BAB III AGRIBISNIS KENTANG .) adalah tanaman umbi-umbian...
Transcript of BAB III AGRIBISNIS KENTANG .) adalah tanaman umbi-umbian...
16
BAB III
AGRIBISNIS KENTANG
3.1 Gambaran Umum Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman umbi-umbian asli
Amerika Tengah/Selatan. Komoditas ini telah dibudidayakan oleh masyarakat
Indian Aztec, Maya dan Inka sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi. Bagi
masyarakat Indian di Amerika tengah dan Selatan, kentang merupakan makanan
pokok selain jagung, singkong dan ubi jalar. Kentang dibawa masuk ke benua
Eropa oleh bangsa Spanyol tahun 1794, dan dalam waktu sangat cepat menyebar
ke seluruh Eropa, kemudian ke seluruh dunia. Dalam waktu cepat pula
masyarakat Eropa mengkonsumsi kentang sebagai makanan pokok mereka setelah
gandum. Bangsa Belanda membawa kentang ke Jawa tahun 1794. Pertama kali
budidaya kentang dilakukan di Cimahi, Jawa Barat. Kemudian bangsa Belanda
juga mengintroduksi kentang ke Brastagi, Sumatera Utara tahun 1811.
Selanjutnya sentra kentang berkembang di Brastagi (Sumut), Kerinci (Jambi),
Pangalengan (Jabar), Dieng (Jateng), Tengger (Jatim), dan Toraja (Sulsel).
Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan
berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya
satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif pendek, hanya 90–180
hari. Setiap 100 gram kentang mengandung kalori 347 kal., protein 0,3 g, lemak
0,1 g, karbohidrat 85,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan
vitamin B 0,04 mg. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber
17
utama karbohidrat. Kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi di
dalam tubuh sehingga manusia dapat bergerak, berpikir, dan melakukan aktivitas-
aktivitas lainnya. Kentang dapat dikonsumsi dalam bentuk berbagai macam
olahan. Misalnya, kentang rebus, kentang goreng, aneka snack, perkedel, dan
berbagai jenis makanan lainnya (Samadi, 2007). Dalam dunia tumbuhan, kentang
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Bagian-bagian penting tanaman kentang adalah sebagai berikut :
1. Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Daun terletak berselang-seling
pada batang tanaman. Bentuk daun oval sampai oval agak bulat dengan ujung
meruncing dan tulang-tulang daun menyirip. Daun berkerut-kerut dan
permukaan bagian bawah daun berbulu. Warna daun hijau muda sampai hijau
tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan tangkai pendek. Daun
tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi dalam rangka
pembentukan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Hasil
18
fotosintesis atau asimilasi digunakan dalam pertumbuhan vegetatif,
pertumbuhan generatif, respirasi, dan persediaan makanan.
2. Batang
Batang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung kultivarnya, tidak
berkayu, dan bertekstur agak keras. Batang kentang umumnya lemah
sehingga mudah roboh bila terkena angin kencang. Warna batang umumnya
hijau tua, dengan pigmen ungu. Batang bercabang-cabang dan setiap cabang
ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun. Permukaan batang halus. Ruas
batang tempat tumbuhnya cabang mengalami penebalan. Diameter batang
kecil dengan panjang mencapai 1,2 m. Batang tanaman berfungsi sebagai
jalan zat-zat hara dari tanah ke daun, juga untuk menyalurkan hasil
fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain.
3. Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
tunggang menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut
tumbuh menyebar ke arah samping dan menembus tanah datar. Akar tanaman
berwarna keputih-putihan dan berukuran sangat kecil. Di antara akar-akar ini
ada yang nantinya berubah bentuk dan fungsi menjadi bakal umbi (stolon),
yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi untuk
menyerap zat-zat hara yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh
berdirinya tanaman.
19
4. Bunga
Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang tidak berbunga,
tergantung kultivarnya. Warna bunga bervariasi, kuning atau ungu. Kentang
Kultivar Desiree berbunga ungu. Kultivar Cipanas, Segunung, dan Cosima
memiliki bunga dan benang sari berwarna kuning, sedangkan putik berwarna
putih. Bunga kentang tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga
juga bervariasi, sedikit sampai banyak. Kentang Kultivar Cosima memiliki
tandan bunga sampai 11 buah, sedangkan Kultivar Cipanas hanya 7 buah.
5. Umbi
Umbi terbentuk dari cabang samping di antara akar-akar. Proses
pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang
dari rhizoma atau stolon, diikuti pembesaran sehingga rhizoma membengkak.
Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air. Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang
bermacam-macam tergantung kultivarnya. Ukuran umbi bervariasi dari kecil
hingga besar. Bentuk umbi ada yang bulat, oval agak bulat (bulat lonjong),
dan bulat panjang. Umbi kentang ada yang berwarna kuning, putih, dan
merah. Umbi kentang memiliki mata tunas sebagai bahan perkembangbiakan,
yang selanjutnya dapat menjadi tanaman baru. Selain mengandung zat gizi,
umbi kentang mengandung solanin. Zat ini bersifat racun dan berbahaya bagi
yang memakannya. Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersembul
keluar dari tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang yang masih
mengandung racun solanin berwarna hijau walaupun telah tua.
20
Pada zaman Hindia Belanda hanya ada beberapa jenis Kultivar kentang,
yaitu Kultivar Eigenheimer, Bevelander, Voran, Profijt, Marinta, Pinpernel, dan
Intje. Kini telah banyak dikenal kultivar-kultivar baru yang lebih unggul dan
memberikan harapan besar terhadap peningkatan produksi kentang di Indonesia
maupun di negara-negara lain. Beberapa diantaranya yaitu Kultivar Thung,
Cosima, Patrones, Desiree, Radosa, Catella, Donata, dan Rapan. Penelitian
selanjutnya akhirnya dapat menemukan kultivar baru yang bernama Granola.
Dalam perkembangannya, di kalangan petani dan pasaran Granola lebih populer
dibandingkan jenis lain. Bahkan, sampai sekarang masih banyak petani yang
membudidayakannya, walaupun telah muncul kultivar-kultivar yang lebih baru,
seperti French Fries, Diamant, Cardinal, Primiere, Ausonia, Famosa, Hertha,
Cipanas, Segunung, Alpha, Draga, Narita, Spunta, Redpontiac, Aquila, Kenebec,
dan Crebella. Kultivar-kultivar baru tersebut memiliki keunggulannya masing-
masing. Keunggulan-keunggulan itu tampak dari segi bentuk, ukuran, bobot,
warna daging umbi, kadar gula, dan kadar air umbi yang dihasilkan. Selain itu
juga tampak dari segi daya adaptasi terhadap lingkungan, ketahanan terhadap
hama dan penyakit, serta produktivitas tanaman (Samadi, 2007).
Berdasarkan warna umbinya, kentang dibedakan menjadi tiga golongan
berikut:
1. Kentang putih, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi putih.
Kultivar kentang yang termasuk ke dalam kentang putih adalah Kultivar
Marita, Donata, Radosa, dan Diamant.
21
2. Kentang kuning, yaitu jenis kentang yang umbi dan kulitnya berwarna
kuning. Misalnya Kultivar Patrones, Thung, Eigenheimer, Rapan, Granola,
Cipanas, Segunung, dan Cosima.
3. Kentang merah, yaitu jenis kentang dengan warna kulit dan daging umbi
merah. Misalnya Kultivar Desiree dan Arka.
3.2 Konsep Agribisnis
Agribisnis menurut Bungaran Saragih (dalam Kalmerina, 2005)
merupakan cara baru melihat dan membangun pertanian dimana pembangunan
berbasis pertanian tidak hanya terbatas pada pembangunan subsistem usahatani
saja. Menurut Hernanto (1995), agribisnis mencakup semua kegiatan mulai dari
pengadaan sarana produksi sampai pada pemasarannya. Untuk bidang pertanian
diantaranya adalah :
1. Subsistem pembuatan dan penyaluran berbagai sarana produksi (farm
supplies) seperti bibit, pupuk, obat-obatan, alat pertanian, bahan bakar.
Pelaku kegiatan ini terdiri dari perusahaan swasta, koperasi, intansi
pemerintah, bank atau perorangan.
2. Subsistem kegiatan produksi dalam usahatani yang menghasilkan berbagai
macam produk pertanian. Usahatani mencakup semua bentuk organisasi
produksi baik yang berskala kecil maupun yang berskala besar. Pelaku
kegiatan ini adalah petani, pengusaha swasta dan instansi pemerintah.
22
3. Subsistem pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyaluran produk
pertanian yang dihasilkan oleh usahatani ke konsumen. Pelaku usahanya
berupa perorangan, pengusaha swasta, instansi pemerintah, dan koperasi.
Selain itu, menurut Sa’id (2001) sistem agribisnis merupakan suatu
rangkaian yang saling terkait diantara subsistem-subsistem yaitu subsistem hulu,
usahatani/budidaya, subsistem hilir serta subsistem pendukung. Dalam pengertian
umum, agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem penyediaan
sarana produksi, subsistem produksi atau usahatani, subsistem penanganan pasca
panen, subsistem pemasaran, dan subsistem pendukung atau penunjang.
3.3 Subsistem Agribisnis Kentang
3.3.1 Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Subsistem pengadaan sarana produksi mencakup semua kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi
untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan
sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik
bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan
pestisida. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis,
khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin
pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian, diperlukan jasa dari
pemerintah seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan
perdagangan serta jasa penyuluhan (Downey and Erickson, 1992).
23
Subsistem pengadaan sarana produksi menyangkut kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk menyediakan input yang dibutuhkan dalam usahatani yang di
dalamnya termasuk pengadaan benih/bibit, pengadaan pupuk, pengadaan
pestisida, pengadaan sumber air, pengadaan tenaga kerja, dan pengadaan alat-alat
pertanian. Ketersediaan sarana produksi yang telah disebutkan di atas menjadi
suatu keharusan agar kegiatan usaha agribisnis kentang dapat berjalan dengan
baik.
1) Bibit
Bibit adalah bakal terjadinya tanaman, oleh karena itu bibit sangat
menentukan terhadap hasil yang akan dicapai. Bibit yang tidak baik hasilnya pun
akan mengecewakan. Penggunaan bibit unggul dan berkualitas akan
meningkatkan produktivitas lahan serta memudahkan dalam mengatasi hama dan
penyakit. Menurut Samadi (2007), kriteria umbi yang baik untuk dijadikan bibit
adalah sebagai berikut:
• Umbi berasal dari tanaman sehat, yaitu tanaman yang tidak terserang hama
dan penyakit, dan pertumbuhannya baik.
• Umbi sudah cukup tua dan berukuran seragam. Untuk memperoleh umbi
yang demikian secara mudah, penanaman antara kentang untuk keperluan
bibit dan keperluan konsumsi sebaiknya dipisahkan.
• Umbi tidak cacat, kulitnya kuat, berukuran sedang, dan memiliki 3-5 mata
tunas.
24
Gambar 1. Tanaman Kentang yang Menggunakan Bibit Kurang Bermutu
Berdasarkan hasil penelitian, petani kentang di Desa Pulosari sebagian
besar menanam kentang dengan Kultivar Granola walaupun ada beberapa
diantaranya yang menanam Kultivar Atlantik tetapi jumlahnya terbatas.
Petani mendapatkan bibit kentang Kultivar Granola dengan dua cara, yaitu
dengan membeli dan menyisihkan hasil produksi atau panen. Petani membeli bibit
Granola dari para penangkar benih yang berada di sekitar Desa Pulosari maupun
yang berada di wilayah Kecamatan Pangalengan. Bibit yang dibeli dari penangkar
benih adalah bibit kentang bersertifikat. Harga bibit kentang bersertifikat dari
penangkar benih berbeda-beda, sesuai dengan generasi bibit yang akan dibeli
petani. Untuk harga bibit G2 adalah Rp 17.000,-/kg, harga bibit G3 adalah Rp
12.000,-/kg, dan harga bibit G4 adalah Rp 8000,-/kg.
Petani biasanya menyisihkan 25% hasil produksi atau panennya untuk
dijadikan bibit. Ada juga yang menyisihkan 50% hasil produksinya jika bibit yang
ditanam petani adalah bibit G2. Bibit kentang hanya bisa ditanam sampai generasi
25
kelima, setelah itu bibit lebih baik tidak digunakan lagi karena produktivitasnya
sudah sangat rendah.
Menurut Samadi (2007), bibit yang siap tanam adalah telah melampaui
masa dormansi selama 4 sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. Berat
umbi bibit yang ideal adalah 30-45 gram. Sedangkan petani kentang Desa Pulosari
menggunakan bibit yang berat per butirnya antara 30-60 gram, telah disimpan
didalam gudang selama 3 sampai 4 bulan, dan telah bertunas sekitar 2-4 cm.
Untuk bibit yang berukuran besar, petani akan memotong atau membelah bibit
tersebut dengan tujuan menekan biaya produksi. Bibit tersebut dibelah menjadi
dua atau tiga bagian, menurut jumlah mata tunas. Petani mengatakan tidak ada
pengaruh pembelahan bibit terhadap hasil produksi.
2) Pupuk
Penggunaan pupuk sangat penting bagi tanah yang kekurangan unsur hara
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Samadi (2007), kentang
memerlukan pupuk organik dan pupuk anorganik dalam jumlah yang tepat agar
diperoleh hasil produksi yang tinggi. Pupuk organik yang digunakan bisa berupa
kotoran ayam, kambing, atau sapi. Pupuk anorganik yang digunakan sangat
bervariasi, ada yang menggunakan komposisi Urea, SP-36, dan KCl atau ZA, SP-
36, dan KCl. Waktu dan dosis pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
26
Tabel 8. Jadwal Pemberian Pupuk Pada Tanaman Kentang per Hektar per Satu
Musim Tanam
No Perlakuan Waktu Pemberian 0 HST 21 HST 45 HST 1 Pupuk Kandang 15-20 ton - - 2 Pupuk Kimia - Urea - 220 kg 220 kg - SP-36 500 kg - - - KCl - 100 kg 100 kg 3 Pupuk Pelengkap Cair 7-10 hari sekali
Sumber : Kentang dan Analisis Usahatani (Samadi, 2007)
Keterangan: HST = hari setelah tanam
Pupuk organik yang digunakan oleh petani kentang Desa Pulosari adalah
kotoran ayam dengan frekuensi pemupukan satu kali dalam satu periode musim
tanam yaitu pada pemupukan dasar. Dosis pemberian pupuk organik 500-600
karung atau sekitar 20 ton per hektar per satu musim tanam. Petani
mendapatkannya dengan cara membeli dari pedagang khusus yang menjual
kotoran ayam yang berada di Desa Pulosari. Harga untuk per karungnya adalah
Rp 8000,- sampai Rp 10.000,-.
Pupuk anorganik yang digunakan adalah jenis pupuk tunggal yaitu: ZA,
SP-36, dan KCl. Ada juga petani yang menggunakan pupuk majemuk yaitu
NPK/Ponska. Frekuensi pemupukan dua sampai tiga kali dalam satu periode
musim tanam, sedangkan untuk dosis pemberiannya sendiri tidak ada takaran
yang pasti atau tepat. Hal tersebut disesuaikan dengan modal atau keuangan pada
masing-masing petani. Pupuk anorganik diperoleh petani melalui pembelian di
kios-kios atau toko saprotan terdekat yang telah ditunjuk oleh pemerintah.
27
3) Pestisida
Jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit
tanaman kentang adalah pestisida kimia, diantaranya: herbisida, fungisida, dan
insektisida. Jenis pestisida kimia yang paling dominan dipakai oleh petani kentang
adalah fungisida. Tingkat harga herbisida berkisar dari Rp 50.000,- sampai Rp
160.000,-/500 ml, tingkat harga fungisida berkisar dari Rp 50.000,- sampai Rp
75.000,-/kg, dan tingkat harga insektisida berkisar dari Rp 35.000,- sampai Rp
200.000,-/1000 ml. Dosis penggunaan pestisida diberikan sesuai dengan petunjuk
yang ada di kemasan, tetapi ada juga petani yang mengurangi dosis bahkan ada
yang memberikan dengan dosis yang tinggi. Hal tersebut disesuaikan dengan
intensitas serangan hama penyakit yang menyerang tanaman kentang dan keadaan
keuangan atau modal petani. Apabila musim penghujan, intensitas pemberian
pestisida lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim kemarau. Hal tersebut
disebabkan ketika musim penghujan, hama dan penyakit lebih cepat menyerang
tanaman. Pestisida diperoleh petani dengan cara membeli di kios-kios atau toko
saprotan terdekat.
4) Pengairan
Sumber air yang digunakan petani kentang Desa Pulosari untuk mengairi
lahan kentang maupun untuk campuran yang digunakan bersama pestisida berasal
dari sungai atau selokan dan mata air, yang disedot dengan menggunakan mesin
kemudian ditampung di tempat penampungan air. Tempat penampungan air
tersebut dibuat oleh masing-masing pemilik lahan. Ada juga yang dibuat dengan
bergotong royong oleh para petani, jarak untuk setiap tempat penampungan air
28
tersebut berkisar antara 200-300 meter. Penyaluran air untuk ke setiap lahannya
adalah dengan menggunakan selang, dan tidak ada sistem pengaturan penggunaan
air secara tepat ataupun secara tertulis. Setiap petani berhak mendapatkan air dan
berkewajiban untuk memelihara tempat penampungan air dan menjaga
ketersediaan air.
Gambar 2. Tempat Penampungan Air
5) Peralatan Pertanian
Peralatan pertanian merupakan kelengkapan dalam kegiatan usahatani.
Setiap tahapan usahatani memerlukan alat-alat pertanian tertentu mulai dari
kegiatan persiapan lahan hingga panen dan pasca panen. Alat pertanian yang
umumnya dimiliki petani kentang adalah cangkul, garpu tanah, sabit, hand
sprayer, power sprayer, drum, dan selang. Alat-alat tersebut diperoleh dengan
cara membeli di kios-kios atau toko saprotan terdekat, kecuali untuk power
sprayer hanya dapat dibeli di kota-kota besar seperti Kota Bandung dan Jakarta.
29
6) Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan berasal dari masyarakat sekitar Desa
Pulosari maupun dari luar Desa Pulosari. Sistem yang digunakan adalah sistem
upah harian dan upah borongan. Kebaikan sistem borongan sendiri adalah
pekerjaan kemungkinan besar dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang
singkat, namun untuk kualitas hasil pekerjaan biasanya kurang baik karena
pekerjaan dilakukan secara tergesa-gesa. Kegiatan usahatani yang biasa dilakukan
dengan sistem kerja borongan adalah seperti persiapan lahan dan pembuatan
bedengan, penyiangan dan pembumbunan, dan panen. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh upah harian tenaga kerja pria adalah sebesar Rp 15.000.- dan
upah harian tenaga kerja wanita adalah sebesar Rp 12.500,-, jam kerja dari pukul
06.00 WIB sampai 13.00 WIB. Untuk tenaga kerja tunggu malam atau biaya
keamanan adalah sebesar Rp 15.000,-/orang.
3.3.2 Subsistem Produksi atau Usahatani
I. Usahatani
Hernanto (1995) mendefinisikan usahatani sebagai kesatuan dari: alam
(lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan
pertanian.
- Lahan
Menurut Rodjak (2006), lahan mengandung beberapa pengertian, yaitu lahan
sebagai unsur usahatani, lahan sebagai modal tetap, dan lahan sebagai faktor
produksi. Lahan sebagai unsur usahatani berarti lahan berperan sebagai
30
tempat kegiatan bercocok tanam dan memelihara ternak. Lahan sebagai
modal tetap mengandung pengertian bahwa lahan tersebut dapat dipakai
beberapa kali produksi walaupun tidak menghasilkan produksi yang berupa
tanaman atau ternak tapi mempunyai nilai. Produktivitas lahan adalah
kemampuan lahan untuk menghasilkan produk yang berupa tanaman atau
ternak persatuan luas tertentu, ukurannya adalah satuan berat produk
persatuan luas lahan. Tinggi rendahnya produktivitas lahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kandungan unsur hara, kandungan bahan
organik, PH tanah, keadaan fisik dan kimianya.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagai faktor produksi mengandung arti bahwa tidak ada
tenaga kerja tersebut maka sistem produksi tersebut tidak dapat berjalan.
Besar kecilnya peranan tenaga kerja terhadap hasil produksi usahatani akan
dipengaruhi oleh keterampilan tenaga kerja yang tercermin pada tingkat
produktivitasnya. Tingkat produktivitas ini akan dipengaruhi oleh jenis
kelamin, umur, pengalaman kerja, alat bantu yang diberikan serta tingkat
upah dan waktu bekerja (Rodjak, 1996).
- Modal
Dalam arti ekonomi, modal adalah sebagian produksi yang disisihkan untuk
dipergunakan dalam proses produksi selanjutnya. Modal sebagai faktor
produksi mempunyai pengertian bahwa modal tersebut merupakan subsistem
produksi usahatani, sebab apabila modal tidak ada maka akan mempengaruhi
proses produksi (Rodjak, 2006).
31
II. Pola Tanam
Pola tanam yang dilakukan oleh petani kentang di Desa Pulosari
kebanyakan menggunakan teknik pertanaman tunggal atau monokultur.
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam
satu jenis tanaman pada satu areal. Pola tanam juga dirotasikan dengan tanaman
lainnya seperti wortel dan kubis.
III. Teknik Budidaya Kentang
1) Persiapan Lahan
Pengolahan tanah atau lahan bertujuan untuk menyiapkan tempat tumbuh
yang baik untuk tanaman, menekan pertumbuhan gulma, dan memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biolagi tanah (Jumin, 2005). Sebelum penanaman umbi kentang,
tahap pertama lahan harus terlebih dahulu dibajak dengan tujuan untuk
menggemburkan tanah. Kedua, dua minggu setelah penggemburan, dibuat
bedengan dengan ukuran lebar 70-100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan
adalah 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Tahap ketiga, diberikan pupuk dasar yang
berupa pupuk organik dan anorganik, idealnya seminggu sebelum tanam. Jarak
tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi, tergantung kultivarnya. Untuk
lubang tanam dibuat dengan kedalaman antara 8-10 cm (Samadi, 2007).
Persiapan lahan yang dilakukan oleh petani kentang Desa Pulosari yang
pertama adalah membersihkan lahan yang akan ditanami dari gulma, kemudian
lahan dibajak. Setelah proses pembajakan selesai dilanjutkan dengan pembuatan
jalur semprot/air. Jalur semprot/air dibuat dengan ukuran lebar 6 meter dan
32
panjang disesuaikan dengan kedaan lahan. Selanjutnya, dibuat garitan (bakal
guludan) berukuran lebar 75-80 cm.
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan anorganik diberikan sebelum
tanam. Pemberian pupuk dasar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
ditaburkan pada tanah garitan sampai kedalaman 15-20 cm kemudian ditutup
kembali dengan tanah dan dengan dibenamkan pada sebelah kiri dan kanan
lubang tanam. Kebutuhan pupuk organik mencapai 500-600 karung atau sekitar
20 ton per hektar. Pupuk anorganik juga diberikan sebagai pupuk dasar bersamaan
dengan pemberian pupuk organik.
Untuk tata cara persiapan lahan budidaya kentang dengan sistem MPHP,
tanah yang sudah dibersihkan dari gulma dan dibajak kemudian dibuat guludan
berukuran lebar 140 cm, tinggi 30 cm, dan jarak antar guludan 30 cm. Kemudian
pupuk organik dan pupuk anorganik ditaburkan di atas guludan (pemakaian
jumlah pupuk hampir sama seperti di atas), selanjutnya pupuk tersebut ditutup
kembali dengan tanah dan guludan dirapihkan. Tahap selanjutnya adalah
pemasangan MPHP pada setiap guludan dan membuat lubang tanam dengan jarak
tanam 35 x 70 cm. Pada setiap guludan dapat ditanami 2 sampai 3 baris tanaman.
Penggunaan sistem MPHP pada tanaman kentang biasa dilakukan petani saat
musim hujan.
33
Gambar 3. Budidaya Kentang Dengan Sistem MPHP
2) Penanaman
Hal-hal yang berpengaruh selama kegiatan penanaman kentang adalah
pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, dan cara menanam. Di
Indonesia dikenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Saat tanam
yang tepat untuk tanaman kentang adalah pada musim kemarau, tepatnya pada
akhir musim hujan, sekitar bulan April-Juni. Tanaman kentang juga dapat ditanam
di luar musim, yaitu pada musim hujan namun resiko gagal panen akan sangat
tinggi. Selain memperhatikan musim, penanaman juga sebaiknya memperhatikan
waktu tanam. Penanaman bibit kentang di kebun baik dilakukan pada pagi atau
sore hari. Penanaman pada siang hari sering kali menyebabkan tanaman layu atau
bahkan mati. Jarak tanam dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi persaingan antar
tanaman kentang dalam mendapatkan unsur hara, radiasi matahari, air, dan ruang
gerak, serta menghindari terserangnya penyakit. Kultivar Granola sebaiknya
ditanam dengan jarak tanam 30 cm dengan kedalaman lubang tanam 8-10 cm.
Cara menanam bibit kentang sangat sederhana, umbi diletakkan secara mendatar
dalam lubang tanam dengan tunas menghadap ke atas (Samadi, 2007).
34
Petani Desa Pulosari mengenal 3 musim tanam untuk menanam kentang,
yaitu: musim kemarau, antara bulan 3 atau 4 sampai bulan 8; ngawuku, bulan 9
sampai bulan 11; dan morekat, bulan 11 sampai bulan 2 atau 3. Jarak tanam untuk
tanaman kentang adalah 35 cm dengan kedalaman lubang tanam 10 cm. Cara
menanam bibit kentang, bibit yang telah dipersiapkan dan telah tumbuh tunas
sekitar 2-4 cm ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia dengan jumlah bibit
per lubang adalah satu. Bibit diletakkan secara mendatar dengan tunas menghadap
ke atas, lalu tutup bibit dengan tanah. Penanaman biasa dilakukan pada pagi hari.
3) Penyulaman
Bibit yang ditanam dikebun umumnya tidak semuanya tumbuh baik.
Tanaman yang kurang baik pertumbuhannya seperti kerdil, rusak, atau mati harus
diganti dengan tanaman yang baru (disulam). Dengan penyulaman, jumlah
tanaman akan tetap seperti semula sehingga tidak akan terjadi penurunan
produksi. Penyuluman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari (Samadi,
2007). Menurut hasil penelitian, petani kentang Desa Pulosari tidak melakukan
penyulaman pada tanaman kentang baik yang mati, kerdil, maupun rusak. Petani
hanya akan mencabut tanaman yang telah mati dan membuangnya atau mengubur
tanaman yang telah mati tersebut agar tidak menjadi sumber penyakit bagi
tanaman yang lain.
4) Pengajiran
Pemasangan ajir dilakukan tiga minggu setelah tanam atau pada 21 HST
(hari setelah tanam). Tiap tanaman dipasangi satu ajir yang posisinya tegak.
35
Pengajiran bertujuan untuk tanaman agar tumbuh tegak ke atas dan memperoleh
sinar matahari secara optimal.
5) Pemupukan
Pemupukan susulan pertama dilakukan pada 21 HST, dengan dosis urea
220 kg dan KCl 100 kg. Dan pemupukan susulan kedua dilakukan pada 45 HST,
penggunaan dosis urea dan KCl masih sama dengan pemupukan susulan pertama.
Interval pemakaian pupuk pelengkap cair (PPC) disesuaikan dengan anjuran pada
masing-masing pupuk cair (Samadi, 2007).
Pada petani kentang Desa Pulosari, dosis dan waktu pemupukan susulan
pertama dan kedua sangat bervariasi. Ada petani yang melakukan pemupukan
susulan pada saat pembumbunan pertama dan kedua atau pada saat usia tanaman
kentang memasuki 20 HST dan 40 HST. Ada juga petani yang melakukan
pemupukan susulan pada saat tanaman kentang memasuki usia 25 HST dan 45
HST. Dosis pemupukan susulan dari 250 kg sampai 750 kg pupuk. Pemberian
pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk di sekeliling tanaman,
kemudian pupuk ditimbun kembali dengan tanah. Untuk lahan budidaya kentang
dengan sistem MPHP tidak dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan hanya
dilakukan sebelum proses penanaman.
6) Pengairan
Pengairan harus dilakukan secara rutin, sekali seminggu atau setiap 3-4
hari sekali tergantung cuaca. Pada musim penghujan biasanya tidak dilakukan
pengairan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari,
disaat penyinaran matahari tidak terlalu terik dan penguapan tidak terlalu tinggi.
36
Cara pengairan adalah dengan dileb atau digenangi air hingga tanah basah dan
dengan menggunakan spiral.
Menurut Samadi (2007), air merupakan faktor penting dalam kehidupan
tanaman. Fungsi air terutama untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan
mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman. Jika pemberian air terlambat,
tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan antara besarnya penguapan
melalui permukaan daun dengan banyaknya air yang diserap tanaman.
Keterlambatan pemberian air dapat menyebabkan umbi pecah. Oleh karena itu,
pengairan harus dilakukan secara rutin dengan waktu 7 hari sekali.
7) Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan adalah mencabut atau membersihkan rumput di daerah sekitar
tanaman kentang dengan alat bantu seperti cangkul. Penyiangan sebaiknya
dilakukan 2-3 hari sebelum pemupukan susulan, agar pupuk anorganik yang
diberikan ke dalam tanah benar-benar dikonsumsi oleh tanaman kentang.
Pembumbunan sangat mempengaruhi produksi kentang. Pembumbunan minimal
dilakukan sebanyak dua kali selama penanaman, yakni pada umur 30 HST dan 50
HST. Tujuan pembumbunan adalah memberikan kesempatan agar umbi dapat
berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, dan mencegah umbi
kentang yang terbentuk terkena sinar matahari karena dapat menimbulkan racun
solanin (Samadi, 2007).
Petani kentang Desa Pulosari melakukan penyiangan dan pembumbunan
pertama jika tanaman kentang sudah memasuki usia 20 HST. Dan penyiangan dan
pembumbunan kedua dilakukan jika usia tanaman kentang memasuki usia 40
37
HST. Pada tanaman kentang yang menggunakan sistem MPHP tidak ada kegiatan
pembumbunan pertama maupun kedua, oleh karena itu guludan dibuat dengan
sedikit tinggi.
Gambar 4. Umbi Kentang yang Tidak Tertutup Tanah dan Mengandung
Racun Solanin
8) Pemangkasan Bunga
Berdasarkan hasil penelitian, petani kentang Desa Pulosari tidak
melakukan pemangkasan bunga. Sedangkan, menurut Samadi (2007) pada
kultivar kentang yang berbunga sebaiknya bunga dipangkas. Pemangkasan bunga
bertujuan untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi. Apabila
bunga tidak dipangkas, akan terjadi persaingan penggunaan unsur hara untuk
pembentukan umbi dan pembungaan.
9) Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan faktor penghambat pertumbuhan tanaman
yang mendatangkan kerugian karena dapat menurunkan nilai ekonomi dari
tanaman yang dibudidayakan. Sebelum melakukan tindakan perlindungan
tanaman, perlu mempelajari gejala atau sindrom yang ditimbulkan. Setiap jenis
hama atau penyakit yang menyerang tanaman kentang menimbulkan gejala yang
38
berbeda-beda dan spesifik. Dengan mempelajari gejala secara teliti dan cermat,
hama dan penyakit penyebabnya dapat diketahui secara dini. Dengan demikian,
dapat dicarikan cara pengendalian yang tepat sesuai dengan faktor penyebabnya.
Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a) Cara Preventif
Cara ini merupakan tindakan pencegahan atau perlindungan tanaman sebelum
terinfeksi hama atau penyakit. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti penanaman jenis atau varietas yang tahan terhadap
beberapa hama atau penyakit, pergiliran tanaman, penanaman sesuai musim
tanam, pengolahan tanah yang baik dan intensif, pengaturan jarak tanam yang
tepat dan teratur sesuai dengan varietasnya, pengairan yang baik, dan
penyemprotan pestisida secara berkala dan teratur.
b) Cara Kuratif
Cara ini merupakan tindakan perlindungan tanaman setelah tanaman
terinfeksi atau terserang hama dan penyakit. Tindakan kuratif dapat dilakukan
dengan cara berikut :
- Cara biologis yakni dengan menyebarkan atau memelihara kelestarian
hewan yang menjadi predator atau musuh alami hama di areal pertanaman
yang terserang.
- Cara mekanis yakni membunuh hama secara langsung dan memangkas
bagian tanaman yang telah menjadi sarang telur dan nimfanya atau yang
telah terinfeksi oleh penyakit.
39
- Cara kimiawi yakni memberantas hama dan penyakit menggunakan bahan-
bahan kmia beracun, seperi insektisida, nematisida, fungisida, bakterisida,
dan lain-lain.
c) Pengendalian Secara Terpadu
Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan cara pengendalian yang paling
efektif untuk mencapai stabilitas produksi, dengan kerugian seminimal
mungkin bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Timbulnya PHT
merupakan koreksi terhadap sistem pengendalian hama secara konvensional
yang selalu mengutamakan penggunaan pestisida untuk memberantas hama
tanaman. Penerapan PHT ditunjukkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Pemanfaatan pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-tindakan
yang mengurangi musuh alami.
- Pengolahan ekosistem melalui usaha bercocok tanam yang bertujuan
mengubah lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan,
perkembangbiakan, serta pertumbuhan organisme pengganggu tanaman.
Ada beberapa teknik bercocok tanam yang dapat diterapkan, antara lain
penanaman varietas yang tahan, pergiliran tanaman dan pergiliran varietas,
sanitasi di sekitar tanaman karena gulma dan sampah merupakan media
(inang) yang cocok bagi hama atau penyakit, serta pengelolaan tanah, air,
dan pupuk secara berimbang sesuai kebutuhan.
- Pemakaian pestisida secara selektif. Artinya, keputusan dalam pemilihan
jenis pestisida didasarkan pada analisis ekosistem terhadap hasil
pengamatan lapangan dan ketetapan batas ambang pengendalian.
40
Pengendalian hama dan penyakit kentang di Desa Pulosari lebih bersifat
kuratif atau perlindungan tanaman setelah tanaman terinfeksi atau terserang hama
dan penyakit, tindakan kuratif tersebut dilakukan dengan cara mekanis dan cara
kimiawi. Pengendalian hama dan penyakit mulai dilakukan bila tanaman kentang
sudah memasuki usia 14 HST sampai 21 HST. Sebelum dilakukan penyemprotan
terlebih dahulu dilakukan pengamatan di lahan untuk menentukan hama atau
penyakit apa yang menyerang, hal ini bertujuan untuk menentukan jenis pestisida
apa yang akan digunakan. Interval penyemprotan disesuaikan dengan kondisi
hama dan penyakit yang menyerang tanaman juga disesuaikan dengan kondisi
keuangan petani itu sendiri. Penyemprotan biasa dilakukan petani kentang antara
3 hari sampai 7 hari sekali, bahkan jika musim penghujan penyemprotan
dilakukan 2 hari sekali.
10) Panen
Mutu umbi akan rendah apabila dipanen pada umur yang kurang sesuai.
Jika dipanen terlalu muda, umbi kentang yang diperoleh kecil-kecil atau besarnya
belum optimal dan umbi kentang masih mengandung racun solanin yang cukup
tinggi dan membahayakan kesehatan. Kondisi ini ditandai oleh warna hijau pada
umbi. Sebaliknya, umbi kentang yang dipanen terlalu tua biasanya sudah
mengeras dan retak-retak, kurang enak apabila dikonsumsi. Umur panen kentang
berkisar antara 90-180 hari, tergantung kultivarnya. Kentang sudah dapat dipanen
apabila daun-daun tanaman telah berubah warna dari hijau menjadi kekuning-
kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit, serta batang tanaman telah
agak mengering atau menguning. Panen yang dilakukan pada siang hari kurang
41
menguntungkan sebab proses fotosintesis masih berlangsung. Jadi, pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, saat cuaca cerah atau tidak hujan.
Air hujan yang membasahi umbi kentang dapat menyebabkan umbi cepat rusak.
Cara memanen umbi kentang sangat sederhana dan mudah dilakukan. Akan tetapi,
dapat menimbulkan kerusakan atau pelukaan pada umbi apabila tidak hati-hati.
Untuk mencegah kerusakan mekanis pada saat panen, perhatikan teknik
pembongkaran umbi dari dalam tanah. Lakukan pembongkaran umbi dengan
garpu tanah atau cangkul dengan cara mencangkul tanah di sekitar umbi, lalu
angkat hingga semua umbi keluar dari dalam tanah.
Petani kentang Desa Pulosari akan memangkas batang tanaman kentang
jika usia tanaman susah memasuki 90 HST. Pemangkasan batang dilakukan
dengan menggunakan sabit. Tinggi batang yang dipangkas sekitar 5-7 cm dari
permukaan tanah. Semua batang hasil pangkasan harus dibuang atau dikubur agar
tidak menjadi sumber penyakit.
Gambar 5. Lahan Kentang Siap Panen
Tanaman kentang dapat mulai dipanen 10 hari sampai 15 hari setelah
dilakukan pemangkasan batang atau kurang lebih pada saat tanaman berumur
42
antara 100 HST sampai 105 HST. Waktu paling baik untuk panen kentang adalah
pada saat cuaca terang di pagi hari. Proses pemanenan pertama yang harus
dilakukan adalah mencangkul pinggiran guludan. Kedua, membongkar guludan
dengan menggunakan garpu tanah atau dengan menggalinya langsung dengan
menggunakan tangan.
Gambar 6. Proses Pemanenan Tanaman Kentang
3.3.3 Subsistem Penanganan Pasca Panen
Kerugian akibat serangan hama atau penyakit dan faktor-faktor lain
selepas panen akan sangat besar, apabila tidak ada penanganan yang baik.
Kerugian lepas panen akan menurunkan jumlah produksi dan mutu produksi.
Untuk mencegah kerusakan diperlukan penanganan yang baik dengan
memperhatikan teknologi pasca panen. Penanganan pasca panen sendiri memiliki
pengertian kegiatan untuk mencegah kerusakan hasil akibat serangan hama atau
penyakit, gangguan fisiologis, dan gangguan non parasiter atau lingkungan yang
kurang menguntungkan, dengan tujuan untuk mempertahankan mutu hasil panen
sehingga tetap baik sampai ke tangan konsumen (Samadi, 2007).
43
Kegiatan-kegiatan pasca panen yang dilakukan untuk komoditas kentang
terlihat pada skema di bawah ini :
Gambar 7. Penanganan Pasca Panen kentang
1) Pembersihan
Umbi kentang hasil panen umumnya kotor karena masih terdapat sisa-sisa
tanah. Disamping itu juga, masih terdapat sisa-sisa tanaman seperti daun, batang,
ataupun akar-akar tanaman yang menempel pada umbi. Kotoran dan bagian dari
tanaman yang masih menempel pada umbi dapat menjadi sumber kontaminasi
bermacam-macam patogen yang dapat menginfeksi umbi dan merusaknya dalam
proses penyimpanan. Pembersihan umbi sangat penting untuk memudahkan
penanganan selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pulosari, pembersihan umbi kentang
yang sudah dipanen yaitu dengan membiarkan umbi yang telah diangkat dari
dalam tanah berada di atas permukaan tanah. Hal tersebut dimaksudkan supaya
umbi terangin-anginkan dan terkena sinar matahari langsung sehingga kulit umbi
menjadi kering dan bersih dari sisa-sisa tanah yang menempel.
2) Sortasi
Sortasi pada kentang adalah kegiatan memisahkan umbi yang baik dan
sehat, yaitu umbi yang tidak cacat dan tidak terserang hama atau penyakit, dari
Pembersihan Sortasi Grading
Pengemasan
Penyimpanan
Pengangkutan
44
umbi yang rusak, yaitu umbi yang cacat atau terserang hama ataupun penyakit.
Kegiatan ini dapat mencegah penularan penyakit dari umbi yang sakit atau rusak
ke umbi yang sehat. Sortasi dilaksanakan langsung di kebun produksi karena
sortasi harus dilakukan di tempat yang cukup terang, supaya umbi kentang yang
akan disortasi mudah untuk dilihat kerusakannya.
3) Grading
Grading adalah kegiatan mengelompokkan umbi ke dalam kelompok-
kelompok tertentu, seperti menurut ukuran besar umbi atau beratnya. Dari
kegiatan grading diperoleh hasil umbi yang seragam, baik ukuran maupun
kualitasnya. Hal ini memudahkan penentuan harga dan pemasarannya,
pengemasan atau penyusunan ke dalam wadah, dan memberikan kepercayaan
serta kepuasan pada konsumen sehingga dapat menjamin kestabilan pemasaran
(Samadi, 2007). Kentang Kultivar Granola dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa kelas atau grade menurut ukuran beratnya.
Tabel 9. Pengelompokkan Umbi Kentang Menurut Ukuran Beratnya
Grade Jumlah Umbi per Kg Berat per Umbi (Gram) AL 2-5 >200 AB 6-8 125-166
ABC 10-12 100-125 D/TO 20-30 33-83 ARES >30 <33
Sumber : Penanganan Pasca Panen Kentang (Rismawati, 2009)
Petani kentang Desa Pulosari tidak melakukan kegiatan grading, kegiatan
grading dilakukan oleh bandar. Petani hanya akan memisahkan umbi kentang
yang berukuran kecil, yaitu umbi yang berukuran <60 gram untuk dijadikan bibit
kembali dan yang ukuran beratnya >60 gram dijual kepada bandar.
45
4) Pengemasan
Pengemasan hasil-hasil pertanian bertujuan untuk melindungi hasil
tersebut dari kerusakan mekanis karena pengangkutan, maupun kerusakan
fisiologis karenan pengaruh lingkungan, seperti cahaya matahari, kelembapan
suhu dan udara yang tinggi, ataupun kerusakan akibat serangan patogen. Menurut
Rismawati (2009), syarat-syarat kemasan yang baik adalah tidak toksik (beracun),
dapat menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, serta ukuran, bentuk, dan
berat harus sesuai dengan bahan yang akan dikemas. Jenis kemasan yang
digunakan petani kentang Desa Pulosari untuk mengemas umbi kentang adalah
karung waring.
Gambar 8. Karung Waring
5) Penyimpanan dan Pengangkutan
Penyimpanan hasil pertanian bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
kerugian akibat kerusakan lepas panen. Untuk itu diperlukan teknik penyimpanan
yang baik dan benar. Ada banyak cara penyimpanan yang dapat dilakukan agar
46
kualitas umbi tetap baik, seperti pengaturan suhu di dalam ruang penyimpanan,
pengaturan kelembapan udara, dan pengaturan kandungan O2 dan CO2 yang
sesuai. Fungsi pengangkutan adalah untuk mengangkut barang dari kebun
produksi atau gudang penyimpanan ke pusat-pusat pemasaran (pasar induk, pasar
lokal, supermarket, dan lain-lain).
Penyimpanan biasanya dilakukan karena proses pemanenan memakan
waktu 2–3 hari untuk satu hektar luas tanam. Penyimpanan dilakukan di tempat
yang teduh. Biasanya petani membuat gubug atau saung yang terbuat dari terpal
atau kayu. Pengangkutan dilakukan setelah seluruh proses pemanenan selesai
dilakukan. Umbi kentang yang telah disortasi langsung dikemas menggunakan
karung waring, dan langsung dilakukan pengangkutan oleh bandar. Bandar akan
mengangkut umbi kentang langsung dari kebun produksi.
3.3.4 Subsistem Pemasaran
Pasar adalah tempat untuk melakukan transaksi atau tukar-menukar barang
dengan barang lain (nilai uang). Pasar dapat tercipta karena adanya produsen atau
penjual dan konsumen atau pembeli. Bentuk-bentuk pasar untuk komoditas
kentang banyak sekali macamnya, misalnya pasar induk, pasar tradisional, pasar
swalayan (supermarket), warung-warung kecil, restoran, dan bahkan eksportir.
Pasar juga dapat tercipta di kebun produksi (Samadi, 2007).
Kegiatan pemasaran ini umumnya tidak langsung terjadi antara produsen
dan konsumen, tetapi melalui lembaga-lembaga tata niaga atau lembaga
pemasaran. Keberadaan lembaga-lembaga tata niaga dalam kegiatan pemasaran
47
ini menimbulkan jalur tata niaga atau jalur pemasaran. Lembaga tata niaga dapat
memudahkan dan membantu petani memasarkan hasil-hasil pertanian, tetapi juga
sangat mempengaruhi tingkat harga di pasaran (yang dibayar oleh konsumen) dan
di tingkat petani (yang diterima oleh petani). Tingginya tingkat harga di pasaran
dapat terjadi apabila dalam pemasaran barang banyak lembaga tata niaga yang
berperan di dalamnya. Demikian pula, rendahnya harga di tingkat petani terjadi
karena banyaknya lembaga tata niaga yang terlibat dalam memasarkannya
(Samadi, 2007).
I
V II V
IV
III
Sumber : Kentang dan Analisis Usahatani (Samadi, 2007)
Gambar 9. Pemasaran kentang dengan Kemungkinan Jalur yang Ditempuh
Petani Produsen
Tengkulak
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Konsumen
Industri Makanan
Eksportir
48
Jalur pemasaran I merupakan jalur yang panjang karena melibatkan
banyak lembaga tata niaga, yakni dari petani ke tengkulak, tengkulak ke pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul ke pedagang besar atau grosir, pedagang besar
atau grosir kemudian mendistribusikannya kepada pedagang pengecer (pasar
tradisional dan modern), dari pedagang pengecer inilah kentang didistribusikan
atau dijual kepada konsumen.
Jalur pemasaran II lebih pendek. Petani dapat langsung menjual hasil
panennya kepada pedagang besar atau grosir tanpa melalui tengkulak dan
pedagang pengumpul. Pedagang besar lalu mendistribusikannya kepada eksportir
dan pedagang pengecer, dan pedagang pengecer akan menjualnya kepada
konsumen.
Pada jalur pemasaran III, petani produsen melalui tengkulak dan pedagang
pengumpul menjualnya ke industri makanan. Industri makanan akan mengolah
menjadi bentuk lain, kemudian mendistribusikannya ke pedagang pengecer yang
menjualnya kepada konsumen. Pada jalur IV, petani produsen dapat langsung
menjual hasil panennya kepada pedagang pengecer. Selanjutnya pada jalur V,
petani produsen menjual hasil panen langsung kepada eksportir atau industri
makanan.
Adapun jalur pemasaran kentang Kultivar Granola yang terjadi
berdasarkan penelitian di Desa Pulosari adalah sebagai berikut:
49
Gambar 10. Proses Saluran Pemasaran Kentang di Desa Pulosari
Petani kentang di Desa Pulosari menjual hasil panennya kepada bandar.
Transaksi kesepakatan harga dilakukan antara petani dan bandar seminggu atau
dua minggu sebelum panen. Transaksi dilakukan di pasar Pangalengan, dari pukul
05.00 WIB sampai 09.00 WIB. Pada jam tersebut pasar Pangalengan dipenuhi
oleh bandar dan petani sayuran, salah satunya adalah petani kentang. Jika petani
kentang dan bandar sudah saling mengenal, petani cukup menghubungi bandar via
telepon.
Petani kentang Desa Pulosari tidak melakukan kegiatan grading. Hal
tersebut didasarkan hanya pada pertimbangan kepraktisan dan waktu yang
singkat, walaupun sebenarnya petani mengetahui perbedaan harga kentang jika
sudah digrading dan yang belum digrading (Lampiran 6). Kegiatan grading hanya
dilakukan oleh bandar. Petani hanya memisahkan umbi yang berukuran kecil
yaitu umbi yang berukuran <60 gram untuk dijadikan bibit, sisanya tersebut yang
petani jual kepada bandar. Harga yang diberikan bandar kepada petani yaitu
sekitar Rp 3.000,- sampai Rp 6.000,-/kg. Pada saat penelitian berlangsung yaitu
bulan Februari sampai Maret 2012 harga kentang dari bandar adalah Rp 4.000,-
/kg. Harga dapat berubah-ubah tergantung permintaan dan ketersediaan kentang di
pasar. Berikut adalah harga kentang berdasarkan grade.
Petani Bandar
• Pasar induk Kramat Jati
• Pasar induk Caringin • Pasar Bogor
• Pasar Tanggerang
50
Tabel 10. Harga Kentang Berdasarkan Grade
No Grade Harga (Rp/Kg)
1 AL 4.500-5.000
2 AB 4.000-4.500
2 ABC 3.500-4.000
3 D/TO 2.000-2.500
4 ARES 1.500
Jika petani sudah sepakat dengan harga jual yang ditawarkan oleh bandar,
selanjutnya bandar akan mengambil kentang langsung ke kebun produksi sesuai
tanggal yang diberikan oleh petani. Bandar kemudian menjual kentang dengan
tujuan utama pemasaran yaitu pasar induk Kramat Jati, pasar induk Caringin,
Bogor, dan Tanggerang.
3.3.5 Subsistem Pendukung atau Penunjang
Menurut Sa’id (2001), agribisnis memerlukan lembaga penunjang, seperti
lembaga pertahanan, pembiayaan/keuangan, pendidikan, penelitian, dan
perhubungan. Lembaga pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku
agribisnis yang profesional, sedangkan lembaga penelitian memberikan
sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga-lembaga penunjang
kebanyakan berada di luar sektor pertanian sehingga sektor pertanian erat
kaitannya dengan sektor lainnya. Jadi subsistem pendukung atau penunjang
adalah kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan,
lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, dan lembaga
pendidikan.
51
Untuk lembaga permodalan, di Desa Pulosari sendiri belum ada lembaga
permodalan. Sumber modal yang diperoleh petani kentang dalam mengelola
usahataninya sebagian berasal dari modal petani itu sendiri, namun ada beberapa
diantaranya yang meminjam modal usahatani kepada bandar. Peminjaman modal
kepada bandar sebelumnya dibuat perjanjian yaitu petani tersebut akan menjual
hasil panennya kepada bandar yang telah meminjamkan modal, kemudian
penerimaan hasil panen petani tersebut akan dikurangi dengan jumlah uang modal
yang telah dipinjam. Peminjaman modal kepada bandar juga menjadikan petani
tersebut tidak bisa melakukan transaksi harga jual.
Menurut data profil Desa Pulosari, desa ini memiliki 4 unit kelompok tani
namun semuanya jarang yang aktif dikarenakan jumlah penyuluh lapangan yang
terbatas. Terkadang petani mendapatkan pelatihan dari supplier pestisida yang
ditunjuk oleh perusahaan obat-obatan, yang bertujuan untuk melakukan promosi
penjualan pestisida.
Balai Benih Induk (BBI) kentang Pangalengan, menjadi salah satu tempat
pendidikan atau pelatihan bagi para petani atau petugas dari Dinas Pertanian di
seluruh Indonesia. Selain sebagai tempat pendidikan atau pelatihan, BBI juga
dijadikan sebagai tempat penghasil benih kentang G2. BBI dilengkapi fasilitas
pendukung seperti laboratorium modern, gudang bibit, dan lahan pembibitan. BBI
Pangalengan menjadi salah satu sentra bibit kentang untuk Indonesia. Selain BBI,
penangkar benih yang berada di sekitar Desa Pulosari maupun yang berada di
wilayah Kecamatan Pangalengan mempunyai peranan sebagai penghasil benih
kentang G3.
52
Sarana perhubungan yang baik akan turut mendukung pengembangan
agribisnis kentang di Desa Pulosari. Jalan beraspal sepanjang 4.050 km yang
dimiliki Desa Pulosari dalam keadaan baik dan mampu menghubungkan desa
tersebut dengan daerah lainnya, baik ibu kota kecamatan maupun dengan kota
kabupaten. Meskipun 4.450 km jalan Desa Pulosari dalam keadaan rusak, namun
jalan tersebut masih dapat dilalui oleh kendaraan seperti sepeda motor, mobil, dan
truk.
Sarana komunikasi di Desa Pulosari tergolong cukup baik, meskipun
hanya ada satu unit warung internet di desa ini, namun hampir dari setengah
penduduk memiliki telepon genggam untuk dapat berkomunikasi dan
mendapatkan informasi. Selain itu, sebagian dari penduduk juga memiliki televisi
di rumah mereka, sehingga mereka bisa mendapatkan informasi-informasi
lainnya.
3.4 Analisis Pendapatan Usahatani Kentang
3.4.1 Analisis Total Biaya Usahatani
Biaya merupakan salah satu kompenen penting dalam setiap proses
produksi seperti halnya dalam usahatani kentang. Biaya adalah segala sesuatu
yang membantu atau mengurangi suatu tujuan atau suatu manfaat (Gittingger,
1986). Sedangkan menurut Rodjak (2006) secara singkat dapat dikatakan bahwa
biaya adalah semua faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk dalam kurun waktu tertentu.
53
Secara luas, biaya dapat diartikan suatu pengorbanan ekonomi yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk tujuan
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya adalah pengorbanan ekonomi untuk
menghasilkan aktiva (Mulyadi, 1993).
Komponen biaya dalam suatu usaha terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan
biaya variable (variable cost). Lebih lanjut lagi menurut Mulyadi (1993) biaya
tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan
volume kegiatan dalam periode produksi tertentu, diantaranya sewa lahan, pajak
bumi dan bangunan, dan penyusutan alat-alat. Menurut Hadissapoetro (1978)
untuk menghitung besarnya penyusutan alat menggunakan metode garis lurus
(Straight Line Method) dengan rumus sebagai berikut:
Penyusutan =Nilai Beli − Nilai Sisa
Umur Ekonomis
Nilai sisa adalah nilai pada waktu alat tersebut tidak bisa digunakan lagi atau
bernilai nol.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dan sifatnya habis dalam
satu kali proses produksi, yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan volume
produksi seperti biaya pupuk, benih/bibit, upah tenaga kerja dan lain-lain,
sedangkan biaya total (total cost) adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani
yaitu biaya tetap ditambah dengan biaya variabel.
Ada pendapat dari ahli lain yang juga mengemukakan definisi mengenai
biaya. Sukirno (1998), biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya eksplisit dan
biaya implisit (tersembunyi). Biaya eksplisit adalah pengeluaran berupa
54
pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor produksi dan bahan mentah
yang dibutuhkan. Menurut Rodjak (1996), komponen biaya eksplisit dapat
dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya implisit (tersembunyi)
adalah taksiran pengeluaran atas faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu
sendiri. Faktor produksi yang dimiliki dapat berupa keahlian kewirausahaan
petani, modal sendiri yang digunakan dalam perusahaan, dan bangunan yang
digunakan dalam usahatani.
Biaya tetap yang dihitung dalam penelitian ini meliputi biaya sewa lahan
dan biaya penyusutan peralatan pertanian. Alat-alat pertanian yang digunakan
dalam usahatani kentang terdiri dari: cangkul, sabit, garpu tanah, pompa manual,
power sprayer, selang, dan drum.
Biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan jenis biaya yang jumlahnya
berubah-ubah tergantung pada volume produksinya. Biaya variabel yang dihitung
dalam penelitian ini meliputi biaya pembelian bibit, pupuk kandang, pupuk kimia,
pestisida, solar dan biaya tenaga kerja.
Hasil perhitungan pada petani kentang menunjukkan rata-rata total biaya
usahatani sebesar Rp 39.506.832,- per hektar per satu musim tanam. Total biaya
tersebut meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan
sebesar Rp 3.116.582,- meliputi biaya sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan
pertanian. Untuk biaya varibel yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 36.390.250,-
meliputi biaya pembelian bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, solar, dan
upah tenaga kerja. Berikut adalah rincian rata-rata total biaya usahatani petani
kentang per hektar per satu musim tanam.
55
Tabel 11. Rata-rata Total Biaya Usahatani Petani Kentang per Hektar per Satu
Musim Tanam
No Jenis Biaya Rata-rata (Rp/Ha) 1. Biaya Tetap a. Sewa Lahan 2.350.000 b. Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian 766.582 Sub Total 3.116.582 2. Biaya Variabel a. Bibit 19.500.000 b. Pupuk Kandang 4.725.000 c. Pupuk Kimia 2.875.000 d. Pestisida 4.551.000 e. Solar 169.875 f. Tenaga Kerja 4.569.375 Sub Total 36.390.250
Total Biaya Usahatani 39.506.832 3.4.2 Analisis Penerimaan, Pendapatan, dan R/C Usahatani
Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima petani dari hasil penjualan
produksinya kepada pedagang maupun secara langsung kepada konsumen.
Soekartawi (1986) menjelaskan bahwa penerimaan usahatani adalah nilai produk
usahatani yang terjual maupun yang dikonsumsi sendiri baik yang digunakan
kembali untuk bibit atau yang disimpan di gudang. Selisih penerimaan dengan
biaya produksi merupakan pendapatan usahatani yang selanjutnya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memberi kepuasan agar dapat
melanjutkan usahataninya.
Menurut Rodjak (1996), untuk mengetahui besarnya pendapatan keluarga
tani, biaya usahatani yang diperhitungkan hanya biaya yang benar-benar
dikeluarkan oleh petani (biaya eksplisit), sedangkan biaya implisit tidak
diperhitungkan.
56
Nilai R/C rasio (Return Cost Ratio) adalah perbandingan antara
penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk
mengetahui kelayakan usahatani. Jika R/C ratio lebih dari satu maka usaha
tersebut menguntungkan untuk diusahakan. Jika R/C ratio lebih kecil dari satu
maka usaha tersebut berada dalam kerugian. Jika R/C ratio sama dengan satu
maka usaha tersebut berada dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi (break
even point).
Pada saat penelitian, harga jual kentang dari bandar yaitu sebesar Rp
4.000,-/kg. Volume produksi rata-rata kentang adalah sebesar 20.375 kg per ha
per satu musim tanam, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 81.500.000,-.
Pendapatan rata-rata petani kentang adalah sebesar Rp 41.993.168,- per ha per
satu musim tanam.
Tabel 12. Rata-rata Penerimaan, Pendapatan, dan R/C Pada Petani Kentang per
Hektar per Satu Musim Tanam
No Jenis Biaya Rata-rata/Ha 1. Total Biaya Usahatani Rp 39.506.832 2. Volume Produksi 20.375 kg 3. Harga Jual Rp 4000 4. Total Penerimaan Rp 81.500.000 5. Total Pendapatan Rp 41.993.168 6. R/C 2,06
Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani. R/C
rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya produksi
atau usahatani. Dari hasil perhitungan R/C rasio usahatani kentang diperoleh nilai
sebesar 2,06, yang dapat diartikan bahwa setiap penambahan biaya sebesar Rp
1,00 usahatani tersebut akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2,06. Dari
57
penjelasan tersebut, terlihat bahwa petani kentang memiliki R/C rasio > 1, yang
artinya bahwa usahatani tersebut layak untuk diusahakan.