BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori...

37
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan manajer (agen) di suatu perusahaan, maka terdapat kemungkinan bahwa keinginan pemilik diabaikan. Fakta ini, dan kesadaran bahwa agen itu mahal, menetapkan landasan bagi sekelompok gagasan rumit namun bermanfaat yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Ketika pemilik (atau manajer) mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan pada pihak lain, terdapat hubungan keagenan antara kedua pihak. Hubungan keagenan, seperti hubungan antara pemegang saham dengan manajer, akan efektif selama manajer mengambil keputusan investasi yang konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Namun, ketika kepentingan manajer berbeda dengan kepentingan pemilik, maka keputusan yang diambil oleh manajer kemungkinan besar akan mencerminkan preferensi manajer dibandingkan dengan pemilik (Pearce dan Robinson, 2009:47). Secara umum, para pemilik ingin memaksimalkan nilai saham. Ketika manajer juga memiliki sejumlah besar saham perusahaan tersebut, mereka pasti akan memiliki strategi yang menghasilkan apresiasi nilai saham. Namun, ketika lebih

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan manajer (agen)

di suatu perusahaan, maka terdapat kemungkinan bahwa keinginan pemilik diabaikan.

Fakta ini, dan kesadaran bahwa agen itu mahal, menetapkan landasan bagi

sekelompok gagasan rumit namun bermanfaat yang dikenal sebagai teori keagenan

(agency theory). Ketika pemilik (atau manajer) mendelegasikan otoritas pengambilan

keputusan pada pihak lain, terdapat hubungan keagenan antara kedua pihak.

Hubungan keagenan, seperti hubungan antara pemegang saham dengan manajer, akan

efektif selama manajer mengambil keputusan investasi yang konsisten dengan

kepentingan pemegang saham. Namun, ketika kepentingan manajer berbeda dengan

kepentingan pemilik, maka keputusan yang diambil oleh manajer kemungkinan besar

akan mencerminkan preferensi manajer dibandingkan dengan pemilik (Pearce dan

Robinson, 2009:47).

Secara umum, para pemilik ingin memaksimalkan nilai saham. Ketika

manajer juga memiliki sejumlah besar saham perusahaan tersebut, mereka pasti akan

memiliki strategi yang menghasilkan apresiasi nilai saham. Namun, ketika lebih

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

13

berperan sebagai “orang sewaan” dan bukan sebagai rekan sekaligus pemilik, manajer

lebih memilih strategi yang akan meningkatkan kompensasi pribadi mereka dan

bukan pengembalian kepada pemilik. Perilaku semacam itu dapat menyebabkan

penurunan kinerja saham (sepeti ketika bonus eksekutif puncak mengurangi laba

perusahaan) dan dalam keputusan strategis yang mengarahkan perusahaan ke hasil

yang suboptimal dari sudut pandang pemegang saham.

Jika sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh teori keagenan, manajer yang

egois bertindak dalam cara-cara yang meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri

dengan mengorbankan keuntungan pemegang saham, maka pemilik yang telah

mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan pada agen mereka akan kehilangan

potensi keuntungan yang seharusnya dapat dihasilkan dari strategi yang

mengoptimalkan keinginan pemilik dan/atau biaya sistem pemantauan dan

pengendalian yang dirancang untuk meminimalkan konsekuensi dari keputusan

manajemen yang berfokus pada kepentingan sendiri. Secara keseluruhan, biaya

masalah keagenan dan biaya dari tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan

masalah keagenan tersebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Biaya ini seringkali

diidentifikasikan dengan manfaat langsung yang diterima oleh agen serta nilai

sekarang (present value) yang negatif. Biaya keagenan ditemukan ketika terdapat

perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, atasan dengan

bawahan, antarmanajer dari departemen, atau kantormcabang yang saling bersaing.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Anggraini dan Trisnawati (2008)

mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

14

lebih (prinsipal) yang menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa atas

nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan

kepada agen. Timbulnya masalah keagenan disebabkan ketika prinsipal kesulitan

untuk memastikan bahwa agen bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan

pemilik.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah sebuah kontrak

antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini

dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan

keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan

kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang

merupakan inti dari agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat

merupakan hal yang sulit diwujudkan. Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk

memberi hak pengendalian residual kepada manajer (residual control right) yakni

hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya

belum terlihat di kontrak.

Eisenhardt (1989) dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa

teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya

mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas

mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu

menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

15

manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan

kepentingan pribadinya (Haris, 2004).

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dijelaskan bahwa masing-masing

individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga

menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak pemilik

(principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan

profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent) termotivasi untuk

memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal

memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dengan demikian

terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing

pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang

dikehendaki.

Dalam (Pearce dan Robinson, 2009:48) menyatakan bagaimana permasalahan

teori keagenan dapat terjadi yaitu:

1. Moral hazard problem (masalah bahaya moral) yaitu masalah keagenan yang

terjadi karena pemilik memiliki akses terbatas atas informasi perusahaan,

sehingga membuat eksekutif bebas mengejar kepentingannya sendiri.

2. Adverse selection (seleksi yang salah) yaitu masalah keagenan yang timbul

dari keterbatasan kemampuan pemegang saham untuk secara tepat

menentukan kompetensi dan prioritas eksekutif ketika mereka direkrut.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

16

suatu teori yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen

akan menurunkan permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang dimiliki

oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam

meningkatkan nilai saham perusahaan. Berdasarkan teori agensi klasik, semakin besar

kepemilikan oleh inside directors (komisaris yang terafiliasi/ komisaris diluar

komisaris independen) akan mengarahkan pada kesesuaian tujuan antara pihak

manajemen dengan pemegang saham. Namun, dilain pihak sebagai pemilik inside

directors dapat mempergunakan kekuatan votingnya untuk melakukan ekspropriasi

terhadap perusahaan.

Menurut LaFond dan Roychowdhury (2007) dalam (Ratna Wardhani, 2008)

menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan merupakan salah satu

mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara

kepemilikan dan pengendalian. Mereka menghipotesiskan bahwa dengan semakin

kecilnya kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan

semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan

semakin meningkat.

2.1.2 Konservatisme Akuntansi

Prinsip konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip

pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak batasan

terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

17

menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang

berlaku umum, suatu prefrensi ditunjukan untuk opsi yang memiliki dampak paling

tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih spesifik,

prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan

serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk

dilaporkan. Oleh karena itu, prinsip konservatisme akuntansi mengharuskan bahwa

akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi

untuk pelaporan keuangan (Belkaoui, 2006 : 288).

Konservatisme akuntansi secara tradisional didefinisikan sebagai antisipasi

terhadap semua rugi tetapi tidak mengantisipasi laba (Watts, 2002 dalam Bahaudin

dan Wijayanti, 2011). Pengantisipasian rugi berarti pengakuan rugi sebelum suatu

verifikasi secara hukum dapat dilakukan, dan hal yang sebaliknya dilakukan terhadap

laba. Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam permintaan verifikasi

terhadap laba dan rugi. Interpretasi tersebut berarti bahwa semakin besar perbedaan

tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibandingkan terhadap rugi, maka

semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansi. Akibat perlakuan yang asimetrik

terhadap verifikasi laba dan rugi dalam konservatisme akuntansi adalah

understatement yang persisten terjadi terhadap nilai aktiva bersih.

Dalam Watts (2002) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan

verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga

menyatakan bahwa konservatisme akuntansi muncul dari insentif yang berkaitan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

18

dengan biaya kontrak, litigasi, pajak, dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan

untuk mengurangi biaya keagenan dan mengurangi pembayaran yang berlebihan

kepada pihak – pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan dan pemerintah.

Selain itu, konservatisma juga menyebabkan understatement terhadap laba dalam

periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada periode-

periode berikutnya, sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode

tersebut.

Konsep konservatisma menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti

manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang

didasarkan pada keadaan, harapan, kejadian, atau hasil yang dianggap kurang

menguntungkan. Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah akuntansi

mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan tejadi, tetapi tidak segera

mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadi

besar (Suwardjono 1989) dalam Anggraini dan Trisnawati (2008).

Sedangkan, Wolk et al. (2001: 144-145) dalam Safiq (2010) memberikan

definisi konservatisma akuntansi sebagai usaha untuk memilih metode akuntansi

berterima umum yang (a) memperlambat pengakuan revenues, (b) mempercepat

pengakuan expenses, (c) merendahkan penilaian aktiva, dan (d) meninggikan

penilaian utang. Definisi tersebut mengakibatkan nilai aktiva bersih yang understated

secara persisten. Hal yang sama juga dikatakan Tong (2005) yang mendefinisikan

konservatisma akuntansi, khususnya akuntansi diskresioner, sebagai pilihan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

19

manajerial dari berbagai metode akuntansi dan estimasi dalam GAAP yang

menghasilkan understatement yang persisten dari laba laporan kumulatif dan aset

bersih selama periode waktu tertentu. Understatement yang persisten dari laba yang

dilaporkan dan aset bersih yang dicapai melalui penilaian aset yang lebih rendah,

penilaian kewajiban yang lebih tinggi, pengakuan laba dan keuntungan yang lebih

lambat, dan pengakuan biaya dan kerugian yang lebih cepat. Dengan demikian,

konservatisma akuntansi belum memiliki definisi yang otoritatif. Hal itu dikarenakan

setiap peneliti memiliki pandangan yang berbeda mengenai konservatisma akuntansi.

Dampaknya, metode yang akan digunakan untuk mengukur konservatisma akuntansi

berbeda-beda, sehingga hasil penelitian kemungkinan juga berbeda.

2.1.2.1. Kontroversi Dalam Konservatisme

Pemikiran serta bukti empiris menunjukkan masih terdapat kontroversi

mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang konservatif. Terdapat dua pandangan

yang bertentangan mengenai manfaat konservatisma akuntansi, yaitu:

1. Akuntansi Konservatif Bermanfaat

Konservatisma tetap digunakan dalam praktik akuntansi dan disiarkan untuk

tetap digunakan. Givoly dan Hayn (2000) dalam Anggraini dan Trisnawati (2008)

menunjukkan terjadi peningkatan konservatisma di Amerika Serikat. Akuntansi

konservatif akan menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam

perusahaan maupun dengan luar perusahaan. Konservatisma dapat membatasi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

20

tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba serta memanfaatkan informasi yang

asimetri ketika menghadapi klaim atas aktiva perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Ahmed (2002) membuktikan bahwa konservatisma

dapat berperan mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan pemegang

saham akibat kebijakan deviden yang diterapkan oleh perusahaan. Untuk

menghindari konflik, manajemen cenderung menggunakan akuntansi yang lebih

konservatif. Penelitian mengenai manfaat konservatisma telah dilakukan di Indonesia

diantaranya Mayangsari dan Wilopo (2000) menggunakan C-Score sebagai proksi

konservatisma membuktikan bahwa konservatisma memiliki value relevance,

sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisma dapat

mencerminkan nilai pasar perusahaan.

2. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat

Meskipun prinsip konservatisma telah diakui sebagai dasar laporan keuangan

di Amerika Serikat, namun beberapa peneliti masih meragukan manfaat

konservatisma. Staubus (1995) berpendapat adanya berbagai cara untuk

mendefinisikan dan menginterprestasikan konservatisma merupakan kelemahan

konservatisma. Disamping itu, Basu (1997) konservatisma dianggap sebagai sistem

akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh definisi akuntansi yang mengakui biaya

dan kerugian lebih cepat, mengakui pendapatan dan keuntungan lebih lambat, menilai

aktiva dengan nilai terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Penman dan

Zhang (1999; 2000), Basu (1997), Feltham dan Ohlson (I995) memperkirakan bahwa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

21

konservatisma menghasilkan kualitas laba yang rendah, dan kurang relevan.

Konservatisma mempengaruhi kualitas angka-angka yang dilaporkan di neraca

maupun laba dalam laporan laba rugi. Ketika perusahaan meningkatkan jumlah

investasi, maka akuntansi konservatif akan menghasilkan perhitungan laba yang lebih

rendah dibandingkan akuntansi liberalioptimis. Akuntansi konservatif juga akan

menciptakan cadangan yang tidak tercatat, sehingga memungkinkan manajemen lebih

leluasa melaporkan angka laba di masa mendatang.

2.1.2.2. Pengukuran Konservatisme

Watts (2003) dalam Haniati dan Fitriany (2010) membagi konservatisme

menjadi 3 pengukuran, yaitu Earning/Stock Return Relation Measure,

Earning/Accrual Measures, dan Net Asset Measure. Berbagai peneliti telah

mengajukan berbagai metode pengukuran konservatisme. Berikut beberapa

pengukuran konservatisme jika dikelompokkan sesuai dengan pendekatan Watt

(2003).

1. Earning/Stock Return Relation Measure

Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada

saat terjadinya perubahan, baik perubahan atas rugi ataupun laba tetap

dilaporkan sesuai dengan waktunya. Basu (1997) menyatakan bahwa

konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar buruk

atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

22

pengakuan). Hal ini disebabkan karena kejadian yang diperkirakan akan

menyebabkan kerugian bagi perusahaan harus segera diakui sehingga

mengakibatkan bad news lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan good

news. Dalam modelnya basu menggunakan model piecewise-linear regression

sebagai berikut:

ΔNI = α0 + α1ΔNIt-1 + α2DΔNIt-1 + α3DΔNIt-1 x ΔNIt-1 + εt

Dimana ΔNIt adalah net income sebelum adanya extraordinary items dari

tahun t-1 hingga t, yang diukur dengan menggunakan total assets awal nilai

buku. Sedangkan DΔNIt-1 adalah dummy variable, dimana bernilai 1 jika

perubahan ΔNIt-1 bernilai negatif.

2. Earning/Accrual Measures

Ukuran konservatisme yang kedua ini menggunakan akrual, yaitu selisih

antara net income dan cash flow. Net income yang digunakan adalah net

income sebelum depresiasi dan amortisasi, sedangkan cash flow yang

digunakan adalah cash flow operasional. Givoly dan Hayn (2002) melihat

kecenderungan dari akun akrual selama beberapa tahun. Apabila terjadi akrual

negative (net income lebih kecil daripada cash flow operasional) yang

konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya

conservatism. Selain itu, Givoly membagi akrual menjadi dua, yaitu operating

accrual yang merupakan jumlah akrual yang muncul dalam laporan keuangan

sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan dan nonoperating accrual

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

23

yang merupakan jumlah akrual yang muncul diluar hasil kegiatan operasional

perusahaan.

3. Net Asset Measure

Ukuran ketiga yang digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme

dalam laporan keuangan adalah nilai aktiva yang understatement dan

kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukurannya adalah

proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu

dengan mengunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar

relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1,

mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan

mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya

2.1.3 Earning Management

Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih diantara beberapa cara

alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi opsi yang ada dalam

perlakuan akuntansi yang sama. Fleksibilitas ini, yang dimaksudkan untuk

memungkinkan para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi ekonomi

yang menggambarkan konsekuensi ekonomi yang sebenarnya dari transaksi tersebut,

dapat juga digunakan untuk memengaruhi tingkat pendapatan pada suatu waktu

tertentu dengan tujuan untuk memberikan keuntungan bagi manajemen dan para

pemangku kepentingan (stakeholder). Ini adalah esensi dari manajemen laba (earning

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

24

management) yaitu, suatu kemampuan untuk “memanipulasi” pilihan pilihan yang

tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang

diharapkan (belkoui, 2006:74).

Manajemen laba sebagai suatu proses pengambilan langkah yang disengaja

dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar

batas General Accepted Accounting Prinsip (GAAP). Menurut Sugiri (1998) dalam

Widyaningdyah (2001) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode

akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai

perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual

dalam menentukan besarnya laba.

2. Definisi luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan

(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana

manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)

profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Scott (2000) dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa “earnings

management is the choice by a manager of accounting policies so as to achive some

specific objective”. Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa manajemen

laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk berbagai tujuan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

25

spesifik. Kebijakan akuntansi dikelompokkan ke dalam dua kategori. Pertama,

pilihan kebijakan akuntansi itu sendiri, seperti straight-line versus declining-balance

amortization, atau kebijakan untuk pengukuran revenue; dan kedua akrual diskresi,

seperti provisi kerugian kredit, biaya jaminan, nilai persediaan, waktu dan jumlah pos

luar biasa. Ada dua cara untuk melihat perilaku manajemen laba. Pertama, perilaku

opportunistic manajemen untuk memaksimumkan utilitas mereka mengenai

kompensasi, debt contract, dan political cost; dan kedua, manajemen laba dari

perspektif efficient contracting.

Healy (1985) menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan

untuk mendeteksi perilaku manajemen me-manage laba. Pertama, mengontrol jenis

akrual, dimana akrual secara luas didefinisikan sebagai porsi item penerimaan dan

pengeluaran (revenue and expenses) pada laporan laba-rugi yang tidak

direpresentasikan oleh arus kas; dan kedua, perubahan kebijakan akuntansi.

Selanjutnya, Healy menyatakan bahwa akrual diskresi digunakan sebagai proxy total

akrual. Asumsi yang digunakan adalah akrual non-diskresi relatif kecil terhadap

akrual diskresi, sehingga total akrual tinggi mengandung akrual diskresi tinggi. Total

akrual dapat dihitung dengan dua cara. Pertama, menghitung perubahan setiap akun

neraca yang merupakan subyek akrual; dan kedua, menghitung perbedaan antara net

income dan cash flow.

Menurut Scott (2000) dalam Anggraini dan Trisnawati (2008), earnings

management adalah suatu cara penyajian laba yang disesuaikan dengan tujuan yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

26

diinginkan oleh manajer, melalui pemilihan suatu set kebijakan akuntansi atau

melalui pengelolaan akrual. Scott (2000) menyatakan bahwa earnings management

berkaitan dengan pilihan manajemen atas kebijakan akuntansi sehingga tujuan

manajemen dapat dicapai. Terdapat dua sudut pandang earnings management;

pertama, earnings management merupakan perilaku manajemen yang oportunistik

yang dikaitkan dengan maksimisasi kompensasi, kontrak utang dan biaya politik.

Kedua, earnings management ditinjau dari sudut pandang pengkontrakan efisien

(eflcient contracting).

Earnings management merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk

mencapai tujuan khusus. Earnings management juga berkaitan dengan moral hazard

karena earnings management dianggap sebagai ancaman moral bagi pengguna

laporan keuangan. Menurut Healy dan Wahlen (1999), earnings management terjadi

ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan

penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan

stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan.

2.1.3.1. Faktor Faktor Pendorong Earning Management

Dalam positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang

melatarbelakangi terjadinya earnings management (Watt dan Zimmerman 1986),

yaitu:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

27

1. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya

yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar

berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang

ryeningkatkan laba yang dilaporkan.

2. Debt Covenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung

memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney

1994) dalam Rahmawati dkk. (2006). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam

pandangan pihak eksternal.

3. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan

tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan

dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya:

mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan dan lain-

lain. Scott (2000: 306-307) menggunakan bentuk-bentuk earnings management yang

dilakukan oleh manajer antara lain:

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

28

4. Taking a bath

Dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa

dihindari pada perioda berjalan, dengan cara mengakui biayaIbiaya bada perioda-

perioda yang akan datang dan kerugian perioda berjalan.

5. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan

tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil bisa

berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan

sebagainya. Cara ini mirip dengan takinga bath tapi kurang ekstrim.

6. Income Maximization

Memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang besar. Demikian pula

dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang jangka

panjang, manajer perusahaan tersebut cenderung untuk memaksimalkan laba.

7. Income smoothing

Merupakan bentuk earnings management yang paling sering dilakukan dan

paling populer. Lewat income smoothing, manajer menaikkan atau menurunkan laha

untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil

dan tidak berisiko tinggi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

29

2.1.3.2. Motivasi Earning Management

Healy dan Wahlen (1998) membagi motivasi yang mendasari earnings

management kedalam tiga kelompok. Pertama, motivasi dari pasar modal yang

ditunjukkan dengan return saham. Beberapa penelitian memberikan bukti tentang

adanya earnings management untuk tujuan pasar modal, seperti De Angelo (1998)

memberikan bukti bahwa manajemen cenderung melaporkan laba bersih lebih rendah

(understate) ketika melakukan buyout. Kedua, motivasi kontrak yang dapat berupa

kontrak hutang dan kontrak kompensasi manajemen. Terakhir, motivasi regulatori.

2.1.4. Corporate Governance

2.1.4.1. Pengertian Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2006) dalam

(Agoes dan Ardana: 101) corporate governance adalah seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak

kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain

suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat

melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari

ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

30

(insider) dengan penekanan pada mekanisme legal (Shleiver dan Vishny, 1997)

dalam Wawo 2010. Pendekatan legal dari corporate governance memiliki arti bahwa

mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal

(outside investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal,

yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya.

2.1.4.2. Prinsip Prinsip Corporate Governance

Prinsip-prinsip OECD (dalam Sukrisno Agoes, 2006) mencakup lima bidang

utama, yaitu: hak-hak para pemegang saham (stockholders) dan perlindungannya;

peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya;

pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu; transparansi terkait dengan

struktur dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan (maksudnya Dewan

Komisaris dan Direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya. Secara ringkas, prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum

sebagai berikut:

a. Perlakuan yang setara antar pemangku kepentingan (fairness)

b. Transparansi (transparency)

c. Akuntabilitas (accountability)

d. Responsibilitas (responsibility)

Dalam hubungannya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Menteri Negara BUMN juga mengeluarkan Keputusan Nomor Kep-117/M-

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

31

MBU/2002 tentang Penerapan good corporate governance (Tjager dalam Agoes dan

Ardana, 2009 : 103). Ada lima prinsip menurut keputusan ini, yaitu:

a. Kewajaran (fairness)

b. Transparansi

c. Akuntabilitas

d. Pertanggungjawaban

e. Kemandirian

National Committee on Governance (dalam Agoes dan Ardana)

mempublikasikan “Kode Indonesia tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Indonesia’s Code of Good Corporate Governance). Dalam pengantarnya, Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Boediono, menyatakan bahwa kode

Indonesia tentang good corporate governance ini bukan merupakan suatu peraturan,

tetapi dapat menjadi pedoman dasar bagi seluruh perusahaan di Indonesia dalam

menjalankan usaha agar kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin dalam jangka

panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas. Dalam kode ini, NCG

mengemukakan lima prinsip good corporate governance, yaitu:

a. Transparansi (transparency)

b. Akuntabilitas (accountability)

c. Responsibilitas (responsibility)

d. Independensi (independency)

e. Kesetaraan (fairness)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

32

2.1.4.3. Manfaat Corporate Governance

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2007) dalam (Agoes dan Ardana,

2006:106) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat daripenerapan Corporate

Governance adalah:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domsetik maupun asing

2. Mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja

ekonomi perusahaan.

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan

terhadap perusahaan

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hokum.

2.1.4.4. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi

persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur

dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang

melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Boediono (2005)

mekanisme dalam peng awasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok

yaitu internal dan external mechanisms.

Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan

menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

33

(RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan

dengan board of director. Sedangkan external mechanisms adalah cara

mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti

pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.

Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik

sebagai principal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan

muncul permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan selalu

berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya (Jensen & Meckling,1976)

dalam Wardhani (2008).

Untuk meminimalisasi permasalahan agensi tersebut, maka dibuatlah kontrak-

kontrak dalam perusahaan baik kontrak antara pemegang saham dengan manajernya

maupun kontrak antara manajemen dengan karyawan, pemasok, dan kreditur. Namun,

konflik tersebut tidak dapat diatasi secara menyeluruh dengan menggunakan kontrak

tersebut karena biaya untuk membuat kontrak yang lengkap sangatlah mahal, dan

apabila tidak merupakan hal yang tidak mungkin (Fama dan Jensen, 1983; Hart,

1995). Jadi, dalam kondisi dimana kontrak tidak dapat dibuat secara sempurna,

mekanisme corporate governance memainkan peranan dalam memitigasi konflik

tersebut. Mekanisme corporate governance yang dapat memitigasi konflik teresebut

dan mempengaruhi hubungan antara earning management dengan konservatisme

akuntansi adalah kepemilkan manajerial dan jumlah dewan komisaris.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

34

Bernhart dan Rosenstein (1998) dalam Siallagaan & Mas’ud, 2006)

menyatakan bebarapa mekanisme (mekanisme corporate governance) seperti

mekanisme internal, seperti struktur dan dewan komisaris, serta mekanisme eksternal

seperti pasar untuk kontrol perusahaan diharapkan dapat mengatasi masalah

keagenan. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic

manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba

akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti

investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.

2.1.5. Kepemilikan Manajerial

Penelitian ini akan memasukkan mekanisme internal spesifik perusahaan

sebagai variabel pemoderasi yaitu struktur kepemilikan dan struktur pengelolaan.

Untuk struktur kepemilikan akan digunakan variabel kepemilikan manajerial dengan

pemikiran bahwa sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham

akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajemen.

Menurut Mello dan Pearson dalam Etty Widyastuti (Balance, 2004),

Kepemilikan Dalam (Insider Ownership Concentration) adalah persentase

kepemilikan dewan direksi dan dewan komisaris atas saham perusahaan (Priyo

Widodo, 2010).

Menurut Agus Sartono (2004) dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,

Insider Ownership didefinisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

35

saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu perusahaan. Secara

matematik nilai Insider Ownership (IO) diperoleh dari persentase saham perusahaan

yang dimiliki oleh direksi dan komisaris (Priyo Widodo, 2010).

Trisyanti (2009) dalam Diah (2009) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial itu sendiri dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau prosentase

saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan manajemen. Prosentase tersebut

diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh manajerial. Semakin besar

proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih

giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya

sendiri.

Mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk mengurangi

terjadinya konflik kepentingan agent-principal adalah dengan memperbesar jumlah

kepemilikan manajerial (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Mudjiono (2010). Besar

kecilnya jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajerial perusahaan akan

mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer, karena keputusan tersebut

nantinya akan mempengaruhi posisinya sebagai manajer perusahaan juga sebagai

pemegang saham. Dengan demikian akan terjadi pensejajaran kepentingan antara

manajemen dengan pemegang saham. Dan mekanisme diatas akan menambah

keyakinan investor bahwa perilaku manajer untuk melakukan tindakan untuk

memanipulasi laba dapat diminimalisasi.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

36

Menurut Lafond dan Rouchowdhury (2007), kepemilikan manajerial

merupakan presentase kepemilikan saham perusahaan oleh direktur perusahaan

dibandingkan dengan jumlah saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan.

Hubungan antara kepemilikan manajerial dan konservatisme terjadi pada saat

perusahaan akan melakukan investasi yang akan berpengaruh terhadap laba

perusahaan. Hal ini disebabkan konservatisme akuntansi akan membuat perusahaan

lebih mengakui kerugian dan menunda pengakuan keuntungan yang dapat

berpengaruh terhadap penilaian kinerja manajer.

2.1.6. Jumlah Dewan Komisaris

Jumlah dewan komisaris adalah jumlah yang tepat dari anggota dewan

komisaris dalam menjalankan tugasnya. Menurut pedoman umum Good Corporate

Governance Indonesia, jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan

kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan

keputusan (dalam Lara, et al (2005).

Dalam penelitian ini, struktur pengelolaan akan digunakan jumlah dewan

komisaris dengan pemikiran bahwa salah satu cara yang paling efisien dalam rangka

untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan

perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang

secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk

mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

37

Mekanisme (pengendalian) internal dalam perusahaan antara lain struktur

kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam hal ini

komposisi dewan (World Bank, 1999) dalam Boediono (2005).

Ukuran dewan komisaris yang terkait dengan jumlah anggota dewan

komisaris akan mempengaruhi mekanisme pengawasan terhadap perusahaan. Ukuran

dewan komisaris yang lebih besar akan menyebabkan tugas setiap anggota dewan

komisaris menjadi lebih khusus karena terdapat komite-komite yang lebih khusus

dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar tersebut dapat

menunjukkan pengawasan yang lebih efektif sehingga penerapan akuntansi yang

disyaratkan dewan komisaris lebih konservatif. Oleh karena itu, jumlah anggota

dewan komisaris harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kompleksitas

perusahaa, supaya pengawasan yang dilakukan lebih efektif.

Kepemilikan manajerial dan jumlah dewan komisaris merupakan bagian dari

mekanisme corporate governance yang akan melakukan kontrol atau pengawasan

terhadap keputusan dimana earning management yang ada pada perusahaan

mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh seorang manajer perusahaan dalam

mengambil langkah kebijakan untuk menerapkan akuntansi konservatif.

2.2. Review Penelitian Relevan

Sebagai landasan dan acuan penelitian maka peneliti menggunakan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dan telah teruji

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

38

secara empiris sehingga dapat memperkuat hasil penelitian ini. Penelitian tersebut

adalah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan Konservatisme Akuntansi. Hasil

penelitian tersebut terangkum dalam tabel review penelitian terdahulu di Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Penelitian Relevan

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Alat

Uji/Sampel Hasil

1 Bahaudin dan

Wijayanti

(2011)

Mekanisme

Corporate

Governance

Terhadap

Konservatisme

Akuntansi di

Indonesia

(Studi Empiris

pada

Perusahaan

Manufaktur

yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia)

Independensi

komisaris,

kepemilikan

perusahaan

oleh komisaris

dan direksi,

dan komite

audit.

Konservatisme

Akuntansi

Uji Regresi

dengan

sampel

Perusahaan

manufaktur

yang

terdaftar di

BEI

keberadaan

independensi

komisaris yang

terdapat

pada perusahaan

manufaktur di

Indonesia belum

dapat menjalankan

dengan baik

fungsi monitoring

yang bersifat

independen terhadap

kinerja manajamen

perusahaan dalam

menjalankan prinsip

konservatisme dalam

penyusunan laporan

keuangan.

2 Fivi

Anggraini

dan Ira

Trisnawati

(2008)

Pengaruh

Earning

Management

Terhadap

Konservatisme

Akuntansi

Manajemen

laba

Konservatisme

Akuntansi

Regresi

Logit dengan

58

perusahaan

manufaktur

di BEJ

Manajer cenderung

menggunakan

akuntansi yang tidak

konservatisme

(optimis). Manajer

merasa penggunaan

akuntansi yang

konservatif akan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

39

membatasi tindakan

oportunistik

manajemen.

3 Cynthia Sari

dan Desi

Adhariani

(2009)

Konservatisme

Perusahaan di

Indonesia dan

Faktor –Faktor

Yang

Mempengaruhi

nya

debt/equity

hypothesis

(yang diproksi

oleh tingkat

leverage), dan

size hypothesis

(Ukuran

perusahaan,

Risiko

perusahaan,

Rasio

konsentrasi, &

intensitas

modal).

Konservatisme

Akuntansi

Regresi

Linier

berganda

dengan 370

sampel

perusahaan

Adanya hubungan

negative antara rasio

leverage dengan

konservatisme

akuntansi

4. Hesty

Setyaningsih

(2008)

Pengaruh

Tingkat

Kesulitan

Keuangan

Perusahaan

Terhadap

Konservatisme

Akuntansi

Tingkat

Kesulitan

Keuangan

Perusahaan

Konservatisme

Akuntansi

Regresi OLS

dengan

sampel

Perusahaan

manufaktur

yang

terdaftar di

BEI

Perusahaan yang

mengalami tingkat

kesulitan keuangan

dengan

menyelenggarkan

prinsip konservatisme

akuntansi

mencerminkan

keadaan perusahaan

yang baik.

5. Ludovicus

Lasdi (2009)

Pengaruh

Determinan

Konservatisme

Akuntansi

Kontrak

kompensasi,

Kontrak

hutang, Biaya

litigasi, dan

Biaya politis

dan pajak

Konservatisme

Akuntansi

Model

Regresi

berganda

dengan 100

perusahaan

manufaktur

yang listed di

BEI

Perusahaan pelanggar

mempunyai lebih

banyak akrual

abnormal yang

agresif dan berubah

pada akuntansi yang

lebih konservatif

Sumber: Diolah oleh penulis.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

40

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber: Diolah oleh penulis.

Penelitian ini untuk menguji earnings management yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia mempengaruhi pilihan manajer

untuk menerapkan kebijakan akuntansi konservatif. Dengan dimoderasi mekanisme

corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan manajerial dan jumlah

dewan komisaris.

Variabel Pemoderasi

Variabel Independen Variabel Dependen

Mekanisme Corporate Governance

Konservatisme Akuntansi (Y)

Earning Management (X1)

1. Kepemilikan Manejerial (X2)

2. Ukuran Dewan Komisaris (X3)

Discretionery Acrrual Accrual Conservatism

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

41

2.3.1. Earnings Management Dan Konservatisme Akuntansi

Beberapa penelitian mengindikasi bahwa akrual sebagai mekanisme yang

digunakan untuk memanipulasi laba, dihubungkan dengan penggunaan konservatisma

akuntansi (Basu 1997; Givoly dan Hayn 2000; Dunbar et al. 2004; Mayangsari dan

Wilopo 2002; Dewi 2003). Basu (1997) dalam Anggraini & Trisnawati (2008)

menyatakan bahwa konservatisma merupakan praktik akuntansi yang mengurangi

laba (dan menurunkan nilai aktiva bersih) ketika menanggapi kabar baik.

Earnings management merupakan cara menyajikan laba yang disesuaikan

dengan tujuan yang diinginkan oleh manajer dan dilakukan melalui pemilihan

kebijakan akuntansi atau melalui pengelolaan akrual. Prinsip ini terkait dengan

definisi konservatisma yang dikemukakan oleh Penman dan Zhang (2000) serta Wolk

dan Tearney (2000) dalam Anggraini & Trisnawati (2008) yang menyatakan bahwa

konservatisma akuntansi tidak saja berkaitan dengan pemilihan metoda akuntansi,

tetapi juga estimasi yang seringkali diterapkan berkaitan dengan akuntansi akrual.

Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat dikendalikan oleh manajemen dalam

jangka pendek, mencakup persentase aloksi piutang tak tertagih, peningkatan biaya

overhead yang dibebankan pada sediaan, perubahan estimasi biaya garansi (Wolk dan

Teamey 2000).

Dalam Lasdi (2005) menyatakan manajer perusahaan memilih akuntansi

konservatif karena dipengaruhi perilaku oportunistik manajer dalam mengelola laba

agar dapa memaksimalkan kepentingannya dengan mengrbankan kesejahteraan pihak

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

42

pihak yang melakukan kontrak dengan manajer. Penyebab perusahaan menggunakan

manajemen laba menurun adalah pemonitoran yang dilakukan oleh berbagai pihak

seperti pemberi pinjaman. Tiap usaha untuk meningkatkan laba akan menyebabkan

manajer kehilangan kredibilitas dari pemberi pinjaman, sehingga akan

membahayakan sumber keuangan perusahaan. Oleh karena itu manajer cenderung

menggunakan atau memilih akuntansi konservatif.

Dilain pihak, Tong (2005) dan Hayn (2005) dalam Lasdi (2009) menyatakan

bahwa konservatisme akuntansi berbeda dengan manajemen laba. Pertama,

manajemen laba cenderung merupakan fenomena penurunan laba jangka pendek,

sedangkan konservatisme akuntansi menurunkan laba secara permanen.

Understatement aktiva bersih yang sistematik merupakan tanda konservatisme

akuntansi (Watts, 2005). Argumen untuk konservatisme akuntansi mengadopsi

perspektif jangka panjang yang didasarkan pada pengontrakan yang efisien. Ukuran

konservatisme diskresioner adalah understatement yang persisten dari laba

kumulasian dan aset bersih sepanjang periode waktu. Jika konservatisme akuntansi

merupakan mekanisme kontrak yang efisien, maka pengaruh yang diamati seharusnya

mendominasi pengaruh manajemen laba dalam jangka panjang. Manajemen laba

dalam bentuk penurunan laba terjadi hanya sementara atau tidak terjadi setiap tahun,

misalnya penghapusan aktiva pada suatu tahun akan menurunkan laba pada tahun

yang bersangkutan, tetapi akan menaikkan laba pada tahun berikutnya.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

43

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari dan Wilopo (2002)

serta Dewi (2003) memberikan bukti bahwa terdapat hubungan antara earnings

management dengan konservatisma akuntansi. Mayangsari dan Wilopo (2002)

menyatakan bahwa pemilihan metoda akuntansi yang konservatif tidak terlepas dari

kepentingan pihak manajemen untuk memaksimalisasi kepentingannya dengan

mengorbankan kesejahteraan pemegang sahamnya, atau yang biasa disebut dengan

masalah keagenan seperti yang tersaji dalam teori keagenan Jensen dan Meckling

(1976). Konservatisma dapat membatasi tindakan manajer yang secara oportunistik

mengelola laba dan memanfaatkan posisi sebagai manajer yang memiliki informasi

yang lebih banyak dibandingkan pihak luar perusahaan (Gul et a[. 2002). Akuntansi

yang konservatif diperlukan untuk melindungi pihak-pihak yang melakukan kontrak

dengan manajer. Contohnya, adanya perilaku oportunistik yang meningkatkan laba

untuk mendapatkan kompensasi yang lebih baik membuat pemegang saham akan

mendesak manajer untuk menggunakan akuntansi yang konservatif.

2.3.2. Kepemilikan Manajerial, Earnings Management, Dan Konservatisme

Akuntansi

Adanya hasil yang pro dan kontra seputar penelitian tentang pengaruh

penerapan prinsip konservatisma mendorong peneliti untuk memasukkan mekanisme

Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Peneliti menduga bahwa ada

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

44

variabel lain yang menginteraksi Hubungan earning management dengan

konservatisme akuntansi.

Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak

dipublikasikan Jensend and Meckling (1976) dalam Sukharta (2007) menyatakan

bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka

manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham

yang juga adalah dirinya sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta

Smith and Watts (1992) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan program

kebijakan remunerasi guna mengurangi masalah keagenan. Mereka menjelaskan

bahwa kompensasi tetap berupa gaji, tunjangan, dan bonus terbukti dapat digunakan

sebagai sarana untuk menyamakan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.

Struktur kepemilikan manajerial mencerminkan persentase jumlah saham yang

dimiliki manajemen dari seluruh jumlah saham yang ada dalam perusahaan. Pada

dasarnya pemilihan metoda akuntansi juga dipengaruhi oleh manajer. Dengan kata

lain kepemilikan manajer menentukan kebijakan dan pilihan manajemen terhadap

metoda akuntansi termasuk konservatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

menyelaraskan antara kepentingan pemilik dan manajemen adalah dengan melibatkan

manajemen dalam struktur kepemilikan saham yang cukup besar.

Jika kepemilikan manajerial semakin rendah, maka manajer akan cenderung

kurang konservatif atau cenderung meningkatkan laba yang dilaporkan. Hal ini terjadi

karena sering kali kinerja manajemen dinilai dari seberapa besar target dipenuhi oleh

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

45

manajer. Target suatu perusahaan biasanya diorientasikan dengan laba, maka semakin

tinggi laba kinerja manajemen semakin baik sehingga manajer mendapat bonus yang

lebih banyak (dengan asumsi ada perjanjian bonus plan). Hal tersebut yang

mendorong manajer melaporkan laba lebih besar (Suaryana, 2008).

LaFond dan Roychowdhury (2007) dalam Whardani (2008) menyatakan

bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan merupakan salah satu mekanisme

dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan

dan pengendalian. Mereka menghipotesiskan bahwa dengan semakin kecilnya

kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar

sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat.

Konsisten dengan hipotesa tersebut, mereka menemukan adanya hubungan yang

negatif antara kepemilikan manajerial dengan konservatisme yang diukur dengan

menggunakan ukuran asymmetric timeliness dari pengakuan laba dan rugi.

Sedangkan dalam Palestin (2006) yang menemukan bahwa struktur

kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar

kepemilikan saham maka semakin kecil praktik manajemen laba. Ini disebabkan

karena kepemilikan saham yang terkonsentrasi dapat membuat pemegang saham pada

posisi yang kuat untuk mengendalikan manajemen secara efektif sehingga mampu

membatasi perilaku oportunis oleh manajer.

Pengaruh kepemilikan manajerial memberikan dampak yang berbeda antara

earning manajemen dengan konservatisme akuntansi. Dua kebijakan ini merupakan

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

46

opsi manajer dalam yang digunakan untuk mempengaruhi suatu pelaporan keuangan

perusahaan.

2.3.3. Jumlah Dewan Komisaris, Earnings Management, Dan Konservatisme

Akuntansi

Dewan komisaris (struktur pengelolaan) merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam

penerapan kebijakan konservatisma akuntansi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

yang dikemukakan Mizruchi (1983) dalam Hapsoro (2006) dalam Amalia (2007)

bahwa dewan komisaris merupakan “the ultimate center of control.” Semakin besar

jumlah komisaris fungsi service dan kontrol akan semakin baik karena akan semakin

banyak keahlian dalam memberikan nasehat yang bernilai dalam strategi dan

penyelenggaraan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983 dalam Kusumawati dan

Riyanto, 2005). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik

dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam

menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak

manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu

laporan laba yang berkualitas.

Ukuran dewan (komisaris) dapat mempengaruhi kemampuan memonitor

proses pelaporan keuangan seperti penelitian Midiastuty (2003) dalam Mudjiyanti

(2005) dalam Amalia (2007) yang menyimpulkan bahwa mekanisme kepemilikan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

47

manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran atau jumlah dewan mampu

mengurangi konflik kepentingan antara stakeholders dan meningkatkan kepercayaan

investor

Yu (2006) dalam Nasution dan Setyawan (2007) menemukan bahwa ukuran

dewan komisaris berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba

yang diukur dengan menggunakan model Modified Jones untuk memperoleh nilai

akrual kelolaannya. Hal ini menandakan bahwa makin sedikit dewan komisaris maka

tindak manajemen laba makin banyak karena sedikitnya dewan komisaris

memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen

dalam menjalankan perannya.

Lara, et al (2005) dalam Sari dan Adhariani (2009) menunjukkan bahwa

perusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai mekanisme corporate

governance mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada

perusahaan dengan dewan yang lemah. Komposisi anggota dewan komisaris yang

tidak seimbang dengan dewan direksi akan menyebabkan komisaris mengalami

kesulitan dalam berdiskusi dengan dewan direksi dan mengawasi kinerja perusahaan.

Dewan komisaris akan lebih menginginkan penerapan prinsip akuntansi yang

konservatif untuk mencegah perilaku yang menyimpang dari direksi dan manajer.

Maka diperlukan jumlah anggota dewan komisaris yang tepat dan sesuai

dengan kebutuhan perusahaan supaya proses monitoring lebih efektif. Sehingga

semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin besar kekuatan dari dewan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unj.ac.id/883/2/bab 2.pdf · Teori Keagenan (Agency Theory) Ketika terdapat pemisahan antara pemilik (principal) dengan

48

komisaris dalam melakukan pengawasan sehingga penggunaan akuntansi yang

konservatif akan semakin tinggi pula. Hal ini dapat mengurangi dominasi oleh pihak

manajemen dalam menjalankan perannya dalam memanipulasi laba pada pelaporan

keuangan.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian

pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh antara earnings management terhadap konservatisme

akuntansi.

H2: Terdapat pengaruh antara earnings management terhadap konservatisme

akuntansi dengan dimoderasi oleh kepemilikan manajerial.

H3: Terdapat pengaruh antara earnings management terhadap konservatisme

akuntansi dengan dimoderasi oleh jumlah dewan komisaris.