BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor -...

34
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor Peran tutor pada program paket B, warga belajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian tutor, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan, dan lain–lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar, untuk dapat merasakan manfaatnya tutor dapat mempergunakan dan mengembangkannya dalam proses pembelajaran baik di kelompok maupun di luar kelompok . Media yang dapat dimanfaatkan oleh tutor adalah media yang sesuai dengan isi dan tujuan. Cara memanfaatkan media tergantung dari jenis dan karakteristik sesuatu media, cara kerja media visual, tentu berbeda dengan cara kerja media audiovisual. Cara pemakaiannya tidak mesti harus tutor, tetapi warga belajar juga dapat menggunakan media tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran itu diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran, maka menurut Surakhmad (1984: 44) menegaskan bahwa terlihat peranannya sebagai berikut: (a) media yang digunakan tutor sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang tutor sampaikan; (b) media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para warga belajar dalam proses belajarnya. Paling tidak tutor dapat memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar warga belajar ; (c) media sebagai

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor -...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Peran Tutor

Peran tutor pada program paket B, warga belajar lebih banyak melakukan

kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian tutor, tetapi juga aktivitas

lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan, dan lain–lain. Pemanfaatan

media pembelajaran dalam proses belajar, untuk dapat merasakan manfaatnya tutor

dapat mempergunakan dan mengembangkannya dalam proses pembelajaran baik di

kelompok maupun di luar kelompok . Media yang dapat dimanfaatkan oleh tutor

adalah media yang sesuai dengan isi dan tujuan. Cara memanfaatkan media

tergantung dari jenis dan karakteristik sesuatu media, cara kerja media visual, tentu

berbeda dengan cara kerja media audiovisual. Cara pemakaiannya tidak mesti harus

tutor, tetapi warga belajar juga dapat menggunakan media tersebut, untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran itu diaplikasikan ke dalam proses

pembelajaran, maka menurut Surakhmad (1984: 44) menegaskan bahwa terlihat

peranannya sebagai berikut: (a) media yang digunakan tutor sebagai penjelas dari

keterangan terhadap suatu bahan yang tutor sampaikan; (b) media dapat

memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para

warga belajar dalam proses belajarnya. Paling tidak tutor dapat memperoleh media

sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar warga belajar ; (c) media sebagai

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

sumber belajar bagi warga belajar. Media sebagai sumber bahan kongkret berisikan

bahan–bahan yang harus dipelajari para warga belajar, baik individu maupun

kelompok. Kekongkritan sifat media itulah akan banyak membantu tugas tutor

dalam kegiatan pembelajaran.

Bertolak dari peranan media pembelajaran ini diharapkan pemahaman tutor

terhadap media jelas, sehingga tidak memanfaatkan secara kurang tepat. Sebagai alat

bantu yang meletakkan cara berfikir kongkret dalam kegiatan belajar mengajar,

pengembangannya diserahkan kepada tutor. Tutor dapat mengembangkan media

sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini akan terkait dengan kecermatan tutor

memahami kondisi psikologis warga belajar, tujuan, metode dan kelengkapan alat

bantu. Kesesuaian dan keterpaduan dari semua unsur ini sangat mendukung

pengembangan media pembelajaran.

Dalam memanfaatkan media salah satu karakterisitik yang perlu diperhatikan

adalah media itu mudah diperoleh, atau setidak–tidaknya mudah dibuat oleh tutor

pada waktu mengajar. Contoh media grafis, umumnya mudah dibuat oleh tutor tanpa

biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya. Keterampilan

tutor dalam menggunakan berbagai jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah

tutor dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang

diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaannya oleh tutor

pada saat terjadi interaksi belajar warga belajar dengan lingkungan. Adanya OHP,

proyektor film, komputer dan alat–alat canggih lainnya, bila digunakan dengan baik,

maka dapat mempertinggi kualitas pengajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Tersedianya waktu untuk menggunakannnya sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi warga belajar selama pengajaran berlangsung. Seorang tutor dalam

hal memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf

berfikir warga belajar, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami

oleh warga belajar. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam

bentuk persen bagi warga belajar. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur

hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi warga belajar yang

telah memiliki kadar berfikir tinggi.

Kriteria pemilihan media tersebut, tutor dapat lebih mudah menggunakan media

mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas–tugasnya.

Kehadiran media dalam proses pembelajaran jangan dipaksakan sehingga

mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas tutor dan

pemahaman warga belajar terhadap materi yang diajarkan. Karena itu media bukanlah

suatu keharusan bagi tutor,tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk

mempertinggi kualitas mengajar.

B. Hakikat Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Kemampuan pimpinan untuk memotivasi, mempengaruhi mengarahkan, dan

berkomunikasi dengan bawahan akan menentukan efektitas kerja. Motivasi merupakan

kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara prilaku manusia. Hal ini

merupakan subyek yang penting bagi pimpinan, karena menurut definisi pimpinan harus

bekerja dengan dan melalui orang lain.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai motivasi, maka terlebih dahulu

kita harus mengetahui pengertian dari motivasi. Menurut (Hasibuan, 2000 : 141) motivasi

berasal dari kata latin, movere yang berarti dorongan mengerakkan. Motivasi dalam

manajemen hanya ditunjukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada

khususnya, motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengerahkan daya dan potensi

bawahan agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan

tujuan yang telah ditentukan.

Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias dalam

mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena pemimpin telah membagikan

pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terinteraksi kepada tujuan

yang diinginkan.

Selanjutnya, menurut (Mathis dan Jackson, 2001: 89) motivasi merupakan hasrat

didalam seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Hal ini difokuskan

pada nilai yang ditempatkan orang untuk suatu tujuan seperti juga pandangan seseorang

terhadap kesamaan didalam tempat kerja dan keadilan sebagai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai.

Menurut (Gomes, 1995 : 178) adalah kepuasan atau ketidakpuasan seseorang

dengan pekerjaan merupakan keadaan yang sifatnya subyektif, yang merupakan hasil

kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata

diterima oleh pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan,

diinginkan dan dipikirnya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya. Sementara setiap

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

pegawai secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memukan, kepuasan kerja

dipengaruhi oleh suatu keadaan sosial (social frame of reference).

Kepuasan kerja biasanya diketahui berdasarkan hasil penyelidikan terhadap

pegawai. Seseorang bisa bertanya secara keseluruhan, “ apakah anda merasa puas dengan

kerja anda ? “ jawaban terhadap pertanyaan ini dapat bermacam-macam, dimulai dengan

“yang sangat memuaskan” hingga yang “sangat tidak memuaskan”. Tetapi pertanyaan yang

sifatnya secara umum seperti ini lebih gagal memberikan informasi yang sifatnya diagnostik.

Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi).

Selanjutnya menurut (Handoko, 1995 : 251) mengemukakan bahwa

motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara

prilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi pimpinan karena

menurut definisi pimpinan harus bekerja dengan dan melalui orang lain.

Menurut Maslow (Handoko, 1995 : 256) Manusia akan didorong untuk

memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang

bersangkutan mengikuti hirarki. Dalam tingkatan ini, kebutuhan pertama yang harus

dipenuhi lebih dahulu adalah kebutuhan fisiologis seperti balas jasa, istirahat dan

sebagainya. Setelah kebutuhan pertama dipuaskan, kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya

akan menjadi kebutuhan utama.

Hirarki kebutuhan dari maslow, dalam teori dan penerapannya sebagai motivasi

manajerial :

1. Kebutuhan Fisiologis (Phisiological needs)

Teoritis : makan, minum, perumahan, seks, istirahat.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Terapan : Ruang istirahat, berhenti makan siang, udara bersih untuk bernapas, air

untuk diminum, liburan, cuti, balas jasa, dan jaminan sosial.

2. Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs)

Teoritis : Perlindungan dan stabilitas

Terapan : Pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana-rencana

senioritas, serikat kerja, tabungan, uang pesangon, jaminan pensiun,

asuransi, system penanganan keluhan.

3. Kebutuhan Sosial (social needs)

Teoritis : Cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam kelompok,

kekeluargaan, asosiasi.

Terapan : Kelompok-kelompok kerja formal dan informal, kegiatan-kegiatan

yang disponsori perusahaan, acara-acara peringatan.

4. Kebutuhan harga diri (Esteem needs)

Teoritis : Status dan kedudukan, percaya diri, pengakuan, reputasi dan prestasi,

apresiasi, kehormatan diri, penghargaan.

Terapan : Kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status simbol, pengakuan jabatan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization needs)

Teoritis : Penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri.

Terapan : Menyelesaikan penugasan-penugasan yang bersifat menantang,

melakukan pekerjaan-pekerjaan kreatif, keterampilan.

Proses diatas menunjukan bahwa kebutuhan – kebutuhan saling tergantung

dan saling menopang. Kebutuhan yang telah terpuaskan akan berhenti menjadi

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

motivasi utama dari prilaku, diganti dengan kebutuhan – kebutuhan selanjutnya yang

mendominasi. Tetapi meskipun suatu kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan -

kebutuhan itu masih mempengaruhi prilaku dan tidak hilang, hanya intensitasnya

kecil. Hal ini juga menunjukan bagaimana hirarki kebutuhan dapat digunakan dalam

manajemen motivasi, teori ini harus dipandang sebagai pedoman umum bagi

pimpinan, karena konsepnya relative dan bukan merupakan penjelasan mutlak tentang

semua prilaku manusia. Bagaimana pun juga teori ini banyak berguna bagi pimpinan

dalam usaha memotivasi bawahan paling tidak untuk memperjelas dan memperkirakan

tidak hanya prilaku individual tetapi juga prilaku kelompok dengan melihat rata – rata

kebutuhan yang menjadi motivasi mereka.

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,

artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologiswarga

belajar.(Dimiyati dan Mudjiono 1994:79) mengatakan bahwa:”Komponen utama

yang mempengaruhi motivasi belajarwarga belajar adalah : (a) cita–cita dan

aspirasiwarga belajar. (b) faktor kemampuan. (c) faktor minat. (d) faktor kesehatan

mental. (e) faktor orang tua (f) faktor tutor sebagai pendidik dan (g) faktor

lingkungan”.

Keenam faktor yang mempengaruhi motivasi belajar warga belajar ini akan

diuraikan sebagai berikut :

a. Faktor kemampuan,

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Setiap warga belajar mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Warga belajar

yang mempunyai kemampuan tinggi akan mempunyai motivasi belajar yang

tinggi pula, jika dibandingkan dengan warga belajar yang mempunyai

kemampuan yang rendah. Oleh karena itu prestasi mereka dalam belajar nampak

lebih meningkat. Hal tersebut diperkuat oleh penegasan Monks (dalam Dimiyati

1994:103) bahwa: “ Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk

melaksanakan tugas.”

b. Faktor minat,

Apabila seseorang anak mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu,maka

dapatlah dikatakan bahwa dia mempunyai motivasi yang tinggi. Oleh karena itu

minat tidak dapat dipisahkan dengan motivasi. Walaupun tutor telah berusaha

untuk membangkitkan motivasi belajar warga belajar, namun pada warga belajar

tidak terdapat minat untuk belajar, maka usaha-usaha yanhg dilakukan akan sia-

sia.

c. Faktor kesehatan mental

Kesehatan mental akan mempengaruhi motivasi belajar warga belajar,

oleh karena kesehatan mental berhubungan dengan ketenangan hidup ketenteram

jiwa, kebahagiaan batin. Menurut Yusuf (1994:15) bahwa : “Tercapainya tujuan

yang dimaksud tidak hanya tergantung pada faktor-faktor luar seperti keadaan

sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya tetapi tergantung pada

cara hidup dan dengan kata lain tergantung pada kesehatan mentalnya, karena

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

kesehatan mental itulah yang menentukan cara dan sikap seseorang dalam

menghadapi faktor-faktor itu.”

Inti dari pendapat di atas adalah apabila seseorang dalam hidupnya, sehat

mental maka dia bebas untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya,

atau dia dapat membangkitkan motivasi secara sempurna. Kesehatan mental

yang dimiliki para warga belajar akan memungkinkan mereka untuk

mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, serta mereka akan bebas

menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai.

Kondisi warga belajar yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi

motivasi belajar. Seorang warga belajar yang sedang sakit, lapar, atau marah-

marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seseorang warga belajar

yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d. Faktor orang tua

Orang tua merupakan pendidik yang utama dan pertama yang

menanamkan pada diri anak. Khususnya dalam pemberian motivasi orang tua

sangat berpengaruh karena ada kecenderungan pada diri anak untuk mau

mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya jika dibandingkan dengan

apa yang dikatakan oleh orang lain. Dengan demikian bahwa, orang tua bertugas

untuk memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

e. Faktor tutor sebagai pendidik

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Tutor sebagai pendidik berperan dalam menyusun disain pembelajaran,

dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar. Sebagai pendidik dalam

membelajarkan warga belajar, tutor harus dapat menciptakan suasana yang baik

agar warga belajar dapat termotivasi dan belajar secara aktif dalam proses belajar

guna mencapi tujuan pengajaran yang inginj dicapai. Kemampuan tutor dalam

mengelola kelas seperti kemampuan yang bersifat preventif, represif dan

menanamkan kepada warga belajar disiplin kelas yang kondusif.

f. Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan warga belajar berupa keadaan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota

masyarakat, maka warga belajar dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi motivasi belajar warga belajar,

sebab di luar rumah warga belajar akan berkecimpung dengan masyarakat yang

mempunyai keadaan yang berbeda-beda.

Warga belajar memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran

yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan

teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan

warga belajar yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan

pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya warga belajar yang

berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan sebagainya. Jika seorang berada

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

dalam lingkungan masyarakat yang baik, maka motivasi belajarnya akan tumbuh

dengan baik. demikian sebaliknya.

c. Ciri – Ciri Warga belajar yang Memiliki Motivasi

Menurut Maslow dan Rogers (Dimiyati dan Mudjiono, 1994:173)

menegaskan bahwa :“ Pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik dari setiap warga

belajar untuk mengaktualisasi diri dengan ciri-ciri: (a) berkemampuan mengamati

suatu realitis secara efisien, apa adanya, dan terbatas dari subjektivitas. (b) dapat

menerima diri sendiri, orang lain, secara sewajarnya. (c) berperilaku spontan,

sederhana, dan wajar. (d) terpusat pada masalah atau tugasnya. (e) memiliki

kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi. (f) memiliki kebebasan dan

kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaannya. (g) dapat menghargai dengan

rasa hormat dan penuh gairah. (h) dapat mengalami pengalaman puncak, seperti

terwujud dalam kreativitas, penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan

persahabatan. (i) memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi. (j)

dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar. (k) memiliki watak terbuka dan bebas

prasangka. (l) memiliki standar kesusialaan tinggi. (m) memiliki rasa humor

terpelajar. (n) memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam

pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu. (o) memiliki otonomi tinggi.

Untuk jelasnya ciri-ciri umum dari warga belajar yang memiliki motivasi

dalam kegiatan akan diuraikan secara singkat seperti berikut.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

a. Berkemampuan mengamati suatu realitis secara efisien, apa adanya, dan

terbatas dari subjektivitas.

Warga belajar yang memiliki motivasi dalam kegiatan belajar, memandang

obyek yang telah dipelajarinya sesuai apa adanya, tanpa adanya rekayasa secara

subyektifitas dalam dirinya. Dengan adanya kepemilikan pengetahuan sebagai

produk kegiatan belajar dapat mengembangkan kreativitas dalam diri secara

optimal.

b. Menerima diri sendiri, orang lain, secara sewajarnya

Salah satu wujud nyata dan kongkrit dari hasil belajar, adalah akan muncul

rasa menerima dirinya sendiri, dan sadar akan kelebihan dan kekurangan yang

dimilikinya. Selain itu, dalam setiap pergaulan dengan orang juga cenderung

untuk berperilaku rendah diri dan menerima sesuai apa adanya.

c. Berperilaku spontan, sederhana, dan wajar

Ciri lain yang muncul dari seorang warga belajar yang memiliki motivasi

dalam kegiatan belajar adalah kecendrungan untuk berprilaku spontan, responsif

terhadap berbagai hal yang dapat mengembangkan dirinya. Baginya sikap seperti

ini merupakan sebuah rangkaian dari aktivitas belajar untuk mengembangkan diri

sehingga melahirkan mental warga belajar untuk dapat berprestasi. Tetapi

walaupun demikian, sikap spontan dan responsif ini tetap berada pada hal-hal

yang yang sederhana dan wajar, dan bukan untuk menunjukkan kemampuan dan

kelebihan yang dimiliki.

d. Terpusat pada masalah atau tugasnya

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Salah satu sasaran utama dari adanya motivasi belajar kemampuan dari

warga belajar dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Indikasi

umum dari hal ini, yakni mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

dalam mata pelajaran tertentu diberikan oleh tutor, sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan.

e. Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi

Perilaku kemandirian warga belajar ditunjukkan dengan tidak selalu

mengharapkan bantuan dan ulur tangan dari orang lain dalam mengerjakan tugas

yang menjadi beban tanggung jawabnya. Bagi warga belajar seperti ini berprinsip

bahwa kemandirian dalam menyelesaikan suatu tugas adalah suatu hal yang

mutlak. Oleh karena itu seorang tutor harus menghargai segala jerih payah dan

usaha dari warga belajar dalam mengerjakan tugas, tanpa memandang berapapun

hasil yang diperolehnya, karena hasil tersebut merupakan refleksi asli dari

kemampuan yang dimiliki warga belajar.

f. Memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaannya.

Indikasi dari warga belajar yang memiliki ciri seperti ini, adalah ia mampu

mendisiplikan diri secara aktif, bertanggung jawab atas dirnya sendiri, dan bukan

atas pekasaaan dari orang, selalu mengambil langkah-langkah positif.

Penghormatan berlebihan, pemberian status, popularitas dianggap kurang penting

dibandingkan dengan perkembangan diri.

g. Mengalami pengalaman puncak

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Aktivitas yang ditunjukkan oleh warga belajar yang mempunyai

motivasi dalam kegiatan belajar umumnya mengarah pada hal-hal yang bersifat

positif. Bentuk-bentuk kegiatan yang sering dilakukan biasanya bernuansa

pengembangan kreativitas diri, kegiatan intelektual, atau mungkin kegiatan yang

bersifat sosial seperti menjalin persahabatan yang baik dengan teman-teman

sepergaulannya. Akumulasi dari aktivitas yang bersifat positif ini melahirkan

suatu pengalaman yang berharga bagi dirinya sendiri.

h. Memiliki rasa keterikatan dan solidaritas kemanusiaan yang tinggi

Warga belajar yang memiliki motivasi belajar menyadari sepenuhnya

bahwa dirinya tidak mungkin berhasil dengan sendiri tanpa bantuan dan uluran

tangan dari orang. Oleh karena itu bila rasa kesetikawanan terhadap orang lain

sering tertanam dalam dirinya, sehingga tidak jarang disenangi oleh semua orang

yang bergaul bersamanya.

i. Menjalin hubungan pribadi yang wajar

Hubungan pribadi yang ditunjukkan dalam pergaualan sehari senantiasa

tetap sesuai dengan segala norma – norma yang berlaku. Baginya norma atau

ajaran agama cenderung dijadikan pegangan dan segala bertindak dan berbuat.

Warga belajar seperti ini menyakini dengan sepenuh hati, bahwa sekecil apapun

perbuatan yang baik maupun akan tetap dipertanggungjawabkanya dihadapan

Allah SWT.

j. Memiliki watak terbuka dan bebas berprasangka

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Dalam segala bertindak dan berbuat serta dalam memutuskan sesuatu,

umumnya dilakukan secara cermat, hati-hati dan dianalisisi secara teliti dan

rasionil, bukan dengan gegabah atau tergesa-gesa. Prinsip yang dipegang dalam

segal aktivitas adalah menghindari atau memperkecil resiko sebagai akibat

tindakan atau perbuatannya sendiri, sehingga terbebas dari adanya prasangka

yang negatif dari orang lain.

k. Memiliki standar kesusilaan

Standar kesusilaan yang dipegang oleh warga belajar yang memiliki

ciri-ciri bermotivasi dalam belajar adalah segala ajaran agama yang dianutnya.

Oleh karena itu, biasanya bahwa mereka taat untuk melaksanakan ibadah kepada

Allah SWT. Mereka menyadari dengan sepenuh hati bahwa apa yang telah

dirasakan dan dimilikinya selama hidup, merupakan rahmat dari Allah SWT. Dan

sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah dilimpahkan pada dirinya,

menjadikan ajaran agama sebagai patokan dan standar yang hakiki, untuk

mengukur dan membedakan antara perbuatan dan tindakan yang benar dengan

salah.

l. Memiliki rasa humor terpelajar

Salah satu bentuk ekspresi dari warga belajar yang memiliki ciri

bermotivasi dalam kegiatan belajar adalah sering melakukan humor-humor tetapi

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

tetap dalam batas-batas tertentu dan terkendali serta menggunakan akal atau

bersifat rasionalitas.

m. Memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan

Sisi lain dari warga belajar yang mempunyai motivasi adalah bukan saja

ditujukan pada prestasi akademik, tetapi juga biasanya memiliki kreativitas dalam

bidang vokasional seperti kesenian, atau keterampilan lain, sebagai bentuk dan

wujud dari adanya imajinasi yang dimiliki.

n. Memiliki otonomi yang tinggi

Warga belajar yang bermotivasi dalam belajar biasanya akan

mengerahkan segala tenaga,waktu dan kemampuannya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkannya itu. Warga belajar tidak akan senang melihat sesuatu

tugas yang tidak terselesaikan dengan baik, apalagi terbengkalai. Karena

kesungguhan yang demikian, tidak jarang orang yang mempunyai motivasi

keberhasilan yang tinggi dituduh sebagai orang yang suka menyendiri, dan

memiliki otonomi yang tinggi dalam bertindak dan berbuat.

Motivasi mengaktualisai diri tersebut berjalan sesuai dengan kemampuan

tiap warga belajar. Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja

tidak mudah, tetapi memerlukan suatu ketekunan, perhatian dan keuletan dari para

warga belajar.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam (Damyati dan Mudjiono, 2002 :

44) menegaskan bahwa, “ Setiap individu memiliki motivasi utama berupa

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

kecenderungan aktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi diri tersebut yakni : (a)

berakar dari sifat bawaan, (b) perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri

optimal, (c) pengaktualisasian diri juga bertindak sebagai evaluasi pengalaman.”

Pendapat di atas mengindikasikan bahwa warga belajar yang memiliki

pengalaman positif, dapat berkembang secara optimal kegiatan belajarnya.

Pandangan positif yang datang dari orang lain, akan memperkuat kecenderungan

aktualisasi diri.

Memperkuat pernyataan di atas, maka warga belajar yang mempunyai

kecenderungan beraktulisasi diri penuh memiliki ciri-ciri seperti yang ditegaskan oleh

(Usman dan Setiowati, 2000: 120) yaitu, ” (a) terbuka terhadap segala pengalaman

hidup. (b) menjalani kehidupan secara berkepribadian, ia tidak terpaku pada masa

lampau, atau masa yang akan datang. (c) percaya pada diri sendiri. (d) memiliki rasa

kebebasan. (e) memiliki kreativitas.”

Berdasarkan teori-teori yang telah dikaji maka yang dimaksud dengan

motivasi belajar warga belajar dalam penelitian ini adalah dorongan yang dimiliki

oleh warga belajar untuk aktif dalam kegiatan belajar, dengan indikator yaitu

kebutuhan, dorongan dan tujuan.

C. Konsep Dasar Program Paket B

Salah satu program pendidikan luar paket B yang dikembangkan dalam

rangka pengembangan sumber daya manusia adalah program kesetaraan, antara lain

program Paket B yang dirancang dan diarahkan untuk menunjang pelaksanaan

pendidikan berkelanjutan.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Eksistensi program Paket B sebagai salah satu program kesetaraan yang

dikembangkan melalui jalur pendidikan paket Bsangat diperlukan, mengingat masih

banyak warga masyarakat yang karena berbagai alasan tidak berkesempatan untuk

menyelesaikan pendidikan lewat jalur paket Bsetingkat SMP termasuk mereka yang

putus SMP . Program paket B menurut Ditjen Diklusepora, (1994 : 2) adalah: “Salah

satu program pendidikan luar paket Byang dikembangkan dengan tujuan memberikan

pelayanan pendidikan bagi warga masyarakat yang ingin memiliki pengetahuan

ketrampilan dan sikap mental yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan diri,

bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

sehingga siap menghadapi persaingan di era ke depan.

Pengertian dalam kaitannya dengan Kesetaraan Program Paket B dengan

SMP, pada dasarnya berkaitan dengan kualitas lulusan satuan pendidikan tersebut.

Kualitas lulusan berkaitan dengan berbagai input, misalnya isi program, lama belajar

dan metoda penyampaian, kegiatan pembelajaran pada satuan pendidikan tersebut.

Kesetaraan diartikan bahwa : (1) Materi pokok/inti yang diberikan di SMP juga

diberikan pada program Paket B, (2) Kurikulum SMP menjadi sumber dasar dalam

penyususnan modul program Paket B, (3) Lulusan program Paket B mendapat ijazah

yang mempunyai pengakuan yang sama dengan lulusan SMP .

Dalam penyelenggaraan program Paket B harus tersedia tenaga

kependidikan yaitu pengajar untuk mata pelajaran yang sesuai dengan kurikulum

SMP. Pelatih /instruktur untuk kegiatan belajar/ketrampilan dan kegiatan usaha.

Untuk tenaga pengajar, persyaratannya adalah : (1) Tutor SMP atau Madrasah

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Tsanawiyah (diutamakan), (2) tutor SMP yang memenuhi syarat, (3) Bukan

sebagai tutor akan tetapi memiliki latar belakangf pendidikan setingkat D III/S1

pada bidang studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang akan diberikan.

D. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas tutor dalam rangka pengembangan

pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi

dengan informasi dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari (Elizabeth

Perrott, 1982 : 8) yaitu pengajaran yang mendukung fungsi ketrampilan meliputi

menetapkan sasaran dan hasil untuk dievaluasi, dan menggambarkan informasi yang

diperlukan untuk evaluasi tersebut, seperti perolehan, perekaman, menganalisa dan

merekam informasi itu untuk memutuskan hasil.

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah suatu konsepsi yang membantu tutor mengkaitkan konten mata pelajaran

dengan situasi dunia nyata dan memotivasi warga belajar membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,

warga negara, dan tenaga kerja. (Depdikbud, 2004 : 15). Mempertegas pendapat di

atas, Nurhadi dkk (2004:4) mengatakan bahwa : “Pendekatan kontekstual merupakan

suatu konsep belajar dimana tutor menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas

dan mendorong warga belajar membuat hubungan antara pengetahuan yang

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat.”

Berdasarkan kedua pengertian di atas maka pembelajaran kontekstual atau

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu perpaduan dari banyak

praktek pengajaran dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan, yang bertujuan

untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan bagi semua

warga belajar.

b. Manfaat Pembelajaran Kontekstual

Menurut (Lili Nurlaili, 2003 : 12) bahwa : “Melalui pembelajaran

kontekstual maka warga belajar dapat menghubungkan kemampuan yang diharapkan

pada suatu mata pelajaran dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari mereka

sehingga mereka semakin akrab/dekat dengan lingkungannya, selain itu warga belajar

akan memiliki kemampuan untuk selalu berusaha mencari dan menemukan sendiri

dan menemukan pembuktiannya sendiri.”

Kegunaan pembelajaran kontekstual bila dituangkan dalam silabus

pembelajaran, sehingga warga belajar akan meningkatkan motivasi belajar,

memahami konsep, meningkatkan keterampilan komunikasi warga belajar, dan

penguasaan materi yang memadai.

Kesimpulan dari kedua pendapat di atas, bahwa manfaat pembelajaran

kontekstual adalah warga belajar akan mampu untuk menguasai suatu konsep yang

abstrak melalui pengalaman yang kongkrit melalui lingkungan, dan mereka bekerja

dalam satu kelompok serta berusaha untuk bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

akan tertanam nilai-nilai saling menghargai, percaya diri, kerja keras, dan sebagainya

sehingga melahirkan kreativitas warga belajar yang tentunya akan sangat membangun

harapan-harapan dimasa mendatang..

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pada prinsipnya ada enam unsur kunci CTL seperti berikut (1)

Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penghargaan pribadi warga

belajar bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari, dan

pembelajaran dipersepsi dengan hidup warga belajar. (2) Penerapan pengetahuan

yaitu kemampuan untuk melihat bagaimana, dan apa yang dipelajari, diterapkan

dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan datang.

(3) Berpikir tingkat lebih tinggi, yakni para warga belajar dilatih untuk menggunakan

berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu issu. (4)

Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan sehingga

konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang. (5) Responsive terhadap

budaya, yaitu tutor harus memahami dan menghormati nilai-nilai, keyakinan-

keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan warga belajar, sesama rekan tutor dan

masyarakat tempat mereka mendidik. (6) Penilaian otentik artinya pengunaan

berbagai macam strategi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar

sesungguhnya yang diharapkan dari warga belajar.

Dari berbagai bentuk dan karakteristik pembelajaran kontekstual, maka menurut(Nurlaila, 2003: 12) bahwa : “ Dalam pembelajaran kontekstual mengandung lima strategi umum bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontesktual di kelas mencakupi : (1) relating (menghubungkan) yaitu warga belajar akan belajar dengan menghubungkan pengetahuan yang

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

dia pelajari dengan pengalamannya sehari-hari, (2) experiencing (mengalami) yaituwarga belajar belajar dengan menemukan sendiri dengan daya kreasi, imajinasi dan inovasi yang mereka miliki, (3)applying (mengaplikasi),warga belajar yang belajar dengan pembelajaran kontekstual akan mampu mengaplikasikan pengetahuan atau informasi yang telah diperolehnya dalam siatuasi lain. (4) cooperating (bekerja sama) yaitu pembelajaran kontekstual akan membuat warga belajar mampu untuk bekerja sama dengan warga belajar lainnya dan akan saling menghargai perbedaan pendapat maupun menghargai hasil pekerjaan yang mereka lakukan bersama.(5) transfering (memindahkan) yaitu pembelajaran kontekstual akan membuat warga belajar untuk lebih mahir dengan kemampuan yang dia pelajari secara langsung tersebut dan mampu untuk memindahkannya dalam berbagai konteks lainnya.”

Selanjutnya (Dikdasmen, 2000:81-28) bahwa

:“Apabilatutormelakukanpembelajarankontekstual maka ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan untuk mengajarkannya yaitu motivasi, pemahaman, kemahiran, dan

penilaian”.Keempat tahap ini akan dijelaskan sebagai berikut : (1) Motivasi yaitu

sebelum memulai pembelajarantutor mengadakan tanya jawab padawarga belajar

mengenai kegiatan yang akan mereka lakukan. Dalam tanya jawab atau diskusi kelas

ini, tutor memberikan kebebasan padawargabelajar untuk menentukan kegiatan /

aktivitas yang akan dilakukannyaberkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai pada

mata pelajaran tersebut.Selanjutnyatutor danwarga belajar menyediakan alat bantu

yangmenunjang kegiatan yang akan mereka lakukan tersebut. dengan mencari sendiri

alat bantunya, makawarga belajar akan mengalami sendiri bagaimana kesulitan–

kesulitan yang mereka temukan untuk mendapatkan alat tersebut, (2) Pemahaman

yaitu apabila sudah ditemukan oleh warga belajar berbagai aktivitas / kegiatan yang

akan mereka lakukan, maka tugas tutor berikutnya adalah memperjelas kembali

konsep yang akan dipelajari / ditemukan oleh warga belajar tersebut. Apabila

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

memungkinkan tutor menyediakan tayangan video yang relevan dengan konsep yang

akan dipelajari, (3) Kemahiran warga belajar agar pembelajaran kontekstual lebih

bermakna maka pengetahuan yang telah diperolehnya dapat diaplikasi dengan cara

melakukan hands-on dan seterusnya dapat mencetuskan pemikiran murid (minds-on).

Seandainya warga belajar sulit menyusun skenarionya dalam bermain peran, tutor

dapat mengarahkan lagi atau memberi contoh sederhana, (4) Penilaiandalam

pembelajaran kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tertulis

maupun observasi. Dengan penilaian yang bervariasi tersebut maka akan dapat dilihat

secara terus menerus kemajuan warga belajar dalam melakukan kegiatannya.

Senada dengan karakteristik di atas, maka The Washington State Consortium of Contextual Teaching and Learning (2001 : 47), telah mengidentifikasi tujuh unsur kunci CTL yaitu : (1) Inquiri (Inquiry), adalah siklus yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis, dan merumuskan teori, baik secara individu maupun secara bersama-sama dengan teman lainnya. Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis. (2) Bertanya (Questioning), digunakan oleh tutor untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir warga belajar. Digunakan oleh warga belajar selama melakukan kegiatan berbasis inquiri. (3) Konstruktivisme (Constructivisme), membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna, (4) Masyarakat belajar (Learning Community), berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran adalah lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri. (5) Penilaian Otentik (Authentic Assessment) adalahmengukur pengetahuan dan keterampilan warga belajar. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang meliputi (a) penilaian produk atau kinerja, (b) tugas-tugas yang kontekstual dan relevan dan (c) proses dan produk dua-duanya dapat diukur. (6) Refleksi (Reflection) adalah cara-cara berpikir tentang apa-apa yang telah kita pelajari. Merevisi dan merespons kepada kejadian, aktivitas, dan pengalaman. Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru. Dapat merubah berbagai bentuk : jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni. (7) Pemodelan (Modelling) yaitu berpikir tentang proses pembelajaran secara mandiri, mendemostrasikan bagaimana Tutor menginginkan para warga belajar belajar, melakukan apa yang tutor inginkan agar warga belajar melakukan.

d. Fokus Pembelajaran Kontesktual

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Pembelajaran kontesktual menempatkan warga belajar di dalam konteks

bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal warga belajar dengan materi yang

sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individu warga belajar

dan peranan tutor. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pembelajaran kontesktual

harus menekankan pada 7 (tujuh) hal pokok yaitu :

1. Belajar berbasis Masalah (Problema Based Learning) yaitu suatu pendekatan

pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi warga

belajar untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,

serta memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dalam hal

ini warga belajar terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang

mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran.

Pendekatan ini mencakupi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan,

mensintesis dan mempresentasekan pertemuannya kepada orang lain.

2. Pengajaran Authentik (Authentic Instruction) yaitu pendekatan pengajaran yang

memperkenankan warga belajar untuk mempelajari konteks bermakna. Warga belajar

mengembanbang keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di

dalam konteks kehidupan nyata.

3. Belajar Berbasis Inquiri (Inquiri Learning Based ) yaitu aktivitas belajar yang

membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi pelajaran dan

menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

4. Belajar berbasis Proyek/tugas (Project Based Learning) yaitu aktivitas belajar warga

belajar yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana

lingkungan belajar warga belajar (kelas) didesain agar warga belajar dapat melakukan

penyelidikan terhadap masalah authentik termasuk pendalaman materi dari suatu

topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini

memperkenankan warga belajar untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi

(membentuk) pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam bentuk produk

nyata.

5. Belajar berbasis kerja (Work Based Learning) yang memerlukan suatu pendekatan

pengajaran yang memungkin warga belajar menggunakan konteks tempat kerja untuk

mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut

dipergunakan kembali di tempat kerja. Jadi dalam hal ini tempat kerja atau sejenisnya

dan berbagai aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan warga

belajar.

6 Belajar Berbasis Jasa layanan (Service Learning) yang memerlukan penggunaan

metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan

suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksi jenis layanan tersebut. Jadi

menekankan hubungan antara pengalaman warga belajar jasa layanan dan

pembelajaran akademis. Dengan kata lain pendekatan ini menyajikan suatu penerapan

praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagai keterampilan untuk

memenuhi kebutuhan di dalam masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan

kegiatannya.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

7. Belajar kooperatif (cooperatif learning) yang memerlukan pendekatan pengajaran

melalui penggunaan kelompok kecil warga belajar untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Agar proses pengajaran kontekstual lebih efektif, maka (Nurhadi dkk,

2004 : 22) mengatakan bahwa : “ perlu melaksanakan beberapa hal sebagai

berikut : (1) Mengkaji konsep dan kompotensi dasar yang akan dipelajari oleh

warga belajar, (2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup warga

belajar melalui proses pengkajian secara seksama, (3) Mempelajari lingkungan

sekolah dan tempat tinggal warga belajar, selanjutnya memilih dan mengaitkan

dengan konsep dan kompotensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran

kontekstual, (4) Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori

yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki warga

belajar dan lingkungan kehidupan mereka. (5) Melaksanakan pengajaran

dengan selalu mendorong warga belajar untuk mengaitkan apa yang sedang

dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya

dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari -

hari. (6) Melakukan penilaian terhadap pemahamanwarga belajar. hasil penilaian

tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan

pelaksanaannya”.

Sehubungan dengan penjelasan tersebut di atas, strategi pembelajaran yang

dipilih tutor harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

1. Menekankan pada pemecahan masalah (problem solving)

Pengajaran kontekstual dapat dimulai dengan suatu simulasi atau masalah nyata.

Dalam hal ini, warga belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis dan

pendekatan sistematik untuk menemukan dan mengungkapkan masalah atau isu-

isu, dan mungkin juga menggunakan berbagai isi materi pembelajaran untuk

menyelesaikan masalah. Masalah yang dimaksudkan adalah yang relevan dengan

keluarga warga belajar, pengalaman, sekolah, tempat kerja dan masyarakat, yang

memiliki arti penting bagi warga belajar.

2. Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi di berbagai konteks

Pembelajaran kontekstual menyarankan bahwa pengetahuan tidak dapat

dipisahkan dari fisik dan konteks sosial dimana ia berkembang. Bagaimana dan

dimana warga belajar memperoleh dan memunculkan pengetahuan selanjutnya

menjadi sangat berarti, dan pengalaman belajarnya akan diperkaya jika ia

mempelajari keterampilan didalam konteks yang bervariasi (rumah, masyarakat,

tempat kerja dan keluarga).

3. Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran warga belajar

Warga belajar harus menjadi pembelajar yang sepanjang hayat yang mampu

mencari, menganalisis dan menggunakan informasi tanpa atau dengan sedikit

bimbingan, dan semakin menyadari bagaimana mereka memproses informasi,

menggunakan strategi pemecahan masalah, serta memanfaatkannya. Untuk

mencapai itu, melalui pengajaran kontekstual warga belajar harus ditekankan

melakukan uji coba (trial and error), menggunakan waktu dan struktur materi

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

untuk refleksi dan memperoleh dukungan yang cukup serta bantuan untuk

berubah dari pembelajar dependen menjadi pembelajar yang independen.

4. Bermuara pada keragaman konteks hidup yang dimiliki warga belajar

Secara menyeluruh ternyata populasi warga belajar sangatlah beragam ditinjau

dari perbedaan dalam nilai, adat istiadat sosial dan perspektif. Di dalam proses

pembelajaran kontekstual, perbedaan tersebut menjadi daya pendorong untuk

belajar dan sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri. Kerja

sama tim dan aktivitas kelompok belajar di dalam proses pembelajaran

kontekstual sangatlah menghargai keragaman warga belajar, memperluas

perspektif dan membangun keterampilan interpersonal (yaitu berpikir melalui

berkomunikasi dengan orang lain)

5. Mendorong warga belajar untuk belajar dari sesamanya (inter dependent learning group) Warga belajar akan dipengaruhi dan sekaligus berkontribusi terhadap

pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar atau komunitas

pembelajaran akan terbentuk didalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan

suatu usaha untuk bersama-sama memakai pengetahuan, memusatkan pada tujuan

pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.

Dalam hal ini, para pendidik harus bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan

pembimbing akademis.

6. Menggunakan penilaian autentik (autentic assesment).

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Pembelajaran kontekstual diharapkan membangun pengetahuan dan keterampilan

dengan cara yang bermakna melalui pengikutsertaan warga belajar kedalam

kehidupan nyata atau konteks autentik. Untuk proses pembelajaran yang demikian

itu, diperlukan suatu bentuk penilaian yang didasarkan kepada metodologi dan

tujuan dari pembelajaran itu sendiri, yang disebut dengan penilaian autentik.

Penilaian autentik menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi, menyatu

kedalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan dan arahan kepada

warga belajar untuk maju dan sekaligus dipergunakan sebagai alat kontrol untuk

melihat kemajuan warga belajar dan umpan balik bagi praktek pengajaran.

Peningkatkan mutu prestasi belajar warga belajar pada mata pelajaran Pelajaran ,

perlu adanya minat belajar yang optimal dari warga belajar. Karena minat belajar adalah

suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Dengan

belajar, warga belajar melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga

tingkah lakunya berkembang. Optimalnya pembelajaran kontekstual oleh tutor dapat

memacu minat warga belajar untuk memiliki prestasi yang baik pada mata pelajaran

Pelajaran. Dengan demikian pembelajaran konstektual merupakan suatu kondisi yang

dirancang oleh tutor dalam rangka meningkatkan minat warga belajar untuk mempelajari

materi pelajaran. Hubungan yang positif antara pembelajaran kontesktual dengan minat

warga belajar pada mata pelajaran Pelajaran. Artinya makin tinggi kemampuan tutor dalam

menerapkan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran, maka dapat diduga makin

tinggi pula hasil belajar warga belajar, sebaliknya makin rendah kemampuan tutor dalam

Page 30: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

menerapkan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran, maka rendah pula hasil belajar

warga belajar.

Sesuai pemaparan berbagai teori yang diuraikan di atas, maka pembelajaran

kontekstual dalam penelitian ini adalah konsep belajar dalam mata pelajaran

Pelajaran yang membantu tutor mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

dunia nyata warga belajar dan mendorong warga belajar membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari

– hari. Melalui konsep pembelajaran kontekstual ini maka pengetahuan warga belajar

pada mata pelajaran Pelajaran diharapkan lebih bermakna bagi warga belajar, karena

mereka mengalami, dan berupaya untuk memperoleh pengetahuan serta bukan

semata – mata transfer pengetahuan dari tutor ke warga belajar.

Menurut Fima RosyidahbahwaAda beberapastrategipengajaranyang dapat

dikembangkan olehtutor melalui pembelajaran kontekstual, antara lain pembelajaran

berbasis masalah, memanfaatkan lingkunganwarga belajar untuk memperoleh

pengalaman belajar, memberikan aktivitas kelompok, membuat aktivitas belajar

mandiri,membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat dan menerapkan

penilaian autentik. http://www.geocities.com/file/manContextual.html.

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, warga belajar

terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.

Kemudian warga belajar diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang

muncul. Setelah itu, tugas tutor adalah merangsang warga belajar untuk berpikir

Page 31: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas tutor adalah mengarahkan warga

belajar untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang

berbeda dengan mereka.

Tutor memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks

lingkungan warga belajar antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh tutor memberikan kesempatan bagi warga belajar

untuk belajar di luar kelas. Misalnya, warga belajar keluar dari ruang kelas dan

berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Warga belajar diharapkan dapat

memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman

belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan warga belajar dalam rangka

mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi

pembelajaran.

Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta

membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Tutor

dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan warga belajar

sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

Warga belajar tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan

informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan tutor. Supaya dapat

melakukannya, warga belajar harus lebih memperhatikan bagaimana mereka

memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan

pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus

Page 32: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun

refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan tutor supaya dapat melakukan proses

pembelajaran secara mandiri (independent learning).

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu warga

belajar untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh

pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan kesempatan

luas bagi warga belajar untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama

proses belajar-mengajar. Sistem penilaian seperti akan memberikan umpan balik yang

sangat bermanfaat bagi tutor dan warga belajar.

Berdasarkan kajian berbagai teoretis maka yang dimaksudkan dengan penerapan

model pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah penggunaan seperangkat

kemampuan yang dimiliki oleh tutor dalam menciptakansituasi belajar yang efektif dalam

kelas yang diindikasikan dengan yaitu pemecahan masalah, menciptakan masyarakat belajar

dan menggunakan penilaian autentik.

E. Kerangka Berfikir

Kebutuhan belajar adalah setiap keinginan yang dirasakan dan dinyatakan

oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap

tertentu melalui kegiatan belajar. Pentingnya kebutuhan belajar ini didasarkan

atas asumsi bahwa, warga belajar akan belajar efektif, apabila tutor memiliki

kinerja yang memadai maka akan mampu menggerakan, dan membangkitkan

motivasi belajar dari warga belajar dengan baik. Upaya untuk meningkatkan

Page 33: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

motivasi belajar warga belajar inilah pangkal tolak penerapan sistem

pembelajaran kooperatif bagi warga belajar program POKJAR paket B di Desa

Bandung Rejo Kecamatan Boliyohuto.

Proses kegiatan belajar pada program paket B yang berpusat pada

warga belajar, mengandung makna bahwa, kegiatan belajar yang dilakukan itu

didasarkan atas latar belakang kehidupan warga belajar. Latar belakang

kehidupan ini akan menjadi dasar penyusunan tujuan kegiatan belajar yang

mencakup antara lain langkah - langkah, materi, fasilitas dan evaluasi kegiatan

belajar.

Optimalnya kinerja tutor merupakan hal yang sangat mendasar, dalam

mengelola aktivitas pembelajaran pada program paket B di Desa Bandung Rejo

Kecamatan Boliyohuto. Kondisi ini merupakan modal dasar untuk memupuk

motivasi berprestasi belajar, serta menanamkan perilaku sosial yang positif bagi

warga belajar. Dengan demikian diharapkan warga belajar yang telah

menyelesaikan studi pada program paket B ini, bukan saja memiliki prestasi

akademik yang memadai, tetapi juga akan memiliki kestabilan emosional dalam

kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu dalam mewujudkan tujuan dan harapan

di atas tutor selaku sumber belajar, dituntut untuk memiliki kinerja yang

memadai, dalam mengelola proses pembelajaran yang berlangsung pada program

belajar paket B.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peran Tutor - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4739/5/2012-1-86205-121408063-bab2... · mempersulit tugas tutor, tetapi harus sebaliknya mempermudah tugas

Selain itu, para warga belajar sebaiknya harus diikutsertakan dalam

kegiatan identifikasi kebutuhan belajar, sumber–sumber belajar, dan

kemungkinan hambatan serta dalam menentukan tujuan belajar. Hal ini

mengingat identifikasi kebutuhan belajar, warga belajar tidak hanya bertindak

sebagai responden, untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan yang berhubungan

dengan kebutuhan belajar, tetapi merekapun dilibatkan dalam merumuskan

instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan itu.