BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

31
BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1. Konsep Budaya Literasi Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau keberaksaraan. Literacy merupakan kemampuan menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan kehidupan di luar sekolah. Istilah literasi visual (visual literacy) ini pertama sekali digunakan oleh seorang penulis bernama John Debes (1968).Kirsch dan Jungeblut dalam bukunya Literacy: Profile of America’s Young Adults menyebutkan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas. Budaya literasi merupakan cerminan suatunegara. Budaya literasi dapat menjadi salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di negara tersebut. Kebiasaan berliterasi sejak dini akan memberikan pengaruh terhadap seseorang baik saat ini maupun yang akan datang. Dewasa ini konsep literasi memiliki arti yang luas, literasi tidak lagi bermakna tunggal melainkan sudah memiliki beragam arti. Seperti misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Page 1: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

BAB II

KEADAAN BUDAYA LITERASI

DI DESA PERCUT

2.1. Konsep Budaya Literasi

Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau

keberaksaraan. Literacy merupakan kemampuan menggunakan membaca dan

menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan

kehidupan di luar sekolah. Istilah literasi visual (visual literacy) ini pertama sekali

digunakan oleh seorang penulis bernama John Debes (1968).Kirsch dan Jungeblut

dalam bukunya Literacy: Profile of America’s Young Adults menyebutkan literasi

kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi

tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan

manfaat bagi masyarakat luas.

Budaya literasi merupakan cerminan suatunegara. Budaya literasi dapat

menjadi salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya kualitas sumber

daya manusia (SDM) di negara tersebut. Kebiasaan berliterasi sejak dini akan

memberikan pengaruh terhadap seseorang baik saat ini maupun yang akan datang.

Dewasa ini konsep literasi memiliki arti yang luas, literasi tidak lagi bermakna

tunggal melainkan sudah memiliki beragam arti. Seperti misalnya literasi

komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi

(technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi

(information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Di kelompok masyarakat pesisir percut kata literasi masih menjadi kata

asing yang belum pernah mereka dengar. Hanya sebagian saja yang paham apa itu

literasi. Literasi secara sederhana mereka artikan sebagai kegiatan membaca dan

menulis. Menurut mereka apabila ingin bisa menulis maka harus bisa membaca.

Dari wawancara-wawancara yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa membaca

adalah untuk memperoleh pengetahuan, membaca sebagai ibadah, dan membaca

untuk mengisi waktu luang.

2.1.1. Membaca Untuk Memperoleh Pengetahuan

Membaca untuk memperoleh pengetahuan disampaikan oleh Ely (24

tahun) yang merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Membaca untuk memperoleh pegetahuan dalam pandangan Ely adalah ketika

membaca akan menemukan pengetahuan baru yang bisa mereka dapat dari bahan

bacaan yang mereka baca tersebut. Pengetahuan bisa meliputi pengetahuan umum,

pengetahuan agama dan informasi terkini.

“Dengan membaca kita bisa memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan buku yang kita baca. Bisa buku agama, buku-buku umum, dan wacana yang sedang berkembang saat ini. Informasi tentang cara masak juga saya dapat dari membaca majalah. (Ely, 24 tahun)”

Seperti halnya Elly, Maulidayani (20, Tahun) yang merupakan seorang

mahasiswa di Universitas Negeri Medan (UNIMED) mengatakan bahwa

membaca itu sebagai cara untuk memperoleh wawasan yang lebih luas. Istilah

buku sebagai jendela dunia benar-benar dia rasakan ketika dia sedang membaca

buku.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

“Pendidikan sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Dari pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan membaca wawasan kita lebih luas. Membaca membuat saya lebih percaya diri saat berbicara formal dengan orang lain. Dari membaca saya bisa menggali informasi banyak yang tersebar di dunia dan saya merasa denganmembaca bisa mengenal dunia lebih luas” (Maulidayani, 20 Tahun).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Willy (23, Tahun). Willy

merupakan seorang mahasiswa Psikologi di Universitas Medan Area. Willy

mengatakan bahwa keberaksaraan sangat penting di jaman seperti sekarang.

Semua orang berkompetisi untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan anak-

anak pesisir harusnya tidak kalah dengan anak-anak di Kota dalam berkompetisi.

Untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik anak-anak harus menempuh pendidikan yang tinggi. Anak-anak pesisir tidak boleh kalah berkompetisi, maka dari itu harus sekolah dan mampu membaca. Semua anak di Indonesia berhak mengikuti pendidikan yang tinggi sesuai yang ada di dalam undang-undang negara kita” (Willy, 23 tahun)

Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca

merupakan cara seseorang untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.

Membaca dapat menambah kemampuan seseorang dalam berbicara dan

beradaptasi. Dengan membaca dapat meningkatkan kecerdasan verbal9 dan

linguistik10 seseorang karena membaca memperkaya kosakata11

Definisi ini sesuai dengan pendapat Sudarso (1996: 4), membaca adalah

tidak hanya sekedar membunyikan lambang-lambang bunyi bahasa yang tertulis.

Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang mengarahkan sejumlah besar

tindakan yang berbeda- beda. Membaca bisa mempengaruhi kemampuan berpikir

. Dengan literasi

juga maka seseorang akan memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak.

9 Secara lisan (bukan tulisan) 10 Ilmu tentang bahasa 11 Perbendaharaan kata

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

seseorang untuk mendapatkan gagasan yang inovatif dan solusi kreatif serta bisa

membuat seseorang mampu berkomunikasi dengan baik melalui tutur kata yang

sopan dan akurat dan juga memiliki wawasan yang luas tentang apa yang akan

disampaikannya.

2.1.2. Membaca Untuk Ibadah

Ibadah secara etimologi adalah perbuatan menyembah atau menghamba

dengan penuh kecintaan. Ibadah dalam agama islam adalah perbuatan untuk

menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya

dan menjauhi larangan-Nya. Dalam agama islam perintah beribadah difirmankan

Allah di dalam Al-Quran yang berbunyi “Tidak aku ciptakan jin dan manusia

kecuali untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz. Dzariyat;56). Artinya beribadah

menjadi kewajiban yang harus ditegakkan seseorang yang mempercayai agama

islam dan adanya Allah.

Menurut Abdullah At Tuwaijry (2007) ibadah digunakan hambanya untuk

2 hal yaitu,

a) Menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT

denganmelakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya karenarasa cinta dan mengagungkan-Nya.

b) Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang

dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan

perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat,

cinta, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Dalam konteks agama islam menurut Edi Suresman, ibadah mempunyai 3

fungsi utama yaitu,

1. Sebagai bentuk realisasi bagi manusia yang diberi tanggung jawab oleh

Allah menjadi khalifah dan hamba Allah di muka bumi.

2. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas komunikasi vertikal

dengan Sang Khaliq.

3. Meningkatkan derajat manusia di mata Allah.

Ibadah dalam pandangan masyarakat di Desa Percut memiliki artian

sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah yang sudah memberi limpahan rezeki.

Ibadah diartikan sebagai cara bersyukur seorang hamba terhadap Tuhannya. Sama

seperti umat muslim lainnya, umat muslim di Desa Percut juga melaksanakan

ibadah rutin shalat, mengaji, berpuasa, zakat, dan haji. Dari ibadah-ibadah yang

dilakukan masyarakat di Percut, ibadah yang berkaitan dengan literasi menurut

mereka adalah Shalat dan membaca Al-Quran.

Shalat adalah bentuk ibadah yang rutin dilakukan oleh umat muslim setiap

harinya. Shalat sebagai rukun islam yang kedua merupakan suatu kewajiban yang

harus dilakukan seseorang pemeluk agama islam. Shalat dalam pengetahuan saya

adalah cara berkomunikasi dengan Allah melalui bacaan-bacaan serta gerakan.

Saat penelitian ini dilakukan peneliti ikut bersama masyakarat dalam

menjalankan shalat. Shalat dilaksanakan secara berjamaah di mesjid yang ada di

dusun 18 (delapan belas). Selama peneliti di sana, mesjid selalu dipenuhi oleh

warga yang melakukan shalat berjamaah. Pada siang hari yang merupakan jam

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

kerja, yaitu shalat dzuhur dan ashar mesjid juga selalu penuh. Mesjid umumnya

diisi oleh laki-laki baik yang masih anak-anak hingga yang sudah tua. Saya

melihat agama begitu melekat dengan keseharian masyarakat di Desa ini. Menurut

salah seorang informan dalam penelitian ini, agama memang sangat melekat

dalam kehidupan masyarakat suku melayu. Menurutnya anak-anak sejak kecil

sudah diajarkan shalat, membaca al-quran dan belajar agama.

“Sejak kecil anak-anak sudah diajarkan shalat, agama, dan

mengaji. Jadi wajar aja kalau di sini mesjid penuh terus apalagi

kalau bulan puasa gini” (Rojai, 29 Tahun).

Rojai yang berprofesi sebagai guru mengaji di Madrasah Diniyah

Awaliyah Persil ini mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama yang harus

ditegakkan. Agama semakin kokoh apabila shalat tetap dilaksanakan oleh umat

muslim. Selama umat muslim masih ada di dunia, adzan tidak akan pernah

terputus di dunia ini menurutnya.

Konsep literasi dalam pandangan mereka adalah termasuk dalam

menghafal bacaan-bacaan dalam shalat. Bacaan-bacaan shalat yang mereka baca

pada saat shalat tersebut mengartikan bahwa mereka sudah berliterasi. Bacaan-

bacaan ini yang mereka anggap membawa pahala dan merupakan suatu ibadah.

Membaca Al-Quran merupakan bentuk ibadah yang pertama kali

diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad untuk umatnya. Perintah

membaca diturunkan oleh Allah lalu dituliskan di dalam Al-Quran surat Al-Alaq

ayat 1 sampai 5 yang berbunyi,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”

Membaca Al-Quran merupakan amalan yang sangat mulia seperti amalan

shalat. Dalam Al-Quran terkandung pengetahuan-pengetahuan duniawi maupun

agamawi yang tersembunyi. Pengetahuan akan didapatkan seseorang apabila

mampu membaca dan menafsirkan Al-Quran secara benar.

Seperti halnya shalat, membaca Al-Quran menjadi ibadah yang wajib

dilakukan oleh masyarakat di percut yang beragama islam. Membaca Al-Quran

biasanya mereka lakukan setiap sebelum shalat dan setelah shalat. Membaca Al-

Quran ini dilakukan baik di mesjid, rumah, atau tempat pengajian. Mengaji atau

membaca Al-Quran rutin dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa di

percut. Mengaji menurut pandangan mereka merupakan bentuk dari literasi,

karena ada yang dibaca dan ada yang dipahami. Mengaji Al-Quran juga berliterasi

dikarenakan umat muslim juga harus menafsirkan isi dalam Al-Quran tersebut.

Pada saat penelitian ini dilakukan, saya selalu melihat Bang Jai mengaji

pada saat selesai subuh. Dia mengatakan untuk selalu menyempatkan membaca

Al-quran setiap subuh untuk mengirim doa ke orang tua dia yang memang sudah

lama meninggal.

Membaca al-quran menurutnya salah satu cara dia membalas budi kepada

orangtuanya. Balas budi yang belum sempat dia berikan semasa orang tuanya

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

masih hidup diganti dengan mengirim doa selalu dengan membaca ayat-ayat Al-

quran. Dia sebagai seorang guru mengaji harus tetap mengasah kemampuan

membacanya. Dia tidak mau mengajarkan kesalahan-kesalahan yang tidak

disengaja, apalagi yang diajarkan adalah ilmu agama.

Guru mengaji punya tanggungjawab di akhirat karena yang diajarkan agama. Kalau salah mengajarkan akan terus salah sampai akhirat. Jadi aku setiap hari harus mengaji biar gak salah-salah (Jai, 29 tahun).”

Siang ini saya ikut ke tempat dia mengajar mengaji. Di sana dia terlihat

lebih tua karena anak didiknya memanggil bapak. Bang jai terlihat canggung saat

mengajar, mungkin karena ada saya. di tempat mengaji suasana terlihat antusias,

anak-anak mengaji dengan lantang tapi tak sedikit juga mereka sambil mengobrol

dengan teman-temannya. Mengaji di sini hanya sampai menjelang sholat ashar

saja

Selain mengaji Al-Quran, masyarakat juga mengaji bahan-bahan bacaan

lain seperti buku aqidah, fiqih, dan yang berkaitan dengan agama. Membaca

bahan-bahan agama ini mereka anggap sebagai ibadah yang dapat menambah

pengetahuan mereka tentang agama. Saat penelitian ini dilakukan, memang bahan

bacaan yang dimiliki masyarakat adalah AL-Quran dan buku-buku fiqih.

2.1.3. Membaca Sebagai Hiburan

Hiburan merupakan segala sesuatu berupa hal-hal menarik yang bisa

berbentuk kata-kata, games, tempat dan lainnya yang dapat membantu seseorang

mengembalikan semangatnya saat dilanda kesedihan atau kegalauan. Hiburan

yang umum adalah berupa film, opera, seni drama, permainan, olahraga, bahkan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

berwisata. Menghibur diri biasanya dilakukan saat seseorang sedang sedih, galau,

dan sendirian.

Membaca dapat dikatakan sebagai hiburan seseorang saat sedang sendiri

dan memiliki waktu luang. Hasil wawancara saya dengan Zainuddin (27, Tahun)

menyimpulkan bahwa membaca di waktu luang menurutnya sebagai cara untuk

menghibur diri. Membaca majalah yang penuh dengan gambar menghilangkan

rasa jenuh kalau tidak sedang bekerja menurutnya.

“Aku baca kalau tiada ulah untuk mengisi waktu kosong pas

gak melaut atau di mesjid. Itupun yang kubaca buku-buku

majalah kalau di mesjid buku fiqih dan buku-buku agama aja”

Zainuddin (27, Tahun)

Dari kutipan wawancara di atas dapat diartikan bahwa membaca bukan

hanya untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dari bahan bacaan yang

dibaca melainkan sebagai cara seseorang untuk mengisi waktu luang atau pada

saat tidak bekerja.

2.2 Kepemilikan Bahan Bacaan pada Masyarakat Desa Percut

2.2.1 Bahan Bacaan Agama

Buku agama adalah buku yang berisi tentang kepercayaan dan praktik

yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Buku-buku ini berisi muatan yang

mengatur tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buku-buku

agama untuk di daerah pedesaan seperti pesisir Percut lebih banyak dimiliki

daripada buku-buku lain seperti buku ilmiah atau buku-buku umum.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Pesisir Percut yang mayoritas bersuku melayu adalah beragama islam.

Kebudayaan Melayu yang memeluk agama islam secara garis besar

tidak pernah bisa dilepaskan dari sejarah pengaruh Islam di semenanjung

Sumatra dan Malaysia di masa lampau. Hingga saat ini, hampir semua masyarakat

yang bersuku melayu adalah beragama islam.

Ketika kita berkunjung ke rumah warga di Percut maka bahan bacaanyang

bisa kita temukan adalah Al-Quran, buku Yasin dan sejenisnya. Saat peneliti

mengunjungi dan melakukan wawancara dengan pemilik rumah maka mereka

menjawab hanya ada Al-Quran dan buku Yasin saja.

“Kalau Al-Quran semua rumah di sini pasti punya. DanSelesai shalat aku memang baca Al-Quran. Baca Al-Quran ini sekalian kirim doa untuk orang tua aku yang udah meninggal. Kalau pun baca buku, ya buku-buku fadillah aja yang aku baca karna itu yang aku suka”. (Roja’i, 29 Tahun).

Dari kutipan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa literasi agama

lebih dominan di Desa Percut. Kesadaran masyarakat untuk membaca bahan

bacaan ilmiah atau bahan bacaan umum yang dapat memperkaya wawasan masih

rendah. Menurut Roja’i buku-buku ilmiah hanya bisa didapatkan di sekolah atau

taman baca saja. Ketersediaan bahan bacaan lain seperti koran dan majalah juga

sangat sedikit jumlahnya. Selama peneliti di lapangan dan melakukan observasi

tidak ada kios atau warung yang menjual koran atau majalah. Kebanyakan hanya

menjual buku tulis dan beberapa saja yang menjual Teka Teki Silang (TTS).

Kepemilikan bahan bacaan yang masih sedikit ini tentu tidak sebanding dengan

kebutuhan membaca masyarakat pada saat ini yang semakin kompetitif.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

2.3. Sarana Baca

2.3.1. Perpustakaan Sekolah

Menurut Sutarno NS (2006 : 11) Perpustakaan adalah suatu ruangan,

bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung tersendiri, yang berisi buku-buku

koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari

dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. Perpustakaan sekolah

adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk

menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah serta memberi pelayanan kepada murid dan guru dalam

proses belajar mengajar (Soeatminah, 1992 : 37).

Perpustakaan sekolah menjadi bagian yang sangat penting dalam proses

pendidikan kepada peserta didik. Untuk pengembangan literasi, proses

pengajaran, proses pembelajaran dan membentuk budaya membaca kepada

peserta didik, perpustakaan sekolah harus berjalan dengan optimal dan sesuai

fungsinya. Perpustakaan menurut Darmono (2007) memiliki fungsi sebagai:

1. Fungsi Informatif

Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai informasi yang

meliputi bahan tercetak, maupun elektronik agar pemustaka dapat :

a. Memperoleh ide dari buku yang ditulis oleh para ahli berbagai

bidang ilmu.

b. Memilih informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhannya.

c. Memiliki kesempatan untuk memdapatkan berbagai informasi yang

dibutuhkan di perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

d. Memperoleh informasi yang disediakan di perpustakaan untuk

mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat.

2. Fungsi Pendidikan

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan

tercetak maupun elektronik sebagai sarana untuk menerapkan tujuan

pendidikan. Manfaat yang diperoleh dari fungsi pendidikan adalah :

a. Pemustaka mendapat kesempatan mendidik diri sendiri secara

berkesinambungan.

b. Pemustaka dapat membangkitkan dan mengembangkan minat yang

telah dimiliki dengan mempertinggi kreatifitas dan kegiatan

intelektual.

c. Pemustaka dapat mempercepat penguasaan dalam bidang

pengetahuan dan teknologi baru.

3. Fungsi kebudayaan

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan

tercetak dan elektronik yang dimanfaatkan pemustaka untuk:

a. Meningkatakan taraf hidup secara individual maupun kelompok.

b. Membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan.

c. Mengembangkan sikap untuk menunjang kehidupan antar budaya

yang harmonis.

d. Menumbuhkan budaya baca sebagai bekal penguasaan alih

teknologi.

4. Fungsi Rekreasi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi

koleksi tercetak maupun elektronik untuk:

a. Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani.

b. Mengembang minat rekreasi pemustaka melalui berbagai bacaan

dan pemanfaatan waktu senggang.

c. Menunjang berbagi kegiatan kreatif serta hibuaran yang positif.

5. Fungsi Penelitian

Perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk menunjang

penelitian. Informasi meliputi berbagai jenis dan bentuk informasi

sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan memiliki fungsi deposit yaitu menyimpan dan

melestarikan bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah.

Di Percut sekolah Al-Washliyah memiliki perpustakaan namun kondisinya

sangat memprihatinkan. Tidak adanya petugas perpustakaan yang menjaga serta

bahan bacaan yang kurang bisa dikategorikan bahwa kesadaran masyarakat akan

keberaksaraan masih rendah. Belum lagi tempatnya yang tidak layak untuk

menjadi sarana membaca siswa. Di perpustakaan ini bisa kita lihat karung semen

bertumpuk serta bangku-bangku patah yang diletakkan di sudut-sudut

perpustakaan. Perpustakaan ini layaknya seperti tempat penyimpanan barang-

barang yang sudah tidak terpakai. Kain jendela dan kain pintu terlihat kotor dan

tidak terurus. Ruangan perpustakaan berukuran 3 m x 3 m bisa dipastikan tidak

pernah dikunjungi siswa. Buku-buku berserakan di rak dan lemari-lembari buku

menunjukkan bahwa perpustakaan ini tidak terurus.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Gambar di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana baca yang tidak layak

serta tidak adanya aktivitas di perpustkaan ini menambah daftar temuan literasi

yang belum berkembang.

2.3.2. Taman Bacaan Masyarakat Rumah Baca Bakau

Taman bacaan masyarakat merupakan salah satu bentuk pendidikan

berbasis masyarakat. Taman bacaan masyarakat diartikan sebagai sebuah wadah

yang bergerak dalam bidang pendidikan yang mempunyai tujuan memberikan

akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat dalam rangka mendorong dan

menumbuhkembangkan masyarakat gemar membaca dan menulis.

Taman bacaan masyarakat yang terdapat di Desa Percut adalah taman

bacaan masyarakat Rumah Baca Bakau (RBB). Letaknya berada di pesisir pantai

Foto 2: Lemari buku di Perpustakaan sekolah Al-Washliayh, Percut

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

timur sumatera utara tepatnya di Dusun 18 Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan,

Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Baca Bakau merupakan

sebuah inisiatif dari seorang aktivis sosial Bapak Ismail, S.Hut, MA untuk

mengabdi dan berbagi kepada anak-anak nelayan di pesisir pantai timur Sumatera

Utara. Berdiri sejak awal tahun 2012 dan mulai beroperasi secara resmi pada

tanggal 8 Juli 2012. Rumah Baca Bakau kini sudah menjadi taman bacaan

masyarakat yang terkenal dan banyak diketahui orang. Rumah baca bakau

menyediakan akses layanan bahan bacaan, pendidikan untuk anak-anak pesisir,

serta menjadi pusat informasi lingkungan yang menyediakan berbagai informasi

dan pengetahuan. Rumah Baca Bakau secara garis besar adalah wahana untuk

belajar, bermain dan berbagi untuk anak-anak serta masyarakat pesisir di desa

Percut Sei Tuan.

Rumah Baca Bakau diibaratkan sebagai perahu nelayan yang ingin

mengarungi lautan guna menuju samudera pengetahuan yang lebih luas. Di rumah

baca ini, anak-anak saling menyelami dan memaknai kata “BACA” yang berarti

belajar tiada henti. Saat wawasan dan pengetahuan mengiringi pertumbuhan

kehidupan anak-anak nelayan di pesisir Percut, maka akan melahirkan generasi-

generasi yang cerdas dan berani meraih mimpi dan cita-cita mereka12

Menumbuhkan minat baca adalah awal untuk membentuk masyarakat

yang pintar, cerdas dan peduli terhadap kehidupannya sendiri dan lingkungan

sekitarnya. Stigma bahwa kebanyakan masyarakat pesisir hidup dalam

keterbelakangan, bodoh, miskin dan cenderung pragmatis membuat tak banyak

.

12 Sumber: Dokumen Profil Rumah Baca Bakau

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

kepedulian hadir di tengah-tengah kehidupan anak-anak nelayan ini. Untuk itulah

Rumah Baca Bakau berdiri untuk mendorong dan membangun masayarakat yang

cerdas dengan memberikan akses pelayanan terhadap buku dan ruang berkembang

bagi anak-anak nelayan di pesisir Percut.

“Kita dirikan ini untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan pengembangan bakat untuk anak-anak pesisir sesuai dengan level dan kapasitas anak-anak diusianya. Hal ini tentunya tidak jauh seperti apa yang diinginkan lembaga pilar sebagai pendiri Rumah Baca Bakau. Rumah Baca Bakau hadir atas kegelisahan saya melihat anak-anak Percut berkeliaran dijam sekolah.” (Ismail, S.Hut, MA)

Jika dilihat Rumah Baca Bakau terbilang serius dalam upaya

menumbuhkembangkan keberaksaraan di Desa ini. Dari aktivitas literasi yang

diupayakan serta kepemilikan bahan bacaan yang cukup menjadi indikator

keseriusan Rumah Baca Bakau dalam berupaya. Pada tahun 2014 Rumah Baca

Bakau mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

atas prestasinya sebagai Taman Bacaan Masyarakat yang kreatif. Piagam

Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak

Mohammad Nuh di Kendari kepada pendiri Rumah Baca Bakau Bapak Ismail,

S.Hut, MA.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Sampai saat ini koleksi buku yang dimiliki Rumah Baca Bakau sudah

lebih dari 2000 buah buku yang tersusun rapi. Rumah baca bakau memiliki 15 rak

buku dan dibagi menjadi 6 jenis buku yaitu, buku umum, komik remaja, agama

untuk dewasa, agama untuk anak-anak, novel remaja dan dewasa, serta buku-buku

sains.

2.4. Kegiatan Literasi pada Masyarakat di Desa Percut

Ilmu pengetahuan merupakan cara sesungguhnya untuk memperoleh

kehidupan yang lebih layak. Salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan

adalah dengan membaca. Dengan membaca tentunya akan mendapat informasi

dan kita dapat memetik pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Hodgson (1960: 43-44), mengartikan membaca sebagai suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

Foto 3: Sebagian dari Rak Buku Rumah Baca Bakau

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu

proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual

akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang

tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana

dengan baik.

Di kalangan berpendidikan, membaca menjadi salah satu yang sangat

penting dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dapat diandalkan oleh kalangan

berpendidikan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Contoh di kalangan

akademisi, membaca dapat memperkaya pengetahuannya sehingga mampu

meningkatkan kemampuan diri, berinovasi, melakukan penelitian serta

mengetahui informasi terkini dan meengikuti perkembangan zaman yang semakin

maju. Artinya, mau tidak mau mereka harus meningkatkan frekuensi membaca

mereka agar tidak ketinggalan informasi yang tersebar. Dalam membaca juga

kalangan berpendidikan harus mampu memahami dan menganalisis apa yang

mereka baca.

2.4.1. Kegiatan Agama

Kegiatan agama di Desa Percut yang berkaitan dengan literasi adalah

wirid. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) wirid adalah kutipan-

kutipan dari Al-Quran yang sudah ditetapkan untuk dibaca. Wirid yang dimaksud

di Desa Percut adalah membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan

tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama yang pada hakikatnya

tahlilan dan yasinan adalah bagian dari dzikir kepada Allah SWT.

Tahlilan adalah ritual atau upacara selamatan yang dilakukan sebagian

umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk

memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya

dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya

dilakukan pada hari ke-40, ke-100, tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga dan

seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000.Kata “Tahlil”

sendiri secara harfiah berarti berizikir dengan mengucap kalimat tauhid “Laa

ilaaha illallah” (tiada yang patut disembah kecuali Allah).13

Wirid di Desa percut dibagi di setiap dusun, artinya setiap dusun ada

wiridnya sendiri. Wirid ini menjadi kegiatan literasi masyarakat yang rutin

Di Desa percut wirid dibagi menjadi tiga kelompok. Wirid remaja, wirid

Bapak-bapak, dan wirid Ibu-ibu. Wirid remaja dilakukan setiap hari kamis pada

malam hari biasanya selesai shalat Isya. Wirid bapak-bapak dilakukan pada setiap

hari kamis malam biasanya juga selesai shalat isya. Untuk wirid ibu-ibu dilakukan

pada hari kamis siang sampai menjelang sore biasanya pukul 14.00 sampai

dengan abis shalat ashar. Wirid ini rutin dilakukan setiap minggunya kecuali pada

bulan ramadhan. Untuk tahlilan dilakukan pada saat sore atau malam hari di

rumah warga yang baru kemalangan.

“Sejak tahun 60 an saya sudah menetap di sini. Wirid memang selalu dilakukan setiap malam jumat. Ini untuk mengirim doa saudara-saudara kita yang sudah duluan dan untuk silaturahmi warga karna setiap minggu pindah rumah wiridnya” (Pak Yusuf, 56 Tahun).

13https://id.wikipedia.org/wiki/Tahlilan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

dilaksanakan. Jika dilihat bahwa di Desa Percut literasi arab memang lebih

membudaya daripada literasi latin. Anak-anak kecil sudah pasti bisa membaca Al-

Quran namun belum tentu bisa membaca latin.

2.4.2 Sekolah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sekolah adalah bangunan

atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi

pelajaran. Di zaman yang mengedepankan pendidikan seperti sekarang ini sekolah

mempunyai peran yang sangat vital dalam mentransformasikan pengetahuan

kepada generasi penerus bangsa. Sekolah menjadi rumah kedua bagi generasi

muda untuk meraih pendidikan setelah mendapat pendidikan dari keluarganya

terlebih dahulu.

Kegiatan literasi yang paling sering dilakukan anak-anak di Percut yaitu

pada saat di sekolah. Di sekolah anak-anak yang bersekolah mendapat tugas untuk

mengerjakan soal-soal terkait mata pelajaran yang sedang dipelajari. Tugas bisa

berupa tugas yang dikerjakan di sekolah ataupun tugas yang dikerjakan di rumah

atau Pekerjaan Rumah (PR). Tugasnya juga ada yang dikerjakan secara

berkelompok atau yang dikerjakan individu.

Tugas yang diberikan kepada siswa ini tentunya mempunyai tujuan

tersendiri. Tugas seperti PR contohnya, dapat melatih rasa tanggungjawab,

membangun inisiatif anak untuk belajar, dan bahkan manajemen waktu. Tugas-

tugas yang diberikan ini juga dapat melatih disiplin anak dan melatih rasa percaya

diri anak karena mengerjakannya dengan sendiri pada saat di rumah. Slameto

(2003:2) mengungkapkan bahwa Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Artinya dengan latihan-latihan yang

diberikan guru dapat membantu anak dalampembelajaran.

2.4.3 Belajar di Rumah Baca Bakau

Selain sebagai sarana yang menyediakan akses layanan bahan bacaan,

Rumah Baca Bakau juga aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Rumah Baca

Bakau menyediakan fasilitator yang bisa mengajari anak-anak di percut

khususnya di Dusun 18 pada siang hari sepulang sekolah. Peserta didik tidak ada

dipungut biaya bahkan berkesempatan mengikuti lomba-lomba yang

diselenggarakan Rumah Baca Bakau. Untuk mempermudah pembelajaran kepada

peserta didik, belajar di Rumah Baca Bakau menggunakan metode Visual Literasi.

Visual literasi adalah kemampuan menganalisis sebuah pesan visual dalam

aktivitas literasi. Visual literasi menurut Smith (1982) merupakan kemampuan

individu mengenali penggunaan garis, bentuk, dan warna sehingga dapat

menginterpretasikan tindakan, mengenali objek, dan memahami pesan lambang.

Dalam aktivitas belajar mengajar visual literasi dimaksudkan sebagai proses

pengajaran dengan menggunakan beragam jenis media seperti foto, film, dan gambar-

gambar. Bahan bacaan seperti komik dan permainan sejenis puzzle juga merupakan

bagian dari visual literasi.

Di Rumah Baca Bakau Visual Literasi menjadi program utama yang

diterapkan dalam proses pengajaran. Visual Literasi ini bertujuan untuk

meningkatkan level membaca dan menulis anak-anak terkhusus yang belum bisa

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

membaca. Dengan memanfaatkan alat dan media belajar yang tersedia di alam

dan lingkungan sekitar diharapkan anak-anak peserta didik lebih mudah dalam

menangkap pelajaran.

Sampai saat ini metode visual literasi masih berjalan dan semakin

dioptimalkan. Waktu belajarnya lebih kurang 3 jam mulai pukul 14.00 wib sampai

dengan 17.00 wib. Metode Dalam pelaksanaannya Rumah Baca Bakau

mengelompokkan mata pelajaran yang diajarkan berdasarkan hari.

• Pada hari senin mata pelajaran yang diajarkan adalah psikologi atau

pendidikan karakter. Mata pelajaran ini bertujuan untuk melihat karakter

anak sesuai dengan minat dan bidang yang dikuasainya. Biasanya

dilakukan pemutaran video atau film dan didampingi fasilitator.

• Pada hari selasa anak-anak diajak untuk membaca dan mereview. Dalam

pelaksanaannya anak-anak diberi waktu beberapa menit untuk membaca

buku yang mereka sukai dan akan mereka ceritakan kembali dengan

bahasa mereka sendiri.

• Pada hari rabu dan jumat anak-anak diberi materi tentang sains. Materi ini

bertujuan untuk menambah pengetahuan anak tentang ilmu alam dan dunia

fisik.

• Pada hari kamis anak-anak diberi materi tentang menulis karya. Anak-

anak dibebaskan menuliskan karyanya seperti puisi, pantun, dan karangan

yang bertujuan untuk membangun minat anak dalam aktivitas literasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

• Pada hari sabtu merupakan hari untuk anak-anak berkreasi. Sabtu anak-

anak diajarkan tentang seni drama tari dan musik (sendratasik).

Ida merupakan salah satu relawan yang menjadi fasilitator di Rumah Baca

Bakau. Saat ini dia sedang duduk di semester 4 di Universitas Negeri Medan

jurusan Sastra Indonesia. Kesehariannya mengajar anak-anak di rumah baca

bakau. Pendidikan baginya sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Dari

pendidikan bisa mengantarkan pemuda untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Membaca menurutnya menjadi salah satu hal untuk membuka wawasan kita lebih

luas. Istilah buku adalah jendela dunia memang benar dirasakannya. Dia merasa

bahwa dengan banyak membaca lebih percaya diri saat berbicara formal dengan

orang lain. Dari membaca dia bisa menggali informasi banyak yang tersebar.

Menurutnya dia termasuk orang yang banyak ingin tahu, setiap ada buku dia ingin

tahu isinya apa. Dia suka penasaran tentang bahan-bahan bacaan seperti majalah

dan lain-lain. Dia mengatakan bahwa kalau membaca biasanya di perpustakaan

kampus, atau sambil jalan-jalan ke toko buku, dan kadang membaca juga dari

Gambar 4: Suasana belajar dengan metode visual literasi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

handphone. Ida sangat menyukai novel-novel motivasi, buku agama, buku-buku

inspiratif, dan yang terpenting bukan novel cinta.

Ida mengajar anak-anak di rumah baca bakau sejak pukul 14.00 sampai

dengan pukul 17.00. di rumah baca bakau dia mengajarkan berbagai hal termasuk

sains. Metode pengajaran yang dilakukan ida lebih adapif dengan anak-anak.

Dengan bantuan peralatan seperti pensi warna, kertas karton, dan buku gambar dia

mencoba untuk memudahkan anak-anak lebih mengerti.

2.4.4. Festival

Festival secara sederhana diartikan sebagai sebuah acara meriah yang

diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Biasanya festival diselenggarakan

dengan kegiatan-kegiatan seperti kompetisi dan perlombaan. Ajang ini memiliki

tujuannya masing-masing tergantung festival yang diselenggarakan. Di Desa

Percut festival sering diselenggarakan oleh ikatan remaja mesjid atau organisasi

lain yang ada di Percut. Salah satu festival yang sering diselenggarakan adalah

festival pesisir.

Festival pesisir berisi kegiatan-kegiatan perlombaan untuk anak-anak

sampai usia remaja. Festival ini digagas oleh Rumah Baca Bakau dan

melombakan berbagai bidang seni seperti perlombaan puisi, perlombaan pantun,

perlombaan drama dan lain-lain.Pada ramadhan tahun 2015 festival kembali

digelar di Percut. Festival bertajuk Ramadhan Pintar ini melombakan anak-anak

di bidang agama seperti perlombaan adzan, perlombaan puisi islami, dan

perlombaan membaca Al-Quran.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

Dari kegiatan-kegiatan perlombaan yang diselenggarakan tentunya dapat

membantu dalam pemecahan permasalahan tidak bisa membaca. Anak-anak

dituntuk untuk menghafal narasi drama, menuliskan karya puisinya, membacakan

puisinya, serta menghafal setiap kata yang sudah ia tuliskan tersebut.

“Kita selenggarakan kegiatan seperti ini tentunya untuk perkembangan anak ya. Perlombaan ini dapat membantu menstimulan fungsi kognitif dan fungsi psikomotorik anak-anak. Juhaina, S.Psi (25, Tahun)”.

2.4.5. Mengaji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kaji, mengaji berarti

mendaras (membaca) Al-Quran atau belajar membaca tulisan arab.Mengaji

merujuk pada aktivitas membaca Al-Quran atau mengkaji kitab-kitab oleh

penganut agama Islam. Dalam agama Islammengaji termasuk ibadah dan orang

yang melakukannya akan mendapatkan pahala dari Allah.

Di Desa Percut aktivitas ini akan mudah kita temukan pada siang hari di

taman bacaan Al-Quran ataupun sekolah-sekolah islam. Salah satu tempat yang

digunakan untuk belajar mengaji di Desa Percut adalah di Sekolah Pintar

Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Persil. Madrasah Diniyah Awaliyah

merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah yang secara

terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik untuk usia

dini. MDA Persil juga menjadi sarana taman bacaan karena memiliki ketersediaan

bahan bacaan yang cukup. Materi-materi yang diajarkan di MDA Persil antara

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

lain: Qiraat (Membaca Alqur’an), Tafsir Qur’an (Menerjemahkan ayat Alqur’an),

Shalat Fardhu, Dakwah (Ceramah) setiap santri/wati.

2.5 Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Menumbuhkembangkan Budaya

Literasi

Mengingat kondisi literasi yang masih rendah di Desa Percut, sudah ada

upaya-upaya yang dilakukan baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga

swasta. Upaya-upaya tersebut mulai dari menyediakan layanan Perpustakaan

Keliling,menerapkan Jam Belajar Malam (JBM), serta mendirikan taman bacaan

ataupun sekolah-sekolah.

Foto 5: Ruangan MDA Persil

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

2.5.1 Perpustakaan Keliling

Perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang menjadi bagian dari

perpustakaan umum. Perpustakaan keliling menyediakan layanan bahan bacaan

kepada masyarakat secara langsung dengan cara mengunjungi desa atau tujuan

lokasi. Perpustakaan ini biasanya menggunakan mobil yang sudah dirancang

sedemikian seperti layaknya perpustakaan umum. Di perpustkaan keliling

masyarakat selain membaca juga boleh meminjam buku yang tersedia.

Perpustakaan keliling di Desa Percut pernah masuk sekitar 8 (delapan)

tahun yang lalu. Perpustakaan ini rutin datang setiap minggunya ke Desa Percut.

Pada awalnya anak-anak antusias meminjam buku dan mendatangi perpustakaan

keliling. Namun ternyata perpustakaan keliling di desa percut ini hanya bertahan

tidak lebih dari 2 (dua) bulan saja. Menurut pak Syarifuddin (52, tahun)

Permasalahan yang dihadapi adalah banyak buku-buku yang dipinjam masyarakat

hilang dan tidak kembali.

2.5.2 Jam Belajar Malam (JBM)

Jam belajar malam (JBM) adalah bagian dari program Pemerintah

Kabupaten Deli Serdang tentang Program Cerdas yang termaktub di dalam

Peraturan Daerah (PERDA) No.5 Tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang. Jam

belajar malam serta program lain ini dicanangkan untuk meningkatkan potensi

sumber daya manusia di wilayah Deli Serdang. Desa Percut yang menjadi bagian

dari wilayah Kabupaten Deli Serdang turut menerapkan jam belajar malam ini.

Jam belajar malam di desa percut dimulai pada bulan april 2014. Jam

belajar malam dalam pelaksanaanya adalah mengawasi pintu ke pintu untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

mematikan media elektronik seperti televisi, radio, dan gadgetselama 2 (dua) jam

pada pukul 19.00 sampai dengan 21.00. Di waktu ini anak-anak diwajibkan untuk

belajar apakah mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau membaca. Menurut

Ketua Pelaksana jam belajar malam untuk bagan percut Bapak Laksemana yang

juga ketua Lembaga Ketahan Masyarakat Desa (LKMD), jam belajar malam

hannya bertahan selama sebulan. Jam belajar malam ini tidak berjalan lama

dikarenakan sulitnya mengajak masyarakat untuk mematikan media elektronik

tersebut.

Selain itu perhatian pemerintah terhadap pelaksana jam belajar malam

nyatanya tidak ada. Pemerintah tidak ada memberikan biaya operasional untuk

pengawas yang selalu mengawasi setiap malamnya. Artinya lama kelamaan para

pengawas tidak mau menjalankan tugasnya keliling pintu ke pintu untuk

mengawasi jam belajar malam. Menurut Pak mana selain jam belajar malam,

Pemkab Deli Serdang juga mempunyai program lain tentang pendidikan. Desa

Cinta Rakyat merupakan desa yang dinobatkan sebagai desa pendidikan oleh

Pemkab Deli Serdang, namun dia juga melihat tidak ada perubahan yang

signifikan di Desa tersebut. Menurutnya masih bersiat seremonial saja pada saat

pembukaan acara ramai dan semua datang, tapi setelah itu sama aja tidak ada.

Masyarakat sudah bosan dengan program dari pemerintah. Seperti yang

diungkapkan Bang Ijol bahwa tidak hanya soal pendidikan, program pemerintah

juga tidak banyak berhasil di sini. Menurut dia begitu-begitu saja tidak ada tindak

lanjutnya. Sudah beberapa kali dilakukan program pelatihan budidaya kepiting

bakau, budidaya perikanan, ekowisata pesisir tetapi habis pelatihan tidak banyak

perubahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

2.5.3 Taman Bacaan Masyarakat dan Sekolah

Di Desa Percut Taman Bacaan Masyarakat hanya ada 1 (satu) yaitu

Rumah Baca Bakau. Sementara untuk jumlah sekolah adalah 23 unit.

Tabel.1 Sarana Sekolah

NO SARANA JUMLAH

1 Taman Kanak-Kanak (TK) 5 Unit

2 Sekolah dasar 10 Unit

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 6 Unit

4 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 2 Unit

Sumber: Demografi Desa

Selain rumah baca bakau, upaya keberaksaraan juga dilakukan oleh

seorang dosen. Pak Abdul Chair yang tinggal di Dusun 1 adalah orang yang juga

Gambar 6. Spanduk Jam Belajar Malam

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

mengupayakan keberaksaraan di desa ini. Beliau adalah pemilik yayasan

perguruan islam AL-Khairat yang ada di dusun 1 Desa Percut. Pak chair

merupakan lulusan sarjana sastra arab dari Institut Agama Islam Negeri Sumatera

Utara (IAIN-SU) yang sekarang sudah berganti nama menjadi Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara (UIN-SU). Untuk pascasarjana dia mengambil program

studi antropologi Universitas Negeri Medan (UNIMED). Pak chair bercerita

tentang yayasan yang dia miliki. Terdapat empat jenjang pendidikan di yayasan

miliknya tersebut, yaitu Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Dinniyah Awaliyah

(MDA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), serta dalam waktu dekat akan berdiri

Madrasah Tsanawiyah (MTS). Yayasan yang dia miliki setidaknya sudah berdiri

sejak delapan tahun yang lalu.

Dalam mengupayakan keberkasaraan dia sudah melakukan dengan

mendirikan yayasan menurutnya. Dia juga menunjukkan 2 buku yang sudah dia

terbitkan dengan penerbitnya yayasan miliknya sendiri. Buku-buku tersebut

menurutnya sebuah upaya dia dalam meningkatkan keberaksaraan. Membaca

baginya suatu aktivitas rutin yang selalu beliau lakukan. Membaca baginya sangat

penting untuk pengetahuan dan pengembangan wawawasan.

Pak Chair menceritakan bahwa Dia di komunitas masyarakat melayu

agama begitu kental dalam kehidupan mereka. Dia bercerita bahwa membaca

seperti shalat, membaca Al-Quran, berdakwah masuk ke dalam literasi. Pengajian,

yasinan, perlombaan seperti puisi, dakwah, dan pantun islami itu masuk dalam

literasi. Namun kenapa pendidikan di sini rendah karena ada dua faktor

menurutnya. Ada faktor internal yaitu kaitannya dengan` keluarga dan kemauan

anak. Keluarga mempunyai peran yang sangat vital dalam permasalahan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II KEADAAN BUDAYA LITERASI DI DESA PERCUT 2.1 ...

pendidikan. Keluarga sebagai orang yang paling dekat mempunyai peran untuk

memotivasi si anak menurutnya. Kemudian permasalahan eksternal dimaksudkan

sebagai pengaruh lingkungan. Di desa percut khususnya di sekitar dusunnya anak-

anak lebih senang mencari duit daripada sekolah. Anak-anak pada saat musim

panen padi, mengambil sisa-sisa panenan yang tidak diambil pemiliknya lalu

mereka jual lagi. Isitilah ini mereka sebut “ngetek” (mengambil sisa panenan).

Kemudian kalau tidak musim panen, mereka cari belut dan ikan di sawah

sekitar sini, ya hasilnya merek jual juga. Itu menurutnya salah satu faktor

eksternal yang mempengaruhi anak-anak banyak putus sekolah. Di sekolahnya

beliau mengatakan pernah terjadi, pada saat pendaftaran jumlah siswanya sekitar

80, namun yang sampai tamat hanya sisa 8 orang, artinya hanya 10% saja yang

menyelesaikan pendidikannya. Baginya tidak terlalu parah jika anak mungkin

putus sekolah karena punya kesibukkan lain seperti mengembangkan

keterampilannya seperti keterampilan komputer, musik, dan sebagainya. Yang

parah jika memang berhenti sekolah sama sekali. Permasalahan ekonomi menurut

orang percut nomor kesekian, yang menjadi masalah adalah kemauan anak.

Universitas Sumatera Utara