6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gerakan Literasi Sekolah ...repository.ump.ac.id/8188/4/LAMONICA SHASHA...
Transcript of 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gerakan Literasi Sekolah ...repository.ump.ac.id/8188/4/LAMONICA SHASHA...
1
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gerakan Literasi Sekolah
1. Pengertian Literasi
Literasi merupakan kemampuan dalam mengakses, memahami, dan
menggunakan informasi secara cerdas (buku saku gerakan literasi sekolah,
2016:8). Literasi suatu keterampilan penting dalam hidup serta sebagian
besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan literasi. Kegiatan
literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Menurut
Deklarasi Praha pada tahun 2003 yang terdapat dalam buku induk gerakan
literasi (2016: 7) menyebutkan bahwa literasi mencakup bagaimana
seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna
praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan
budaya (UNESCO, 2003).
UNESCO dalam Aijaz Ahmed Gujjar dalam buku pembelajaran
literasi di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (2015: 12)
mengungkapkan bahwa literasi dapat mengembangkan kepribadian diri
dalam hal etika dan sikap. Dengan kemampuan literasi peserta didik dapat
mengembangkan dirinya menjadi lebih percaya diri dan pemberani.
Kesadaran akan terbentuk sendiri dalam diri peserta didik, karena
pengetahuan baru yang dapat mendorong untuk menyampaikan apa yang
baru ditemukan, sehingga membuat peserta didik lebih aktif baik di
masyarakat maupun dalam kehidupan pribadinya. Dengan kemampuan
6
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
7
literasi, peserta didik dapat bertindak dan menyesuaikan tindakan dengan
baik. Selain dari pada itu, literasi juga dapat meningkatkan kesehatan,
pengembangan sosial, politik dan bahkan ekonomi sebuah negara.
Deklarasi UNESCO menyebutkan bahwa literasi terkait pula dengan
kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan
dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan.
Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat
untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak
dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat (Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah: 2016:7).
Berdasarkan uraian di atas maka literasi dapat disimpulkan bahwa
kemampuan seseorang untuk menggunakan segenap potensi dan
keterampilannya (skills) untuk mencari suatu informasi serta mampu
mengatasi persoalan yang ada di dalam manusia atau kemampuan
seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan
proses membaca, ataupun menulis.
2. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah
Buku desain induk gerakan literasi sekolah (2016:7) menyebutkan
bahwa gerakan literasi sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah,
orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa,
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
8
masyarakat (tokoh masyarakat), dan pemangku kepentingan di bawah
koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan literasi sekolah merupakan suatu upaya yang ditempuh
untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik.
Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru
membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, atau sesuai
dengan target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk,
selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran.
Namun dalam tahap pengembangan dan pembelajaran peserta didik diberi
suatu tagihan yang berdasarkan dengan Kurikulum 2013.
Berdasarkan uraian di atas bahwa gerakan literasi sekolah adalah
suatu gerakan partisipatif yang mempunyai tujuan untuk menwujudkan
pembiasaan peserta didik dalam hal membaca serta dengan adanya
gerakan literasi diharapkan sekolah mampu menggerakkan warga sekolah,
pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki,
melaksanakan, dan menjadikan gerakan membaca sebagai bagian penting
dalam kehidupan.
3. Landasan Hukum Gerakan Literasi Sekolah
Pemerintah membuat sebuah program kerja kegiatan semata-mata
tidak tanpa disengaja, namun semua program dibuat dengan perundingan
yang matang dan memiliki landasan hukum yang jelas. Berikut landasan
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
9
hukum menurut buku desain induk gerakan literasi sekolah (2016: 4-5)
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 3: “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.”
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Pedoman bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan
Bahasa Negara dan Bahasa Daerah.
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
10
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
j. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-
2019.
4. Prinsip Gerakan Literasi
Buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (2016:11-12),
menyebutkan praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah
menekankan prinsip-prinsip. Menurut Beers (2009) prinsip-prinsip
tersebut sebagai berikut:
a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan
menulis saling beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap
perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk
memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat
sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
b. Program literasi yang baik bersifat berimbang. Sekolah yang
menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta
didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Strategi membaca dan jenis
teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
11
memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra
untuk anak dan remaja.
c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum pembiasaan dan
pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di
semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan
demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu
diberikan kepada guru semua mata pelajaran.
d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun. Kegiatan literasi
ini bersidat fleksibel dan tidak memaksakan. Sesungguhnya kegiatan
literasi ini tidak membatasi peserta didik untuk membaca ataupun
menulis di dalam kelas, melainkan dimana dan kapanpun kegiatan
membaca dan menulis ini dilakukan, misalkan di perpustakaan,
halaman sekolah atau di tempat-tempat umum.
e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan. Kelas berbasis literasi
yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa
diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi
ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar
kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar
untuk menyampaikan perasaan, pendapat, ide, gagasan, dan saling
mendengarkan, serta menghormati perbedaan pendapat.
f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap
keberagaman. Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
12
kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu
direfleksikan seseuai dengan kekayaan budaya Indonesia agar peserta
didik dapat memiliki wawasan yang luas.
Berdasarkan enam poin di atas, maka prinsip literasi adalah literasi
yang berjalan sesuai tahapan, bersifat berimbang dengan menggunakan
kurikulum dan pembelajaran pembiasaan, serta dapat dilaksanakan
dimanapun yang mengembangkan budaya lisan dan kesadaran
keberagaman. Keenam prinsip tersebut sangat penting, sehingga sangat
baik apabila diterapkan di sekolah literasi.
5. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Buku desain induk gerakan literasi sekolah (2016:5), tujuan gerakan
literasi sekolah dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Berikut ini tujuan gerakan literasi sekolah, di antara lain:
a. Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hayat (life long learning).
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
13
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan
dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan
beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
6. Ruang Lingkup Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan literasi sekolah di sekolah tingkat menengah pertama berisi
penjelasan dan pelaksanaan kegiatan literasi di SMP yang terbagi menjadi
tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Menurut
buku panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah pertama
(2016:3), disebutkan ruang lingkup gerakan literasi sekolah meliputi tiga
yaitu:
a. Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana
literasi),
b. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua
warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi smp, dan
c. Lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).
7. Sasaran Gerakan Literasi Sekolah
Sasaran gerakan literasi sekolah yang terdapat di dalam buku desain
induk gerakan literasi sekolah (2016:5), meliputi ekosistem yang ada di
sekolah. Ekosistem yang terdapat di literasi sekolah sama di setiap jenjang,
yaitu jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Dalam hal ini
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
14
sasarannya meliputi kepala sekolah, tenaga pendidik, peserta didik serta
orang tua/wali murid.
Pihak yang membantu untuk melaksanakan kegiatan literasi
diberikan kepada guru sebagai pendidik dan pustakawan sebagai tenaga
kependidikan. Selain itu, kepala sekolah perlu mengetahui kegiatan ini
dengan guna memfasilitasi guru dan pustakawan untuk menjalankan peran
di dalam kegiatan literasi sekolah.
B. Pembiasaan
1. Pengertian
Depdiknas (2007: 146) menyebutkan bahwa “pembiasaan berasal
dari kata dasar “biasa” yang berarti lazim, umum, seperti sedia kala, sudah
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sudah
sering kali. Pembiasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan
secraa berulang agar sesuatu yang ditargetkan menjadi sebuah kebiasaan.
Dalam Permendikbud RI No 23 tahun 2015 pasal 1 ayat 4, dijelaskan
bahwa pembiasaan adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa, guru, dan tenaga kependidikan yang berujuan untuk menumbuhkan
kebiasaan yang baik dan menumbuhkan generasi berkarakter positif.
Pembiasaan dalam hal ini merupakan kegiatan yang dilakukan 15
menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini bertujuan untuk
membiasakan siswa untuk gemar membaca. Namun jika ada siswa yang
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
15
tidak terbiasa membaca, dan diharuskan untuk membaca lalu ditanya
tentang isi buku, maka akan dikhawatirkan hal tersebut membuat siswa
tersebut tertekan. Kondisi tertekan inilah yang membuatnya benci pada
kegiatan membaca.
Berbeda halnya jika guru dalam pembiasaan ini sebagai teladan
yang mengungkapkan bahwa membaca itu benar-benar diperlukan, maka
tunjukkan kepada peserta didik bahwa kegiatan membaca sebagai aktivitas
yang menyenangkan dan menghibur serta perlihatkan ekspresi gembira
dan bersemangat saat memegang dan membaca buku. Dengan demikian,
minat siswa pada kegiatan membaca perlahan-lahan akan tumbuh.
2. Tujuan
Kegiatan literasi di tahap pembiasaan meliputi dua jenis kegiatan
membaca untuk kesenangan, yakni membaca dalam hati dan membacakan
nyaring oleh guru. Membaca dalam hati dan membacakan nyaring oleh
guru memiliki tujuan (panduan gerakan literasi sekolah di sekolah
menengah pertama: 2016:7), antara lain:
a meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;
b meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
c meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; dan
d menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
3. Prinsip
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
16
Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan
dipaparkan di dalam buku panduan gerakan literasi sekolah di sekolah
menengah pertama (2016:7-8) berikut ini:
a Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah bisa
menjadwalkan waktu membaca di awal, tengah, atau akhir pelajaran.
b Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
c Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
d Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat
dan kesenangannya.
e Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh
tugas-tugas yang bersifat tagihan/penilaian.
f Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh
diskusi informal tentang buku yang dibaca/dibacakan. Meskipun
begitu, tanggapan peserta didik bersifat opsional dan tidak dinilai.
g Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung dalam
suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan. Suasana ini dapat
dibangun melalui pengaturan tempat duduk, pencahayaan yang cukup
terang dan nyaman untuk membaca, poster-poster tentang pentingnya
membaca.
h Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik juga ikut
membaca buku selama 15 menit.
4. Fokus Kegiatan
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
17
Berikut ini fokus kegiatan gerakan literasi sekolah dalam tahap
pembiasaan:
TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN
(belum ada tagihan)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
pembelajaran melalui kegiatan membacakan buku
dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga
sekolah membaca dalam hati (sustained silent
reading).
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan
sekolah, sudut baca, dan area baca yang nyaman; (2)
pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun
sekolah); dan (3) penyediaan koleksi teks cetak, visual,
digital, maupun multimodal yang mudah diakses oleh
seluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahan kaya teks
( print-rich materials )
Tabel 2.1 Fokus Kegiatan dalam Tahapan Pembiasaan
5. Jenis Kegiatan
a Membaca 15 menit sebelum pelajaran
1) Membaca dalam hati dan membaca nyaring
Membaca 15 menit sebelum pelajaran di dalam literasi
dibedakan menjadi dua yaitu membaca dalam hati dan membaca
nyaring. Membaca dalam hati di sini, peserta didik membaca buku
di dalam hati masing-masing. Setelah selesai membaca, peserta
didik mencatat di dalam jurnal harian membaca, dengan menulis
judul dan pengarang buku, serta jumlah yang dibacakannya,
sedangkan pendidik mengingatkan kepada peserta didik untuk
melanjutkan membaca dengan buku yang sama. Berikut ini contoh
dari buku panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
18
pertama (2016:10) tentang jurnal membaca harian untuk tahapan
pembiasaan:
Jurnal Membaca Harian
Nama: Khansa Pertiwi Kelas: VII B
Hari/Tanggal Judul/ Pengarang Halaman yang
dibaca
Hari ke
berapa
Senin 4/2/2016 Laskar Pelangi/
Andrea Hirata
1-8 10
Selasa 5/2/2016 Laskar Pelangi/
Andrea Hirata
9-15 11
……… … …. …
.
Tabel 2.2 Jurnal Membaca Harian
Berbeda halnya dengan membaca nyaring atau read aloud,
guru membacakan buku dengan suara lantang sementara siswa
menyimak. Di tengah kegiatan membaca, seorang guru bisa
mengajak siswa untuk mengetahui isi cerita. Usai membacakan
buku, pendidik bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa tentang
isi buku, seperti menanyakan tokoh-tokohnya, pesan yang dapat
diambil dalam cerita, dll. Dalam intinya kegiatan ini menimbulkan
dialog dan interaksi yang menghubungkan antara guru, siswa, dan
isi cerita.
2) Meri bertanya tentang buku
Berbicara tentang buku penting dilakukan untuk memastikan
bahwa peserta didik menangkap isi buku yang dibaca. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat membangun keterikatan antara guru dan
peserta didik, dan dapat memotivasi peserta didik untuk terus
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
19
membaca. Berikut adalah contoh-contoh pertanyaan yang terdapat
di buku panduan praktis gerakan literasi sekolah 2017:12) dapat
disampaikan guru kepada peserta didik setelah kegiatan 15 menit
membaca dalam tahap pembiasaan.
a) Apakah kamu menikmati cerita yang baru kamu dengarkan?
Mengapa?
b) Siapa saja tokoh cerita dalam buku itu?
(1) Tokoh mana yang paling kamu sukai?
(2) Bagaimana ciri-ciri tokoh tersebut?
(3) Apa yang tidak kamu sukai dari isi buku itu? Bila kamu
penulis cerita tersebut, bagaimana kamu akan mengakhiri
cerita itu?
c) Adakah kata-kata sulit yang tidak kamu pahami saat
mendengarkan cerita tadi? Coba ceritakan kembali isi cerita
tersebut dengan kata- katamu sendiri!
b Membangun lingkungan yang literat
Aspek penting dalam membangun literasi secara umum dan
keberhasilan program membaca secara lebih khusus adalah tersedianya
sudut baca di kelas (panduan gerakan literasi sekolah di sekolah
menengah pertama 2016:12).
1) Sudut baca di Sekolah
Sekolah memanfaatkan sudut-sudut ataupun tempat lain yang
srategis di sekolah untuk dilengkapi dengan sumber-sumber
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
20
bacaan. Hal ini bertujuan untuk membuka akses peserta didik
kepada sumber bacaan dengan lebih luas.
Sudut baca sekolah dapat dibuat di kebun sekolah, halaman,
area tunggu orang tua dan sebagainya yang dianggap tempat
strategi dan mudah dijangkau oleh setiap sasaran literasi (panduan
praktis gerakan literasi sekolah, 2017:8). Dalam sudut baca
tersebut, dibuat nyaman dan menyenangkan dengan di fasilitasi
meja, kursi, dan atap. Koleksi buku dapat disimpan di etalase yang
memungkinkan jika dipindah mudah dan leluasa.
2) Menciptakan lingkungan kaya teks
Untuk menumbuhkan budaya literasi, kegiatan 15 menit
membaca perlu didukung oleh lingkungan yang kaya teks. Contoh-
contoh bahan kaya teks terdapat di buku panduan gerakan literasi
sekolah di sekolah menengah pertama (2016:14) adalah:
a) Karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik;
b) Poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster
kampanye membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan
menumbuhkan cinta pengetahuan dan budi pekerti;
c) Jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas, denah ruang
kelas;
d) Ucapan selamat datang dan kata-kata yang memotivasi di pintu
kelas, dan tempat-tempat lain yang mudah dilihat.
c Memilih buku bacaan di SMP
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
21
Menurut buku panduan gerakan literasi sekolah di sekolah
menengah pertama (2016:14) menyatakan bahwa jenis buku yang
sesuai untuk tingkat perkembangan kognitif dan psikologis peserta
didik tingkat SMP meliputi karya fiksi dan nonfiksi. Konten buku
mengandung pesan nilai-nilai budi pekerti, menyebarkan semangat
optimisme, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
dan inovatif sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik dalam tahap
remaja awal (12-15 tahun).
d Pelibatan publik
Pelibatan publik pada tahap pembiasaan terdapat di panduan
gerakan literasi sekolah di sekolah menengah pertama (2016:15),
sebagai berikut:
1) Pengembangan sarana literasi membutuhkan sumber daya yang
memadai.
2) Partisipasi komite sekolah, orang tua, alumni, dan dunia bisnis dan
industri dapat membantu memelihara dan mengembangkan sarana
sekolah agar capaian literasi peserta didik dapat terus ditingkatkan.
3) Dengan keterlibatan semakin banyak pihak, peserta didik dapat
belajar dari figur teladan literasi yang beragam.
4) Ekosistem sekolah menjadi terbuka dan sekolah mendapat
kepercayaan yang semakin baik dari orang tua dan elemen
masyarakat lain.
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
22
5) Sekolah belajar untuk mengelola dukungan dari berbagai pihak
sehingga akuntabilitas sekolah juga akan meningkat.
6. Indikator ketercapaian
Dari kegiatan literasi yang dijelaskan di atas, sekolah dapat
melakukan evaluasi diri untuk mengukur ketercapaian pelaksanaan literasi
tahap pembiasaan di SMP. Sebuah sekolah dapat dikatakan siap untuk
masuk dalam tahap berikutnya, yakni tahap pengembangan literasi SMP
bila telah melakukan pembiasaan 15 menit membaca (membaca dalam hati
dan membacakan nyaring) dalam kurun waktu tertentu.
Setiap kelas atau sekolah berkemungkinan berbeda dalam hal
pencapaian tahap kegiatan literasi. Berikut ini adalah beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk rujukan apakah sekolah dapat meningkatkan
kegiatan literasinya dari tahap pembiasaan ke tahap pengembangan
terdapat di buku panduan gerakan literasi sekolah di sekolah menengah
pertama (2016:16-17):
No Indikator Belum Sudah
1. Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca
dalam hati, membacakan nyaring) yang
dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau
menjelang akhir pelajaran).
2. Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan
selama minimal 1 semester.
3. Peserta didik memiliki jurnal membaca harian
4. Guru, kepala sekolah, dan/atau tenaga
kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15
menit membaca dengan ikut membaca selama
kegiatan berlangsung
5. Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan
area baca yang nyaman dengan koleksi buku
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
23
nonpelajaran
6. Ada poster-poster kampanye membaca di kelas,
koridor, dan/atau area lain di sekolah
7. Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap
kelas
8. Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi
lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks.
9. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan
hidup bersih, sehat, dan indah
10. Sekolah berupaya melibatkan publik (orang tua,
alumni, dan elemen masyarakat) untuk
mengembangkan kegiatan literasi sekolah
11. Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen
melaksanakan dan mendukung gerakan literasi
sekolah
Tabel 2.3 Indikator Ketercapaian GLS Tahap Pembiasaan di SMP
C. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Ranti Wulandari, Universitas Negeri Yogyakarta (2017)
tentang “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim International”. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di bulan
Desember 2016-Januari 2017. Subjek penelitian ialah Kepala Sekolah,
Kepala Perpustakaan, Kadiv Akademik dan Kurikulum yang menjabat
sebagai guru serta siswa kelas I. Teknik pengumpulan data yang
digunakan ialah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa (1) program menunjang kebijakan
gerakan literasi di SDIT LHI adalah: Reading Group, Morning Motivation,
Mini library, Pengadaan perpustakaan, Best Reader of The Month, Books
Lover, Oktober bulan bahasa, World book day, Waqaf buku, Story
Telling, Mading, Library class, (2) implementasi kebijakan yang
mendukung program, dan faktor pendukung & faktor penghambat.
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
24
2. Penelitian oleh Rohanda,dkk Universitas Padjajajran (2016) tentang
“Apresiasi Orang Tua Siswa Terhadap Program Gerakan Literasi
Sekolah”. Penelitian ini dilaksanakan di SLTP dan SLTA yang ada di
kecamatan lembang kabupaten bandung barat (KBB). Subjek pada
penelitian ini adlaah wali murid atau ornag tua peserta didik SLTP dan
SLTA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan jenis penelitian survey. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui angket, observasi, wawancara serta melalui studi
kepustakaan. Hasil dari penelitian ini diketahuai bahwa apresiasi orang tua
terhadap pelaksanaan GLS dilihat dari aspek pengetahuan (kognitif),
emosional (emotif), dan penelitian (evaluative) berada dalam kategori
antara lebih dari cukup. Pada penelitian ini menjelaskan orang tua wali
murid memiliki apresiaisi terhadap program literasi sekolah tersebut.
3. Penelitian Sari, Ratna Dewi Universitas Negeri Surabaya (2017) tentang
“Hubungan Kualitas Penerapan Gerakan Literasi Sekolah Dengan
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Sidoarjo”. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMK
Negeri 1 Sidoarjo dengan sampel sejumlah 108 siswa. Untuk mengolah
data menggunakan teknik analisis data dengan rumus korelasi product
moment. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai r hitung lebih
besar dari r tabel. Berdasarkan ketentuan jika r hitung lebih besar dari r
tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
1
25
positif dan signifikan kualitas penerapan Gerakan Literasi Sekolah dengan
kemandirian belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Sidoarjo. Kualitas
penerapan Gerakan Literasi Sekolah dilihat dari proses pelaksanaannya
dimulai dari pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Siswa yang
melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dengan kualitas yang tinggi maka
akan memiliki kemandirian belajar yang tinggi, begitu sebaliknya siswa
yang melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dengan kualitas rendah
maka memiliki kemandirian belajar yang rendah.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan di atas dapat diketahui
bahwa ketiga penelitian tersebut memiliki fokus masalah yang berbeda
namun topik atau inti bahasan sama yaitu gerakan literasi sekolah.
Penelitian di atas fokus pada kebijakan gerakan literasi sekolah, aspresiasi
orang tua terhadap program gerakan literasi sekolah, dan kualitas
penerapan gerakan literasi sekolah dengan kemandirian belajar peserta
didik. Penelitian ini fokus pada pelaksanaan, faktor pendukung dan
hambatan dari pelaksanaan, serta upaya dalam mengatasi hambatan
tersebut. Namun pada akhirnya hasil penelitian dapat saling melengkapi
dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu tentang gerakan literasi
sekolah.
Penerapan Gerakan Literasi..., Lamonica Shasha Rini, Fakultas Agama Islam UMP, 2018