BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...

33
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kerajinan Akar Wangi di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik. Kabupaten Garut sangan cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik komoditi pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Salah satu komoditi pertanian yang cocok ditanam di Kabupaten Garut adalah akar wangi. Tanaman akar wangi dikenal dengan beberapa nama di Indonesia, seperti : useur (Gayo), urek usa (Minangkabau), hapias (Batak), narwastu atau usar (Sunda), larasetu (Jawa), karabistu (Madura), nausina fuik (Roti), tahele (Gorontalo), akadu (Buol), sere ambong (Bugis), babuwamendi (Halmahera), garamakusu batawi (Ternate), baramakusu butai (Tidore). 7 Rumput Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) adalah sejenis rumput yang berasal dari India. Tumbuhan ini dapat tumbuh sepanjang tahun, dan dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya, sebagai bahan minyak dan kerajinan. Di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut, yang merupakan sentra terbesar, sudah dilakukan pengembangan akar wangi untuk menjadi minyak dan kerajinan ( handycraft), termasuk limbahnya sebagai bahan kerajinan. Area tanam akar wangi di Kecamatan Samarang sekitar 600 hektar, 5%-nya dimanfaatkan sebagai bahan 7 Diakses dari ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/akar%20wangi.pdf [15/02/2012]

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kerajinan Akar Wangi di Kecamatan Samarang

Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat

kesuburan tanah yang sangat baik. Kabupaten Garut sangan cocok untuk ditanami

berbagai jenis tanaman, baik komoditi pertanian, perkebunan, maupun kehutanan.

Salah satu komoditi pertanian yang cocok ditanam di Kabupaten Garut adalah

akar wangi. Tanaman akar wangi dikenal dengan beberapa nama di Indonesia,

seperti : useur (Gayo), urek usa (Minangkabau), hapias (Batak), narwastu atau

usar (Sunda), larasetu (Jawa), karabistu (Madura), nausina fuik (Roti), tahele

(Gorontalo), akadu (Buol), sere ambong (Bugis), babuwamendi (Halmahera),

garamakusu batawi (Ternate), baramakusu butai (Tidore).7

Rumput Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) adalah sejenis rumput yang

berasal dari India. Tumbuhan ini dapat tumbuh sepanjang tahun, dan dikenal

orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Bagian yang dimanfaatkan

adalah akarnya, sebagai bahan minyak dan kerajinan. Di Kecamatan Samarang

Kabupaten Garut, yang merupakan sentra terbesar, sudah dilakukan

pengembangan akar wangi untuk menjadi minyak dan kerajinan (handycraft),

termasuk limbahnya sebagai bahan kerajinan. Area tanam akar wangi di

Kecamatan Samarang sekitar 600 hektar, 5%-nya dimanfaatkan sebagai bahan

7 Diakses dari ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/akar%20wangi.pdf [15/02/2012]

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

16

dasar untuk kerajinan. Area tanam akar wangi tersebar di 4 desa, yaitu Sukakarya,

Tanjung Karya, Cisarua dan Parakan.8

Pada tanaman akar wangi terdapat bagian-bagian yang bisa dimanfaatkan

untuk berbagai macam kebutuhan. Berikut ini adalah pohon industri akar wangi.

Sumber: http://binaukm.com/2010/04/pohon-industri-minyak-atsiri/ [15/02/ 2012]

Gambar 2. Pohon Industri Akar Wangi

Pengolahan akar wangi menjadi minyak (penyulingan) terdapat di dua

desa yaitu Sukakarya dan Tanjung Karya. Sedangkan produk kerajinan yang

berasal dari akar wangi dihasilkan oleh dua desa yaitu Sukakarya dan

Sukalaksana. Khusus produk kerajinan akar wangi masih relatif baru di kecamatan

Samarang (2009). Inisiasi awal diarahkan dengan mendorong Koperasi Warga

Desa (Kowades) Binalaksana (Desa Sukalaksana) dan Kowades Karya Mandiri

8Diakses dari http://www.pupuk-

bandung.org/index.php?option=com_content&view=article&id=79:akar-wangi-

handicraft&catid=43:pengembangan-ekonomi-kabupaten-garut&Itemid=131 [20/02/2012]

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

17

(Desa Sukakarya) untuk memunculkan produk kerajinan berbasis komunitas yang

sesuai dengan potensi sumber daya lokal.9

Saat ini jumlah pengrajin di dua desa tersebut sekitar 15 orang yang terdiri

dari pelukis, penenun dan penjahit. Terdapat dua merk lokal untuk kerajinan yaitu

Hebat Craft dan Pulus Wangi Nusantara, dengan karakteristik lokal namun dapat

diserap secara global, serta ramah lingkungan (eco-friendly craft). Inisiasi

pemberdayaan ekonomi tersebut diarahkan untuk meningkatkan daya saing

(competitiveness) produk, UMKM serta daerahnya dengan beberapa pendekatan

yang sinergi, kolaboratif multi-stakeholder dengan platform Klaster Industri,

perkuatan Value Chain Development, dan Gerakan OVOP (One Village One

Product).10

Program Pengembangan Ekonomi Lokal (Local Economic Development)

ini dikawal melalui prakarsa Chevron Geothermal Ltd, Kabupaten Garut dalam

Program CSR (Corporate Social Responsibility) berkolaborasi dengan NGO

PUPUK (Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil) Bandung. Selain itu

beberapa stakeholder termasuk pemerintah juga terlibat dalam implementasinya.

2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.1.2.1 Evolusi Teori Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam

konteks ekonomi global, nasional, maupun global. Komitmen dan aktivitas CSR

pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour),

9 Idem 10 Idem

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

18

termasuk dua kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen

kunci, yaitu :

1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumber daya manusia,

jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan

masyarakat (community development), perlindungan hak asasi manusia,

perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap

hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memperhatikan dan

melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga

internasional dan stakeholder lainnya. Merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan

perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek

ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal.

Dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali

dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatansektor swasta yang lebih dari

sekedar kepatuhan terhadap hukum.

Pandangan bahwa dunia bisnis memiliki tanggung jawab yang lebih dari

sekedar meningkatkan kemakmuran ekonomi semata bukanlah sesuatu yang baru.

Sepanjang catatan sejarah, peranan organisasi-organisasi yang memproduksi

barang dan jasa bagi pasar perlu dikaitkan dengan aspek sosial, politik, dan

bahkan militer.

Dekade 1950an, menurut Lee, teori-teori CSR yang muncul di tahun

1950an, telah mengalami pergeseran. yang paling kentara adalah perubahan yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

19

terjadi di tahun 1990an. Dari tingkat analisis, dapat dinyatakan bahwa sifat

makrososial telah bergeser menjadi organisasional; orientasi teoretis yang tdinya

lebih bersifat etis dan kewajiban telah menjadi manajerial; orientasi etis yang

tadinya eksplisit telah menjadi implisit, dan hubungan antara kinerja CSR dan

kinerja keuangan yang tadinya terpisah atau tidak didiskusikan sama sekali

kemudian berubah menjadi hubungan yang erat. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

pada tabel di bawah ini.11

Tabel 3. Evolusi Teori CSR

50s &60s 90s

Tingkat analisis Makro sosial Organisasional

Orientasi teoritis Etika/tanggung jawab Managerial

Orientasi etik Eksplisit Implisit

Hubungan antara CFP

dan CSR

Eksklusif Terkait erat

Sumber: Makalah “Sejarah dan Masa Depan CSR Menurut Min-Dong Paul Lee (Jalal,

Lingkar Studi CSR 2008) [3/02/2012].

Tahun 1950an hingga 1960an benar‐benar didominasi oleh pemikiran

Howard Bowen, sehingga tema besarnya adalah tanggung jawab sosial pebisnis

(atau social responsibilities of businessmen—yang menjadi judul buku Bowen

yang terbit 1953).12

Dekade 1970an ditandai dengan munculnya konsep yang hingga kini

masih sangat sering dikutip, yaitu enlightened self interest. Konsep ini dilahirkan

oleh Wallich dan McGowan (menulis artikel terakhir dalam bunga rampai A New

Rationale for Corporate Social Policy, 1970) yang berupaya menyediakan

rekonsiliasi antara tujuan sosial dan ekonomi perusahaan. Mereka dengan tegas

11 Dikutip dari Makalah “Sejarah dan Masa Depan CSR Menurut Min-Dong Paul Lee (Jalal,

Lingkar Studi CSR 2008) [3/02/2012]. 12 Idem

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

20

menyatakan bahwa CSR akan terus menjadi konsep asing apabila tidak berhasil

menunjukkan dirinya konsisten dengan kepentingan pemilik modal. Sejak itu,

terjadi perubahan radikal dari penelitian‐penelitian CSR yang tadinya lebih

bersifat normatif menjadi positif, terutama kaitan antara kinerja CSR dan kinerja

finansial perusahaan. Namun, karena penelitian‐penelitian tersebut masih sangat

muda dan mekanisme hubungan keduanya belum jelas benar, maka hubungannya

bisa dikatakan masih longgar.13

Dekade 1980an ditandai dengan maraknya tema kinerja sosial perusahaan

(Corporate Social Performance/CSP). Penanda utamanya adalah artikel seminar

Archie Carroll, A Three‐dimensional Conceptual Model of Corporate

Performance (1979). Hal yang sangat penting dalam dekade ini adalah

berkembangnya keyakinan bahwa hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan

kinerja finansial tidaklah bersifat trade off. Keduanya bisa berjalan seiring

menuju “total social responsibility of business” yang terdiri dari tanggung jawab

ekonomi, legal, etis, dan diskresionari. Setelah sepanjang satu dekade CSP

diperkenalkan dan diteliti lebih jauh, tampaknya hasilnya belum lagi memuaskan.

Kapasitas untuk mengukurnya, serta bagaimana menguji model CSP secara

empiris adalah dua titik paling lemah yang belum bisa diselesaikan.14

Dekade berikutnya, 1990an, ditandai dengan keruntuhan misteri terbesar

dalam manajemen: mengapa perusahaan‐perusahaan tertentu secara konsisten

berkinerja lebih baik dibandingkan yang lain. Jawabannya ada pada tema

manajemen strategik, yang di antaranya diusung oleh Peter Drucker. Salah satu

13 Idem 14 Idem

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

21

varian manajemen strategik adalah teori pemangku kepentingan yang

dipopularkan oleh Edward Freeman. Ia mempostulatkan bahwa semakin banyak

pamangku kepentingan yang dipuaskan oleh perusahaan, maka perusahaan

tersebut memiliki kemungkinan semakin besar untuk sukses. Postulat tersebut

sangat bermanfaat untuk perkembangan CSR selanjutnya, sehingga studi‐studi

CSR menjadi semakin bersifat positif dan manajerial. Aplikasi praktisnya juga

semakin didorong oleh tokoh‐tokoh seperti Philip Kotler, Michael Porter dan

Stuart Hart.15

2.1.2.2 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Dari sisi etimologis Corporate Social Responsibility (CSR) kerap

diterjemahkan sebagai “tanggung jawab sosial perusahaan (TSP)”. dalam konteks

lain CSR kadang juga disebut sebagai “tanggung jawab sosial dunia usaha

(tansodus)”. Sebagai sebuah konsep yang makin popular, CSR ternyata belum

memiliki definisi yang tunggal, konsep ini menawarkan sebuah kesamaan, yaitu

keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap

aspek sosial serta lingkungan.

Definisi CSR menurut Draft 3 ISO 2600, adalah tanggung jawab sebuah

organisasi atas dampak dari keputusan dan kegiatan sebuah organisasi bagi

masyarakat dan lingkungannya, melalui perilaku transparan dan etis yang

konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

Memperhatikan espektasi dari stakeholders-nya, sejalan dengan hukum yang

15 Idem

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

22

berlaku dan norma-norma sikap, dan juga terintegrasi kepada keseluruhan

organisasi.

Menurut Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggungjawab Sosial

Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan

cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan

public eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana

dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis

mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan

(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).

Definisi CSR menurut World Business Council for Sustainable

Development adalah komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk

berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya

meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas

lokal dan masyarakat pada umumnya.

Versi lain tentang CSR menurut International Finance Corporation adalah

komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi

berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas

lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-

cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

Sedangkan menurut Institutional of Charactered Accounting, England and

Wales menjelaskan jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu

memberi dampak positif bagi masyarakat dan sosial ke dalam nilai, budaya,

pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

23

transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan

berkembang.

Menurut European Comission mengatakan bahwa CSR adalah sebuah

konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan

lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para

pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

Adapun definisi CSR menurut Canadian Government adalah kegiatan

usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai,

budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan

dengan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat

yang sehat dan berkembang.

Definisi CSR menurut CSR Asia yaitu komitmen perusahaan untuk

beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial, dan

lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholder.

Menurut Oliver van Heel, iema.net (2004) menjelaskan bahwa CSR adalah

suatu pendekatan bisnis yang menciptakan nilai pemangku kepentingan dengan

merangkum semua peluang dan mengelola semua risiko yang dihasilkan dari

kegiatan pembangunan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Sankat, Clement K (2004) memberikan definisi CSR adalah komitmen

usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk

peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan,

keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

24

Versi lain tentang definisi CSR menurut Patir, Ziva (2002) adalah

bagaimana corporate besar berusaha memenuhi kebutuhan modal dari para

pemegang saham, sementara di pihak lain dalam waktu yang bersamaan

meningkatkan dampak positif pada masyarakat secara umum.

Secara lebih teoritis dan sistematis, konsep piramida Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dikembangkan Archie B. Charol memberi justifikasi

logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat

disekitarnya (Saidi dan Abidin, 2004). Sebuah perusahan tidak hanya memiliki

tanggung jawab ekonomis, melainkan pula tanggung jawab legal, etis dan

filantropis.

Sumber: http://serenadaluna.blogspot.com/2010/08/bab-1-profil-program-kemitraan-dan-

bina.html [26/02/2012]

Gambar 3. Piramida CSR, Archie B. Carrol

Penjelsan dari Archie B. Carrol mengenai gambar piramida CSR di atas

adalah sebagai beikut :

1. Economic Responsibility. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan

laba.laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

25

ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan

berkembang.

2. Legal Responsibility. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari

laba, peruahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah

ditetapkan pemerintah.

3. Ethical Responsibility. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan

praktik bisnis yang baik, benar, adil dan fairi. Norma-norma masyarakat perlu

menjadi ujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.

4. Philanthropis Responsibility. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat

hukum, dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat member

kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya

adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Para pemilik dan

pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni

kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah

nonfiduciary responsibility.

2.1.2.3 Model Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Soeharto (2007), sedikitnya ada

empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di

Indonesia yaitu:

1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara

langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan

sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

26

sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya seperti

corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari

tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan

yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini

merupakanadopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaan-perusahaan

di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau

dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan

Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan),

Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui

kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM),

instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana

maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga

sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR

antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan

Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI,

ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut

mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang

didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

27

pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat

“hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang

dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif

mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian

mengembangkan program yang disepakati bersama.

Seperti diperlihatkan Tabel 4. dari keempat model atau model di atas,

model yang banyak dijalankan selama tahun 2001 adalah model ketiga, yakni

perusahaan bermitra dengan organisasi atau lembaga sosial atau lembaga lain

dengan dana yang teralokasi mencapai 79 miliar rupiah.

Tabel 4. CSR Berdasarkan Jumlah Kegiatan dan Dana

No Model Jumlah

(Kegiatan, %)

Jumlah Dana

(miliar rupiah, %)

1 Langsung 113 (40,5) 14,2 (12,2)

2 Yayasan Perusahaan 20 (7,2) 20,7 (18%)

3 Bermitra dengan Lembaga

Sosial

144 (51,6) 79,0 (68,5)

4 Konsorsium 2 (0,7) 1,5 (1,3)

Jumlah Total 279 115,3 Sumber : Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi dalam Suharto (2009)

2.1.2.4 Alasan Perusahaan Melakukan CSR

Dalam melakukan CSR, perusahaan memiliki alasan diantaranya adalah:

1. Alasan Sosial. Perusahaan melakukan program CSR untuk memenuhi

tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Sebagai pihak luar yang

beroperasi pada wilayah orang lain perusahaan harus memperhatikan

masyarakat sekitarnya. Perusahaan harus ikut serta menjaga kesejahteraan

ekonomi masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang

ditimbulkan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

28

2. Alasan Ekonomi. Motif perusahaan dalam melakukan CSR untuk menarik

simpati masyarakat dengan membangun image positif bagi perusahaan

yang tujuan akhirnya tetap pada peningkatan profit.

3. Alasan Hukum. Alasan hukum membuat perusahaan melakukan program

CSR hanya karena adanya peraturan pemerintah. CSR dilakukan

perusahaan karena ada tuntutan yang jika tidak dilakukan akan dikenai

sanksi atau denda dan bukan karena kesadaraan perusahan untuk ikut serta

menjaga lingkungan. Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSR

sekedar ikut-ikutan atau untuk menghindari sanksi dari pemerintah. Hal ini

diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang PT No. 40 pasal 74

yang isinya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan

yang terkait terhadap SDA dan yang menghasilkan limbah.

Selain itu juga, alasan perusahaan melakukan CSR menurut Saidi dan

Abidin (2004) dalam Soeharto (2009), terdapat matriks yang menggambarkan

tahapan atau paradigma yang mendasari perusahaan untuk melakukan CSR di

Indonesia, yaitu :

1. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan

motivasi keagamaan.

2. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan

yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong

esama dan memperjuangkan pemerataan sosial.

3. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi

mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

29

Selain berbagai alasan di atas, perusahaan melakukan CSR didorong oleh

motivasi karitatif kemudian motivasi kemanusiaan dan akhirnya motivasi

kewarganegaraan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Motivasi CSR

Motivasi Tahapan Paradigma

Karitatif Filantropis Kewarganegaraan

Semangat/Prinsip Agama, tradisi,

adat

Norma, etika dan

hukum universal:

redistribusi kekayaan

Pencerahan diri dan

rekonsiliasi dengan

ketertiban sosial

Misi

Mengatasi masalah sesaat

Menolong sesame Mencari dan mengatasi akar

masalah;

memberikan kontribusi kepada

masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek

dan parsial

Terencana,

terorganisasi, terprogram

Terinternalisasi

dalam kebijakan perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/Dana Abadi Profesional:

keterlibatan tenaga-tenaga ahli di

bidangnya

Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan

perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah sosial maupun

pembangunan dan

keterlibatan sosial

Inspirasi Kewajiban Kemanusiaan Kepentingan bersama

Sumber : Dikembangkan dari Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi dalam Suharto (2009)

2.1.2.5 Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

Di antara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas CSR di Indonesia

masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang

memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya. Ikatan

Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005

mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

30

ISRA bertujuan untuk mempromosikan laporan kegiatan sukarela (voluntary

reporting) CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan

kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR.

Kategori penghargaan yang diberikan adalah Best Social and Environmental

Report Award, Best Social Reporting Award, Best Environmental Reporting

Award, dan Best Website.16

Pada Tahun 2006 kategori penghargaan ditambah menjadi Best

Sustainability Reports Award, Best Social and Environmental Report Award, Best

Social Reporting Award, Best Website, Impressive Sustainability Report Award,

Progressive Social Responsibility Award, dan Impressive Website Award. Pada

Tahun 2007 kategori diubah dengan menghilangkan kategori impressive dan

progressive dan menambah penghargaan khusus berupa Commendation for

Sustainability Reporting: First Time Sutainability Report. Sampai dengan ISRA

2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan

dalam ISRA (csrjatim.org/2/data/sejarah-csr.pdf [18/022011]).

Perkembangan program CSR di Indonesia dimulai dari sejarah

perkembangan PKBL. Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak

terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang tata cara pembinaan

dan pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan

Perusahaan Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil

dibebankan sebagai biaya perusahaan. Dengan terbitnya keputusan Menteri

Keuangan No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman

16 Diakses dari csrjatim.org/2/data/sejarah-csr.pdf [18/022011].

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

31

Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperas melalui Badan Usaha Milik

Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5%

dari laba setelah pajak. Nama program saat itu lebih dikenal dengan Program

Pegelkop.17

Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil

dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan

Usaha Keciln dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan

Usaha Milik Negara. Memperhatikan perkembangann ekonomi dan kebutuhan

masyarakat, pedoman pembinaan usaha kecil tersebut beberapa kali mengalami

penyesuaian, yaitu melalui Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No.: Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal

28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN,

Keputusan Menteri BUMN No.: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003

tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan, dan terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-

05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan

Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.18

2.1.2.6 Community Development Sebagai Implementasi CSR

Di Indonesia sendiri salah satu bentuk implementasi CSR adalah

Community Development (CD). Namun selama ini bantuan perusahaan dalam

17Idem. 18Idem.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

32

konteks CSR masih berupa hibah sosial dan masih sedikit yang berupa hibah

pembangunan. Hibah sosial adalah bantuan kepada suatu organisasi nirlaba

kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan atau kegiatan lain untuk kemaslahatan

masyarakat dengan hak pengelolaan sepenuhnya pada penerima, sedangkan hibah

pembangunan merupakan bantuan selektif kepada suatu community development.

Dalam hal ini, hibah sosial lebih bersifat sesaat sedangkan hibah pembangunan

lebih bersifat pengembangan atau pemberdayaan sehingga terdapat keberlanjutan

dan implementasinya. Oleh karena itu, perlu ada transformasi dari hibah sosial ke

pembangunan.

Community Development sebagai salah satu bentuk dari corporate social

responsibility terhadap para stakeholder, yang diantaranya adalah masyarakat di

sekitar lokasi beroperasinya perusahaan. Bentuk-bentuk community development

yang dilakukan antara lain meningkatkan taraf hidup masyarakat dan

kesejahteraan masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang terpadu

yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Selain itu juga, community development merupakan salah satu bentuk dari

corporate social responsibility yang paling penting dalam menjaga hubungan

dengan masyarakat sekitar untuk jangka waktu yang lama. Hal ini disebabkan

community development menyentuh semua aspek yang terkait dengan corporate

social responsibility, otomatis diantara perusahaan dan masyarakat harus saling

mengetahui dan memahami kepentingan masing-masing dalam rangka menjalin

kerjasama yang baik dan hal ini akan berpengaruh dalam menentukan strategic

palnning dari perusahaan ke depan., baik strategi dalam pengelolaan lingkungan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

33

hidup, strategi dalam penyerapan tenaga kerja lokal maupun strategi dalam

menentukan para supplier lokal.

Sumber: Pekerjaan Sosial di Dunia Industri (Suharto, 2009)

Gambar 4. Hubungan Antara CSR dan Pengembangan Masyarakat

Dari Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa salah satu kegiatan CSR yang

dilakukan perusahaan berupa pemberdayaan. Kegiatan ini ditujukan untuk

program pengembangan masyarakat.

Kejelian sebuah perusahaan untuk menyikapi gejala sosial yang ada di

masyarakat tersebut akan mengurangi kesenjangan antara perusahaan dan

masyarakat. Selain itu, masyarakat tidak lagi menganggap perusahaan sebagai

elemen baru diantara mereka yang membuat mereka termarginalkan. Oleh karen

itu, melakukan rancangan awal tentang pola pengembangan community

development akan menguntungkan perusahaan dari segi keamanan dan

kesinambungan berusaha.

CSR

CSI (Corporate

Social

Investment)

Pemberian Perusahaan

Kedermawanan Sosial

Relaksi Kemasyarakatan

Perusahaan

Pengembangan

Masyarakat

Amal

Pemberdayaan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

34

2.1.3 Konsep Agroindustri dan Agroindustrialisasi

Menurut Soekartawi (2000), agroindustri dapat diartikan dalam dua hal.

Pertama, agroindustri adalah indusrti yang berbahan baku utama dari produk

pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food

processing management dalam suati perusahaan produk olahan yang berbahan

baku utamanya adalah produk pertanian. Menurut FAO (Soekartawi 2000) suatu

industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal

20% dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut “agroindustri”. Arti

yang kedua adalah bahwa agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan

pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan tersebut mencapai tahapan

pembangunan industri.

Sutalaksana (1993) mengemukakan bahwa agroindustri adalah suatu

kegiatan yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan

bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru, baik yang

bersifat setengah jadi, maupun produk yang dapat segera dikonsumsi. Pengertian

serupa kemudian disempurnakan Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian (2002), yang memaknai agroindustri sebagai industri yang mengolah

komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara

(intermediate product) maupun produk akhir (finish product).

Agroindustri mempunyai dua pengertian, yaitu pertama, sebagai tahapan

pembangunan dan kedua sebagai salah satu subsistem agribisnis. Cakupan

agroindustri yang luas meliputi industri hulu yang memproduksi alat dan mesian

pertanian, baik dalam proses budidaya pertanan maupun pasca panen dan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

35

pengolahan hasil pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang yang siap

dikonsumsi. Untuk meningkatkan kinerja agroindustri maka diperlukan kebijakan

agroindustrialisasi, khususnya di daerah sentra produksi secara terencana dengan

baik sehingga akan memberikan manfaat dalam peningkatan nilai tambah,

penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pelaku yang

terlibat, khususnya petani (Noor, 2011).

Nilai tambah agroindustri, menurut Amanor-Boadu (2005) akan terbentuk

ketika terjadi perubahan dalam bentuk fisik atau bentuk produk pertanian atau

adopsi metode produksi atau proses penanganan yang bertujuan untuk

meningkatkan basis konsumen bagi produk tersebut serta mendapatkan porsi yang

lebih besar dari pengeluaran pembelanjaan konsumen yang tumbuh untuk

produsen. Berdasarkan definisi tersebut, Amanor-Boadu (2005) menyatakan

bahwa inisiatif nilai tambah pada suatu rantai nilai yang beda, terjadi sebagai

imbalan atas aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha industri hilir pada suatu

rantai pasokan. Ukuran imbalan tersebut secara langsung dan proporsional

ditujukan untuk kepuasan konsumen. Imbalan tersebut berbentuk harga yang

tinggi, peningkatan pangsa pasar, dan atau peningkatan akses pasar. Dengan

demikian, hal tersebut akan meningkatkan keuntungan bagi pelaku usaha.

Wilkinson (1995) dalam Noor (2011), mendefinisikan agroindustrialisasi

sebagai perubahan yang mencakup tiga hal, yaitu :

1. Pertumbuhan dari perusahaan (pelaku) pengolah hasil pertanian, distribusi dan

input pertanian, suatu bentuk pengusahaan yang dapat disebut sebagai

“perusahaan agroindustri”.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

36

2. Perubahan-perubahan kelembagaan dan keorganisasian dalam hubungannya

dengan perusahaan agroindustri dan pertanian melalui peningkatan koordinasi

vertikal.

3. Perubahan yang serentak di sektor pertanian, seperti perubahan dalam

komposisi produk, teknologi, serta pewilayahan dan struktur pasar.

Sementara Cook dan Chaddad (2005) mengemukakan bahwa

agroindustrialisasi yang dianalisis dalam bidang ekonomi pembangunan, secara

umum dipandang sebagai periode-periode dari perubahan-perubahan yang terus

menerus, dan ketidakteraturan ekonomi. Dengan demikian agroindustrialisasi

dipandang sebagai proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan agroindustri.

Menurut Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2002),

sebagai instansi yang berada di bawah naungan Kementrian Pertanian,

menjelaskan bahwa ada lima alasan bagi agroindustri untuk berperan sebagai

motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasioanal masa depan, yaitu :

1. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif

menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada akhirnya akan

memperkuat daya saing produk agribisnis Indonesia.

2. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga

kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi prtumbuhan ekonomi nasional

secara keseluruhan.

3. Memiliki keterkaitan yang besar baikke hulu maupun ke hilir, sehingga

mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

37

4. Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat

diperbaharui sehingga keberlangsungannya terjamin.

5. Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional

dari pertanian industri dengan agroindustri sebagai motor penggeraknya.

Susanto (2011) dalam Noor (2011) menyebutkan peranan agroindustri,

selain mampu menyerap tenaga kerja, juga memberikan dampakpada peningkatan

pendapatan masyarakat. Peranan ini diharapkan dapat memicu perkembangan

perekonomian daerah. Keberhasilan pengembangan agroindustri di perdesaan

tidak hanya ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh industri bersangkutan

(faktor internal) namun juga dipengaruhi oleh kondisi luar di sekitar kegiatan

tersebut (faktor eksternal).

Selanjutnya Susanto (2001) dalam Noor (2011) mengemukakan bahwa,

sebagai sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian perdesaan,

maka pertumbuhan agroindustri di perdesaan perlu dilakukan dengan prinsip dasar

:

1. Memacu pertumbuhan kompetitif produk serta keunggulan komparatif

wilayah.

2. Memacu peningkatan sumber daya manusia dan agroindustri yang sesuai

dengan kondisi setempat.

3. Memperluas kawasan sentra-sentra komoditas unggulan yang nantinya akan

berfungsi sebagai pemasok bahan baku berkelanjutan.

4. Memacu pertumbuhan subsistem lainnya serta menghadirkan berbagai sarana

pendukung berkembangnya industri perdesaan.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

38

Banyak contoh perusahaan agroindustri yang semulaberkembag pesat,

namun pada akhirnya tutup karena berbagai alasan, dari kesalahan manajemen,

kekurangan bahan baku, hingga kurangnya minat konsumen yang membeli

produk agroindustri tersebut (McGinity 1979 dalam Soekartawi 2005). Dalam

rangka pengembangannya di perdesaan, maka dukungan sektor penunjang, baik

sarana maupun prasarana diperdesaan, perlu ditingkatkan. Begitu pula dengan

keterpaduan rencana dan pelaksanaannya.

2.1.4 Arti Dampak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak berarti pengaruh kuat

yang mendatangkan akibat (baik akibat yang negatif maupun akibat yang positif).

Menurut Soemarwoto (2001) dampak adalah suatu prubahan yang terjadi sebagai

akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik,

maupun biologi. Soemarwoto juga menambahkan bahwa manusia modern

terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Manusia merupakan bagian tak terpisahkan

dari lingkungannya. Maksudnya disini petani termasuk ke dalam lingkungan yaitu

apabila lingkungan berubah (akibat adanya pemberdayaan).

Untuk dapat mengetahui suatu ndampak atau perubahan telah terjadi,

maka harus ada bahan pembanding sebagai acuan. Ada beberapa alasan acuan

yang dapat digunakan yaitu dengan menbandingkan keadaan sebelum dan sesudah

terjadi perubahan atau membandingkan keadaan di dalam dan di luar lingkungan

yang mengalami perubahan. Dalam penelitian ini, dampak akan diketahui dengan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

39

cara yang kedua yaitu membandingkan keadaan di dalam dan di luar lingkungan

yang mengalami perubahan.

Menurut Soemarwoto (1990), di dalam AMDAL dijumpai dua jenis

batasan tentang dampak, yaitu :

1. Dampak pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara kondisi

lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diprakirakan aka nada setelah

ada pembangunan.

2. Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi

lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang

diprakirakan akan ada dengan adanya pembangunan tersebut.

Dalam penelitian mengenai dampak pelaksanaan dampak pelaksanaan

program corporate social responsibility (CSR) Chevron Geothermal Indonesia,

Ltd. pada program local economic development (LED) terhadap perkembangan

UKM agroindustri akarwangi menggunakan batasan dampak yang kedua. Dampak

pelaksanaan program corporate social responsibility (CSR) terhadap

perkembangan pelaku usaha agroindustri akar wangi dan pendapatan pelaku usaha

binaan.

2.1.5 Konsep Pendapatan dan RC Ratio

1. Pendapatan

Menurut Soekartawi (2000) pendapatan total diperoleh dari penerimaan

total dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Sedangkan total

penerimaan diperoleh dari produk fisik dikalikan dengan harga produk. Boediono

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

40

(2002), penerimaan adalah penerimaan produsen dari nilai outputnya. Menurut

Soekartawi (2000), penerimaan adalah suatu nilai produk total dalam jangka

waktu tertentu. Di dalam penerimaan penerimaan terdapat istilah pendapatan

kotor dan pendapatan bersih.

Pendapatan kotor adalah nilai semua output (produksi) yang dihasilkan

dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga satu satuan produk, jika pendapatan

(penerimaan) dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama produksi

dinamakan pendapatan bersih. Jadi, yang dimaksud dengan pendapatan bersih

adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi yang berlangsung.

2. Biaya

Menurut Sukirno (2005) biaya produksi adalah semua pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-

bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang

diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi tersebut dapat diartikan

sebagai uang, barang atau jasa yang dipakai dalam rangka menghasilkan suatu

produk.

Menurut Sukirno (2005), biaya produksi dibagi menjadi dua jenis biaya

yaitu:

1. Biaya tetap merupakan biaya dengan jumlah totalnya tetap dalam kisaran

volume kegiatan tertentu, yang termasuk biaya tetap adalah pajak dan biaya

penyusutan alat.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

41

2. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

dengan volume kegiatan. Misalnya biaya bahan baku, biaya bahan bakar,

biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

harga jual, biaya produksi, dan volume produksi. Biaya menentukan harga jual

untuk mencapai laba yang diinginkan. Harga jual mempengaruhi volume

produksi. Volume produksi mempengaruhi biaya produksi. Jadi, ketiga faktor

tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan

keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan

datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan dan biaya berguna

untuk mengukur dan sebagai alat evaluasi (penilaian) keberhasilan, mengetahui

biaya produksi per unit produk yang dihasilkan, bahan perencanaan periode

berikutnya, mengetahui dan memperkirakan keuntungan, dasar pengajuan kredit

ke Bank dan mengetahui rentabilitas usaha.

Kadarsan (1992), menyatakan bahwa untuk mengetahui keuntungan dari

suatu investasi, dapat dilihat dari perbedaan antara biaya dan penghasilan suatu

investasi. Mengetahui tingkat keuntungan, imbangan penerimaan dan biaya

(revenue and cost) ini penting artinya dalam memperhitungkan rangsangan bagi

industri kecil dalam melakukan kegiatan proses produksi bahan dasar menjadi

bahan jadi. Sebab tidak ada gunanya melaksanakan kegiatan produksi yang tidak

menguntungkan bila dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan jika

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

42

industri kecil yang menjalankan kegiatan produksi tidak bertambah baik

keadaannya.

Suatu usaha dinyatakan berhasil apabila pendapatan tinggi dan mengalami

peningkatan untuk setiap kali proses produksi. Salah saru konsep untuk mengukur

tingkat keuntungan usaha adalah dengan menggunakan analisis imbangan antara

penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (Revenue/Cost).

RC ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dan total biaya. Dari

pengertian diatas, maka dapat dilihat bahwa untuk mencapai RC ratio harus

diketahui besarnya total penerimaan dan total biaya. Hubungan antara biaya (C)

dan penerimaan usaha (R) ada beberapa kemungkinan sebagai berikut :

R/C<1, maka usaha tersebut dikatakan rugi

R/C>1, maka usaha tersebut dikatakan untung

R/C=1, maka usaha tersebut dikatakan impas

2.1.6 Penelitian Terdahulu

2.1.6.1 Pengaruh Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Pertamina

UP-VI Balongan Terhadap Perkembangan Agroindustri (Ario Arif

Wibowo, 2009)

Corporate Social Responsibility (CSR) secara umum merupakan

kontribusi menyeluruh daru dunia usaha terhadap pembangunan berkelanjutan,

dengan mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari

kegiatannya. Pertamina UP-VI Balongan melaksanakan kegiatan CSR dalam

bidang pendidikan, keagamaan, sosial, kesehatan, dan peningkatan daya beli.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

43

Pelaksanaan CSR di bidang daya beli meliputi sektor agro, agroindustri dan

industri kecil (UKM). Kberhasilan Corporate Social Responsibility (CSR)

Pertamina UP-VI Balongan kepada mitra binaan agroindustri di Kabupaten

Indramayu meliputi empat kegiatan, yaitu penyaluran pinjaman modal, pelatihan

kewirausahaan, pendampingan, pemasaran produk agroindustri.

PT. Pertamina UP-VI Balongan telah memberikan pembinaan melalui

pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra binaannya.

Namun tujuan tersebut belum tercapai secara menyeluruh karena rendahnya minat

mitra binaan terhadap kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Pertamina. Kendala

yang mnyebabkan rendahnya minat para mitra binaan adalah waktu dan

ketidaksesuaian materi pelatihan, sehingga pembinaan yang dilakukan belum

dirasakan manfaatnya oleh para pelaku usaha agroindustri mitra binaan.

Secara keseluruhan, pelaksanaan CSR pada PKBL Pertamina UP-VI

Balongan pada subsektor agroindustri terjadi secara dinamis. Sejak tahun 2004

hingga 2008, terjadi perkembangan pada subsektor agroindustri di Kabupaten

Indramayu. Analisis yang dilihat pada perkembangan tersebut adalah permodalan,

aspek tenaga kerja, volume produksi, jangkaun pemasaran, pendapatan dan RC

ratio pelaku usaha agroindustri mitra binaan.

2.1.6.2 Keragaan Agroindustri Minyak Akar Wangi (Weni Andriati Dewi,

2011.)

Agroindustri minyak atsiri merupakan salah satu industri yang patut

diperhitungkan untuk dikembangkan mengingat Indonesia memiliki keunggulan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

44

komparatif dalam pengadaan bahan bakunya disamping teknologi pengolahannya

yang cukup sederhana sehingga mudah dikembangkan. Keragaan agroindustri

akar wangi mencakup gambaran mengenai pengadaan faktor produksi, tahapan

pengolahan, dan pemasaran yang diterapkan oleh penyuling di Desa Sukakarya,

diharapkan dapat membantu memberikan informasi, serta dapat dijadikan acuan

dan bahan evaluasi untuk menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam

mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan agroindustri minyak akar wangi.

Penelitian dilakukan pada agroindustri penyulingan akar wangi di Desa Sukakarya

Kecamatan Samarang kabupaten Garut, yang dipilih secara sengaja (purposive).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu kasus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mendirikan agroindustri

penyuling memperoleh modal awal berasal dari pinjaman, sementara modal kerja

berasal dari pribadi yaitu dari hasil penjualan minyak akar atsiri sebelumnya.

Menggunakan bahan baku berupa akar tanaman wangi yang diperoleh dari kebun

sendiri dan membeli dari orang lain. Tenaga kerja bersifat borongan sebanyak 3-4

orang. Peralatan yang digunakan berupa mesin penyulingan dengan cara

kukus/uap-air. Seluruh penyuling menjual minyak ke tingkat pengumpul dan

hanya satu orang penyuling yang mampu mengekspornya langsung. Limbah sisa

hasil penyulingan hanya dibakar dan setengah penyuling memanfaatkannya untuk

dijadikan pupuk. Agroindustri minyak akar wangi mengeluarkan biaya sebesar Rp

4.810.139 per sekali suling, menghasilkan penerimaan usaha Rp 5.700.000 per

sekali suling dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 889.861 per sekali suling,

dengan nilai R/C 1,18.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

45

2.2 Kerangka Pemikiran

Program CSR di Indonesia sejak tiga atau empat tahun belakangan ini

sedang menjadi trend masa kini. Di sini diharapkan kehadiran perusahaan di

tengah-tengah masyarakat dapat mencegah atau mengurangi adanya kesenjangan

sosial khususnya bagi masyarakat sekitar perusahaan.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) sebenarnya sudah

cukup lama diterapkan di Indonesia hanya saja belum ada peraturan yang

mewajibkan CSR. Kemudian keluar Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, pada pasal 74 menyebutkan bahwa perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya

alam wajib melaksanakan CSR.

Chevron merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang

pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan salah satu kegiatannya adalah

membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di kawah darajat

Kabupaten Garut telah mampu menerapkan program CSR Corporate Social

Responsibility (CSR) dengan baik. Maksud baik disini adalah bahwa penerapan

CSR tidak hanya sekedar memberikan bantuan cuma-cuma (hibah) saja tapi telah

melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan secara

kontinyu. Hal ini sesuai dengan tuntutan penerapan CSR yang bertujuan untuk

membangun kemandirian masyarakat.

Proram Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal

Indonesia, Ltd. meliputi bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur,

dan ekonomi. Dari berbagai program yang diterapkan oleh Chevron Geothermal

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

46

Indonesia Ltd, salah satunya akan diteliti mengenai pelaksanaan CSR di bidang

ekonomi yang dinamakan Program Local Economic Development (LED)

khususnya dalam sub sektor agroindustri akar wangi. Dalam Program Local

Economic Development (LED), Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. bekerjasama

dengan LSM PUPUK Garut. Pada programnya, Chevron Geothermal Indonesia,

Ltd. hanya memberikan bantuan modal kepada pelaku usaha agroindustri akar

wangi, tapi untuk teknis pelaksanaan kegiatan yang diberikan kepada para pelaku

usaha agroindustri akar wangi dilakukan oleh LSM PUPUK Garut, diantaranya

yaitu pemberian pelatihan, pendampingan, pemasaran, pengembangan usaha, dan

lain sebagainya.

Disini akan dianalisis bantuan apa saja yang telah diberikan pada pelaku

usaha agroindustri akar wangi binaan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

melalui Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) yang diberikan

terdiri dari bantuan fisik dan dan non fisik. Selain itu juga akan menganalisis

perkembangan pelaku usaha agroindustri akar wangi binaan CSR Chevron

Geothermal Indonesia, Ltd. dengan analisis agroindustrinya menggunakan teori

Wilkinson. Kemudian menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh pelaku

usaha agroindustri akar wangi setelah adanya program tersebut. Analisis

agroindustialiasi Wilkinson diantaranya meliputi pertumbuhan perusahaan,

perubahan kelembagaan/keorganisasian, perubahan serentak di sektor pertanian

(komposisi produk, teknologi, pewilayahan, dan struktur pasar). Analisis tingkat

pendapatan menggunakan analisis RC ratio.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_2_8835.pdf · KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Dari sisi etimologis Corporate

47

Dengan menganalisis dampak pelaksanaan CSR Chevron Geothermal

Indonesia, Ltd. pada program Local Economic Development (LED), maka akan

diketahui seberapa besar pengaruh dampak program tersebut terhadap

perkembangan agroindustrialisasi dan pendapatan para pelaku usaha agroindustri

akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. melalui kegiatan

pemberdayan masyarakatnya.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Program Coorporate Social Responsibility (CSR ) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Dimensi CSR Eksternal

Program Local Economic Development (LED)

Mitra Binaan CSR: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi

1. Pertumbuhan perusahaan

2. Perubahan kelembagaan/

keorganisasian 3. Perubahan serentak dalam

komposisi produk, teknologi,

pewilayahan, dan struktur pasar

Fisik : 1. Pemberian

modal

2. Pemasaran

hasil usaha

Non fisik : 1. Pelatihan

2. Pendampingan

Kegiatan Pemberdayaan Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi Binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Infrastruktur

Analisis Pendapatan Analisis Agroindustrialisasi Menurut Wilkinson

Analisis Bantuan

RC Ratio

Ekonomi Kesehatan Pendidikan

Pihak yang terlibat:

NGO PUPUK

Lingkungan