BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai...

34
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Agensi, Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Asas Perpajakan, Tarif Pajak, Penghindaran Pajak, Komisaris Independen, Komite Audit, Preferensi Risiko Eksekutif dan Ukuran Perusahaan. Bab ini juga membahas tentang penelitian sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis. 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi menyatakan hubungan kontrak antara agent (manajer perusahaan) dan principal (pemilik perusahaan). Konsep teori agensi didasari pada hubungan keagenan yang mengedepankan simetri informasi. Agent melakukan tugas-tugas tertentu dari principal, kemudian principal mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan pada agent. Teori ini mengamsumsikan bahwa principal maupun agent merupakan pelaku ekonomi yang berpikir rasional dan tindakannya semata-mata untuk kepentingan pribadi, akan tetapi mereka menemukan kesulitan dalam membedakan perbedaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi (Mathiesen, 2004 dalam Ayu, R, 2008). Hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu orang atau beberapa orang yang memperkerjakan orang lain untuk melakukan sejumlah jasa dan memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan. Manajer sebagai pihak yang diberi

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori

Agensi, Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Asas Perpajakan,

Tarif Pajak, Penghindaran Pajak, Komisaris Independen, Komite Audit, Preferensi

Risiko Eksekutif dan Ukuran Perusahaan. Bab ini juga membahas tentang penelitian

sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis.

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi menyatakan hubungan kontrak antara agent (manajer perusahaan)

dan principal (pemilik perusahaan). Konsep teori agensi didasari pada hubungan

keagenan yang mengedepankan simetri informasi. Agent melakukan tugas-tugas

tertentu dari principal, kemudian principal mempunyai kewajiban untuk memberi

imbalan pada agent. Teori ini mengamsumsikan bahwa principal maupun agent

merupakan pelaku ekonomi yang berpikir rasional dan tindakannya semata-mata untuk

kepentingan pribadi, akan tetapi mereka menemukan kesulitan dalam membedakan

perbedaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi (Mathiesen, 2004 dalam Ayu, R,

2008). Hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu orang atau beberapa orang

yang memperkerjakan orang lain untuk melakukan sejumlah jasa dan memberikan

wewenang dalam pengambilan keputusan. Manajer sebagai pihak yang diberi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

14

wewenang atas kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan

cenderung akan melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Adanya

perbedaan kepentingan ini akan membawa potensi terjadinya konflik keagenan dan

juga memicu biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam perusahaan bila

dikelola oleh pemilik, disebut biaya keagenan. Biaya keagenan ini merupakan bentuk

mendasar sebagai indikator terjadinya masalah keagenan, baik dengan (1) biaya

monitoring yang dikeluarkan oleh principal, (2) biaya bonding yang dikeluarkan

agent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan

Meckling, 1976).

Hubungan agensi akan terus meningkat apabila pihak principal tidak dapat

mengawasi aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai

dengan keinginan principal. Agent sendiri sebaliknya memiliki banyak informasi

penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan.

Keadaan tersebut memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal

dan agent yang dinamakan asimetri informasi. Adanya asimetri informasi tersebut

dapat mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak

diketahui principal untuk memaksimalkan keuntungan bagi agent (Ujiantho, 2007

dalam Hidayanti, 2013).

Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan berkaitan dengan

penyelesaian dua masalah yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Yang pertama

adalah masalah keagenan yang muncul ketika keinginan atau tujuan dari principal dan

agent berbeda, dan kesulitan principal dalam mengawasi apa yang dilakukan oleh

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

15

agent. Masalah kedua adalah pembagian risiko yang muncul ketika principal dan agent

memiliki pandangan yang berbeda terhadap risiko. Masalahnya di sini adalah bahwa

principal dan agent dapat memilih tindakan yang berbeda karena preferensi risiko yang

berbeda. Pihak principal maupun agent memiliki kepentingan dalam menjalankan

perannya masing-masing. Principal sebagai pemilik modal memiliki akses pada

informasi internal perusahaan sedangkan agent sebagai pelaku dalam praktik

operasional mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil

dan menyeluruh. Posisi, fungsi serta tujuan principal dan agent yang berbeda dan

bertolak belakang tersebut akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik

menarik kepentingan.

2.1.2 Pengertian Pajak

B. Ilyas dan Burton (2011:6) mengemukakan beberapa pendapat para pakar

tentang definisi pajak, beberapa diantaranya sebagai berikut:

1) N. J. Feldman

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa,

(menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra-

prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

umum.”

2) M.J.H. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma

umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa kontra-prestasi yang dapat

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

16

ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

3) Soeparman Soemahamidjaja

"Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa

berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang

dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

4) Rochmat Soemitro

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi), yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.”

Dari empat pengertian pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur

yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu:

a. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang;

b. Sifatnya dapat dipaksakan;

c. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar

pajak;

d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta); dan

e. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin dan

pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

17

2.1.3 Fungsi Pajak

B. Ilyas dan Burton (2011:12) dalam bukunya mengemukakan fungsi pajak

sebagai berikut:

1) Fungsi Budgeter adalah fungsi yang terletak di sektor publik, yaitu fungsi untuk

mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan

bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk

investasi pemerintah.

2) Fungsi Regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan

digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang

letaknya diluar bidang keuangan.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak merupakan suatu sistem yang mengatur pihak yang

berwenang dalam menentukan dan memungut jumlah besarnya pajak. Terdapat

empat macam sistem pemungutan pajak menurut B. Ilyas dan Burton (2011:30),

yakni:

1) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

harus dibayar (pajak yang terutang) oleh wajib pajak.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

18

2) Semi self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang pada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak

terutang seseorang.

3) Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

4) With holding assessment sytem adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang pada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.5 Asas Perpajakan

Rosdiana dan Irianto (2011:35) dalam bukunya menyebutkan beberapa asas

dalam perpajakan antara lain:

1) Asas Certainty

Asas certainty (kepastian) menyatakan bahwa harus ada kepastian, baik bagi

petugas pajak maupun semua wajib pajak dan seluruh masyarakat. Asas kepastian

antara lain mencakup kepastian mengenai siapa yang harus dikenakan pajak, apa

saja yang dijadikan sebagai objek pajak, besarnya jumlah pajak yang harus

dibayar dan bagaimana jumlah pajak yang terutang itu harus dibayar. Artinya,

kepastian bukan hanya menyangkut kepastian mengenai subjek pajak (dan

pengecualiannya), objek pajak (dan pengecualiaanya), dasar pengenaan pajak

serta besarnya tarif pajak, tetapi juga mengenai prosedur pemenuhan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

19

kewajibannya, yaitu prosedur pembayaran dan pelaporan serta pelaksanaan hak

perpajakannya. Tanpa adanya prosedur yang jelas maka wajib pajak akan sulit

untuk menjalankan kewajiban serta haknya, dan fiskus akan kesulitan untuk

mengawasi pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak

juga melayani hak wajib pajak.

2) Asas Convenience

Asas convenience (kemudahan/kenyamanan) menyatakan bahwa pembayaran

pajak hendaklah dimungkinkan pada saat yang menyenangkan/ memudahkan

wajib pajak. Misalnya, pada saat menerima gaji atau penghasilan lain seperti saat

menerima bunga deposito. Asas convenience bisa juga dilakukan dengan

membayar terlebih dahulu pajak yang terutang selama satu tahun pajak secara

berangsur-angsur setiap bulan (seperti PPh pasal 25).

3) Asas Effeciency

Asas efesien dapat dilihat dari dua sisi. Pertama adalah dari sisi fiskus,

pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya pemungutan pajak yang dilakukan

oleh kantor pajak (antara lain dalam rangka pengawasan kewajiban wajib pajak)

lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan. Kedua adalah dari

sisi wajib pajak, sistem pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya yang harus

dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya bisa

seminimal mungkin.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

20

2.1.6 Tarif Pajak

Menurut B. Ilyas dan Burton (2010:57) dalam bukunya menjelaskan bahwa

terdapat enam tarif pajak antara lain:

1) Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang presentasenya semakin besar

bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar.

2) Tarif Degresif (Menurun)

Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang presentasenya semakin kecil

bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun

presentasenya kecil, tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi kecil, tetapi

bisa menjadi besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga

semakin besar. Tarif ini tidak pernah digunakan dalam praktik perundang-

undangan perpajakan.

3) Tarif Proposional (Sebanding)

Tarif proposional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan persentase

tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak.

Dengan demikian, semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak

akan semakin besar jumlah pajak terutang (yang harus dibayar).

4) Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa

memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak.

5) Tarif Advalorem

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

21

Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan presentase tertentu yang dikenakan/

ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.

6) Tarif Spesifik

Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang

tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.

2.1.7 Penghindaran Pajak

Penerimaan dari sektor pajak merupakan sumber terbesar negara bagi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga kejujuran dan

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya sangat diperlukan.

Apalagi di Indonesia menganut sistem pemungutan pajak self assessment, dimana

wajib pajak diberikan wewenang untuk menghitung, membayar dan melaporkan

sendiri pajaknya.

Adanya keinginan dari wajib pajak untuk tidak memenuhi peraturan

perpajakan membuat adanya perlawanan pajak yang mereka berikan. Perlawanan

terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu, perlawanan pasif dan perlawanan

aktif (Surbakti, 2012). Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit

pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.

Sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung

ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Persoalan penghindaran pajak ini menjadi cukup rumit karena disisi lain

diperbolehkan karena tidak melanggar hukum tapi disisi lain penerimaan negara akan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

22

menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya. Para otoritas pajak tampaknya telah

berusaha dengan semaksimal mungkin agar bisa menegakkan batas yang jelas antara

penghindaran pajak dan penggelapan pajak dalam upaya perencanaan pajak, tidak

hanya itu para otoritas pajak juga semaksimal mungkin mencegah agar wajib pajak

tidak masuk kedalam celah ambiguitas yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan

(Bovi, 2005).

Penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi

ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan

yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan

perpajakan yang berlaku (Heru, 1997 dalam Budiman dan Sutiyono 2012). Senada

dengan penelitian sebelumnya Jacob (2014) juga mendefinisikan penghindaran pajak

sebagai suatu tindakan pengurangan atau meminimalkan kewajiban pajak dengan

hati-hati mengatur sedemikian rupa untuk mengambil keuntungan dari celah-celah

dalam ketentuan hukum pajak. Ini adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh wajib

pajak untuk membayar kurang dari jumlah yang seharusnya dibayarkan kepada

otoritas pajak.

Penghindaran pajak bukannya bebas dari biaya. Beberapa biaya yang harus

ditanggung yaitu pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan penghindaran

pajak serta adanya risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari

kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk untuk kelangsungan usaha

jangka panjang perusahaan. Ada pula risiko penghindaran pajak yang lain yaitu

timbulnya masalah agensi. Masalah ini dapat timbul bila manajer memanfaatkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

23

posisinya untuk mengalihkan sumber daya perusahaan untuk pribadinya, dimana

manajer yang menggerakkan jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat

penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan (Puspita, 2014).

Menurut Fadhilah (2014) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa komite

urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) telah menyebutkan tiga karakter penghindaran pajak yaitu:

1) Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seakan-akan terdapat di

dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.

2) Memanfaatkan loopholes dari Undang-Undang atau menerapkan ketentuan -

ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya

dimaksudkan oleh pembuat Undang-Undang.

3) Para konsultan menunjukan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak

dengan syarat wajib pajak

Menurut Merk (2007) dalam Maria dan Kurniasih (2013) mengungkapkan cara

perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak adalah (1) memindahkan subjek

pajak dan/atau objek pajak ke negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau

keringanan pajak (tax haven country) atau suatu jenis penghasilan ( substanstive tax

planning), (2) mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan

formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah ( formal tax planning), (3)

ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

24

shopping dan controlled foreign coporation (Specific Anti Avoidance Rule); serta

transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).

2.1.8 Komisaris Independen

UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas menyebutkan bahwa

komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan

direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta

bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi

kepentingan perusahaan. Komisaris independen harus memiliki kriteria sebagai

berikut:

1) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan

dalam arti:

a. Tidak memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali.

b. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur atau komisaris di perusahaan lainnya

yang terafiliasi dengan pemegang saham pengendali.

c. Tidak menjadi rekan (partner) atau direksi perusahaan konsultan yang

memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan yang terafiliasi

dengan pemegang saham pengendali.

d. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan lain dengan

pemegang saham pengendali dan/atau perusahaan terafiliasi dengan pemegang

saham pengendali, yang dapat diintepretasikan akan menghalangi atau

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

25

mengurangi kemampuan komisaris independen untuk bertindak dan berpikir

independen demi kepentingan perusahaan.

2) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan anggota direksi dan komisaris

perusahaan dalam arti:

a. Tidak memiliki hubungan keluarga dengan anggota direksi dan/atau komisaris.

b. Tidak memiliki hubungan hutang piutang dengan anggota direksi dan/atau

komisaris.

3) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan dalam arti :

a. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur atau komisaris di perusahaan lainnya

yang terafiliasi dengan perusahaan.

b. Tidak menjadi rekan (partner) atau direksi perusahaan konsultan yang

memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan yang terafiliasi

dengan perusahaan.

c. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan lain dengan

perusahaan yang dapat diintepretasikan akan menghalangi atau mengurangi

kemampuan komisaris independen untuk bertindak dan berpikir independen

demi kepentingan perusahaan.

d. Persyaratan lain sebagaimana diatur dalam undang-undang Perseroan Terbatas

dan ketentuan perundang-undangan lainnya.

Keberadaan komisaris independen berdasarkan peraturan Bursa Efek

Indonesia (BEI) Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 mewajibkan perusahaan yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

26

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memiliki komisaris independen

sekurang-kurangnya 30 % dari seluruh jajaran anggota dewan komisaris.

Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-tugas utama

meliputi (Surya dan Yustiavandana, 2006 dalam Hanum, 2013):

1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja,

kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha,

menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan,

memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan aset. Tugas

ini terkait dengan tanggung jawab serta mendukung usaha untuk menjamin

penyeimbangan kepentingan manajemen (accountability).

2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian

anggota direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi

yang transparan (tranparancy) dan (fairness).

3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat

manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk

penyalahgunaan aset dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini

memberikan perlindungan terhadap hak para pemegang saham (fairness).

4) Memonitor pelaksanaan governance, dan melakukan perubahan jika diperlukan.

5) Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam perusahaan

untuk menyediakan informasi yang tepat waktu dan jelas.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

27

2.1.9 Komite Audit

Komite audit yang dibentuk oleh suatu perusahaan berfungsi untuk

memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan

kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Keberadaan komite audit

juga berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak

manajemen dalam menyusun laporan keuangan (Guna dan Herawaty, 2010).

Tujuan dari keberadaan komite audit di perusahaan adalah (1) memberikan

kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan

telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta disajikan secara

wajar dan tidak menyesatkan; (2) memberikan kepastian pengendalian internal

perusahaan telah memadai; (3) melakukan pengawasan dan menindaklanjuti

kemungkinan penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi

hukumnya; (4) memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang

akan melakukan audit di perusahaan (Susiana dan Herawaty, 2007 dalam Guna dan

Herawaty, 2010).

Menurut Effendi (2003:33) dalam bukunya menyatakan bahwa kehadiran

komite audit di perusahaan publik telah mendapat respons yang cukup positif dari

berbagai pihak, antara lain pemerintah, Bapepam-LK, Bursa Efek Indonesia, para

investor, profesi penasihat hukum (advokat), profesi akuntan, serta perusahaan

penilai independen. Surat edaran dari Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. SE-

008/BEJ/12-2001 Tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit

disebutkan bahwa:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

28

a. Komite audit sekurang-kurangnya terdiri atas 3 orang, termasuk ketua komite

audit.

b. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum hanya 1 orang.

Anggota komite audit yang berasal dari komisaris tersebut harus merupakan

komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus menjabat sebagai ketua

komite.

c. Anggota komite audit lainnya berasal dari pihak eksternal yang independen. Pihak

eksternal yang dimaksud adalah pihak di luar perusahaan tercatat bukan

merupakan komisaris, direksi maupun karyawan dari perusahaan tercatat tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan pihak independen adalah pihak diluar

perusahaan tercatat yang tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan afiliasi

dengan perusahaan tercatat tersebut maupun dengan komisaris, direksi, serta

pemegang saham utamanya, serta mampu memberikan pendapat professional

secara bebas sesuai dengan etika profesionalnya dengan tidak memihak kepada

kepentingan siapapun.

Komite audit juga memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan

Good Corporate Governance (GCG) karena merupakan “mata” dan “telinga” dewan

komisaris dalam rangka mengawasi jalannya peusahaan. Keberadaan komite audit

yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG. Untuk

mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, maka prinsip independesi

(independency), transparansi dan pengungkapan (transparency and disclosure),

akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), serta kewajaran

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

29

(fairness) harus menjadi landasan utama bagi aktivitas komite audit (Effendi

2003:35).

Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam aktivitas komite audit akan dijelaskan

lebih lanjut dalam bagian berikut.

1) Prinsip Independensi

Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap kepentingan saham

mayoritas maupun minoritas. Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak

memiliki hubungan kekeluargaan dengan anggota direksi dan komisaris

perusahaan, sehingga terhindar dari benturan kepentingan. Oleh karena itu, nama-

nama anggota komite audit utama di perusahaan publik hendaknya diumumkan di

masyarakat dan publik sebagai wujud akuntabilitas terhadap sikap independensi

mereka. Hal ini penting agar masyarakat dapat melakukan kontrol sosial dan

penilaian terhadap para anggota audit perusahaan tersebut.

2) Prinsip Transparansi

Prinsip ini ditunjukkan melalui piagam komite (audit committee charter), program

kerja tahunan dan rapat komite audit secara periodik yang didokumentasikan

dalam notulen rapat. Komite audit hendaknya membuat laporan secara berkala

kepada komisaris tentang pencapaian kinerjanya sebagai wujud pengungkapan

(disclosure). Diharapkan agar laporan tersebut dituangkan dalam laporan tahunan

(annual report) perusahaan yang dipublikasikan kepada publik.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

30

3) Prinsip Akuntabilitas

Prinsip ini ditunjukkan oleh frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran anggota

komite audit. Selain itu, komite audit seharusnya memiliki kapabilitas, kompetensi

dan pengalaman di bidang audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat bekerja

secara professional.

4) Prinsip Pertanggungjawaban

Prinsip ini ditunjukkan oleh aktivitas komite audit yang dijalankan sesuai dengan

peraturan atau ketentuan yang berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya

dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada publik, selain dengan dewan

komisaris.

5) Prinsip Kewajaran

Prinsip ini ditunjukkan oleh sikap komite audit dalam pengambilan keputusan

yang didasarkan atas sikap adil (fair) dan objektif terhadap semua pihak.

2.1.10 Preferensi Risiko Eksekutif

Preferensi risiko eksekutif merupakan konsekuensi yang akan dimiliki

eksekutif sebagai akibat tindakan yang diambilnya. Tindakan eksekutif sebagai

penentu keputusan akan mempertimbangkan berbagai aspek. Dampak dari tindakan

tersebut juga dianalisis secara akurat oleh eksekutif supaya keputusan yang diambil

merupakan keputusan terbaik yang memiliki dampak negatif yang paling kecil

(Hanafi dan Harto, 2014).

Menurut Budiman dan Sutiyono (2012) menjelaskan bahwa preferensi risiko

dapat dibedakan menjadi risk taker dan risk averse dengan cara mengukur risiko

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

31

perusahaan yang dipimpinnya. Preferensi risiko akan berpengaruh dalam

pelaksanaan tugas eksekutif. Berdasarkan teori tindakan beralasan, eksekutif

menentukan keputusan berdasarkan informasi yang ada. Selain itu, adanya alternatif

pilihan serta kendali yang dimiliki eksekutif dalam proses pengambilan keputusan

membuat teori tindakan beralasan semakin menjelaskan alasan preferensi risiko

eksekutif (Hanafi dan Harto, 2014).

Eksekutif yang memiliki preferensi risk taker adalah eksekutif yang lebih

berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat

untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan dan kewenangan yang lebih

tinggi. Eksekutif yang memiliki preferensi risk taker tidak ragu-ragu untuk

melakukan pembiayaan dari hutang dan hal ini dilakukan supaya perusahaan tumbuh

lebih cepat. Berbeda dengan eksekutif yang memiliki preferensi risk taker, eksekutif

yang memiliki preferensi risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak

menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis (Low,

2006 dalam Budiman dan Sutiyono, 2012). Eksekutif risk averse biasanya juga

memiliki usia yang lebih tua, sudah lama memegang jabatan dan memiliki

ketergantungan dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990 dalam Budiman

dan Sutiyono, 2012). Eksekutif yang memiliki preferensi risk taker juga cenderung

lebih berani untuk melakukan penghindaran pajak yang lebih agresif dibandingkan

eksekutif yang memiliki preferensi risk averse dimana eksekutif dengan preferensi

risk averse akan cenderung lebih berhati-hati walaupun tidak melanggar undang-

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

32

undang pembebanan biaya yang tidak wajar dapat menimbulkan peluang

dilakukannya pemeriksaan pajak (Carolina, dkk., 2014).

2.1.11 Ukuran Perusahaan

Perusahaan-perusahaan yang go public dan listed di Bursa Efek Indonesia

tentunya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Salah satu

perbedaannya tersebut adalah dari segi ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan

adalah suatu skala dimana besar kecilnya perusahaan dapat diklasifikasikan dalam

berbagai cara, seperti log total aktiva, log total penjualan, kapitalisasi pasar, dan lain-

lain (Handayani dan Wulandari, 2014). Menurut Mochfoedz (1994) dalam

Permatasari (2012) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga yaitu:

1) Perusahaan Besar (Large Firm)

Perusahaan yang dikategorikan besar biasanya merupakan perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan

bangunan. Perusahaan besar juga memiliki penjualan lebih dari Rp 50

Milyar/tahun dan telah go publik di pasar modal.

2) Perusahaan Menengah (Medium Firm)

Perusahaan yang dikategorikan menengah merupakan perusahaan yang memiliki

kekayaan bersih Rp 1 sampai 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Perusahaan

memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50

Milyar.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

33

3) Perusahaan Kecil (Small Firm)

Perusahaan yang dikategorikan kecil merupakan perusahaan yang memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan

dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Darmawan dan Sukartha (2014) meneliti mengenai pengaruh penerapan

corporate governance diukur menggunakan penilaian dalam CGPI, leverage, return on

assets dan ukuran perusahaan pada penghindaran pajak. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa corporate governance, return on assets dan ukuran perusahaan

memiliki pengaruh pada penghindaran pajak sedangkan leverage tidak memiliki

pengaruh pada penghindaran pajak.

Hanafi dan Harto (2014) meneliti analisis faktor-faktor yang dapat

memengaruhi penghindaran pajak perusahaan dengan variabel independennya

kompensasi eksekutif, kepemilikan saham eksekutif dan preferensi risiko eksekutif.

Hasil penelitiannya ditemukan bahwa secara kompensasi eksekutif, kepemilikan saham

eksekutif dan preferensi risiko eksekutif memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap penghindaran pajak.

Maria dan Kurniasih (2014) meneliti tentang pengaruh return on assets,

leverage, corporate governance (diproksikan dengan komposisi komisaris independen

dan keberadaan komite audit), ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal pada tax

avoidance. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa return on assets, ukuran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

34

perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara simultan, namun

secara parsial leverage dan corporate governance tidak berpengaruh signifikan.

Ardyansah dan Zulaikha (2014) melakukan penelitian mengenai faktor -faktor

yang memengaruhi effective tax rate (ETR). Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis

yang dilakukan diketahui bahwa size, leverage dan komisaris independen memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR) sedangkan profitability dan

capital intensity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax

rate (ETR).

Dewi dan Jati (2014) meneliti mengenai pengaruh karakter eksekutif,

karakteristik perusahaan, dan dimensi tata kelola perusahaan yang baik (diproksikan

dengan kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit

dan komite audit) pada tax avoidance di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya

menunjukkan karakteristik perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tax

avoidance sedangkan dimensi tata kelola perusahaan memiliki pengaruh terhadap tax

avoidance.

Swingly dan Sukartha (2015) meneliti mengenai pengaruh karakteristik

eksekutif, komite audit, ukuran perusahaan, leverage dan sales growth pada tax

avoidance. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa karakteristik eksekutif dan ukuran

perusahaan memiliki pengaruh positif pada tax avoidance, leverage memiliki pengaruh

negatif pada tax avoidance dan sales growth tidak memiliki pengaruh pada tax

avoidance.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

35

Annisa dan Kurniasih (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh

corporate governance (diproksikan dengan kepemilikan institusional, komposisi

komisaris independen, struktur dewan komisaris, komite audit dan kualitas audit)

terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang dilakukan

menemukan bahwa kepemilikan institusional, komposisi komisaris independen,

struktur dewan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance

sedangkan komite audit dan kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tax avoidance.

Fadhilah (2014) meneliti mengenai pengaruh good corporate governance

(diproksikan dengan kepemilikan institusional, presentase dewan komisaris

independen, jumlah komite audit dan kualitas audit) terhadap tax avoidance. Hasil

penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan institusional dan proporsi komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Komite audit berpengaruh

positif terhadap tax avoidance dan kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance.

Sari (2014) meneliti mengenai pengaruh corporate governance (diproksikan

dengan komisaris independen dan komite audit), ukuran perusahaan, kompensasi rugi

fiskal dan struktur kepemilikan terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil dari

pengujian yang telah dilakukan ditemukan bahwa komisaris independen dan ukuran

perusahaan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance sedangkan

komite audit, kompensasi rugi fiskal, dan struktur kepemilikan tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

36

Meiza (2013) melakukan penelitian yang mengenai pengaruh karakteristik

good corporate governance (diproksikan dengan kepemilikan institusional dan struktur

komisaris independen) dan deferred tax expense terhadap tax avoidance. Hasil

penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan institusional dan deferred tax expense

tidak memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance sedangkan struktur

komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tax

avoidance.

Maharani dan Suardana (2014) meneliti mengenai pengaruh corporate

governance dan profitabilitas serta karakteristik eksekutif pada tax avoidance

perusahaan manufaktur. Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis dan analisis

menemukan bahwa proporsi komisaris independen, kualitas audit, komite audit dan

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tax avoidance sedangkan karakteristik

eksekutif perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan

penelitian oleh berbagai peneliti dengan bentuk dan hasil penelitian yang berbeda.

Berikut adalah ringkasan hasil penelitian sebelumnya pada Tabel 2.1.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

37

Tabel. 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti

dan Tahun

Judul Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian

1 Darmawan dan

Sukartha

(2014)

Pengaruh Penerapan

Corporate Governance,

Leverage, Return On

Assets dan Ukuran

Perusahaan Pada

Penghindaran Pajak

Analisis Regresi

Linear Berganda

Corporate Governance

berpengaruh terhadap

penghindaran pajak, Leverage

tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak, ROA

berpengaruh terhadap

penghindaran pajak, dan ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap

penghindaran pajak.

2 Hanafi dan Harto

(2014)

Analisis Pengaruh

Kompensasi Eksekutif,

Kepemilikan Saham

Eksekutif dan Preferensi

Risiko Eksekutif Terhadap

Penghindaran Pajak

Perusahaan

Analisis Regresi

Linear Berganda

Kompensasi Eksekutif

berpengaruh terhadap

penghindaran pajak,

Kepemilikan Saham Eksekutif

berpengaruh terhadap

penghindaran pajak dan

Preferensi Risiko Eksekutif

berpengaruh terhadap

penghindaran pajak.

3 Maria dan

Kurniasih (2014)

Pengaruh Return On

Assets, Leverage,

Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan dan

Kompensasi Rugi Fiskal

Pada Tax Avoidance

Analisis Regresi

Linear Berganda

Melalui Model

Ordinary Least

Square (OLS)

Return On Assets, Ukuran

Perusahaan dan Kompensasi

Rugi Fiskal berpengaruh

signifikan secara simultan,

namun secara parsial Leverage

dan Corporate Governance tidak

berpengaruh signifikan.

4 Ardyansah dan

Zulaikha

(2014)

Pengaruh Size, Leverage,

Profitability, Capital

Intensity Ratio dan

Komisaris Independen

Terhadap Effective Tax

Rate (ETR)

Analisis

Multivariate

dengan

Menggunakan

Regresi Berganda

Size memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap effective tax

rate (ETR), Leverage tidak

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap effective tax

rate (ETR), Profitability tidak

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap effective tax

rate (ETR), Capital Intensity

Ratio tidak memiliki pengaruh

yang signifikan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

38

Tabel. 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

terhadap effective tax rate (ETR),

Komisaris Independen memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap effective tax rate (ETR).

5 Dewi dan Jati

(2014)

Pengaruh Karakter

Eksekutif, Karakteristik

Perusahaan, dan Dimensi

Tata Kelola Perusahaan

yang Baik Pada Tax

Avoidance Di Bursa Efek

Indonesia

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Risiko Perusahaan, Kualitas

Audit, dan Komite Audit

berpengaruh terhadap Tindakan

Eksekutif. Sedangkan sisanya

yaitu Ukuran Perusahaan,

Multinational Company,

Kepemilikan Institusional, dan

Proporsi Dewan Komisaris tidak

memiliki pengaruh terhadap

tindakan Tax Avoidance yang

dilakukan perusahaan.

6

Swingly dan

Sukartha

(2015)

Pengaruh Karakteristik

Eksekutif, Komite Audit,

Ukuran Perusahaan,

Leverage dan Sales

Growth pada Tax

Avoidance

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Karakter Eksekutif dan Ukuran

Perusahaan berpengaruh positif

pada Tax Avoidance sedangkan

Leverage berpengaruh negatif

pada Tax Avoidance. Variabel

Komite Audit dan Sales Growth

tidak berpengaruh pada Tax

Avoidance.

7 Annisa dan

Kurniasih

(2012)

Pengaruh Corporate

Governance Terhadap Tax

Avoidance

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Corporate Governance diukur

dengan proksi Kepemilikan

Intitusional dan Dewan

Komisaris berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance

sedangkan Kualitas Audit dan

Komite Audit tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap tax

avoidance.

8 Fadhilah (2014) Pengaruh Good Corporate

Governance Terhadap Tax

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Kepemilikan Institusional dan

Proporsi Komisaris Independen

tidak berpengaruh terhadap Tax

Avoidance. Komite Audit

berpengaruh

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

39

Tabel. 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Avoidance (Studi Empiris

pada Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI 2009 -

2011)

positif terhadap Tax Avoidance.

Kualitas Audit berpengaruh

negatif terhadap Tax Avoidance.

9 Sari (2014) Pengaruh Corporate

Governance, Ukuran

Perusahaan, Kompensasi

Rugi Fiskal dan Struktur

Kepemilikan Terhadap

Tax Avoidance

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Komisaris Independen memiliki

pengaruh signifikan negatif

terhadap tax avoidance. Komite

Audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap Tax

Avoidance. Ukuran perusahaan

memiliki pengaruh signifikan

negatif terhadap Tax Avoidance.

Kompensasi Rugi Fiskal tidak

berpengaruh signifikan terhadap

Tax Avoidance. Struktur

Kepemilikan tidak berpengaruh

signifikan terhadap Tax

Avoidance.

10 Meiza (2013) Pengaruh Karakteristik

Good Corporate

Governance dan Deferred

Tax Expense Terhadap Tax

Avoidance

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Kepemilikan Institusional tidak

berpengaruh signifikan negatif

terhadap Tax Avoidance. Struktur

Komisaris Independen tidak

berpengaruh signifikan positif

terhadap Tax Avoidance.

Deferred Tax Expense

berpengaruh negatif signifikan

terhadap Tax Avoidance.

11 Maharani dan

Suardana (2014)

Pengaruh Corporate

Governance, Profitabilitas

dan Karakteristik

Eksekutif pada Tax

Avoidance Perusahaan

Manufaktur

Uji Analisis

Regresi Linear

Berganda

Proporsi Komisaris Independen,

Kualitas Audit, Komite Audit dan

ROA berpengaruh negatif

terhadap Tax Avoidance. Risiko

Perusahaan berpengaruh positif

terhadap Tax Avoidance.

Sumber: data diolah, 2015

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

40

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen pada Penghindaran Pajak

UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa

komisaris diangkat berdasarkan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham utama, anggota direksi atau dewan komisaris lainnya. Komisaris

independen menjadi penengah antara manajemen perusahaan dan pemilik

perusahaan dalam mengambil kebijakan agar tidak melanggar hukum termasuk

strategi yang terkait dengan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan

Zulaikha (2013) yang menyatakan terdapat hubungan positif antara komisaris

independen dengan effective tax rate (ETR) dengan menunjukkan bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen dilakukan agar tidak terjadi

asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan para

stakeholder. Adanya komisaris independen didalam perusahaan akan membuat

setiap perumusan strategi perusahaan yang dilakukan oleh dewan komisaris beserta

manajemen perusahaan dan para stakeholder akan memberikan jaminan hasil yang

efektif dan efsisen termasuk pada kebijakan mengenai besaran tarif pajak efektif

perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah dan

Zulaikha (2014) menemukan hasil komisaris independen berpengaruh signifikan

positif terhadap effective tax rate (ETR) dan menyatakan bahwa proporsi komisaris

independen yang semakin besar dapat berpengaruh pada beban pembayaran pajak

yang lebih tinggi karena perusahaan cenderung akan melaporkan jumlah pajak sesuai

dengan tarif pajak yang berlaku terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

41

Kehadiran komisaris independen dalam dewan komisaris mampu

meningkatkan pengawasan kinerja direksi dimana dengan semakin banyaknya

komisaris independen maka pengawasan dari manajemen akan semakin ketat.

Pengawasan yang semakin ketat akan membuat manajemen bertindak lebih berhati -

hati dalam mengambil keputusan dan transparan dalam menjalankan perusahaan

sehingga tax avoidance dapat diminimalkan. Secara aktif komisaris independen

dapat mendorong manajemen untuk mematuhi peraturan perundangan pajak yang

berlaku dan mengurangi risiko seperti rendahnya kepercayaan investor dan

menurunnya reputasi perusahaan. Prakosa (2014) dalam penelitiannya juga

menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

praktik penghindaran pajak dimana jika komisaris independen mengalami

peningkatan maka praktik penghindaran pajak akan mengalami penurunan sehingga

proporsi komisaris yang besar dalam perusahaan dapat mencegah praktik

penghindaran pajak.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah:

H1: Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif pada

penghindaran pajak.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

42

2.3.2 Pengaruh Keberadaan Komite Audit pada Penghindaran Pajak

Komite audit adalah komite tambahan yang bertugas membantu dewan

komisaris melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Komite audit

berfungsi memberikan pandangan mengenai masalah yang berhubungan dengan

kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal perusahaan. Komite audit

merupakan bagian dari manajemen perusahaan yang berpengaruh signifikan dalam

penentuan kebijakan perusahaan. Anggota komite audit dengan keahlian akuntansi

atau keuangan lebih mengerti celah dalam peraturan perpajakan dan cara yang dapat

menghindari risiko deteksi, sehingga dapat memberikan saran yang berguna untuk

melakukan penghindaran pajak (Puspita, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha (2013) menemukan hasil

yang positif antara komite audit dengan effective tax rate (ETR) dimana komite audit

berdasarkan fungsinya membantu dewan komisaris agar tidak terjadi asimetri

informasi dengan melakukan pengawasan serta memberikan rekomendasi kepada

manajemen dan dewan komisaris terhadap pengendalian yang telah berjalan di dalam

perusahaan. Semakin ketatnya pengawasan yang dilakukan terhadap suatu

manajemen perusahaan maka akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas

dan kinerja yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah anggota

komite audit dalam suatu perusahaan akan meningkatkan kinerja suatu perusahaan

agar lebih efektif termasuk juga dalam penetapan kebijakan yang berkaitan dengan

besaran tarif pajak efektif dimana komite audit berperan dalam memilih metode

akuntansi yang efektif dan tepat bagi perusahaan.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

43

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Jati

(2014) yang juga membuktikan adanya pengaruh negatif antara komite audit dengan

penghindaran pajak. Semakin tinggi keberadaan komite audit dalam perusahaan

maka akan meningkatkan kualitas good corporate governane di dalam perusahaan

sehingga akan memperkecil kemungkinan praktik penghindaran pajak yang akan

dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki

komite audit akan lebih bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan

keuangan karena komite audit akan memonitor segala kegiatan yang berlangsung di

dalam perusahaan. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Winata (2014) yang

menyatakan bahwa jumlah komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap tax

avoidance dengan menunjukkan bahwa semakin banyaknya jumlah komite audit

yang ada pada sebuah perusahaan dapat membuat praktik tax avoidance yang

dilakukan pada perusahaan tersebut dapat diminimalisir.

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah:

H2: Keberadaan komite audit berpengaruh negatif pada penghindaran

pajak.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

44

2.3.3 Pengaruh Preferensi Risiko Eksekutif pada Penghindaran Pajak

Menurut Budiman dan Sutiyono (2012) menjelaskan bahwa preferensi risiko

dapat dibedakan menjadi risk taker dan risk averse dengan cara mengukur risiko

perusahaan yang dipimpinnya. Preferensi risiko akan berpengaruh dalam

pelaksanaan tugas eksekutif. Berdasarkan teori tindakan beralasan, eksekutif

menentukan keputusan berdasarkan informasi yang ada. Eksekutif sebagai penentu

keputusan akan mempertimbangkan berbagai aspek sebelum bertindak. Dampak dari

suatu tindakan juga akan dianalisis dengan tujuan untuk mendapatkan keputusan

terbaik, termasuk dalam menentukan keputusan penghindaran pajak perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanafi dan Harto (2014) menunjukkan hasil

yang positif antara preferensi risiko eksekutif dengan penghindaran pajak. Hasil

tersebut dimungkinkan karena eksekutif perusahaan cenderung memiliki preferensi

risk taker dengan keberanian lebih dalam menentukan suatu kebijakan meskipun

risikonya tinggi. Namun, risk taker dengan keberaniannya juga dituntut untuk

menghasilkan cash flow yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan

risiko yang timbul atas keberaniannya mengambil tindakan atau keputusan termasuk

kebijakan pajak.

Sejalan dengan penelitian Dewi dan Jati (2014) menyatakan juga perusahaan

yang memiliki eksekutif dengan preferensi risk taker akan cenderung lebih berani

dalam mengambil keputusan walaupun keputusan tersebut berisiko tinggi termasuk

keputusan untuk melakukan penghindaran pajak.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

45

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah:

H3: Preferensi risiko eksekutif berpengaruh positif pada penghindaran

pajak.

2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Penghindaran Pajak

Ukuran perusahaan dapat menentukan besar kecilnya aset yang dimiliki

perusahaan dimana semakin besar aset yang dimiliki maka semakin meningkat pula

jumlah produktifitas perusahaan tersebut. Hal itu akan menghasilkan laba yang

semakin meningkat dan memengaruhi tingkat pembayaran pajak. Perusahaan besar

cenderung memiliki ruang yang lebih besar untuk perencanaan pajak yang baik dan

mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan effective tax rate

perusahaan (Ardyansah dan Zulaikha, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Rego dan Wilson (2009) menyatakan bahwa

semakin besar perusahaan maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks.

Hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk

melakukan tindakan penghindaran pajak dari setiap transaksinya. Hasil ini sesuai

dengan penelitian Sari (2014) yang menemukan pengaruh signifikan positif terhadap

tax avoidance dengan menunjukkan bahwa perusahaan dengan ukuran besar lebih

stabil dan mampu dalam menghasilkan laba dan membayar kewajibannya dibanding

perusahaan dengan total aktiva yang kecil.

Perusahaan yang termasuk dalam skala perusahaan besar akan mempunyai

sumber daya yang berlimpah yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfagent, (3) kerugian residual sebagai pengurang kekayaan principal (Jansen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi akan terus

46

tertentu. Berdasarkan teori agensi, sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat

digunakan oleh agent untuk memaksimalkan kompensasi kinerja agent, yaitu dengan

cara menekan beban pajak perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan

(Darmawan dan Sukartha, 2014).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah:

H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada penghindaran pajak.