sebagai berikut :

- Dari tumbuhan, misal : digitalis, kina

- Dari hewan, misal : minyak ikan, cera, adeps lanae

- Dari mineral, misal : iodikalii, paraffin, vaselin

- Dari sintetis, misal : kamfer sintetis, vitamin C

- Dari mikroba, misal : antibiotic penisilin

6. Menurut bentuk dan sediaannya, obat digolongkan sebagai berikut :

Page 7: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

- Bentuk padat : serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria.

- Bentuk setengah padat : salep, krim, pasta, gel, serata, ossulenta.

- Bentuk cair/ larutan : potio, sirup, eliksir, tetes mata, obat kumur,

injeksi, infuse, lotio, dll

- Bentuk gas : inhalasi, spray, aerosol

7. Menurut proses fisiologi dan biokimianya, obat digolongkan sebagai

berikut :

- Obat farmakodinamis, yang bekerja dengan mempercepat atau

memperlambat proses fisiologos atau fungsi biokimia tubuh, contoh L

hormone, diuretic, hipnotik, dan obat-obat otonom.

- Obat kemoterapetik, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam

tubuh, missal : antikanker, antibiotic, antiparasit.

- Obat diagnostic. Yaitu membantu melakukan diagnosis atau

pengenalan penyakit, misalnya sulfat untuk diagnosis pengakit saluran

lambung-usus.

C. Solutiones (Larutan)

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau kebih

dalam pekarut air suling kecuali dinyatakan kain, dinaksudkan untuk

digunakan sebagai obat dalam,obat luar atau untuk dinasukkan ke dalam

rongga tubuh. Untuk larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus

memenuhi syarat yang tetera pada injectiones.

Sesuai dengan penggunaan, larutan dibagi menjadi:

1. Larutan steril

Larutan steril meliputi

- larutan untuk penggunaan luar sebagai pengobatan luka atau kulit

terbuka.

- larutan iritasi kandungan kemih.

- larutan intraperitoneum.

Baik alat maupun larutannya disterilkan dalam wadah yang steril.

Page 8: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

2. Larutan tak steril

Larutan tidak steril meliputi:

- larutan obat dalam, baik larutan yang langsung diminum atau yang

harus diramu lebih dulu.

- larutan obat untuk kulit utuh.

- larutan hemosialisa.

Pada pembuatan larutan supaya dihindari sedapat mungkin adanya

kontaminasi oleh bakteri dan jasad renik yang lain.

3. Larutan antiseptika

Larutan antiseptik, mudah sekali dicemari oleh jasad renik yang telah

resisten. Oleh karena itu air yang digunakan harus air suling atau air yang

baru dididihkan, wadahnya harus betul betul bersih dan tidak

menggunakan tutup gabus. Larutan antiseptik tidak boleh digunakan lebih

dari satu mingu sejak tutup dibuka.larutan yang digunakan sebagai

antiseptikum untuk mata yang luka atau dimasukkan ke dalam rongga

tubuh harus disterilkan duklu. Larutan antiseptik yang steril di dalam

wadah tertutup mudah dibedakan dengan wadah untuk laeutan teansfusi

ternasuk larutan infusi. Pada etiket harus tertera : larutan steril, tidak

disuntikan.

Larutan oral

Adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau

lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang

larut dalam air atau campuran konsolven air.

Larutan oral yang mangandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi disebut

sirup

Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air disebut sirup simpleks (64%)

Selain sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti:

Page 9: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

sorbitol – gliserol digunakan sebagai penghambat terjadinya penghabluran,

untuk mengubah kelarutan , rasa dan sifat sifat lain zat pembawa.

Zat anti mikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.

Larutan oral lain yang tidak menandung gula , tetapi mengandung pemanis

buaran seperti sorbitol, aspartam, dan bahan pengental seperti gom selulosa

biasanya digunakan untuk pasien diabetes,

Larutan yang mengandung etanol sebagai kosolven disebut eliksir.

Larutan topikal

Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering kali mengandung

pelarut lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.

Lotio

Adalah sedian larutan atau suspensi yang digunakan secara topical.

Contohnya : lotio kumerfeldi

Larutan Otik

Adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan

pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar.

Misal : larutan otik neonisin dan polimisin B silfat.

Spirit

Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat mudah

menguap, umumnya berupa larutan tunggal atau campuran bahan. Spirit harus

disimpan dalam wadah yang tertutup rapat tidak tembus cahaya. Jika

pelarutnya air disebut air aromatik

Sirup

Adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau

tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.

Page 10: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat,

pembawanya bukan obatatau pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia,

sirup jeruk, dll

Sirup yang mengandungbahan obat terapetik atau sirup obat, misalnya:

antitusif, antihistamin.

Komponen sirup

Air, gula, sukrosa, pemanis buatan, pengawet anti mikroba, pembau,

penambah rasa misal minyak jeruk, vanili dan lain lain.

Contoh pengawet

Asam benzoat (0,1-0.2) %, Na benzoat (0.1-0.2) %, campuran metil,

propil dan butil paraben (total ± 0.1%)

Eliksir

Adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk

penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.

Dibanding dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang kental karena

mengandung kadar gula lebih rendah, sehingga kurang efektif dalam menutupi

rasa dan bau zat aktif.

Saturasi

Adalah solutio yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu

bikarbonat, yang didalamnya jenuh dengan CO2, biasanya digunakan sebagai

penyegar. Contoh: Potio Riveri.

Potiones

Adalah sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa

hingga dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam golume besar, umumnya

50 ml.

Collyria

Page 11: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan

digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan

pengawet. Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang

tertutup kedap.

Gargarisma

Adalah sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan

diencerkan dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan

dan tujuan penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung

mengenai selaput lendir yang ada di dalam tenggorokan dan bukan sebagai

pelindung selaput lendir maka tidak digunakan bentuk suspensi dan baha b

berlendir tidak cocok sebagai obat kumur. Dalam tiket harus tertera :

hanya untuk kumur, jangan ditelan. Sebelum digunakan diencerkan.

Kerugian bentuk larutan:

Volume bentuk larutan lebih besar

Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

Ada obat yang sukar diyuyupi rasa dan baunya dalam larutan

Page 12: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sediaan Larutan Obat

Dalam bab pendahuluan telah diuraikan bahwa obat berdasarkan

penggolongannya dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis. Berikut, akan

diuraikan lebih rinci tentang macam-macam sediaan larutan obat. Sebagai

berikut:

a. Larutan untuk mata

1. Collyrium (obat cuci mata) : larutan steril dan jernih yang digunakan

untuk mencuci mata.

2. Guttae Ophtalmicae (obat tetes mata) : sediaan steril, berupa larutan

jernih atau suspensi, bebas partikel asing, digunakan untuk mata

dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar

kelopak mata dan bola mata.

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan

salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari

bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat

serta memenuhi syarat uji sterilitas.

b. Larutan untuk telinga

Solutio otic/guttae Auriculares (obat tetes telinga) : Larutan yang

mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi,

untuk penggunaan telinga luar.

c. Larutan untuk hidung

1. Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung) : obat tetes yang

digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung.

2. Collunarium (obat cuci hidung) : larutan yang digunakan untuk obat

cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk

membersihkan rongga hidung.

Page 13: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

d. Larutan untuk mulut

1. Gargarisma/gargle (obat kumur) Penyimpanan : Dalam wadah botol

berwarna susu atau wadah lain yang cocok.

2. Litus oris (obat oles bibir) : cairan agak kental yang pemakaiannya

disapukan pada mulut

3. Collutorium

e. Larutan untuk parenteral/ injeksi

f. Larutan untuk anus/ rektal

Lavement/Clysma/Enema : Cairan yang pemakaiannya melalui rektum dan

kolon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi

setempat atau sistemik.

g. Larutan untuk vagina

Dauche : Larutan air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina,

baik untuk pengobatan maupun pembersihan. Larutan ini mengandung

bahan obat atau antiseptik. Biasanya dalam bentuk larutan kental yang

harus diencerkan sebelum digunakan.

h. Larutan oral

1. Potio (obat minum) : larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian

dalam (per oral).

2. Elixir : larutan oral dimana sebagai pelarut utama adalah etanol yang

dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat

ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol untuk mengurangi

jumlah etanol yang diperlukan.

3. Sirop : Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang

berkadar tinggi. Kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa tidak

kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.

B. Cara Penggunaan Obat Khusus

a. Tetes mata

Mata merah atau iritasi ringan hingga mata belekan membuat seseorang

segera mencari obat tetes mata, entah itu harus beli du;u atau memang

sudah tersedia di rumah. Cara penggunanaan tetes mata itu juga tidak

sembarangan. Berikut penggunaan tetes mata yang benar.

Page 14: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk

mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.

Untuk glaucoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera

pada kemasan harus diikuti dengan benar.

1. Cuci tangan,

2. Kepala ditengadahkan dengan jari telunjuk,

3. Kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka

kantung konjungtiva,

4. Obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata ditutup

selama 1-2 menit jangan mengedip,

5. Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit,

6. Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar

pada tangan

Setelah kemasan tetes mata dibuka, simpanlah sesuai petunjuk yang

ada. Jika obat disimpan dengan benar, obat masih dapat dipakai hingga

satu bulan kedepan. Tanggal kadaluarsa obat tidak berlaku lagi setelah

kemasan dibuka karena kemungkinan sudah terkontaminasi dengan

bakteri dan lain-lain.

b. Salep mata

Selain tetes mata, ada bentuk sediaan lain yang juga dapat dipakai local

pada mata, yaitu salep mata. Salep mata ini agak berbeda cara

penggunaannya dengan salep-salep lainnya yang sering digunakan pada

bagian kulit. Penggunaan salep mata yang dilakukan secara khusus,

bertujuan agar obat tetap steril ketika digunakan pada mata.

Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata)

Page 15: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

1. Cuci tangan,

2. Kepala ditengadahkan dengan jari telunjuk,

3. Kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka

kantung konjungtiva,

4. Tube salep mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung

konjungtiva,

5. Tutup mata selama 1-2 menit,

6. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah.

7. Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar

pada tangan.

Setelah digunakan , ujung kemasan salep diusap dengan tissue bersih

(jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep ditutup rapat.

c. Tetes telinga

Petunjuk pemakaian obat tetes telinga :

Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga

Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga

Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud

Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih dahulu

1. Penderita berbaring miring dengan telingan yang akan dietetsi

obat menghadap ke atas.

2. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi

maka bagi penderita dewasa ditarik ke atas dank e belakang,

Page 16: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

sedangkan bagi anak-anak telingan ditarik ke bawah dank e

belakang.

3. Obat diteteskan dan biarkan selama 5 menit

Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.

d. Tetes hidung

Petunjuk pemakaian obat tetes hidung :

1. Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan

ibat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau penderita cukup

berbaring saja.

2. Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama

beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung

3. Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan di antara

dua paha

Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan

keringkan dengan tissue bersih

e. Inhalasi

Pemakaian inhaler aerosol.

1. Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen,

2. lalu tutupnya dibuka, inhaler dipegang tegak,

3. kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan

4. mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir,

5. lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran.

6. Pada waktu yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan

obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya

dan tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam

hati.

Page 17: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

7. Prosedur ini dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit

kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter.

Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara (spacer).

1. Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka tutupnya,

2. kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang

antara kedua bibir,

3. lalu kedua bibir dikatupkan,

4. pastikan tidak ada kebocoran

5. tangan kiri memegang spacer, dan tangan kanan memegang

kanester inhaler

6. tekan kanester sehingga obat akan masuk ke dalam spacer,

7. kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak,

lalu keluarkan napas lagi.

8. Hal ini bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup

habis.

Pemakaian diskhaler.

1. Lepaskan tutup pelindung diskhaler,

2. pegang kedua sudut tajam,

3. tarik sampai tombol terlihat dan tekan kedua tombol

4. keluarkan talam bersamaan rodanya

5. letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan

bagian mulut

6. masukan talam kembali,

7. letakan mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan

tutup kembali

8. keluarkan napas, masukan diskhaler dan rapatkan bibir,

9. jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat

dan dalam,

10. kemudian tahan napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan.

11. putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar dan

masukan kembali.

Page 18: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

Pemakaian rotahaler.

1. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain

memutar badan rotahaler sampai terbuka

2. masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam

lubang persegi sehingga puncak rotacaps berada pada

permukaan lubang

3. pegang permukaan rotahaler secara horizontal dengan titik putih

di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai

maksimal untuk membuka rotacaps

4. keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler,

5. masukan rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak

ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang

6. hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama

mungkin

7. lalu keluarkan rotahaler dari mulut, sambil keluarkan napas

secara perlahan-lahan.

Pemakaian turbohaler.

1. Putar dan lepas penutup turbohaler

2. pegang turbohaler dengan tangan kiri dan menghadap atas lalu

dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan

sejauh mungkin kemudian putar kembali keposisi semula sampai

terdengar suara klik

3. hembuskan napas maksimal di luar turbohaler

4. letakkan mouth piece di antara gigi,

5. rapatkan kedua bibir sehingga tidak ada kebocoran di

sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat

dan sedalam mungkin

6. sebelum menghembuskan napas, keluarkan turbohaler dari

mulut.

7. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi tahapan 2 – 5

(tanda panah) dengan selang waktu 1 – 2 menit – pasang

kembali tutupnya.

Page 19: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

f. Larutan untuk rektal

Cara penggunaan krim/salep rektal :

Tanpa aplikator

1. Bersihkan dan keringkan daerah rektal,

2. Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rectal

3. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan

Dengan menggunakan aplikator

1. Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep yang sudah

dibuka.

2. Masukkan kedalam rectum

3. Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar.

4. Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan sabun.

5. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

g. Larutan untuk vaginal

Cara penggunaan sediaan ovula dengan menggunakan aplikator :

1. Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air hangat,

sebelum digunakan

2. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan

3. Ambil obat vagina dengan menggunakan aplikator

4. Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa

dipaksakan

5. Biarkan selama beberapa waktu

6. Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat

setelah digunakan.

Page 20: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa obat memiliki cara

pemakaian yang khusus. Pasien diharapkan mengikuti prosedur yang telah

diberikan untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan dalam berobat. Selain itu,

berpikir cermat dalam memilih obat khusus adalah sikap yang bijak ketika sakit.

Karena tidak semua obat dengan merk yang berbeda memiliki khasiat yang sama.

B. Saran

Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Page 21: Makalah Farmasetika II Cermat Dalam Berobat Khusus

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. www.hidupkusehat.com. Sudahkah Kamu Tahu Cara

Menggunakan Salep Mata dengan Benar?. Diakses tanggal 13 Maret 2013.

Anonim. www.hidupkusehat.com. Menggunakan Tetes Mata dengan

Benar. Diakses tanggal 13 Maret 2013.

Anonim. www.hidupkusehat.com. Sudahkah Kamu Tahu Cara

Menggunakan Tetes Telinga dengan Benar?. Diakses tanggal 13 Maret 2013.

Anonim. www.hidupkusehat.com. Bagaimana Cara Menggunakan Tetes

Hidung. Diakses tanggal 13 Maret 2013.