MENINGKATKAN PEMBIASAAN MEMBUANG SAMPAH …
of 118
/118
Embed Size (px)
Transcript of MENINGKATKAN PEMBIASAAN MEMBUANG SAMPAH …
DAFTAR ISIMENINGKATKAN PEMBIASAAN MEMBUANG SAMPAH ORGANIK DAN
ANORGANIK MELALUI METODE
DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 4 - 5 TAHUN DI TK WISANGGENI DEPOK
SKRIPSI
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Nama : Fia Rahmawati NIM : 2011817016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Skripsi Agustus 2018 Fia Rahmawati (2011817016) MENINGKATKAN PEMBIASAAN MEMBUANG SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK WISANGGENI DEPOK xv + 78 Halaman + 4 Tabel + 4 Gambar + 15 lampiran
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Bagaimana pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik sebelum diterapkan metode demonstrasi, (2) Apakah pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi, (3) Informasi proses peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni, Depok. Penelitian ini dilaksanakan di TK Wisanggeni, Depok. Metode yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun sebanyak 16 orang. Hasil penelitian diketahui: (1) Pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebelum diterapkan metode demonstrasi sangat buruk sekali, (2) Metode demonstrasi dapat meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, terlihat dari prosentase ketercapaian pra siklus sebesar 46.6%, terjadi peningkatan 20.1% menjadi 66.7% pada siklus I, pada siklus II kembali terjadi peningkatan 18.5% menjadi 85.2%, penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II, (3) Proses pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi, yaitu guru memberikan contoh jenis sampah organik dan anorganik, memberikan fasilitas atau media pendukung seperti, media gambar, bak atau tempat sampah organik dan anorganik sehingga anak dengan mudah mampu menerima dan menyerap materi yang disampaikan guru.
Kata Kunci : Pembiasaan Membuang Sampah, Demonstrasi, Usia 4-5 Tahun
Daftar Pustaka: 35 buku (2003 – 2014)
i
ii
iii
iv
v
Sebagai sivitas Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertandatangan di bawahini: Nama : Fia Rahmawati No. Pokok : 2011817016 Program Studi : Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas : Ilmu Pendidikan JenisKarya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pendidikan menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalty Non Eksklusif (Non Exlussive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Meningkatkan Pembiasaan Membuang Sampah Organik dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK.Wisanggeni Depok
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan ini hak bebas royalty Fakultas Ilmu Pendidikan berhak menyimpan, menggali media mengelola dalam bentuk perangkat data (data base), merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Jakarta, Pada tanggal, Agustus 2018
Fia Rahmawati
vi
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT,yang telah memberikan saya tugas berat yaitu Skripsi. Sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad
S.A.W Semoga Hidayah nya dan Syafaatnya diberikan kepada Mahasiswi semester Akhir yang sedang Berjihad di Medan Skripsi.
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Orang tua saya yang selalu mendoakan putra dan putrinya menuju
gerbang kehidupan
2. Suami tercinta Taher Anwar yang selalu mensupport dan dengan
sabar menanti kelulusan
3. Bapak dan Ibu Mertua yang selalu mendoakan saya dan membantu
menjaga kedua anak saya dengan sepenuh hati.
4. Anak-anakku yang selalu bertannya kapan ibu selesainya,
Alhamdulilah nak akhirnya selesai sudah.
5. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Farihen, M.Ag., yang selalu
menyempatkan waktunya.
vii
MOTTO
semua akan ada hasilnya”
Alhamdulillah, akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan
baik dan lancar. Puji syukur tak lupa dipanjatkan kehadirat Allah SWT,
serta shalawat dan salam tak lupa disanjungkan kepada Rasulullah SAW,
keluarga dan para sahabatnya.
Sampah Organik dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada
Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni Depok” ini disadari masih terdapat
kekurangannya, baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini, tidak lupa diucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah membantu hingga
selesainya skripsi ini, terutama ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Dr. Diah Andika Sari, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGPAUD
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Bapak Dr. Farihen M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan arahannya.
4. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, terima kasih atas segala-galanya hingga
dapat terselesaikannya studi ini.
5. Ibu Jaronah, S.Pd.I., selaku Kepala Sekolah TK Wisanggeni, terima
kasih atas izin dan motivasinya.
6. Guru-guru TK Wisanggeni, terima kasih atas motivasinya.
7. Suami tercinta Taher Anwar beserta Ibu dan anak-anakku tercinta
terima kasih atas doa dan bantuannya baik moril maupun spirituil yang
tidak henti-hentinya.
Dini (PG-AUD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah menjadi jalan kemudahan dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan balasan yang
setimpal. Amin.
i ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………… iii LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… FAKTA INTEGRITAS…………………………………………………… PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………
iv v vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vii MOTTO…………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR……………………………………………………… ix DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xv
BAB I : PENDAHULUAN
B. Fokus Masalah ............................................................. 4
C. Rumusan Masalah ........................................................ 4
D. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................... 7
2. Hakikat Model Demonstrasi ...................................... 22
B. Kerangka Berpikir ......................................................... 32
C. Hipotesis Tindakan ....................................................... 34
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian ......................................................... 35
F. Desain dan Prosedur Tindakan .................................... 40
G. Sumber Data ................................................................. 41
H. Instrumen Penelitian ..................................................... 42
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................. 46
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 76
B. Saran ............................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 79
Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus I ..................................................... 56
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus II .................................................... 65
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Pra Siklus, Siklus I, dan II .... 69
xiii
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni, Depok
Pra Siklus ..................................................................... 51
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni, Depok
Siklus I .......................................................................... 57
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni, Depok
Siklus II ......................................................................... 66
Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK
Wisanggeni, Depok Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 70
xiv
Halaman
Lampiran 1 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ................................. 82 Lampiran 2 Data hasil observasi pra siklus .................................... 90 Lampiran 3 Data hasil observasi siklus I ........................................ 91 Lampiran 4 Data hasil observasi siklus II ....................................... 92 Lampiran 5 Instrumen Penelitian .................................................... 93 Lampiran 6 Catatan Lapangan Pra Siklus ..................................... 94 Lampiran 7 Catatan Lapangan Siklus I ........................................... 95 Lampiran 8 Catatan Lapangan Siklus II .......................................... 96 Lampiran 9 Foto Hasil Kegiatan Pra Siklus ................................... 97 Lampiran 10 Foto Hasil Kegiatan Siklus I ......................................... 98 Lampiran 11 Foto Hasil Kegiatan Siklus II ........................................ 99 Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ........................................ 100 Lampiran 13 Lembar Bimbingan ....................................................... 101 Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup Kolaborator ............................... 102 Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup Penulis ...................................... 103
1
cerdas, ceria dan berahlak mulia dan merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan bagi anak merupakan suatu hal yang
penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
dalam upaya meningkatkan potensi anak agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
(2013:25) tertulis bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
suatu upaya yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Mengenali dan memahami tumbuhkembang anak bagi orang
tua adalah sangat penting artinya demi menjaga dan mempertahankan
perkembangan dan pertumbuhan agar anak tumbuh sehat, cerdas,
kuat, serta mendapatkan banyak pengalaman. Hal ini sangat penting
agar kelak anak dapat berhasil dalam kehidupannya.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi
tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai,
2
untuk anak usia dini yang kondusif dapat dilaksanakan secara efektif
dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan
wahana bermain untuk anak-anak sebagai taman pendidikan
prasekolah dasar.
dan dambaan semua orang, jika tubuh sakit perasaan tidak akan
senang dan tentu saja tubuh akan merasa sakit, kekayaan menjadi
tidak menyenangkan dan kapandaian menjadi tidak teramalkan bila
tubuh sakit.
bermain aktif. Anak yang sehat dapat meluangkan lebih banyak waktu
untuk bermain dengan teman-temannya, serta mendapat tingkat
kesenangan yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang kurang
sehat.Hal ini karena anak yang kuran sehat cenderung cepat lelah
sehingga tidak dapat menikmati waktu bermain bersama temannya.
Anak usia sekolah, adalah usia yang merupakan periode emas
untuk menanamkan nilai-nilai penting kesehatan. Dalam kegiatan
sehari hari anak-anak menghabiskan sebagian waktu dalam
lingkungan sekolah. Jika tidak dikelola dengan baik, sebagian tempat
belajar mengajar di sekolah merupakan tempat yang rawan untuk
penularan penyakit bagi komunitas di dalamnya.
3
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
kenyataannya masih terdapat sekolah yang hanya mengedepankan
intelektualitas, dan dipihak lain perhatian orang tua terkadang
dikalahkan dengan urusan ekonomi, dan hanya menuntut anaknya
bisa membaca dan menulis pada usia dini, sementara pemahaman
pentingnya membuang sampah organik dan anorganik masih sangat
kurang.
membuang sampah organik dan anorganik ke dalam masing-masing
bak sampah yang tersedia, maka diharapkan akan berdampak baik
pada kebersihan lingkungan sekolah.
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, diketahui pemahaman
anak terhadap pentingnya membuang sampah organik dan anorganik
pada tempatnya masih sangat kurang. Oleh sebab itu, penting bagi
guru atau pendidik untuk memberikan contoh membiasakan kepada
anak untuk membuang sampah organik dan anorganik ke dalam
masing-masing bak sampah yang tersedia. Upaya yang dilakukan guru
salah satunya melalui metode demonstrasi.
4
kondisi anak yang belum terbiasa membuang sampah organik dan
anorganik pada masing-masing bak sampah yang tersedia di
lingkungan sekolah. Maka peneliti tertarik untuk mencari solusi dari
masalah yang terjadi dengan mengangkat obyek “Meningkatkan
Pembiasaan Membuang Sampah Organik dan Anorganik Melalui
Metode Demonstrasi pada Anak Usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok”.
peneliti hanya memfokuskan pada penelitian untuk meningkatkan
pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak
usia 4-5 tahun melalui kegiatan metode Demonstrasi di TK Wisanggeni
Depok agar mampu membuang sampah dengan teratur dan benar.
C. Rumusan Masalah
atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan:
1. Bagaimana pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik pada anak usia 4-5 tahun sebelum diterapkan metode
demonstrasi?
pada anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan melalui metode
demonstrasi?
5
anorganik pada anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan melalui
metode demonstrasi?
bahwa penelitian bertujuan:
organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun sebelum
diterapkan metode demonstrasi.
organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan
melalui metode demonstrasi.
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni,
Depok.
Penelitian ini sangat penting bagi anak, orang tua maupun guru.
Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Bagi Guru
yang tepat dalam proses pembelajaran.
6
2. Manfaat Bagi Anak
dan anorganik pada anak.
kebersihan di lingkungan sekolah.
a. Dapat meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya
membuang sampah organik dan anorganik sejak dini pada
anak.
membuang sampah organik dan anorganik.
7
a. Pengertian Pembiasaan
berasal dari kata “biasa”, yakni seperti sedia kala atau seperti
yang sudah-sudah. Maunah (2009:93), dengan adanya prefiks
“pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses, sehingga
pembiasaaan dapat diartikan dengan proses membuat
sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.
bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-
ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai
ciri; perilaku tersebut relatif menetap, umumnya tidak
memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk
dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa
mengingat atau meniru saja, bukan sebagai hasil dari proses
kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau
belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai respons
terhadap stimulus yang sama.
sebagai sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran islam. Pembiasaan dinilai efektif jika
penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia
kecil. Karean memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah
terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan
sehari-hari.
sebagai sebuah metode dalam pendidikan berupa proses
penanaman kebiasaan. Inti dari pembiasaan ialah pengulangan.
Ahmad (2010:144), mengatakan jika guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha
membiasakan.
dan pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan
seorang pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak
didiknya. Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai
ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti
akan menjadi seorang muslim yang saleh. Pembiasaan yang
dilakukan sejak dini akan membawa kegemaran dan kebiasaan
9
tidak terpisahkan dari kepribadiannya.
anak adalah amanah orang tuanya, hatinya yang bersih adalah
permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan
dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan
cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika
dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas
kebaikan itu maka bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang
tuanya pun mendapat pahala bersama.
Ibnatul, dkk (2013:1) mengatakan bahwa pembiasaan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah
segala sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk
membiasakan individu dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir
dengan benar. Dalam proses pembiasaan berintikan
pengalaman, sedangkan yang dibiasakan adalah sesuatu yang
diamalkan.
melalui pengetahuan (nalar), melainkan melalui habitus, yaitu
kebiasaan melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu
menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang
10
bernalar, mengambil jarak atau memberi makna setiap kali
hendak bertindak.
terbiasa dalam bersikap, berperilaku dan berpikir sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari proses pembiasaan di
sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku siswa yang relatif
menetap karena dilakukan secara berulang-ulang baik di dalam
proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.
b. Tujuan Pembiasaan
menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat
diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang
cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Karena
pembiasaan dan latihan tersebut akan berdampak pada sikap
tertentu anak, dan lambat laun sikap itu akan bertambah jelas
dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk
menjadi bagian dari pribadinya. Dengan kata lain, tujuan
dilakukannya pembiasaan adalah untuk melatih serta
membiasakan anak didik secara konsisten dan berkelanjutan
(countinue) dengan sebuah tujuan, sehingga apa yang
11
kemudian hari.
proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain
menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus,
juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru
yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan
kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat
dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai
moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun
tradisional dan cultural.
tujuan dilakukannya pembiasaan adalah untuk melatih serta
membiasakan peserta didik secara konsisten dan kontinyu
dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada
diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan
di kemudian hari.
merupakan salah satu dari tiga aliran psikologi pendidikan yang
12
periode. Dalam perkembangannya tersebut bermunculan teori
belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori
belajar, yaitu teori belajar conditioning dan teori belajar
connectionism.
laku. Perkembangan psikologi behaviorisme terjadi di Rusia
dengan munculnya tokoh-tokoh psikologi seperti Ivan Pavlov.
Namun, sejauh itu perkembangan psikologi behaviorisme
tampak paling pesat di Amerika Serikat. Di antara tokoh-tokoh
psikologi behaviorisme yang sangat konsen pada penelitian-
penelitian di bidang psikologi behaviorisme adalah J.B. Watson
dan Clarck C. Hull. Tokoh lain yang masuk dalam aliran
behaviorisme adalah Guthrie dengan teori conditioning dan
Edward Lee Thorndike dengan teori connectionism. Pada
pertengahan abad ke20 mengemuka tokoh psikologi
behaviorisme yang dianggap banyak berjasa dalam bidang
praktik pendidikan yaitu B. F. Skinner. Kehebatan Skinner yaitu
kepiawaiannya dalam mengembangkan mesin belajar (teaching
machine) dan belajar berprogram (programmed learning)
Kondisioning klasik (classical conditioning) menurut Ivan
Pavlov dalam Islamudin (2012:78) adalah sebuah teori yang
menjelaskan bagaimana kita terkadang mempelajari respons
13
baru sebagai hasil dari dua stimulus yang muncul pada waktu
yang hampir bersamaan. Teori ini menganalisis kejadian tingkah
laku dengan mempelajari latar belakang penguatan
(reiforcement) terhadap tingkah laku tersebut. Conditioning
adalah bentuk belajar yang memungkinkan organisme
memberikan respons terhadap suatu rangsangan yang
sebelumnya tidak menimbulkan respons itu. Jadi classical
conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses
persyaratan dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku
organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi
lingkungan.
(2012:78), belajar merupakan suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditioning) yang
kemudian menimbulkan reaksi.
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan
menekankan banyaknya latihan.
belajar behavioristik tentang belajar yaitu:
14
pengalaman mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan.
2) Belajar dapat digambarkan dalam kerangka asosiasi antara
stimulus dan respons. Stimulus adalah objek atau kejadian
spesifik yang mempengaruhi pembelajaran atau perilaku
individu. Sedangankan respons adalah perilaku spesifik
yang dimunculkan oleh seorang individu.
3) Belajar melibatkan perubahan perilaku.
4) Belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respons
muncul dalam waktu yang berdekatan.
5) Banyak spesies hewan, termasuk manusia, belajar dengan
cara-cara yang sama.
menganut pendangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid
merupakan reaksi behavioral terhadap lingkungan mereka dan
setiap tingkah laku adalah hasil belajar.
Teori belajar dapat dipahami sebagai kumpulan prinsip
umum yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan
atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar. Maka teori belajar terpadu yang selaras
dengan idealisme Islam adalah kumpulan penjelasan tentang
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan peristiwa belajar yang
bersumber dari al-Quran, al-Sunah, dan khazanah pemikiran
15
sesuai dengan idealisme Islam.
stimulus dan respon. Dalam hal ini bisa menggunakan tiga
hukum dalam belajar dari eksperimen Thorndike dalam Rusuli
(2014:51), yaitu:
apabila individu memiliki kesiapan. Oleh karena itu, dalam
Islam peserta didik yang akan belajar dianjurkan mempunyai
niat yang benar dan berdoa terlebih dahulu, sebagai bentuk
kesiapan peserta didik agar dalam aktivitas selanjutnya bisa
dilakukan secara optimal.
2) Law of exercise (hukum latihan), yaitu belajar akan berhasil
apabila banyak latihan atau ulangan dilakukan. Tentang hal
ini, Islam sangat menghargai perbuatan yang dilakukan
secara terusmenerus walaupun itu sedikit. Jika dilakukan
secara terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang
selanjutnya menjadi akhlaknya.
mengetahui atau mendapatkan hasil yang baik. Dalam hal
ini,reward (tsawab) memainkan peran yang dominan, artinya
ketika peserta didik belajar dan ia mendapatkan reward,
16
juga bersifat ukhrawi (tsawab alakhirah) yang bersifat
futuristik, yang akan diberikan kelak di kemudian hari. Hal ini
sebagaimana yang termaktub dalam makna Surat Ali „Imran,
Ayat 148, sebagai berikut:
akhirat dengan ganjaran yang baik. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ali-Imran: 148).
Selain itu, dalam pembentukan akhlak, cara yang
digunakan adalah uswah hasanah yang menjadikan nabi
Muhammad sebagai role model utama dengan menggunakan
teknik yang dikemukakan oleh al-Ghazali dalam Rusuli
(2014:52), yaitu dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat
tercela (takhalli), menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji (tahalli),
dan mengagungkan Allah (tajalli).
digunakan adalah uswah hasanah dengan menggunakan
teknik, yaitu dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela
17
mengagungkan Allah (tajalli).
Perilaku)
menyenangkan yang terjadi sesudah perilaku dan
mempengaruhi frekuensi perilaku pada masa mendatang.
(Slavin, 2008:184).
Tindakan penguatan (reinforcerment) didefinisikan sebagai
setiap konsekuensi yang memperkuat (meningkatkan
frekuensi) perilaku. Dalam dunia pendidikan, reinforcer lazim
dipahami sebagai sesuatu yang berarti reward (hadiah),
meskipun dalam psikologi istilah ini memiliki makna khusus.
3) Hukuman (punishment)
atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan
atau sesuatu yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah
laku. (Wahyuni, 2009:66).
4) Pembentukan (shaping)
18
sasaran yang diinginkan.(Ormrod, 2008:192).
5) Kepunahan perilaku (extinction)
ketika perilaku yang sebelumnya mendapat penguatan, tidak
lagi dikuatkan, dan terdapat kecenderungan penurunan
perilaku. (King, 2014:365).
6) Pemeliharaan (maintenance)
Artinya ketika perilaku baru diperkenalkan, penguatan untuk
memperoleh tanggapan yang benar seharusnya sering
diberikan dan dapat diperkirakan. (Slavin, 2008:201).
7) Peran anteseden
memberikan informasi tentang perilaku mana yang akan
menimbulkan konsekuensi positif dan mana yang akan
menimbulkan konsekuensi tidak menyenangkan. Ada
beberapa contoh anteseden yaitu cueing (isyarat) atau
prompt (dorongan). Cueing (isyarat) adalah pemakaian
isyarat untuk menunjukkan bahwa perilaku tertentu
19
Sedangkan prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan
atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
(Santrock, 2010:314)
segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku
daripada konsekuensi yang lambat datangnya. (Dahar,
2011:21).
prinsip-prinsip teori belajar behavioristik (pembelajaran
perilaku), meliputi: Konsekuensi, Penguatan (reinforcement)
atau hadiah (reward), Hukuman (punishment), Pembentukan
(shaping), Kepunahan perilaku (extinction), Pemeliharaan
(maintenance), Peran anteseden, dan Kesegaran (immediacy)
konsekuensi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81
20
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi
tentang definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis
sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang
berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas
lainnya.
sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan
anorganik.
misalnya daging, buah, sayuran dan sebagainya. Contoh
sampah dari zat anorganik adalah: potongan-potongan/
pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan, pecahan-
pecahan gelas, tulang,belulang, dan lain-lain. Sampah jenis
ini, melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah
rendah atau dapat pula untuk memperluas jalan setapak.
Tetapi bila rajin mengusahakannya sampah dari logam
dapat kembali dilebur untuk dijadikan barang yang berguna,
batu-batuan untuk mengurung tanah yang rendah atau
21
belulang bila dihaluskan (dan diproses) dapat untuk pupuk
dan lain-lain.
misalnya plastik, kertas, logam, kaca, keramik dan
sebagainya. Melihat proses penghancurannya oleh jasad-
jasak mikroba, maka sampah zat organik terdiri atas:
a) Zat organik dari bahan plastik
Dengan perkembangnya ilmu pengetahuan dan
disertai berkembangnya Industri, maka banyak barang-
barang atau perkakas dibuat dari bahan plastik. Bahan-
bahan plastik termasuk zat organic. Kita ketahui semua
zat organik dapat dihancurkan oleh jasad-jasad mikroba,
akan tetapi zat plastik tidak dapat. Bila dibuang
sembarangan maka zat plastik ini hancurnya memakan
waktu lama, yaitu antara 40-50 tahun, sehingga
dikhawatirkan akan bertimbun-timbun sampah dari
plastik. Salah satu usaha yang dapat menghancurkan zat
plastik adalah sinar ultraviolet dari matahari. Ini pun akan
memakan waktu yang lama juga, dibandingkan dengan
penghancuran zat organik lainnya oleh mikroba-mikroba.
22
dimanfaatkan kembali bersama sampah lainnya dapat
pula untuk mengurung tanah yang lebih rendah.
b) Zat organik non-plastik
menjadi bahan mineral. Bahan mineral-mineral hasil
penguraian ini baik sekali untuk pupuk. Buangan bahan
berbahaya dan beracun (B3), yaitu buangan yang
memiliki karakteristik mudah terbakar, korosif, reaktif, dan
beracun. B3 kebanyak merupakan buangan dari industri,
namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari
aktifitas masyarakat kota atau desa misalnya baterai, aki,
disinfektan dan sebagainya..
sampai penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
dipahami peserta didik baik secara nyata maupun tiruan.
23
adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta untuk
memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan suatu benda tertentu yang tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh seorang guru.
Menurut Sanjaya W (2006:152) metode demonstrasi
yaitu penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar
tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan
tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih
konkret dalam setrategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Sedangkan menurut Daryanto (2009:403) metode
demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan
Iisan.
metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
24
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.
mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran
dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan
sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.
Demonstrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan
disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi
aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya
dilakukan oleh siswa. Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan
yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan
berulang-ulang oleh siswa.
disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan
yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas.
25
metode demonstrasi yang digunakan antara lain:
1) Untuk memberikan keterangan dan keterampilan tertentu
kepada anak didik.
keterbatasan.
4) Untuk meneliti sejumlah fakta dan objek tertentu.
5) Perhatian murid menjadi terpusat kepada proses belajar
semata-mata.
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna.
7) Siswa dapat mengamati dan memperlihatkan apa yang
diperlihatkan selama pelajaran berlangsung
sebagai berikut:
anak didik.
didik langsung mengetahui dan dapat tampil melakukannya.
26
secara cermat dan teliti.
5) Untuk menumbuhkan motivasi anak didik tentang
latihan/praktik yang kita laksanakan.
panjang.
kelebihan dan kekurangan dari metode demonstrasi. Sebagai
suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya:
dapat dihindari, sebab siswa langsung memperhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.
hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan
mendapatkan kesempatan membandingkan antara teori dan
kenyataan. Sehingga siswa akan lebih meyakini kebenaran
materi pembelajaran.
dapat menanamkan keyakinan pada siswa akan kepastian
sesuatu karena metode demonstrasi merupakan cara yang
wajar atau alamiah sesuai dengan proses perkembangan jiwa
anak untuk belajar memahami sesuatu atau obyek perbuatan.
Dengan melihat sendiri obyeknya timbul hasrat untuk
mengetahui lebih dalam dan terperinci tentang obyek yang
dilihatnya. Dengan demikian siswa di didik untuk mengamati
sesuatu dengan sikap kritis.
indera mata, telinga maupun indera lainnya bukan pekerjaan
yang mudah bagi siswa kalau tempat duduknya tidak berpindah-
pindah maka siswa hanya melihat dari satu pihak saja, obyek
yang didemonstrasikan. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan
tanggapan dan pengertian mengenai obyek yang diamati.
Apabila siswanya hanya dengan berpindah-pindah tempat dapat
menibulkan kegaduhan. Untuk mengatasinya guru harus
menentapkan garis-garis besar, langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilaksanakan.
beberapa kekurangan, di antaranya:
bisa saja gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini
tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan
suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya
terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang
banyak.
tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan metode ceramah.
guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional. Di samping itu, demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.
metode ini adalah:
karena tanpa ditunjang dengan hal-hal itu, pelaksanaan
metode demonstrasi akan tidak efektif.
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik.
29
matang di samping sering memerlukan waktu yang cukup
panjang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam
pelajaran lain.
mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga siswa
memperoleh pengertian dan gambaran yang benar tentang apa
yang sedang didemonstrasikan sebaiknya sebelum demonstrasi
itu dimulai guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam
pelaksanaannya tepat.
demonstrasi adalah sebagai berikut:
dilakukan untuk melaksanakan metode demonstrasi:
a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa
setelah proses demonstrasi berakhir.
pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilakukan.
kegagalan dalam melaksanakan demonstrasi.
Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
perlu diperhatikan, di antaranya:
sedang didemonstrasikan.
siswa.
oleh siswa, misalnya siswa diperintahkan untuk
mencatat hal-hal penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
dapat mulai dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
(1) Memulai demonstrasi dengan hal-hal yang
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
31
memperhatikan demonstrasi.
menghindari suasana yang menegangkan.
jalannya demonstrasi dengan cara memperhatikan
reaksi seluruh siswa.
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang
dilihat dari proses demonstrasi itu.
c) Langkah akhiran
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-
tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal itu diperlukan untuk meyakinkan
apakah siswa memahami proses demonstrasi yang telah
dilakukan atau tidak. Selain memberikan tugas yang
relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk
perbaikan selanjutnya.
proses alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan
Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi
tentang definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja
dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya.
secara langsung maupun tidak langsung akibat udara kotor yang
ditimbulkannya. Oleh sebab itu, penting bagi pendidik untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak agar
mengetahui dampak negatif dari sampah. Salah satu upaya yang
dilakukan yaitu dengan menjaga lingkungan.
Sejak dini seharusnya anak sudah diajarkan untuk terbiasa
membuang sampah pada tempatnya agar lingkungan tetap bersih dan
nyaman. Hal ini mengingat banyak dampak negatif yang ditimbulkan
oleh sampah terutama banjir, sumber penyakit, udara tidak nyaman
dan sebagainya.
organik dan anorganik pada tempatnya masih sangat kurang. Oleh
sebab itu, penting bagi guru atau pendidik untuk memberikan contoh
membiasakan kepada anak untuk membuang sampah organik dan
anorganik ke dalam masing-masing bak sampah yang tersedia. Upaya
yang dilakukan guru salah satunya melalui metode demonstrasi.
Melalui metode demonstrasi kegiatan pembelajaran diharapkan
lebih menarik perhatian anak, sehingga anak diharapkan akan mampu
menyerap dengan baik tentang sampah, jenis-jenisnya, manfaat dan
diharapkan anak akan berperilaku sesuai dengan harapan guru yaitu
membuang sampah pada tempatnya. Diharapkan melalui metode
demonstrasi akan berdampak positif terhadap perubahan perilaku dan
sikap anak untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang
sampah organik dan anorganik ke dalam masing-masing bak sampah
yang tersedia.
digunakan, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan ke dalam bagan berikut ini.
34
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: kebiasaan
anak membuang sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok dapat ditingkatkan melalui metode
demonstrasi.
1. Tempat Penelitian
pada kelompok A usia 4-5 tahun yang berlokasi Jl.Keadilan
Komplek Arco, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa
Barat.
Juli tahun 2018. Hal ini meliputi berbagai rencana persoalan
penelitian yang dilakukan, sehingga dapat memberi suatu
pemahaman yang lebih mendalam mengenai penelitian lakukan.
B. Metode Penelitian
dengan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dikembangkan oleh Mc. Taggart dalam Tampubolon (2014:27).
Desain PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat
tahapan, yaitu planning, acting, observing, dan reflecting. Namun, ada
perbedaan di mana tahapan acting dan observating disatukan dalam
satu kotak, artinya pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara simultan
36
bentuk spiral, dalam bentuk siklus seperti bagan di bawah ini:
Sumber: Mc. Taggart dalam Tampubolon (2014:27)
Gambar 3.1
Pada gambar di atas dijelaskan bahwa penelitian ini terdiri
siklus. Masing-masing siklus dalam penelitian ini terdiri atas tiga
kegiatan pokok yaitu: planning, acting dan observating, reflecting.
Kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat
mengalami modifikasi disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Planning
Acting/observating
Reflecting
tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 16 anak, yang terdiri dari 10
anak laki-laki dan 6 anak perempuan.
D. Rancangan Tindakan
kegiatan, yang akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya bila kriteria
keberhasilan tindakan belum terpenuhi. Masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahap kegiatan yaitu: (1) Menyusun rencana tindakan, (2)
Melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4) Membuat
analisis dan (5) refleksi sebagai dasar perencanaan untuk siklus
berikutnya.
yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-
situasi yang relevan dengan tema penelitian.Peneliti bersama
kolaborator melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali
dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil
refleksi prasiklus dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian.
Sewaktu melaksanakan refleksi prasiklus, paling tidak peneliti
38
yang akan diteliti.
2. Siklus I
pada tahap prasiklus, disusun rencana tindakan yang mencakup
semua langkah tindakan secara rinci. Mulai dari bahan ajar,
media/alat peraga, instrumen observasi, serta kegiatan yang
akan diberikan sebagai tindakan, dipersiapkan dengan matang.
Juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada
saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan
antisipasi, diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
b. Pelaksanaan Tindakan
semua rencana yang telah disusun. Tahap ini adalah realisasi
dari semua teori dan teknik mengajar yang telah disiapkan
sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tetap
mengacu pada kurikulum yang berlaku. Keterlibatan kolaborator
untuk membantu peneliti dalam pelaksanaan tindakan dan
untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang
dilakukan terhadap apa yang terjadi dalam penelitian.
39
dampaknya terhadap proses pelaksanaan tindakan, yang
dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Dalam tahap observasi ini peneliti
dibantu oleh kolaborator. Hanya saja pengamat tidak boleh
terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan
keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
d. Analisis dan Refleksi Data
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data
yang didapat saat pengamatan. Data tersebut kemudian
ditafsirkan, dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan
untuk melibatkan kolaborator. Proses refleksi ini segala
pengalaman dan pengetahuan yang dikuasai, menjadi bahan
pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan yang valid. Untuk memudahkan dalam refleksi bisa
juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan
dan dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya.
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
40
pemahaman pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
anak tercapai dengan nilai anak rata-rata 75%, yaitu:
Skor observasi
Skor maksimal
Skor maksimal = Skor yang seharusnya dicapai.
F. Desain dan Prosedur Tindakan
1. Desain Tindakan
a. Pra siklus
pembelajaran, membuat media pembelajaran, menyusun
evaluasi pembelajaran.
implementasi atau penerapan dari isi rancangan tindakan. Di
tahap ini guru berusaha mentaati apa yang sudah dibuat atau
dirumuskan dalam rancangan tindakan. Dan harus berlaku apa
adanya.
Tahapan ketiga adalah proses pengamatan yang
dilakukan oleh pengamatan, pengamatan ini dilaksanakan pada
saat pelaksanaan rancangan tindakan dilakukan, kemudian
mencatat setiap tindakan yang terjadi, sehingga mendapatkan
data yang akurat untuk perbaikan selanjutnya.
d. Tahap Refleksi
berkaitan dengan proses yang dilakukan oleh guru rancangan
tindakan yang telah dilakukan guru, dan menentukan apakah
hal-hal yang telah dilaksanakan sudah memuaskan atau masih
kurang, sehingga perlu diadakan perbaikan kembali pada siklus
berikutnya.
dan mitra mengajar di TK Wisanggeni Depok serta seluruh peserta
didik yang berjumlah 16 anak kelompok usia 4-5 tahun yang mengikuti
proses pembelajaran selama siklus penelitian berlangsung.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber
yaitu: siswa, guru dan teman sejawat.
42
1. Peserta didik kelompok A usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok
sebanyak 16 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 6 anak
perempuan.
anorganik.
melihat penelitian tindakan kelas secara komprehensip.
H. Instrumen Penelitian
pengumpulan data yang mempunyai andil cukup besar terhadap
keberhasilan suatu penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam peneltitian tindakan kelas ini meliputi hasil observasi, hasil
catatan lapangan, hasil tes formatif dan dokumentasi foto. Adapun hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Lembar Observasi
pengetahuan dan pemahaman anak tentang sampah dan
kebiasaan anak membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenisnya melalui metode demonstrasi.
43
perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak tentang
sampah dan kebiasaan anak membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenisnya melalui metode demonstrasi.
3. Instrumen Pengambilan Data
adalah membiasakan membuang sampah sesuai dengan
tempatnya masing-masing.
penjelasan secara lisan oleh seorang guru.
b. Definisi Operasional
anak usia 4-5 tahun digunakan indikator kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Siswa mendapatkan skor 4, apabila Berkembang
Sangat Baik (BSB), diberi skor 3 apabila Berkembang Sesuai
Harapan (BSH), diberi skor 2, apabila Mulai Berkembang (MB),
dan diberi skor 1, apabila Belum Berkembang (BB)
c. Kisi-kisi Instrumen
adalah alat bantu (yang dapat diwujudkan dalam benda) yang
44
Variabel Aspek Indikator Item Skor
Pembiasaan
membuang
dengan lingkungan dan
c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
d. Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
I. Teknik Analisa Data
kualitatif. Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai
45
dianalisis secara kualitatif. Analisis data ini kemudian dikerjakan
secara intensif sesudah penelitian selesai. Di samping berbentuk
kualitatif, data yang diperoleh dari penelitian ini juga berbentuk data
deskriptif kuantitatif yang berupa angka-angka sederhana yang
diperoleh dari hasil perhitungan lembar observasi pada saat tindakan
dilakukan dan disajikan dalam bentuk terstruktur sehingga mudah
dipahami.
persentase rata-rata (mean) dari hasil tes siswa pada saat tindakan
dilakukan. Anas Sudijono (2008:81) mengemukakan rata-rata nilai
dapat dihitung dengan rumus:
N = banyaknya nilai-nilai itu sendiri
46
Berdasarkan hasil observasi sebelum dilakukan penelitian
tindakan peneliti menemukan bahwa pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok, diketahui pemahaman anak terhadap pentingnya
membuang sampah organik dan anorganik pada tempatnya masih
sangat kurang. Oleh sebab itu, penting bagi guru atau pendidik untuk
memberikan contoh membiasakan kepada anak untuk membuang
sampah organik dan anorganik ke dalam masing-masing bak sampah
yang tersedia. Upaya yang dilakukan guru salah satunya melalui
metode demonstrasi. Oleh karena itu, peneliti melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan sikus sebagai berikut:
1. Pra Siklus
hanya melakukan observasi pengetahuan dan pemahaman anak
tentang sampah organik dan anorganik melalui metode
demonstrasi dan wawancara dengan kolaborator tentang
meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di
TK Wisanggeni Depok sebagai subyek penelitian. Penelitian
46
47
Tindakan Kelas (PTK) pra siklus sebelum memasuki tahap siklus I,
dilaksanakan untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan pada
siklus I. Berikut adalah kegiatan pra siklus atau sebelum dilakukan
tindakan.
2018. Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan pengamatan
yang dimulai sejak anak mulai ikrar/berbaris sampai masuk kelas
dan melakukan proses pembelajaran dengan gurunya. Proses
pembelajaran diawali dengan kegiatan berbaris, salam, berdoa
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di awal pertemuan
ini terlihat jelas pengetahuan anak tentang sampah dan jenis
sampah organik dan anorganik masih sangat rendah. Anak juga
belum mengetahui dampak negatif dari sampah terhadap
kesehatan. Selain itu, ada juga belum terbiasa membuang sampah
pada tempatnya.Hampir keseluruhan anak terlihat:
a. Belum mengerti tentang sampah
b. Belum mengetahui jenis-jenis sampah
c. Belum memahami tentang sampah
d. Belum memahami dampak negatif sampah
e. Belum memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan
f. Belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenisnya.
48
yang dimulai dengan:
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memotivasi
semangat belajar anak.
tulis, media gambar, dan bak sampah.
Di kegiatan inti, guru dan anak aktif melakukan kegiatan
sebagai berikut:
b. Guru memberikan contoh jenis-jenis sampah organik dan
anorganik.
sesuai dengan jenisnya ke dalam bak sampah yang telah
disediakan.
d. Anak diberikan tugas membuang sampah ke dalam bak sampah
sesuai dengan jenisnya secara bergantian.
e. Guru melakukan penilaian
Pada kegiatan pra siklus terlihat pengetahuan dan
pemahaman anak tentang sampah dan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok masih sangat rendah,
49
dengan baik. Anak juga belum bisa membedakan jenis-jenis
sampah. Selain itu, anak belum memahami dampak negatif atau
buruk sampah bagi kesehatan. Rasa peduli anak dengan
lingkungan dan kesehatan masih rendah dan anak belum terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya.
Hasil observasi pada pra siklus pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pra Siklus
No Nama
Butir Pengamatan
X % 1 2 3 4 5 6
1 AF 3 2 1 2 2 2 12 2.0 50
2 AN 3 3 2 1 1 1 11 1.8 46
3 AQ 2 1 2 1 1 1 8 1.3 33
4 DF 1 1 1 1 1 1 6 1.0 25
5 EZ 4 3 3 2 2 1 15 2.5 63
6 FR 3 3 3 1 1 1 12 2.0 50
7 KE 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
8 KH 2 2 2 1 1 1 9 1.5 38
9 KN 1 1 1 1 1 1 6 1.0 25
10 NB 2 2 2 1 1 1 9 1.5 38
11 OZ 3 3 2 2 2 1 13 2.2 54
12 PT 3 3 2 1 1 1 11 1.8 46
13 RA 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
14 RN 3 3 2 2 2 2 14 2.3 58
15 SN 3 2 2 2 1 1 11 1.8 46
16 QA 2 2 1 1 1 1 8 1.3 33
43 39 32 23 22 20 179 29.8 746
X 1.9 46.6
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
Berdasarkan hasil observasi di atas pada pra siklus
diketahui pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok masih sangat rendah yaitu sebesar 46,6%. Hal
ini mengindikasikan bahwa pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok belum sepenuhnya terlihat baik
dan masih jauh dari target keberhasilan yaitu 80%, sehingga
dilakukan penelitian tindakan kelas siklus I.
Di bawah ini adalah grafik prosentase pembiasaan
membuang sampah organik dan anorganik melalui metode
demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok,
pada pra siklus digambarkan dalam diagram batang.
51
lingkungan dan kesehatan, pembiasaan membuang sampah pada
tempatnya sesuai dengan jenisnya melalui pembelajaran
demonstrasi. Tahapan siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
peneliti mengidentifikasi masalah, merumuskan dan
menetapkan tujuan penelitian, sehingga mampu (1) menyusun
Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan metode demonstrasi
yang dibuat, (2) menyiapkan media yang sesuai tindakan yang
diberikan kepada anak, media tersebut berupa papan tulis,
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pembiasaan Membuang Sampah
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
52
dokumentasi berupa kamera.
Senin, 2 April 2018, pertemuan kedua Rabu, 4 April 2018,
dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru dan observer
sedangkan kolabolator bertindak sebagai observer. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Kegiatan
Harian (RKH) yang telah disiapkan. Berikut adalah kegiatan
siklus I:
berbaris, salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan diawali dengan percakapan awal
tentang sampah dan jenisnya. Lalu guru menjelaskan
kepada anak tentang tema pembelajaran. Guru menjelaskan
materi pelajaran tentang sampah dan jenisnya.
53
sampah yang ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekitar. Guru juga memberikan media bantuan dalam
menjelaskan materi tentang sampah dan jenisnya yaitu
berupa media gambar. Hal ini dimaksudkan agar anak lebih
senang dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.
Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak secara
bergantian untuk menunjuk gambar mana yang sesuai
dengan perintah guru, misalnya: coba kalian tunjuk gambar
sampah organik, dan anorganik?.
tentang aktivitas yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman anak
tentang sampah dan jenisnya. Guru juga memberikan pujian
kepada anak yang mulai berkembang dan berkembang
dengan baik. Bagi anak yang belum berkembang guru dan
kolaborator memberikan perhatian khusus dengan
melakukan tanya jawab kepada anak.
2) Pertemuan ke-2
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
54
tentang sampah dan jenisnya menggunakan metode
demonstrasi. Guru kembali menjelaskan materi tentang
sampah dan jenisnya. Kali ini guru menggunakan media
papan tulis, media gambar dan 2 (dua) buah tempat sampah
plastik.
contoh bagaimana membuang sampah sesuai dengan
jenisnya. Setelah itu, guru menugaskan kepada anak secara
bergantian untuk memilih sampah organik dan anorganik
serta menugaskannya untuk membuang sampah tersebut ke
dalam bak atau tempat sampah yang telah disediakan.
Pada kegiatan akhir atau penutup guru melakukan
tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan dan pemahaman
anak tentang sampah dan jenisnya serta bagaimana cara
membuang sampah yang baik dan benar sesuai dengan
jenis sampahnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis
55
c. Observasi
observasi atau tahap pengamatan.Pada tahapan ini dilakukan
observasi secara langsung dengan memakai format observasi
yang telah disusun dan melakukan penilaian terhadap hasil
tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil observasi diketahui
upaya guru dalam meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya.
upaya guru dalam meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebagai
berikut:
56
X % 1 2 3 4 5 6
1 AF 4 3 2 2 2 2 15 2.5 63
2 AN 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
3 AQ 3 2 3 2 2 2 14 2.3 58
4 DF 2 2 2 2 1 1 10 1.7 42
5 EZ 4 4 4 2 2 2 18 3.0 75
6 FR 4 4 4 2 2 2 18 3.0 75
7 KE 4 4 4 3 2 2 19 3.2 79
8 KH 3 3 3 2 2 2 15 2.5 63
9 KN 2 1 2 2 1 1 9 1.5 38
10 NB 3 3 3 2 2 2 15 2.5 63
11 OZ 4 4 3 3 3 2 19 3.2 79
12 PT 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
13 RA 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
14 RN 4 4 3 2 3 2 18 3.0 75
15 SN 4 3 3 3 2 2 17 2.8 71
16 QA 3 3 2 2 2 2 14 2.3 58
56 52 48 36 33 31 256 42.7 1067
X 2.7 66.7
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
Berdasarkan hasil observasi di atas pada siklus I
perkembangan peningkatan pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebesar 66,7%. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan pembiasaan membuang
57
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok belum sepenuhnya
terlihat baik dan masih jauh dari target keberhasilan yaitu 80%,
sehingga dilakukan penelitian tindakan kelas siklus II.
Di bawah ini adalah grafik prosentase peningkatan
pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok, pada siklus I digambarkan dalam diagram batang.
Grafik 4.2 Siklus I
dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok, yaitu guru menggunakan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pembiasaan Membuang Sampah
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
58
tulis, media gambar sampah organik dan anorganik, tempat
sampah plastik.
metode demonstrasi yaitu guru dengan suara lantang
menjelaskan kepada anak tentang macam-macam dan jenis
sampah organik dan anorganik melalui media gambar. Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mendengar dengan jelas apa
yang disampaikan guru. Selain itu, media gambar yang
digunakan guru dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran lebih
menarik dan anak mudah mengenal serta memahami jenis-jenis
sampah organik dan anorganik. Anak juga ditugaskan untuk
mengimplementasikan kegiatan sesuai dengan arahan guru
yaitu membuang sampah jenis organik dan anorganik ke tempat
sampah yang telah disediakan secara bergantian ke muka
kelas.
Hasil kegiatan pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi guna meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok pada siklus I ternyata terjadi peningkatan
sebesar 20.1% dari tahap pra siklus dengan nilai prosentase
sebesar 46.6% menjadi 66.7%. Dari hasil tersebut ternyata
59
80% sehingga peneliti perlu melanjutkan pada tahapan siklus II.
Pada siklus I masih ditemukan 8 (delapan) anak belum
sepenuhnya berkembang sesuai harapan. Hampir keseluruhan
siswa mulai berkembang memahami dampak negatif sampah,
memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan, terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya. Namun
demikian, ada beberapa anak yang berkembang sesuai
harapan bahkan berkembang sangat baik terutama tentang
pengetahuan dan pemahamannya terhadap sampah dan
jenisnya kecuali (DF) dan (KN) yang mulai berkembang.
Oleh sebab itu, berdasarkan hasil refleksi, maka perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas selanjutnya atau siklus II
untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang ditemukan
pada siklus I.
3. Siklus II
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di
TK Wisanggeni Depok. Pada siklus II peneliti dan kolaborator
berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pembiasaan anak
membuang sampah organik dan anorganik, mengingat pada siklus
60
Tahapan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
pada siklus I, merumuskan dan menetapkan tujuan penelitian,
(1) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan metode
demonstrasi, (2) menyiapkan media yang sesuai tindakan yang
diberikan kepada anak, media tersebut berupa jenis-jenis
sampah organik dan anorganik yang ada di lingkungan sekitar
dekat sekolah, tempat atau bak sampah, (3) menyiapkan alat
pengumpulan data berupa lembar observasi, catatan lapangan,
dan alat dokumentasi berupa kamera.
b. Tindakan
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari
Senin, 9 April 2018, pertemuan kedua hari Rabu, 11 April 2018,
dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru dan observer
sedangkan kolabolator bertindak sebagai observer. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Kegiatan
Harian (RKH) yang telah disiapkan. Berikut adalah kegiatan
siklus II:
berbaris, salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
tentang sampah dan jenisnya. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang
sampah dan jenisnya. Guru juga menjelaskan dampak
negatif sampah terhadap lingkungan dan kesehatan
menggunakan media gambar.
lingkungan dan kesehatan melalui media gambar. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan rasa kepedulian anak
terhadap lingkungan dan kesehatan akibat dampak buruk
atau negatif sampah. Guru juga memberikan beberapa cara
untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan
dengan membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan
jenisnya. Dengan suara lantang guru terus berusaha untuk
memberikan penjelasan materi agar didengar dengan baik
oleh anak. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak
untuk memilih beberapa jenis sampah dan membuangnya ke
62
bergantian.
pembelajaran. Anak termotivasi dan aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran, hal ini terlihat dari kemampuan anak untuk
menaruh atau membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenis sampah yang dipilihnya yaitu sampah organik
dan anorganik.
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok.
2) Pertemuan ke-4
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
meningkatkan daya ingat anak tentang sampah, jenis dan
63
dan kesehatan.
jenis sampah organik dan anorganik. Guru juga memberikan
contoh membiasakan membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenis sampahnya organik dan anorganik. Kali
ini guru bersama kolaborator memberikan tugas kepada
anak siapa yang dapat memilih jenis sampah dan
membuangnya ke tempat sampah sesuai dengan jenis
sampah. Anak sangat antusias menjawab pertanyaan guru
dan bergegas membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenis sampah organik dan anorganik yang telah
dipilihnya.
motivasi anak dan kepedulian anak untuk selalu membuang
sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenisnya. Selain
itu, hal ini juga dimaksudkan agar anak benar-benar
memahami tentang sampah, jenis dan bahaya atau dampak
negatifnya dan diharapkan anak memiliki rasa kepedulian
yang tinggi terhadap lingkungan dan kesehatan untuk
menjaga kelestarian alam dan kesehatan dengan
membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis
sampahnya.
64
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok. Pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman anak
tentang sampah. Guru juga menanyakan tentang jenis
sampah organik dan anorganik yang ada di lingkungan
sekitar. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu
membedakan sampah organik dan anorganik. Guru juga
menanyakan apakah anak mengetahui dampak negatif atau
bahaya sampah terhadap lingkungan dan kesehatan. Hal ini
dimaksudkan agar anak memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungan dan kesehatan.
dengan memakai format observasi yang telah disusun dan
melakukan penilaian terhadap hasil tindakan yang telah ada.
Diketahui peningkatan pembiasaan membuang sampah organik
dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok, pada siklus II sebagai berikut:
65
X % 1 2 3 4 5 6
1 AF 4 4 3 3 3 3 20 3.3 83
2 AN 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
3 AQ 4 3 4 3 3 3 20 3.3 83
4 DF 3 3 3 3 2 2 16 2.7 67
5 EZ 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
6 FR 4 4 4 3 3 4 22 3.7 92
7 KE 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
8 KH 4 4 4 2 3 3 20 3.3 83
9 KN 3 2 3 3 3 2 16 2.7 67
10 NB 4 4 4 3 2 3 20 3.3 83
11 OZ 4 4 4 4 4 3 23 3.8 96
12 PT 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
13 RA 4 4 4 4 3 4 23 3.8 96
14 RN 4 4 4 3 4 3 22 3.7 92
15 SN 4 4 3 4 3 3 21 3.5 88
16 QA 4 4 3 3 3 3 20 3.3 83
62 60 59 50 48 48 327 54.5 1363
X 3.4 85.2
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
Berdasarkan hasil observasi di atas pada siklus II
perkembangan peningkatan pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebesar 85,2%. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada
66
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sudah mencapai
target keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya bahkan telah
melampaui 80%, sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan
pada siklus II.
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok, pada siklus II digambarkan dalam diagram batang.
Grafik 4.3 Siklus II
sebelumnya yaitu dengan mengajak anak ke luar kelas. Jadi,
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pembiasaan Membuang Sampah
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
67
anorganik yang ada di dekat lingkungan sekolah.
Guru menyiapkan 2 (dua) buah bak sampah dan ditaruh
di lapangan. Selain itu, guru juga mengambil berbagai macam
jenis sampah organik dan anorganik yang ada di lingkungan
sekolah seperti, botol plastik minuman, ranting pohon, daun,
sedotan dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak mudah
mengenali jenis sampah organik dan anorganik. Selain itu, hal
ini juga untuk merangsang kepedulian anak terhadap
lingkungan untuk selalu menjaga kebersihan.
Kegiatan yang dilakukan guru pada siklus II melalui
metode demonstrasi hampir sama dengan siklus sebelumnya
yaitu guru dengan suara lantang menjelaskan kepada anak
tentang macam-macam dan jenis sampah organik dan
anorganik yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini dimaksudkan
agar anak mampu mendengar dengan jelas apa yang
disampaikan guru. Selain itu, guru mengajak anak-anak untuk
terjun langsung ke lapangan, hal ini dimaksudkan agar anak
dengan mudah mengenali secara langsung jenis sampah
organik dan anorganik yang ada di lingkungan sekolah.
Kegiatan pembelajaran terkesan lebih menarik antusias anak
agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Secara
bergantian setiap anak ditugaskan untuk mengimplementasikan
68
jenis organik dan anorganik yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil observasi pada siklus II ternyata kembali terjadi
peningkatan sebesar 18.5% menjadi 85.2% pada siklus II. Dari
hasil tersebut ternyata telah memenuhi bahkan melampaui
target peningkatan yang diharapkan yaitu 80% sehingga
penelitian tindakan kelas dihentikan pada tahapan siklus II.
Pada siklus II terlihat secara keseluruhan anak mengerti dan
memahami tentang sampah dan mengerti sampah organik dan
anorganik. Keseluruhan anak berkembang sesuai harapan
(BSH) bahkan hampir keseluruhan anak berkembang sangat
baik (BSB) yaitu: AF, AN, AQ, EZ, FR, KE, KH, NB, OZ, PT, RA,
RN, SN, QA, kecuali DF dan KN, berkembang sesuai harapan.
Pada siklus II keseluruhan anak mampu memahami
indikator meskipun belum secara keseluruhan, anak mampu:
a. Mengerti dan memahami tentang sampah
b. Mengetahui jenis-jenis sampah organik dan anorganik
c. Memahami dampak negatif sampah
d. Memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan
e. Mulai terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenisnya.
69
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Pembiasaan Membuang Sampah Organik
dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Wisanggeni Depok
Pra siklus, SIklus I, dan II
No Nama Anak
Jml % Jml % Jml %
Total 179 746 256 1067 327 1363
Rata-rata 46.6 66.7 85.2
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, pada Pra
siklus, SIklus I, dan II sebagai berikut:
Grafik 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Pembiasaan Membuang Sampah Organik dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Wisanggeni Depok
Pra siklus, SIklus I, dan II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
Pra Siklus Siklus I Siklus II
7 0
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak
usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok yaitu dengan memberikan
penjelasan materi tentang sampah, jenis sampah organik dan
anorganik, dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan
kesehatan menggunakan berbagai macam media pendukung atau
bantuan, antara lain: media gambar, papan tulis, dan tempat atau bak
sampah.
dengan melibatkan siswa secara bergantian memilih jenis sampah dan
membuangnya ke tempat sampah sesuai dengan jenis sampah yang
diambil. Strategi ini cukup berhasil meningkatkan semangat anak dan
pemahaman anak tentang sampah dan jenisnya.
Selain itu, strategi yang digunakan guru ini dimaksudkan pula
agar anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenis sampahnya sehingga mampu menimbulkan kepedulian
anak terhadap lingkungan dan kesehatan. Guru dengan seksama
mengawasi dan mengevaluasi perkembangan peningkatan
pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok. Hal ini dilakukan guru dengan mengajak anak-anak ke
46
yang mengerti dan mampu membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenis sampah yang diambil anak. Hal ini dimaksudkan
agar anak memiliki kebiasaan untuk membuang sampah pada
tempatnya sesuai dengan jenisnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang dilakukan guru dan kolaborator dalam
meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok mengacu pada Rencana Kegiatan Harian (RKH)
yang telah disiapkan sebelumnya. Guru juga menyiapkan media yang
sesuai tindakan yang diberikan kepada anak, dan guru menyiapkan
alat pengumpulan data berupa lembar observasi, catatan lapangan,
dan alat dokumentasi berupa kamera. Hal ini dimaksudkan agar
perkembangan atau peningkatan yang terjadi pada anak mudah
diketahui dan dievaluasi sehingga kegiatan berjalan lebih efektif.
1. Interpretasi Pra Siklus
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok masih sangat rendah yaitu
sebesar 46,6%. Pengetahuan dan pemahaman anak tentang
sampah dan jenisnya masih sangat rendah. Masih banyak anak
yang belum mengerti dan memahami tentang sampah dengan baik.
Anak juga belum bisa membedakan jenis-jenis sampah. Selain itu,
47
kesehatan. Rasa peduli anak dengan lingkungan dan kesehatan
masih rendah dan anak belum terbiasa membuang sampah pada
tempatnya sesuai jenisnya.
dari tahap pra siklus dengan nilai prosentase sebesar 46.6%
menjadi 66.7% pada siklus I. Pada siklus I masih ditemukan 2
anak belum berkembang. Hampir keseluruhan siswa berkembang
sesuai harapan (BSH) memahami sampah dan jeninsnya, dan rata-
rata keseluruhan anak mulai berkembang (MB) memahami dampak
negatif sampah, memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan
kesehatan, terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenisnya. Namun demikian, ada beberapa anak yang berkembang
sesuai harapan (BSH) bahkan berkembang sangat baik (BSB)
terutama tentang pengetahuan dan pemahamannya terhadap
sampah dan jenisnya kecuali (DF) dan (KN).
3. Interpretasi Siklus II
membuang sampah organik dan anorganik melalui metode
demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok
terjadi peningkatan sebesar 18.5% pada siklus I sebesar 66.7%
48
anorganik. Keseluruhan anak berkembang sesuai harapan (BSH)
bahkan hampir keseluruhan anak berkembang sangat baik (BSB)
yaitu: AF, AN, AQ, EZ, FR, KE, KH, NB, OZ, PT, RA, RN, SN, QA,
kecuali DF dan KN berkembang sesuai harapan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa metode demonstrasi
mampu meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok. Hal ini terbukti dari hasil observasi siklus II terlihat
secara keseluruhan anak mengerti dan memahami tentang sampah
dan mengerti sampah organik dan anorganik. Keseluruhan anak
berkembang sesuai harapan (BSH) bahkan hampir keseluruhan anak
berkembang sangat baik (BSB).
Prosentase pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok pada pra siklus hanya sebesar 46.6%. Pada siklus
I terjadi peningkatan sebesar 20.1% yaitu menjadi 66.7%. Sementara
itu, pada siklus II kembali terjadi peningkatan sebesar 18.5% sehingga
menjadi 85.2%, diketahui bahwa peningkatan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak
usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sesuai dengan target yang
49
penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
50
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak
usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebelum diterapkan
metode demonstrasi sangat buruk sekali. Masih banyak anak yang
belum mengerti dan memahami tentang sampah dengan baik.
Anak juga belum bisa membedakan jenis-jenis sampah. Selain itu,
anak belum memahami dampak negatif atau buruk sampah bagi
kesehatan. Rasa peduli anak dengan lingkungan dan kesehatan
masih rendah dan anak belum terbiasa membuang sampah pada
tempatnya sesuai jenisnya.
2. Metode demonstrasi dapat meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok. Hal ini dapat terlihat dari prosentase
ketercapaian indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pra
siklus hanya sebesar 46.6%, terjadi peningkatan sebesar 20.1%
yaitu menjadi 66.7% pada siklus I. Sementara itu, pada siklus II
kembali terjadi peningkatan sebesar 18.5% sehingga menjadi
85.2%, sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
51
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok dapat
ditingkatkan melalui metode demonstrasi. Guru memberikan contoh
jenis sampah organik dan anorganik. Selain itu, guru memberikan
fasilitas atau media pendukung seperti, media gambar, bak atau
tempat sampah organik dan anorganik sehingga anak dengan
mudah mampu menerima dan menyerap materi yang disampaikan
guru. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan anak mengerti dan
memahami sampah, jenis sampah organik dan anorganik. Anak
mulai terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan
jenis sampahnya. Anak mulai memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dan kesehatan karena anak memahami dampak negatif
sampah.
beberapa saran sebagai berikut:
sarana pendukung kegiatan pembelajaran baik di internal kelas
maupun arena bermain agar anak lebih termotivasi dan antusias
mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan kegiatan
pembelajaran berjalan lebih efektif dan sesuai harapan.
52
2. Bagi para guru diharapkan terus berupaya meningkatkan mutu atau
kualitas pembelajaran dengan mengembangkan model atau media
yang digunakan khususnya media yang mudah dimengerti dan
diminati anak.
3. Bagi orang tua diharapkan mampu terus memberikan perhatian dan
pengawasan terhadap perkembangan anaknya agar
perkembangan anak sesuai dengan harapan bersama.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan indikator yang
diteliti terutama berkaitan dengan pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, 2010. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Aly, Heri Noer. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Anas Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia PraSekolah.
Makasar: Belukar. Dahar, Ratna Wilis, 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga. Daradjat, Zakiah, Dkk, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara Daryanto. 2009. Demonsrasi Sebagai Metode Belajar. Jakata: Depdikbud Djaali. H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Djamarah, Bahri, Syaiful, dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka Setia
Bandung. Hasibuan, J.J. dan Moedjiono, 2005. Proses Belajar Mengajar, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Ibnatul, Anis, M, dkk. 2013. Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan
di SD Negeri Kuningan 02 Semarang Utara. Jurnal: UNES. Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Jeanne Ellis Ormrod, 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang, terjemahan Wahyu Indiyati, dkk. Jakarta: Erlangga.
King, Laura A., 2010. Psikologi Umum, terjemahan Brian Marwendsy,
Jakarta: Salemba Humanika. Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras
54
Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Prawira, Purwa Atmaja, 2012. Psikologi Umum Dengan Perspektif Baru
Yogyakarta : ArRuzz Media. Rasyad, Aminuddin, 2003, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Uhamka Press. Rusminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD.
Jakarta: Depdiknas. Rusuli, I.2014. Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam,
Jurnal Pencerahan, 8(1), 38-54. Sadiman, Arief. 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar,
Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group ___________. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan, terjemahan Tri Wibowo
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga: Erlangga Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik,
terjemahan Marianto Samosir, Jakarta: PT. Indeks. Soemanto, Wasty, 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sucipto, Cecep, Dani, 2009. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah,
Jakarta: Goysen Publishing. Syah Muhibbin, 2009. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada. Syaodih, Nana, Sukmadinata, 2005. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga
55
Tim Pustaka, 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Wahyuni, Esa Nur, 2009. Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: UIN-
Malang Press.
CATATAN LAPANGAN
PRA SIKLUS
Awal pertemuan guru memberikan penjelasan tentang sampah dan jenisnya. Guru memberikan contoh jenis-jenis sampah organik dan anorganik. Guru memberikan contoh bagaimana membuang sampah sesuai dengan jenisnya ke dalam bak sampah yang telah disediakan. Anak diberikan tugas membuang sampah ke dalam bak sampah sesuai dengan jenisnya secara bergantian.
Pada kegiatan pra siklus terlihat pengetahuan dan pemahaman anak tentang sampah dan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik masih sangat rendah, bahkan jauh dari hasil yang diharapkan sesuai target. Masih banyak anak yang belum mengerti dan memahami tentang sampah dengan baik. Anak juga belum bisa membedakan jenis- jenis sampah. Selain itu, anak belum memahami dampak negatif atau buruk sampah bagi kesehatan. Rasa peduli anak dengan lingkungan dan kesehatan masih rendah dan anak belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya. Refleksi: g. Pengetahuan anak tentang tentang sampah organik dan anorganik
masih rendah, sehingga guru dan kolaborator berusaha meningkatkan pengetahuan anak dengan metode demonstrasi.
h. Anak belum memahami dampak negatif sampah. Oleh sebab itu, pada siklus selanjutnya guru dan kolaborator memberikan contoh nyata dampak negatif akibat membuang sampah sembarang.
i. Kepedulian anak terhadap lingkungan dan kesehatan masih rendah. Oleh sebab itu, guru dan kolaborator berusaha memotivasi dan memberikan penyadaran kepada anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Guru dan kolaborator juga menyiapkan media tambahan berupa bak sampah dan jenis sampah organik dan anorganik.
j. Sebagian besar anak belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya dan sesuai jenisnya. Guru dan kolaborator memberikan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya melalui metode demonstrasi pada siklus selanjutnya.
57
Lampiran
Guru memberikan penjelasan tentang sampah dan jenisnya melalui
metode demonstrasi yaitu guru dengan suara lantang menjelaskan kepada anak tentang macam-macam dan jenis sampah organik dan anorganik melalui media gambar sampah organik dan non organik, gambar dampak negatif atau buruk sampah terhadap lingkungan dan kesehatan, dan tempat sampah plastik.
Kegiatan inti siklus I guru memberikan contoh jenis-jenis sampah yang ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar. Guru memberikan contoh bagaimana membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak secara bergantian untuk menunjuk gambar mana yang sesuai dengan perintah guru, misalnya: coba kalian tunjuk gambar sampah organik, dan anorganik?. Guru menugaskan kepada anak secara bergantian untuk memilih sampah organik dan anorganik serta menugaskannya untuk membuang sampah tersebut ke dalam bak atau tempat sampah yang telah disediakan.
Pada kegiatan akhir atau penutup guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan pemahaman anak tentang sampah dan jenisnya serta bagaimana cara membuang sampah yang baik dan benar sesuai dengan jenis sampahnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampahnya. Kegiatan juga dimaksudkan mengajarkan anak untuk peduli terhadap lingkungan dan kesehatan.
Refleksi:
Pada siklus I masih ditemukan 8 (delapan) anak belum sepenuhnya berkembang sesuai harapan. Namun demikian, hampir keseluruhan siswa mulai berkembang memahami dampak negatif sampah, memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan, terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya. Namun demikian, ada beberapa anak yang berkembang sesuai harapan bahkan berkembang sangat baik terutama tentang pengetahuan dan pemahamannya terhadap sampah dan jenisnya kecuali (DF) dan (KN) yang mulai berkembang.
Guru dan kolaborator berusaha meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik dengan melibatkan anak langsung ke kehidupan sehari-hari, yaitu anak akan di bawa ke lapangan sekolah untuk secara nyata melakukan kegiatan mengenal sampah organik dan anorganik pada siklu selanjutnya.
58
Lampiran
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS II
Guru mengulang kembali penjelasan tentang sampah dan jenisnya
DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 4 - 5 TAHUN DI TK WISANGGENI DEPOK
SKRIPSI
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Nama : Fia Rahmawati NIM : 2011817016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Skripsi Agustus 2018 Fia Rahmawati (2011817016) MENINGKATKAN PEMBIASAAN MEMBUANG SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK WISANGGENI DEPOK xv + 78 Halaman + 4 Tabel + 4 Gambar + 15 lampiran
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Bagaimana pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik sebelum diterapkan metode demonstrasi, (2) Apakah pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi, (3) Informasi proses peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni, Depok. Penelitian ini dilaksanakan di TK Wisanggeni, Depok. Metode yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun sebanyak 16 orang. Hasil penelitian diketahui: (1) Pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebelum diterapkan metode demonstrasi sangat buruk sekali, (2) Metode demonstrasi dapat meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, terlihat dari prosentase ketercapaian pra siklus sebesar 46.6%, terjadi peningkatan 20.1% menjadi 66.7% pada siklus I, pada siklus II kembali terjadi peningkatan 18.5% menjadi 85.2%, penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II, (3) Proses pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi, yaitu guru memberikan contoh jenis sampah organik dan anorganik, memberikan fasilitas atau media pendukung seperti, media gambar, bak atau tempat sampah organik dan anorganik sehingga anak dengan mudah mampu menerima dan menyerap materi yang disampaikan guru.
Kata Kunci : Pembiasaan Membuang Sampah, Demonstrasi, Usia 4-5 Tahun
Daftar Pustaka: 35 buku (2003 – 2014)
i
ii
iii
iv
v
Sebagai sivitas Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertandatangan di bawahini: Nama : Fia Rahmawati No. Pokok : 2011817016 Program Studi : Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas : Ilmu Pendidikan JenisKarya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pendidikan menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalty Non Eksklusif (Non Exlussive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Meningkatkan Pembiasaan Membuang Sampah Organik dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK.Wisanggeni Depok
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan ini hak bebas royalty Fakultas Ilmu Pendidikan berhak menyimpan, menggali media mengelola dalam bentuk perangkat data (data base), merawat dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Jakarta, Pada tanggal, Agustus 2018
Fia Rahmawati
vi
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT,yang telah memberikan saya tugas berat yaitu Skripsi. Sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad
S.A.W Semoga Hidayah nya dan Syafaatnya diberikan kepada Mahasiswi semester Akhir yang sedang Berjihad di Medan Skripsi.
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Orang tua saya yang selalu mendoakan putra dan putrinya menuju
gerbang kehidupan
2. Suami tercinta Taher Anwar yang selalu mensupport dan dengan
sabar menanti kelulusan
3. Bapak dan Ibu Mertua yang selalu mendoakan saya dan membantu
menjaga kedua anak saya dengan sepenuh hati.
4. Anak-anakku yang selalu bertannya kapan ibu selesainya,
Alhamdulilah nak akhirnya selesai sudah.
5. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Farihen, M.Ag., yang selalu
menyempatkan waktunya.
vii
MOTTO
semua akan ada hasilnya”
Alhamdulillah, akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan
baik dan lancar. Puji syukur tak lupa dipanjatkan kehadirat Allah SWT,
serta shalawat dan salam tak lupa disanjungkan kepada Rasulullah SAW,
keluarga dan para sahabatnya.
Sampah Organik dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada
Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni Depok” ini disadari masih terdapat
kekurangannya, baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini, tidak lupa diucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah membantu hingga
selesainya skripsi ini, terutama ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Dr. Diah Andika Sari, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGPAUD
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Bapak Dr. Farihen M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan arahannya.
4. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, terima kasih atas segala-galanya hingga
dapat terselesaikannya studi ini.
5. Ibu Jaronah, S.Pd.I., selaku Kepala Sekolah TK Wisanggeni, terima
kasih atas izin dan motivasinya.
6. Guru-guru TK Wisanggeni, terima kasih atas motivasinya.
7. Suami tercinta Taher Anwar beserta Ibu dan anak-anakku tercinta
terima kasih atas doa dan bantuannya baik moril maupun spirituil yang
tidak henti-hentinya.
Dini (PG-AUD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah menjadi jalan kemudahan dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan balasan yang
setimpal. Amin.
i ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………… iii LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… FAKTA INTEGRITAS…………………………………………………… PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………
iv v vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vii MOTTO…………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR……………………………………………………… ix DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xv
BAB I : PENDAHULUAN
B. Fokus Masalah ............................................................. 4
C. Rumusan Masalah ........................................................ 4
D. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................... 7
2. Hakikat Model Demonstrasi ...................................... 22
B. Kerangka Berpikir ......................................................... 32
C. Hipotesis Tindakan ....................................................... 34
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian ......................................................... 35
F. Desain dan Prosedur Tindakan .................................... 40
G. Sumber Data ................................................................. 41
H. Instrumen Penelitian ..................................................... 42
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................. 46
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 76
B. Saran ............................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 79
Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus I ..................................................... 56
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus II .................................................... 65
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Pra Siklus, Siklus I, dan II .... 69
xiii
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni, Depok
Pra Siklus ..................................................................... 51
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni, Depok
Siklus I .......................................................................... 57
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Wisanggeni, Depok
Siklus II ......................................................................... 66
Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK
Wisanggeni, Depok Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 70
xiv
Halaman
Lampiran 1 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ................................. 82 Lampiran 2 Data hasil observasi pra siklus .................................... 90 Lampiran 3 Data hasil observasi siklus I ........................................ 91 Lampiran 4 Data hasil observasi siklus II ....................................... 92 Lampiran 5 Instrumen Penelitian .................................................... 93 Lampiran 6 Catatan Lapangan Pra Siklus ..................................... 94 Lampiran 7 Catatan Lapangan Siklus I ........................................... 95 Lampiran 8 Catatan Lapangan Siklus II .......................................... 96 Lampiran 9 Foto Hasil Kegiatan Pra Siklus ................................... 97 Lampiran 10 Foto Hasil Kegiatan Siklus I ......................................... 98 Lampiran 11 Foto Hasil Kegiatan Siklus II ........................................ 99 Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ........................................ 100 Lampiran 13 Lembar Bimbingan ....................................................... 101 Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup Kolaborator ............................... 102 Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup Penulis ...................................... 103
1
cerdas, ceria dan berahlak mulia dan merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan bagi anak merupakan suatu hal yang
penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
dalam upaya meningkatkan potensi anak agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
(2013:25) tertulis bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
suatu upaya yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Mengenali dan memahami tumbuhkembang anak bagi orang
tua adalah sangat penting artinya demi menjaga dan mempertahankan
perkembangan dan pertumbuhan agar anak tumbuh sehat, cerdas,
kuat, serta mendapatkan banyak pengalaman. Hal ini sangat penting
agar kelak anak dapat berhasil dalam kehidupannya.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi
tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai,
2
untuk anak usia dini yang kondusif dapat dilaksanakan secara efektif
dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan
wahana bermain untuk anak-anak sebagai taman pendidikan
prasekolah dasar.
dan dambaan semua orang, jika tubuh sakit perasaan tidak akan
senang dan tentu saja tubuh akan merasa sakit, kekayaan menjadi
tidak menyenangkan dan kapandaian menjadi tidak teramalkan bila
tubuh sakit.
bermain aktif. Anak yang sehat dapat meluangkan lebih banyak waktu
untuk bermain dengan teman-temannya, serta mendapat tingkat
kesenangan yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang kurang
sehat.Hal ini karena anak yang kuran sehat cenderung cepat lelah
sehingga tidak dapat menikmati waktu bermain bersama temannya.
Anak usia sekolah, adalah usia yang merupakan periode emas
untuk menanamkan nilai-nilai penting kesehatan. Dalam kegiatan
sehari hari anak-anak menghabiskan sebagian waktu dalam
lingkungan sekolah. Jika tidak dikelola dengan baik, sebagian tempat
belajar mengajar di sekolah merupakan tempat yang rawan untuk
penularan penyakit bagi komunitas di dalamnya.
3
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
kenyataannya masih terdapat sekolah yang hanya mengedepankan
intelektualitas, dan dipihak lain perhatian orang tua terkadang
dikalahkan dengan urusan ekonomi, dan hanya menuntut anaknya
bisa membaca dan menulis pada usia dini, sementara pemahaman
pentingnya membuang sampah organik dan anorganik masih sangat
kurang.
membuang sampah organik dan anorganik ke dalam masing-masing
bak sampah yang tersedia, maka diharapkan akan berdampak baik
pada kebersihan lingkungan sekolah.
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, diketahui pemahaman
anak terhadap pentingnya membuang sampah organik dan anorganik
pada tempatnya masih sangat kurang. Oleh sebab itu, penting bagi
guru atau pendidik untuk memberikan contoh membiasakan kepada
anak untuk membuang sampah organik dan anorganik ke dalam
masing-masing bak sampah yang tersedia. Upaya yang dilakukan guru
salah satunya melalui metode demonstrasi.
4
kondisi anak yang belum terbiasa membuang sampah organik dan
anorganik pada masing-masing bak sampah yang tersedia di
lingkungan sekolah. Maka peneliti tertarik untuk mencari solusi dari
masalah yang terjadi dengan mengangkat obyek “Meningkatkan
Pembiasaan Membuang Sampah Organik dan Anorganik Melalui
Metode Demonstrasi pada Anak Usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok”.
peneliti hanya memfokuskan pada penelitian untuk meningkatkan
pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak
usia 4-5 tahun melalui kegiatan metode Demonstrasi di TK Wisanggeni
Depok agar mampu membuang sampah dengan teratur dan benar.
C. Rumusan Masalah
atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan:
1. Bagaimana pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik pada anak usia 4-5 tahun sebelum diterapkan metode
demonstrasi?
pada anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan melalui metode
demonstrasi?
5
anorganik pada anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan melalui
metode demonstrasi?
bahwa penelitian bertujuan:
organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun sebelum
diterapkan metode demonstrasi.
organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan
melalui metode demonstrasi.
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni,
Depok.
Penelitian ini sangat penting bagi anak, orang tua maupun guru.
Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Bagi Guru
yang tepat dalam proses pembelajaran.
6
2. Manfaat Bagi Anak
dan anorganik pada anak.
kebersihan di lingkungan sekolah.
a. Dapat meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya
membuang sampah organik dan anorganik sejak dini pada
anak.
membuang sampah organik dan anorganik.
7
a. Pengertian Pembiasaan
berasal dari kata “biasa”, yakni seperti sedia kala atau seperti
yang sudah-sudah. Maunah (2009:93), dengan adanya prefiks
“pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses, sehingga
pembiasaaan dapat diartikan dengan proses membuat
sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.
bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-
ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai
ciri; perilaku tersebut relatif menetap, umumnya tidak
memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk
dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa
mengingat atau meniru saja, bukan sebagai hasil dari proses
kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau
belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai respons
terhadap stimulus yang sama.
sebagai sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntutan ajaran islam. Pembiasaan dinilai efektif jika
penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia
kecil. Karean memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah
terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan
sehari-hari.
sebagai sebuah metode dalam pendidikan berupa proses
penanaman kebiasaan. Inti dari pembiasaan ialah pengulangan.
Ahmad (2010:144), mengatakan jika guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha
membiasakan.
dan pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan
seorang pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak
didiknya. Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai
ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti
akan menjadi seorang muslim yang saleh. Pembiasaan yang
dilakukan sejak dini akan membawa kegemaran dan kebiasaan
9
tidak terpisahkan dari kepribadiannya.
anak adalah amanah orang tuanya, hatinya yang bersih adalah
permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan
dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan
cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika
dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas
kebaikan itu maka bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang
tuanya pun mendapat pahala bersama.
Ibnatul, dkk (2013:1) mengatakan bahwa pembiasaan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah
segala sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk
membiasakan individu dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir
dengan benar. Dalam proses pembiasaan berintikan
pengalaman, sedangkan yang dibiasakan adalah sesuatu yang
diamalkan.
melalui pengetahuan (nalar), melainkan melalui habitus, yaitu
kebiasaan melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu
menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang
10
bernalar, mengambil jarak atau memberi makna setiap kali
hendak bertindak.
terbiasa dalam bersikap, berperilaku dan berpikir sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari proses pembiasaan di
sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku siswa yang relatif
menetap karena dilakukan secara berulang-ulang baik di dalam
proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.
b. Tujuan Pembiasaan
menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat
diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang
cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Karena
pembiasaan dan latihan tersebut akan berdampak pada sikap
tertentu anak, dan lambat laun sikap itu akan bertambah jelas
dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk
menjadi bagian dari pribadinya. Dengan kata lain, tujuan
dilakukannya pembiasaan adalah untuk melatih serta
membiasakan anak didik secara konsisten dan berkelanjutan
(countinue) dengan sebuah tujuan, sehingga apa yang
11
kemudian hari.
proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain
menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus,
juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru
yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan
kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat
dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai
moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun
tradisional dan cultural.
tujuan dilakukannya pembiasaan adalah untuk melatih serta
membiasakan peserta didik secara konsisten dan kontinyu
dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada
diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan
di kemudian hari.
merupakan salah satu dari tiga aliran psikologi pendidikan yang
12
periode. Dalam perkembangannya tersebut bermunculan teori
belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori
belajar, yaitu teori belajar conditioning dan teori belajar
connectionism.
laku. Perkembangan psikologi behaviorisme terjadi di Rusia
dengan munculnya tokoh-tokoh psikologi seperti Ivan Pavlov.
Namun, sejauh itu perkembangan psikologi behaviorisme
tampak paling pesat di Amerika Serikat. Di antara tokoh-tokoh
psikologi behaviorisme yang sangat konsen pada penelitian-
penelitian di bidang psikologi behaviorisme adalah J.B. Watson
dan Clarck C. Hull. Tokoh lain yang masuk dalam aliran
behaviorisme adalah Guthrie dengan teori conditioning dan
Edward Lee Thorndike dengan teori connectionism. Pada
pertengahan abad ke20 mengemuka tokoh psikologi
behaviorisme yang dianggap banyak berjasa dalam bidang
praktik pendidikan yaitu B. F. Skinner. Kehebatan Skinner yaitu
kepiawaiannya dalam mengembangkan mesin belajar (teaching
machine) dan belajar berprogram (programmed learning)
Kondisioning klasik (classical conditioning) menurut Ivan
Pavlov dalam Islamudin (2012:78) adalah sebuah teori yang
menjelaskan bagaimana kita terkadang mempelajari respons
13
baru sebagai hasil dari dua stimulus yang muncul pada waktu
yang hampir bersamaan. Teori ini menganalisis kejadian tingkah
laku dengan mempelajari latar belakang penguatan
(reiforcement) terhadap tingkah laku tersebut. Conditioning
adalah bentuk belajar yang memungkinkan organisme
memberikan respons terhadap suatu rangsangan yang
sebelumnya tidak menimbulkan respons itu. Jadi classical
conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses
persyaratan dan Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku
organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi
lingkungan.
(2012:78), belajar merupakan suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditioning) yang
kemudian menimbulkan reaksi.
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan
menekankan banyaknya latihan.
belajar behavioristik tentang belajar yaitu:
14
pengalaman mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan.
2) Belajar dapat digambarkan dalam kerangka asosiasi antara
stimulus dan respons. Stimulus adalah objek atau kejadian
spesifik yang mempengaruhi pembelajaran atau perilaku
individu. Sedangankan respons adalah perilaku spesifik
yang dimunculkan oleh seorang individu.
3) Belajar melibatkan perubahan perilaku.
4) Belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respons
muncul dalam waktu yang berdekatan.
5) Banyak spesies hewan, termasuk manusia, belajar dengan
cara-cara yang sama.
menganut pendangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid
merupakan reaksi behavioral terhadap lingkungan mereka dan
setiap tingkah laku adalah hasil belajar.
Teori belajar dapat dipahami sebagai kumpulan prinsip
umum yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan
atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar. Maka teori belajar terpadu yang selaras
dengan idealisme Islam adalah kumpulan penjelasan tentang
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan peristiwa belajar yang
bersumber dari al-Quran, al-Sunah, dan khazanah pemikiran
15
sesuai dengan idealisme Islam.
stimulus dan respon. Dalam hal ini bisa menggunakan tiga
hukum dalam belajar dari eksperimen Thorndike dalam Rusuli
(2014:51), yaitu:
apabila individu memiliki kesiapan. Oleh karena itu, dalam
Islam peserta didik yang akan belajar dianjurkan mempunyai
niat yang benar dan berdoa terlebih dahulu, sebagai bentuk
kesiapan peserta didik agar dalam aktivitas selanjutnya bisa
dilakukan secara optimal.
2) Law of exercise (hukum latihan), yaitu belajar akan berhasil
apabila banyak latihan atau ulangan dilakukan. Tentang hal
ini, Islam sangat menghargai perbuatan yang dilakukan
secara terusmenerus walaupun itu sedikit. Jika dilakukan
secara terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang
selanjutnya menjadi akhlaknya.
mengetahui atau mendapatkan hasil yang baik. Dalam hal
ini,reward (tsawab) memainkan peran yang dominan, artinya
ketika peserta didik belajar dan ia mendapatkan reward,
16
juga bersifat ukhrawi (tsawab alakhirah) yang bersifat
futuristik, yang akan diberikan kelak di kemudian hari. Hal ini
sebagaimana yang termaktub dalam makna Surat Ali „Imran,
Ayat 148, sebagai berikut:
akhirat dengan ganjaran yang baik. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ali-Imran: 148).
Selain itu, dalam pembentukan akhlak, cara yang
digunakan adalah uswah hasanah yang menjadikan nabi
Muhammad sebagai role model utama dengan menggunakan
teknik yang dikemukakan oleh al-Ghazali dalam Rusuli
(2014:52), yaitu dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat
tercela (takhalli), menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji (tahalli),
dan mengagungkan Allah (tajalli).
digunakan adalah uswah hasanah dengan menggunakan
teknik, yaitu dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela
17
mengagungkan Allah (tajalli).
Perilaku)
menyenangkan yang terjadi sesudah perilaku dan
mempengaruhi frekuensi perilaku pada masa mendatang.
(Slavin, 2008:184).
Tindakan penguatan (reinforcerment) didefinisikan sebagai
setiap konsekuensi yang memperkuat (meningkatkan
frekuensi) perilaku. Dalam dunia pendidikan, reinforcer lazim
dipahami sebagai sesuatu yang berarti reward (hadiah),
meskipun dalam psikologi istilah ini memiliki makna khusus.
3) Hukuman (punishment)
atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan
atau sesuatu yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah
laku. (Wahyuni, 2009:66).
4) Pembentukan (shaping)
18
sasaran yang diinginkan.(Ormrod, 2008:192).
5) Kepunahan perilaku (extinction)
ketika perilaku yang sebelumnya mendapat penguatan, tidak
lagi dikuatkan, dan terdapat kecenderungan penurunan
perilaku. (King, 2014:365).
6) Pemeliharaan (maintenance)
Artinya ketika perilaku baru diperkenalkan, penguatan untuk
memperoleh tanggapan yang benar seharusnya sering
diberikan dan dapat diperkirakan. (Slavin, 2008:201).
7) Peran anteseden
memberikan informasi tentang perilaku mana yang akan
menimbulkan konsekuensi positif dan mana yang akan
menimbulkan konsekuensi tidak menyenangkan. Ada
beberapa contoh anteseden yaitu cueing (isyarat) atau
prompt (dorongan). Cueing (isyarat) adalah pemakaian
isyarat untuk menunjukkan bahwa perilaku tertentu
19
Sedangkan prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan
atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
(Santrock, 2010:314)
segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku
daripada konsekuensi yang lambat datangnya. (Dahar,
2011:21).
prinsip-prinsip teori belajar behavioristik (pembelajaran
perilaku), meliputi: Konsekuensi, Penguatan (reinforcement)
atau hadiah (reward), Hukuman (punishment), Pembentukan
(shaping), Kepunahan perilaku (extinction), Pemeliharaan
(maintenance), Peran anteseden, dan Kesegaran (immediacy)
konsekuensi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81
20
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi
tentang definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis
sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang
berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas
lainnya.
sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan
anorganik.
misalnya daging, buah, sayuran dan sebagainya. Contoh
sampah dari zat anorganik adalah: potongan-potongan/
pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan, pecahan-
pecahan gelas, tulang,belulang, dan lain-lain. Sampah jenis
ini, melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah
rendah atau dapat pula untuk memperluas jalan setapak.
Tetapi bila rajin mengusahakannya sampah dari logam
dapat kembali dilebur untuk dijadikan barang yang berguna,
batu-batuan untuk mengurung tanah yang rendah atau
21
belulang bila dihaluskan (dan diproses) dapat untuk pupuk
dan lain-lain.
misalnya plastik, kertas, logam, kaca, keramik dan
sebagainya. Melihat proses penghancurannya oleh jasad-
jasak mikroba, maka sampah zat organik terdiri atas:
a) Zat organik dari bahan plastik
Dengan perkembangnya ilmu pengetahuan dan
disertai berkembangnya Industri, maka banyak barang-
barang atau perkakas dibuat dari bahan plastik. Bahan-
bahan plastik termasuk zat organic. Kita ketahui semua
zat organik dapat dihancurkan oleh jasad-jasad mikroba,
akan tetapi zat plastik tidak dapat. Bila dibuang
sembarangan maka zat plastik ini hancurnya memakan
waktu lama, yaitu antara 40-50 tahun, sehingga
dikhawatirkan akan bertimbun-timbun sampah dari
plastik. Salah satu usaha yang dapat menghancurkan zat
plastik adalah sinar ultraviolet dari matahari. Ini pun akan
memakan waktu yang lama juga, dibandingkan dengan
penghancuran zat organik lainnya oleh mikroba-mikroba.
22
dimanfaatkan kembali bersama sampah lainnya dapat
pula untuk mengurung tanah yang lebih rendah.
b) Zat organik non-plastik
menjadi bahan mineral. Bahan mineral-mineral hasil
penguraian ini baik sekali untuk pupuk. Buangan bahan
berbahaya dan beracun (B3), yaitu buangan yang
memiliki karakteristik mudah terbakar, korosif, reaktif, dan
beracun. B3 kebanyak merupakan buangan dari industri,
namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari
aktifitas masyarakat kota atau desa misalnya baterai, aki,
disinfektan dan sebagainya..
sampai penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
dipahami peserta didik baik secara nyata maupun tiruan.
23
adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta untuk
memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan suatu benda tertentu yang tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh seorang guru.
Menurut Sanjaya W (2006:152) metode demonstrasi
yaitu penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar
tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan
tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih
konkret dalam setrategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Sedangkan menurut Daryanto (2009:403) metode
demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai penjelasan
Iisan.
metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
24
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.
mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran
dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan
sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.
Demonstrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan
disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi
aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya
dilakukan oleh siswa. Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan
yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan
berulang-ulang oleh siswa.
disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan
yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas.
25
metode demonstrasi yang digunakan antara lain:
1) Untuk memberikan keterangan dan keterampilan tertentu
kepada anak didik.
keterbatasan.
4) Untuk meneliti sejumlah fakta dan objek tertentu.
5) Perhatian murid menjadi terpusat kepada proses belajar
semata-mata.
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna.
7) Siswa dapat mengamati dan memperlihatkan apa yang
diperlihatkan selama pelajaran berlangsung
sebagai berikut:
anak didik.
didik langsung mengetahui dan dapat tampil melakukannya.
26
secara cermat dan teliti.
5) Untuk menumbuhkan motivasi anak didik tentang
latihan/praktik yang kita laksanakan.
panjang.
kelebihan dan kekurangan dari metode demonstrasi. Sebagai
suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya:
dapat dihindari, sebab siswa langsung memperhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.
hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan
mendapatkan kesempatan membandingkan antara teori dan
kenyataan. Sehingga siswa akan lebih meyakini kebenaran
materi pembelajaran.
dapat menanamkan keyakinan pada siswa akan kepastian
sesuatu karena metode demonstrasi merupakan cara yang
wajar atau alamiah sesuai dengan proses perkembangan jiwa
anak untuk belajar memahami sesuatu atau obyek perbuatan.
Dengan melihat sendiri obyeknya timbul hasrat untuk
mengetahui lebih dalam dan terperinci tentang obyek yang
dilihatnya. Dengan demikian siswa di didik untuk mengamati
sesuatu dengan sikap kritis.
indera mata, telinga maupun indera lainnya bukan pekerjaan
yang mudah bagi siswa kalau tempat duduknya tidak berpindah-
pindah maka siswa hanya melihat dari satu pihak saja, obyek
yang didemonstrasikan. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan
tanggapan dan pengertian mengenai obyek yang diamati.
Apabila siswanya hanya dengan berpindah-pindah tempat dapat
menibulkan kegaduhan. Untuk mengatasinya guru harus
menentapkan garis-garis besar, langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilaksanakan.
beberapa kekurangan, di antaranya:
bisa saja gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini
tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan
suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya
terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang
banyak.
tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan metode ceramah.
guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional. Di samping itu, demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.
metode ini adalah:
karena tanpa ditunjang dengan hal-hal itu, pelaksanaan
metode demonstrasi akan tidak efektif.
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik.
29
matang di samping sering memerlukan waktu yang cukup
panjang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam
pelajaran lain.
mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga siswa
memperoleh pengertian dan gambaran yang benar tentang apa
yang sedang didemonstrasikan sebaiknya sebelum demonstrasi
itu dimulai guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam
pelaksanaannya tepat.
demonstrasi adalah sebagai berikut:
dilakukan untuk melaksanakan metode demonstrasi:
a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa
setelah proses demonstrasi berakhir.
pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilakukan.
kegagalan dalam melaksanakan demonstrasi.
Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
perlu diperhatikan, di antaranya:
sedang didemonstrasikan.
siswa.
oleh siswa, misalnya siswa diperintahkan untuk
mencatat hal-hal penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
dapat mulai dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
(1) Memulai demonstrasi dengan hal-hal yang
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
31
memperhatikan demonstrasi.
menghindari suasana yang menegangkan.
jalannya demonstrasi dengan cara memperhatikan
reaksi seluruh siswa.
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang
dilihat dari proses demonstrasi itu.
c) Langkah akhiran
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-
tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal itu diperlukan untuk meyakinkan
apakah siswa memahami proses demonstrasi yang telah
dilakukan atau tidak. Selain memberikan tugas yang
relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk
perbaikan selanjutnya.
proses alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan
Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi
tentang definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja
dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya.
secara langsung maupun tidak langsung akibat udara kotor yang
ditimbulkannya. Oleh sebab itu, penting bagi pendidik untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak agar
mengetahui dampak negatif dari sampah. Salah satu upaya yang
dilakukan yaitu dengan menjaga lingkungan.
Sejak dini seharusnya anak sudah diajarkan untuk terbiasa
membuang sampah pada tempatnya agar lingkungan tetap bersih dan
nyaman. Hal ini mengingat banyak dampak negatif yang ditimbulkan
oleh sampah terutama banjir, sumber penyakit, udara tidak nyaman
dan sebagainya.
organik dan anorganik pada tempatnya masih sangat kurang. Oleh
sebab itu, penting bagi guru atau pendidik untuk memberikan contoh
membiasakan kepada anak untuk membuang sampah organik dan
anorganik ke dalam masing-masing bak sampah yang tersedia. Upaya
yang dilakukan guru salah satunya melalui metode demonstrasi.
Melalui metode demonstrasi kegiatan pembelajaran diharapkan
lebih menarik perhatian anak, sehingga anak diharapkan akan mampu
menyerap dengan baik tentang sampah, jenis-jenisnya, manfaat dan
diharapkan anak akan berperilaku sesuai dengan harapan guru yaitu
membuang sampah pada tempatnya. Diharapkan melalui metode
demonstrasi akan berdampak positif terhadap perubahan perilaku dan
sikap anak untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang
sampah organik dan anorganik ke dalam masing-masing bak sampah
yang tersedia.
digunakan, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan ke dalam bagan berikut ini.
34
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: kebiasaan
anak membuang sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok dapat ditingkatkan melalui metode
demonstrasi.
1. Tempat Penelitian
pada kelompok A usia 4-5 tahun yang berlokasi Jl.Keadilan
Komplek Arco, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, Jawa
Barat.
Juli tahun 2018. Hal ini meliputi berbagai rencana persoalan
penelitian yang dilakukan, sehingga dapat memberi suatu
pemahaman yang lebih mendalam mengenai penelitian lakukan.
B. Metode Penelitian
dengan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dikembangkan oleh Mc. Taggart dalam Tampubolon (2014:27).
Desain PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat
tahapan, yaitu planning, acting, observing, dan reflecting. Namun, ada
perbedaan di mana tahapan acting dan observating disatukan dalam
satu kotak, artinya pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara simultan
36
bentuk spiral, dalam bentuk siklus seperti bagan di bawah ini:
Sumber: Mc. Taggart dalam Tampubolon (2014:27)
Gambar 3.1
Pada gambar di atas dijelaskan bahwa penelitian ini terdiri
siklus. Masing-masing siklus dalam penelitian ini terdiri atas tiga
kegiatan pokok yaitu: planning, acting dan observating, reflecting.
Kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat
mengalami modifikasi disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Planning
Acting/observating
Reflecting
tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 16 anak, yang terdiri dari 10
anak laki-laki dan 6 anak perempuan.
D. Rancangan Tindakan
kegiatan, yang akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya bila kriteria
keberhasilan tindakan belum terpenuhi. Masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahap kegiatan yaitu: (1) Menyusun rencana tindakan, (2)
Melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4) Membuat
analisis dan (5) refleksi sebagai dasar perencanaan untuk siklus
berikutnya.
yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-
situasi yang relevan dengan tema penelitian.Peneliti bersama
kolaborator melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali
dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil
refleksi prasiklus dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian.
Sewaktu melaksanakan refleksi prasiklus, paling tidak peneliti
38
yang akan diteliti.
2. Siklus I
pada tahap prasiklus, disusun rencana tindakan yang mencakup
semua langkah tindakan secara rinci. Mulai dari bahan ajar,
media/alat peraga, instrumen observasi, serta kegiatan yang
akan diberikan sebagai tindakan, dipersiapkan dengan matang.
Juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada
saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan
antisipasi, diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
b. Pelaksanaan Tindakan
semua rencana yang telah disusun. Tahap ini adalah realisasi
dari semua teori dan teknik mengajar yang telah disiapkan
sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tetap
mengacu pada kurikulum yang berlaku. Keterlibatan kolaborator
untuk membantu peneliti dalam pelaksanaan tindakan dan
untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang
dilakukan terhadap apa yang terjadi dalam penelitian.
39
dampaknya terhadap proses pelaksanaan tindakan, yang
dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Dalam tahap observasi ini peneliti
dibantu oleh kolaborator. Hanya saja pengamat tidak boleh
terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan
keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
d. Analisis dan Refleksi Data
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data
yang didapat saat pengamatan. Data tersebut kemudian
ditafsirkan, dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan
untuk melibatkan kolaborator. Proses refleksi ini segala
pengalaman dan pengetahuan yang dikuasai, menjadi bahan
pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan yang valid. Untuk memudahkan dalam refleksi bisa
juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan
dan dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya.
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
40
pemahaman pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
anak tercapai dengan nilai anak rata-rata 75%, yaitu:
Skor observasi
Skor maksimal
Skor maksimal = Skor yang seharusnya dicapai.
F. Desain dan Prosedur Tindakan
1. Desain Tindakan
a. Pra siklus
pembelajaran, membuat media pembelajaran, menyusun
evaluasi pembelajaran.
implementasi atau penerapan dari isi rancangan tindakan. Di
tahap ini guru berusaha mentaati apa yang sudah dibuat atau
dirumuskan dalam rancangan tindakan. Dan harus berlaku apa
adanya.
Tahapan ketiga adalah proses pengamatan yang
dilakukan oleh pengamatan, pengamatan ini dilaksanakan pada
saat pelaksanaan rancangan tindakan dilakukan, kemudian
mencatat setiap tindakan yang terjadi, sehingga mendapatkan
data yang akurat untuk perbaikan selanjutnya.
d. Tahap Refleksi
berkaitan dengan proses yang dilakukan oleh guru rancangan
tindakan yang telah dilakukan guru, dan menentukan apakah
hal-hal yang telah dilaksanakan sudah memuaskan atau masih
kurang, sehingga perlu diadakan perbaikan kembali pada siklus
berikutnya.
dan mitra mengajar di TK Wisanggeni Depok serta seluruh peserta
didik yang berjumlah 16 anak kelompok usia 4-5 tahun yang mengikuti
proses pembelajaran selama siklus penelitian berlangsung.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber
yaitu: siswa, guru dan teman sejawat.
42
1. Peserta didik kelompok A usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok
sebanyak 16 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 6 anak
perempuan.
anorganik.
melihat penelitian tindakan kelas secara komprehensip.
H. Instrumen Penelitian
pengumpulan data yang mempunyai andil cukup besar terhadap
keberhasilan suatu penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam peneltitian tindakan kelas ini meliputi hasil observasi, hasil
catatan lapangan, hasil tes formatif dan dokumentasi foto. Adapun hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Lembar Observasi
pengetahuan dan pemahaman anak tentang sampah dan
kebiasaan anak membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenisnya melalui metode demonstrasi.
43
perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak tentang
sampah dan kebiasaan anak membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenisnya melalui metode demonstrasi.
3. Instrumen Pengambilan Data
adalah membiasakan membuang sampah sesuai dengan
tempatnya masing-masing.
penjelasan secara lisan oleh seorang guru.
b. Definisi Operasional
anak usia 4-5 tahun digunakan indikator kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Siswa mendapatkan skor 4, apabila Berkembang
Sangat Baik (BSB), diberi skor 3 apabila Berkembang Sesuai
Harapan (BSH), diberi skor 2, apabila Mulai Berkembang (MB),
dan diberi skor 1, apabila Belum Berkembang (BB)
c. Kisi-kisi Instrumen
adalah alat bantu (yang dapat diwujudkan dalam benda) yang
44
Variabel Aspek Indikator Item Skor
Pembiasaan
membuang
dengan lingkungan dan
c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
d. Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
I. Teknik Analisa Data
kualitatif. Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai
45
dianalisis secara kualitatif. Analisis data ini kemudian dikerjakan
secara intensif sesudah penelitian selesai. Di samping berbentuk
kualitatif, data yang diperoleh dari penelitian ini juga berbentuk data
deskriptif kuantitatif yang berupa angka-angka sederhana yang
diperoleh dari hasil perhitungan lembar observasi pada saat tindakan
dilakukan dan disajikan dalam bentuk terstruktur sehingga mudah
dipahami.
persentase rata-rata (mean) dari hasil tes siswa pada saat tindakan
dilakukan. Anas Sudijono (2008:81) mengemukakan rata-rata nilai
dapat dihitung dengan rumus:
N = banyaknya nilai-nilai itu sendiri
46
Berdasarkan hasil observasi sebelum dilakukan penelitian
tindakan peneliti menemukan bahwa pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok, diketahui pemahaman anak terhadap pentingnya
membuang sampah organik dan anorganik pada tempatnya masih
sangat kurang. Oleh sebab itu, penting bagi guru atau pendidik untuk
memberikan contoh membiasakan kepada anak untuk membuang
sampah organik dan anorganik ke dalam masing-masing bak sampah
yang tersedia. Upaya yang dilakukan guru salah satunya melalui
metode demonstrasi. Oleh karena itu, peneliti melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan sikus sebagai berikut:
1. Pra Siklus
hanya melakukan observasi pengetahuan dan pemahaman anak
tentang sampah organik dan anorganik melalui metode
demonstrasi dan wawancara dengan kolaborator tentang
meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di
TK Wisanggeni Depok sebagai subyek penelitian. Penelitian
46
47
Tindakan Kelas (PTK) pra siklus sebelum memasuki tahap siklus I,
dilaksanakan untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan pada
siklus I. Berikut adalah kegiatan pra siklus atau sebelum dilakukan
tindakan.
2018. Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan pengamatan
yang dimulai sejak anak mulai ikrar/berbaris sampai masuk kelas
dan melakukan proses pembelajaran dengan gurunya. Proses
pembelajaran diawali dengan kegiatan berbaris, salam, berdoa
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di awal pertemuan
ini terlihat jelas pengetahuan anak tentang sampah dan jenis
sampah organik dan anorganik masih sangat rendah. Anak juga
belum mengetahui dampak negatif dari sampah terhadap
kesehatan. Selain itu, ada juga belum terbiasa membuang sampah
pada tempatnya.Hampir keseluruhan anak terlihat:
a. Belum mengerti tentang sampah
b. Belum mengetahui jenis-jenis sampah
c. Belum memahami tentang sampah
d. Belum memahami dampak negatif sampah
e. Belum memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan
f. Belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenisnya.
48
yang dimulai dengan:
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memotivasi
semangat belajar anak.
tulis, media gambar, dan bak sampah.
Di kegiatan inti, guru dan anak aktif melakukan kegiatan
sebagai berikut:
b. Guru memberikan contoh jenis-jenis sampah organik dan
anorganik.
sesuai dengan jenisnya ke dalam bak sampah yang telah
disediakan.
d. Anak diberikan tugas membuang sampah ke dalam bak sampah
sesuai dengan jenisnya secara bergantian.
e. Guru melakukan penilaian
Pada kegiatan pra siklus terlihat pengetahuan dan
pemahaman anak tentang sampah dan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok masih sangat rendah,
49
dengan baik. Anak juga belum bisa membedakan jenis-jenis
sampah. Selain itu, anak belum memahami dampak negatif atau
buruk sampah bagi kesehatan. Rasa peduli anak dengan
lingkungan dan kesehatan masih rendah dan anak belum terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya.
Hasil observasi pada pra siklus pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pra Siklus
No Nama
Butir Pengamatan
X % 1 2 3 4 5 6
1 AF 3 2 1 2 2 2 12 2.0 50
2 AN 3 3 2 1 1 1 11 1.8 46
3 AQ 2 1 2 1 1 1 8 1.3 33
4 DF 1 1 1 1 1 1 6 1.0 25
5 EZ 4 3 3 2 2 1 15 2.5 63
6 FR 3 3 3 1 1 1 12 2.0 50
7 KE 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
8 KH 2 2 2 1 1 1 9 1.5 38
9 KN 1 1 1 1 1 1 6 1.0 25
10 NB 2 2 2 1 1 1 9 1.5 38
11 OZ 3 3 2 2 2 1 13 2.2 54
12 PT 3 3 2 1 1 1 11 1.8 46
13 RA 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
14 RN 3 3 2 2 2 2 14 2.3 58
15 SN 3 2 2 2 1 1 11 1.8 46
16 QA 2 2 1 1 1 1 8 1.3 33
43 39 32 23 22 20 179 29.8 746
X 1.9 46.6
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
Berdasarkan hasil observasi di atas pada pra siklus
diketahui pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok masih sangat rendah yaitu sebesar 46,6%. Hal
ini mengindikasikan bahwa pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok belum sepenuhnya terlihat baik
dan masih jauh dari target keberhasilan yaitu 80%, sehingga
dilakukan penelitian tindakan kelas siklus I.
Di bawah ini adalah grafik prosentase pembiasaan
membuang sampah organik dan anorganik melalui metode
demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok,
pada pra siklus digambarkan dalam diagram batang.
51
lingkungan dan kesehatan, pembiasaan membuang sampah pada
tempatnya sesuai dengan jenisnya melalui pembelajaran
demonstrasi. Tahapan siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
peneliti mengidentifikasi masalah, merumuskan dan
menetapkan tujuan penelitian, sehingga mampu (1) menyusun
Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan metode demonstrasi
yang dibuat, (2) menyiapkan media yang sesuai tindakan yang
diberikan kepada anak, media tersebut berupa papan tulis,
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pembiasaan Membuang Sampah
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
52
dokumentasi berupa kamera.
Senin, 2 April 2018, pertemuan kedua Rabu, 4 April 2018,
dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru dan observer
sedangkan kolabolator bertindak sebagai observer. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Kegiatan
Harian (RKH) yang telah disiapkan. Berikut adalah kegiatan
siklus I:
berbaris, salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan diawali dengan percakapan awal
tentang sampah dan jenisnya. Lalu guru menjelaskan
kepada anak tentang tema pembelajaran. Guru menjelaskan
materi pelajaran tentang sampah dan jenisnya.
53
sampah yang ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekitar. Guru juga memberikan media bantuan dalam
menjelaskan materi tentang sampah dan jenisnya yaitu
berupa media gambar. Hal ini dimaksudkan agar anak lebih
senang dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.
Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak secara
bergantian untuk menunjuk gambar mana yang sesuai
dengan perintah guru, misalnya: coba kalian tunjuk gambar
sampah organik, dan anorganik?.
tentang aktivitas yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman anak
tentang sampah dan jenisnya. Guru juga memberikan pujian
kepada anak yang mulai berkembang dan berkembang
dengan baik. Bagi anak yang belum berkembang guru dan
kolaborator memberikan perhatian khusus dengan
melakukan tanya jawab kepada anak.
2) Pertemuan ke-2
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
54
tentang sampah dan jenisnya menggunakan metode
demonstrasi. Guru kembali menjelaskan materi tentang
sampah dan jenisnya. Kali ini guru menggunakan media
papan tulis, media gambar dan 2 (dua) buah tempat sampah
plastik.
contoh bagaimana membuang sampah sesuai dengan
jenisnya. Setelah itu, guru menugaskan kepada anak secara
bergantian untuk memilih sampah organik dan anorganik
serta menugaskannya untuk membuang sampah tersebut ke
dalam bak atau tempat sampah yang telah disediakan.
Pada kegiatan akhir atau penutup guru melakukan
tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan untuk
mengetahui peningkatan pengetahuan dan pemahaman
anak tentang sampah dan jenisnya serta bagaimana cara
membuang sampah yang baik dan benar sesuai dengan
jenis sampahnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis
55
c. Observasi
observasi atau tahap pengamatan.Pada tahapan ini dilakukan
observasi secara langsung dengan memakai format observasi
yang telah disusun dan melakukan penilaian terhadap hasil
tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil observasi diketahui
upaya guru dalam meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya.
upaya guru dalam meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebagai
berikut:
56
X % 1 2 3 4 5 6
1 AF 4 3 2 2 2 2 15 2.5 63
2 AN 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
3 AQ 3 2 3 2 2 2 14 2.3 58
4 DF 2 2 2 2 1 1 10 1.7 42
5 EZ 4 4 4 2 2 2 18 3.0 75
6 FR 4 4 4 2 2 2 18 3.0 75
7 KE 4 4 4 3 2 2 19 3.2 79
8 KH 3 3 3 2 2 2 15 2.5 63
9 KN 2 1 2 2 1 1 9 1.5 38
10 NB 3 3 3 2 2 2 15 2.5 63
11 OZ 4 4 3 3 3 2 19 3.2 79
12 PT 4 4 3 2 2 2 17 2.8 71
13 RA 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
14 RN 4 4 3 2 3 2 18 3.0 75
15 SN 4 3 3 3 2 2 17 2.8 71
16 QA 3 3 2 2 2 2 14 2.3 58
56 52 48 36 33 31 256 42.7 1067
X 2.7 66.7
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
Berdasarkan hasil observasi di atas pada siklus I
perkembangan peningkatan pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebesar 66,7%. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan pembiasaan membuang
57
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok belum sepenuhnya
terlihat baik dan masih jauh dari target keberhasilan yaitu 80%,
sehingga dilakukan penelitian tindakan kelas siklus II.
Di bawah ini adalah grafik prosentase peningkatan
pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok, pada siklus I digambarkan dalam diagram batang.
Grafik 4.2 Siklus I
dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok, yaitu guru menggunakan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pembiasaan Membuang Sampah
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
58
tulis, media gambar sampah organik dan anorganik, tempat
sampah plastik.
metode demonstrasi yaitu guru dengan suara lantang
menjelaskan kepada anak tentang macam-macam dan jenis
sampah organik dan anorganik melalui media gambar. Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mendengar dengan jelas apa
yang disampaikan guru. Selain itu, media gambar yang
digunakan guru dimaksudkan agar kegiatan pembelajaran lebih
menarik dan anak mudah mengenal serta memahami jenis-jenis
sampah organik dan anorganik. Anak juga ditugaskan untuk
mengimplementasikan kegiatan sesuai dengan arahan guru
yaitu membuang sampah jenis organik dan anorganik ke tempat
sampah yang telah disediakan secara bergantian ke muka
kelas.
Hasil kegiatan pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi guna meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok pada siklus I ternyata terjadi peningkatan
sebesar 20.1% dari tahap pra siklus dengan nilai prosentase
sebesar 46.6% menjadi 66.7%. Dari hasil tersebut ternyata
59
80% sehingga peneliti perlu melanjutkan pada tahapan siklus II.
Pada siklus I masih ditemukan 8 (delapan) anak belum
sepenuhnya berkembang sesuai harapan. Hampir keseluruhan
siswa mulai berkembang memahami dampak negatif sampah,
memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan, terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya. Namun
demikian, ada beberapa anak yang berkembang sesuai
harapan bahkan berkembang sangat baik terutama tentang
pengetahuan dan pemahamannya terhadap sampah dan
jenisnya kecuali (DF) dan (KN) yang mulai berkembang.
Oleh sebab itu, berdasarkan hasil refleksi, maka perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas selanjutnya atau siklus II
untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang ditemukan
pada siklus I.
3. Siklus II
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di
TK Wisanggeni Depok. Pada siklus II peneliti dan kolaborator
berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pembiasaan anak
membuang sampah organik dan anorganik, mengingat pada siklus
60
Tahapan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
pada siklus I, merumuskan dan menetapkan tujuan penelitian,
(1) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan metode
demonstrasi, (2) menyiapkan media yang sesuai tindakan yang
diberikan kepada anak, media tersebut berupa jenis-jenis
sampah organik dan anorganik yang ada di lingkungan sekitar
dekat sekolah, tempat atau bak sampah, (3) menyiapkan alat
pengumpulan data berupa lembar observasi, catatan lapangan,
dan alat dokumentasi berupa kamera.
b. Tindakan
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari
Senin, 9 April 2018, pertemuan kedua hari Rabu, 11 April 2018,
dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru dan observer
sedangkan kolabolator bertindak sebagai observer. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Kegiatan
Harian (RKH) yang telah disiapkan. Berikut adalah kegiatan
siklus II:
berbaris, salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
tentang sampah dan jenisnya. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang
sampah dan jenisnya. Guru juga menjelaskan dampak
negatif sampah terhadap lingkungan dan kesehatan
menggunakan media gambar.
lingkungan dan kesehatan melalui media gambar. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan rasa kepedulian anak
terhadap lingkungan dan kesehatan akibat dampak buruk
atau negatif sampah. Guru juga memberikan beberapa cara
untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan
dengan membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan
jenisnya. Dengan suara lantang guru terus berusaha untuk
memberikan penjelasan materi agar didengar dengan baik
oleh anak. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak
untuk memilih beberapa jenis sampah dan membuangnya ke
62
bergantian.
pembelajaran. Anak termotivasi dan aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran, hal ini terlihat dari kemampuan anak untuk
menaruh atau membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenis sampah yang dipilihnya yaitu sampah organik
dan anorganik.
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok.
2) Pertemuan ke-4
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
meningkatkan daya ingat anak tentang sampah, jenis dan
63
dan kesehatan.
jenis sampah organik dan anorganik. Guru juga memberikan
contoh membiasakan membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenis sampahnya organik dan anorganik. Kali
ini guru bersama kolaborator memberikan tugas kepada
anak siapa yang dapat memilih jenis sampah dan
membuangnya ke tempat sampah sesuai dengan jenis
sampah. Anak sangat antusias menjawab pertanyaan guru
dan bergegas membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenis sampah organik dan anorganik yang telah
dipilihnya.
motivasi anak dan kepedulian anak untuk selalu membuang
sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenisnya. Selain
itu, hal ini juga dimaksudkan agar anak benar-benar
memahami tentang sampah, jenis dan bahaya atau dampak
negatifnya dan diharapkan anak memiliki rasa kepedulian
yang tinggi terhadap lingkungan dan kesehatan untuk
menjaga kelestarian alam dan kesehatan dengan
membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis
sampahnya.
64
peningkatan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok. Pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman anak
tentang sampah. Guru juga menanyakan tentang jenis
sampah organik dan anorganik yang ada di lingkungan
sekitar. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu
membedakan sampah organik dan anorganik. Guru juga
menanyakan apakah anak mengetahui dampak negatif atau
bahaya sampah terhadap lingkungan dan kesehatan. Hal ini
dimaksudkan agar anak memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungan dan kesehatan.
dengan memakai format observasi yang telah disusun dan
melakukan penilaian terhadap hasil tindakan yang telah ada.
Diketahui peningkatan pembiasaan membuang sampah organik
dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Wisanggeni Depok, pada siklus II sebagai berikut:
65
X % 1 2 3 4 5 6
1 AF 4 4 3 3 3 3 20 3.3 83
2 AN 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
3 AQ 4 3 4 3 3 3 20 3.3 83
4 DF 3 3 3 3 2 2 16 2.7 67
5 EZ 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
6 FR 4 4 4 3 3 4 22 3.7 92
7 KE 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
8 KH 4 4 4 2 3 3 20 3.3 83
9 KN 3 2 3 3 3 2 16 2.7 67
10 NB 4 4 4 3 2 3 20 3.3 83
11 OZ 4 4 4 4 4 3 23 3.8 96
12 PT 4 4 4 3 3 3 21 3.5 88
13 RA 4 4 4 4 3 4 23 3.8 96
14 RN 4 4 4 3 4 3 22 3.7 92
15 SN 4 4 3 4 3 3 21 3.5 88
16 QA 4 4 3 3 3 3 20 3.3 83
62 60 59 50 48 48 327 54.5 1363
X 3.4 85.2
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi skor 3
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4
Berdasarkan hasil observasi di atas pada siklus II
perkembangan peningkatan pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebesar 85,2%. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada
66
anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sudah mencapai
target keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya bahkan telah
melampaui 80%, sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan
pada siklus II.
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok, pada siklus II digambarkan dalam diagram batang.
Grafik 4.3 Siklus II
sebelumnya yaitu dengan mengajak anak ke luar kelas. Jadi,
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pembiasaan Membuang Sampah
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
67
anorganik yang ada di dekat lingkungan sekolah.
Guru menyiapkan 2 (dua) buah bak sampah dan ditaruh
di lapangan. Selain itu, guru juga mengambil berbagai macam
jenis sampah organik dan anorganik yang ada di lingkungan
sekolah seperti, botol plastik minuman, ranting pohon, daun,
sedotan dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak mudah
mengenali jenis sampah organik dan anorganik. Selain itu, hal
ini juga untuk merangsang kepedulian anak terhadap
lingkungan untuk selalu menjaga kebersihan.
Kegiatan yang dilakukan guru pada siklus II melalui
metode demonstrasi hampir sama dengan siklus sebelumnya
yaitu guru dengan suara lantang menjelaskan kepada anak
tentang macam-macam dan jenis sampah organik dan
anorganik yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini dimaksudkan
agar anak mampu mendengar dengan jelas apa yang
disampaikan guru. Selain itu, guru mengajak anak-anak untuk
terjun langsung ke lapangan, hal ini dimaksudkan agar anak
dengan mudah mengenali secara langsung jenis sampah
organik dan anorganik yang ada di lingkungan sekolah.
Kegiatan pembelajaran terkesan lebih menarik antusias anak
agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Secara
bergantian setiap anak ditugaskan untuk mengimplementasikan
68
jenis organik dan anorganik yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil observasi pada siklus II ternyata kembali terjadi
peningkatan sebesar 18.5% menjadi 85.2% pada siklus II. Dari
hasil tersebut ternyata telah memenuhi bahkan melampaui
target peningkatan yang diharapkan yaitu 80% sehingga
penelitian tindakan kelas dihentikan pada tahapan siklus II.
Pada siklus II terlihat secara keseluruhan anak mengerti dan
memahami tentang sampah dan mengerti sampah organik dan
anorganik. Keseluruhan anak berkembang sesuai harapan
(BSH) bahkan hampir keseluruhan anak berkembang sangat
baik (BSB) yaitu: AF, AN, AQ, EZ, FR, KE, KH, NB, OZ, PT, RA,
RN, SN, QA, kecuali DF dan KN, berkembang sesuai harapan.
Pada siklus II keseluruhan anak mampu memahami
indikator meskipun belum secara keseluruhan, anak mampu:
a. Mengerti dan memahami tentang sampah
b. Mengetahui jenis-jenis sampah organik dan anorganik
c. Memahami dampak negatif sampah
d. Memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan
e. Mulai terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenisnya.
69
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Pembiasaan Membuang Sampah Organik
dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Wisanggeni Depok
Pra siklus, SIklus I, dan II
No Nama Anak
Jml % Jml % Jml %
Total 179 746 256 1067 327 1363
Rata-rata 46.6 66.7 85.2
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok, pada Pra
siklus, SIklus I, dan II sebagai berikut:
Grafik 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Pembiasaan Membuang Sampah Organik dan Anorganik Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Wisanggeni Depok
Pra siklus, SIklus I, dan II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
AF AN AQ DF EZ FR KE KH KN NB OZ PT RA RN SN QA
Pra Siklus Siklus I Siklus II
7 0
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak
usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok yaitu dengan memberikan
penjelasan materi tentang sampah, jenis sampah organik dan
anorganik, dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan
kesehatan menggunakan berbagai macam media pendukung atau
bantuan, antara lain: media gambar, papan tulis, dan tempat atau bak
sampah.
dengan melibatkan siswa secara bergantian memilih jenis sampah dan
membuangnya ke tempat sampah sesuai dengan jenis sampah yang
diambil. Strategi ini cukup berhasil meningkatkan semangat anak dan
pemahaman anak tentang sampah dan jenisnya.
Selain itu, strategi yang digunakan guru ini dimaksudkan pula
agar anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
dengan jenis sampahnya sehingga mampu menimbulkan kepedulian
anak terhadap lingkungan dan kesehatan. Guru dengan seksama
mengawasi dan mengevaluasi perkembangan peningkatan
pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik melalui
metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni
Depok. Hal ini dilakukan guru dengan mengajak anak-anak ke
46
yang mengerti dan mampu membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenis sampah yang diambil anak. Hal ini dimaksudkan
agar anak memiliki kebiasaan untuk membuang sampah pada
tempatnya sesuai dengan jenisnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang dilakukan guru dan kolaborator dalam
meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik
melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok mengacu pada Rencana Kegiatan Harian (RKH)
yang telah disiapkan sebelumnya. Guru juga menyiapkan media yang
sesuai tindakan yang diberikan kepada anak, dan guru menyiapkan
alat pengumpulan data berupa lembar observasi, catatan lapangan,
dan alat dokumentasi berupa kamera. Hal ini dimaksudkan agar
perkembangan atau peningkatan yang terjadi pada anak mudah
diketahui dan dievaluasi sehingga kegiatan berjalan lebih efektif.
1. Interpretasi Pra Siklus
organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia
4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok masih sangat rendah yaitu
sebesar 46,6%. Pengetahuan dan pemahaman anak tentang
sampah dan jenisnya masih sangat rendah. Masih banyak anak
yang belum mengerti dan memahami tentang sampah dengan baik.
Anak juga belum bisa membedakan jenis-jenis sampah. Selain itu,
47
kesehatan. Rasa peduli anak dengan lingkungan dan kesehatan
masih rendah dan anak belum terbiasa membuang sampah pada
tempatnya sesuai jenisnya.
dari tahap pra siklus dengan nilai prosentase sebesar 46.6%
menjadi 66.7% pada siklus I. Pada siklus I masih ditemukan 2
anak belum berkembang. Hampir keseluruhan siswa berkembang
sesuai harapan (BSH) memahami sampah dan jeninsnya, dan rata-
rata keseluruhan anak mulai berkembang (MB) memahami dampak
negatif sampah, memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan
kesehatan, terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenisnya. Namun demikian, ada beberapa anak yang berkembang
sesuai harapan (BSH) bahkan berkembang sangat baik (BSB)
terutama tentang pengetahuan dan pemahamannya terhadap
sampah dan jenisnya kecuali (DF) dan (KN).
3. Interpretasi Siklus II
membuang sampah organik dan anorganik melalui metode
demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok
terjadi peningkatan sebesar 18.5% pada siklus I sebesar 66.7%
48
anorganik. Keseluruhan anak berkembang sesuai harapan (BSH)
bahkan hampir keseluruhan anak berkembang sangat baik (BSB)
yaitu: AF, AN, AQ, EZ, FR, KE, KH, NB, OZ, PT, RA, RN, SN, QA,
kecuali DF dan KN berkembang sesuai harapan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa metode demonstrasi
mampu meningkatkan pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok. Hal ini terbukti dari hasil observasi siklus II terlihat
secara keseluruhan anak mengerti dan memahami tentang sampah
dan mengerti sampah organik dan anorganik. Keseluruhan anak
berkembang sesuai harapan (BSH) bahkan hampir keseluruhan anak
berkembang sangat baik (BSB).
Prosentase pembiasaan membuang sampah organik dan
anorganik melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok pada pra siklus hanya sebesar 46.6%. Pada siklus
I terjadi peningkatan sebesar 20.1% yaitu menjadi 66.7%. Sementara
itu, pada siklus II kembali terjadi peningkatan sebesar 18.5% sehingga
menjadi 85.2%, diketahui bahwa peningkatan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik melalui metode demonstrasi pada anak
usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sesuai dengan target yang
49
penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
50
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik pada anak
usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok sebelum diterapkan
metode demonstrasi sangat buruk sekali. Masih banyak anak yang
belum mengerti dan memahami tentang sampah dengan baik.
Anak juga belum bisa membedakan jenis-jenis sampah. Selain itu,
anak belum memahami dampak negatif atau buruk sampah bagi
kesehatan. Rasa peduli anak dengan lingkungan dan kesehatan
masih rendah dan anak belum terbiasa membuang sampah pada
tempatnya sesuai jenisnya.
2. Metode demonstrasi dapat meningkatkan pembiasaan membuang
sampah organik dan anorganik pada anak usia 4-5 tahun di TK
Wisanggeni Depok. Hal ini dapat terlihat dari prosentase
ketercapaian indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pra
siklus hanya sebesar 46.6%, terjadi peningkatan sebesar 20.1%
yaitu menjadi 66.7% pada siklus I. Sementara itu, pada siklus II
kembali terjadi peningkatan sebesar 18.5% sehingga menjadi
85.2%, sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
51
pada anak usia 4-5 tahun di TK Wisanggeni Depok dapat
ditingkatkan melalui metode demonstrasi. Guru memberikan contoh
jenis sampah organik dan anorganik. Selain itu, guru memberikan
fasilitas atau media pendukung seperti, media gambar, bak atau
tempat sampah organik dan anorganik sehingga anak dengan
mudah mampu menerima dan menyerap materi yang disampaikan
guru. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan anak mengerti dan
memahami sampah, jenis sampah organik dan anorganik. Anak
mulai terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan
jenis sampahnya. Anak mulai memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dan kesehatan karena anak memahami dampak negatif
sampah.
beberapa saran sebagai berikut:
sarana pendukung kegiatan pembelajaran baik di internal kelas
maupun arena bermain agar anak lebih termotivasi dan antusias
mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan kegiatan
pembelajaran berjalan lebih efektif dan sesuai harapan.
52
2. Bagi para guru diharapkan terus berupaya meningkatkan mutu atau
kualitas pembelajaran dengan mengembangkan model atau media
yang digunakan khususnya media yang mudah dimengerti dan
diminati anak.
3. Bagi orang tua diharapkan mampu terus memberikan perhatian dan
pengawasan terhadap perkembangan anaknya agar
perkembangan anak sesuai dengan harapan bersama.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan indikator yang
diteliti terutama berkaitan dengan pembiasaan membuang sampah
organik dan anorganik.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, 2010. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Aly, Heri Noer. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Anas Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia PraSekolah.
Makasar: Belukar. Dahar, Ratna Wilis, 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga. Daradjat, Zakiah, Dkk, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara Daryanto. 2009. Demonsrasi Sebagai Metode Belajar. Jakata: Depdikbud Djaali. H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Djamarah, Bahri, Syaiful, dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka Setia
Bandung. Hasibuan, J.J. dan Moedjiono, 2005. Proses Belajar Mengajar, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Ibnatul, Anis, M, dkk. 2013. Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan
di SD Negeri Kuningan 02 Semarang Utara. Jurnal: UNES. Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Jeanne Ellis Ormrod, 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang, terjemahan Wahyu Indiyati, dkk. Jakarta: Erlangga.
King, Laura A., 2010. Psikologi Umum, terjemahan Brian Marwendsy,
Jakarta: Salemba Humanika. Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Teras
54
Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Prawira, Purwa Atmaja, 2012. Psikologi Umum Dengan Perspektif Baru
Yogyakarta : ArRuzz Media. Rasyad, Aminuddin, 2003, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Uhamka Press. Rusminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD.
Jakarta: Depdiknas. Rusuli, I.2014. Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam,
Jurnal Pencerahan, 8(1), 38-54. Sadiman, Arief. 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar,
Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group ___________. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan, terjemahan Tri Wibowo
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga: Erlangga Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik,
terjemahan Marianto Samosir, Jakarta: PT. Indeks. Soemanto, Wasty, 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sucipto, Cecep, Dani, 2009. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah,
Jakarta: Goysen Publishing. Syah Muhibbin, 2009. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada. Syaodih, Nana, Sukmadinata, 2005. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga
55
Tim Pustaka, 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Wahyuni, Esa Nur, 2009. Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: UIN-
Malang Press.
CATATAN LAPANGAN
PRA SIKLUS
Awal pertemuan guru memberikan penjelasan tentang sampah dan jenisnya. Guru memberikan contoh jenis-jenis sampah organik dan anorganik. Guru memberikan contoh bagaimana membuang sampah sesuai dengan jenisnya ke dalam bak sampah yang telah disediakan. Anak diberikan tugas membuang sampah ke dalam bak sampah sesuai dengan jenisnya secara bergantian.
Pada kegiatan pra siklus terlihat pengetahuan dan pemahaman anak tentang sampah dan pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik masih sangat rendah, bahkan jauh dari hasil yang diharapkan sesuai target. Masih banyak anak yang belum mengerti dan memahami tentang sampah dengan baik. Anak juga belum bisa membedakan jenis- jenis sampah. Selain itu, anak belum memahami dampak negatif atau buruk sampah bagi kesehatan. Rasa peduli anak dengan lingkungan dan kesehatan masih rendah dan anak belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya. Refleksi: g. Pengetahuan anak tentang tentang sampah organik dan anorganik
masih rendah, sehingga guru dan kolaborator berusaha meningkatkan pengetahuan anak dengan metode demonstrasi.
h. Anak belum memahami dampak negatif sampah. Oleh sebab itu, pada siklus selanjutnya guru dan kolaborator memberikan contoh nyata dampak negatif akibat membuang sampah sembarang.
i. Kepedulian anak terhadap lingkungan dan kesehatan masih rendah. Oleh sebab itu, guru dan kolaborator berusaha memotivasi dan memberikan penyadaran kepada anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Guru dan kolaborator juga menyiapkan media tambahan berupa bak sampah dan jenis sampah organik dan anorganik.
j. Sebagian besar anak belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya dan sesuai jenisnya. Guru dan kolaborator memberikan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya melalui metode demonstrasi pada siklus selanjutnya.
57
Lampiran
Guru memberikan penjelasan tentang sampah dan jenisnya melalui
metode demonstrasi yaitu guru dengan suara lantang menjelaskan kepada anak tentang macam-macam dan jenis sampah organik dan anorganik melalui media gambar sampah organik dan non organik, gambar dampak negatif atau buruk sampah terhadap lingkungan dan kesehatan, dan tempat sampah plastik.
Kegiatan inti siklus I guru memberikan contoh jenis-jenis sampah yang ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar. Guru memberikan contoh bagaimana membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak secara bergantian untuk menunjuk gambar mana yang sesuai dengan perintah guru, misalnya: coba kalian tunjuk gambar sampah organik, dan anorganik?. Guru menugaskan kepada anak secara bergantian untuk memilih sampah organik dan anorganik serta menugaskannya untuk membuang sampah tersebut ke dalam bak atau tempat sampah yang telah disediakan.
Pada kegiatan akhir atau penutup guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan pemahaman anak tentang sampah dan jenisnya serta bagaimana cara membuang sampah yang baik dan benar sesuai dengan jenis sampahnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampahnya. Kegiatan juga dimaksudkan mengajarkan anak untuk peduli terhadap lingkungan dan kesehatan.
Refleksi:
Pada siklus I masih ditemukan 8 (delapan) anak belum sepenuhnya berkembang sesuai harapan. Namun demikian, hampir keseluruhan siswa mulai berkembang memahami dampak negatif sampah, memiliki rasa peduli dengan lingkungan dan kesehatan, terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai jenisnya. Namun demikian, ada beberapa anak yang berkembang sesuai harapan bahkan berkembang sangat baik terutama tentang pengetahuan dan pemahamannya terhadap sampah dan jenisnya kecuali (DF) dan (KN) yang mulai berkembang.
Guru dan kolaborator berusaha meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta pembiasaan membuang sampah organik dan anorganik dengan melibatkan anak langsung ke kehidupan sehari-hari, yaitu anak akan di bawa ke lapangan sekolah untuk secara nyata melakukan kegiatan mengenal sampah organik dan anorganik pada siklu selanjutnya.
58
Lampiran
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS II
Guru mengulang kembali penjelasan tentang sampah dan jenisnya