BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

14
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia, karena dengan belajar manusia akan menjadi makhluk yang lebih baik, dan berguna. Tanpa disadari dari sejak manusia dilahirkan di dunia sudah mengalami proses belajar, misalnya saat balita mulai belajar membuka mata, melihat objek-objek disekitarnya dan hal kecil lainnya yang bisa disebut dengan belajar. Proses belajar itu sendiri timbul akibat adanya interaksi seseorang dengan lingkungan sehingga dari hasil belajar tersebut akan menghasilkan perubahan perilaku pada si pembelajar. Ruminiati (2007) mengungkapkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu, membimbing, dan memotivasi siswa mempelajari suatu informasi tertentu dalam suatu proses yang telah dirancang secara masak mencakup segala kemungkinan yang terjadi. Hampir sama dengan pendapat di atas, Hamdani (2010) mengatakan “pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antar siswa”. Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu daya upaya guru yang dirancang dengan menciptakan iklim dan suasana belajar yang optimal. Dalam pembelajaran IPA banyak membahas tentang ilmu-ilmu alam yang merupakan hal baru bagi siswa usia Sekolah Dasar, maka dari itu peran guru dalam membimbing dan memfasilitatori kegiatan pembelajaran sangat membantu pemahaman siswa tentang alam sekitar. Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan perpaduan dari beberapa bidang ilmu diantaranya adalah ilmu-ilmu biologi, fisika,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia,

karena dengan belajar manusia akan menjadi makhluk yang lebih baik, dan

berguna. Tanpa disadari dari sejak manusia dilahirkan di dunia sudah

mengalami proses belajar, misalnya saat balita mulai belajar membuka

mata, melihat objek-objek disekitarnya dan hal kecil lainnya yang bisa

disebut dengan belajar. Proses belajar itu sendiri timbul akibat adanya

interaksi seseorang dengan lingkungan sehingga dari hasil belajar tersebut

akan menghasilkan perubahan perilaku pada si pembelajar. Ruminiati

(2007) mengungkapkan “pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

dirancang oleh guru untuk membantu, membimbing, dan memotivasi

siswa mempelajari suatu informasi tertentu dalam suatu proses yang telah

dirancang secara masak mencakup segala kemungkinan yang terjadi”.

Hampir sama dengan pendapat di atas, Hamdani (2010) mengatakan

“pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang

amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta

antar siswa”. Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu daya upaya guru yang dirancang dengan

menciptakan iklim dan suasana belajar yang optimal.

Dalam pembelajaran IPA banyak membahas tentang ilmu-ilmu

alam yang merupakan hal baru bagi siswa usia Sekolah Dasar, maka dari

itu peran guru dalam membimbing dan memfasilitatori kegiatan

pembelajaran sangat membantu pemahaman siswa tentang alam sekitar.

Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan perpaduan

dari beberapa bidang ilmu diantaranya adalah ilmu-ilmu biologi, fisika,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

9

kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang ada di alam, baik

peristiwa maupun gejala-gejala yang muncul di dalamnya dipelajari dalam

mata pelajaran IPA. Ada tiga istilah dalam IPA yaitu “ilmu”,

“pengetahuan”, dan “alam”. Istilah lainnya yang juga sering dikenal yaitu

“sains” yang berasal dari kata “natural science”. Natural artinya alamiah

berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.

Jadi Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang

gejala-gejala atau peristiwa alam.

Wisudawati & Sulistyowati (2015) menggambarkan

“Pembelajaran IPA sebagai suatu sistem yang terdiri atas komponen

masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran”.

Dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pembelajaran IPA, ia juga

mengungkapkan tentang pengertian pembelajaran IPA pada hakekatnya

adalah “interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi

yang telah ditetapkan”. Komponen-komponen pembelajaran merupakan

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan

pembelajaran. misalnya seperti guru tidak akan dapat melaksanakan

pembelajaran tanpa adanya siswa begitu halnya siswa tidak hanya cukup

jika mengadakan interaksi dengan guru saja, tetapi membutuhkan

komponen-komponen yang lainnya untuk mendukung proses pembelajaran

seperti, kurikulum, model pembelajaran, metode, materi, media, dan

evaluasi. Dari semua komponen pembelajaran tersebut antara satu dengan

yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Disinilah guru berperan

sebagai ujung tombak pembelajaran dalam menyusun seluruh komponen

pembelajaran supaya hasil belajar siswa memuaskan.

2.1.2 Hasil Belajar pada Ranah Kognitif

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

seseorang setelah mengalami proses belajar, untuk mengetahui hasil

belajar siswa tersebut maka diperlukan adanya pengukuran. Pengukuran

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

10

hasil belajar dilakukan oleh seorang guru dalam rangka mengetahui tingkat

pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan sebelumnya, maka

dengan demikian guru dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran

sudah tercapai atau belum. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan

tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

Bloom yang secara garis besar membaginya ke dalam 3 ranah yaitu ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Pengukuran pada ranah kognitif lebih sering digunakan guru dalam

proses pembelajaran, dengan melaksanakan pengukuran hasil belajar pada

ranah kognitif tersebut maka guru dapat mengetahui sejauhmana

pemahaman materi yang telah diserap oleh siswa setelah melaksanakan

proses belajar. Bloom pada tahun 1956, dalam bukunya Taxonomy of

Educational Objectives. Handbook 1: Cognitive Domain membagi tujuan

pembelajaran ranah kognitif atau intelektual dibagi menjadi 6 tingkatan

yang dilambangkan dengan huruf C (cognitif) yaitu:

(a) C1 (Pengetahuan/knowledge) menekankan pada kemampuan

dalam mengingat kembali materi yang telah dipelajari, kata kerja

operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah mengutip,

menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan, membilang,

mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi

indeks, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari,

menghafal, meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau,

memilih, menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi kode,

menelusuri, dam menulis. (b) C2 (pemahaman/comprehension) diartikan

sebagai kemempuan memahami materi. Kata kerja operasional yang dapat

dipakai dalam jenjang ini adalah memperkirakan, menjelaskan,

mengkategorikan, mencirikan, merinci, mengasosiasikan,

membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah,

mempertahankan, menguraikan, menjalin, membedakan, mendiskusikan,

menggali, mencontohkan, menerangkan, mengemukakan, mempolakan,

memperluas, menyimpulkan, meramalkan, merangkum, dan menjabarkan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

11

(c) C3 (Penerapan application) yaitu dimana peserta didik menggunakan/

menerapkan pemahamannya pada situasi nyata. Kata kerja operasional

yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah: menugaskan, mengurutkan,

menentukan, menerapakan, menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi,

mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan, mencegah,

menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan, mengadaptasi,

menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan, mengkonsepkan,

melaksanakan, meramalkan, memproduksi, memproses, mengaitkan,

menyusun, mensimulasikan, memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.

(d) C4 (Analisis/analysis) diartikan dengan kemampuan menguraikan

suatu materi menjadi komponen yang lebih jelas. Kata kerja operasional

yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah: menganalisis, mengaudit,

memecahkan, menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi,

memerinci, menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan,

merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan,

menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan,

mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer. (e)

C5 (Sintesis/synthesis) dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan

mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk struktur yang unik.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah:

mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan,

mengkategorikan, mengkode, mengkombinasikan, menyusun, mengarang,

membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan,

mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte,

meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk, merumuskan,

menggeneralisasi, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi,

menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, dan

merekonstruksi. Dan yang terakhir (f) C6 (Evaluasi/evalution) yang

diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan

tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kata kerja operasional yang dapat

dipakai dalam jenjang ini adalah: membandingkan, menyimpulkan,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

12

menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan,

memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan,

mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan,

memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.

Keenam tingkatan diatas seluruhnya merupakan segala aktivitas

yang melibatkan otak atau berkaitan dengan intelegensi seorang siswa.

Dalam rangka mengetahui sejauhmana tingkat berpikir siswa tersebut

maka diperlukan adanya alat/instrumen yang digunakan oleh peneliti. Ada

berbagai macam instrumen dalam pengukuran hasil belajar siswa. Dalam

dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa adalah instrumen tes, lembar observasi, panduan

wawancara, skala sikap dan angket. Sementara itu instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen tes.

Pengukuran instrumen tes dapat diartikan sebagai kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala

atau peristiwa tertentu, sehingga terlihatlah pencapaian kognitif dari

masing-masing siswa yang telah mengalami proses belajar tersebut.

Pencapaian kognitif oleh siswa tidak lepas dari peran guru sebagai tombak

dalam pembelajaran karena bukan hanya dari dalam diri siswa tetapi faktor

lain juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Dimyati &

Mudjiono (2009) ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Pada kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru di kelas dalam membina kegiatan belajar siswa,

sarana prasarana, dan kebijakan penilaian adalah beberapa faktor eksternal

yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Slavin dalam Suriansyah & Sulaiman (2009) secara lebih

spesifik mengutarakan, dari beberapa hasil penelitian telah membuktikan

bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

dan hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

bersosial antar siswa.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

13

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran banyak digunakan dalam dunia pendidikan,

hal ini terjadi karena model pembelajaran memiliki fungsi yang penting

yaitu sebagai pencapaian tujuan dan hasil belajar oleh siswa. Model

pembelajaran ini sendiri dapat diartikan sebagai prosedur yang sistematis

yang dilakukan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal.

Suprijono (2014) mendefinisikan “model pembelajaran sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Sementara itu menurut Arends “model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Model pembelajaran terdiri dari

beberapa macam. Suprijono (2014) membaginya ke dalam tiga model

pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, pembelajaran

kooperatif dan model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen. Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja

kelompok. Sanjaya (2008) mengatakan bahwa “model pembelajaran

kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan”. Tetapi Suprijono (2014) mengatakan bahwa

“dalam pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok, ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan”.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

14

Menurut Hamdani (2010) terdapat enam tahap pembelajaran

kooperatif yang disajikan dalam tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan

yang ingin dicapai selama

pembelajaran dan memotivasi siswa

untuk belajar.

Fase 2:

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi

atau melalui bahan bacaan.

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa

cara membentuk kelompok belajar

dan membantu setiap kelompok

agar melakukan transisi secara

efisien.

Fase 4:

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar.

Guru membimbing kelompok

belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Fase 5:

Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah

dipelajari/meminta presentasi hasil

kerja kepada kelompok.

Fase 6:

Memberikan penghargaan

Guru menghargai upaya dan hasil

belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran kooperatif dimulai dengan pemberian informasi oleh

guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai selama proses

pembelajaran. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi melalui bahan

bacaan dan kemudian dibawah bimbingan guru, siswa bekerjasama secara

kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Fase

terakhir pada pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir

oleh kelompok sehingga dapat di evaluasi oleh guru bersama dengan

seluruh siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

15

2.1.4 Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran talking stick adalah bagian dari pembelajaran

kooperatif yang menggunakan tongkat sebagai alat berbicara oleh siswa.

Pembelajaran talking stick ini mendorong siswa untuk berani

mengemukakan pendapat didepan kelas. Secara tidak langsung guru

mempersiapkan seluruh siswa untuk berani mengutarakan pendapatnya

tentang materi pembelajaran, walaupun pada awalnya terkesan memaksa

siswa untuk berbicara tetapi hal ini justru dapat meningkatkan keberanian

siswa dalam berbicara di depan banyak orang. Talking Stick (tongkat

berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk

asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan

pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Sebagaimana

dikemukakan oleh Carol Locust berikut ini:

The talking stick has been used for centuries by many Indian

tribes as a means of just and impartial hearing. The talking

stick was commonly used in council circles to decide who had

the right to speak. When matters of great concern would

come before the council, the leading elder would hold the

talking stick, and begin the discussion. When he would finish

what he had to say, he would hold out the talking stick, and

whoever would speak after him would take it. In this manner,

the stick would be passed from one individual to another until

all who wanted to speak had done so. The stick was then

passed back to the elder for safe keeping.

Menurut uraian diatas dari penemuan metode yang digunakan oleh

penduduk asli Amerika untuk mengajak orang berbicara, kini metode itu

sudah digunakan sebagai metode pembelajaran di kelas. Dalam penerapan

metode Talking Stick ini guru membagi kelas menjadi kelompok-

kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Kelompok

dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan,

persahabatan, atau minat yang berbeda.

Adapun sintak model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick dalam Huda (2015) adalah sebagai berikut.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

16

1. Guru menyiapkan tongkat yang panjangnya kurang

lebih 20 cm.

2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan

dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para

kelompok untuk membaca dan mempelajari materi

pelajaran.

3. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di

dalam wacana.

4. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan

mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa

untuk menutup bacaan.

5. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada

salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan

dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian

besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap

pertanyaan dari guru.

6. Guru memberi kesimpulan.

7. Guru melakukan evaluasi/penilaian.

8. Guru menutup pembelajaran.

2.2 Media Pembelajaran Lagu

Media pembelajaran dapat diterapkan dalam proses belajar

mengajar, tetapi sebaiknya dalam penerapan media pembelajaran tidak

berdiri sendiri karena pada dasarnya fungsi dari media merupakan alat

bantu dalam pembelajaran di kelas. Secara lebih jelasnya definisi media

media diungkapkan Indriana (2011) “Media adalah alat saluran

komunikasi”. Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan

bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara,

yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a

receiver).

Arief (2008) juga mengemukakan makna arti kata media.

Menurutnya media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang

digunakan untuk membawa suatu informasi dari sumber kepada penerima.

Sejumlah pakar membuat membuat batasan tentang media, diantaranya

yang dikemukakan oleh Association of Education and Comunication

Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media adalah segala bentuk

dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

17

Uno (2008). Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

alat bantu yang digunakan oleh guru untuk membawa informasi kepada

penerima (siswa) pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Dalam proses belajar mengajar, media merupakan salah satu unsur

yang sangat penting sebagai pendukung proses pembelajaran. Pemilihan

media pembelajaran juga harus dilakukan dengan cermat dan teliti.

Berbagai aspek harus diperhatikan misalnya seperti menyesuaikan

pemilihan media dengan tujuan pembelajaran, materi dan termasuk juga

karakteristik siswa.

Media lagu dipilih karena cocok jika diterapkan pada anak usia SD

yang masih senang bermain, bernyanyi, dan melakukan hal-hal baru yang

gembira. Media lagu ini termasuk dalam jenis media audio yang

memanfaatkan indra pendengaran sebagai alat bantu dalam belajar, media

lagu merupakan rangkaian syair yang diiringi nada atau suara. Dalam

penerapannya media lagu diterapkan sebagai pengiring pelaksanaan model

talking stick, ketika tongkat/stick mulai digulirkan siswa mengiringinya

dengan bernyanyi bergembira lagu yang sudah disiapkan oleh guru. Maka

ketika lagu sudah selesai dan berhenti dinyanyikan, siswa terakhir yang

memegang tongkat tersebut akan berbicara di depan kelas dengan

menjawab pertanyaan yang diutarakan oleh guru.

Media lagu yang digunakan dalam pembelajaran IPA materi tata

surya diambil dari lagu anak-anak kemudian syairnya diganti dengan

materi pelajaran guna memudahkan siswa dalam belajar dirumah, sekolah

maupun tempat yang lainnya. Dengan pemanfaatan media lagu ini

diharapkan siswa lebih gemar belajar dengan menggunakan lagu materi.

2.3 Hubungan Model Talking Stick berbantuan Media Lagu dengan Hasil

Belajar pada Ranah Kognitif

Model pembelajaran talking stick adalah model pembelajaran

berbantuan tongkat. Penerapan talking stick diiringi dengan lagu yang

berisi materi pembelajaran tata surya, tongkat digulirkan kepada siswa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

18

dengan diiringi menyanyikan lagu tata surya. Ketika lagu berhenti, maka

siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru.

Model pembelajaran ini mengandung unsur bermain sesuai dengan

karakter siswa Sekolah Dasar, pembelajaran yang awalnya tegang dengan

menggunakan metode konvensional maka dengan penerapan model talking

stick akan membawa suasana kelas yang berbeda menjadi lebih cair,

menyenangkan dan tidak membosankan. Keuntungan lainnya dalam model

talking stick ini mempersiapkan siswa untuk menjadi berani berbicara/

aktif di depan kelas ditambah lagi dengan bantuan media lagu, siswa akan

lebih senang untuk belajar karena lebih menyenangkan. Ketika

sebelumnya dalam kegiatan belajar mereka harus membuka buku,

menyiapkan waktu dan tempat tersendiri dalam belajar tetapi dengan

media lagu aktivitas belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Mereka hanya perlu bernyanyi maka sekaligus mereka melakukan

kegiatan belajar yang menyenangkan. Kegiatan belajar yang

menyenangkan akan mampu meningkatkan motivasi dan intensitas belajar

siswa maka peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif akan tercapai

dengan menerapkan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media

lagu.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menguatkan penelitian ini maka penulis memaparkan hasil

penelitian terdahulu sebagai penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Martiani

(2014) dengan judul “Pengaruh Metode Talking Stick Berbantuan Peta

Konsep terhadap Pemahaman Konsep IPA siswa kelas V SD” penelitian

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman

konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

metode talking stick berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada

siswa kelas V SD di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar. Hasil penelitian

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

19

tentang pemahaman konsep siswa diperoleh rata-rata skor pemahaman

konsep IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking

stick berbantuan peta konsep adalah 30,08 yang tergolong kriteria sangat

tinggi dan rata-rata skor pemahaman konsep IPA siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional adalah 21,83

yang tergolong kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa, kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick

berbantuan peta konsep memiliki pemahaman konsep yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan metode pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian Wahyuni (2013) yang berjudul “Penerapan Metode

Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA kelas IV di SDN 2

Posona” menunjukkan bahwa penerapan metode talking stick dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 2 Posona. Hal ini

dibuktikan pada siklus I siswa yang tuntas 12 dari 22 siswa, presentase

ketuntasan hasil belajar klasikal 54,55% kategori kurang, sehingga perlu

dilakukan siklus II dengan hasil penelitian siswa yang tuntas 18 dari 22

siswa, presentase ketuntasan hasil belajar klasikal 81,82% kategori sangat

baik.

Penelitian lain yang berkaitan dengan media lagu dilakukan oleh

Ulfa (2011) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Rangkuman Materi

sebagai Lirik Lagu Pada Pembelajaran Biologi terhadap Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Cluring Banyuwangi” penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan rangkuman materi

sebagai lirik lagu pada pembelajaran biologi terhadap motivasi dan hasil

belajar siswa di SMA Negeri 1 Cluring Banyuwangi. Hasil analisis data

menunjukkan bahwa penggunaan rangkuman materi sebagai lirik lagu

berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar aspek Attention (p =

0,005), aspek Relevance (p = 0,001), aspek Convidance (p = 0,005), aspek

Satisfaction (p = 0,018). Dengan selisih rerata nilai motivasi kelas

eksperimen : kelas kontrol. Perbandingan selisih rerata nilai motivasi kelas

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

20

eksperimen : kelas control adalah 1,07 : -0,36 (untuk Attention Awal dan

Attention Akhir) 1,31 : 0,23 (untuk Relevance Awal dan Relevance Akhir),

1,07 : -0,3 (untuk Convidance Awal dan Convidance Akhir) 1,24 : 0,-21

(untuk Satisfaction Awal dan Satisfaction Akhir).

Penggunaan rangkuman materi sebagai lirik lagu berpengaruh

signifikan terhadap nilai kognitif siswa dengan selisih rerata kelas

eksperimen : kontrol = 8,5 : 6,94 dan signifikasi 0,033, nilai psikomotor

siswa dengan selisih rerata kelas eksperimen : kontrol = 10,13 : 2,56 dan

signifikasi > 0,063, pada nilai psikomotor tidak terjadi pengaruh yang

signifikan hal ini disebabkan karena kurang aktifnya siswa pada

pembelajaran sehingga menyebabkan nilai psikomotor menjadi rendah,

selain peneliti kurang bisa memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi, nilai

afektif siswa dengan selisih rerata kelas eksperimen : kontrol = 11,34 :

12,09.

Di dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan metode

kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap hasil belajar

IPA pada materi tata surya kelas VI SD terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya pada penelitian Martiani

(2014) dan Wahyuni (2013) yaitu terletak pada variabel bebas penggunaan

model kooperatif tipe talking stick. Namun talking stick dalam penelitian

ini berfungsi sebagai model pembelajaran, sedangkan pada penelitian

sebelumnya talking stick digunakan sebagai metode pembelajaran.

Persamaan pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ulfa (2011) adalah

penggunaan media lagu yang berisi rangkuman materi pembelajaran. Pada

variabel terikat ketiga penelitian sebelumnya sama yaitu menggunakan

hasil belajar IPA tetapi pada penelitian Ulfa ditambahkan dengan motivasi

siswa

2.5 Kerangka Berpikir

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk

mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13012/2/T1_292012012_BAB II... · 9 . kimia, ilmu bumi dan astronomi. Semua benda yang . ada di

21

pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah

gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam

melakukan penelitian. Adapun skema tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir

Keterangan:

= Variabel yang di teliti

= Hubungan yang mempengaruhi

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka dan

kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapatkan

dapat dirumuskan hipotesis:

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif mata

pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu pada materi tata

surya bagi siswa kelas VI SD Panunggalan 5 Semester II Tahun

2015/2016 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif mata pelajaran

IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick berbantuan media lagu pada materi tata surya bagi

siswa kelas VI SD Panunggalan 5 Semester II Tahun 2015/2016

Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.

X1

(Pretest)

X2

(posttest)

Perlakuan model

talking stick

berbantuan media

lagu