BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kreativitasrepository.ump.ac.id/1979/3/BAB II.pdfkarangan....

28
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Keaslian dari suatu tulisan tak terlepas dari ide yang dihasilkan oleh penulis. Salah satu jenis karya tulis yang ada saat ini adalah karangan. Rangkaian huruf yang ada pada sebuah karangan mencerminkan kreativitas penulisnya. Pengertian dari kreativitas sendiri merupakan suatu gaya hidup yang muncul dari interaksi antara individu dan lingkungannya melalui proses merasakan dan mengamati sebuah masalah untuk menghasilkan sesuatu yang baru, orisinal dan bermakna (Munandar, 2009: 19). Berbeda dengan pengertian kreativitas menurut Munandar, kreativitas menurut Sternberg, 2005 pada Semiawan (2009: 31) adalah perspektif yang baru, bersifat orisinil, tak diduga, berguna, serta adaptif terhadap kendala-kendala tugas. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dipengaruhi gaya hidup yang terjadi saat berinteraksi antara individu dengan lingkungan melalui proses merasakan dan mengamati sebuah masalah yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru, orisinal, tak diduga dan bermakna. Hal ini menunjukan bahwa 7 Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kreativitasrepository.ump.ac.id/1979/3/BAB II.pdfkarangan....

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Keaslian dari suatu tulisan tak terlepas dari ide yang dihasilkan

oleh penulis. Salah satu jenis karya tulis yang ada saat ini adalah

karangan. Rangkaian huruf yang ada pada sebuah karangan

mencerminkan kreativitas penulisnya. Pengertian dari kreativitas

sendiri merupakan suatu gaya hidup yang muncul dari interaksi antara

individu dan lingkungannya melalui proses merasakan dan mengamati

sebuah masalah untuk menghasilkan sesuatu yang baru, orisinal dan

bermakna (Munandar, 2009: 19). Berbeda dengan pengertian

kreativitas menurut Munandar, kreativitas menurut Sternberg, 2005

pada Semiawan (2009: 31) adalah perspektif yang baru, bersifat

orisinil, tak diduga, berguna, serta adaptif terhadap kendala-kendala

tugas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas dipengaruhi gaya hidup yang terjadi saat berinteraksi antara

individu dengan lingkungan melalui proses merasakan dan mengamati

sebuah masalah yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru,

orisinal, tak diduga dan bermakna. Hal ini menunjukan bahwa

7 Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

8

kreativitas seseorang bukan berasal dari diri sendiri, melainkan

terdapat faktor luar yang dapat mempengaruhi kreativitas seseorang.

b. Ciri dan Skala Sikap Kreativitas

Sikap kreativitas dapat diketahui dari ciri-ciri yang ada. Untuk

mengetahui peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh

dari kelompok pakar psikologi dalam Munandar (2009: 37) adalah

sebagai berikut:

1) Imajinatif

2) Mempunyai prakasa

3) Mempunyai minat luas

4) Mandiri dalam berpikir

5) Melit (rasa ingin tahu)

6) Senang berpetualang

7) Penuh energi

8) Percaya diri

9) Bersedia mengambil resiko

10) Berani dalam pendirian dan keyakinan

Berdasarkan ciri-ciri kreatif diatas, maka Munandar (2009: 70)

menerapkan skala sikap kreativitas yang dioperasionalkan dalam

dimensi sebagai berikut:

1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru,

2. Kelenturan dalam berpikir,

3. Kebebasan dalam ungkapan diri,

4. Menghargai fantasi,

5. Minat terhadap kegiatan kreatif,

6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri,

7. Kemandirian dalam memberi pertimbangan,

Berdasarkan skala sikap kreativitas yang telah disebutkan,

Munandar (2009: 71) mengemukakan subskala untuk kreativitas yang

meliputi ciri-ciri sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

9

1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,

2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik,

3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,

4) Bebas dalam menyatakan pendapat,

5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam,

6) Menonjol dalam salah satu bidang seni,

7) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang,

8) Mempunyai rasa humor yang luas,

9) Mempunyai daya imajinasi,

10) Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

c. Faktor Pendorong Kreativitas

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa,

salah satunya sikap orangtua. Pamilu (2007: 59) mengungkapkan

faktor yang dapat menentukan kreativitas siswa yang berasal dari sikap

orangtua, yakni:

1) Kedekatan emosi

2) Kebebasan dan respek

3) Menghargai prestasi dan kreativitas

d. Pengembangan Kreativitas

Munandar (2009: 45) meninjau empat aspek dari kreativitas

yaitu pribadi (person), pendorong (press), proses (process), dan produk

(product) (4P dari kreativitas). Keempat aspek dari kreativitas dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dan keunikan

individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif

adalah mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Ungkapan

pribadi tersebut dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan

produk-produk yang inovatif.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

10

2) Pendorong

Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan

dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat

dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan

sesuatu. Untuk itu, lingkungan sekitar berpengaruh terhadap

kreativitas yang dimiliki siswa.

3) Proses

Mengembangkan kreativitas, siswa perlu diberi kesempatan

untuk bersibuk diri secara kreatif. Guru hendaknya dapat

merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif,

dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang

diperlukan. Proses pengembangan kreativitas yang terpenting

adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan

dirinya secara kreatif.

4) Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan

produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi

lingkungan, yaitu keduanya mendorong (press) seseorang untuk

melibatkan dirinya sendiri dalam proses (kesibukan, kegiatan)

kreatif. Pendidikan harus menghargai produk kreativitas siswa dan

mengkonsumsikannya kepada yang lain, misalnya dengan

mempertunjukan atau memamerkan hasil karya siswa. Ini akan

menjadi lebih menggugah minat siswa berkreasi.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

11

e. Model Penilaian Kreativitas dalam Mengarang

Skema penilaian kreativitas dalam mengarang menurut

Munandar (2009: 43) meliputi empat aspek yaitu kelancaran,

kelenturan, keaslian (orisinalitas), dan kerincian (elaborasi).

1) Kelancaran

Kelancaran didasarkan atas jumlah kata yang digunakan dalam

karangan tersebut.

a) Jika kurang dari 50 kata skor 1

b) 50-99 kata skor 2

c) 100-149 kata skor 3

d) 150-199 kata skor 4

e) Lebih dari 200 kata skor 5

2) Kelenturan

Meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam

konten atau gagasan. Kelenturan dalam struktur kalimat bila

dijabarkan, sebagai berikut:

a. Keragaman dalam struktur kalimat.Kalimat dapat beragam

bentuk: sederhana, gabungan, dan kompleks.

b. Keragaman dalam penggunaan kalimat: deklaratif, interogatif,

atau eksklamatoris.

c. Keragaman dalam panjang kalimat: kalimat singkat adalah

yang kurang dari lima kata, kalimat panjang adalah yang lebih

dari 10 kata.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

12

Kelenturan dalam konten atau gagasan bila dijelaskan, yaitu:

a) Imajinasi: apakah subyek menunjukan imajinasinya yang kaya?

Apakah subyek dapat melepaskan diri dari rangsangan semula,

atau tampak terima?

Skor 1, jika subyek mampu mengembangkan topik karangan.

b) Fantasi: sejauh mana isi karangan berisi fakta atau tidak?

Pertimbangan untuk dimensi fantasi adalah jika karangan

menunjukkan daya khayal mengenai hal-hal yang tidak terjadi

dalam kenyataan.

3) Keaslian (orisinalitas): gaya pemikiran karangan menunjukkan

orisinalitas, dibandingkan dengan karangan yang isi dan gaya

penulisan menunjukkan stereotipe.

a. Orisinalitas dalam tema: tema atau topik karangan termasuk

baru, artinya tidak lazim digunakan.

b. Orisinalitas dalam pemecahan atau akhir cerita: cerita tidak

diduga atau menimbulkan kejutan.

c. Humor: karangan dapat membuat orang tertawa.

d. Menggunakan kata atau nama baru yang ditemukan sendiri;

misalnya gabungan dari dua kata atau lebih untuk

mengungkapkan suatu konsep; jika orang atau hewan diberi

nama yang lucu atau nama sesuai dengan watak mereka.

e. Orisinalitas dalam gaya penulisan.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

13

4) Kerincian: kemampuan untuk membumbui atau menghias cerita

sehingga tampak lebih kaya

a. Seperti lukisan dalam ekspresi: jika karangannya hidup dan

menarik.

b. Emosi: jika karangannya kaya dalam ungkapan perasaan.

c. Empati: jika secara eksplisit mengungkapkan perasaan dalam

penggambaran tokoh utama.

d. Unsur pribadi: jika subyek melibatkan dirinya dalam kejadian,

mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi.

e. Percakapan: menggunakan kalimat naratif langsung dengan

menggunakan tanda kutip.

2. Menulis

a. Pengertian Menulis

Mata pelajaran bahasa Indonesia SD merupakan mata pelajaran

yang mendukung kegiatan siswa dalam berkomunikasi sehari-hari. Hal

ini karena, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang

dipergunakan semua mata pelajaran. Salah satu aspek penting yang ada

pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah menulis. Cahyani dan Iyos

(2006: 98) mengemukakan menulis adalah kemampuan seseorang

untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan

sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau

pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan.

Berbeda dengan definisi menulis menurut Cahyani dan Iyos, Tarigan

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

14

(1994: 3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan

yang produktif dan ekspresif.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan,

menulis merupakan bahasa tulis yang berisi gagasan seseorang yang

menunjukan sikap produktif dan ekspresif. Menulis merupakan suatu

kegiatan yang dapat dilakukan siswa untuk menyalurkan pikiran

maupun perasaan yang sedang dialami siswa pada saat itu.

Pendapat tentang menulis juga diungkapkan Grave pada

Suparno dan Yunus (2007: 1.4) yang menyatakan bahwa:

“Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis,

merasa tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat

menulis, dan tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak

terlepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta

pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang

kurang memotivasi dan merangsang minat.”

Berdasarkan ketiga pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli

di atas dapat disimpulkan menulis merupakan kegiatan untuk

menyalurkan gagasan dan ide ke dalam bahasa tulis yang dapat

dipengaruhi oleh lingkungan dimana siswa tinggal. Lingkungan

memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi siswa pada saat

menulis, baik berupa karangan maupun kalimat-kalimat singkat.

b. Manfaat Menulis

Menulis memiliki banyak manfaat, diantaranya:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

15

1) Meningkatkan kecerdasan

2) Pengembangan daya insiatif dan kreativitas

3) Menumbuhan keberanian

4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

(Suparno dan Yunus, 2007: 1.4)

Sejalan dengan manfaat yang diperoleh dari menulis, Cahyani

dan Iyos (2006: 102) mengungkapkan kemanfaatan lain dari menulis:

1) Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan tentang

topik yang dipilih.

2) Mengembangkan berbagai gagasan.

3) Lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi

sehubungan dengan topik yang ditulis.

Berdasarkan beberapa manfaat menulis yang disebutkan di atas

maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa melalui kegiatan menulis

seseorang dapat menggali potensi yang ada pada siswa, membantu

siswa dalam mengungkapkan gagasannya, ide, dan kreativitasnya

melalui bahasa tulis. Latihan dan bimbingan yang dilakukan guru

dengan tepat juga dapat membantu siswa dalam memperbaiki hasil

tulisannya.

3. Karangan Narasi

a. Pengertian Karangan Narasi

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan,

dengan menulis seseorang dapat menyalurkan pikiran dan emosi yang ada

menjadi sebuah tulisan. Salah satu jenis tulisan yang sering dijumpai

adalah karangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 506) menjabarkan

karangan adalah hasil mengarang. Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa karangan merupakan hasil pekerjaan mengarang yang

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

16

terdiri atas susunan kata-kata menjadi sebuah kalimat, paragraf dan

akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami oleh pembaca.

Terdapat lima jenis karangan yang sering dijumpai, jenis-jenis karangan

tersebut yaitu: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi

(Resmini, Yayah, dan Nenden, 2006: 114-138).

Penelitian yang akan dilakukan peneliti, memfokuskan pada

karangan narasi. Hal ini sesuai dengan pembelajaran bahasa Indonesia

pada aspek menulis karangan narasi. Keraf (2007: 135) mengungkapkan

narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu

kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau

memahami sendiri peristiwa itu. Sejalan denganpendapat Keraf, Suparno

dan Yunus (2007: 1.11) mengungkapkan bahwa narasi adalah ragam

wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.Sasarannya

adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca

mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya suatu hal.

Berdasarkan pendapat menurut ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa karangan narasi merupakan hasil tulisan seseorang yang dituangkan

dalam bentuk peristiwa, sehingga pembaca dapat memahami situasi

penulis yang telah digambarkan. Karangan narasi juga dapat berupa

runtutan kejadian yang dituliskan berdasarkan imajinasi penulisnya.

Karangan narasi dibedakan berdasarkan tujuannya. Keraf (2007:

136-138) membagi karangan narasi menjadi dua, yakni sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

17

1) Narasi Ekspositoris

Narasi eskpositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para

pembaca untuk mengetahui hal yang dikisahkan. Sasaran utamanya

berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah

tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris

mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan

kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa

yang disajikan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas

pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah

disampaikan secara tertulis ataupun lisan.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat

pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah

narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat

dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang,

maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai

hal itu. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha

menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.

Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulangi

kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu

waktu tertentu saja.

2) Narasi Sugestif

Narasi sugestif berusaha memberi makna atas peristiwa atau

kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Sasarannya adalah makna

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

18

peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan

daya khayal (imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian

peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya

khayal pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru di luar apa

yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah

sesuatu yang tersirat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan

bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat.

Semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak,

kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis,

bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang

baru akan dijelaskan dan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena

tersirat dalam seluruh narasi itu. Narasi sebaiknya tidak bercerita atau

memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi justru

mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan

menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk

menghadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi

menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang

melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan

simpati atau antipasti mereka pada kejadian itu sendiri.

Narasi dibedakan ke dalam beberapa macam yaitu narasi

ekspositoris dan sugestif, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Jika

dijabarkan dalam bentuk tabel maka dapat dilihat dalam tabel berikut:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

19

Tabel 2.1

Perbedaan narasi ekspositoris dan sugestif

Narasi ekspositoris Narasi sugestif

Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna

atau suatu amanat yang tersirat.

Menyampaikan informasi

mengenai suatu kejadian.

Menimbulkan daya khayal.

Didasarkan pada penalaran untuk

mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk

menyampaikan makna, sehingga

kalau perlu penalaran dapat

dilanggar.

Bahasanya lebih condong ke

bahasa informatif dengan dengan

titik berat pada penggunaan kata-

kata denotatif.

Bahasanya lebih condong ke

bahasa figuratif menitik-

beratkan penggunaan kata-kata

konotatif.

Berdasarkan penjelasan di atas terkait karangan narasi

ekspositoris dan sugestif, peneliti memfokuskan penelitian pada jenis

karangan narasi sugestif. Hal ini didasarkan atas permasalahan yang

diperoleh peneliti selama melakukan observasi di kelas IV SD Negeri

3 Tambaksogra, yaitu masih banyak siswa yang belum mampu

menyampaikan imajinasi yang ada menjadi sebuah karangan narasi.

Penelitian tentang narasi sugestif yang telah dilakukan Merini

Wulandari yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Strategi

Pembelajaran Imaginasi Terhadap Kemampuan Menulis paragraf

Narasi Sugestif Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Binjai Tahun

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

20

Pembelajaran 2012/2013”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah

quasi eksperimen dengan jumlah populasi 294 siswa dan sampel

penelitian berjumlah 80 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi sugestif yang

menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa

menunjukkan nilai rata-rata 63,75, sedangkan dengan menggunakan

strategi pembelajaran imajinasi mencapai rata-rata 73,12.

b. Struktur Karangan Narasi

Menulis karangan narasi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1) Alur/plot

Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah.

Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu

sama lain, bagaimana suatu insiden mempunyai hubungan dengan

insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan

berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana dan situasi

dan perasaan tokoh yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu

terikat dalam suatu kesatuan waktu.

2) Penokohan

Penokohan yaitu tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian

perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu

kejadian atau peristiwa. Penokohan biasanya dibagi menjadi dua,

yakni tokoh antagonis dan protagonis.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

21

3) Latar

Tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa

yang dialami tokoh. Hal ini dapat dilakukan di dalam ruangan

maupun diluar ruangan.

4) Sudut pandang

Seorang penulis dalam menyampaikan sebuah cerita yang

ditulisnya, sehingga pembaca dapat mengetahui siapa yang

diceritakan dalam cerita tersebut. Dapat diartikan sebagai

bagaimana penulis menempatkan diri pada sebuah cerita (Resmini,

Yayah, dan Nenden, 2006: 128-131).

c. Langkah–Langkah Dalam Menulis Karangan Narasi

Menulis karangan narasi perlu memperhatikan langkah-

langkah. Adapun langkah-langkah yang dikemukakan Suparno dan

Yunus (2007: 4.55) yang perlu dipahami dalam menulis karangan

narasi adalah sebagai berikut:

1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan

2) Tetapkan sasaran pembaca

3) Rancangan peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan

dalam bentuk skema alur

4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan,

dan akhir cerita

5) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa

sebagai pendukung cerita

6) Susun tokoh perwatakan, latar, dan sudut pandang

4. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada sebuah kelas selalu

menggunakan satu atau lebih model pembelajaran sebagai gambaran

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

22

lingkungan belajar siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran Think

Talk Write (TTW) yang dapat digunakan pada mata pelajaran bahasa

Indonesia.

a. Pengertian model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan

model pembelajaran yang bersifat komunikatif (Huda, 2015: 215).

Pembelajaran yang bersifat komunikatif maksudnya pendekatan

pembelajaran yang berbasis komunikasi yang memungkinkan siswa

untuk mampu membaca dan menulis dengan baik, belajar dengan

orang lain, menggunakan media, menerima informasi, dan

menyampaikan informasi. Model pembelajaran TTW memiliki sintak

yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk

(berbicara atau berdiskusi), dan write (menulis).

1) Think (berpikir)

Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan

dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan

sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap ini siswa secara individu

memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian),

membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan,

dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya

sendiri.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

23

2) Talk (berbicara)

Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil

penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa

merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-

ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa

akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar

ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang

diungkapkannya kepada orang lain.

3) Write (menulis)

Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya

dan kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas

landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi

sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh (

Huda, 2015: 218).

b. Langkah–langkah pembelajaran model Think Talk Write (TTW)

Langkah-langkah dalam menggunakan model pembelajaran

TTW yaitu:

1) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara

individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi.

2) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk

membahas isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka

menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk

menyampaikan gagasannya dalam diskusi. Pemahaman dibangun

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

24

melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan

dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.

3) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat

pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).

4) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan

kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, dipilih satu

atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk

menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta

memberikan tanggapan (Huda, 2015: 220).

5. Media Puzzle

Kegiatan pembelajaran di SD sering diidentikkan dengan

penggunaan media sebagai salah satu upaya penanaman materi ajar yang

diberikan guru pada proses kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media

pada saat pembelajaran diharapkan dapat memaksimalkan penyampaian

materi ajar pada siswa.

a. Pengertian Media

Media merupakan salah satu upaya guru dalam rangka,

memaksimalkan kegiatan belajar mengajar. National Education

Association dalam Arsyad (2011: 5) mendefinisikan bahwa media

sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual

dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat,

didengar, atau dibaca. Media adalah sumber belajar, maka secara luas

media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

25

memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan

dengan isi dari tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal

acuan untuk menggunakan media.

b. Manfaat Media

Sebagian besar guru menggunakan media sebagai alat bantu

untuk mendukung materi yang telah diajarkan dapat terserap dengan

baik pada siswa. Arsyad (2011: 25-26) mengemukakan manfaat dari

penggunaan media pada proses belajar sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses

dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan

kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan

kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang

dan waktu:

a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan

langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto,

slide, realita, film, radio atau model.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

26

b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh

indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide,

atau gambar.

c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali

dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video,

film, foto, slide disamping secara verbal.

d) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah

dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide,

atau simulasi komputer.

e) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat

disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau

proses yang dalam kenyataannya memakan waktu lama seperti

kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-

teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide atau

simulasi komputer.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,

serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,

masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata,

kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. Manfaat

media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

27

a) Proses belajar mengajar dapat menarik perhatian siswa

sehingga menumbuhkan motivasi belajar.

b) Materi pelajaran yang disampaikan lebih jelas maknanya

terserap oleh siswa

c. Puzzle

Puzzle merupakan permainan yang sering dijumpai dan

dimainkan oleh anak-anak. Biasanya anak-anak sangat senang

menyusun dan mencocokkan bentuk dan tempat. Anak akan suka

memainkan puzzle dengan berbagai macam gambar yang menarik.

Cara bermain puzzle, biasanya anak sudah langsung mengenali

permainan ini dan langsung bisa memainkannya. Adapun langkah-

langkah dalam memainkan permainan puzzle yaitu sebagai berikut:

1) Lepaskan kepingan puzzle dari papannya

2) Acak kepingan puzzle tersebut

3) Mintalah anak memasangkannya kembali

4) Berikan tantangan kepada anak untuk melakukannya dengan cepat.

Tujuan bermain puzzle yaitu sebagai berikut:

1) Menumbuhkan rasa solidaritas sesama siswa.

2) Menumbuhkan rasa kekeluargaan antarsiswa.

3) Melatih strategi dalam bekerja sama antarsiswa.

4) Menumbuhkan rasa kebersamaan sesama siswa.

5) Menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai sesama

siswa.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

28

6) Menumbuhkan rasa saling memiliki antarsiswa.

7) Menghibur para siswa di dalam kelas (Nisak, 2012: 110)

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan tentang puzzle,

merupakan kepingan-kepingan bagian yang terpisah, tugas siswa untuk

mencocokan dan menyusunnya sesuai dengan bentuk dan tempatnya.

Media puzzle diharapkan dapat membantu siswa pada saat

pembelajaran sekaligus membuat siswa aktif dan senang dalam belajar

di kelas.

6. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran

yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar di Wilayah Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia penting diajarkan mengacu pada tujuan

pelajaran bahasa Indonesia:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa Negara.

c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, kematangan spiritual, moral, emosional, dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia (Mulyasa, 2010: 240).

Dengan adanya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut

maka peserta didik diharapkan:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

29

a. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan

terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi

bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan

sumber belajar, serta lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan

bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi

lingkungan sekolah dan kemampuan siswa.

c. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif memberikan masukan dan

bantuan terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian

pembelajaran kebahasaan dan kesastraan sekolah.

d. Sekolah dapat mengembangkan program pendidikan kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang

tersedia.

e. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional (Mulyasa, 2010: 240).

Berdasarkan penjelasan diatas, pembelajaran menulis karangan narasi

di sekolah dasar terdapat dalam acuan berikut:

a. Standar Kompetensi

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam

bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.

b. Kompetensi Dasar

8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan

memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma

dan lain-lain).

c. Indikator

1) Mengetahui unsur-unsur karangan

2) Menyusun karangan narasi

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

30

3) Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan

memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda

koma dan lain-lain).

7. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan model Think Talk

Write (TTW) berbantuan Media Puzzle

Langkah-langkah penelitian pada pembelajaran menulis karangan narasi

dengan model TTW berbantu media puzzle yaitu:

a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, dengan tiap-tiap kelompok terdiri

atas 4 siswa.

b. Guru memberikan sebuah puzzle pada tiap kelompok.

c. Siswa berpikir bagaimana cara untuk menyusun gambar yang terdapat

pada puzzle .

d. Setelah berhasil menyatukan gambar, siswa mendiskusikan gambar

dengan kelompoknya.

e. Hasil diskusi ditulis siswa ke dalam sebuah karangan narasi.

f. Masing-masing kelompok menunjuk satu anak untuk

mempresentasikan hasil karangan narasi dari kelompoknya untuk

dibacakan di depan semua siswa dan guru.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian terkait penerapan puzzle dan model pembelajaran Think Talk

Write (TTW) telah dilakukan dalam pembelajaran, diantaranya:

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

31

1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ungki Dwi Cahyo (2012) tentang

“Penerapan Media Puzzle Picture pada Kemampuan Berbicara Siswa

Kelas XI IPA 2 SMA Negeri Tumpang” memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan penerapan dan hasil penerapan media puzzle picture pada

kemampuan berbicara pada mata pelajaran bahasa Jerman. Jenis penelitian

ini adalah deskriptif dengan sampel penelitian berjumlah 38 siswa kelas XI

IPA 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa yaitu 85

dan nilai terendah yaitu 67 dengan SKM bahasa Jerman 75. Jumlah siswa

yang memenuhi standar kelulusan minimal yaitu 30 siswa, dan 8 siswa

tidak memenuhi standar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI IPA 2 pada tema

Schule telah memenuhi standar kelulusan minimal.

2. Penelitian yang dilaksanakan Ryky Mandar Sary dan Mya Setyawinarsih

(2014) tentang “Model Pembelajaran Think Talk Write Berbantu Kartu

Misterius pada Pembelajaran Siswa Kelas IV SD Negeri Batursari 6”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

TTW berbantu kartu serius terhadap pembelajaran tema Pahlawanku. Jenis

penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan jumlah sampel 76 siswa.

Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kelas eksperimen 78,66,

sementara nilai rata-rata kelas control 72,84.

Penelitian di atas menunjukkan bahwa penggunaan model TTW

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan siswa.

Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

32

adalah pada materi dan mata pelajaran yang diteliti serta jenis penelitian yang

dilakukan. Pada penelitian sebelumnya, penelitian berjenis quasi eksperimen

dan deskripsi kualitatif untuk mendeskripsikan media puzzle picture pada

kemampuan berbicara siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti

berjenis penelitian tindakan kelas. Pada penelitian tindakan kelas yang

dilakukan, peneliti menerapkan model Think Talk Write (TTW) untuk

meningkatkan kreativitas dan kemampuan menulis karangan narasisiswa pada

mata pelajaran bahasa Indonesia dengan berbantuan media puzzle.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan siswa kelas IV SD N 3 Tambaksogra dalam menulis

karangan narasi masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan

pendapat dalam membuat sebuah karangan. Penggunaan huruf kapital yang

masih kurang tepat, tanda baca yang tidak sesuai, serta tulisan yang masih

kurang rapi pada beberapa hasil karangan siswa. Melihat kondisi tersebut

perlu adanya inovasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Model

pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media puzzle membantu

siswa belajar dengan saling menukar pendapat dengan teman kelompoknya,

sehingga siswa mendapatkan informasi yang banyak dan berbeda. Siswa

dilatih untuk bekerjasama dalam kelompok sehingga pembelajaran berjalan

dengan baik. Tujuan dari model pembelajaran TTW dengan media puzzle

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

33

yaitu untuk mengembangkan kreativitas dan kerja sama antar anggota

kelompok menjadi lebih baik.

Melihat karakteristik yang dimiliki model TTW, maka model

tersebutdapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV

dengan materi menulis karangan narasi, dengan harapan dapat meningkatkan

kreativitas dan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Guru juga akan

bertambah pengetahuan mengenai model pembelajaran.

Kerangka pikir penelitian dapat di gambarkan pada gambar 2.1

berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti

mengajukan hipotesis berikut:

Kondisi Awal

Guru

menggunakan

model

pembelajaran

ceramah

Kreativitas

dan

kemampuan

menulis

rendah

Tindakan

Guru menggunakan model

pembelajaran TTW dengan

media puzzle

Siklus I

Menggunakan model

pembelajaran TTW

dengan media puzzle

Siklus II

Menggunakan model

pembelajaran TTW

dengan media puzzle

Kondisi Akhir

Kreativitas dan

kemampuan

menulis

karangan narasi

meningkat

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016

34

1. Jika pembelajaran menggunakan model TTW berbantu media

pembelajaran puzzle dapat meningkatkan kreativitas menulis karangan

narasi siswa kelas IV SD Negeri 3 Tambaksogra.

2. Jika pembelajaran menggunakan model TTW berbantu media puzzle dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD

Negeri 3 Tambaksogra.

Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016