BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Model...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Model...
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja untuk sampai pada pengalaman belajar
yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan
tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu
(Suprijono, 2011:53).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara
umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan–pertanyaan serta menyediakan bahan–bahan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas
(Suprijono, 2011:54).
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah–masalah yang kompleks. Selanjutnya menurut
Eggen and Kauchak (dalam Trianto 2007:41), bahwa pembelajaran kooperatif
6
7
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel: 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase-Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar
Fase 2:
Meyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan trasnsisi
secara efisien.
Fase 4:
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Fase 5:
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa
tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Sumber: Ibrahim, dkk (dalam Trianto 2007:48).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Cooperative
learning (pembelajaran kooperatif) merupakan suatu model pembelajaran yang
didalamnya siswa dengan karakteristik dan kemampuan yang berbeda saling
bekerja sama menyelesaikan suatu masalah atau tugas pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
8
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah think pair share. Think
Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman di Universitas Maryland.
Menurut Arends ( dalam Trianto 2007:61) menyatakan bahwa “think pair share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share
dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling
membantu”.
Ada tiga tahapan yang akan dilaksanakan oleh siswa dalam melaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share antara lain : “ Pada tahap
pertama (thinking), siswa diminta untuk memikirkan jawaban secara
mandiri dari Lembar Kerja Siswa yang telah diberikan oleh guru. Tahap
kedua (pairing), siswa dipasangkan dengan siswa lain untuk membentuk
kelompok yang terdiri dari dua orang kemudian mendiskusikan
permasalahan yang ada pada Lembar Kerja Siswa. Tahap ketiga (sharing),
setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas untuk
saling berbagi dengan kelompok lain” (Azizah, 2008:6).
Think Pair Share (TPS) merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang
memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi
faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan
serta menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain.
“Penggunaan Think Pair Share (TPS) ini juga memiliki hubungan yang erat
dengan hasil belajar siswa karena siswa memperoleh pengetahuan secara
langsung, maka konsep yang didapatkan akan selalu diingat dan siswa
mudah memahami materi. Selain itu, siswa juga akan mampu untuk
memecahkan masalah dengan berpikir mandiri sehingga dapat
memberdayakan kemampuan yang ada pada dirinya. Pengetahuan yang
didapat akan semakin baik karena siswa akan berpasangan dengan
kelompoknya untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan dengan siswa
lainnya. Hal demikian akan memungkinkan siswa untuk lebih meningkatkan
proses konstruksi pengetahuan dalam rangka memaknai pengetahuan yang
diperolehnya sendiri, sehingga pada akhirnya hasil belajar akan meningkat”
(Mutiara, 2011:31).
9
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdapat modifikasi,
(Chotimah, 2009:35) membagi menjadi 3 variasi, sebagai berikut :
Think pair share variasi 1
Langkah-langkah yang dilakukan,antara lain:
1. Langkah 1 : Berfikir (Think)
Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berbeda (LKS 1
dan LKS 2) yang berisi pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari
kepada masing-masing siswa dan meminta siswa berpikir secara individu.
Jawaban ditulis pada lembar jawaban think.
2. Langkah 2 : Berpasangan (Pair)
Meminta siswa unruk berpikir secara berdua (pair) untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam LKS 1 dan LKS 2. Jawaban ditulis pada
lembar jawaban pair.
3. Langkah 3 : Berbagi (Share)
Meminta peserta didik untuk berpikir secara berempat (share) untuk
menjawab pertayaan yang terdapat dalam LKS 1 dan LKS 2 kemudian
melaksanakan diskusi kelas. Jawaban ditulis pada lembar jawaban share
(Chotimah, 2009:35).
Think pair share variasi 2
Langkah-langkah yang dilakukan,antara lain:
1. Langkah 1 : Berfikir (Think)
Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) yang sama yang berisi
pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari kepada masing-masing
siswa dan meminta siswa berpikir secara individu. Jawaban ditulis pada
lemar jawaban think.
2. Langkah 2 : Berpasangan (Pair)
Meminta siswa unruk berpikir secara berdua (pair) untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Jawaban ditulis pada lembar
jawaban pair.
3. Langkah 3 : Berbagi (Share)
Meminta peserta didik untuk berpikir secara berempat (share) untuk
menjawab pertayaan yang terdapat dalam LKS kemudian melaksanakan
diskusi kelas. Jawaban ditulis pada lembar jawaban share (Chotimah,
2009:46).
Think pair share variasi 3
Langkah-langkah yang dilakukan,antara lain:
1. Langkah 1 : Berfikir (Think)
10
Guru membagikan lembar kegiatan siswa LKS yang berbeda (LKS 1,
LKS 2, LKS 3, dan LKS 4) yang berisi pertanyaan tentang materi yang
akan dipelajari kepada masing-masing siswa dan meminta siswa berpikir
secara individu. Jawaban ditulis pada lemar jawaban think.
2. Langkah 2 : Berpasangan (Pair)
Meminta siswa unruk berpikir secara berdua (pair) untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4.
Jawaban ditulis pada lembar jawaban pair.
3. Langkah 3 : Berbagi (Share)
Meminta peserta didik untuk berpikir secara berempat (share) untuk
menjawab pertayaan yang terdapat dalam LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS
4 kemudian melaksanakan diskusi kelas. Jawaban ditulis pada lembar
jawaban share (Chotimah, 2009:58).
Dari variasi-variasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share terdapat modifikasi menjadi 3 variasi dengan tahapan yang sama. Akan
tetapi yang menjadi perbedaan dari ketiga variasi tersebut terletak pada pemberian
jumlah lembar kegiatan siswa dan yang menjadi perbedaan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share secara umum dan modifikasi think pair share
terletak pada tahap share. Tahap share secara umum yakni berbagi dengan
keseluruhan kelas, sedangkan tahap share pada modifikasi yakni berbagi dengan
kelompok berempat yang kemudian berbagi dengan keseluruhan kelas.
Modifikasi pembelajaran kooperatif tipe think pair share memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan
1. Siswa untuk bekerja sama dan mempertahankan pendapat serta dapat
berinteraksi dalam memecahkan masalah, menemukan konsep yang
ditemukan.
11
2. Semua siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar (semua siswa
aktif).
3. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif dalam berlatih
diskusi bagi siswa karena siswa melakukan diskusi dalam dua tahap
sebelum berdiskusi dengan keseluruhan siswa yakni diskusi dengan
pasangan dan diskusi dengan kelompok berempat.
4. Dapat meningkatkan perolehan akademik dan keterampilan berpikir
secara individu maupun kelompok.
Kekurangan
1. Memerlukan waktu yang lama.
2. Membangun kepercayaan diri memang bukan hal yang mudah.
Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajarn kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) maka dapat dikatakan bahwa model ini memberi waktu lebih
banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab permasalahan dan saling
membantu. Sehingga dapat pula memberikan waktu lebih banyak kepada siswa
untuk berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan keaktifan siswa.
Selain itu model pembelajaran Think Pair Share dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekarja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
2.1.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah segala kegiatan atau perilaku yang dilakukan oleh siswa
saat proses pembelajaran untuk mencalai hasil belajra yang lebih baik (Hamalik,
2009 :171) tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas , itulah sebabnya aktivitas
12
merupakan prinsip yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar
tidak hanya kegiatan membaca dan menulis, belajar merupakan suatu kegiatan
yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang komplek. Karena itu aktivitas
memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas
pembelajarn sebaiknya jangan didominasi oeh guru karena akan mengahambat
siswa dalam mengembangkan bakat dan potensinya.
Banyak jenis aktivitas yang dilakukan siswa dikelas dan di sekolah,
Diedrich dalam Hamalik (2005:90) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8
kelompok, yaitu :
1) Visual activities (kegiata-kegiatan visual) seperti membaca,
mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang
lain bekerja atau bermain.
2) Oral activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu
fakta, menghubungkan suaru kajadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengeemukakan pendapt, wawancara, diskusi dan
intrupsi.
3) Listening activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti
mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan
sebagainya.
4) Writing acitivites (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita,
keterangan, laporan tes, angket, menyalin dan sebagainya.
5) Drwawing acitivities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti
menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
6) Motor acitivities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan
percobaan, membuat kontruksi, model, bermain, berkebun,
memelihara binatang, dan sebagainya.
7) Mental acitivities (kegiatan-kegiatan mental) seperti mereningkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusann dan sebagainya.
8) Emosional activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh
minat, merasa bosan, gembira, berani, tenag, gugup dan sebagainya.
Klasifikasi aktifitas belajar dari dierich diatas menujukkan bahwa aktivitas
dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas tidak hanya
13
terbatas pada aktifitas jasmani saja yang dapat secara lengsung diamati tetapi juga
meliputi aktifitas rohani. Keadaan dimana siswa melaksanakan aktifitas belajar
inilah yang disebut keaktifan belajar.
Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati, yaitu sebagai berikut :
1. Aktifitas mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru
Maksud dari indikator ini adalah peserta didik mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru selama proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
2. Aktifitas peserta didik pada tahap Think
Maksud dari indikator ini adalah pada tahap think aktifitas peseta didik
yang diamati adalah mengerjakan LKPD, berusaha mencari informasi dari
buku untuk pemecahan masalah, dan menggunakan/ menerapkan langkah-
langkah yang telah diberikan untuk menyelesaikan soal yang terdapat pada
LKPD.
3. Interaksi antar peserta didik pada saat berpasangan (Pair)
Maksud dari indikator ini adalah pada tahap pair aktifitas yang diamati
adalah interaksi yang dilakukan oleh pasangan peserta didik untuk
mengungkapkan dan mendiskusikan jawaban dari hasil jawaban masing-
masing .
4. Interaksi antar peserta didik pada saat berkelompok (Share)
Maksud dari indikator ini adalah pada tahap share aktifitas yang diamati
adalah interaksi yang dilakukan oleh kelompok share untuk mendiskusikan
14
jawaban masing-masing secara berempat dan mencoba mengerjakan kembali
soal dari hasil yang diperoleh sebelum dipresentasekan didepan kelas
5. Aktifitas peserta didik dalam mengerjakan LKPD
Maksud dari indikator tersebut adalah dapat menyelesaikan
soal/masalah pada LKPD.
6. Aktifitas dalam bertanya
Maksud dari indikator ini adalah peserta didik bertanya pada guru atau
teman jika tidak memahami suatu materi.
7. Aktifitas berdiskusi antar kelompok
Maksud dari indikator ini adalah aktifitas yang di lakukan oleh
kelompok baik dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan
kelompok lain.
8. Aktifitas mempresentasekan
Maksud dari indikator tersebut adalah aktifitas peserta didik pada saat
mempresentasekan secara lisan dengan baik dan benar.
2.1.3 Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang
baru sebagai hasil interaksi anatara stimulus dan respon (Budiningsi 2004:20).
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari
15
lingkungan, (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas yang baru
(Dimyati dkk, 2006:10).
“Hasil belajar dalam ranah kognitif tercermin atau terwujud dalam aneka
kemampuan intelektual siswa. Taksonomi bloom dalam ranah kognitif yang
dimaksud yaitu: (1) Mengingat. Mengingat kembali data atau informasi; (2)
Memahami. Memahami makna, terjemahan, perluasan atau penjabaran, dan
penafsiran dari aneka perintah atau masalah; (3) Menerapkan. Menerapkan
hasil belajar di kelas dalam situasi baru di luar kelas; (4) Menganalisis.
Menguraikan informasi ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur untuk
menjajaki atau menemukan pemahaman dan hubungan-hubungan; (5)
Mengevaluasi. Memberikan pembenaran terhadap sebuah keputusan atau
rangkaian tindakan tertentu; dan (6) Menciptakan. Menelurkan aneka
gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru. Tarlinton 2003
(dalam Supraktiknya, 2012:7-8).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Sasaran evaluasi hasil belajar sebagai kegiatan
yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah
yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar
secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni : ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotorik (Sudjana,1989:22).
Berdasarkan beberapa pengertian tentang hasil belajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli diatas maka, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu
kegiatan pembelajaran.
16
2.1.4 Tinjauan Materi tentang Kepadatan penduduk dan Permasalahan
Lingkungan
1. Dinamika Penduduk
Jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu senantiasa berubah.
Perubahan jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu disebut dengan
dinamika penduduk. Dinamika penduduk dipengaruhi oleh berbagai hal antara
lain kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk yang didalamnya meliputi
imigrasi dan emigrasi (Wasis dkk, 2008 : 235).
a. Kelahiran
Jumlah penduduk akan bertambah jika terdapat kelahiran. Angka kelahiran
atau natalitas menunjukkan jumlah kelahiran bayi hidup setiap 1.000 penduduk di
suatu daerah per tahun. Angka kelahiran di suatu daerah dapat dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut.
Angka kelahiran = X 100%
Kriteria atau penggolongan angka kelahiran adalah sebagai berikut:
1) Jika angka kelahiran menunjukkan lebih dari 30, maka angka kelahiran di
tempat tersebut tergolong tinggi.
2) Jika angka kelahiran menunjukkan angka 20 – 30, maka angka kelahiran di
tempat tersebut tergolong sedang.
3) Jika angka kelahiran menunjukkan angka kurang dari 20, maka angka
kelahiran di tempat tersebut tergolong rendah.
Jumlah bayi yang lahir 1 tahun
Jumlah penduduk
17
b. Kematian
Jumlah penduduk dapat berkurang jika ada kematian. Angka kematian atau
mortalitas menunjukkan jumlah kematian per 1.000 penduduk di suatu daerah
setiap tahun. Angka kematian di suatu tempat dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut.
Angka kematian = X 100%
Kriteria atau penggolongan angka kematian adalah sebagai berikut.
1) Jika angka kematian menunjukkan lebih dari 18, maka angka kematian di
tempat tersebut tergolong tinggi.
2) Jika angka kematian menunjukkan angka 14–18, maka angka kematian di
tempat tersebut tergolong sedang.
3) Jika angka kematian menunjukkan angka kurang dari 14, maka angka
kematian di tempat tersebut tergolong rendah.
c. Perpindahan (Migrasi)
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain.
Migrasi terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1) Emigrasi adalah keluarnya penduduk dari dalam negeri ke luar negeri untuk
menetap.
2) Imigrasi adalah perpindahan penduduk negara lain ke negara tertentu untuk
menetap.
Jumlah penduduk meninggal 1 tahun
Jumlah penduduk
18
3) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain
dalam suatu negara.
4) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Faktor yang mendorong terjadinya suatu migrasi adalah sebagai berikut.
a) Faktor keamanan.
b) Faktor ekonomi, seperti kemudahan mencari lahan pekerjaan dan biaya hidup
yang murah.
c) Faktor kelengkapan sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, hiburan,
dan sarana pemenuhan kebutuhan komunikasi dan transportasi.
d. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang menunjukkan
peningkatan jumlah penduduk. Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Diantaranya adalah banyaknya anak yang meninggal sebelum dewasa,
perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang tidak sama, serta pasangan
yang tidak mempunyai anak. Jumlah penduduk suatu negara dapat dihitung
dengan melakukan sensus penduduk (Sriyono dkk, 2004 :149).
Pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
P = pertumbuhan penduduk
l = jumlah kelahiran
m = jumlah kematian
i = jumlah imigrasi
e = jumlah emigrasi
P = (l – m ) + (i – e )
19
Rumus tersebut hanya digunakan untuk menghitung penduduk pada tahun
saat dilakukan perhitungan.
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dapat mnimbulkan berbagai
dampak. Dampak tersebut dapat dikelompokkan menjadi dampak positif dan
dampak negatif.
a. Dampak positif
Dampak positif ledakan penduduk adalah tersedianya tenaga kerja yang
melimpah dapat digunakan dan dipusatkan untuk mengerjakan aspek
pembangunan. Misalnya untuk mengerjakan proyek besar yang harus segera
selesai dalam waktu pendek.
b. Dampak negatif
Dampak negatif ledakan penduduk antara lain menurunnya kesejahteraan
penduduk karena kemiskinan berkurangnya persediaan kebutuhan hidup, dan
ruang gerak menjadi terbatas. Selain itu juga ledakan penduduk juga berpengaruh
buruk terhadap lingkungan. Misalnya pencemaran tanah, air, dan udara.
e. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk akan mempengaruhi kualitas penduduk. Kepadatan
penduduk dapat meningkat pesat jika tingkat kelahiran tinggi, sedangkan tingkat
kematian rendah. Apalagi jika ditambah dengan imigran yang datang. Hal-hal
seperti ini dapat menimbulkan ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat melebihi daya dukung alam disebut ledakan penduduk (Lestari,
2006:141).
20
Untuk menghitung kepadatan penduduk yang menempati area (luasan
wilayah) tertentu dalam suatu kurun waktu digunakan rumus sebagai berikut.
Kepadatan penduduk =
2. Dampak Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan
Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas
penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial
ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan dan air bersih, kebutuhan
pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan. Coba kamu perhatikan
tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor antara daerah
pedesaan dengan daerah perkotaan. Tentu tingkat pencemaran udara di kota lebih
tinggi. Tumbuhnya kawasan industri dan semakin padatnya pemukiman penduduk
di daerah perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan yang nyata
(Wasis dkk, 2008:240).
Peningkatan jumlah populasi manusia sangat berpengaruh terhadap daya
dukung lingkungannya. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan suatu
lingkungan memberikan sumber daya alam kepada makhluk hidup yang hidup
didalamnya secara normal. Ketersediaan sumber daya alam dimanfaatkan secara
terus menerus, semakin lama akan semakin habis. Dengan demikian, peningkatan
kepadatan populasi manusia yang tanpa batas, suatu saat akan melewati batas
daya lingkungan (Purwoko dkk, 2008:223).
Jumlah penduduk (jiwa)
Luas wilayah (km2)
21
Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan dengan
kehidupan penduduk berikut ini.
a. Ketersediaan Udara Bersih
Udara bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup
manusia. Udara bersih banyak mengandung oksigen. Semakin banyak jumlah
penduduk berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan. Namun kebersihan
udara tidak semata-mata ditentukan oleh kadar oksigen saja. Gas-gas lain yang
ada di udara seperti karbon dioksida, oksigen nitrogen, dan oksigen belerang juga
mempengaruhi kualitas udara. Apabila kandungan gas-gas ini meningkat, maka
dapat dikatakan bahwa udara telah tercemar (Wasis dkk, 2008:240-241).
Bertambahnya pemukiman, kawasan industri serta alat transportasi yang
menggunakan bahan bakar bensin atau solar, membuat kadar CO2 di udara
semakin tinggi. Gas CO2
berasal dari pembakaran yang dilakukan manusia dan
hasil respirasi makhluk hidup. Kegiatan industri juga akan menyebabkan
terjadinya pencemaran udara karena menghasilkan zat-zat sisa pembakaran yang
tidak sempurna. Hal itu membuat langkanya udara bersih di kota-kota. Sebaliknya
udara kotor semakin banyak dijumpai. Udara kotor dapat menimbulkan berbagai
penyakit pernapasan (Sriyono dkk, 2004:157).
b. Ketersediaan Pangan
Dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan
yang diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara bertambahnya
jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi
kualitas hidup manusia. Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan
22
kurang pangan. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan
pangan dan lahan (Wasis dkk, 2008:241).
Dalam buku karyanya yang berjudul Essay on The Principle of Population,
Thomas Robert Maltus seorang sosiolog Inggris menulis: “Bahan pangan
berperan penting dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk jauh lebih
cepat daripada pertumbuhan pangan. Pertumbuhan penduduk mengikuti deret
ukur, sedangkan pertambahan bahan makanan mengikuti deret hitung.” Peryataan
ini menunjukkan bahwa semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin
tinggi pula kabutuhan pangan. Apabila pertumbuhan tidak dikendalikan, akan
berakibat persediaan pangan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan penduduk.
Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan pangan (Sriyono dkk, 2004:158).
c. Ketersediaan Lahan
Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan
untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan
sebagainya. Di kota-kota besar, lahan pertanian boleh dikatakan hampir tidak ada
lagi. Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan pembangunan
pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan. Untuk mengatasi kekurangan
lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif untuk
perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Selain itu
pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk membangun areal industri,
perkebunan, dan pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi,
sesungguhnya kegiatan itu merusak lingkungan hidup yang dapat mengganggu
23
keseimbangan lingkungan. Jadi peluang terjadinya kerusakan lingkungan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk (Wasis dkk,
2008:242).
Kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan sulitnya mendapatkan
fasilitas pemukiman yang layak. Rumah-rumah penduduk saling berdekatan dan
berdempetan sehingga ruang gerak menjadi terbatas. Mereka yang tidak memiliki
tempat tinggal terpaksa mendirikan gubuk liar. Para penghuni gubuk liar ini
umumnya kurang dapat menjaga kebersihan lingkungan. Gubuk-gubuk itu
biasanya didirikan di tepi-tepi sungai yang memang sudah tidak sehat. Akibatnya
timbul pencemaran lingkungan berupa sampah menggunung, air sungai tergenang,
dan udara berbau tidak sedap (Sriyono dkk, 2004:160).
d. Ketersediaan Air Bersih
Air bersih yang digunakan sehari-hari sebagian besar berasal dari air tanah,
air permukaan, dan air atmosfer. Jumlah air di bumi ini tetap, sedangkan jumlah
penduduk makin bertambah dari tahun ke tahun. Meskipun 2/3 dari luasan bumi
berupa air, namun tidak semua jenis air dapat digunakan secara langsung. Oleh
karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang
cukup serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya. Jumlah penduduk
yang meningkat juga berarti semakin banyak sampah atau limbah yang dihasilkan.
3. Permasalahan Lingkungan dan Upaya Mengatasinya
Kepadatan populasi manusia berpengaruh pada kondisi ekosistem. Aktivitas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering menimbulkan berbagai
24
macam permasalahan pada lingkungan. Aktivitas dan kehidupan manusia berpusat
di rumah, sekolah, tampat kerja, dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu,
wilayah tersebut harus manjadi tempat yang aman dan sehat bagi manusia. Namun
demikian, kenyatannya tidak jarang tempat-tempat itu tidak aman, bahkan
menjadi penyebab sebagian besar kematian dan penyakit, terutama di negara
berkembang. Salah satu penyebabnya adalah bahan beracun yang masuk ke
lingkungan pemukiman. Bahan-bahan tersebut berasal dari sumber-sumber
pencemar yang tanpa disadari telah membayakan kehidupan manusia. Peristiwa
masuknya bahan pencemar ke lingkungan disebut pencemaran lingkungan
(Sriyono dkk, 2004:163).
Di daerah yang berpenduduk padat, sampah rumah tangga yang dihasilkan
juga banyak. Karena terbatasnya tempat penampungan sampah, seringkali sampah
dibuang di tempat yang tidak semestinya, misalnya di sungai. Akibatnya timbul
pencemaran air dan tanah. Selain itu di daerah yang padat, kebutuhan transportasi
juga bertambah sehingga jumlah kendaraan bermotor meningkat. Hal ini akan
menimbulkan pencemaran udara dan suara. Jadi kepadatan penduduk yang tinggi
dapat mengakibatkan timbulnya berbagai pencemaran lingkungan dan kerusakan
ekosistem(Wasis dkk, 2008:244).
a. Pencemaran Lingkungan dan Upaya Mengatasinya
Lingkungan dikatakan rusak apabila keseimbangan ekosistem yang ada di
dalamnya telah terganggu. Berbagai aktivitas manusia dan perkembangan
teknologi telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan berbagai macam
pencemaran. Pencemaran adalah masuknya makhluk hidup, zat, atau energi ke
25
dalam lingkungan yang berakibat penurunan kualitas lingkungan hingga pada
tingkatan tertentu. Zat yang dapat menyebabkan pencemaran disebut polutan.
Suatu zat dikatakan bersifat polutan jika keberadaannya dapat membahayakan
kesehatan dan kehidupan makhluk hidup, jumlahnya melebihi batas, dan berada
pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Berikut ini beberapa jenis kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
1) Pencemaran Air dan Cara Mengatasinya
Pencemaran air adalah masuknya polutan berupa zat cair dan padat ke
dalam ekosistem perairan. Pencemaran air oleh bahan kimia dapat menyebabkan
matinya makhluk hidup yang hidup didalamnya. Bila makhluk hidup seperti ikan
ternakan oleh manusia maka dapat mengakibatkan keracunan bahkan
mengakibatkan kematian. Berbagai macam polutan ysng mencemari perairan di
antaranya deterjen, insektisida, minyak bumi, pupuk, logam berat, sisa-sisa bahan
organik , dan sampah (Purwoko dkk, 2008:226).
Air yang tercemar menunjukkan ciri-ciri tertentu seperti keruh atau
berwarna, berbau, pH asam atau basa, mengandung berbagai bahan kimia
berbahaya seperti logam berat, atau mengandung mikroorganisme yang dapat
mengganggu pengguna air. Pencemaran air dapat terjadi baik di perairan darat
(sungai, danau, rawa) maupun di perairan laut. Kerusakan perairan darat dapat
disebabkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan penggundulan hutan. Industri
sering membuang bahan berbahaya dan beracun langsung ke perairan tanpa
melalui unit pengolahan limbah. Limbah industri ini sering mengandung merkuri,
arsen, dan kadmium. Zat-zat ini bersifat racun sehingga merusak kehidupan di
26
ekosistem perairan dan berbahaya bagi hewan atau manusia yang meminum air
dari kawasan tersebut (Wasis dkk, 2008:245).
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran air
adalah sebagai berikut.
a) Limbah cair industri tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan, tetapi
harus diolah dulu di unit pengolahan limbah. Setelah memenuhi persyaratan
tertentu, limbah baru boleh dibuang ke alam.
b) Penyuluhan dan pengawasan penggunaan pupuk pada lahan pertanian agar
dilakukan secara efisien.
c) Pengawasan terhadap batas minimal kandungan fosfat dalam detergen atau
bahan pencuci dalam rumah tangga.
Selain ketiga langkah di atas, masih banyak langkah-langkah lain yang
dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air di perairan.
2). Pencemaran Tanah dan Cara Mengatasinya
Pencemaran tanah yaitu penurunan kualitas tanah akibat masuknya zat-zat
pencemar ke dalam tanah. Sumber zat pencemar antara lain zat kimia penyusun
pestisida yang sulit terurai, kaleng, kaca, plsatik, dan zat kimia lainnya. Bahan
pencemar ada yang mudah didegradasi oleh mikroorganisme, misalnya sampah
organik, dan ada yang sulit dihancurkan oleh mikroorganisme pengurai, misalnya
plstik (Sriyono dkk, 2004:166).
Pencemaran tanah sering berkaitan erat dengan pencemaran perairan.
Penyebab pencemaran tanah misalnya limbah rumah tangga, limbah industri,
nuklir, sampah perkotaan, kerusakan hutan, dan bencana alam. Setiap hari,
27
aktivitas manusia menghasilkan sampah, sehingga sampah yang terkumpul dalam
sehari dapat mencapai berjuta-juta ton. Sebagian sampah, terutama sampah
organik dapat dihancurkan menjadi tanah atas jasa organisme saprofit dan
pengurai. Namun sebagian lagi tidak dapat diuraikan seperti pestisida, sisa oli
mesin, deterjen, karet, kaleng, kaca, plastik, dan zat-zat lain yang sulit terurai
secara alami. Bahan-bahan tersebut menetap di lingkungan sehingga menjadi
bahan pencemar pada tanah. Kerusakan tanah juga dapat disebabkan oleh
kerusakan hutan, misalnya karena aktivitas penebangan secara liar. Selain
melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati, hutan yang telah gundul juga me-
nyebabkan tanah di kawasan itu menjadi tidak subur dan berkurangnya persediaan
air dalam tanah ( Wasis dkk, 2008:246).
Gambar: 2.1 Pencemaran tanah (Sumber: Sugiyarto, 2008:248)
Ketika hujan turun, air langsung jatuh ke tanah. Jika volume air hujan yang
mencapai tanah lebih besar daripada kemampuan tanah menyerap air, air hujan
langsung mengalir di permukaan tanah dan melarutkan tanah bagian atas yang
biasanya subur. Tanah yang terbawa erosi ini akan mengendap di sungai, danau,
maupun waduk sehingga menyebabkan pendangkalan. Usaha-usaha yang dapat
28
dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran tanah adalah sebagai
berikut.
1. Mendaur ulang sampah-sampah yang masih berpotensi untuk
dimanfaatkan. Misalnya sampah kertas, plastik, dan logam dapat didaur
ulang untuk dicetak menjadi bahan baru.
2. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Memisahkan sampah yang mudah terurai dan yang sulit terurai.
4. Penggunaan pestisida sesuai dengan aturan.
5. Menghindari penebangan hutan secara liar.
3). Pencemaran Udara dan Cara Mengatasinya
Pencemaran udara yaitu menurunkan kualitas udara sampai pada batas yang
menganggu kehidupan. Hal ini disebabkan masuknya polutan ke dalam udara
dengan cara melalui aktivitas manusia dan secara alami seperti kebakaran hutan
atau gunung meletus. Beberapa gas dan partikel pencemar udara antara lain SO2,
NO, CO, CO2, CFCs,H2S, debu tanah, karbon asbes, timbal asam sulfat, dan lain-
lain. Gas H2S berasal dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, serta dari
kawasan gunung berapi. Gas CO dan CO2 merupakan hasil pembakaran yang
tidak sempurna dari mesin mobil (Lestari dkk, 2006:160).
Udara dikatakan tercemar apabila kandungan gas-gas berbahaya yang ada
dalam udara melebihi ambang batas kesehatan manusia. Gas yang dianggap
berbahaya apabila melebihi kadar tertentu di udara misalnya SO2, NO, CO2, CO,
dan CFC. Oksida belerang (SOx) dan oksida nitrogen (NOx) dapat menyebabkan
hujan asam. Hujan asam adalah hujan yang keasaman airnya rendah (bersifat
29
asam), sehingga dapat mematikan ikan-ikan di perairan dan dapat merusak
berbagai bahan yang terbuat dari logam serta bangunan dan patung-patung. Selain
gas, debu yang mengandung partikel-partikel berbahaya seperti timbal, asbes, dan
karbon juga dapat merugikan kesehatan manusia. Timbal banyak dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor karena timbal dalam bentuk TEL
(tetra ethyl lead) banyak digunakan untuk menaikkan bilangan oktan bahan bakar.
Gambar: 2.2 Pencemaran udara (Sumber: Sugiyarto, 2008:219)
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran udara
adalah sebagai berikut.
1. Tidak membakar bahan-bahan beracun di udara terbuka.
2. Pengurangan atau penghentian penggunaan zat aerosol dalam
penyemprotan ruang.
3. Menggunakan bahan bakar yang mengeluarkan sedikit asap, misalnya
bahan bakar gas (elpiji).
4. Membatasi penggunaan freon dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber AC.
6. Penghentian penggunaan busa yang dibuat dengan CFC.
30
7. Membatasi emisi gas buang pada kendaraan bermotor dan mesin-mesin
industri.
8. Kegiatan penghijauan lingkungan juga sangat diperlukan untuk membantu
menjaga agar udara di sekitarmu tetap bersih.
4) Pencemaran suara dan Upaya Mengatasinya
Pencemaran suara ditimbulkan suara bising dari suara mesin pabrik, mesin
penggilingan padi, suara mesin las, suara pesawat, suara kenderaan bermotor yang
berlalu lalang, dan suara kereta api. Suara bising itu dapat menyebabkan
terganggunya pendengaran manusia dan lama-lama menimbulkan berbagai
keluhan pada tubuh kita, misalnya pusing, mual, jantung berdebar-debar, sulit
tidur, badan kaku, naiknya tekanan darah, hingga tuli. Pencemaran suara dapat
dikurangi dengan melakukan beberapa usaha, seperti penerapan peraturan tentang
pelarangan pendirian pabrik disekitar pemukiman penduduk, menanam pohon-
pohon atau tanaman yang dapat meredam suara, melengkapi mesin pabrik dan
kendaraan bermotor dengan peredam suara, serta membangun bendara yang jaun
dari pemkinan penduduk (Purwoko dkk, 2008:229).
b. Daur Ulang Limbah
Jumlah limbah yang dihasilkan setiap hari sangat banyak. Limbah dapat
berwujud padat Umumnya limbah padat diangkut ke tempat pembuangan akhir
sampah (TPA), kemudian ditimbun atau dibakar. Namun cara-cara ini tidak tepat
karena merugikan lingkungan dan kesehatan. Sebagian dari limbah masih dapat
dimanfaatkan lagi, baik secara langsung maupun melalui proses daur ulang.
Limbah yang dapat digunakan lagi (reuse) misalnya botol kaca, botol plastik, ban
31
bekas untuk pot tanaman, dan sampah dibuat pupuk dan gas bio, Sedangkan
limbah yang bermanfaat setelah didaur ulang (recycle) meliputi berbagai jenis
logam, plastik, kertas, dan kaca. Bahan-bahan ini dilebur,kemudian dicetak
menjadi berbagai barang. Berkat kemajuan teknologi peleburan, kualitas barang
hasil pengolahan limbah ini tidak kalah dengan barang yang dibuat dari bijih.
Di negara maju sampah digunakan untuk menggerakkan turbin yang
menghasilkan listrik. Caranya dapat dengan pembakaran langsung maupun
melalui fermentasi yang menghasilkan gas metana. Daur ulang juga dapat
menghemat sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Para ahli memperkirakan
cadangan bijih aluminium di bumi akan habis pada awal abad ke-23, besi akan
habis sekitar tahun 2160, timbal, seng, air raksa, dan timah juga akan segera habis
pada tahun 2020. Permintaan kertas yang meningkat telah mendorong percepatan
penebangan hutan. Padahal hutan mesti dilindungi untuk mengatasi dampak buruk
pemanasan suhu bumi (global warming) akibat pencemaran udara. Oleh karena
itu daur ulang dijadikan upaya untuk menanggulangi krisis bahan baku. Energi
yang diperlukan untuk memproses logam dengan cara daur ulang lebih sedikit
dibandingkan logam yang diperoleh dari bijihnya, sehingga cukup banyak
menghemat energi. Saat ini diperkirakan 50% kertas koran, 80% kardus, 30%
aluminium, 50% baja, dan berbagai macam plastik diperoleh dengan cara daur
ulang. Untuk mengatasi banyaknya jumlah limbah maka harus mengikuti gaya
hidup ramah lingkungan dengan semboyan 4R yaitu Reduce, Reuse, Recycle dan
Replant. Reduce yaitu memakai barang-barang dengan efisien sehingga
mengurangi jumlah sampah yang dibuang, reuse yaitu menggunakan kembali
32
sampah-sampah masih bisa dipakai, recycle yaitu mendaur ulang sampah-sampah
yang telah terpakai dan replant yaitu menanam kembali sampah organik (Wasis
dkk, 2008:249-250).
c. Pengaruh penebangan hutan terhadap kerusakan alam
Hutan merupakan habitat yang memiliki keanekaragaman hayati
(biodiversitas) yang cukup tinggi, di mana ada keberagaman ekosistem jenis dan
variabilitas genetik binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mikroorganisme yang hidup
di dalamnya saling berinteraksi dengan lingkungan abiotiknya (Winarsih dkk,
2008:292). Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi dua, yaitu hutan lindung dan
hutan pelestarian alam. Hutan lindung, merupakan suatu kawasan hutan dengan
keadaan sifat alam yang berkemampuan untuk mengatur tata air, mencegah erosi,
dan banjir serta memelihara kesuburan. Hutan lindung dan pelestarian alam
bertujuan untuk melindungi dan melestarikan tipe-tipe ekosistem tertentu serta
menjamin stabilitas tumbuhan dan hewan (Sugiyarto dkk, 2008:246). Tingginya
laju pertumbuhan penduduk memicu pemanfaatan sumber daya alam tak
terkendali dan mendorong pengalihan tata guna lahan. Misalnya untuk memenuhi
kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di hutan ditebang. Untuk
memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka hutan dibuka. Untuk memenuhi
kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk mempercepat transportasi,
diciptakan berbagai jenis kendaraan bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan
benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat laun dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem. Misalnya penebangan hutan
yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan
33
tanah longsor, serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan
tersebut. Apabila daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan kebutuhan
penduduk selanjutnya menjadi tidak terjamin (Wasis dkk, 2008:243).
Hutan kita telah dieksploitasi secara besar-besaran oleh pengusaha
pemegang HPH (Hak Pengusaha Hutan), pemegang izin hak pemanfaatan hasil
hutan (HPHH), pemegang izin pemanfaatan kayu (IPK), dan lainnya yang
semakin memperburuk kualitasnya. Kerusakan hutan dapat mengakibatkan :
1. Kondisi kesuburan tanah menurun.
2. Air tanah berkurang.
3. Peningkatan suhu tubuh.
4. Flora dan fauna terancam.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya kerusakan hutan
antara lain:
1. Penebangan hutan harus dikurangi dan penanaman pohon sebagai
pengganti (reboisasi) ditingkatkan.
2. Perlu pengelolaan yang menjamin hasil yang terus menerus.
3. Dalam hal ini pemerintah membuat UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun
1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan.
2.1.5 Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Asrina Uwe jurusan pendidikan kimia
dengan judul “ Meningkatkan hasil belajar kimia melalui model
34
pembelajaran think pair share pokok bahasan tata nama senyawa dan
persamaan reaksi di SMA negeri 2 gorontalo” . Penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran tipe think pair share
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus 1
hasil belajar sebesar 28,13% dan meningkat pada siklus II menjadi
90,63%.
2. Penelitian selanjutnnya dilakukan oleh Nur Handjani TR jurusan
pendidikan biologi dengan judul “Meingkatkan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada konsep benda
dan sifatnya di SDN negeri 2 Labanu Kecamatan Tibawa”. Penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan pada
siklus 1 hasil belajar sebesar 81,8% dan pada siklus II menjadi 90,9%.
Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada
penelitian sebelumnya digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share secara umum.
Sedangkan, pada penelitian ini digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan
menggunakan model pembelajaran kooperatip modifikasi think pair share variasi
1.
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
jika menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), maka
aktivitas peserta didik dan hasil belajar pada materi kepadatan penduduk dan
permasalahan lingkungan akan meningkat.
35