BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1...

26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Ubi Jalar Ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang sangat efisien memanfaatkan hara, sinar matahari dan air. Umurnya yang pendek sekitar 3-4 bulan mempercepat pengembalian modal yang digulirkan. Ubi jalar dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah 1 . Berikut adalah taksonomi untuk tanaman ubi jalar (Rukmana, 1997 dalam Dede Juanda, dkk) Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Convolvulales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea batatas 1 aagos.ristek.go.id/pertanian/ubi_jalar.pdf

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1...

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang sangat efisien

memanfaatkan hara, sinar matahari dan air. Umurnya yang pendek sekitar 3-4

bulan mempercepat pengembalian modal yang digulirkan. Ubi jalar dapat ditanam

di dataran rendah maupun dataran tinggi. Di Indonesia yang beriklim tropik,

tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl.

Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh

dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah1.

Berikut adalah taksonomi untuk tanaman ubi jalar (Rukmana, 1997 dalam

Dede Juanda, dkk)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas

1 aagos.ristek.go.id/pertanian/ubi_jalar.pdf

10

Ubi jalar merupakan salah satu makanan penghasil karbohidrat utama

selain beras, singkong dan jagung. Di Indonesia, rata-rata penduduknya

mengkonsumsi ubi jalar sebagai makanan tambahan atau sampingan, kecuali di

Irian Jaya dan Maluku, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok. Ubi jalar di

kawasan dataran tinggi Jayawijaya merupakan sumber utama karbohidrat dan

memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori penduduk (Wanamarta, 1981 dalam

Zuraida dan Supriati, 2001).

Ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai pengganti makanan pokok karena

merupakan sumber kalori yang efisien, selain itu ubi jalar juga mengandung

vitamin A dalam jumlah yang cukup, asam askorbat, tianin, riboflavin, niasin,

fosfor, besi, dan kalsium. Ubi jalar mempunyai kandungan gizi yang relatif lebih

baik dibandingkan dengan beras, jagung dan terigu. Ubi jalar yang berwarna

oranye kaya akan provitamin A (betakaroten) dan vitamin C sementara yang

berwarna kuning selain kaya vitamin C juga kaya kalium yang berfungsi

menguatkan tulang (Hafsah, 2004). Menurut Zuraida dan Supriati (2001), ada

beberapa keunggulan dan keuntungan mengkonsumsi ubi jalar yaitu:

1. Ubi jalar mudah diproduksi pada berbagai lahan dengan produktivitas antara

20-40 ton/hektar umbi segar.

2. Kandungan kalori per 100 gram cukup tinggi, yaitu 123 kalori dan dapat

memberikan rasa kenyang dalam jumlah yang relatif sedikit.

3. Cara penyajian hidangan ubi jalar mudah, praktis dan sangat beragam, serta

serasi (compatible) dengan makanan lain yang dihidangkan.

4. Harga per unit murah dan bahan mudah diperoleh di pasar lokal.

11

5. Dapat berfungsi dengan baik sebagai substitusi dan suplementasi makanan

sumber karbohidrat tradisional nasi beras.

6. Bukan jenis makanan baru dan telah dikenal secara turun-temurun oleh

masyarakat Indonesia.

7. Rasa dan teksturnya sangat beragam, sehingga dapat dipilih yang paling sesuai

dengan selera konsumen.

8. Mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi sehingga layak dinilai

sebagai golongan bahan pangan sehat.

Sebagai gambaran kandungan gizi berbagai jenis ubi jalar bila

dibandingkan dengan beras, jagung dan terigu dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Gizi dalam 100 gram Ubi jalar, Beras, Jagung dan Terigu

No Zat Makanan

Beras

Giling Jagung Terigu

Ubi

putih

Ubi

oranye

Ubi

kuning

1 Kalori (kal) 360,0 355,0 365,0 123,0 123,0 136,0

2 Protein (gram) 6,8 9,2 8,9 1,8 1,8 1,1

3 Lemak (gram) 0,7 3,9 1,3 0,7 0,7 0,4

4 Karbohidrat (gram) 78,9 73,7 77,3 27,9 27,9 32,3

5 Zat kapur (mgr) 6,0 10,0 16,0 - - -

6 Phospor (mgr) 140,0 256,0 106,0 49,0 49,0 52,0

7 Zat besi (mgr) 0,8 2,4 1,2 0,7 0,7 0,7

8 Vitamin A (Sl) 0,3 - 0,1 60,0 7.700,0 900,0

9 Vitamin C (mgr) 0,1 - 0,1 22,0 22,0 35,0

10 Vitamin B 1 (mgr) - - - 1,0 1,0 0,1

11 Kalsium (gram) - - - 30,0 30,0 57,0

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) dalam Hafsah (2004)

2.1.2 Agroindustri Ubi Jalar

Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti

suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utama atau

12

suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana

atau input dalam usaha pertanian. Menurut Suprapto (2008), definisi agroindustri

dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian

sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk

kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan

hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian,

industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida, dan industri jasa sektor

pertanian.

Menurut Austin (1992) dalam Suprapto (2008), agroindustri hasil

pertanian mampu memberikan sumbangan yang sangat nyata bagi pembangunan

dikebanyakan Negara berkembang karena empat alasan, yaitu:

1. Agroindustri hasil pertanian adalah pintu untuk sektor pertanian.

Agroindustri melakukan transformasi bahan mentah dari pertanian termasuk

transformasi produk subsisten menjadi produk akhir untuk konsumen. Ini

berarti bahwa suatu negara tidak dapat sepenuhnya menggunakan sumber

daya agronomis tanpa pengembangan agroindustri. Disatu sisi, permintaan

terhadap jasa pengolahan akan meningkat sejalan dengan peningkatan

produksi pertanian. Disisi lain, agroindustri tidak hanya bersifat reaktif

tetapi juga menimbulkan permintaan ke belakang, yaitu peningkatan

permintaan jumlah dan ragam produksi pertanian. Akibat dari permintaan ke

belakang ini adalah:

a. Petani terdorong untuk mengadopsi teknologi baru agar produktivitas

meningkat.

13

b. Akibat selanjutnya produksi pertanian dan pendapatan petani

meningkat.

c. Memperluas pengembangan prasarana (jalan, listrik, dan lain-lain).

2. Agroindustri hasil pertanian sebagai dasar sektor manufaktur. Transformasi

penting lainnya dalam agroindustri kemudian terjadi karena permintaan

terhadap makanan olahan semakin beragam seiring dengan pendapatan

masyarakat dan urbanisasi yang meningkat. Indikator penting lainnya

tentang pentingnya agroindustri dalam sektor manufaktur adalah

kemampuan menciptakan kesempatan kerja. Di Amerika Serikat misalnya

usahatani hanya melibatkan 2 persen dari angkatan kerja, sedangkan

agroindustri melibatkan 27 persen dari angkatan kerja.

3. Agroindustri pengolahan hasil pertanian menghasilkan komoditas ekspor

penting. Produk agroindustri, termasuk produk dari proses sederhana seperti

pengeringan, mendominasi ekspor kebanyakan negara berkembang sehingga

menambah perolehan devisa. Nilai tambah produk agroindustri cenderung

lebih tinggi dari nilai tambah produk manufaktur lainnya yang diekspor

karena produk manufaktur lain sering tergantung pada komponen impor.

4. Agroindustri pangan merupakan sumber penting nutrisi. Agroindustri dapat

menghemat biaya dengan mengurangi kehilangan produksi pasca panen dan

menjadikan mata rantai pemasaran bahan makanan juga dapat memberikan

keuntungan nutrisi dan kesehatan dari makanan yang dipasok apabila

pengolahan tersebut dirancang dengan baik.

14

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa agroindustri

sangat berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.

Penggunaan produk pertanian melalui agroindustri tidak hanya dikonsumsi dalam

produk segar, akan tetapi produk olahan yang lebih dibutuhkan oleh konsumen.

Ubi jalar merupakan salah satu potensi makanan lokal yang bisa

dikembangkan usaha agroindustrinya di Indonesia, akan tetapi masyarakat

Indonesia belum begitu banyak mengenal atau mengetahui produk olahan dari ubi

jalar. Di negara yang industrinya telah maju seperti Jepang, Taiwan, dan Republik

Rakyat Cina, ubi jalar diolah menjadi tepung dan pati. Kadar pati dan gula

pereduksi ubi jalar adalah 8-29% dan 0,5-2,5%, karena kandungan pati dan gula

pereduksi cukup tinggi, maka ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan sirup (Kay, 1973 dalam Zuraida dan Supriati, 2001). Menurut

Winarno (1982) dalam Zuraida dan Supriati (2001), kira-kira setengah dari

produksi ubi jalar di Jepang digunakan untuk pembuatan pati yang dimanfaatkan

oleh industri tekstil, kosmetik, kertas, dan sirup glukosa.

Di Cina, ubi jalar diolah menjadi tepung yang banyak dimanfaatkan untuk

industri makanan. Menurut Damardjati dan Widowati (1994) dalam Zuraida dan

Supriati (2001), alternatif produk yang dapat dikembangkan dari ubi jalar dibagi

menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Produk olahan dari ubi jalar segar, contohnya ubi rebus, ubi goreng, ubi,

timus, kolak, nogosari, getuk, dan pie

15

2. Produk ubi jalar siap santap, seperti keremes, saos, selai, hasil substitusi

dengan tepung seperti biskuit, kue dan roti, bentuk olahan dengan buah-

buahan, seperti manisan dan asinan.

3. Produk ubi jalar siap masak, umumnya berbentuk produk instan seperti mi

dan bihun. Produk ini belum cukup dikenal di Indonesia, tetapi cukup

populer di Cina dan Korea, terbuat dari pati ubi jalar

4. Produk ubi jalar bahan baku, bentuk produk ini umumnya bersifat kering,

merupakan produk setengah jadi untuk bahan baku, awet dan tahan

disimpan lama, antara lain adalah irisan ubi kering, tepung, dan pati.

Selain itu, ubi jalar juga menjadi campuran utama pembuatan saos tomat

dan sambal

2.1.3 Manajemen Pengadaan

Manajemen pengadaan (Pujawan, 2005) adalah salah satu komponen

utama manajemen rantai pasok. Tugas dari manajemen pengadaan adalah

menyediakan input, berupa barang maupun jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan

produksi maupun kegiatan lain di perusahaan.

Bagian pengadaan tentu tidak hanya bisa berperan secara strategis dalam

menciptakan keunggulan dari segi ongkos, akan tetapi juga punya peran dari

aspek keunggulan kompetitif lainnya. Peran bagian pengadaan pada aspek

keunggulan kompetitif lainnya adalah dari segi waktu. Sebagai salah satu faktor

penting dalam berkompetisi, waktu bisa sangat menentukan berhasil tidaknya

rantai pasokan dalam pertarungan di pasar.

16

Kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman dari pemasok tidak hanya

memungkinkan perusahaan untuk memproduksi dan mengirim barang tepat waktu

untuk konsumen, namun juga bisa mengurangi tingkat persediaan bahan baku atau

produk jadi yang harus disimpan sehingga akan berakibat pada penghematan

biaya.

Secara umum, tugas-tugas dari bagian pengadaan adalah (Pujawan, 2005):

1. Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok. Hubungan dengan

pemasok bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan

transaksional jangka pendek. Model hubungan yang tepat tentu bergantung

pada banyak hal, termasuk diantaranya jaminan pengadaan barang dari

pemasok dan harga pembelian. Bagian pengadaan mempunyai tugas untuk

merancang hubungan dengan pemasok, disamping itu bagian pengadaan juga

perlu menetapkan berapa jumlah pemasok yang harus dipelihara untuk tiap

jenis barang.

2. Memilih pemasok. Kegiatan memilih pemasok bisa memakan waktu dan

sumber daya yang tidak sedikit apabila pemasok yang dimaksud adalah

pemasok utama. Bagi para pemasok utama yang berpotensi untuk menjalin

hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi

awal, kunjungan lapangan dan sebagainya. Proses seperti ini tentu memakan

waktu dan biaya yang cukup besar. Kemampuan pemasok material harus

dijadikan pertimbangan dalam kunci persaingan disamping kemampuan

lainnya seperti pengembangan produk. Pemasok yang menawarkan barang

17

dengan kualitas, kuantitas serta harga yang cocok dengan keinginan dan

kebutuhan perusahaan harus diprioritaskan.

3. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok. Kegiatan

pengadaan membutuhkan bantuan teknologi. Teknologi yang lumrah

digunakan adalah telepon, dengan munculnya internet teknologi pengadaan

mengalami perkembangan dalam membantu kelancaran proses pengadaan.

4. Memelihara data barang yang dibutuhkan dan data pemasok. Bagian

pengadaan harus memiliki data lengkap tentang barang-barang yang

dibutuhkan dan data mengenai para pemasok. Beberapa data pemasok yang

penting untuk dimiliki adalah nama, alamat, jenis barang yang dipasok, harga

per unit, waktu pengiriman, kinerja masa lalu, dan kualifikasi umum seperti

sertifikasi.

5. Melakukan proses pembelian. Pekerjaan yang paling rutin dilakukan bagian

pengadaan adalah proses pembelian. Proses pembelian dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu pembelian rutin dan pembelian melalui tender dengan

proses yang berbeda.

6. Mengevaluasi kinerja pemasok. Penilaian kinerja pemasok merupakan

pekerjaan yang penting dilakukan guna menciptakan daya saing yang

berkelanjutan. Hasil penilaian digunakan sebagai masukan bagi pemasok

untuk meningkatkan kinerja mereka. Bagi perusahaan pembeli, kinerja

pemasok bisa digunakan sebagai dasar untuk menentukan volume pembelian.

18

2.1.4 Strategi Pengadaan Bahan Baku

2.1.4.1 Pengertian Strategi

Menurut Chandler (1962) dalam Rangkuti (2006), yaitu: “Strategi adalah

tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi

semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut“. Sedangkan

menurut Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti (2006), yaitu “Strategi merupakan

tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus

serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh

pelanggan“. Jhonson dan Scholes (1993) dalam Triton (2010) strategi adalah

“Arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang,

yang menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara

khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi

harapan stakeholder“. Porter (2005) dalam Rangkuti (2006), mendefinisikan

strategi secara singkat sebagai alat yang sangat penting untuk mecapai keunggulan

bersaing.

Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi

merupakan bentuk atau pola tindakan yang tepat untuk mengerahkan dan

mengarahkan seluruh sumber daya organisasi dalam mewujudkan visi organisasi.

Tujuan merancang strategi yaitu untuk membangun keunggulan kompetitif bagi

perusahaan dalam menghadapi pesaing-pesaing di dunia bisnis.

2.1.4.2 Pengadaan Bahan Baku

Pengadaan bahan baku adalah bagian dari kegiatan manajemen pengadaan.

Pengadaan bahan baku merupakan kegiatan yang sangat penting karena

19

merupakan faktor utama dalam menjalankan produksi. Industri pertanian adalah

usaha mengolah bahan baku, bila terjadi kekurangan bahan baku maka proses

pengolahan dan pemasaran menjadi tidak efektif.

Menurut Purwadi dan Nugroho (2011), akibat-akibat yang disebabkan dari

kurangnya bahan baku:

1. Penurunan kapasitas proses pengolahan

2. Peningkatan biaya operasi total

3. Peningkatan break down operasi

Karakterisitik utama pengadaan bahan baku , yaitu (Austin dalam Purwadi

dan Nugroho, 2011):

1. Kuantitas yang cukup

2. Kualitas yang sesuai

3. Waktu yang tepat

4. Harga yang wajar

5. Organisasi yang efektif

Dalam melakukan usaha untuk pemenuhan persediaan bahan baku,

perusahaan agroindustri melakukan berbagai alternatif, seperti mempunyai lahan

sendiri, bermitra dengan petani atau pihak lain, dan pembelian langsung ke pasar.

Umumnya, perusahaan agorindustri jarang sekali yang memiliki lahan sendiri

untuk memenuhi kebutuhan pengadaan bahan baku. Meski perusahaan memiliki

lahan sendiri, ketersediaannya tidak mencukupi kebutuhan perusahaan, sehingga

perusahaan akan tetap memerlukan alternatif lainnya dalam pengadaan bahan

baku.

20

Menurut Soekartawi (2000), ada dua cara pemenuhan bahan baku untuk

agroindustri selain dari mengusahakan kepemilikan lahan sendiri, yaitu:

1. Melakukan pembelian di dalam negeri

a. Melakukan kontrak dengan petani atau pihak lain

b. Melakukan kerjasama pengadaan bahan baku melalui prinsip

partnership (kemitraan)

c. Melakukan pembelian langsung

2. Melakukan impor

Teknik pengadaan bahan baku dari dalam negeri dengan menjalin kontrak

dengan petani atau pihak lain berarti didalamnya menggunakan konsep kemitraan,

Herjanto (2003) menyatakan bahwa “Pemasok (supplier) merupakan mitra dalam

proses produksi sehingga perlu adanya kerja sama yang baik dalam melaksanakan

rencana produksi“. Menurut Hafsah (1999), “Kemitraan adalah suatu strategi

bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk

meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan“.

Tujuan kemitraan dalam subsektor agribisnis, secara nyata adalah:

1. Meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

dan ekspor, baik dalam bentuk segar maupun olahan.

2. Memberikan kepastian kepada petani dalam memasarkan hasil produksinya.

3. Memperbaiki harga yang diterima petani, dengan tingkat harga yang

menguntungkan.

4. Meningkatkan pendapatan petani.

5. Meningkatkan efisiensi perusahaan dalam proses produksi.

21

6. Memperluas penyerapan tenaga kerja.

Menurut Hafsah (1994), berdasarkan pola kemitraan yang dijalin, terdapat

enam pola kemitraan yang biasa dilakukan, yaitu:

1. Pola inti plasma, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu

contoh kemitraan ini adalah pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR), dimana

perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis,

manajemen, menampung, mengelola dan memasarkan hasil produksi.

Kelompok mitra usaha ini memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai

persyaratan yang disepakati.

2. Pola subkontrak, merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra

dengan kelompok mitra/petani yang memproduksi kebutuhan perusahaan

sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk kemitraan

ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga

dan waktu.

3. Pola dagang umum, merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok

mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra

memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok

kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra.

4. Pola keagenan, merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana

usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha

menengah atau usaha besar sebagai mitranya. Perusahaan bertanggungjawab

22

terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok

mitra diberi kewajiban untuk memasarkan produk tersebut.

5. Waralaba, merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra

usaha dengan perusahaan yang diberikan hak lisensi, merk dagang, saluran

distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra sebagai penerima waralaba

disertai bantuan bimbingan manajemen.

6. Kerjasama Operasional Agribisnis, merupakan pola hubungan bisnis yang

dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Kelompok mitra

menyediakan lahan dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra

menyediakan biaya, modal, dan manajemen pengadaan sarana produksi

untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian.

Dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku perusahaan agar

tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu dan tepat kualitas serta kontinuitas

produksi terjamin, maka pengusaha agroindustri perlu berpikir jangka panjang.

Beberapa pengamat dalam Soekartawi (2000), berpendapat bahwa pengusaha

agroindustri yang memikirkan perusahaannya secara jangka pendek untuk meraih

laba yang sebesar-besarnya dan mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan, maka

perusahaan tersebut relatif akan mudah terguncang manakala ada masalah-

masalah eksternalitas seperti masalah risiko dan ketidakpastian dalam penyediaan

bahan baku.

Dalam pemilihan alternatif sistem pengadaan bahan baku, faktor prinsip

yang memutuskan pemilihan tersebut adalah berdasarkan biaya, kontrol dan

fleksibilitas (Pujawan, 2005).

23

Tabel 4. Implikasi Pemilihan Alternatif dalam Sistem Pengadaan Bahan Baku

NO Faktor Perusahaan

memproduksi sendiri

Perusahaan membeli bahan baku di bawah

kontrak

Perusahaan membeli bahan baku

di pasar terbuka

1 Biaya

Biaya produksi penuh

termasuk tanah

perbaikan dan modal

peralatan.

Biaya administrasi kontrak Harga pembelian bahan baku

Penambahan

sumberdaya yang

dibutuhkan untuk

mengatur tenaga kerja

dan fungsi produksi

Risiko dari biaya yang tidak diperoleh

kembali pada: pengadaan dan distribusi

input, tenaga ahli, pelayanan, konsumen

dan tambahan biaya

2

Kontrol

Pengendalian

maksimum di atas

fungsi produksi,

dengan kendala

sumber daya yang

dapat digunakan

Keadaan pertumbuhan bahan yang

berlebihan

Tidak ada, atau melalui insentif

lain

Maksimum eksposur

dari risiko bencana

alam

Pengurangan risiko jumlah, kualitas dan

waktu pada pemasokan

3 Fleksibilitas Dibatasi oleh investasi

dalam produksi

Perubahan dilakukan dalam jangka dan

kontrak Sangat fleksibel

Sumber: Pujawan, 2005

24

2.1.5 Analytical Hierarchy Process

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), merupakan metode yang

dapat digunakan untuk melihat bobot keterkaitan antar variabel (Marimin dan

Maghfiroh, 2010) . Analytical Hierarchy Process adalah alat bantu pengambilan

keputusan yang sederhana, untuk menangani masalah yang kompleks, tidak

terstruktur, bahkan multi atribut. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah

hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Suatu masalah yang

kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok-kelompoknya, dan

kelompok-kelompok tersebut menjadi suatu bentuk hirarki.

Perbedaan antara model AHP dengan pengambilan keputusan lainnya

terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada umumnya memakai

input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder, otomatis model tersebut

hanya dapat mengolah hal-hal yang bersifat kuantitatif. Dengan penggunaan

input yang kualitatif (persepsi manusia) maka model ini dapat juga mengolah

hal-hal kualitatif disamping hal-hal yang kuantitatif. Jadi, bisa dikatakan bahwa

model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif,

karena memperhitungkan hal-hal kualitatif dan kuantitatif sekaligus (Yunitarina,

2010).

Berbagai keuntungan memecahkan masalah dengan menggunakan AHP

(Marimin dan Maghfiroh, 2010) :

1. Kesatuan. Metode AHP memberi satu model tunggal yang mudah

dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

25

2. Kompleksitas. Metode AHP memadukan rancangan deduktif dan

rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan. Metode AHP dapat menangani saling

ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak

memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan hirarki. Metode AHP mencerminkan kecenderungan alami

pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai

tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap

tingkat.

5. Pengukuran. Metode AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal

terwujud untuk menetapkan prioritas.

6. Konsistensi. Metode AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-

pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintesis. Metode AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang

kebaikan setiap alternatif.

8. Tawar-menawar. Metode AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas

relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan untuk memilih

alternatif terbaik berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

9. Penilaian dan konsensus. Metode AHP tidak memaksa konsensus tapi

mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang

berbeda.

26

10. Pengulangan proses. Metode AHP memungkinkan orang-orang

memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki

pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Penyusunan AHP terdiri dari tiga prinsip dasar, yaitu (Marimin dan

Maghfiroh, 2010):

1. Penyusunan Hirarki

Hirarki adalah alat mendasar dari pikiran manusia. Penyusunan hirarki

dilakukan untuk menggambarkan dan menguraikan segala bentuk permasalahan

ke dalam unsur-unsur atau elemen pokok yang kemudian dibagi menjadi bagian-

bagian. Dalam hirarki, elemen-elemen suatu permasalahan diidentifikasikan,

kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang homogen dan

ditata dalam bentuk hirarkis.

Keunggulan dalam membuat hirarki adalah:

a. Menggambarkan sistem yang dapat digunakan untuk menggambarkan

bagaimana perubahan prioritas pada tingkat diatas akan mempengaruhi

tingkat dibawahnya.

b. Memberikan informasi yang sangat terperinci atau detail tentang struktur

dan fungsi sistem pada tingkat yang lebih rendah dan memberikan

gambaran mengenai pelaku dan tujuan pada tingkat diatasnya. Batasan

dari elemen disuatu tingkat paling baik disajikan pada level berikutnya.

c. Sistem secara alamiah merupakan suatu hirarki.

27

d. Stabil, dimana sedikit perubahan mempunyai sedikit pengaruh, dan

fleksibel dimana tambahan pada hirarki yang sudah terstruktur dengan

baik tidak akan merusak kinerjanya.

Dalam penyusunan hirarki, tingkat paling atas pada hirarki disebut

dengan tujuan atau fokus. Sementara itu, tingkat dibawahnya adalah atribut atau

kriteria. Apabila hirarki masih dapat dipecahkan kembali, maka tingkatan

berikutnya disebut dengan sub atribut dan seterusnya sampai pada tingkat

terakhir adalah alternatif-alternatif yang akan dievaluasi atau dipilih.

Gambar 1. Struktur Hirakri AHP

Sumber: Marimin dan Maghfiroh, 2010

Tujuan

(Objective)

Atribut 1

Sub-

Atribut 1

Sub-

Atribut 2

Sub-

Atribut 3

Alternatif 1 Alternatif 2

Alternatif 3

Alternatif 4

Sub-

Atribut 5

Sub-

Atribut 4

Atribut 2

28

2. Penentuan Prioritas

Langkah berikutnya setelah masalah berhasil dipecahkan menjadi

struktur hirarki, dipilih prioritas untuk mendapatkan nilai keberartian relatif dari

masing-masing elemen ditiap tingkat. Penilaian berpasangan dimulai dari tingkat

kedua (tingkat atribut) dan diakhiri pada tingkat paling bawah (alternatif).

Pada tiap tingkatan, masing-masing elemen dibandingkan berpasangan

atau dengan lainnya untuk mendapatkan nilai tingkat keberartian berdasarkan

elemen yang berada langsung ditingkat atasnya. Pembuat keputusan harus

mengekspresikan preferensinya diantara pasangan elemen. Metode rangking

menjadikan pembuat keputusan yang dapat menggabungkan antara pengalaman

dan pengetahuan dengan cara yang alami dan intuisi.

Langkah pemberian bobot untuk tiap kriteria dengan menggunakan

metode AHP yaitu bobot diberikan secara terpisah lalu digabungkan atau diberi

secara bersama-sama dengan sistem perbandingan berpasangan. Cara pemberian

bobot:

a. Masing-masing kriteria memiliki tingkat kepentingan yang berbeda.

b. Pemberian bobot untuk masing-masing kriteria dilakukan bersama oleh

manajer fungsional.

c. Pembobotan bisa diberikan secara terpisah kemudian digabungkan atau

diberikan secara bersama-sama melalui konsensus.

d. Pada model AHP, pemberian bobot ini dilakukan dengan sistem

perbandingan berpasangan, caranya:

Dua buah kriteria diambil dan dibandingkan.

29

Apabila dua buah kriteria dianggap sama pentingnya maka akan

diberikan angka 1 pada keduanya.

Apabila kriteria satu secara absolut lebih penting maka diberi nilai 9

dan kriteria yang satunya diberi nilai 1.

Keseluruhan ada sembilan angka yang mungkin diberikan sebagai

skala perbandingan interpretasi yang disajikan pada tabel 5.

Skala nilai pembobotan perbandingan berpasangan pada metode AHP

menggunakan nilai 1 sampai dengan 9 yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam

membandingkan pasangan elemen yang sejenis disetiap tingkat hirarki terhadap

suatu kriteria yang berada setingkat diatasnya. Pengalaman telah membuktikan

bahwa skala dengan sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat

sampai mana kita mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen

(Saaty, 1993).

Tabel 5. Skala Banding Secara Berpasangan

Tingkat

kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen

sama penting

Dua elemen mempunyai pengaruh

yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu

sedikit lebih

penting daripada

elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian sedikit

mendukung satu elemen dibanding

elemen lainnya.

5 Elemen yang satu

lebih penting

daripada elemen

yang lain

Pengalaman dan penilaian sangat kuat

mendukung satu elemen dibanding

elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas

lebih penting

daripada elemen

yang lainnya

Satu elemen dengan kuat didukung

dan dominan terlihat dalam praktek

30

Tabel 5. Skala Banding Secara Berpasangan (Lanjutan)

Tingkat

kepentingan

Definisi Penjelasan

9 Satu elemen mutlak

lebih penting daripada

elemen yang lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang

satu terhadap elemen lain memiliki

tingkat penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua

nilai pertimbangan

yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua

kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila

dibandingkan dengan dengan i Sumber: Thomas L. Saaty, 1993

3. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai

konsisten tinggi sangat diperlukan dalam persoalan pengambilan keputusan agar

hasil keputusannya akurat.

Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat

diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang benar dalam dunia nyata. Metode

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui

suatu rasio konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu

rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang. Jika

penilaiannya lebih dari 10%, maka penilaiannya masih acak dan perlu

diperbaiki.

31

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Kraig Jones et al (2007) yang berjudul “Commodity-

Procurement Strategies of Food Companies“, fungsi dasar dari pengadaan

adalah untuk mempertahankan pasokan komoditas dalam memenuhi permintaan

produksi. Alternatif strategi pengadaan bahan baku yang bisa digunakan adalah:

1. Pembelian langsung di pasar terbuka. Berdasarkan penelitian ini

pembelian langsung terhadap pasar ini meminimalkan biaya

persediaan serta tidak membutuhkan taktik canggih atau analisis

pasar, hanya melibatkan pemantauan untuk memasok kebutuhan

selanjutnya. Kekurangan dari strategi ini adalah perusahaan dalam

mengeluarkan biaya seperti harga komoditas tidak bisa didapatkan

dengan harga murah sesuai keinginan perusahaan, akan tetapi harus

mengikuti harga yang ditetapkan oleh pasar.

2. Pembelian pengadaan komoditas melalui kontrak. Berdasarkan

penelitian ini pengadaan bahan baku melalui kontrak memiliki

kelebihan, seperti kualitas dari komoditas bisa disesuaikan dengan

kebutuhan perusahaan dan biaya yang dikeluarkan bisa lebih rendah

dibandingkan pembelian langsung ke pasar terbuka, karena sudah ada

kesepakatan sebelumnya antara perusahaan dengan pemasok seperti

harga, volume dan waktu pengiriman. Kelemahan dari sistem kontrak

adalah adanya kemungkinan pemasok gagal untuk memenuhi

kebutuhan yang diinginkan perusahaan, baik kualitas maupun

kuantitas.

32

Penelitian Didit Ambardi (2010) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang berjudul “Pemilihan Pemasok dan Penentuan Kuantitas Pesan Bahan Baku

dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process dan Multi

Objective Linear Programming (Studi Kasus: Koperasi Jasa Usaha Bersama

Puspetasari)“. Pada penelitian ini kriteria yang digunakan untuk pemilihan

pemasok adalah kualitas, biaya (harga bahan baku, transportasi dan

administrasi), pengiriman (ketepatan waktu pengiriman, kuantitas bahan baku

yang dikirim, dan kesesuaian kuantitas bahan baku yang dipesan), teknologi

pemasok, bisnis pemasok dan hubungan dengan pemasok.

2.3 Kerangka Pemikiran

PT Galih Estetika Indonesia merupakan perusahaan agroindustri ubi jalar

pertama di Indonesia yang mulai berorientasi pada usaha ini tahun 1993.

Pasokan ubi jalar didapatkan dari petani Kabupaten Kuningan, Majalengka dan

Bogor. Produk yang diproduksi diantaranya pasta dan tepung adalah untuk

memenuhi kebutuhan lokal, juga lebih banyak diorientasikan untuk memenuhi

kebutuhan ekspor. Permintaan konsumen perusahaan akan olahan ubi jalar

terjadi peningkatan setiap tahunnya, sehingga dalam memenuhi komitmen

terhadap kebutuhan konsumen, jaminan pasokan bahan baku merupakan hal

yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian disamping proses bisnis

lainnya.

Kelangkaan bahan baku merupakan permasalahan utama yang sedang

dialami perusahaan. Hal ini dikarenakan disamping meningkatnya kebutuhan ubi

33

jalar untuk pabrik-pabrik lain, juga terbatasnya lahan petani khususnya di

Kabupaten Kuningan untuk menanam dan mengembangkan produk segar ubi

jalar. Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, maka pembaharuan strategi

untuk menjamin ketersediaan bahan baku harus dilakukan, sehingga usaha

agroindustri ubi jalar ini dapat berkembang dan memiliki keunggulan kompetitif.

Metode AHP digunakan untuk menentukan strategi alternatif yang sebaiknya

diterapkan perusahaan dalam pengadaan bahan baku untuk memenuhi

permintaan konsumen, baik lokal maupun ekspor.

Penjabaran diatas, dapat dijelaskan pula melalui gambar bagan kerangka

pemikiran di halaman berikut:

34

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Kriteria Pengadaan Bahan Baku:

1. Biaya

2. Kontrol

3. Fleksibilitas

Kelangkaan Bahan

Baku

Pembelian langsung ke

petani atau bandar

tanpa ikatan kontrak

Sistem

kontrak

dengan petani

Pola Kemitraan

Sistem Plasma

Menentukan strategi alternatif pengadaan bahan

baku yang sesuai digunakan oleh perusahaan

Jaminan ketersediaan bahan baku

untuk memenuhi permintaan

produk oleh konsumen dapat terus

terpenuhi

Sub Kriteria Biaya:

1.Harga Bahan Baku

2.Biaya Transportasi

Sub Kriteria Kontrol

1.Kualitas bahan baku

2.Kuantitas bahan baku

3.Waktu pengadaan

bahan baku

Sub Kriteria

Fleksibilitas

1.Isi Perjanjian

2.Jangka waktu

perjanjian