Media Literasi

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan manusia akan informasi begitu pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya media massa, baik media cetak maupun media elektronik, yang menyajikan informasi bagi khalayak umum. Sebagaimana dua sisi bersebrangan positif dan negatif - yang dimiliki oleh setiap hal, informasi pun bersifat demikian. Informasi yang kita terima bisa menjadi sebuah informasi yang positif ataupun negatif, tergantung bagaimana kita mengolahnya. Kemampuan mengolah informasi itu sendiri disebut literasi. Literasi secara sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, literasi mempunyai arti kemampuan memperoleh informasi, mengolah, dan menggunakannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat. Hubungan yang erat antara media dan informasi membuat keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, agar informasi yang kita terima dapat bermanfaat baik bagi diri sendri maupun bagi orang lain, maka dibutuhkan kemampuan memahami, menganalisis, mengolah, dan menggunakan informasi secara cerdas. Kenyataan bahwa isi pesan media massa sering begitu halus sehingga tidak disadari oleh masyarakat, mendorong munculnya kebutuhan akan literasi media sebagai metode atau langkah-langkah untuk memecahkan masalah ini. Literasi media adalah kemampuan untuk mengkritik isi media dan memiliki pemahaman penuh tentang realitas. Seperti yang telah diungkapkan di atas, media dan informasi memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Antara media dan informasi bagai 2 sisi mata uang yang saling berdekatan dan mempunyai hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Informasi akan mudah dan cepat tersampaikan dengan adanya campur tangan media. Mediapun akan sedikit kehilangan giginya bila tidak ada yang disuarakannya. Jadi bisa dikatakan, media hadir untuk mempermudah dan mempercepat lajunya informasi sampai ke sasaran, sebaliknya informasi ada untuk mengisi media. Oleh karena itu, agar informasi yang kita peroleh dapat bermanfaat kelak maka literasi media menjadi suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang dalam rangka mewujudkan fungsi informasi yang berguna bagi masyarakat.

description

nnnnnnnnnnn

Transcript of Media Literasi

Page 1: Media Literasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, kebutuhan manusia akan informasi begitu pesat. Hal ini terlihat dari

banyaknya media massa, baik media cetak maupun media elektronik, yang menyajikan

informasi bagi khalayak umum. Sebagaimana dua sisi bersebrangan – positif dan negatif -

yang dimiliki oleh setiap hal, informasi pun bersifat demikian. Informasi yang kita terima

bisa menjadi sebuah informasi yang positif ataupun negatif, tergantung bagaimana kita

mengolahnya. Kemampuan mengolah informasi itu sendiri disebut literasi. Literasi secara

sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks

pemberdayaan masyarakat, literasi mempunyai arti kemampuan memperoleh informasi,

mengolah, dan menggunakannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi masyarakat.

Hubungan yang erat antara media dan informasi membuat keduanya tidak bisa

dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, agar informasi yang kita terima dapat

bermanfaat baik bagi diri sendri maupun bagi orang lain, maka dibutuhkan kemampuan

memahami, menganalisis, mengolah, dan menggunakan informasi secara cerdas.

Kenyataan bahwa isi pesan media massa sering begitu halus sehingga tidak disadari oleh

masyarakat, mendorong munculnya kebutuhan akan literasi media sebagai metode atau

langkah-langkah untuk memecahkan masalah ini. Literasi media adalah kemampuan untuk

mengkritik isi media dan memiliki pemahaman penuh tentang realitas.

Seperti yang telah diungkapkan di atas, media dan informasi memiliki keterkaitan

yang sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Antara media dan informasi bagai 2 sisi

mata uang yang saling berdekatan dan mempunyai hubungan simbiosis mutualisme (saling

menguntungkan). Informasi akan mudah dan cepat tersampaikan dengan adanya campur

tangan media. Mediapun akan sedikit kehilangan giginya bila tidak ada yang

disuarakannya. Jadi bisa dikatakan, media hadir untuk mempermudah dan mempercepat

lajunya informasi sampai ke sasaran, sebaliknya informasi ada untuk mengisi media. Oleh

karena itu, agar informasi yang kita peroleh dapat bermanfaat kelak maka literasi media

menjadi suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang dalam rangka

mewujudkan fungsi informasi yang berguna bagi masyarakat.

Page 2: Media Literasi

2

1.2 Tujuan

Menyajikan informasi kepada pembaca mengenai media literasi.

Memberikan wawasan mengenai peranan media literasi dalam kehidupan.

1.3 Manfaat

Dapat memahami media literasi dan kegunaannya.

Page 3: Media Literasi

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Media Literasi

Media literacy diartikan sebagai “the ability to access, analyze, evaluate and

create messages across a variety of contexts”. Media literasi adalah kemampuan untuk

mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan melalui konteks yang

beragam. Konsep ini diterapkan pada beragam gagasan yang berupaya untuk menjelaskan

bagaimana media menyampaikan pesan-pesan mereka, dan mengapa demikian.

Media Literacy di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Melek Media. James

Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy”• (Potter, dalam Kidia) mengatakan

bahwa media literacy adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika individu

mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media.

Jane Tallim menyatakan bahwa media literacy adalah kemampuan untuk menganalisis

pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur.

Allan Rubin menawarkan tiga definisi mengenai media literacy. Yang pertama dari

National Leadership Conference on Media Literacy (Baran and Davis, 2003) yaitu

kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan

pesan. Yang kedua dari ahli media, Paul Messaris, yaitu pengetahuan tentang bagaimana

fungsi media dalam masyarakat. Yang ketiga dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewis

dan Shut Jally, yaitu pemahaman akan batasan-batasan budaya, ekonomi, politik dan

teknologi terhadap kreasi, produksi dan transmisi pesan. Rubin juga menambahkan bahwa

definisi-definisi tersebut menekankan pada pengetahuan spesifik, kesadaran dan

rasionalitas, yaitu proses kognitif terhadap informasi.

Fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap pesan. Media literasi merupakan

sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang

digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan-

pesan tersebut. Di era informasi ini, media literasi menjadi begitu penting, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:

Page 4: Media Literasi

4

1. Pengaruh media menjadi pusat dari proses demokratisasi. Dalam budaya media secara

global, masyarakat membutuhkan tiga kemampuan penting untuk menjadi bagian dari

masyarakat yang demokratis: berpikir kritis, mengekspresikan diri dan berpartisipasi.

Media literasi membangun tiga hal penting tadi.

2. Konsumsi media yang belebihan dan kejenuhan terhadap media. Ketika seseorang

menggunakan telepon selular, jejaring sosial, video games, televisi, musik pop, radio,

surat kabar, majalah, internet dan bahkan t-shirt sekalipun, sesungguhnya kita sedang

di bombardir oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh media-media tersebut. Pesan-

pesan yang kita terima setiap harinya, melebihi apa yang diterima generasi kakek kita

dalam setahun. Melek media mengajarkan kita untuk menemukan panduan aman

bagaimana mengarungi lautan informasi, gambar, pesan-pesan yang kita terima setiap

hari dalam hidup kita.

3. Pengaruh media membentuk cara kita mempersepsi sesuatu, membentuk kepercayaan

kita juga perilaku dan yang terpenting, media memberi pengaruh yang sangat penting

dengan cara kita memahami, menterjemahkan dan bereaksi terhadap apa yang terjadi

di dunia sekeliling kita. Dengan mengetahui bagaiamana media mempengaruhi kita,

kita dapat mengurangi ketergantungan kita kepada media tersebut.

4. Meningkatnya serbuan komunikasi visual dan informasi. Hidup kita sehari-hari sangat

dipengaruhi dengan serbuan visual informasi melalui iklan-iklan produk audio visual

maupun visual yang tercetak melalui banyak media. Belajar mengetahui bagaimana

membaca dan memahami apa yang ada dibalik gambaran visual itu. Sehingga kita

tidak mudah termakan bujuk rayu iklan suatu produk yang digambarkan lewat

visualiasi yang dapat mempengaruhi pikiran kita.

5. Kekebasan menyampaikan informasi melalui bermacam media, di satu sisi memberi

dampak pertumbuhan industri informasi yang cukup besar. Namun di sisi lain,

kekuatan modal dan kepentingan di balik pertumbuhan industri media dapat

mengancam keberagaman pendapat, karena media memiliki kekuatan untuk

membentuk opini publik. Mengetahui bagaimana pengaruh media dalam hidup kita,

akan membantu kita dalam menemukan, menentukan sikap dan memperjuangkan

keberagaman sudut pandang pendapat mengenai suatu masalah. Pendapat kita menjadi

tidak mudah dikendalikan oleh pendapat umum yang dibentuk media.

Page 5: Media Literasi

5

Silverblatt menyatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki keterampilan literasi

media apabila dirinya memuat faktor-faktor sebagai berikut :

1. Sebuah kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat.

2. Sebuah pemahaman akan proses komunikasi massa.

3. Pengembangan strategi-strategi yang digunakan untuk menganalisis dan

membahas pesan-pesan media.

4. Sebuah kesadaran akan isi media sebagai „teks‟ yang memberikan wawasan dan

pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia sendiri.

5. Peningkatan kesenangan, pemahaman dan apresiasi terhadap isi media.

Kata melek huruf atau media literasi bila digunakan secara informal, bermakna lebih dari

sekedar “dapat memproses dan memproduksi bahasa tertulis”, yang bertujuan untuk

sebagai berikut.

Membatasi PILIHAN

Media telah memprogram kita untuk percaya bahwa kita sedang menawarkan

banyak pilihan, tetapi pilihan kisaran sangat terbatas. The media have programmed

you to think that you have choices when in fact the degree of choice is greatly

limited, berarti Media telah memprogram Anda berpikir bahwa Anda memiliki

pilihan ketika pada kenyataannya tingkat pilihan sangat terbatas.

Memperkuat PENGALAMAN

Kita tetap akan kembali ke jenis pesan yang sama, percaya bahwa Kita akan

memiliki pengalaman yang memuaskan sekali lagi seperti yang ada di masa lalu.

Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menjadi kuat, dan itu menjadi jauh lebih sulit

untuk mencoba sesuatu yang baru.

7 keterampilan literasi media adalah:

1) Analyze/Menganalisa. Kompetensi berikutnya adalah kemampuan menganalisa

struktur pesan, yang dikemas dalam media, mendayagunakan konsep-konsep

dasar ilmu pengetahuan untuk memahami konteks dalam pesan pada media

tertentu. Misalnya, mampu mendayagunakan informasi di media massa untuk

membandingkan pernyataan-pernyataan pejabat publik, dengan dasar teori sesuai

ranah keilmuannya. Kompetensi lainnya bisa diperiksa dengan kata kerja seperti,

membedakan, mengenali kesalahan, menginterpretasi, dsb.

Page 6: Media Literasi

6

2) Evaluate/Menilai. Setelah mampu menganalisa, maka kompetensi berikutnya

yang diperlukan adalah membuat penilaian (evaluasi). Seseorang yang mampu

menilai, artinya ia mampu menghubungkan informasi yang ada di media massa itu

dengan kondisi dirinya, dan membuat penilaian mengenai keakuratan, dan kualitas

relevansi informasi itu dengan dirinya; apakah informasi itu sangat penting, biasa,

atau basi. Tentu saja kemampuan dalam menilai sebuah informasi itu dikemas

dengan baik atau tidak, juga adalah bagian dari kompetensinya. Di sini,

terjadi membandingkan norma dan nilai sosial terhadap isi yang dihadapi dari

media.

3) Grouping/pengelompokan - menentukan setiap unsur yang sama dalam beberapa

cara: menentukan setiap unsur yang berbeda dalam beberapa cara.

4) Induction/Induksi - menyimpulkan suatu pola di set kecil elemen, maka pola

generalisasi untuk semua elemen dalam himpunan tersebut .

5) Deduction/deduksi - menggunakan prinsip-prinsip umum untuk menjelaskan

khusus.

6) Synthesis/sintesis - merakit unsur-unsur ke dalam struktur baru.

7) Abstracting/ abstrak - menciptakan singkat, jelas, dan gambaran tepat

menangkap esensi dari pesan dalam sejumlah kecil kata-kata dari pada pesan itu

sendiri.

2.3 Perkembangan Media Literasi

Media Literacy pertama kali dikembangkan sebagai alat dalam melindungi orang-

orang dari paparan media. Negara yang pertama kali mendengungkan konsep ini adalah

Inggris pada tahun 1930 an. Pada tahun 1980 di Inggris dan Australia Media Literacy

sudah menjadi mata pelajaran tersendiri. Sementara itu di Eropa pendidikan Media

Literacy diperkenalkan pada kurikulum dasar di negara Finlandia pada tahun 1970 dan

pendidikan menengah atas tahun 1977. Di negara Swedia Media literacy berkembang sejak

tahun 1980, dan di Denmark sejak tahun 1970.

Apa saja yang ingin dicapai lewat pendidikan Media Literacy ini? Pada umumnya

pendidikan Media Literacy khususnya televisi, yang dilakukan di negara maju

menekankan pada peran orang tua agar bersikap kritis dalam menonton. Artinya kita tidak

dibenarkan menerima apa saja yang ditawarkan, tanpa memahami dan menganalisa dengan

Page 7: Media Literasi

7

baik informasi yang diterima. Proses memilah informasi mana yang baik dan mana yang

buruk adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Contohnya : orang tua harus memilah film

mana yang layak tonton dan mana yang tidak. Kebanyakan film berisikan tayangan

sampah, yang tidak bermanfaat. Setelah dirinya mampu memilah, kebiasaan ini ditularkan

kepada anaknya. Mereka melakukan pemantauan terhadap kebiasaan menonton anak-

anaknya. Orang tua melakukan pendampingan, memilihkan acara yang bermutu,

menjelaskan apa yang mereka tonton dan melakukan penjadwalan, kapan anaknya boleh

menonton dan kapan tidak. Pada tahap selanjutnya orang tua membuat organisasi yang

bersedia melakukan pelatihan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, seperti:

kelompok orang tua, para murid di sekolah, dan sebagainya.

Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh ini pendidikan Media Literacy belum

terorganisisr dengan baik. Belum diakomodir lewat kurikulum sekolah atau dalam kegiatan

pokok di satu instansi. Baru sebatas kegiatan seminar, diskusi, ceramah, yang sifatnya

belum berkesinambungan. Kegiatan pendidikan Media Literacy paling banyak dilakukan

di Jakarta. Tokoh seperti Ade Armando, Nina Armando, B. Guntarto, adalah orang-orang

yang penulis ketahui amat peduli terhadap Media Literacy khususnya media televisi sejak

tahun 1997an. Mereka mendirikan lembaga yang bertindak sebagai pemantau siaran

televisi (Watch Dog), dan melakukan aksi-aksi cukup semarak, seperti: Hari Tanpa TV di

setiap tanggal 23 Juli bertepatan dengan Hari Anak Indonesia.

Kendala yang melingkari terciptanya masyakat literat ini tidak lain adalah sebagai

berikut (Bukhori, 2005) :

1. Budaya minat baca bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Terbukti,

kebanyakan kita merasa lebih berani merogoh saku lebih tebal untuk membeli

kebutuhan lain seperti makanan, pakaian, perhiasan, dan bahkan alat-alat rumah

tangga, ketimbang membeli buku. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi

alasan lemahnya daya beli buku masyarakat. Karenanya, kita menjadi tidak akrab

dan merasa asing dengan buku dan memiliki minat membaca yang rendah.

2. Adanya dampak negatif perkembangan teknologi bagi masyarakat. Masyarakat kita

yang awalnya bertradisi lisan atau oral society secara drastis bergerak ke budaya

elektronik seperti TV dan radio, sebelum memasuki budaya tulis secara ajek. Kita

telah langsung melompat dari tradisi mendongeng ke tradisi menonton sebelum

terbiasa dengan tradisi membaca.

3. Tipe pendidikan di Indonesia masih cenderung menganut interaksi satu arah dalam

proses pembelajarannya.

Page 8: Media Literasi

8

Dengan kondisi seperti itu, semakin mempertebal fakta bahwa keterampilan anak didik di

Indonesia hanya sebatas sampai tataran menjadi pendengar yang baik saja. Terjadi

demikian, karena mereka terbiasa hanya mempersiapkan telinga untuk belajar tanpa tahu

bagaimana caranya mencari sampai meramu sebuah informasi. Jadi, tidak heran apabila

diberikan kepadanya sebuah tugas yang mengharuskan mereka untuk mensintesis sebuah

informasi, yang dikumpulkan hanya seperti memindahkan sumber ke tempat yang lain

tanpa dimaknai dengan hasil pemikirannya sendiri. Fenomena ini, merupakan miniatur

yang menggambarkan secara jelas tentang bagaimana tingkat literasi anak didik (dalam hal

ini mahasiswa).

Literasi media adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki seseorang dalam

era globalisasi. Dikatakan demikian, karena dalam era tersebut manusia akan semakin

sering bersinggungan dengan media. Baik itu untuk menambah wawasan atau pengetahuan

maupun hanya untuk sekedar sebagai sarana hiburan pelepas penat saja.

Ada berbagai hal yang disoroti dalam keterampilan literasi media ini, mulai dari

kesadaran individu atau masyarakat terhadap dampak media sampai dengan bagaimana

individu atau masyarakat memposisikan dan mengapresiasikan media dalam

kehidupannya sehari-hari.

Kehadiran ragam media yang mulai memadati segala bidang kehidupan manusia

ditanggapi positif oleh sebagian besar masyarakat. Walaupun begitu, merekapun sadar

bahwa kehadiran media juga tidak terlepas dari dampak negatifnya. Mereka juga

beranggapan, media memiliki peran strategis dalam proses komunikasi khususnya

komunikasi massa. Ditarik kesimpulan demikian, karena hampir seluruh masyarakat

menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam media massa dapat membantu

terjadinya komunikasi diantara masyarakat dan media juga dapat membentuk suatu opini

tertentu ditengah-tengah masyarakat tentang berbagai hal. Seseorang yang memiliki

keterampilan literasi media tidak akan langsung mempercayai sebuah berita sebelum

mengkrosceknya dengan sumber lain. Yang biasa dilakukan adalah memilih media yang

diakui kredibilitasnya, mengkroscek keakuratan berita dengan sumber lain, dan akan selalu

mencari kelengkapan suatu berita yang didengarnya dari orang lain di dalam suatu media

massa. Bila dibandingkan dengan ketiga hal tersebut, hampir setengah dari masyarakat

tidak melakukan kroscek ulang terhadap berita yang telah didapatnya.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, selain memiliki dampak negatif media

juga memiliki banyak dampak positif. Kata yang paling mudah untuk menggambarkan

dampak positif dari media adalah “gudang informasi”. Dengan adanya media, individu

Page 9: Media Literasi

9

atau masyarakat terbantu dalam hal mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Ini

dibuktikan, sebagian besar masyarakat menyatakan merasa tidak nyaman bila tidak

berhubungan dengan media walaupun hanya satu hari. Tetapi, bukan berarti mereka hanya

menghargai pendapat/hasil karya orang lain yang ditampilkan dalam media massa saja.

Karena, walau bagaimanapun juga mereka beranggapan bahwa beragam media dan corak

yang muncul saat ini telah mampu menambah pemahaman mereka tentang peristiwa yang

sedang menggejala atau sedang „in‟ di dunia ini.

Pembahasan di atas bila dilandasi pendapat Ofcom, secara sederhana dapat

digambarkan bahwa individu yang telah memiliki keterampilan literasi media mempunyai

kemampuan untuk mengakses, menganalisa, mengevaluasi dan sekaligus

mengkomunikasikannya dalam berbagai macam format. Lebih daripada itu, mereka juga

mampu mengenali dan mengerti informasi secara komprehensif untuk mewujudkan cara

berpikir kritis, seperti tanya jawab, menganalisa dan mengevaluasi informasi itu.

Page 10: Media Literasi

10

BAB III

KESIMPULAN

Media dan informasi seperti dua sisi mata uang yang saling berdekatan dan

mempunyai hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Informasi akan

mudah dan cepat tersampaikan dengan adanya campur tangan media. Mediapun akan

sedikit kehilangan perannya bila tidak ada yang disuarakannya. Dengan kata lain, media

hadir untuk mempermudah dan mempercepat lajunya informasi sampai ke sasaran,

sebaliknya informasi ada untuk mengisi media.

Literasi media yang terdiri dari dua kata, yakni literasi dan media, menjadi substansi

yang penting di era informasi ini. Literasi media tidak terbatas pada kemampuan membaca

dan menulis saja, tetapi meliputi kemampuan untuk mengakses, menganalisis,

mengevaluasi, dan menciptakan pesan melalui konteks yang beragam. Adapun indikator

bahwa seorang individu atau suatu masyarakat telah memiliki literasi media yang baik

adalah sebagai berikut.

Mampu memilih (selektif) dan memilah (mengkategori/mengklasifikasi) media,

mana yang manfaat mana yang mudarat.

Memahami bahwa Radio, terutama televisi merupakan lembaga yang „syarat‟

dengan kepentingan politik, ekonomi, sosial budaya dll

Memahami bahwa Radio dan Televisi bukan menampilkan realitas dan kebenaran

satu-satunya, namun bisa merupakan „rekayasa‟ dari pelaku-pelakunya.

Mampu bersikap dan berperilaku kritis pada siaran radio dan televisi.

Menyadari bahwa sebagai konsumen media, khalayak semua mempunyai Hak

dan Kewajiban atas isi siaran radio dan televisi.

Menyadari tentang dampak yang ditimbulkan media dan mengidentifikasi hal-hal

yang harus dilakukan ketika menggunakan media.

Selektif, pandai memilih dan memilah media yang akan digunakan.

Hanya mempergunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan

tertentu.

Page 11: Media Literasi

11

Mampu membangun filter yang kokoh, baik bagi dirinya maupun terhadap orang-

orang di lingkungannya, sehingga secara personal tidak mudah dipengaruhi

media.

Sayangnya hingga saat ini, pendidikan media literasi di Indonesia belum

terorganisisr dengan baik. Belum diakomodir lewat kurikulum sekolah atau dalam kegiatan

pokok di satu instansi. Baru sebatas kegiatan seminar, diskusi, ceramah, yang sifatnya

belum berkesinambungan.

Page 12: Media Literasi

12

DAFTAR PUSTAKA

Potter, W. J. 2005. Media Literacy. Upper Sadler River, NJ: Prentice Hall.

Wahyuni, S. F Lussy Dwiutami dan Evita. 2008. Survey Tingkat Literasi Mahasiswa

terhadap Media dan Informasi (Media and Information Literacy).

http://lussysf.multiply.com/journal/item/69. Diakses tanggal 27 Februari 2011 pukul

17.52 WIB

Witdarmono, H. 2010. Literasi Memenangi Kehidupan.

http://cetak.kompas.com/read/2010/11/23/03124698/literasi.memenangi.kehidupan.

Diakses tanggal 27 Februari 2011 pukul 18.02 WIB.

Anonim. 2010. Mengapa Media Literasi/Melek Media Menjadi Penting?.

http://tobucil.blogspot.com/2010/02/mengapa-media-literasi-melek-media.html. Diakses

tanggal 27 Februari 2011 pukul 17.47 WIB.

Prajnamu. 2010. Pandangan Akademik tentang Melek Media (1).

http://medialiterasi.co.cc/cat/literasi-baru. Diakses tanggal 27 Februari 2011 pukul

18.03 WIB