BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kreativitasrepository.ump.ac.id/1979/3/BAB II.pdfkarangan....
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kreativitasrepository.ump.ac.id/1979/3/BAB II.pdfkarangan....
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Keaslian dari suatu tulisan tak terlepas dari ide yang dihasilkan
oleh penulis. Salah satu jenis karya tulis yang ada saat ini adalah
karangan. Rangkaian huruf yang ada pada sebuah karangan
mencerminkan kreativitas penulisnya. Pengertian dari kreativitas
sendiri merupakan suatu gaya hidup yang muncul dari interaksi antara
individu dan lingkungannya melalui proses merasakan dan mengamati
sebuah masalah untuk menghasilkan sesuatu yang baru, orisinal dan
bermakna (Munandar, 2009: 19). Berbeda dengan pengertian
kreativitas menurut Munandar, kreativitas menurut Sternberg, 2005
pada Semiawan (2009: 31) adalah perspektif yang baru, bersifat
orisinil, tak diduga, berguna, serta adaptif terhadap kendala-kendala
tugas.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas dipengaruhi gaya hidup yang terjadi saat berinteraksi antara
individu dengan lingkungan melalui proses merasakan dan mengamati
sebuah masalah yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru,
orisinal, tak diduga dan bermakna. Hal ini menunjukan bahwa
7 Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
8
kreativitas seseorang bukan berasal dari diri sendiri, melainkan
terdapat faktor luar yang dapat mempengaruhi kreativitas seseorang.
b. Ciri dan Skala Sikap Kreativitas
Sikap kreativitas dapat diketahui dari ciri-ciri yang ada. Untuk
mengetahui peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh
dari kelompok pakar psikologi dalam Munandar (2009: 37) adalah
sebagai berikut:
1) Imajinatif
2) Mempunyai prakasa
3) Mempunyai minat luas
4) Mandiri dalam berpikir
5) Melit (rasa ingin tahu)
6) Senang berpetualang
7) Penuh energi
8) Percaya diri
9) Bersedia mengambil resiko
10) Berani dalam pendirian dan keyakinan
Berdasarkan ciri-ciri kreatif diatas, maka Munandar (2009: 70)
menerapkan skala sikap kreativitas yang dioperasionalkan dalam
dimensi sebagai berikut:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru,
2. Kelenturan dalam berpikir,
3. Kebebasan dalam ungkapan diri,
4. Menghargai fantasi,
5. Minat terhadap kegiatan kreatif,
6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri,
7. Kemandirian dalam memberi pertimbangan,
Berdasarkan skala sikap kreativitas yang telah disebutkan,
Munandar (2009: 71) mengemukakan subskala untuk kreativitas yang
meliputi ciri-ciri sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
9
1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,
2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik,
3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,
4) Bebas dalam menyatakan pendapat,
5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam,
6) Menonjol dalam salah satu bidang seni,
7) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang,
8) Mempunyai rasa humor yang luas,
9) Mempunyai daya imajinasi,
10) Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
c. Faktor Pendorong Kreativitas
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa,
salah satunya sikap orangtua. Pamilu (2007: 59) mengungkapkan
faktor yang dapat menentukan kreativitas siswa yang berasal dari sikap
orangtua, yakni:
1) Kedekatan emosi
2) Kebebasan dan respek
3) Menghargai prestasi dan kreativitas
d. Pengembangan Kreativitas
Munandar (2009: 45) meninjau empat aspek dari kreativitas
yaitu pribadi (person), pendorong (press), proses (process), dan produk
(product) (4P dari kreativitas). Keempat aspek dari kreativitas dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dan keunikan
individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif
adalah mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Ungkapan
pribadi tersebut dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan
produk-produk yang inovatif.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
10
2) Pendorong
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan
dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat
dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan
sesuatu. Untuk itu, lingkungan sekitar berpengaruh terhadap
kreativitas yang dimiliki siswa.
3) Proses
Mengembangkan kreativitas, siswa perlu diberi kesempatan
untuk bersibuk diri secara kreatif. Guru hendaknya dapat
merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif,
dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang
diperlukan. Proses pengembangan kreativitas yang terpenting
adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan
dirinya secara kreatif.
4) Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan
produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi
lingkungan, yaitu keduanya mendorong (press) seseorang untuk
melibatkan dirinya sendiri dalam proses (kesibukan, kegiatan)
kreatif. Pendidikan harus menghargai produk kreativitas siswa dan
mengkonsumsikannya kepada yang lain, misalnya dengan
mempertunjukan atau memamerkan hasil karya siswa. Ini akan
menjadi lebih menggugah minat siswa berkreasi.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
11
e. Model Penilaian Kreativitas dalam Mengarang
Skema penilaian kreativitas dalam mengarang menurut
Munandar (2009: 43) meliputi empat aspek yaitu kelancaran,
kelenturan, keaslian (orisinalitas), dan kerincian (elaborasi).
1) Kelancaran
Kelancaran didasarkan atas jumlah kata yang digunakan dalam
karangan tersebut.
a) Jika kurang dari 50 kata skor 1
b) 50-99 kata skor 2
c) 100-149 kata skor 3
d) 150-199 kata skor 4
e) Lebih dari 200 kata skor 5
2) Kelenturan
Meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam
konten atau gagasan. Kelenturan dalam struktur kalimat bila
dijabarkan, sebagai berikut:
a. Keragaman dalam struktur kalimat.Kalimat dapat beragam
bentuk: sederhana, gabungan, dan kompleks.
b. Keragaman dalam penggunaan kalimat: deklaratif, interogatif,
atau eksklamatoris.
c. Keragaman dalam panjang kalimat: kalimat singkat adalah
yang kurang dari lima kata, kalimat panjang adalah yang lebih
dari 10 kata.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
12
Kelenturan dalam konten atau gagasan bila dijelaskan, yaitu:
a) Imajinasi: apakah subyek menunjukan imajinasinya yang kaya?
Apakah subyek dapat melepaskan diri dari rangsangan semula,
atau tampak terima?
Skor 1, jika subyek mampu mengembangkan topik karangan.
b) Fantasi: sejauh mana isi karangan berisi fakta atau tidak?
Pertimbangan untuk dimensi fantasi adalah jika karangan
menunjukkan daya khayal mengenai hal-hal yang tidak terjadi
dalam kenyataan.
3) Keaslian (orisinalitas): gaya pemikiran karangan menunjukkan
orisinalitas, dibandingkan dengan karangan yang isi dan gaya
penulisan menunjukkan stereotipe.
a. Orisinalitas dalam tema: tema atau topik karangan termasuk
baru, artinya tidak lazim digunakan.
b. Orisinalitas dalam pemecahan atau akhir cerita: cerita tidak
diduga atau menimbulkan kejutan.
c. Humor: karangan dapat membuat orang tertawa.
d. Menggunakan kata atau nama baru yang ditemukan sendiri;
misalnya gabungan dari dua kata atau lebih untuk
mengungkapkan suatu konsep; jika orang atau hewan diberi
nama yang lucu atau nama sesuai dengan watak mereka.
e. Orisinalitas dalam gaya penulisan.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
13
4) Kerincian: kemampuan untuk membumbui atau menghias cerita
sehingga tampak lebih kaya
a. Seperti lukisan dalam ekspresi: jika karangannya hidup dan
menarik.
b. Emosi: jika karangannya kaya dalam ungkapan perasaan.
c. Empati: jika secara eksplisit mengungkapkan perasaan dalam
penggambaran tokoh utama.
d. Unsur pribadi: jika subyek melibatkan dirinya dalam kejadian,
mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi.
e. Percakapan: menggunakan kalimat naratif langsung dengan
menggunakan tanda kutip.
2. Menulis
a. Pengertian Menulis
Mata pelajaran bahasa Indonesia SD merupakan mata pelajaran
yang mendukung kegiatan siswa dalam berkomunikasi sehari-hari. Hal
ini karena, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang
dipergunakan semua mata pelajaran. Salah satu aspek penting yang ada
pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah menulis. Cahyani dan Iyos
(2006: 98) mengemukakan menulis adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan
sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau
pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan.
Berbeda dengan definisi menulis menurut Cahyani dan Iyos, Tarigan
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
14
(1994: 3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan,
menulis merupakan bahasa tulis yang berisi gagasan seseorang yang
menunjukan sikap produktif dan ekspresif. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang dapat dilakukan siswa untuk menyalurkan pikiran
maupun perasaan yang sedang dialami siswa pada saat itu.
Pendapat tentang menulis juga diungkapkan Grave pada
Suparno dan Yunus (2007: 1.4) yang menyatakan bahwa:
“Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis,
merasa tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat
menulis, dan tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak
terlepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta
pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang
kurang memotivasi dan merangsang minat.”
Berdasarkan ketiga pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli
di atas dapat disimpulkan menulis merupakan kegiatan untuk
menyalurkan gagasan dan ide ke dalam bahasa tulis yang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan dimana siswa tinggal. Lingkungan
memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi siswa pada saat
menulis, baik berupa karangan maupun kalimat-kalimat singkat.
b. Manfaat Menulis
Menulis memiliki banyak manfaat, diantaranya:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
15
1) Meningkatkan kecerdasan
2) Pengembangan daya insiatif dan kreativitas
3) Menumbuhan keberanian
4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
(Suparno dan Yunus, 2007: 1.4)
Sejalan dengan manfaat yang diperoleh dari menulis, Cahyani
dan Iyos (2006: 102) mengungkapkan kemanfaatan lain dari menulis:
1) Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan tentang
topik yang dipilih.
2) Mengembangkan berbagai gagasan.
3) Lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis.
Berdasarkan beberapa manfaat menulis yang disebutkan di atas
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa melalui kegiatan menulis
seseorang dapat menggali potensi yang ada pada siswa, membantu
siswa dalam mengungkapkan gagasannya, ide, dan kreativitasnya
melalui bahasa tulis. Latihan dan bimbingan yang dilakukan guru
dengan tepat juga dapat membantu siswa dalam memperbaiki hasil
tulisannya.
3. Karangan Narasi
a. Pengertian Karangan Narasi
Menulis merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan,
dengan menulis seseorang dapat menyalurkan pikiran dan emosi yang ada
menjadi sebuah tulisan. Salah satu jenis tulisan yang sering dijumpai
adalah karangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 506) menjabarkan
karangan adalah hasil mengarang. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa karangan merupakan hasil pekerjaan mengarang yang
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
16
terdiri atas susunan kata-kata menjadi sebuah kalimat, paragraf dan
akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami oleh pembaca.
Terdapat lima jenis karangan yang sering dijumpai, jenis-jenis karangan
tersebut yaitu: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi
(Resmini, Yayah, dan Nenden, 2006: 114-138).
Penelitian yang akan dilakukan peneliti, memfokuskan pada
karangan narasi. Hal ini sesuai dengan pembelajaran bahasa Indonesia
pada aspek menulis karangan narasi. Keraf (2007: 135) mengungkapkan
narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
memahami sendiri peristiwa itu. Sejalan denganpendapat Keraf, Suparno
dan Yunus (2007: 1.11) mengungkapkan bahwa narasi adalah ragam
wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.Sasarannya
adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca
mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya suatu hal.
Berdasarkan pendapat menurut ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa karangan narasi merupakan hasil tulisan seseorang yang dituangkan
dalam bentuk peristiwa, sehingga pembaca dapat memahami situasi
penulis yang telah digambarkan. Karangan narasi juga dapat berupa
runtutan kejadian yang dituliskan berdasarkan imajinasi penulisnya.
Karangan narasi dibedakan berdasarkan tujuannya. Keraf (2007:
136-138) membagi karangan narasi menjadi dua, yakni sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
17
1) Narasi Ekspositoris
Narasi eskpositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembaca untuk mengetahui hal yang dikisahkan. Sasaran utamanya
berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah
tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris
mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan
kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa
yang disajikan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas
pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah
disampaikan secara tertulis ataupun lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat
pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah
narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat
dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang,
maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai
hal itu. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha
menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.
Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulangi
kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu
waktu tertentu saja.
2) Narasi Sugestif
Narasi sugestif berusaha memberi makna atas peristiwa atau
kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Sasarannya adalah makna
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
18
peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan
daya khayal (imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian
peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya
khayal pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru di luar apa
yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah
sesuatu yang tersirat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan
bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat.
Semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak,
kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis,
bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang
baru akan dijelaskan dan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena
tersirat dalam seluruh narasi itu. Narasi sebaiknya tidak bercerita atau
memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi justru
mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan
menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk
menghadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi
menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang
melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan
simpati atau antipasti mereka pada kejadian itu sendiri.
Narasi dibedakan ke dalam beberapa macam yaitu narasi
ekspositoris dan sugestif, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Jika
dijabarkan dalam bentuk tabel maka dapat dilihat dalam tabel berikut:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
19
Tabel 2.1
Perbedaan narasi ekspositoris dan sugestif
Narasi ekspositoris Narasi sugestif
Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna
atau suatu amanat yang tersirat.
Menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian.
Menimbulkan daya khayal.
Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional.
Penalaran hanya berfungsi
sebagai alat untuk
menyampaikan makna, sehingga
kalau perlu penalaran dapat
dilanggar.
Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan dengan
titik berat pada penggunaan kata-
kata denotatif.
Bahasanya lebih condong ke
bahasa figuratif menitik-
beratkan penggunaan kata-kata
konotatif.
Berdasarkan penjelasan di atas terkait karangan narasi
ekspositoris dan sugestif, peneliti memfokuskan penelitian pada jenis
karangan narasi sugestif. Hal ini didasarkan atas permasalahan yang
diperoleh peneliti selama melakukan observasi di kelas IV SD Negeri
3 Tambaksogra, yaitu masih banyak siswa yang belum mampu
menyampaikan imajinasi yang ada menjadi sebuah karangan narasi.
Penelitian tentang narasi sugestif yang telah dilakukan Merini
Wulandari yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Strategi
Pembelajaran Imaginasi Terhadap Kemampuan Menulis paragraf
Narasi Sugestif Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Binjai Tahun
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
20
Pembelajaran 2012/2013”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
quasi eksperimen dengan jumlah populasi 294 siswa dan sampel
penelitian berjumlah 80 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi sugestif yang
menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa
menunjukkan nilai rata-rata 63,75, sedangkan dengan menggunakan
strategi pembelajaran imajinasi mencapai rata-rata 73,12.
b. Struktur Karangan Narasi
Menulis karangan narasi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) Alur/plot
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah.
Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu
sama lain, bagaimana suatu insiden mempunyai hubungan dengan
insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan
berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana dan situasi
dan perasaan tokoh yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu
terikat dalam suatu kesatuan waktu.
2) Penokohan
Penokohan yaitu tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian
perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu
kejadian atau peristiwa. Penokohan biasanya dibagi menjadi dua,
yakni tokoh antagonis dan protagonis.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
21
3) Latar
Tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa
yang dialami tokoh. Hal ini dapat dilakukan di dalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4) Sudut pandang
Seorang penulis dalam menyampaikan sebuah cerita yang
ditulisnya, sehingga pembaca dapat mengetahui siapa yang
diceritakan dalam cerita tersebut. Dapat diartikan sebagai
bagaimana penulis menempatkan diri pada sebuah cerita (Resmini,
Yayah, dan Nenden, 2006: 128-131).
c. Langkah–Langkah Dalam Menulis Karangan Narasi
Menulis karangan narasi perlu memperhatikan langkah-
langkah. Adapun langkah-langkah yang dikemukakan Suparno dan
Yunus (2007: 4.55) yang perlu dipahami dalam menulis karangan
narasi adalah sebagai berikut:
1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan
2) Tetapkan sasaran pembaca
3) Rancangan peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan
dalam bentuk skema alur
4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan,
dan akhir cerita
5) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa
sebagai pendukung cerita
6) Susun tokoh perwatakan, latar, dan sudut pandang
4. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada sebuah kelas selalu
menggunakan satu atau lebih model pembelajaran sebagai gambaran
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
22
lingkungan belajar siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran Think
Talk Write (TTW) yang dapat digunakan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.
a. Pengertian model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan
model pembelajaran yang bersifat komunikatif (Huda, 2015: 215).
Pembelajaran yang bersifat komunikatif maksudnya pendekatan
pembelajaran yang berbasis komunikasi yang memungkinkan siswa
untuk mampu membaca dan menulis dengan baik, belajar dengan
orang lain, menggunakan media, menerima informasi, dan
menyampaikan informasi. Model pembelajaran TTW memiliki sintak
yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk
(berbicara atau berdiskusi), dan write (menulis).
1) Think (berpikir)
Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan
dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan
sehari-hari atau kontekstual). Pada tahap ini siswa secara individu
memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian),
membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan,
dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya
sendiri.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
23
2) Talk (berbicara)
Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil
penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa
merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-
ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa
akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar
ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang
diungkapkannya kepada orang lain.
3) Write (menulis)
Pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya
dan kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas
landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi
sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh (
Huda, 2015: 218).
b. Langkah–langkah pembelajaran model Think Talk Write (TTW)
Langkah-langkah dalam menggunakan model pembelajaran
TTW yaitu:
1) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi.
2) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk
membahas isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka
menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk
menyampaikan gagasannya dalam diskusi. Pemahaman dibangun
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
24
melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan
dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.
3) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat
pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).
4) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan
kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, dipilih satu
atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk
menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta
memberikan tanggapan (Huda, 2015: 220).
5. Media Puzzle
Kegiatan pembelajaran di SD sering diidentikkan dengan
penggunaan media sebagai salah satu upaya penanaman materi ajar yang
diberikan guru pada proses kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media
pada saat pembelajaran diharapkan dapat memaksimalkan penyampaian
materi ajar pada siswa.
a. Pengertian Media
Media merupakan salah satu upaya guru dalam rangka,
memaksimalkan kegiatan belajar mengajar. National Education
Association dalam Arsyad (2011: 5) mendefinisikan bahwa media
sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual
dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, atau dibaca. Media adalah sumber belajar, maka secara luas
media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
25
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan
dengan isi dari tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal
acuan untuk menggunakan media.
b. Manfaat Media
Sebagian besar guru menggunakan media sebagai alat bantu
untuk mendukung materi yang telah diajarkan dapat terserap dengan
baik pada siswa. Arsyad (2011: 25-26) mengemukakan manfaat dari
penggunaan media pada proses belajar sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu:
a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan
langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto,
slide, realita, film, radio atau model.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
26
b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh
indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide,
atau gambar.
c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali
dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video,
film, foto, slide disamping secara verbal.
d) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah
dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide,
atau simulasi komputer.
e) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau
proses yang dalam kenyataannya memakan waktu lama seperti
kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-
teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide atau
simulasi komputer.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata,
kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. Manfaat
media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
27
a) Proses belajar mengajar dapat menarik perhatian siswa
sehingga menumbuhkan motivasi belajar.
b) Materi pelajaran yang disampaikan lebih jelas maknanya
terserap oleh siswa
c. Puzzle
Puzzle merupakan permainan yang sering dijumpai dan
dimainkan oleh anak-anak. Biasanya anak-anak sangat senang
menyusun dan mencocokkan bentuk dan tempat. Anak akan suka
memainkan puzzle dengan berbagai macam gambar yang menarik.
Cara bermain puzzle, biasanya anak sudah langsung mengenali
permainan ini dan langsung bisa memainkannya. Adapun langkah-
langkah dalam memainkan permainan puzzle yaitu sebagai berikut:
1) Lepaskan kepingan puzzle dari papannya
2) Acak kepingan puzzle tersebut
3) Mintalah anak memasangkannya kembali
4) Berikan tantangan kepada anak untuk melakukannya dengan cepat.
Tujuan bermain puzzle yaitu sebagai berikut:
1) Menumbuhkan rasa solidaritas sesama siswa.
2) Menumbuhkan rasa kekeluargaan antarsiswa.
3) Melatih strategi dalam bekerja sama antarsiswa.
4) Menumbuhkan rasa kebersamaan sesama siswa.
5) Menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai sesama
siswa.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
28
6) Menumbuhkan rasa saling memiliki antarsiswa.
7) Menghibur para siswa di dalam kelas (Nisak, 2012: 110)
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan tentang puzzle,
merupakan kepingan-kepingan bagian yang terpisah, tugas siswa untuk
mencocokan dan menyusunnya sesuai dengan bentuk dan tempatnya.
Media puzzle diharapkan dapat membantu siswa pada saat
pembelajaran sekaligus membuat siswa aktif dan senang dalam belajar
di kelas.
6. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran
yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar di Wilayah Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia penting diajarkan mengacu pada tujuan
pelajaran bahasa Indonesia:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa Negara.
c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan spiritual, moral, emosional, dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia (Mulyasa, 2010: 240).
Dengan adanya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut
maka peserta didik diharapkan:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
29
a. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan
terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan
sumber belajar, serta lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan
bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan siswa.
c. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif memberikan masukan dan
bantuan terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
pembelajaran kebahasaan dan kesastraan sekolah.
d. Sekolah dapat mengembangkan program pendidikan kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang
tersedia.
e. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional (Mulyasa, 2010: 240).
Berdasarkan penjelasan diatas, pembelajaran menulis karangan narasi
di sekolah dasar terdapat dalam acuan berikut:
a. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam
bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.
b. Kompetensi Dasar
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan
memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma
dan lain-lain).
c. Indikator
1) Mengetahui unsur-unsur karangan
2) Menyusun karangan narasi
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
30
3) Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan
memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda
koma dan lain-lain).
7. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan model Think Talk
Write (TTW) berbantuan Media Puzzle
Langkah-langkah penelitian pada pembelajaran menulis karangan narasi
dengan model TTW berbantu media puzzle yaitu:
a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, dengan tiap-tiap kelompok terdiri
atas 4 siswa.
b. Guru memberikan sebuah puzzle pada tiap kelompok.
c. Siswa berpikir bagaimana cara untuk menyusun gambar yang terdapat
pada puzzle .
d. Setelah berhasil menyatukan gambar, siswa mendiskusikan gambar
dengan kelompoknya.
e. Hasil diskusi ditulis siswa ke dalam sebuah karangan narasi.
f. Masing-masing kelompok menunjuk satu anak untuk
mempresentasikan hasil karangan narasi dari kelompoknya untuk
dibacakan di depan semua siswa dan guru.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terkait penerapan puzzle dan model pembelajaran Think Talk
Write (TTW) telah dilakukan dalam pembelajaran, diantaranya:
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
31
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ungki Dwi Cahyo (2012) tentang
“Penerapan Media Puzzle Picture pada Kemampuan Berbicara Siswa
Kelas XI IPA 2 SMA Negeri Tumpang” memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan penerapan dan hasil penerapan media puzzle picture pada
kemampuan berbicara pada mata pelajaran bahasa Jerman. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif dengan sampel penelitian berjumlah 38 siswa kelas XI
IPA 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa yaitu 85
dan nilai terendah yaitu 67 dengan SKM bahasa Jerman 75. Jumlah siswa
yang memenuhi standar kelulusan minimal yaitu 30 siswa, dan 8 siswa
tidak memenuhi standar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI IPA 2 pada tema
Schule telah memenuhi standar kelulusan minimal.
2. Penelitian yang dilaksanakan Ryky Mandar Sary dan Mya Setyawinarsih
(2014) tentang “Model Pembelajaran Think Talk Write Berbantu Kartu
Misterius pada Pembelajaran Siswa Kelas IV SD Negeri Batursari 6”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
TTW berbantu kartu serius terhadap pembelajaran tema Pahlawanku. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan jumlah sampel 76 siswa.
Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kelas eksperimen 78,66,
sementara nilai rata-rata kelas control 72,84.
Penelitian di atas menunjukkan bahwa penggunaan model TTW
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan siswa.
Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
32
adalah pada materi dan mata pelajaran yang diteliti serta jenis penelitian yang
dilakukan. Pada penelitian sebelumnya, penelitian berjenis quasi eksperimen
dan deskripsi kualitatif untuk mendeskripsikan media puzzle picture pada
kemampuan berbicara siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
berjenis penelitian tindakan kelas. Pada penelitian tindakan kelas yang
dilakukan, peneliti menerapkan model Think Talk Write (TTW) untuk
meningkatkan kreativitas dan kemampuan menulis karangan narasisiswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia dengan berbantuan media puzzle.
C. Kerangka Pikir
Kemampuan siswa kelas IV SD N 3 Tambaksogra dalam menulis
karangan narasi masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan
pendapat dalam membuat sebuah karangan. Penggunaan huruf kapital yang
masih kurang tepat, tanda baca yang tidak sesuai, serta tulisan yang masih
kurang rapi pada beberapa hasil karangan siswa. Melihat kondisi tersebut
perlu adanya inovasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Model
pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media puzzle membantu
siswa belajar dengan saling menukar pendapat dengan teman kelompoknya,
sehingga siswa mendapatkan informasi yang banyak dan berbeda. Siswa
dilatih untuk bekerjasama dalam kelompok sehingga pembelajaran berjalan
dengan baik. Tujuan dari model pembelajaran TTW dengan media puzzle
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
33
yaitu untuk mengembangkan kreativitas dan kerja sama antar anggota
kelompok menjadi lebih baik.
Melihat karakteristik yang dimiliki model TTW, maka model
tersebutdapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV
dengan materi menulis karangan narasi, dengan harapan dapat meningkatkan
kreativitas dan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Guru juga akan
bertambah pengetahuan mengenai model pembelajaran.
Kerangka pikir penelitian dapat di gambarkan pada gambar 2.1
berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti
mengajukan hipotesis berikut:
Kondisi Awal
Guru
menggunakan
model
pembelajaran
ceramah
Kreativitas
dan
kemampuan
menulis
rendah
Tindakan
Guru menggunakan model
pembelajaran TTW dengan
media puzzle
Siklus I
Menggunakan model
pembelajaran TTW
dengan media puzzle
Siklus II
Menggunakan model
pembelajaran TTW
dengan media puzzle
Kondisi Akhir
Kreativitas dan
kemampuan
menulis
karangan narasi
meningkat
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016
34
1. Jika pembelajaran menggunakan model TTW berbantu media
pembelajaran puzzle dapat meningkatkan kreativitas menulis karangan
narasi siswa kelas IV SD Negeri 3 Tambaksogra.
2. Jika pembelajaran menggunakan model TTW berbantu media puzzle dapat
meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD
Negeri 3 Tambaksogra.
Upaya Meningkatkan Kreativitas..., Marda Nurmilandhani, FKIP, UMP, 2016