BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian...

35
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas Kajian yang menyeluruh mengenai efektivitas dalam suatu akativitas secara umum mengarah kepada proses pelaksanaan ataupun tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan seseorang. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang memberikan manfaat dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan. Mengenai devinisi efektivitas itu sendiri, banyak ahli yang mengemukakan pandangannya dengan sudut pandang yang berbeda. Kata efektivitas berasal dari dasar efektif (kata sifat) yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya). Sementara itu, efektivitas juga memiliki pengertian keefektifan. Ahli sosiologi lebih menitikberatkan pengertian efektivitas pada kemanfaatan bersama. Dalam kamus sosiologi, Soejono Soekento membedakan dua pengertian yang sering disamakan artinya, yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas (effectivities) adalah taraf sampai sejah mana suatu kelompok mencapai tujuan. Sedangkan efisiensi (effeciency) adalah : 1) Pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana terbatas 2) Rasio dari keluarga aktual terhadaop keluarga standard 3) Derajat pencapaian tujuan Jadi efektivitas merupakan suatu taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejatateraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejateraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan (Soekanto, 1989:48) 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian...

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas

Kajian yang menyeluruh mengenai efektivitas dalam suatu akativitas

secara umum mengarah kepada proses pelaksanaan ataupun tingkat keberhasilan

kegiatan yang dilakukan seseorang. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan

yang memberikan manfaat dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan. Mengenai

devinisi efektivitas itu sendiri, banyak ahli yang mengemukakan pandangannya

dengan sudut pandang yang berbeda.

Kata efektivitas berasal dari dasar efektif (kata sifat) yang berarti ada

efeknya (akibatnya, pengaruhnya). Sementara itu, efektivitas juga memiliki

pengertian keefektifan. Ahli sosiologi lebih menitikberatkan pengertian efektivitas

pada kemanfaatan bersama. Dalam kamus sosiologi, Soejono Soekento

membedakan dua pengertian yang sering disamakan artinya, yaitu efektivitas dan

efisiensi. Efektivitas (effectivities) adalah taraf sampai sejah mana suatu kelompok

mencapai tujuan. Sedangkan efisiensi (effeciency) adalah :

1) Pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana terbatas

2) Rasio dari keluarga aktual terhadaop keluarga standard

3) Derajat pencapaian tujuan

Jadi efektivitas merupakan suatu taraf sampai sejauh mana peningkatan

kesejatateraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena

kesejateraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan (Soekanto,

1989:48)

7

Menurut J.P Cambel efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan suatu organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas

pokoknya atau untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol dapat dilihat pada

beberapa indikator sebagai berikut :

1) Keberhasilan program

2) Keberhasilan sasaran

3) Kepuasan terhadap program

4) Tingkat input dan output

5) Pencapaian tujuan menyeluruh

Sehingga efektivitas program dapat diajukan dengan kemampuan

operasinal dalam melaksnakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan

yang telah diterapkan sebalumnya (Cambel, 1989:121).

Sementara menurut Sondang P. Siagian, bahwa efektivias adalah

penyesuaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditentukan sebelumnya.

Artinya bahwa efektivitas sehubungan dnegan dimensi waktu dan penyesuaian

pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila tujuan

dan sasaran yang dihasilkan tidak dapat penyelesaiannya dengan waktu yang telah

ditetunkan sebelumnya, dikatakan tidak efektif (Siagian, dalam manalu, 2008:12)

Komarudin (1994:269) mengemukakan bahwa efektivitas adalah keadaan

yang menunjukan bahwa ketercapaian sasaran atau tujuan yakni telah ditetapkan.

Menurut Bernard bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah

disepakati bersama (Bernard, 1992:27).

Menurut Komariah dan Aan Triatna Cepi (2005:4) sesuatu yang

menunjukan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya

menurut Starawaji (2009:1) “efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan /

disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejumlah mana

tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setip tindakan yang dilakukan”.

Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang

dimaksud efektvitas ini adalah suatu keadaan dimana masih ditemukan Posyandu

yang sepi pengunjung karena belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Ibu-ibu

rumah tangga dari keseluruhan ibu rumah tangga yang terdapat di suatu desa,

hanya beberapa orang saja yang secara rutin memanfaatkan Posyandu baik

sebagai tempat penimbangan dan pemeriksaan kesehatan bayi/balita, pengecekan

kehamilan oleh Ibu-ibu hamil, maupun untuk pemeriksaan kesehatan dan KB.

Belum efektifnya pelayanan posyandu sebagaimana diuraikan di atas

memerlukan suatu kajian yang mendalam antara lain melalui penelitian, karena

melalui penelitian tersebut akan diperoleh data mengenai berbagai hal terkait

dengan efektivitas pelayanan program Posyandu di Desa Padengo Kecamatan

Popayato Barat Kabupaten Pohuwato.

Istilah efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini memiliki makna

yang sama dengan keberhasilan. Jadi penggunaan istilah tersebut dapat digunakan

secara bergantian yang disesuaikan dengan konteks kalimat yang digunakan.

B. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan

kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan

sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan

terpadu antara program Keluarga Berencana Kesehatan di tingkat desa (Syakira,

2009:90). Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang

memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara

terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu

sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem pelayanan

pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia secara empirik telah

dapat meratakan pelayanan bidang kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi

pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu

dan anak (Aritonang, 2000:65).

Peran posyandu sangat penting karena posyandu sebagai wahana

pelayanan berbagai program. Guna meningkatkan derajat kesehatan serta melihat

kemunduran kinerja posyandu. Pos Pelayanan Terpadu merupakan tempat

pelayanan dalam suatu wilayah kerja tertentu dengan kegiatan terpadu yang

bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat secara terpadu dengan program-program

terkait untuk mencapai tujuan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

Sebagai suatu kegiatan pelayanan dari, oleh dan untuk melayani masyarakat yang

menjadi sasaran. Dengan demikian Posyandu dituntut peran sertanya untuk

mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai kegiatan terpadu, Posyandu

mempunyai tujuan akhir yaitu memberikan pengetahuan serta sikap masyarakat

tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan Keluarga Berencana (KB),

Kesehatan, serta usaha-usaha peningkatan pendapatan serta aspek pembangunan

yang ingin dicapai.

Landasan Hukum Posyandu yaitu: 1) Undang-undang Dasar tahun 1945,

pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 2) Undang-

undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan; 3) Peraturan Pemerintah Nomor

25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai

daerah otonom; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 5) Surat

Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi

Posyandu; 6) Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

7) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 8) Undang-undang

Nomor 32 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah; 9) Undang-undang Nomor 33

tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah;

10) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat

Daerah; 11) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat; 12) Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 131 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 13) Undang-

undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional 14) PP No.7 tahun 2005 tentang RPJMN.

Tujuan umum Posyandu yaitu untuk menunjang percepatan penurunan

angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Adapun tujuan khusus posyandu antara lain: a) Meningkatnya peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang

berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB; b). Meningkatnya peran lintas sektor

dalam Penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan

AKB; c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: 1) Bayi; 2) Anak

Balita; 3) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui 4) Pasangan Usia

Subur (PUS).

Fungsi Posyandu yaitu: 1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat

dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar

sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB;

2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

Manfaat Posyandu antara lain: a) Memperoleh kemudahan untuk

mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan

penurunan AKI dan AKB; b) Memperoleh bantuan secara profesional dalam

pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak;

c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain

terkait.

C. Kedudukan Posyandu

a. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan

Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah sebagai

wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara

kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.

b. Kedudukan Posyandu Terhadap Pokja Posyandu

Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan,

yang anggotanya terdiri dari aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh

masyarakat yang bertanggung jawab membina Posyandu. Kedudukan

Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat

binaan aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.

3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM

UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan, yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan

Posyandu terhadap UKBM dan pelbagai lembaga kemasyarakatan/LSM

desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

4. Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan

Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di

bidang keshatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di

kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Kedudukan Posyandu

Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi

yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan

Kecamatan.

5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di

kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai

wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis

medis dibina oleh Puskesmas.

6. Kegiatan Posyandu

Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

pengembangan/ pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai

berikut:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

1) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang

dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas

ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian

imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan,

ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila

ditemkan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas; 2) Untuk lebih

meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok

Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai

dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok Ibu Hamil antara lain

sebagai berikut:

a. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,

persiapan menyusui, KB dan gizi

b. Perawatan payudara dan pemberian ASI

c. Peragaan pola makanan ibu hamil

d. Peragaan perawatan bayi baru lahir

e. Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan Ibu Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui

mencakup:

1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan

kebersihan jalan lahir (vagina)

2. Pemberian vitamin A dan tablet besi

3. Perawatan payudara

4. Senam ibu nifas

5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan,

dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,

pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

c. Bayi dan Anak Balita

Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara

menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika

ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,

anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain

sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan

kader.

Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan

umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan

Posyandu untuk balita mencakup:

1. Penimbangan berat badan

2. Penentuan status pertumbuhan

3. Penyuluhan

4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan

kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader

adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga

kesehatan Puskesmas dilakukan suntukan KB, dan konseling KB.

Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan

pemasangan IUD.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada

petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan

program, baikterhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah

bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis Pelayanan yang diberikan

meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,

penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian

sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan

pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat

tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan

tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di

Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula

garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit

yang disediakan

Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan

untuk : 1) Memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu

Menuju Sehat (KMS). 2). Memberikan konseling gizi. 3. Memberikan pelayanan

gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan

penimbangan balita setiap bulan di Posyandu dengan timbangan dacin, sedangkan

hasil penimbangan balita dicatat dalam KMS. Di dalam KMS berat badan balita

hasil penimbangan bulan tersebut diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan

garis sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis

pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan naik

(N) atau tidak naik (T). Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan

dicatat pula jumlah anak ditimbang (D), jumlah anak yang ditimbang bulan lalu

(Q), jumlah anak baru pertama kali ditimbang (B), dan jumlah anak yang berat

badannya di bawah garis merah (BGM). Catatan lain yang ada di Posyandu adalah

jumlah seluruh balita yang ada di Posyandu (S), dan jumlah balita yang memiliki

KMS (K) (DepKes RI, 2003).

Pemantauan pertumbuhan balita yang merupakan salah satu kegiatan

utama perbaikan gizi, menitik beratkan pada upaya pencegahan dan peningkatan

gizi balita. Selain dilakukan penilaian pertumbuhan secara teratur melalui

penimbangan juga dilakukan penilaian hasil penimbangan dengan KMS. Dari

hasil KMS akan terlihat apakah balita mengalami gangguan pertumbuhan atau

tidak. Apabila terjadi kasus gangguan pertumbuhan, maka perlu dilakukan upaya

berupa konseling, penyuluhan dan rujukan guna mencegah memburuknya keadaan

gizi masyarakat. Tindak lanjutan berupa kebijakan dan program ditingkat

masyarakat, serta meningkatkan motivasi untuk memberdayakan keluarga

(DepKes RI, 2003).

Menurut Zulkifli (2009:34) dalam pelaksanaan posyandu dikenal dengan

sistem 5 (lima) meja terdiri dari:

1) Meja pertama,

Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu–ibu, menuliskan nama

bayi/balita pada secarik kertas dan diselipkan pada KMS/buku KIA. Apabila

peserta baru, berikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/KMS baru dan tuliskan

namanya kemudian selipkan secarik kertas bertuliskan nama bayi/balita pada buku

KIA/KMS. Kader mendaftar ibu hamil: menulis nama ibu hamil pada formulir

atau register ibu hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa balita, langsung

dipersilahkan menuju meja 4. Untuk ibu hamil baru, atau belum mempunyai buku

KIA berikan buku KIA.

2) Meja kedua.

Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu–ibu, menuliskan nama

bayi/balita pada secarik kertas dan diselipkan pada KMS/buku KIA. Selanjutnya

menuju meja 3.

3) Meja ketiga.

Kader mencatat hasil timbangan yang ada disecarik kertas dipindahkan ke

dalam buku KIA/KMS. Cara pengisian buku KIA/KMS, sesuai petunjuk petugas

kesehatan.

4) Meja keempat.

Kader di meja 4 memberikan penyuluhan kepada ibu, sesuai dengan hasil

pencatatan di buku KIA/KMS pengamatan kepada anaknya. Penyuluhan ini tidak

hanya diberikan kepada balita yang tidak naik/turun timbangannya, tetapi yang

timbangannya naikpun juga perlu diberi penyuluhan untuk dapat menjaga

kesehatannya. Di meja 5 kader dapat melakukan rujukan ke tenaga kesehatan,

bidan, atau Puskesmas pada kasus-kasus yang perlu dirujuk.

Topik penyuluhan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang

ada dapat memberikan penyuluhan gizi misalnya Pemberian Makanan

Tambahan, pertolongan dasar, pemberian Vitamin A, oralit, menurunkan demam

ringan pada anak dan sebagainya.

Tidak kalah pentingnya juga memberikan pujian kepada balita/ibunya, bila

mereka rajin menimbang dan bagus hasil timbangannya atau perkembangannya.

5) Meja kelima.

Khusus di meja 5, yang memberi pelayanan adalah petugas

kesehatan/bidan. Layanan yang diberikan antara lain: (a) Imunisasi (b) Keluarga

Berencana (c) Pemeriksaan ibu hamil (d) Pemberian tablet tambah darah, kapsul

yodium, dan lain lain.

D. Pelayanan Posyandu

Posyandu merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu

pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh

pelayanan KB dan kesehatan. Tujuan diselenggarakan posyandu adalah (1)

memelihara dan meningkatkan kesehatn dalam rangka mewujudkan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga, (2) meningkatkan kegotongroyongan masyarakat, (3)

sebagai tempat untuk saling memperoleh dn memberikan berbagai informasi.

Posyandu menurut Dirjen Bina Pemberdayaan Masyarakat 2001 dalam

revitalisasi Posyandu pada hakikatnya adalah sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan kesehatan dasar peningkatan gizi masyarakat, yang secara umum

terpuruk sebagai akibat langsung mapupun tidak lansung adanya krisis multi

dimensi di indonesia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan setiap

keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya

manusia, diperlukan suatu revitalisasi posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan

dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan

kebutuhandasar pengemabngan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah

satu komponen perwujudan kesejahteraan keluaga.

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa posyandu adalah merupakan

kegiatan milik masyarakat diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam

menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, sedangkan

instansi/lembaga terkait hanya memberikan bimbingan teknis dan fasilitas.

Pelayanan posyandu yang diberikan kepada masyarakat pada saat kegiatan

posyandu adalah :

a. Jenis pelayanan minimal, meliputi: penimbangan untuk memantau

pertumbuhan anak, pemberian makana pendamping ASI dan vit A dua kali

setahun, pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya,

memantau atau melakukan pelayanan imunisasi, memantau kejadian ISPA dan

Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.

b. Paket pengembangan atau pilihan, adalah peket layanan yang dapat

ditambahkan atau dikembangkan bagi posyandu yang telah mapan. Paket

kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan posyandu yang disesuaikann

dengan kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meiputi

tambahan berbagai program, antara lain : a) Program pengembangan Anak

Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan dengan program Bina Keluarga Balita

(BKB) dan kelompok bermain lainnya; b) Program Dana Sehat/ atau JPKM

dan sejenisnya, seperti TABULIN, TAUMAS dan sebagainya; c) Program

penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria,

demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lainnya; d) Penyediaan

air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP); e) Usaha

kesehatan Gizi masyarakat Desa (UKGMD); f) Program iversifikasi Pertanian

Tanaman Pangan; g) Program saran air minum dan jamban keluarga

(SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan pemukiman; h) Pemanfaatan

pekarangan; i) Kegiatan Ekonomi produktif, seperti usaha simpan pinjam dan

lain-lain; j) Dan kegiatan lainnya seperti : TPA, Pengajian, Tman bermain,

Arisan, Peragaan Teknologi tepat guan dan sejenisnya.

c. Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu menyusui

Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan

baik oleh bidan Desa maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di meja V saat

posyandu dibuka, berupa : a) tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK,

pemberian tablet Ibu hamil, meliputi: Pemeriksaan kehamilan, pemberian

makanan tambahan darah, penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi; b) Ibu

menyusui, meliputi: Pemberian vitamin A, pemberian makanan tambahan,

pelayanan nifas dan pembeian tablet tambahan darah, penyuluhan tentang

pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI ekslusif, perawatan nifas dan

perawatan nifas bayi baru lahir, pelayanan KB.

Keragaman kondisi atau situasi anak dan ibu diberbagai daerah menuntut

posyandu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

setempat. Salah satunya adalah dengan pendekatan melalui pemberlakuan pilihan

sistem kafetaria (pilihan jenis layanan) sesuai dengan kebutuhan kelompok

sasaran, meskipun secara umum setiap posyandu mampu memberikan pelayanan

mulai dari paket minimum sampai paket tambahan.

Pelayanan dengan pendekatan untuk memilih sendiri jenis layanan sesuai

kebutuhan masyarakat, hendaknya tetap tidak menghilangkan tugas pokok

posyandu untuk menjadi unit pemantau tumbuh kembang anak, khususnya guna

melindungi kelompok sasaran yang paling rawan dalam proses tumbuh

kembangnya, yakni Baduta. Selain itu, posyandu diharapkan selalu dapat

memberikan layanan dalam pendidikan pada para ibu untuk memelihara balita

secara tepat melalui peningkatan kemampuan untuk mengamati adanya tanda-

tanda penyimpangan dalam tumbuh kembang anak seperti

psikomotorik/kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta), psikososial/emosi,

bahasa dan jasmani

E. Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana Posyandu

Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun

tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan

Posyandu adalah sebagai berikut.

a. Kader

Sebelum hari buka Posyandu, antara lain: a) Menyebarluaskan hari buka

Posyandu melalui pertemuan warga setempat; b) Mempersiapkan tempat

pelaksanaan Posyandu; c. Mempersiapkan sarana Posyandu; d. Melakukan

pembagian tugas antar kader; e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan

petugas lainnya; f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.

Pada hari buka Posyandu, antara lain: a) Melaksanakan pendaftaran

pengunjung Posyandu; b) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang

berkunjung ke Posyandu; c) Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS

dan mengisi buku register Posyandu. d) Pengukuran LILA pada ibu hamil dan

WUS. e) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi

sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT; f) Membantu petugas

kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya; g)

Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi

pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

Di luar hari buka Posyandu, antara lain: a) Mengadakan pemutakhiran data

sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak

balita; b) Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai

Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada hari

buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya Naik; c)

Melakukan tindak lanjut terhadap: 1) Sasaran yang tidak datang; 2) Sasaran yang

memerlukan penyuluhan lanjutan; d) Memberitahukan kepada kelompok sasaran

agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka; e) Melakukan kunjungan tatap muka

ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau

organisasi keagamaan.

b. Petugas Puskesmas

Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu

kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas

tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali

dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain

sebagai berikut:

a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah

5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan

kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali

sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari satu kali

dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader

Posyandu sesuai dengan kewenangannya.

c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi

kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.

d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada

Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya

perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.

e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan

anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.

3. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)

a. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal)

Posyandu kecamatan: 1) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak

lanjut kegiatan Posyandu; 2) Memberikan dukungan dalam upaya

meningkatkan kinerja Posyandu; 3) Melakukan pembinaan untuk

terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

b. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja

Posyandu desa/kelurahan: 1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan

dana untuk penyelenggaraan Posyandu. 2) Mengkoordinasikan

penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka Posyandu; 3)

Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh

masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu; 4)

Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan

lainnya. 5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan

Posyandu secara teratur.

c. Instansi/Lembaga Terkait:

1) Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan

pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat, pengembangan

jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan masyarakat,

teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.

2) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan

sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan,distribusi

Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta dukungan

bimbingan tenaga teknis kesehatan.

3) SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota, berperan dalam

penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat melalui BKB dan

BKL.

4) BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan umum, dukungan

program dan anggaran serta evaluasi.

5) Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas

Perindustrian dan UKM, Dinas Perdagangan dan sebagainya, berperan

dalam mendukung teknis operasional Posyandu sesuai dengan peran

dan fungsinya masing-masing, misalnya:

a) Kantor Kementerian Agama, berperan dalam penyuluhan melalui

jalur agama, persiapan imunisasi bagi calon pengantin, penyuluhan

di pondok-pondok pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan,

mobilisasi dana-dana keagamaan, dsb;

b) Dinas Pertanian, berperan dalam hal pendayagunaan tenaga

penyuluh lapangan, koordinasi program P4K, dsb;

c) Dinas Perindustrian dan UKM, Dinas Perdagangan, berperan dalam

hal penyuluhan gizi, khususnya penggunaan garam beryodium, dsb.

d) Dinas Pendidikan, berperan dalam penggerakan peran serta

masyarakat sekolah dan pendidikan luar sekolah, misalkan melalui

jalur program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), PAUD, dsb;

e) Dinas Sosial, berperan dalam hal penyuluhan dan pendayagunaan

Karang Taruna, Taman Anak Sejahtera (TAS), penyaluran berbagai

bantuan sosial, dsb; f) Lembaga Profesi, misalkan Ikatan Dokter

Indonesia (IDI), Ikatan Dokte Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan

Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI), Himpunan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia

(HIMPAUDI) dan tenaga layanan sosial terkait yang dapat berperan

dalam pelayanan kesehatan dan sosial.

Selain dinas/institusi/lembaga tersebut diatas, kemungkinan masih terdapat

beberapa unsur dinas/instansi/lembaga yang dapat melakukan peran dan fungsinya

dalam Posyandu namun untuk daerah-daerah tertentu mungkin tidak terdapat

unsur dinas / instansi / lembaga sebagaimana tersebut diatas, karena struktur

organisasi pada jajaran Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten /Kota saat ini

cukup bervariasi. apabila dinas /instansi/lembaga sebagaimana tersebut di atas

tidak terdapat di daerah, maka perlu dipertimbangkan fungsi yang sesuai dalam

organisasi Pokjanal Posyandu setempat.

d. Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu:

1) Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan

Posyandu.

2) Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-

sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu.

3) Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif

pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan

desa/kelurahan.

4) Melakukan bimbingan dan pembinaan, fasilitasi, pamantauan dan

evaluasi terhadap pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu

secara berkesinambungan.

5) Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan

swadaya masyarakat dalam mengembangkan Posyandu.

6) Mengembangkan kegiatan lain sesuaidengan kebutuhan.

7) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Posyandu kepada Kepala

Desa/Lurah dan Ketua Pokjanal Posyandu Kecamatan.

e. Tim Penggerak PKK:

1) Berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.

2) Penggerakkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu.

3) Penyuluhan, baik di Posyandu maupun di luar Posyandu.

4) Melengkapi data sesuai dengan Sistim Informasi Posyandu (SIP) atau

Sistim Informasi Manajemen (SIM).

f. Tokoh Masyarakat/Forum Peduli Kesehatan Kecamatan (apabila telah

terbentuk):

1) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Posyandu.

2) Menaungi dan membina kegiatan Posyandu.

3) Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam

kegiatan Posyandu.

g. Organisasi Kemasyarakatan/LSM:

1) Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam kegiatan Posyandu,

antara lain: pelayanan kesehatan masyarakat, penyuluhan, penggerakan

kader sesuai dengan minat dan misi organisasi.

2) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan

Posyandu.

h. Swasta/Dunia Usaha:

1) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan kegiatan

Posyandu.

2) Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan kegiatan

Posyandu.

F. Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Pelayanan Posyandu

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang kompleks. Mulai dari

ilmu yang digunakan dalam penyelesaian merupakan multidisiplin, sektor yang

terkait pun multisektoral, serta subjek yang melaksanankannya pun berasal dari

berbagai pihak. Masyarakat memiliki porsi yang perlu diperhitungkan dalam

penyelesaian masalah kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan.

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari fungsi pelayanan

kesehatan daerah setempat sebagai fasilitator masyarakat untuk memainkan

perannya dalam pembangunan kesehatan di daerahnya sendiri. Selain itu, masalah

kesehatan masyarakat masyarakat menjadi hal yang harus dicermati oleh

pemerintah mengingat mulai dikembangkannya paradigma sehat di Indonesia.

Penerapan paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan

dalam jangka panjang agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap

mandiri dalam memelihara kesehatan, melalui peningkatan pelayanan promotif

dan preventif disamping kuratif dan rehabilitatif untuk mewujudkan Indonesia

Sehat (Castro, 2008).

Pelayanan kesehatan merupakan setiap bentuk pelayanan atau program

kesehatan yang ditujukan pada perseorangan atau masyarakat dan dilaksanakan

secara perseorangan atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, dengan

tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat kesehatan yang dipunyai.

Selain itu terdapat lima fungsi utama pelayanan kesehatan di antaranya adalah; 1)

mendorong masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan

persoalan mereka sendiri, 2) memberi petunjuk kepada masyarakat tentang cara-

cara menggali dan menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efisien, 3)

memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, 4) memberi bantuan

yang bersifat teknis, bahan-bahan serta rujukan, 5) bekerja sama dengan sektor

lain dalam melaksanakan program kerja posyandu.

Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi

mempunyai kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan

kesehatan di aras basis. Artinya, posyandu memiliki satu peran strategis untuk

mengorganisir masyarakat dalam mengupayakan kesehatan masyarakat. Hal ini

pun telah tertuang di dalam Sistem Kesehatan Nasional, dalam bab keempat:

subsistem upaya kesehatan, disebutkan di dalamnya bahwa subsistem upaya

kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat

(UKM) dan upaya kesehatan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna

menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan dari upaya kesehatan yang saling mendukung ini adalah

terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau

(afforrdable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya

pembangunan kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya.

Dengan demikian, pemerintah maupun penyelenggara pelayanan

kesehatan tidak dapat bekerja sendiri untuk membangun kesehatan masyarakat.

Baik masyarakat maupun individu dari masyarakat itu sendiri juga harus memiliki

pemahaman yang sama dengan pemerintah. Oleh karena itulah, sudah menjadi

konsekuensi pemerintah atau petugas pelayanan kesehatan (posyandu) untuk

memberdayakan dan mengorganisasikan masyarakat. Seperti yang telah

disebutkan pada paragraf sebelumnya, posyandu memiliki peran untuk

memberdayakan masyarakat, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman

dalam membangun kesehatan masyarakat.

Telah disebutkan pula pada paragraf awal bahwa masalah kesehatan

masyarakat ini pun muncul akibat tercetusnya paradigma sehat demi

meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. Pentingnya pemberdayaan

masyarakat pun disebutkan Winslow (1920) dalam teorinya tentang kesehatan

masyarakat.

Pengertian dan fungsi pengorganisasian dan kesehatan masyarakat,

sebagai bentuk upaya peningkatan fungsi Posyandu. Pengorganisasian masyarakat

dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya

adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di

dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya, yaitu: preventif, kuratif,

promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Dari sumber lain,

pengorganisasian dan pengembangan masyarakt diartikan sebagai teknologi yang

digunakan untuk melakukan intervensi pada faktor pendukung (enabling factors)

sebagai salah satu prasyarakat untuk terjadinya proses perubahan perilaku.

Dengan teknologi pengorganisasian dan pengembangan sumber daya yang ada

pada masyarakat sehingga mampu mandiri untuk meningkatkan derajat

kesehatannya (Sasongko, 2000).

Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk mendorong secara efektif

modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan

permasalahan dalam hal kesehatan secara mandiri. Melalui proses

pengorganisasian, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan

ketidakberdayaannya dan mengembangkan potensinya dalam mengontrol

kesehatan lingkungannya dan memulai untuk menentukan sendiri upaya-upaya

strategis di masa depan; Memperkokoh kekuatan komunitas basis:

Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk membangun dan menjaga

keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan (Posyandu, Polindes, Dokter Kecil

dan lainnya).

Peran Posyandu bukan saja persoalan teknis medis tetapi juga bagaimana

keterampilan sumber daya manusia yang mampu mengorganisir modal sosial yang

ada di masyarakat. Program-program posyandu yang berbasis atu diantarnya

adalah upaya perbaikan gizi masyarakat: pembinaan pengembangan UPGK dan

pelayanan gizi. Pembinaan UPGK merupakan kegiatan kunjungan petugas

Puskesmas ke tiap posyandu desa atau RW. Selain itu, Kegiatan ini meliputi

penyuluhan, pemberian nasehat pada masyarakat ataupun kader atau volunter di

desa/RW tersebut. Tindak lanjut dari penyuluhan ini biasanya diterapkan para

kader kesehatan di desa atau RW setempat dalam kegiatan Posyandu, misalnya

saja dengan pemberian makanan tambahan pada masyarakat yang menimbang

anaknya ke posyandu serta transfer ilmu dari kader kesehatan pada masyarakat

setempat.

Dengan demikian, harapan dari adanya penyuluhan sekaligus pemberian

makanan yang memenuhi gizi ini dapat menjadi awal dari tindakan masing-

masing keluarga untuk menggalakkan peningkatan gizi kesehatan. Dengan begitu,

kita kembali menyimpulakan bahwa posyandu perlu memberdayakan dan

mengorganisir masyarakat, paling tidak kader kesehatan di tiap daerah, untuk ikut

serta dalam pembangunan kesehatan di lingkungan tempat tinggal mereka karena

pemerintah kita pun memiliki keterbatasan petugas kesehatan profesional dan

pendanaan yang kurang optimal untuk mendukung semua program kesehatan

daerah. Dari contoh-contoh program kesehatan posyandu yang melibatkan

pemberdayaan masyarakat, kita dapat lihat bahwa keterlibatan masyarakat dalam

upaya-upaya kesehatan ternyata cukup besar, mulai dari sebagai sumber informasi

dan data, tataran pelaksanaan termasuk pendanaan, sampai penilaian program itu

sendiri.

Meskipun sekarang ini sudah muncul banyak Posyandu di tiap desa atau

RW namun peran Puskesmas tetap dibutuhkan sebab penyelenggara Posyandu

merupakan masyarakat setempat yang masih membutuhkan pengarahan dari

petugas kesehatan, dalam hal ini adalah petugas Posyandu. Pemberdayaan

masyarakat dalam program-program kesehatan berbasis masyarakat bukan

merupakan upaya lepas tangan seperti yang dilakukan pemerintah mulai dari

kurangnya sumber daya manusia profesional, dana, kurangnya kemampuan

pemerintah pusat dalam memantau masalah kesehatan di daerah-daerah.

G. Standar Pelayanan Posyandu

Standar Pelayanan Posyandu di Indonesia (Notoatmodjo, 2003:77)

No Jenis Pelayanan

Indikator Kinerja Pembilang Penyebut Definisi Operasional Keterangan

1 2 3 5 6 7 8

1 UPAYA PROMOSI

KESEHATAN

1.1 Penyuluhan

Prilaku

Sehat

% Rumah Tangga

Sehat

Jumlah Rumah

tangga sehat

diwilayah kerja

Puskesmas

Jumlah seluruh

rumah tangga di

wilayah kerja

puskesmas

% Rumah tangga

yang telah

melaksanakan

paling sedikit 7 -

10 indikator

Prilaku hidup

bersih dan sehat.

10 indikator

adalah :

pertolongan

persalinan

oleh nakes,

balita diberi

ASI

ekslusif,

JPKM, tidak

merokok,

melakukan

aktivitas

fisik setiap

hari, makan

sayur dan

buah setiap

hari,

tersedia

jamban,

kesesuaian

luas lantai

dengan

jumlah

penghuni,

lantai rumah

bukan dari

tanah.

% Bayi yang

mendapat Asi

Ekslusif

Jumlah Bayi 0 -

6 bulan yg hanya

mendapat ASI

sampai usia 6

bulan di wilayah

kerja Puskesmas

Jumlah seluruh

bayi 0 - 6 bulan

di wilayah kerja

puskesmas

% Bayi 0 - 6 bulan

yg mendapat ASI

saja sampai usia 6

bulan di wilayah

kerja puskesmas.

% Desa dengan

garam

beryodium baik.

Jumlah Desa

yang terdapat

paling banyak 1

sampel garam

yang tidak

memenuhi syarat

SNI di wilayah

kerja Puskesmas

Jumlah seluruh

desa di wilayah

kerja

puskesmas

% Desa yang secara

sampling telah

memenuhi

persyaratangaram

yang baik sesuai

SNI di wilayah

kerja puskesmas.

% Posyandu

Purnama dan

Mandiri

Jumlah

posyandu

purnama dan

mandiri di

Jumlah seluruh

posyandu di

wilayah kerja

puskesmas

% posyandu dengan

cakupan 5

program atau

lebih yang

wilayah kerja

Puskesmas

melaksanakan

kegiatan 8 kali

atau lebih per

tahun.

1.2 Penyuluhan

(P3) NAPZA

% Upaya

Penyuluhan P3

NAPZA oleh

petugas.

Jumlah kegiatan

penyuluhan

dibidang P3

NAPZA di

wilayah kerja

puskesmas.

Jumlah seluruh

kegiatan

penyuluhan

dibidang

pencegahan dan

penanggulangan

penyalahgunaan

(P3) NAPZA

oleh petugas

kesehatan.

% Upaya

penyuluhan

dibidang

Pencegahan dan

penanggulangan

penyalahgunaan

(P3) NAPZA oleh

petugas

kesehatan.

2 UPAYA KESEHATAN

LINGKUNGAN

2.1 Pelayanan

Kesehatan

Lingkungan

% Institusi yang

dibina

Jumlah Institusi

yang dibina

dalam 1 tahun

Jumlah seluruh

Institusi yang

ada dalam

waktu yang

sama.

% Institusi yang

melakukan

pengamatan,

monitoring,

bintek.

2.2 Pelayanan

Hygiene

Sanitasi

Tempat

Umum

% Tempat Umum

yang memenuhi

syarat

Jumlah tempat

umum yang

memenuhi syarat

dalam 1 tahun

Jumlah tempat

umum yang ada

dalam waktu

yang sama.

% Tempat umum

yang mempunyai

akses sanitasi

dasar (Air bersih,

Jamban, Limbah,

Sampa)

penerangan dan

sirkulasi udara

yang cukup.

2.3 Pelayanan

pengendalian

vektor

% Rumah

bangunan bebas

jentik nyamuk

Aedes

Jumlah

rumah/bangunan

bebas jentik

nyamuk Aedes

dalam 1 tahun

Jumlah rumah

yang diperiksa

dalam 1 tahun.

% Rumah/bangunan

yang bebas jentik

nyamuk Aedes.

3 UPAYA KESEHATAN IBU

ANAK DAN KB

3.1 Pelayanan

Kesehatan

Ibu dan

Bayi.

% Cakupan

Kunjungan Ibu

Hamil K-4

Jumlah Ibu

hamil diwilayah

kerja puskesmas

yang

memperoleh

Jumlah Seluruh

Ibu hamil

diwilayah kerja

puskesmas yang

bersalin.

% Ibu hamil yang

telah memperoleh

pelayanan

antenatal 4 kali

sesuai standart

Sasaran Ibu

hamil 2,7

Jumlah

Penduduk

diwilayah

pelayanan

antenatal sesuai

standart.

diwilayah kerja

Puskesmas.

kerja

Puskesmas.

% Cakupan

pertolongan oleh

bidan atau

tenkes yang

memiliki

kompetensi

kebidanan.

Jumlah Ibu

bersalin

diwilayah kerja

puskesmas yang

persalinannya

memperoleh

pertolongan dari

tenkes yang

memiliki

kompetensi

kebidanan.

Jumlah sasaran

Ibu bersalin

diwilayah kerja

puskesmas.

% Ibu bersalin yang

mendapat

pertolongan

persalinan oleh

bidan atau tenkes

yang memiliki

kompetensi

kebidanan

diwilayah kerja

puskesmas.

Sasaran Ibu

bersalin 2,7

kali Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

% Ibu hamil resiko

tinggi.

Jumlah Ibu

hamil resiko

tinggi dirujuk.

Jumlah ibu

hamil yang ada

diwilayah kerja

Puskesmas.

% Ibu hamil resiko

tinggi dirujuk di

wilayah kerja

puskesmas.

Sasaran Ibu

bersalin 2,7

x Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

% Cakupan

Kunjungan

neonatus.

Jumlah bayi baru

lahir yang

memperoleh

pelayanan

kesehatan paling

sedikit 2 kali.

Jumlah sasaran

bayi baru lahir

diwilayah kerja

Puskesmas.

% Neonatus (bayi

umur <28 hari

yang memperoleh

pelayanan

kesehatan oleh

tenkes paling

sedikit 2 kali

diwilayah kerja

puskesmas

Sasaran

Neonatus

2,53% x

Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

% Cakupan bayi

berat badan lahir

rendah/ BBLP

yang ditangani.

Jumlah

Kunjungan bayi

baru lahir

dengan BBLP.

Jumlah Bayi

baru lahir

dengan BBLP

yang ada

diwilayah kerja

Puskesmas.

% BBLP <2500

gram yang

ditangani sesuai

dengan standart

oleh tenaga

kesehatan

diwilayah kerja

Puskesmas.

% Cakupan

Kunjungan Bayi.

Jumlah bayi (1-

12 bulan)

Jumlah sasaran

bayi (1-12

% Anak Balita yang

dideteksi tumbuh

Sasaran

bayi (1-12

diwilayah kerja

puskesmas yang

memperoleh

pelayanan

kesehatan

minimal 4 x

pertahun.

bulan)

diwilayah kerja

Puskesmas.

kembang minimal

2 x pertahun.

bulan)

2,53%

Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

3.2 Pelayanan

Kesehatan

Anak

Prasekolah

dan Anak

Sekolah.

% Cakupan deteksi

dini tumbuh

kembang anak

balita dan

Prasekolah

Jumlah anak

Balita (1-5

Tahun) yang

dideteksi tumbuh

kembang

minimal 2 x

setahun

Jumlah sasaran

anak balita yang

ada diwilayah

kerja

puskesmas

% Anak Balita yang

dideteksi tumbuh

kembang minimal

2 x pertahun

Sasaran

Balita

10,3%

Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

% Cakupan

pemeriksaan

siswa SD dan

sederajat.

Jumlah siswa SD

dan sederajat

yang diperiksa

oleh tenkes/

tenaga terlatih

minimal 2 x

pertahun.

Jumlah sasaran

siswa SD

diwilayah kerja

puskesmas.

% Siswa SD

sederajat yang

diperiksa oleh

tenkes/tenaga

terlatih minimal 2

x pertahun.

Sasaran

siswa SD

adalah

Jumlah

siswa SD

yang ada.

% Cakupan

Pelayanan

Kesehatan

Remaja.

Jumlah Remaja

(10-19 Tahun) di

SLTP, dan SMU

yang

memperoleh

pelayanan

Kesehatan

Jumlah sasaran

remaja (10-19

Tahun) yang

ada diwilayah

kerja

Puskesmas.

% remaja (10-19

Tahun) di SLTP

dan SMU yang

memperoleh

pelayanan

kesehatan

diwilayah kerja

Puskesmas.

Sasaran

Remaja

21,8% x

Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

3.3 Pelayanan

Keluarga

Berencana.

% Cakupan peserta

baru KB

Jumlah pasangan

usia subur (15-

49 Tahun) yang

baru mendapat

pelayanan

kontrasepsi

sesuai dengan

standart.

Jumlah sasaran

pasangan usia

subur (15-19

Tahun)

diwilayah kerja

puskesmas.

% PUS yang baru

menggunakan

kontrasepsi

diwilayah kerja

puskesmas.

Sasaran

PUS 16,6%

Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

% Cakupan peserta

aktif KB

Jumlah pasangan

usia subur (15-

Jumlah sasaran

pasangan usia

% PUS yang baru

menggunakan

49 Tahun) yang

mendapat

pelayanan

kontrasepsi

sesuai dengan

standart.

subur (15-19

Tahun)

diwilayah kerja

puskesmas.

kontrasepsi

diwilayah kerja

puskesmas.

3.4 Pelayanan

Imunisasi

% Desa Kelurahan

UCI

Jumlah

desa/kelurahan

UCI

Jumlah seluruh

desa/kelurahan

% Desa kelurahan

dimana 90% dari

bayi yang ada

didesa sudah

mendapat

Imunisasi dasar

lengkap.

% Cakupan BIAS Jumlah Anak

SD/sederajat

yang mendapat

Imunisasi.

Jumlah seluruh

anak

SD/sederajat

yang ada.

% Anak

SD/sederajat yang

mendapat

Imunisasi.

% Cakupan

Imunisasi Ibu

Hamil.

Jumlah Ibu

hamil yang

mendapat

TT2/TT ulang

Jumlah sasaran

ibu hamil yang

ada diwilayah

kerja

puskesmas.

% Jumlah Ibu hamil

yang mendapat

TT2/TT ulang

diwilayah kerja

Puskesmas.

3.5 Pelayanan

Kesehatan

Usila

% Cakupan

pelayanan

kesehatan

Prausila dan

Usila

Jumlah

penduduk

prausila (45-59

th) dan usila

(>=60 th) yang

memperoleh

pelayanan

kesehatan.

Jumlah sasaran

pra usila (45-59

th) dan usila

(>=60 th)

diwilayah kerja

puskesmas.

% Pra usila (45-59

th) dan usila

(>=60 th) yang

memperoleh

pelayanan

kesehatan

diwilayah kerja

puskesmas.

Sasaran Pra

usila dan

usila 5,76%

x Jumlah

Penduduk

diwilayah

kerja

Puskesmas.

4 UPAYA PERBAIKAN GIZI

4.1 Pemantauan

Pertumbuhan

Balita

% Balita yang naik

berat badannya

(N/D)

Jumlah balita

yang ditimbang

yang berat

badannya naik.

Jumlah balita

yang ditimbang

% Balita yang

ditimbang di

Posyandu maupun

diluar Posyandu

yang berat

badannya naik.

% Cakupan Balita

Bawah Garis

Merah

Jumlah balita

yang ditimbang

yang pada KMS

berat badannya

dibawah garis

merah.

Jumlah balita

yang ditimbang

% Balita BGM yang

ditimbang di

Posyandu maupun

diluar Posyandu.

4.2 Pelayanan

Gizi

% Cakupan Balita

yang dapat

Kapsul Vit.A 2x

pertahun.

Jumlah Balita

dapat Vit.A 2x

pertahun dan

bayi 1x pertahun

Jumlah sasaran

Balita yang ada

diwilayah kerja

Puskesmas

% Balita dapat

Kapsul Vit.A 2x

pertahun (bayi 1x

pertahun).

% Cakupan Ibu

hamil dapat 90

Tablet Fe

Jumlah Ibu

hamil mendapat

Tab Fe selama

priode

kehamilannya

Jumlah Ibu

hamil diwilayah

kerja

puskesmas

% Ibu hamil yang

mendapat tab Fe

selama periode

kehamilannya.

% Cakupan

Pemberian

makanan

pendamping ASI

bagi bayi BGM

dari Gakin

Jumlah bayi gizi

kurang usia 6-11

bln dari gakin

mendapat MP-

ASI selama 90-

120 hari

diwilayah kerja

puskesmas.

Jumlah seluruh

bayi 6-11 bulan

dengan gizi

kurang dari

gakin diwilayah

kerja

Puskesmas.

% pemberian MP-

ASI pada bayi 6-

11 bulan gizi

kurang dari Gakin

selama 90-120

hari diwilayah

kerja Puskesmas.

% Balita Gizi

buruk mendapat

perawatan

Jumlah balita

gizi buruk yang

datang/ditemuka

n, dirawat dan

dirujuk.

Jumlah seluruh

balita gizi buruk

diwilayah kerja

Puskesmas.

% Balita gizi buruk

yang

datang/ditemukan,

dirawat dan

dirujuk..

5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT MENULAR

5.1 Pencegahan

dan

Pemberantas

an penyakit

polio

% AFP rate Jumlah kasus

AFP usia <15

tahun dalam

waktu 1 tahun.

Jumlah

penduduk <15

tahun dalam

waktu yang

sama

% Jumlah kasus

AFP non polio

yang ditemukan

diantara 100.000

anak <15 tahun

pertahun.

5.2 Pencegahan

dan

% Kesembuhan

penderita TBC

Jumlah penderita

TBC baru BTA+

Jumlah

penderita TBC

% penemuan

penderita TBC

pemberantas

an penyakit

TB Paru

BTA+ yang sembuh. BTA+ yang

diobati.

BTA+ yang

sembuh diakhir

pengobatan

5.3 Pencegahan

dan

pemberantas

an penyakit

ISPA

% Cakupan Balita

dengan

pneumonia yang

ditangani.

Jumlah kasus

pneumonia balita

ditemukan/ditan

gani.

Jumlah target

kasus

pneumonia

balita.

% penemuan dan

pengobatan

penderita

pneumonia.

5.4 Pencegahan

dan

pemberantas

an penyakit

DBD

% Penderita DBD

yang ditangani

Jumlah penderita

DBD dalam

waktu 1 tahun

yang ditangani

Jumlah

penderita DBD

yang

berkunjung ke

Sarkes

% Penderita DBD

yang ditangani

sesuai standar.

5.5 Pencegahan

dan

pemberantas

an penyakit

Diare

% Balita dengan

diare yang

ditangani.

Jumlah penderita

diare balita yang

ditemukan dan

ditangani

Target

penderita diare

balita yang

datang ke

Sarkes

% penderita diare

balita yang

mendapat

pelayanan

Target :

10% Jumlah

Balita

Pelayanan posyandu merupakan setiap bentuk pelayanan atau program

kesehatan yang ditujukan pada perseorangan atau masyarakat dan dilaksanakan

secara perseorangan atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, dengan

tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat kesehatan yang dipunyai.

Selain itu terdapat lima fungsi utama pelayanan posyandu di antaranya adalah; 1)

mendorong masyarakat melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan

persoalan mereka sendiri, 2) memberi petunjuk kepada masyarakat tentang cara-

cara menggali dan menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efisien, 3)

memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, 4) memberi bantuan

yang bersifat teknis, bahan-bahan serta rujukan, 5) bekerja sama dengan sektor

lain dalam melaksanakan program kerja posyandu.

Dengan demikian, pemerintah maupun penyelenggara pelayanan

kesehatan tidak dapat bekerja sendiri untuk membangun kesehatan masyarakat.