BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.uinbanten.ac.id/3759/5/BAB 2 -...

80
22 BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritik 1. Pembiasaan Literasi Keagamaan a. Pengertian Pembiasaan Pembiasaan merupakan sebuah metode dalam pendidika berupa “proses penanaman kebiasaan”. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan itu sendiri adalah cara-cara bertindak yang persistent uniform, dan hampir- hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya). 1 Melalui pembiasaan yang baik anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang matang, yang sanggup dan mampu mengubah dirinya sendiri, mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Bahkan tidak menimbulkan masalah bagi keluarga, kelompok dan 1 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003), 184

Transcript of BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN …repository.uinbanten.ac.id/3759/5/BAB 2 -...

  • 22

    BAB II

    KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR,

    DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teoritik

    1. Pembiasaan Literasi Keagamaan

    a. Pengertian Pembiasaan

    Pembiasaan merupakan sebuah metode dalam

    pendidika berupa “proses penanaman kebiasaan”.

    Sedangkan yang dimaksud kebiasaan itu sendiri adalah

    cara-cara bertindak yang persistent uniform, dan hampir-

    hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh

    pelakunya).1

    Melalui pembiasaan yang baik anak akan tumbuh

    dan berkembang menjadi manusia yang matang, yang

    sanggup dan mampu mengubah dirinya sendiri, mandiri,

    tidak tergantung kepada orang lain. Bahkan tidak

    menimbulkan masalah bagi keluarga, kelompok dan

    1 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos

    Wacana Ilmu, 2003), 184

  • 23

    masyarakatnya, sehingga mampu menjalani kehidupan

    dunia dan akhiratnya dengan baik. Pembiasaan akan

    membentuk karakter seseorang. Cara Mengaplikasikan

    metode pembiasaan yang baik adalah; 1) Mulailah

    pembiasaan sejak dini. 2) Pembiasaan dilakukan secara

    kontinyu, teratur dan terprogram. 3) Pembiasaan

    hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. 4)

    Pembiasaan yang awalnya bersifat mekanistis hendaknya

    berangsur-angsur menjadi kebutuhan. Upaya pendidikan

    dalam menjadikan manusia sebagai pribadi muslim yang

    utuh tidak hanya sebatas mengajarkan apa yang harus

    dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan dalam satu

    waktu, tempat, dan keadaan saja, tetapi yang dinamakan

    pendidikan adalah upaya membiasakan manusia untuk

    selalu mengamalkan apa yang diajarkan dalam kehidupan

    sehari-hari.

    b. Pembiasaan Sebagai Metode Pembelajaran

    Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pembiasaan

    adalah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus

  • 24

    sehingga tercapai hasil yang diinginkan, maka dalam

    pendidikan pembiasaan adalah sebagai metode. Metode

    Pembiasaan diyakini sebagai metode paling efektif dalam

    mencapai tujuan pembelajaran, karena dengan pembiasaan

    siswa dibiaskan untuk berfikir, bersikap dan bertindak

    sesuai dengan tuntutan Islam. Penerapan metode

    pembiasaan sangat efektif diterapkan dalam mencapai

    tujuan pembelajaran terutama pada siswa tingkat sekolah

    dasar dan sekolah menengah, hal ini karena anak pada

    usia-usia ini memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan

    kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga siswa

    mudah larut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka

    lakukan sehari-hari.2

    Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka

    pembiasaan dapat diartikan sebagai sebuah metode dalam

    pendidikan berupa proses penanaman kebiasaan. Sehingga

    pembiasaan tidak selalu dengan pengetahuan bersifat

    kognitif semata, namun bias berupa keterampilan yang

    2 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan

    Islam,(Jakarta:Ciputat Press, 2002), 110

  • 25

    dierikan, atau bahkan sikap dan kepribadian guru akan

    dianggap suatu pembelajaran pembiasaan, karena pada

    hakikatnya pembiasaan adalah pengulangan, atau

    perbuatan yang dilakukan berulang-ulang. Bahkan jika

    guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah

    dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.3

    Hasil dari pembiasaan-pembiasaan yang

    dilakukan seorang guru terhadap siswa adalah terciptanya

    suatu kebiasaan yang melekat dan akan menjadi sebuah

    budaya dalam hidup siswa. Seorang siswa yang terbiasa

    mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat

    diharapkan dalam kehidupannya nanti akan menjadi

    seorang muslim yang saleh yang akan berguna bagi

    dirinya dan orang lain. Pembiasaan yang dilakukan sejak

    dini akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut

    akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari

    kepribadiannya. Karena sesungguhnya anak adalah

    amanah Allah untuk para orang tuanya, hatinya yang

    3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif

    Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 144.

  • 26

    bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong

    dari setiap tulisan dan gambar.

    Hati siap menerima setiap tulisan dan cenderung

    pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika

    dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas

    kebaikan maka bahagialah ia didunia dan akhirat, orang

    tuanya pun mendapat pahala bersama. Karena pembiasaan

    berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga

    dapat diterapkan dalam kegiatan membaca (literasi),

    karena siswa tidak hanya sekedar membaca akan tetapi

    juga akan mengalami proses internalisasi nilai.

    Karakteristik utama dari metode pembiasaan

    adalah kegiatan yang berupa pengualangan yang berkali-

    kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja

    dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara srimulus

    dengan respon menjadi sangat kuat. Dengan demikian,

    terbentuklah pengetahuan siap atau ketrampilan siap yang

    setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang

    bersangkutan maupun dimanfaatka oleh orang lain.

  • 27

    c. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan.

    Pembiasaan meruapakan salah satu metode

    pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak

    sekolah dasar dan menengah. Dalam masa-masa ini anak

    belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus

    dikerjakan seperti orang dewasa. Sehingga metode ini dapat

    dilakukan dalam mengembangkan tingkah laku, ketrampilan,

    kecakapan dan pola berfikir tertentu. Seseorang yang telah

    mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaknakannya

    dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu yang

    telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk dirubah

    dan tetap berlangsung sampai hari tua. Maka dalam

    pendidikan Islam snantiasa mengingatkan agar anak-anak

    segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi

    kebiasaan yang baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan

    lain yang berlawanan dengannya.

    Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan

    kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-

    kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain

  • 28

    menggunakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus

    juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar

    siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan

    perbuatan baru yang lebih tepat dan positf dalam arti selaras

    dengan kebutuhan ruang dan waktu). Hal ini selaras dengan

    norma dan tata nilai moral yang berlaku baik yang bersifat

    religious maupun tradisional dan kultural.4

    d. Proses Terjadinya Pembiasaan

    Pada awalnya, pembiasaan adalah perbuatan yang

    perlu dipaksakan, kemudian menjad biasa, jika aktivitas itu

    sudah menjadi kebiasaan, ia akan menjadi habit (kebiasaan

    yang sudah melekat dengan sendirinya, dan bahkan sulit

    untuk dihindari). Ketika menjadi habit, ia kana selalu

    menjadi aktifitas rutin. Seorang yang telah mempunyai

    kebiasaan tertentu, maka ia akan dan dapat melaksanakannya

    dengan mudah dan senang hat. Bahkan segala sesuatu yang

    telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sult untuk diubah

    dan tetap berlangsung sampai hari tua. Kemudia akan

    4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2000), 123

  • 29

    menjadi ketagihan dan pada waktunya tradisi yang sulit

    ditinggalkan.5

    ِن إَِّلَّ َما سَ نَسَٰ (93)اجلم : َعىَوأَن لَّۡيَس لِۡۡلِ

    Artinya:

    Dan bahwasanya seorang manusia tiada

    memperoleh selain apa yang telah

    diusahakannya”.(QS. An-Najm:39).6

    Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan dan

    diperhatikan oleh orang tua dalam melakukan metode

    pembiasaan yaitu; memulai lebih dini, dilakukan secara terus

    menerus (kontiyu), dilakukan dengan konsekuwen, dan

    pembiasaan dilakukan dari hati anak bukan dari paksaan.7

    Adapun penjelannya sebagai berikut

    1) Mulailah pembiasaan sebelum anak mempunyai

    kebiasaan lain.

    2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus menerus

    dan teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan.

    5 Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama ) dalam Membangun

    Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2013),147 6 Departeman Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya,

    (Jakarta: Daarussunnah, 2012), 527 7 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-

    Qur’an,(Jakarta: Rajawali Pers,2012), 140

  • 30

    3) Pembiasaan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan

    tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah

    diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak

    untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.

    4) Pembiasaan yang pada mulanya mekanistis itu harus

    semakin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati

    anak itu sendiri.

    Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    metode pembiasaan itu adalah suatu cara atau jalan yang

    dilakukan dengan sengaja, berulang-ulang, terus-menerus,

    konsisten, berkelanjutan, untuk menjadikan sesuatu itu

    kebiasaan (karakter) yang melekat pada diri sang anak,

    sehingga nantinya anak tidak memerlukan pemikiran lagi

    untuk melakukannya. Guru sebagai pendidik dan orang tua di

    sekolah sangat memiliki peran penting. Karena dalam

    pelaksanaan metode pembiasaan ini pastilah memerlukan

    dukungan dari siswa.

  • 31

    e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasaan.

    1) Kelebihan Metode Pembiasaan

    Adapun kelebihan metode pembiasaan sebagai

    suatu metode dalam pendidikan pendidikan adalah:

    a) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik

    b) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek

    lahiriah tetapi juga berhubungan dengan bathiniyah.

    c) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode

    yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian.

    2) Kelemahan Metode Pembiasaan

    Sedangkan kelemahan metode pembiasaan

    sebagai suatu metode pendidikan anak antara lain:

    a) Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar

    dapat dijadikan contoh serta teladan yang bagi siswa.

    b) Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat

    mengaplikasikan antara teori pembiasaa dengan

    kenyataan atau praktek nilai-nilai yang

    disampaikannya.

  • 32

    f. Literasi Keagamaan

    Gerakan literasi sekolah (GLS) dilaksanakan dalam

    tiga tahap, yakni tahap pembiasaan, tahap pengembangan,

    dan tahap pembelajaran. Dalam tesis ini hanya akan focus

    pada penjelasan pada tahap pembiasaan, Kegiatan literasi di

    tahap pembiasaan, yakni membaca dalam hati. Dalam tahap

    pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan

    dan pengembangan lingkungan fisik, seperti: buku-buku

    nonpelajaran (novel, buku ilmiah,majalah, komik); sudut

    baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan poster-

    poster tentang motivasi pentingnya membaca.8

    Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap

    pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap

    pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15

    menit membaca diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap

    pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik

    didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan

    8Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah

    Menengah Atas, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

    Kemendikbud, 2016), 18

  • 33

    emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan

    produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa

    kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.

    Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu

    tambahan di luar 15 menit membaca, sekolah didorong untuk

    memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran sebagai

    kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan

    kokurikuler.

    Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran

    bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan

    mengaitkannya denga pengalaman pribadi sehingga

    terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;

    mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan mengolah

    dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif

    (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi

    teks buku bacaan dan buku pelajaran.9

    Dalam rangka menggalakkan budaya membaca dan

    menulis atau literasi di kalangan pelajar dan sekolah, Badan

    9Kemendikbud, Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta :

    Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, 2016), 35

  • 34

    Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kementerian

    pendidikan dan kebudayaan mencanangkan gerakan literasi

    sekolah (GLS). Gerakkan ini dicanangkan dalam rangka

    mengimplementasikan Permendikbud 21 tahun 2015 tentang

    penumbuhan budi pekerti yang mewajibkan pembiasaan

    membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

    Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi

    pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta

    didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca.

    Prinsip-prinsip kegiatan membaca pada tahap pembiasaan,

    diantaranya:

    1) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan

    buku teks pelajaran.

    2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati

    oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk

    membaca buku yang dibawa dari rumah.

    3) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap

    pembiasaan ini tidak diikuti oleh tugas-tugas

    menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.

  • 35

    4) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap

    pembiasaan ini dapat diikuti dengan diskusi informal

    tentang buku yang dibaca/dibacakan, atau kegiatan yang

    menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila

    waktu memungkinkan.

    5) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap

    pembiasaan ini berlangsung dalam suasana yang santai

    dan menyenangkan.

    6) Adapun kegiatan membaca dan penataan lingkungan

    kaya literasi pada tahap pembiasaan, antara lain:

    7) Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit

    sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan membaca yang

    dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan

    nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained

    silent reading).

    8) Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan

    15 menit membaca.

    9) Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui

    pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, seperti

  • 36

    perpustakaan, sudut buku kelas, area baca, kebun

    sekolah, kantin, unik kesehatan sekolah (UKS), dan lain-

    lain.

    10) Melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15

    menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta

    pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut

    baca kelas.

    11) Memilih buku yang sesuai dengan minat peserta didik.

    Pembiasaan literasi di sekolah dilaksanakan

    berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.10

    Adapun pembiasaan

    literasi keagamaan yang menjadi fokus dalam penelitian

    dan dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar pendidikan

    agama Islam, pengertian literasi dalam tesis ini difokuskan

    pada pengertian awal literasi yaitu membaca. Sementara

    aspek agama yang dimaksud dalam pembahasan tesis ini

    adalah bidang sejarah kebudayaan Islam (SKI).

    10

    Hana Yunansah, dkk., Pembelajaran Literasi,strategi

    meningkatrkan kemampuan literasi, matematika, sains, membaca, dan

    menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), .h.22

  • 37

    2. Disiplin Belajar

    a. Pengertian Disiplin Belajar

    Membahas tentang disiplin belajar, maka hal akan

    yang diuraikan adalah tentang disiplin dan belajar. Disiplin

    adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya

    segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib, ketaatan

    pada aturan dan tata tertib. Sejalan dengan hal tersebut

    Rahman11

    mengungkapkan bahwa “disiplin berasal dari

    bahasa Inggris discipline yang mengandung beberapa arti.

    Diantaranya pengendalian diri, membentuk karakter yang

    bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan

    beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku.

    Kemudian menurut Moenir12

    “Disiplin adalah suatu

    bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak

    tertulis yang telah ditetapkan. Ada dua jenis disiplin yang

    sangat dominan sesuai dengan apa yang dikehendaki

    individu. Pertama disiplin dalam hal waktu dan disiplin

    11

    Abdul Rahman, Agus, Psikologi Sosial: Integrasi

    Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, (Jakarta: Rajawali Pers,

    2011), 64 12

    Moenir, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia,

    (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), 96

  • 38

    kerja atau perbuatan”.Dengan demikian kedua jenis

    disiplin yang dikemukakan oleh Moenir tersebut

    merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta

    saling mempengaruhi, contohnya apabila seorang anak

    hadir tepat waktu kesekolah tidak datang terlambat pada

    waktu jam pelajaran dimulai, tetapi ia tidak segera

    melakukan hal yang sesuai ketentuannya sebagai pelajar

    didalam kelas seperti tidak langsung membuka buku mata

    pelajarannya melainkan mengobrol dengan temannya

    tentunya ini akan merugikan anak itu sendiri, dengan

    demikian disiplin mendorong siswa agar belajar secara

    konkrit baik di sekolah maupun di rumah.

    Belajar Merupakan Tindakan dan Prilaku siswa

    yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya

    dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi

    atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi

    karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

    sekitar. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa belajar adalah

    setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku

  • 39

    yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

    penglaman.13 Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah

    keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

    manusia atau hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.

    Belajar adalah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan,

    meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap,

    dan mengokohkan kepribadian.14

    Belajar juga merupakan

    suatu proses perubahan perilaku dari kita yang tidak tahu

    apa-apa menjadi tahu. Belajar bukan suatu penguasaan

    latihan melainkan perubahaan kelakuan, untuk

    menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam

    pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai sebagai hasil

    interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan

    tertentu.

    Belajar adalah cara memperoleh, menguasai

    pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai

    pengalaman, dan mendapatkan informasi atau

    13

    Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2013), 84 14

    Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung, Remaja

    Rosdakarya,2012), 9

  • 40

    menemukan.15

    Dengan demikian proses belajar dapat

    diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif,

    afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. maka

    terdapat tiga fase dalam proses belajar, yaitu; (1) informasi,

    (2) transformasi, (3) evaluasi.16

    Informasi ( tahap penerimaan materi ). Pada setiap

    pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang

    menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang

    memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang telah

    kita miliki, ada pula informasi yang bertentangan dengan

    pengetahuan yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya

    bahwa tidak ada energy yang lenyap.Transformasi, ( tahap

    pengubahan materi ) informasi itu harus dianalis diubah

    atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau

    konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih

    luas.

    15

    Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta:

    Arruz Media,2010), 13 16

    Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. (Bandung, Remaja

    Rosdakarya: 2010), 110

  • 41

    Selanjutnya dalam proses belajar maka dikenal

    beberapa prinsip yang berlaku, prinsip belajar ialah

    petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan

    kegiatan belajar. Siswa akan berhasil dalam belajarnnya

    jika memperhatiakn prinsip-prinsip berikut;

    1) Belajar dengan menghafal dan mengingat.

    2) Belajar dengan mengulang-ngulang sehingga timbul

    menjadi kebiasaan.

    3) Belajar terjadi jika adanya kejelasan arti atau makna

    4) Belajar merupakan reorganisasi pengalaman, berarti

    dalam belajar memanfaatkan dan menyusun

    pengalaman yang dimiliki.

    5) Belajar bersifat pribadi, artinya masing-masing

    individu memiliki dorongan, tujuan dan cara belajar

    serta pencapaian hasil belajar sendir.

    6) Belajar berdasarkan keseluruhan antara berbagai

    pengetahuan fungsi jiwa, raga, individu dan sosial.

    7) Belajar berlangsung terus-menerus dan

    berkesinanbungan dalam waktu yang lama.

  • 42

    8) Belajar terjadi peralihan atau transfer, artinya hal-hal

    yang dipelajari dapat dialihkan ke bidang lain,

    sehingga dapat membantu siswa menghadapi dan

    memecahkan masalah dalam hidupnya.

    Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penulis

    menyimpulkan prinsip belajar sebagai berikut;

    1) Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip

    dengan harapan pendidik tentang respon anak yang

    diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.

    2) Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang

    atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna.

    3) Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah.

    4) Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.

    5) Tersedia materi pelajaran yang lengkap.

    6) Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual

    untuk belajar seperti apersepsi dalam mengajar.

    7) Strategi yang tepat mengaktifkan anak dalam belajar.

    8) Aspek-aspek jiwa anak harus dipengaruhi oleh faktor

    dalam pengajaran.

  • 43

    Beberapa teori belajar yang yang relevan dan dapat

    diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang akan

    dikembangkan diantaranya menurut Indah Kosmiyah

    berikut;

    1) Teori Belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam

    lingkungannya yang akan memberikan

    pengalaman-pengalaman belajar. Teori ini

    menekankan pada yang dilihat yaitu tingkah laku.

    2) Teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan

    persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori

    ini menekankan pada gagasan bahwa bagian

    suatu situasi saling berhubungan dalam konteks

    situasi secara keseluruhan.

    3) Teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan

    memanusiakan manusia, yaitu mencapai

    aktualisasi diri peserta didik yang belajar secara

    optimal.

    4) Teori belajar konstruktivism, belajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret,

    aktivitas kolaborasi, refleksi serta interpretasi 17

    Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor

    bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari

    individu sendiri. Dengan potensi yang tinggi dan dukungan

    17 Indah Kosmiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta:

    Teras,2012), 40

  • 44

    faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari

    individu yang efisien yang dilaksanakan pada tahap

    kematangan yang tepat akan memberikan hasil belajar yang

    maksimal dan begitupun sebaliknya.

    b. Pentingnya Disiplin Belajar

    Disiplin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

    apabila berdasarkan atas kesadaran diri sendiri. Disiplin yang

    tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan

    disiplin yang lemah dan tidak akan dapat bertahan dengan

    lama. Disiplin yang tumbuh atas dasar kesadaran diri sendiri

    yang demikian itulah yang diharapkan selalu tertanam dalam

    diri setiap orang.

    Disiplin belajar berkaitan erat dengan kepatuhan

    siswa terhadap peraturan-peraturan tertentu, baik yang

    ditetapkan oleh diri sendiri maupun pihak lain. Adapun

    kepatuhan terhadap peraturan secara sadar merupakan modal

    utama dalam menghasilkan perilaku yang positif dan

    produktif. Positif artinya sadar akan tujuan yang akan

    dicapai, sedangkan produktif adalah melakukan kegiatan

  • 45

    yang bermanfaat. hal ini diungkapkan pula oleh Tu‟u18

    yang

    menyatakan bahwa: “disiplin belajar akan berdampak positif

    bagi kehidupan siswa, mendorong mereka belajar konkret

    dalam praktik hidup di sekolah serta dapat beradaptasi”.

    Maka siswa yang sudah terbiasa belajar yang teratur otaknya

    akan terlatih setiap hari. Dengan seringnya daya pikir

    mendapat latihan maka akan menyababkan ketajaman daya

    pikir, sehingga siswa mudah untuk menerima materi

    pelajaran. Tetapi sebaliknya siswa yang malas belajar

    otaknya menjadi kaku karena jarang dilatih sehingga daya

    pikirnya menjadi lemah.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

    disiplin belajar ada kecenderungan seseorang bisa terbiasa

    dengan aktivitas belajar yang dilakukan secara teratur, yang

    mana belajar merupakan kegiatan yang mendasar atau

    kegiatan pokok yang dilakukan dengan kesadaran hati

    sehingga tidak perlu adanya paksaan dari orang lain.

    Berdasarkan berbagai pendapat para ahli diatas dapat

    18

    Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi

    Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004),163

  • 46

    disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah sikap patuh siswa

    dalam belajar yang ditunjukkan dengan perbuatan yang

    mematuhi tata tertib yang berlaku di tempat ia berada baik itu

    di sekolah maupun dirumah.

    c. Fungsi Disiplin Belajar

    Fungsi kedisiplinan adalah untuk mengajar

    mengendalikan diri dengan mudah,menghormati,dan

    mematui. Dalam mendidik peserta didik perlu disiplin tegas

    dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang

    serta tidak boleh dilakukan. Menurut Charles Schaefer ada 2

    macam tujuan kedisiplinan belajar yaitu tujuan jangka

    pendek dan tujuan jangka panjang.

    Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat

    anak-anak terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan

    mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak

    pantas atau masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang

    disiplin adalah untuk perkembangan dan pengendalian dan

    mengarahkan diri sendiri.

  • 47

    Sikap disiplin memiliki dampak yang baik bagi siswa

    yang memilikinya, alasan pentingnya disiplin yang

    dikemukakan Tu‟u fungsi disiplin adalah;

    1) Disiplin yang muncul karena kesadaran diri akan mendorong siswa berhasil dalam belajarnya.

    2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

    3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan, dan

    disiplin.

    4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

    19

    Adapun indikator-indikator disiplin belajar adalah

    tingkah laku atau perbuatan ke arah tertib yaitu: a) Disiplin

    dalam hubungannya dengan waktu belajar, b) Disiplin yang

    ada hubungannya dengan tempat belajar, c) Disiplin yang

    ada hubungannya dengan norma dan peraturan dalam belajar.

    Adapun penjelasan dari masing-masing indikator

    tersebut adalah:

    1) Disiplin dalam hubungannya dengan waktu belajar

    Dalam hal ini seorang siswa mampu mengikuti proses

    belajar di sekolah secara tepat waktu. Juga mampu disiplin

    19 Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi

    Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004), h.37

  • 48

    menggunakan jadwal belajar di rumah secara teratur entah

    itu waktu belajar di siang hari, di malam hari, maupun di hari

    minggu dan libur. Seseorang siswa juga harus bisa membagi

    waktu antara belajar dan membantu orang tua. Adapun

    beberapa prilaku yang tampak dari disiplin belajar

    hubungannya dengan waktu belajar adalah;

    a) Mengerahkan energy untuk belajar secara kontinyu.

    b) Belajar dengan kesungguhan dan tidak memberikan

    waktu luang.

    c) Belajar sesuai dengan jadwal yang telah diatur

    d) Dapat menggunakan waktu dengan baik antara belajar

    dan waktu bersosialisasi.

    2) Disiplin yang ada hubungannya dengan tempat belajar.

    Dalam hal ini seorang siswa wajib menjaga ruang

    kelas maupun lingkungan sekitar sekolah seperti menjaga

    kebersihan dinding, meja, kursi, kamar mandi, pagar sekolah,

    dan ruang lain milik sekolah. Dan selalu membuang sampah

    di tempat sampah.Selain itu siswa juga wajib menjaga tempat

    belajar di rumah agar tercipta suasana yang aman dan

  • 49

    nyaman.Seperti menjaga meja dan kursi juga lingkungan

    sekitar. Adapun ciri-ciri anak yang disiplin sehubungan

    dengan tempat belajar dapat direalisasikan dengan;

    a) Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak

    menggangu atau terganggu oleh orang lain.

    b) Selalu disiplin dalam menjaga kebersihan ruang kelas dan

    lingkungan sekolah.

    c) Mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan gairah

    dan partisipasi.

    d) Menyelesaikan tugas-tugas khususnya tugas matematikan

    yang diberikan guru dengan baik.

    3) Disiplin yang ada hubungannya dengan norma dan

    peraturan dalam belajar.

    Mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disusun

    dan berlaku di tempat sekolah.Hormat dan patuh kepada orang

    tua, kepala sekolah, guru, dan karyawan.Serta mampu

    terampil, bersikap sopan dan tanggung jawab. Dengan

    demikian anak yang disiplin akan tampak perilaku sebagai

    berikut:

  • 50

    a) Datang ke sekolah tepat waktu dan mengikuti proses

    belajar mengajar sesuai jadwal yang ada.

    b) Membuat jadwal belajar di rumah yang harus

    dilaksanakan meskipun tidak ada tugas.

    c) Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak

    terganggu dan mengganggu orang lain.

    d) Selalu mentaati peraturan yang telah ditetapkan di

    lingkungan dimana siswa itu berada, baik ketika berada di

    sekolah, di rumah,maupun di lingkungan masyarakat.

    Sementara Junaidi memberikan kesimpulan bahwa

    aspek-aspek minat membaca adalah:

    1) Sikap umum terhadap aktivitas membaca. 2) Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas membaca. 3) Merasa senang dengan aktivitas membaca. 4) Mendatangkan kepuasan pribadi. 5) Mempunyai nilai lebih dan memiliki arti penting. 6) Memperoleh manfaat ketika melakukan aktifitas

    membaca.

    7) Bersifat menetap dengan kata lain tidak bersifat sementara saja.

    8) Melakukan aktifitas membaca secara berulang-ulang20

    20 Junaidi, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Jakarta:

    Pustaka Pelajar, 2011), 29.

  • 51

    Disiplin dalam penentuan seseorang dapat dikatakan

    memiliki sikap disiplin tentu ada beberapa sikap yang

    mencerminkan kedisiplinan nya seperti indikator disiplin

    yang dikemukaan Tu‟u21

    dalam penelitian mengenai disiplin

    sekolah mengemukakan bahwa “indikator yang menunjukan

    perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti

    dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat

    mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar,

    perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri

    saat belajar di kelas.” Indikator-indikator lain yang dapat

    digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa

    berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan;

    a) Disiplin Waktu, meliputi :

    1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan

    pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai

    belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu.

    2) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran.

    3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.

    21

    Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi

    Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004), h..91

  • 52

    b) Disiplin Perbuatan meliputi :

    1) Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku

    2) Tidak malas belajar

    3) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya

    4) Tidak suka berbohong

    5) Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak

    mencontek, tidak membuat keributan, dan tidak

    mengganggu orang lain yang sedang belajar.

    d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

    Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan

    sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan,

    kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Penanaman disiplin

    perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan

    keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur,

    dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak

    akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu.

    Menurut Tu‟u ada empat faktor dominan yang

    mempengaruhi disiplin yaitu:

    1) Kesadaran diri. Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain

  • 53

    itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi

    terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas

    kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih

    tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk

    karena unsur paksaan atau hukuman.

    2) Pengikutan dan ketaatan. Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku

    individunya.

    3) Alat pendidikan. Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan

    nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

    4) Hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali

    pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

    menambahkan faktor-faktor lain yang berpengaruh

    dalam pembentukan disiplin yaitu; Teladan, Lingkungan

    berdisiplin, dan Latihan berdisiplin.22

    Sementara indikator yang menunjukan

    pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi

    mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi:

    dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur

    belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan

    ketertiban diri saat belajar di kelas. Adapun faktor yang

    mempengaruhi disiplin belajar siswa antara lain :

    22 Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi

    Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004),50

  • 54

    1) Baik buruknya hubungan guru dengan murid

    Kondisi hubungan antara guru dengan murid akan

    berpengaruh terhadap disiplin belajar siswa. Siswa akan

    merasa senang bila guru bersikap baik maka siswa akan

    menunjukkan ketaatan pada perintah guru dan

    melaksanakan kedisiplinan belajar yang tinggi dan

    mempunyai rasa saling menghormati.

    2) Kesehatan mental siswa

    Kesehatan mental seseorang akan sangat

    mempengaruhi terhadap tingkah lakunya. Individu yang

    kondisi mentalnya sehat akan menunjukkan tingkah laku

    yang positif, sehingga tidak dimungkinkan terjadinya

    pelanggaran.

    3. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari

    suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang

    dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat

    kemajuan siswa. Hasil pembelajaran adalah semua efek

  • 55

    yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari

    penggunaan strategi pembelajaran. Penilaian hasil belajar

    bertujuan melihat kemajuan hasil belajar peserta didik

    dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah

    dipelajarinya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

    Slameto23

    mengemukakan bahwa hasil belajar

    diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes

    hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau

    tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa

    dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa.

    Sementara tes hasil belajar bermaksud untuk mengukur

    sejauh mana para siswa telah menguasai atau mencapai

    tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh guru

    sebelum dimulainya proses belajar mengajar.

    Menurut Sanjaya24

    hasil belajar dapat

    dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif,

    dan psikomotor. Yang diuraikan sebagai berikut:

    23

    Slameto, Proses Belajar Mengajara, (Jakarta: Bumi Aksara,

    2010), 8 24

    Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group,2014),127

  • 56

    1) Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang

    berhubungan dengan kemampuan intelektual atau

    kemampuan berpikir.Domain kognitif menurut Bloom

    terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan,

    pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

    2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan

    apresiasi. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif ini

    yaitu penerimaan, merespons, menghargai, organisasi,

    dan pola hidup.

    3) Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang

    menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima

    tingkatan dalam ranah ini, yaitu imitasi, manipulasi,

    presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

    Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan

    belajar dan tindakan mengajar dan dari sisi guru, tindakan

    diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Hasil belajar

    juga merupakan berkhirnnya pengalaman belajar. Dimyati

    menyatakan bahwa terdapat lima kemampuan yang diperoleh

    dari proses belajar mengajar yang dapat diamati tentang hasil

  • 57

    belajar yaitu: 1) Keterampilan intelektual, 2) Kemampuan

    penguasaan strategi kognitif, 3) Kemampuan informasi

    verbal, 4) Kemampuan yang berhubunngan dengan sikap

    (afektif), 5) Kemampuan yang berhubungan dengan

    keterampilan.25

    Suparta menyebutkan hasil belajar harus

    mengandung unsur peruhan pada diri siswa, perubahan-

    perubahan tersebut termanifestasi dalam hal-hal berikut; a)

    kebiasaan, b) keterampilan, c) pengamatan, d) berpikir

    asosiatif, e) berpikir rasional dan kritis, f) sikap, g) inhibisi,

    h) apresiasi, dan i) tingkahlaku afektif.26

    b. Mengukur Hasil Belajar

    Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan

    suatu kegiatan untuk mengukur perubahan prilaku yang

    terjadi pada diri siswa. Untuk mengukur dan mengevaluasi

    tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes

    prestasi belajar, maka berdasarkan tujuan dan ruang

    25

    Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:

    Rineka Cipta, 2010),2 26

    H.M. Suparta, dkk., Metodologi Pengajaran Agama

    Islam,cet.ke-3, (Jakarta: Amissco, 2010), 44

  • 58

    lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam

    jenis penilaian sebagai berikut:

    1) Tes Formatif. Penilaian ini dilakukan untuk mengukur

    satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan

    untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa

    terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini

    dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar

    mengajar bahan/pokok bahasan dalam waktu tertentu

    juga dimanfaatkan guru untuk mengetahui keberhasilan

    proses belajar mengajar.

    2) Tes Subsumatif. Tujuannya adalah untuk memperoleh

    gambaran daya serap siswa terhadap sejumlah pokok

    bahasan yang telah diajarkan, untuk meningkatkan

    prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk

    memperbaiki proses belajar mengajar dan

    diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.

    3) Tes Sumatif. Tes ini diadakan untuk mengukur daya

    serap siswa terhadap bahan pokokpokok bahasan yang

    telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun

  • 59

    pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat

    atau taraf keberhasilan dalam suatu periode belajar

    tertentu. Tes ini meliputi ujian akhir semester, tes

    kenaikan kelas, ujian akhir sekolah dan ujian akhir

    nasional.

    c. Tes Hasil Belajar

    Tes hasil belajar adalah suatu tes yang digunakan

    untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan

    kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Menurut

    Suharsimi bahwa tes adalah alat atau prosedur yang

    digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu

    dalam suasana tertentu dengan cara dan aturan-aturan yang

    sudah ditentukan.27

    Dalam prakteknya, pelaksanaan tes hasil

    belajar dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; tes tertulis,

    tes lisan dan tes perbuatan.

    a. Tes Tulis

    Dalam tes ini di mana tester dalam mengajukan

    butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara

    27

    Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Belajar, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2003), 53.

  • 60

    tertulis dan testee memberikan jawabannya secara

    tertulis. Macam-macam tes tertulis antara lain: Tes

    Essay, Tes Objektif, Tes Benar Salah (True-False Test),

    Tes Menjodohkan, Tes Isian (Fiil in Test), Tes

    Melengkapi (Completion Test), Tes Pilihan Ganda.

    b. Tes Lisan

    Tes lisan dapat berupa tanya jawab antara

    penguji dengan siswa. Jenis tes ini dimana penguji

    mengajukan pertanyaan- pertanyaan atau soalnya

    dilakukan secara lisan, dan siswa memberikan

    jawabannya secara lisan .

    c. Tes Perbuatan

    Tes perbuatan pada umumnya digunakan untuk

    mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan

    (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap

    proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai

    oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut.28

    28 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:

    Rajagrafindo Persada, 2009), 99

  • 61

    Sementara tes hasil belajar yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah tes tulis dengan jenis tes Pilihan Ganda

    (P-G) dengan nilai jawaban benar 2 dan nilai jawaban salah

    0 dan tes Essay dengan jumlah skor maksimal 5.

    Sementara materi tes hasil belajar disesuaikan dengan

    kompetensi Inti dan kompetensi dasar materi Sejarah

    Kebudayaan Islam kelas VIII SMP sebagaimana telah

    dijelaskan .

    4. Pendidikan Agama Islam

    a. Pengertian Pendidikan Islam

    Pendidikan Islam adalah Pendidikan dapat diartikan

    sebagai bimbingan atau pembinaan terhadap peserta didik.

    Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat pula

    diartikan pula secara luas. Secara sempit diartikan

    “bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai

    dewasa”. Secara luas pendidikan dapat diartikan sebagai

    segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan

    dan pengembangan manusia, yaitu menanamkan dan

    mengembangkan nilai-nilai peserta didik, sehinga nilai-nilai

  • 62

    yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari

    kepribadian dan gilirannnya menjadi orang yang pandai,

    berprilaku baik, mampu hidup bahagia dan berguna bagi

    masyarakat.29

    Menurut Zakiah Daradjat pendidikan Islam

    atau At-Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan

    asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

    pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran

    agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan

    hidup.30

    Pendidikan Islam, pada umumnya mengacu pada

    term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim yang dapat dipakai

    secara bersamaan, karena memiliki kesamaan makna.

    Namun secara esensial, setiap term memiliki

    perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Kata

    al-tarbiyah berasal dari kata rabb yang bermakna, tumbuh,

    berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga

    kelestarian atau eksistensinya.

    29

    Suwito dan Fauzan, Perkembangan Pendidikan Islam di

    Nusantara¸studi perkembangan sejarah dari abad 13 hingga abad 20

    M, (Bandung : Angkasa Bandung, 2004,), 3 30

    Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, cet. IV, (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2008), 86

  • 63

    Selanjutnya An-Nahlawi31

    mengungkapkan bahwa

    pendidikan Islam yang terkandung dalam term al-tarbiyah

    terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu: pertama,

    memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang

    dewasa (baligh); kedua, mengembangkan seluruh potensi

    menuju kesempurnaan; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah

    menuju kesempurnaan; keempat, melaksanakan pendidikan

    secara bertahap. Sedangkan makna al-ta’lim lebih bersifat

    universal dibandingkan al-tarbiyah maupun al-ta’dib.

    Terlepas dari pemaknaan diatas, para ahli

    pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan

    pengertian pendidikan Islam, di antara batasan yang sangat

    variatif, adalah sebagai berikut:

    1) Ahmad Tafsir mendifinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang

    agar ia berkembang secara maksimal sesuai

    dengan ajaran Islam.32

    2) Pendidikan Islam mengidentifikasi sasaran pada tiga pengembangan fungsi manusia yang mana

    semua itu berjalan dengan misi agama Islam yang

    bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian

    31

    Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode

    Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Aly, (Bandung: Diponegoro, 2002),31 32

    Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,

    (Bandung : Rosdakarya, 2004), 32

  • 64

    makhluk di alam ini, yaitu; menyadarkan manusia

    sebagai makhluk sosial, menyadarkan manusia

    sebagai khalifah Allah menyadarkan manusia

    sebagai hamba Allah.33

    3) Menurut Muhaimin, pendidikan Islam dapat difahami dalam beberapa pengertian. Pertama,

    pendidikan Islami, pendidikan yang dikembangkan

    dari ajaran Islam fundamental yaitu Al Qur`ān dan

    Al Sunnaħ. Dalam pengertian ini pendidikan Islam

    dapat berupa teori atau pemikiran yang dibangun

    dari kedua sumber fundamental tersebut. Kedua,

    pendidikan agama Islam, yakni upaya yang

    dilakukan baik perseorangan maupun lembaga

    dalam mendidikan agama Yakni proses dan praktik

    pendidikan yang berkembang dalam sejarah

    Islam.34

    Dengan memperhatikan beberapa makna pendidikan

    di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam

    menekankan pada bimbingan manusia baik secara jasmani

    maupun rohani agar terbentuk kepribadian muslim yang bisa

    memelihara dan menciptakan peradaban baik dalam

    kehidupan pribadi maupun masyarakat melalui transformasi

    ilmu pengetahuan. Dengan demikian terlihat jelas kontribusi

    33

    H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan

    Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner, (Jakarta, Bumi Aksara,

    2008),126 34

    Muhaimin, Paragigma Pendidikan Islam; Upaya

    Mengefektifkan Pendidikan di Sekolah, (Bandung: Remaja

    Roesdakarya,2008),29

  • 65

    pendidikan Islam terhadap perkembangan kepribadian

    manusia dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Zakiah

    Darajat menyatakan bahwa pendidikan Islam harus bersifat

    integralistik dan komprehensif, mencakup seluruh dimensi,

    eksistensi, subtansi dan relasi manusia.35

    Bahkan dari

    beberapa pengertian di atas pula, maka dapat disimpulkan

    bahwa pendidikan Islam, mencakup beberapa hal berikut;

    1) Proses pemberian ilmu pengetahuan yang berlandaskan

    Al-Qur‟an dan Al-Hadits disertai dengan materi

    keislaman yang menjadi pedoman hidup dalam

    masyarakat.

    2) Usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada

    peserta didik untuk mentransfer ilmu keislaman dan

    merubah tingkah laku agar menjadi manusia sempurna.

    3) Usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku

    individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang

    sesuai dengan ajaran Islam dalam proses pendidikan

    melalui latihan pikiran (kecerdasan, kejiwaan,

    35

    Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di

    Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo,2005), 243

  • 66

    keyakinan, kemauan dan perasaan serta panca indra)

    dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

    Proses pendidikan merupakan kesatuan antara teori

    dan praktik pendidikan. Praksis pendidikan yang

    merupakan kesatuan antar teori dan praktik meliputi unsur-

    unsur manusia mengenai visi, misi dan program-program

    pelaksanaan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut.

    Disamping aspek-aspek teoritis terdapat aspek pelaksanaan

    atau praktik dari tindakan pendidikan.36

    Al-Qur‟an menggambarkan bahwa Allah SWT.

    adalah pencipta dan pemelihara alam semesta (rabbal

    ‘alamin),dalam penciptaan alam semesta termasuk manusia.

    Tuhan menempuh proses yang memperlihatkan konsistensi

    dan keteraturan. Dalam konteks yang terakhir ini, Tuhan

    berada diposisi pendidik yang sesungguhnya.

    Selanjutnya As-Sunnah sebagai landasan

    pendidikan yang ke dua berisi akidah dan syariah , yang

    36

    Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan;

    Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Sebagai

    Kebijakan Public, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, h. 137

  • 67

    berisi pedoman demi kemasalahatan hidupnya dalam segala

    aspek dengan tujuan untuk membina umat manusia yang

    seutuhnya atau seorang muslim yang beriman dan

    bertaqwa.

    Landasan pendidikan Islam ke tiga adalah Ijtihad ia

    merupakan istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan

    menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan

    syariat islam untuk menentukan suatu hokum syariat islam

    dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya

    oleh Al-Qur‟an dan As-sunnah.

    Sementara dasar pelaksanaan Pendidikan Agama

    Islam di Indonesia khususnya untuk sekolah umum

    mempunyai dasar- dasar yang cukup kuat. Dasar tersebut

    dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: yuridis, Hukum,

    Religius, dan Sosial psychologis.

    1) Dasar dari segi yuridis/ hukum.

    Yang dimaksud dengan dasar dari segi

    yuridis/hukum ialah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan

    agama Islam yang bersumber dari peraturan perundang-

  • 68

    undangan yang secara langsung ataupun secara tidak

    langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan

    pendidikan agama di sekolah-sekolah atau pun di lembaga-

    lembaga pendidikan formal di Indonesia.

    2) Dasar ideal.

    Adalah dasar yang bersumber dari falsafah Negara

    Pancasila, dimana sila pertama adalah Ketuhanan Yang

    Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh

    bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, atau tegasnya harus beragama. Maka untuk merealisir

    hal tersebut, maka di perlukan adanya pendidikan agama

    kepada anak-anak karena tanpa adanya pendidikan agama,

    akan sulit terwujud sila pertama dari Pancasila tersebut.

    3) Dasar Religius.

    Berkaitan dengan dasar agama dalam pelaksanaan

    pendidikan agama Islam, maka dasar pertama adalah Al-

    Quran yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya,

    sedangkan dasar yang kedua adalah hadist Rasulullah.

  • 69

    يََٰأَي َُّها ٱلَِّذيَن ءَاَمُنوْا ُقوْا أَنُفَسُكم َوأَهِليُكم نَارا َوُقوُدَها ٱلنَّاُس ِئَكٌة ِغََلظ ِشَداد َّلَّ يَعُصوَن ٱللََّه َما أََمَرُهم َوٱحِلَجارَُة َعَليَها َملََٰ

    (6)التحرمي : َويَفَعُلوَن َما يُؤَمُروَن

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman,

    peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang

    bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

    malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

    mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

    kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

    diperintahkan. (QS. At-Tahrim:6).37

    عُروِف َويَنَهوَن َ

    ة َيدُعوَن ِإََل ٱخلرَِي َويَأُمُروَن بِٱدل نُكم أُمَّ َولَتُكن مِّفِلُحوَن

    ُنَكِر َوأُْولََِٰئَك ُهُم ٱدل

    ُ (401) العمران : َعِن ٱدل

    Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu

    segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

    menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang

    munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS.

    Al-Imran: 104).38

    4) Dasar Sosial

    Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan

    bimbingan dan petunjuk yang benar, yang bernilai mutlak

    untuk kebahagiaan hidup di dunia dan dan akhirat kelak,

    37 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Syamil Cipta Media, 2012), 38 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Syamil Cipta Media, 2012),

  • 70

    maka kebutuhan akan pendidikan menjadi hal mendasar

    dalam kehidupan beragama.

    b. Tujuan Pendidikan Islam

    Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk peserta

    didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Allah, berakhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti,

    atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

    Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan

    kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus

    dimiliki oleh peserta didik setelah selesainya proses

    pembelajaran yang identik dengan tujuan hidup manusia.

    yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi dan menjadi hamba

    Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai

    kehidupan yang berabahagia di dunia dan akhirat. Adapun

    tujuan hidup manusia yang termaktub dalam Al-Qur‟an

    adalah beribadah kepada Allah, sesuaidengan surat al-

    Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :

    (66اريات :د)الُ َوَما َخَلقُت ٱجِلنَّ َوٱإِلنَس ِإَّلَّ لَِيعُبُدوِن

  • 71

    Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan

    manusia melainkan supaya mereka mengabdi

    kepada-Ku. (QS. Adz-Zariat: 56)

    Sementara para ahli pendidikan telah memberikan

    definisi tentang tujuan pendidikan Islam, di mana rumusan

    atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain.

    Meskipun demikian, pada hakikatnya rumusan dari tujuan

    pendidikan Islam adalah sama, mungkin hanya redaksi dan

    penekanannya saja yang berbeda. Berikut ini akan kami

    kemukakan beberapa definisi pendidikan Islam yang

    dikemukakan oleh para ahli, berikut rumusan tujuan

    pendidikan Islam dari berbagai ahli pendidikan;

    1) Naquib al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang penting harus diambil dari pandangan hidup

    (phylosophy of life). Jika pandangan hidup itu Islam maka

    tujuannya adalah membentuk manusia sempurna (insan

    kamil) menurut Islam. Pemikiran Naquib la-Attas ini tentu

    saja masih bersifat global dan belum operasional.39

    2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan

    mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau

    menjadi ahli ilmu agama.40

    39

    Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Islam,

    Suatu Rangka Pembinaan filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Bagir,

    (Jakarta: Mizan, 1994), 86 40

    Pemerintah RI, Undang-Undang RI No, 20 tahun 2003,

    tentang sisdiknas, Pasal 30 ayat 2

  • 72

    3) Menurut Ramayulis, tujuan pendidikan Islam adalah menjadi hamba Allah tujuan ini sejalan dengan tujuan

    hidup dan penciptaan manusia yaitu semata-mata untuk

    beribadah kepada Allah, dalam hal ini pendidikan harus

    memungkinkan manusia memahami dan menghayati

    tentang Tuhannya sedemikian rupa, sehingga semua

    perbuatannya ditujukan untuk beribadah kepada Allah.41

    4) Ahmad Tafsir merumuskan tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia, yaitu menjadi manusia yang baik,

    karena sudah merupakan fitrah bahwa manusia dan

    keturunannya menginginkan menjadi manusia yang baik,

    manusia yang baik adalah manusia yang mampu hidup

    tenang dan produktif dalam kehidupan bersama.42

    5) Ali Al-Khalil Abu al-„Ainaini, Sebagaimana dikutip Rokib, mengemukakan bahwa hakikat pendidikan Islam

    adalah perpaduan antara pendidikan jasmani, akal, akidah,

    akhlak, perasaan, keindahan, dan kemasyarakatan.

    Adanya nilai keindahan atau seni yang dimasukkan oleh

    al-„Ainaini dalam tujuan pendidikan agak berbeda dengan

    definisi yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.

    Keindahan dan seni memang harus dieksplisitkan karena

    kesempurnaan secara riil pada akhirnya ada pada nilai

    seni.43

    Semua definisi tentang tujuan pendidikan tersebut

    secara praktis bisa dikembangkan dan diaplikasikan dalam

    sebuah lembaga yang mampu mengintegrasikan,

    41 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,

    2002), 133 42

    Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami,cet. IV, (Bandung:

    Remaja Roesda Karya, 2010), 7 43

    Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan

    Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta:

    LKIS, 2009), 30

  • 73

    menyeimbangkan, dan mengembangkan kesemuanya dalam

    sebuah institusi pendidikan. Indikator-indikator yang dibuat

    hanyalah untuk mempermudah capaian tujuan pendidikan,

    dan bukan untuk membelah dan memisahkan antara tujuan

    yang satu dengan tujuan yang lain.

    Dalam mencapai tujuan pendidikan Islam

    sebagaimana yang telah dibahas di atas, maka diperlukan

    prinsip-prinsip dalam mencapai tujuan tersebut. Berkaitan

    dengan hal ini Abudin Nata dalam bukunya mengemukakan

    sedikitnya lima prinsip dalam tujuan pendidikan Islam,

    yaitu44

    :

    1) Universal (menyeluruh)

    Pendidikan Islam berdasarkan prinsip ini bertujuan

    untuk membuka, mengembangkan, dan mendidik segala

    aspek pribadi manusia dan dayanya. Juga mengembangkan

    segala segi kehidupan dalam masyarakat, turut

    menyelesaikan masalah sosial dan memelihara sejarah dan

    kebudayaan.

    44

    Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik

    dan Pertengahan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), h.12

  • 74

    2) Keseimbangan dan Kesederhanaan

    Dalam prinsip ini pendidikan Islam bermakna

    mewujudkan keseimbangan antara aspek-aspek pertumbuhan

    anak dan kebutuhan-kebutuhan individu, baik masa kini

    maupun masa mendatang, secara sederhana yang berapiliasi

    sesuai dengan semangat fitrah yang sehat. Kejelasan Prinsip

    ini memberikan jawaban yang jelas dan tegas pada jiwa dan

    akal dalam memecahkan masalah, tantangan dan krisis.

    3) Realisme dan Realisasi

    Kedua prinsip ini berusaha mencapai tujuan melalui

    metode yang praktis dan realistis. Sesuai dengan fitrah.

    terealisasi sesuai dengan kondisi dan kesanggupan individu,

    sehingga dapat dilaksanakan pada waktu dan tempat.

    4) Prinsip Dinamisme

    Pendidikan Islam tidak beku dalam tujuan, kurikulum

    dan metode-metodenya, tetapi selalu memperbarui dan

    berkembang. Dia memberi respon terhadap perkembangan

    individu, sosial, dan masyarakat, bahkan inovasi-inovasi dari

    bangsa-bangsa lain di dunia.

  • 75

    Adapun tahap-tahap tujuan pendidikan Islam

    sebagaimana yang diungkapkan Abu Ahmad dalam

    Ramayulis45

    mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan

    pendidikan islam meliputi : (1) tujuan tertinggi/terakhir, (2)

    tujuan umum, (3) tujuan khusus, (4) tujuan sementara.

    1) Tujuan Tertinggi/Terakhir

    a) Insan Kamil

    Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami

    perubahan dan bersifat umum, karena sesuai dengan

    konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak.

    Tujuan trtinggi tersebut dierumuskan dalam suatu itilah

    yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).

    b) Khalifah fil Ard

    Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar

    manusia mampu melestarikan bumi, mengambil

    manfaat untuk kepentingan dirinya. Serta untuk

    kemaslahatan semua yang ada di alam ini.

    45

    Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam

    Mulia, 2002),27

  • 76

    c) mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat

    Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan

    hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun

    masyarakat. secara ideal ketiga-tiganya harus dicapai

    secara bersamaan melalui proses pencapaian yang sama

    dan seimbang.

    2) Tujuan Umum

    Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih

    mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum lebih

    bersifat empirik dan realistik dan berfungsi sebagai arah yang

    taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut

    perubahan sikap, perilaku dan keperibadian.46

    Dikatakan

    umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang

    dan waktu. An-Nahlawy menunjukan empat tujuan umum

    dalam dalam pendidikan islam, yaitu :

    a) Pendidikan dan persiapan fikiran. Allah menyuruh

    manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar

    dapat beriman kepada Allah.

    46

    Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2012),47

  • 77

    b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat- bakat asal

    pada anak-anak. Islam adalah agama fitrah, sebab

    ajarannya tidak asing bagi tabiat iasal manusia. Bahkan

    ia adalah fitrah yang manusia ciptakan sesuai

    dengannya, tidak ada kesukaran dan perkara luar biasa.

    c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi

    muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-

    laki maupun perempuan.

    d) Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi-

    potensi dan bakat-bakat manusia.

    3) Tujuan Khusus

    Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional

    tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (Pendidikan

    Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan

    untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan

    tuntutan dan kebutuhan. Tujuan khusus ini bersasaran pada

    faktor-faktor khusus tertentu yang menjadi salah satu aspek

    penting dari tujuan umum, yaitu memberikan dan

    mengembangkan kemampuan atau skill khusus pada anak.

  • 78

    4) Tujuan Sementara

    Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-

    tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala

    tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan sementara itu

    kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu

    tinggal atau hidup. Dengan pertimbangan itulah pendidikan

    bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis

    dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun,

    yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari

    nilai-nilai ideal Islam.

    Pendidikan Islam dalam kurikulum sekolah meliputi

    beberap aspek yaitu sejarah kebudayaan Islam, Fikih, Al-

    Qur'an Hadits, Aqidah Akhlaq. Sementara pembahasan

    penelitian ini akan dikhususkan pada aspek pendidikan

    sejarah kebudayaan Islam (SKI).

  • 79

    c. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

    1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

    Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah Umum

    seperti halnya SMP adalah merupakan suatu mata pelajaran

    yang berdiri sendiri dan meliputi beberapa aspek yaitu; Al-

    Quran-Hadist, Aqidah-ahlak, ibadah/ muamalah (Fiqih) dan

    Sejarah Kebudayaan Islam. Sementara di Madrasah, aspek-

    aspek tersebut dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran

    Pendidikan Agama Islam yang terpisah-pisah, meliputi :

    mata pelajaran Al quran Hadist, Fiqih, Akidah Akhlak, dan

    Sejarah Kebudayaan Islam.

    Mata Pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI)

    dalam kurikulum Madrasah adalah salah satu bagian mata

    pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk

    menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

    menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian

    menjadi dasar pandangan hidup, melalui kegiatan

    bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengataman

    dan pembiasaan. Dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan

  • 80

    Islam mencakup perkembangan perjalanan hidup tokoh-

    tokoh muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari‟ah

    dan berakhlak serta dalam mengembangkan system

    kehidupan yang dilandasi oleh akidah.47

    Sehingga setelah

    mengikuti pembelajaran sejarah kebudayaan Islam siswa

    mampu mengambil ibrah atau pelajaran untuk kehidupan

    mereka selanjutnya.

    Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh

    teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku

    manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial

    anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan

    yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasul.

    2. Ruang Lingkup Materi SKI SMP kelas VIII

    Pada tingkat SMP kelas VIII, kurikulum SKI

    disusun secara sistematis dengan membahas tentang Dinasti

    Umayah dan dinasti Abbasiyah. Yang terdiri dari beberapa

    pembahasan berikut;

    47 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam,

    (Jakarta : Raja Grafindo,2005),3

  • 81

    1) Daulah Umayyah, pembahasan tentang ; daulah umayyah

    di Damaskus, daulah umayyah di Andalusia,

    perkembangan ilmu pengetahuan zaman daulah Umayyah,

    dan pertumbuhan kebudayaan daulaulah Umayyah48

    2) Dinasti Abbasiah, meliputi; perkembangan ilmu

    pengetahuan zaman Abbasiyah dan pertumbuhan

    kebudayaan dinasti Abbasiayah.49

    Lebih jelasnya ruang lingkup sejarah kebudayaan

    Islam untuk SMP kelas VIII berdasarkan Kompetensi Inti

    (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Agama Islam

    kelas VIII SMP/MTs pada kurikulum 2013 maka materi

    untuk sub pokok bahasan SKI adalah sebagai berikut;

    KOMPETENSI INTI 1

    (SIKAP SPIRITUAL)

    KOMPETENSI INTI 2

    (SIKAP SOSIAL)

    1. menghargai dan

    menghayati ajaran agama

    yang dianutnya

    2. menunjukkan perilaku

    jujur, disiplin, tanggung

    jawab, peduli (toleran, gotong

    48

    Muhammad Ahsan, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi

    pekerti, (Jakarta; Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,2014), 85 49

    Muhammad Ahsan, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi

    pekerti, (Jakarta; Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,2014), 166

  • 82

    royong), santun, percaya diri

    dalam berinteraksi secara

    efektif dengan lingkungan

    sosial dan alam dalam

    jangkauan pergaulan dan

    keberadaannya

    1.13. meyakini bahwa

    pertumbuhan ilmu

    pengetahuan pada masa

    Bani Umayah sebagai bukti

    nyata agama Islam

    dilaksanakan dengan benar

    2.13. menunjukkan perilaku

    tekun sebagai implementasi

    dalam meneladani ilmuwan

    pada masa Bani Umayyah

    1.14. meyakini bahwa

    pertumbuhan ilmu

    pengetahuan pada masa

    Abbasiyah sebagai bukti

    nyata agama Islam

    dilaksanakan dengan benar

    2.14. menunjukkan perilaku

    gemar membaca sebagai

    implementasi dalam

    meneladani ilmuwan pada

    masa Abbasiyah

  • 83

    KOMPETENSI INTI 3

    (PENGETAHUAN)

    KOMPETENSI INTI 4

    (KETERAMPILAN)

    3. memahami dan

    menerapkan pengetahuan

    (faktual, konseptual, dan

    prosedural) berdasarkan

    rasa ingin tahunya tentang

    ilmu pengetahuan,

    teknologi, seni, budaya

    terkait fenomena dan

    kejadian tampak mata

    4. mengolah, menyaji, dan

    menalar dalam ranah konkret

    (menggunakan, mengurai,

    merangkai, memodifikasi, dan

    membuat) dan ranah abstrak

    (menulis, membaca,

    menghitung, menggambar,

    dan mengarang) sesuai dengan

    yang dipelajari di sekolah.

    3.13. memahami sejarah

    pertumbuhan ilmu

    pengetahuan masa Bani

    Umayah

    4.13. menyajikan rangkaian

    sejarah pertumbuhan ilmu

    pengetahuan pada masa Bani

    Umayah

    3.14. memahami sejarah

    pertumbuhan ilmu

    pengetahuan masa

    Abbasiyah

    4.14. menyajikan rangkaian

    sejarah pertumbuhan ilmu

    pengetahuan pada masa

    Abbasiyah

  • 84

    3. Tujuan Pembelajaran SKI

    Sebagai dasar pandangan hidup, maka mata pelajaran

    Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) bertujuan agar peserta didik

    memiliki kemampuan sebagai berikut :

    a) Peserta didik yang membaca sejarah adalah untuk menyerap unsur-unsur keutamaan dari padanya agar

    mereka dengan senang hati mengikuti tigkah laku para

    Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari.

    b) Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotism dan mendorong untuk

    berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya.

    c) Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia

    yang ideal.

    d) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari

    masa lampau, masa kini, dan masa depan.

    e) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar.

    f) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah.

    g) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya sejarah Islam melalui sejarah yang

    panjang.50

    Sementara hikmah dari pembelajaran SKI dengan sub

    pokok bahasan sebagaimana di jelaskan sebelumnya adalah;

    1) Meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan

    2) Semakin rajin membaca dan menuntut ilmu

    50 Chabib Thoha, dkk., Metodelogi Pengajaran Agama,

    (Semarang: Pustaka Pelajar, 1999), 223

  • 85

    3) Percaya diri dan pantang menyerah

    4) Tekun dalam belajar.

    4. Fungsi Pembelajaran SKI

    Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi

    sebagai berikut:

    a) Fungsi edukatif. Melalui sejarah peserta didik

    ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap

    hidupyang luhur dan Islami dalam menjalankan

    kehidupan sehari-hari.

    b) Fungsi keilmuan. Peserta didik memperoleh

    pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam

    dan kebudayaannya.

    c) Fungsi transformasi. Sejarah merupakan salah satu

    sumber yang sangat penting dalam rancang

    ransformasi masyarakat, kemudian sebagai bentuk

    lain pendidikan akhlak, dan untuk mengetahui

    perkembangan agama Islam seluruh dunia.

  • 86

    B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

    1. Tesis atas nama Rumliah NIM: 144031032 “Pengaruh

    Pola Asuh Orang Tua terhadap disiplin belajar (Penelitian

    dilakukan di kelas IX SMP Amalia Ciawi Bogor), Tesis

    program pascasarjana IAIN Surakarta tahun 2016.

    Fokus penelitian ini adalah pada pola asuh orang

    tua dan pengaruhnya terhadap disiplin belajar. Dengan

    demikian persamaan dengan penelitian yang penulis

    lakukan adalah pada variable X2 yaitu disiplin belajar.

    Adapun perbedaan penelitian ini dengan yang

    penulis lakukan adalah pada tingkat sekolah yang

    dijadikan obyek penelitian, dan pada variabel X1 dimana

    penulis tentang pembiasaan literasi keagamaan, kemudian

    dalam tesis ini hanya terdiri dari dua variable yaitu satu

    variabel terikat dan satu variable bebas.

    2. Tesis atas nama Muhammad Asrul Rohman, Hubungan

    Antara Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar

    Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas V SDN

    04 Dayamurni Kabupaten Tulang Bawang Barat. Tesis

  • 87

    Program Pasca Sarjana Universitas Lampung (UNILA)

    tahun 2016.

    Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa r

    hitung sebesar 0,843 > r tabel yaitu 0,423 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

    sangat kuat antara disiplin belajar dengan prestasi belajar

    pendidikan kewarganegaraan pada siswa.

    Persamaan dengan tesis penulis yaitu pada variabel

    X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat)

    sementara perbedaan terletak pada jumlah variable X

    dimana penulis terdiri dari dua variabel, sementara

    penelitian ini hanya satu variabek X (variabel bebas)

    perbedaan yang lain adalah pada pelajarannnya dimana

    pelitian ini adalah pelajaran Pendidikan Kwarga Negaraan

    (PKN) sementara penulis pada pelajaran pendidikan

    Agama Islam.

    3. Penelitian Anna Fadmawati yang berjudul “Hubungan

    Antara Perhatian Orang Tua Dan Disiplin Belajar

    Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika

  • 88

    Kelas IV SDN Kedung Waduk Kabupaten Sragen Tahun

    Ajaran 2011/2012” dengan hasil penelitian sebagai

    berikut:

    a) Perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap

    prestasi belajar

    b) Disiplin belajar siswa berpengaruh positif terhadap

    prestasi belajar

    c) Perhatian orang tua dan Disiplin belajar siswa secara

    bersama-sama berpengaruh positif terhadap prestasi

    belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri

    Kedung Waduk Kabupaten Sragen tahun pelajaran

    2011/2012.

    Persamaan dengan tesis penulis yaitu pada variabel

    X2 dan variabel Y sementara perbedaan terletak pada

    variable X1 yaitu tentang perhatian orang tua, sementara

    tesis penulis tentang pembiasaan literasi. perbedaan yang

    lain adalah pada pelajarannnya dimana pelitian ini adalah

    pelajaran Matematika sementara penulis pada pelajaran

    pendidikan agama Islam (PAI).

  • 89

    C. Kerangka Berpikir

    1. Pembiasaan

    Pembiasaan adalah proses pendidikan yang

    berlangsung dengan jalan membiasakan anak didik untuk

    bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan aktivitas

    tertentu menurut kebiasaan yang baik. Kebiasaan adalah

    perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa

    adanya unsur paksaan. Perkembangan kebiasaan melakukan

    kegiatan merupakan proses belajar yang dalam kamus besar

    bahasa Indonesia “kebiasaan adalah sesuatu yang biasa

    dilakukan, kebiasaan juga berarti pola untuk melakukan

    tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh

    seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang

    untuk hal yang sama”51

    . Inti dari pembiasaan ialah

    pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan

    salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha

    membiasakan”.52

    51

    Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2010),329 52

    Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam,

    cet.ke-9 ,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 144.

  • 90

    Dengan demikian pembiasaan yang menghasilkan

    kebiasaan bukanlah sesuatu yang alamiah dalam diri manusia

    tetapi merupakan hasil proses belajar dan pengaruh

    pengalaman dan keadaan lingkungan sekitar. Karena itu

    kebiasaan dapat dibina dan ditumbuhkembangkan.

    Dalam hal kebiasaan membaca, realitas yang ada

    dalam masyarakat hingga saat ini masih menganggap

    aktifitas membaca hanyalah sebatas kegiatan untuk

    menghabiskan waktu (to kill time), bukan kegiatan untuk

    mengisi waktu (to full time). Artinya aktifitas membaca

    belum menjadi kebiasaan (habbit) tapi lebih kepada kegiatan

    ‟iseng”. Ciri khas daripada metode pembiasaan adalah

    kegiatan yang berupa pengualangan yang berkali-kali dari

    suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan

    berkali-kali supaya asosiasi antara srimulus dengan respon

    menjadi sangat kuat.Dengan demikian, terbentuklah

    pengetahuan siap atau ketrampilan yang konsisten yang

    setiap saat dapat dipergunakan oleh yang bersangkutan.

  • 91

    Jadi definisi operasional dari pembiasaan dalam tesis

    ini adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara

    berulang dan sejauhmana siswa kelas VIII SMP negeri 2

    kota Cilegon mengikuti program pembiasaan tersebut yang

    difokuskan pada pembiasaan literasi dalam hal agama pada

    sub sejarah kebudayaan Islam, adapun kegiatan ini

    diselenggarakan di sekolah dan merupakan aktivitas rutin

    siswa. Tujuan dilakuknnya kegiatan pembiasaan ini adalah

    sebagai salah satu meningkatkan hasil belajar pendidikan

    agama Islam siswa kelas VIII SMP Negeri 2 kota Cilegon.

    2. Literasi keagamaan

    Literasi keagamaan adalah kemampuan membaca

    dalam bidang agama, budaya literasi dimaksudkan untuk

    melakukan kebiasaan membaca yang pada akhirnya akan

    meningkatkan hasil belajar, karena membiasakan diri untuk

    membaca adalah proses menuju hasil yang diinginkan.

    Adapun pengertian literasi dalam Kamus besar

    Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang

  • 92

    berhubungan dengan tulis-menulis.53

    Hana Yunansah literasi

    adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar

    dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca,

    menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, menyajikan, dan

    berpikir kritis tentang ide-ide.54

    Dalam dunia pendidikan

    umum mata pelajaran pendidikan agama Islam biasanya

    terkelompokkan dalam sub bagian bidang studi. di dalamnya

    terdiri dari sub bidang studi, yaitu; Al-qur‟an hadits, fiqih,

    Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

    Pembiasaan literasi keagamaan (SKI) di sekolah

    dilaksanakan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.55

    Adapun

    pembiasaan literasi keagamaan yang menjadi fokus dalam

    penelitian adalah membaca literatur pendidikan agama Islam

    pada sub pokok bahasan Sejarah kebudayaan Islam tentang

    Islam Masa Umayyah dan masa Abbasiyah dan dilaksanakan

    53

    Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2010),129 54 Hana Yunansah, dkk., Pembelajaran Literasi,Strategi

    Meningkatrkan Kemampuan Literasi, Matematika, Sains, Membaca, Dan

    Menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),1 55

    Hana Yunansah, dkk., Pembelajaran Literasi,Strategi

    Meningkatrkan Kemampuan Literasi, Matematika, Sains, Membaca, Dan

    Menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),22

  • 93

    untuk mencapai hasil belajar pendidikan agama Islam,

    dengan demikian definisi operasional literasi adalah

    sejauhmana pelaksanaan pembiasaan litersi dilaksanakan di

    SMP Negeri 2 kota Cilegon, yang dibatasi oleh materi dalam

    kelompok SKI yaitu; Islam pada Daulah Umayyah dan

    Abbasiyah. ecara operadalam tesis ini difokuskan pada

    pengertian awal literasi yaitu literasi mempunyai makna

    membaca.

    3. Disiplin Belajar.

    Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau

    tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Tujuan

    berdisiplin adaah mengembangkan watak agar dapat

    mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien, dapat

    mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok.56

    Kedisiplinan mempunyai peranan dalam mencapai tujuan.

    Disiplin belajar berkaitan erat dengan kepatuhan

    siswa terhadap peraturan-peraturan tertentu, baik yang

    ditetapkan oleh diri sendiri maupun pihak lain. Dalam belajar

    56

    Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,(Surabaya:

    Usaha Nasional, 2002), 12

  • 94

    siswa harus memiliki kesadaran sendiri untuk mematuhinya

    tanpa harus ada paksaan dari orang lain. Adapun kepatuhan

    terhadap peraturan secara sadar merupakan modal utama

    dalam menghasilkan perilaku yang positif dan produktif.

    Positif artinya sadar akan tujuan yang akan dicapai,

    sedangkan produktif adalah melakukan kegiatan yang

    bermanfaat. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh

    sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Ngalim Purwanto

    menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang

    relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu

    hasil dari latihan atau penglaman.57

    Dengan demikian bila disiplin dikaitkan dengan

    belajar maka disiplin belajar dapat dikatan sebagai

    keterikatan prilaku dan pikiran seseorang terhadap ketentuan

    dan peraturan dalam proses belajar. Tu‟u58

    menyatakan

    bahwa: “disiplin belajar akan berdampak positif bagi

    kehidupan siswa, mendorong mereka belajar konkret dalam

    57

    Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2013), 84 58

    Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln Pada Perilaku Dan Prestasi

    Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004), 163

  • 95

    praktik hidup di sekolah serta dapat beradaptasi”. disiplin

    belajar juga disebut serangkaian prilaku seseorang yang

    menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata

    tertib norma kehidupan yang berlaku karena didorong adanya

    kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan

    belajar yang diinginkan.

    Berdasarkan uraian tentang di atas maka penulis

    dapat menyimpulkan bahwa disiplin belajar adalah

    keteraturan dan ketaatan siswa dalam menggunakan dan

    memanfaatkan waktu belajar baik di sekolah maupun di

    rumah. Adapun yang menjadi indicator dalam disiplin belajar

    pada penelitian ini adalah taat pada peraturan, tertib

    mengikuti peraturan, tanggungjawab terhadap peraturan dan

    konsisten dalam mengikuti peraturan belajar. Indikator-

    indikator disiplin belajar sebagaimana tersebut di atas yang

    menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa

    sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan-

    peraturan belajar, yang meliputi; perhatian yang baik saat

    belajar, kepatuhan menjalankan tugas-tugas pelajaran,

  • 96

    kepatuhan dan ketertiban diri saat belajar, dan kepatuhan

    terhadap waktu datang dan pulang sekolah, dan ketersediaan

    waktu dan tempat belajar.

    Adapun definisi operasional disiplin belajar yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauhmana ketaatan

    dan kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan literasi

    keagamaan di kelas VIII SMP negeri 2 kota Cilegon.

    4. Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan

    sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi

    pembelajaran. Hasil belajar juga dikatakan sebagai

    perubahan tingkahlaku yang disadari, kontinu, fungsional,

    positif, tetap, bertujuan, dan komprehensif.59

    Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan

    hasil belajar siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran

    yang telah dipelajarinya dengan tujuan yang telah ditetapkan.

    Sementara H.M. Suparta menyebutkan hasil belajar harus

    mengandung unsur perubahan pada diri siswa, perubahan

    59

    Yusep Suryana, dkk., Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik,

    (Sura