BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Analisisrepository.ump.ac.id/5002/3/BAB II.pdfdigunakan...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Analisisrepository.ump.ac.id/5002/3/BAB II.pdfdigunakan...
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Analisis
a. Pengertian Analisis
Menurut Mandalika (1982:36) Analisis atau analisa adalah suatu
uraian. Dalam hal ini dimaksudkan suatu penggarapan yang bersifat
menguraikan dalam arti suatu penelaahan atau penelitian secara mendalam
untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Nasution dalam (Sugiyono,
2015: 334) menyatakan bahwa:
“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan
intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti
untuk mengadakan analisis, sehingga peneliti harus mencari sendiri
metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan
yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.
Berdasarkan dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisa
atau analisis adalah proses pengamatan sedalam-dalamnya mengenai
sesuatu hal dengancara menyelidiki, mengurai, membedakan dan
mengelompokan menurut kritria tertentu untuk mengetahui suatu keadaan
yang sebenar-benarnya. Analisa dilakukan menggunakan metode yang
dirasa paling tepat oleh peneliti dalam melakukan sebuah penelitian.
8
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
9
2. Kemampuan Awal Siswa
a. Pentingnya Mengetahui Kemampuan Awal
Kemampuan awal perlu diketahui oleh guru sebelum materi pokok
diberikan kepada siswa dalam pembelajaran. Popham (1982:94)
mengungkapkan bahwa siswa harus diberi tes awal sehubungan dengan
tujuan instruksional yang akan guru ajarkan. Tujuan instruksional yang
akan disusun guru harus sesuai dengan kemampuan awal yang dimiliki
oleh siswa. Guru dapat mengetahui tujuan instruksional apa yang akan
disusun dilihat dari kemampuan yang belum siswa miliki namun sesuai
dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa dengan mengkaji
kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa dapat dilihat dari
penilaian pendahuluan siswa melalui soal maupun kuis dari guru.
Popham (1982: 94) mengemukakan bahwa melalui hasil dari penilaian
pendahuluan itu guru dapat mengetahui apakah siswa-siswanya telah
memiliki ketrampilan yang akan diajarkan kepadanya, atau guru dapat
mengetahui perilaku–perilaku syarat yang diperkirakan oleh guru telah
dimiliki oleh siswa ternyata belum ada pada siswa. Hasil dari penilaian
pendahuluan tersebut, guru dapat memfokuskan materi yang belum
dikuasai oleh siswa, guru tidak perlu memfokuskan materi maupun
ketrampilan yang sebelumnya sudah dikuasai oleh siswa.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
10
b. Teknik Mengetahui Kemampuan Awal Siswa
Menurut Abd Gafur (1989: 60-61) menyebutkan bahwa metode (teknik)
mengetahui kemampuan awal siswa yaitu:
1) Menggunakan catatan-catatat atau dokumen yang tersedia
Dokumen yang dimaksud misalnya Surat Tanda Tamat Belajar
(STTD), nilai rapor, nilai tes intelegensi, nilai tes masuk. Catatan-
catatan mengenai prestasi dalam berbagai bidang kegiatan yang
pernah diperoleh, kesemuanya merupakan informasi yang sangat
berguna untuk mengetahui keadaan siswa.
2) Tes prasyarat dan tes awal (pre-requisite test dan pre-test)
Baik sekali apabila guru membuat tes prasarat atau tes awal. Tes
prasarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa memiliki
pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan atau disyaratkan
untuk mengikuti pelajaran. Sedangkan tes awal (pre-tes) adalah tes
untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan
atau ketrampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti. Baik sekali
bagi guru untuk mengadakan pre-tes sebelum memulai suatu unit
pelajaran. Hasil pre-tes sangat berguna disamping untuk mengetahui
seberapa jauh pengetahuan yang telah dimiliki juga sebagai
perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
11
3) Mengadakan konsultasi individual
Guru dapat mengadakan konsultasi individual terhadap siswa,
maka guru akan lebih dapat mengadakan pendekatan secara personal
untuk memperoleh informasi mengenai minat, sikap, keinginan
siswa, dan sebagainya.
4) Tentang penggunaan angket
Angket bisa disusun kemudian disampaikan kepada siswa
misalnya untuk mengetahui gaya belajar mereka.
Penggunaan beberapa metode (teknik) tersebut diharapkan
dapat mengetahui kemampuan awal siswa agar guru dapat mengetahui
sejauh mana siswa menguasai materi yang akan diajarkan oleh guru. Guru
juga dapat mengetahui sejauh mana materi yang pernah diberikan kepada
siswa sebelumnya melalui kemampuan awal yang dimiliki siswa.
Pembukaan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh sekolah, identititas
siswa dan informasi pribadi siswa dapat guru ketahui.
Pendapat lainnya diungkapkan oleh Sugiar dalam Sumantri
(2015:188) yang mengungkapkan tiga prosedur yang dapat dilakukan
dalam mempelajari kemampuan awal siswa, yaitu:
1) Melakukan pengamatan (observasi) kepada siswa secara
perorangan. Pengamatan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
tes kemampuan awal, atau angket dan wawancara. Tes (lisan atau
tulis objektif) kemampuan awal digunakan untuk mengetahui
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
12
konsep-konsep, prosedur-prosedur atau prinsip-prinsip yang telah
dikuasai oleh siswa yang terkait dengan konsep, prosedur, atau
prinsip yang akan diajarkan. Wawancara atau angket dapat
digunakan untuk menggali informasi mengenai kemampuan awal
yang lain, seperti pengetahuan yang tidak terorganisasi,
pengetahuan pengalaman analogi, dan strategi kognitif.
2) Tabulasi karakteristik perseorangan siswa. Hasil pengemasan
yang dilakukan pada langkah pertama ditabulasi untuk
mendapatkan klasifikasi dan rinciannya. Hasil tabulasi akan
digunakan untuk daftar klasifikasi karakteristik menonjolyang
perlu diperhatikan dalam penetapan strategi pengelolaan.
3) Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Daftar ini perlu
dibuat sebagai dasar menentukan strategi pengelolaan
pembelajaran. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
daftar ini adalah daftar harus selalu disesuaikan dengan kemajuan-
kemajuan belajar yang dicapai siswa secara perseorangan.
Ada beberapa macam instrument yang bisa digunakan untuk
memperoleh data tentang karakteristik siswa, meliputi: observasi,
interview, kuisioner, inventori, dan tes.
Teknik maupun langkah-langkah yang ada pada teori di atas dapat
digunakan sebagai alternatif menggali kemampuan awal siswa. Dengan
langkah-langkah tersebut, guru dapat mengetahui kemampuan awal yang
dimiliki oleh siswa sebelum materi diberikan dalam proses pembelajaran.
Pendekatan secara individual dengan siswa menjadikan guru lebih
memahami kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa secara langsung.
Guru akan lebih leluasa menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan
para siswa.
c. Tingkat Penguasaan Kemampuan Awal
Kemampuan awal siswa dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan.
Menurut Sumantri (2015: 187) Kemampuan awal bila dilihat dari tingkat
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
13
penguasaan kemampuan siswa dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1) Kemampuan Awal Siap Pakai
Kemampuan awal siap pakai mengacu pada kemampuan awal yang
benar-benar telah dikuasai oleh siswa (telah menjadi miliknya), dan
dapat digunakan kapan saja dan dalam situasi apapun.
2) Kemampuan Awal Siap Ulang
Kemampuan awal ini mengacu kepada kemampuan-kemampuan awal
yang diidentifikasi sudah dipelajari oleh siswa, namun belum dikuasai
sepenuhnya atau belum siap digunakan ketika diperlukan. Karena
belum menjadi miliknya, maka siswa masih sangat tergantung pada
adanya sumber-sumber yang sesuai (biasanya buku teks) untuk dapat
menggunakan kemampuan ini.
3) Kemampuan Awal Pengenalan
Kemampuan awal pengenalan mengacu kepada kemampuan-
kemampuan awal yang mana kemampuan awal diidentifikasi baru
dikenal. Mungkin karena baru pertama kali dipelajari oleh siswa
sehingga perlu diulangi beberapa kali agar menjadi siap guna.
Kemampuan ini masih belum dikuasai dan masih sangat tergantung
pada tersedianya sumber-sumber, juga sering kali memang belum
dikuasai.
Berdasarkan rincian tingkat penguasaan kemampuan awal di
atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal memiliki klasifikasi
yang dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan. Untuk tingkatan
pertama yaitu kemampuan awal siap pakai, kemampuan awal siap
pakai ini menunjukan bahwa siswa dianggap telah menguasai materi
yang akan dipelajari dalam suatu proses pembelajaran yang mana
kemampuan awal tersebut dapat dipakai kapanpun disaat materi
tersebut digunakan. Tingkatan kedua yaitu kemampuan awal siap
ulang yang mana kemampuan ini dimiliki oleh siswa yang sebelumnya
telah mempelajari materi yang akan diajarkan pada pembelajaran
namun belum sepenuhnya memiliki kemampuan secara menyeluruh
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
14
atau anak didik tersebut hanya mengingat beberapa pokok pikiran
materi yang akan dipelajari. Untuk tingkatan terakhir yaitu
kemampuan awal pengenalan yang mana siswa sama sekali belum
menguasai materi yang akan dipelajari.
d. Pentingnya Kemampuan Awal Siswa
Pembelajaran akan berlangsung dengan lebih lancar apabila guru telah
mengetahui kemampuan awal siswa. Sumantri (2015: 184) menguraikan
bahwa kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum guru
memulai kegiatan pembelajaran, karena dengan demikian guru dapat
mengetahui :
1) Apakah siswa telah mengetahui pengetahuan yang merupakan
prasyarat (pre-requisite) untuk mengikuti pembelajaran,
2) Sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang disajikan.
Guru dalam pembelajaran dapat merancang pembelajaran yang lebih
baik apabila telah mengetahui kemampuan awal siswa. Guru dapat
memilah mana materi yang lebih difokuskan dalam pembelajaran karena
apabila siswa sudah menguasai materi yang diajarkan maka siswa akan
cepat bosan dengan pembelajaran.
Keadaan awal memiliki beberapa aspek yang masing-masing
mencangkup beberapa hal atau faktor. Hal tersebut disajikan pada tabel
2.1 berikut :
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
15
Tabel 2.1
Aspek Kemampuan Awal
Aspek Kemampuan Awal Indikator
Pribadi siswa
Taraf intelegensi
Daya kreativitas
Kemampuan berbahasa
Kecepatan belajar
Kadar motivasi belajar
Sikap terhadap tugas belajar
Minat terhadap belajar
Perasaan dalam belajar
Kondisi mental dan fisik
Pribadi guru
Sifat-sifat kepribadian
Penghayatan nilai-nilai kehidupan
(values)
Daya kreativitas
Motivasi kerja
Keahlian dalam menguasai materi dan
penggunaan prosedur-prosedur didaktis
Gaya memimpin
Kemampuan untuk bekerja sama dengan
tenaga kependidikan lain.
Struktur jaringan hubungan
sosial di sekolah
Sistem sosial
Status sosial siswa
Interaksi sosial antar siswa dan antar
guru dengan siswa
Kondisi kelas
Sekolah sebagai institusi
pendidikan
Disiplin sekolah
Pembentukan satuan-satuan kelas
Pembagian tugas diantara para guru
Penyusunan jadwal pelajaran
Penyusunan jadwal pelajaran
Penyusunan kurikulum pengajaran dan
pengawasan terhadap pelaksanaannya
Hubungan dengan orang tua.
Faktor-faktor situasional
Keadaan sosial ekonomis
Keadaan sosio politik
Keadaan musim dan iklim
Ketentuan dari instansi-instansi-instansi
negara yang berhubungan terhadap
pengelolaan pendidikan sekolah
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
16
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan awal
terdiri dari beberapa aspek. Aspek tersebut diantaranya dari pribadi siswa, dari
pribadi guru, struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, sekolah sebagai
institusi pendidikan, dan faktor-faktor situasional.
3. Guru
a. Pengertian Guru
Usman (2009: 4) menjelaskan bahwa guru merupakan jabaran atau
profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan
penjelasan sederhana dari guru diungkapkan Husnul Chotimah dalam
Asmani (2014: 20) yang menerangkan bahwa guru adalah orang yang
memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta
didik. Asmani (2014: 20) juga berpendapat mayarakat memandang guru
sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid,
mushola, atau tempat-tempat lain.
Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan sebuah profesi. Guru sebagai profesi menunjukan bahwa guru
harus memiliki keahlian khusus untuuk mengajar dan mendidik siswanya.
Guru tidak hanya mengajar di kelas saja, namun guru harus bisa menjadi
contoh yang baik dalam berperilaku dan bersikap di sekolah maupun
diluar sekolah.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
17
b. Fungsi dan Tugas Guru
Sebagai seorang guru, guru tidak hanya bertugas mengajar dan
mendidik para siswanya saja. Menurut Asmani (2014: 39-45) fungsi dan
tugas guru antara lain:
1) Education
Tugas utama guru adalah mendidik murid-murid yang sesuai
dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang
educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi,
mengikuti informasi, dan responsif terhadap masalah kekinian sangat
menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.
2) Leader
Guru juga seorang pemimpin di kelas. Karena itu, ia harus
menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menju tercapainya
tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin,
guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara
kekerasan.
3) Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan
bakat peserta didik bukan perkara mudah, guru membutuhkan
eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus, dan evaluasi rutin.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
18
4) Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik
bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam
masa lalunya, dan bagaimana berat tantangannya. Tidak ada kata
menyerah sampai titik darah penghabisan. Allah selalu menyayangi
hamba-Nya yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya dan berjanji
memberikan jalan kesuksesan. Allah tidak akan mengubah nasib
seseorang sebelum orang itu berusaha keras mengubah nasibnya
sendiri.
c. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran tidak akan dapat berlangsung tanpa adanya seorang guru
yang mengajar siswanya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
peran guru sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Menurut
Mohammad Uzer Usman (2009: 4) peran guru dalam proses belajar
mengajar yaitu:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager),
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar
serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
19
diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan
belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap
belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan
tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memliliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan
merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
4) Guru sebagai Evaluator
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa
setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi,
artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan,
selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik
oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
4. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Suparman (2012:10) merupaka rangkaian
kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu oleh penyelenggara pedidikan
atau oleh pengajar dan terarah pada hasil belajar tertentu. Sumantri
(2015:183) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan suatu
kegiatan untuk membelajarkan para siswa, artinya membuat para siswa
mau belajar. Sedangkan Degeng dalam Uno, Hamzah (2008: 134)
mengemukakan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
20
pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan menurut Sutadi (1996: 10)
Pembelajaran adalah usaha sadar untuk membantu siswa atau anak didik,
agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan an minatnya. Menurut
Arifin (2013:10) menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan
kegiatan belajar. Pembelajaran menurut Gage dalam Suparman (2012:9)
menjelaskan bahwa “any activity on the part of the person intented to
facilitate learning on the part of another”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
sadar dan kegiatan tersebut telah direncanakan sebelumnya dalam upaya
mencapai tujuan dari proses belajar. Jadi pembelajaran sebelumnya telah
direncanakan dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disusun oleh seorang guru. Guru dapat menyusun rencana dari
seluruh rangkaian pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran
Fungsi guru yang dikemukakan Saud, dkk (3: 2006) yaitu guru dalam
proses pembelajaran yaitu:
1) Manager
Seagai manager dalam pembelajaran, seorang guru pada
hakekatnya berfungsi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang perlu
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
21
dilaksanakan dlam rangka penyampaian tujuan dalam batas-batas
kebijaksanaan umum yang telah ditentukan.Dengan demikian, guru
bertugas merencanakan, mengrganisasikan, melaksanakan, dan
mengontrol kegiatan belajar siswa.
2) Fasilitator
Sebagai fasilitator, seorng guru berfungsi untuk membe
kemudahan (kesempatan) kepada siswa untuk belajar. Guru tidak lagi
dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik.
Namun guru berperan penting untuk dapat menunjukan sumber-
sumber belajar lain kepada pesertadidiknya.
3) Moderator
Sebagai moderator, guru bertugas mengatur, mengarahkan,
mendorong, dan mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Guru
merupakan motor atau daya penggerak dari semua komponen
pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4) Motivator
Sebagai motivator, guru harus bisa memotivasi siswa,
menciptakan lingkungan dan suasana yang mendorong siswa untuk
mau belajar, memiliki keinginan untuk mau belajar dan memiliki
keinginan untuk belajar secara kontinu.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
22
5) Evaluator
Guru bertugas mengevaluasi (menilai) proses belajar
mengajar dan memberikan umpan balik hasil (prestasi) belajar siswa,
baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
c. Ciri-ciri Pembelajaran
Ciri-ciri pembelajaran menurut menurut Sutadi, dkk (1996: 10) yaitu:
1) Pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja. Disini tersirat
bahwa pembelajaran bukan merupakan kegiatan insiental tanpa
persiapan.
2) Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan
siswa dapat belajar. Dalam hal ini, guru harus menganggap siswa
sebagai individu yang mempunyai insur-unsur dinamis yang dapat
berkembang bila disediakan kondisi yang menunjang. Jadi status
guru tidak mutlak menentukan apa dan bagaimana siswa harus
belajar (direct teaching) melainkan suasana demokratis.
3) Pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa, karena yang
belajar adalah siswa, bukan guru.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan
terencana yang disususun sedemikian rupa sehingga siswa dapat lebih
terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Guru harus membuat
siswa merasa nyaman dalam pembelajaran, hal tersebut dapat dilihat dari
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
23
proses pembelajaran yang dilakukan dan telah direncanakan dalam
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran.
5. Matematika di Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Menurut Ruseffendi (Heruman, 2010: 1) matematika adalah
bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif.Matematika merupakan ilmu tentang keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keunsur
yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil.Hakikat matematika menurut Soedjadi (Heruman, 2010: 1) yaitu
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola
pikir yang deduktif. Menurut Ruseffendi 1980 (Suwangsih & Tiurlina,
2006: 3) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang menekankan
pada dunia rasio (penalaran), bukan menekankan pada hasil
eksperimen atau hasil observasi yang terbentuk karena pikiran
manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.
Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar). Menurut Hariwijaya (2009: 29) matematika secara umum
didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur,
perubahan, dan ruang. Maka secara formal, dapat pula disebut sebagai
ilmu tentang bilangan dan angka.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
24
Berdasarkan definisi para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah sebuah sebuah bidang ilmu pengetahuan
yang menekankan pada penalaran yang terbentuk karena pikiran
manusia. Matermatika merupakan sebuah pengorganisasian yang apat
dibuktikan secara logis. Berkaitan dengan hal tersebut, matematika
sebagai ilmu pengetahuan haruslah diajarkan di Sekolah Dasar.
Matematika di Sekolah Dasar harus diajarkan dengan memperhatikan
kurikulum yang berlaku. Hal ini akan memudahkan siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Pembelajaran matematika harus disampaikan
kepada siswa secara bertahap agar dapat menyesuaikan kemampuan
berpikir konkrit dengan sifat matematika yang abstrak.
b. Pembelajaran Matematika di SD
Piaget dalam Heruman (2010: 1) berpendapat bahwa siswa
SD masih pada fase usia operasional konkrit.Pada siswa SD yang
berusia 6-12 tahun, hal ini menjadikan pembelajaran matematika
di SD haruslah menggunakan benda-benda konkrit yang dapat
memperjelas sifat abstrak dari matematika. Fase usia operasional
konkrit membutuhkan benda yang nyata untuk menjelaskan
konsep matematika agar siswa dapat lebih memahami
pembelajaran matematika.
Menurut Heruman (2010: 2) dalam matematika, setiap
konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
25
penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindaknya.
Guru SD harus berupaya melakukan kegiatan pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa secara kesuluruhan guna menanamkan
konsep yang dapat diingat siswa dalam jangka waktu yang lama.
Siswa dalam pembelajaran matematika di SD harus diperhatikan
secara individual agar tidak ada pemahaman konsep yang berbeda
dari masing-masing siswa.
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:16) Matematika
yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan oleh siswa SD
untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam kepentingan
lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis,
sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunkan untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain.Pembelajaran matematika
merupakan ilmu pendidikan yang sangat penting.Matematika
merupakan landasan ilmu pengetahuan yang lain, apabila siswa di
Sekolah Dasar telah memahami konsep-konsep matematika maka
ilmu pengetahuan lainnya akan dengan mudah diterima oleh siswa
tersebut.
c. Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD
Menurut Suwangsih & Tiurlina, (2006: 25-26) pembelajaran
matematika di SD selalu berbeda, yaitu:
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
26
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika
merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu
topic matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan
dengan topic sebelumnya. Topic sebelumnya dapat menjadi
prsyarat untuk ddapat memahami dan mempelajar suatu topic
matematika.Topic baru yang dipelajari merupakan pendalaman
dan perluasan dari topik sebelumnya.Konsep diberikan dimulai
engan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan
kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan
menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam
matematika.
2) Pembelajaran Matematika Bertahap
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu
dimulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep yang
lebih sulit.Selain itu, pembelajaran matematika juga dimulai dari
yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep
abstrak.Untuk mempermudah siswa memahami objek matematika
maka benda-benda konkret digunakan pada tahap konkret,
kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkret dan
akhirnya ke symbol-simbol pada tahap abstrak.
3) Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Induktif
Matematika merupakan ilmu deduktif.Namun karena sesuai
tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran
matematika di SD Digunakan Pendekatan Induktif.
4) Kebenaran Matematika Menganut Kebenaran Konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang
konsistenartinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang
satu dengan kebenaran yang lainnya.Suatu pernyataan dianggap
benar jika didasarkan kepada pernytaan-pernyataan sebelumnya
yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembeljaran
matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang
berikutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.
5) Pembelajaran Metematika Hendaknya Bermakna
Pembelajaran dengan cara bermakna merupakan cara
mengajarkan mateeri pelajaran yang mengutamakan pngertian
daripada hafalan. Dalam belajar bermakna aturan-aturan, sifat-
sifat, dalil-dalil, tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi
sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat, dalil-dalil ditemukan oleh
siswa melalui cintoh-contoh secara induktif di SD, kemudian
dibuktikan secara deduktif paa jenjang selanjutnya.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
27
d. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Guru harus mengetahui tahapan-tahapan di dalam pembelajaran
matematika. Tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi
pelajaran matematika di dalam pembelajaran menurut Depdiknas
(2009: 1) adalah sebagai berikut:
1) Penanaman Konsep
Dalam penanaman konsep, media atau alat peraga sangat
diperlukan.Melalui alat peraga atau media diharapkan dapat
membantu mengenalkan konsep baru materi matematika yang
belum dipelajari sebelumnya oleh siswa.Penanaman konsep ini
dapat menghubungkan kemampuan konkrit siswa dengan konsep
matematika yang baru dan bersifat abstrak.
2) Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan bertujuan untuk lebih memahamkan
suatu konsep matematika kepada siswa.Pada tahap pemahan
konsep, alat peraga mulai dikurangi.Hal ini bertujuan agar siswa
dapat menemukan, menjelaskan,menerjemahkan, menafsirkan,
danmenyimpulkansuatukonsepmatematikaberdasarkan
pembentukanpengetahuannya sendiri.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
28
3) Pembinaan Keterampilan
Langkah pembinaan keterampilan adalah langkah yang
terakhir dan merupakan lanjutan dari langkah penanaman konsep
dan pemahaman konsep.Tujuan dari pembinaan keterampilan ini
adalah agar siswa dapat lebih terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika.Pada tahap pembinaan keterampilan
alat peraga sudah tidak perlu digunakan lagi.
4) Penerapan Konsep
Tahap penerapan konsep, siswa dapat memecahkan soal-
soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Pada tahapan
ini dapat disebut juga tahap pemecahan masalah. Guru dalam
tahap penerapan konsep ini hanya sebagai fasilitator saja.
Tahapan-tahapan pembelajaran di atas menunjukan bahwa
pembelajaran matematika di SD menyesuaikan dengan fase
berfikir siswa SD. Pembeajaran matematika yang bersifat abstak
disesuaikan dengan pola berfikir anak sehingga menggunakan
benda konkrit dalam pembelajaran matematika untuk
mempermudah memahami sifat abstrak dari matematika. Dengan
adanya kurikulum yang ada, hal ini mempermudah guru dalam
penyampaian materi ajar yang runtut dengan tahapan dari
penanaman konsep, pemahaman konsep, pembinaan
ketrampilan, dan penerapan konsep.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
29
6. Materi Bangun Ruang
Dalam bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk dan titik sudut.Sisi
adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang.Rusuk
adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang.Titik
sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.
Sifat-sifat bangun ruang diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Kubus
Kubus adalah sebuah bangun benda ruang yang dibatasi oleh
enam buah persegi yang berukuran sama.
Gambar 2.5 kubus
Bagian-bagian dari kubus yaitu :
a) Sisi adalah bidang yang membatasi bangun ruang.
b) Rusuk adalah sisi-sisi bangun ruang bertemu pada garis.
c) Titik sudut adalah suatu titik tempat pertemuan rusuk-rusuk.
( Gunanto, 2008 :182)
Menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubusABCD.EFGH.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
30
a) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah:sisi ABCD sisi EFGH
sisi ABFEsisi DCGHsisi ADHE sisi BCGFJadi, ada 6 sisi pada
bangun ruang kubus. Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi
(bujur sangkar) yang berukuran sama.
b) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk AB,rusuk
BC,rusuk AE,rusuk EF,rusuk FG,rusuk BF,rusuk HG,rusuk
EH,rusuk CG,rusuk DC,rusuk AD,rusuk DH. Jadi, ada 12 rusuk
pada bangun ruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut
mempunyai panjang yang sama.
c) Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah:Titik sudut A,
Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik
sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H. Jadi, ada 8 titik sudut pada
bangun ruang kubus.
2) Balok
Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga
pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi
panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama.
Gambar 2.6 Balok
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
31
Menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubusABCD.EFGH.
a) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD, sisi EFGH,
sisi ABFE, sisi DCGH, sisi ADHE, sisi BCGFJadi, ada 6 sisi pada
bangun ruang balok.
b) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: rusuk AB, rusuk
BC, rusuk AE, rusuk EF, rusuk FG, rusuk BF, rusuk HG, rusuk EH,
rusuk CG, rusuk DC, rusuk AD, rusuk DH. Jadi, ada 12 rusuk pada
bangun ruang kubus.
c) Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A,
Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik sudut
G, Titik sudut D, Titik sudut H. Jadi, jumlah titik sudut balok ada
8.( Astuti 2008: 207-212)
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan referensi bagi pembaca mengenai
penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lainnya yang menunjukan bahwa
penelitian yang ditulis oleh penulis merupakan topik yang menarik namun
berbeda dengan penelitian-penelitian yang lainnya, sehingga dapat menambah
pembahasan mengenai analisis pengetahuan siswa pada pembelajaran matematika
di kelas IV Sekolah Dasar.
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulisdilakukan oleh :
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
32
1. Heri Retnawati tentang tahun 2009 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Kemampuan Awal Dan Kemampuan Berpikir Logis/Penalaran
Terhadap Kemampuan Matematika”. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa kemampuan matematika awal yang dimiliki peserta dan kemampuan
berpikir logis (kemampuan penalaran) merupakan konstruk yang sama, yang
kemudian dapat diwakili sebagai kemampuan matematika dasar.
2. Rosita Fitri Herawati, Sri Mulyani, Tri Redjeki tahun 2013 dalam
penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple
Representasi Ditinjau dari Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Laju
Reaksi Siswa SMA Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012”
menyimpulkan bahwa prestasi belajar baik kognitif, afektif, dan psikomotor
siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan
kemampuan awal rendah.
3. Vinny Purwandari Goma, Nurhayati Abbas, Yus Iryanto Abas tahun 2013
yang berjudul “Analisis Kemampuan Awal Matematika Pada Konsep Turunan
Fungsi Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bongomeme” menyimpulkan bahwa
secara umum kemampuan awal matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri
1 Bongomeme sedang. Hal ini didasarkan pada hasil tes yang telah dilakukan
masih banyak siswa yang kurang memahami materi-materi dasar atau materi
prasyarat.
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
33
Penelitian yang relevan diatas menunjukan kemampuan awal yang
beragam dari berbagai sudut pandang mata pelajaran. Hasil pembelajaran
siswa yang memiliki kemampuan awal peserta didik yang tinggi dan yang
rendah akan berbeda hasil proses pembelajarannya. Perbedaan penelitian
relevan tersebut dengan penelitian ini yaitu pengkajian bidang mata pelajaran
yang berbeda. Penelitian ini tidak hanya meneliti dari sudut pandang siswa
saja melainkan dari sudut pandang guru guna melihat cara menggali
kemampuan awal siswa.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 2 Cikidang, SD Negeri
Karanglo, SD Negeri 1 Karang Tengah, SD Negeri 2 Rancamaya, dan SD Negeri
3 Karang Tengah. Kemampuan awal merupakan pengetahuan yang dimiliki
siswa dalam menerima juga mengembangkan materi pada proses pembelajaran.
Kemampuan awal siswa perlu diketahui oleh guru untuk mengukur sejauh mana
materi yang dikuasai oleh siswa sebelumnya. Guru yang baik adalah guru yang
pada awal pembelajaran mengukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa terlebih
dahulu sebelum menyampaikan materi yang akan diajarkan. Apabila guru telah
mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Guru dapat
memfokuskan materi yang belum dikuasai oleh siswa namun tidak mengabaikan
materi yang telah dikuasai siswa, hal tersebut dapat menjadikan proses
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016
34
pembelajaran akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penelitian ini tidak hanya menjadikan siswa sebagai subjek penelitian,
namun juga guru, kepala sekolah, dan pengawas sebagai supervisor yang menjadi
subjek penelitian ini. Hal ini dikarenakan dalam mengidentifikasi kemampuan
awal siswa, guru dapat menggalinya dalam berbagai macam cara yang dirasa
tepat oleh guru. Setiap guru memiliki cara yang berbeda-beda dalam prosesnya,
hal ini diketahui oleh kepala sekolah sebagai supervisor guru dalam proses
pembelajaran.Kerangka pikir tersebut dapat dirumuskan dengan skema gambar
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Siswa
Analisis
Kemampuan
Awal Siswa
Guru Kepala
Sekolah
Tujuan Pembelajaran
Tercapai
Kegiatan
Pembelajajaran
Kemampuan Awal
Siswa
Analisis Kemampuan Awal..., Aisah Wiendiarti, FKIP, UMP, 2016