BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran...
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta dalam
Majid, 2014: 80). Pembelajaran tematik merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun
kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Menurut Trianto (2011: 147)
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Kurikulum 2013 SD/ MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik
integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Tema
merupakan alat atau wadah untuk mengenal berbagai konsep kepada anak
didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih
11
bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal
berbagai konsep secara mudah dan jelas.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar peserta didik. Pengalaman belajar yang menunjukkan
kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
skema, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan.
1. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM
Pengembang PGSD, 1997 (Majid, 2014: 90) adalah:
a. Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dan beberapa bidang studi
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
b. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan
terbentuknya semacam jalinan antar-skemata yang dimiliki oleh siswa,
yang pada gilirannya akan memberikan dampak kebermaknaan dari
materi yang dipelajari.
12
c. Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung
konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
d. Aktif
Pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan
inquiry discovery dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Dari karakteristik pembelajaran tematik diatas, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa
karena dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam mempelajari konsep-
konsep dari materi yang diajarkan. Dalam Permendikbud no 57 tahun 2014,
Pembelajaran tematik memiliki ciri khas, antara lain:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar;
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik;
c. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
d. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya;
dan
f. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap gagasan orang lain.
13
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Dalam Kemendikbud no. 57 Tahun 2014 menyebutkan tujuan dari
pembelajaran tematik adalah:
a. Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpang tindih materi.
b. Memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan- hubungan yang
bermakna.
c. Memudahkan peserta didik untuk memahami materi atau konsep secara
utuh sehingga penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari
semua mata pelajara, kecuali agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah
Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes, dan Seni
Budaya Prakarya.
3. Keuntungan Pembelajaran Tematik
Beberapa keuntungan pembelajaran tematik yaitu:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata.
14
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
dapat dipersiapkan sekaligus.
B. Keterampilan Berbahasa (Menyimak)
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara
lisan maupun tulisan. Kurikulum 2013 menguraikan tujuan pembelajaran
yang sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yakni agar siswa
terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa dibedakan dari empat macam,
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut berkaitan antara satu dan yang lain. Beberapa praktisi
masih berpendapat sampai sekarang bahwa pembelajaran bahasa adalah
sebuah proses yang berjalan linera/ lurus, yaitu diawali dengan menguasai
bahasa lisan (menyimak dan berbicara) dan baru kemudian beralih ke bahasa
tulis (membaca dan menulis). Menyimak adalah sebuah sarana untuk
memulai produksi bahasa lisan (atau berbicara), dimana yang dimaksud
dengan berbicara disini adalah meniru teks-teks yang diajarkan secara lisan.
Kegiatan menyimak merupakan kemampuan tahap awal yang harus
dikuasai dalam keterampilan berbahasa, dikatakan demikian karena
menyimak merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memeroleh informasi
yang disampaiakn orang lain sehingga dapat diimplementasikan pada tahap
berikutnya yaitu berbicara, membaca, dan menuliskannya kembali untuk
disampaikan kepada orang lain. Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
15
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1994: 28).
Berdasarkan berbagai pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa
menyimak merupakan syarat mutlak untuk memahami dan menguasai
informasi baik berupa ilmu pengetahuan secara bersungguh-sunggh dengan
penuh pemahaman dalam proses mendengarkan untuk memperoleh informasi.
Selanjutnya, Tarigan (2008: 61) dalam Susanto (2015) menyatakan tujuan
orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain:
a. Memperoleh pengetahuan dan bahan ujaran pembicara, dengan kata lain
dia menyimak untuk belajar.
b. Menyimak untuk menikmati keindahan audial.
c. Menyimak untuk mengevaluasi.
d. Menyimak untuk mengapresiasi materi singkatan.
e. Menyimak dengan tujuan mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan,
ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-
bunyi dengan tepat.
g. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat memecahkan masalah
secara kreatif dan analisis.
Berdasarkan penjabaran tujuan menyimak diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa seseorang menyimak tidak hanya untuk mendapatkan
informasi, tetapi juga untuk menikmati keindahan, menganalisis suatu hal,
dan lain-lain. Menyimak dengan baik akan dapat dilakukan apabila mengerti
16
tahapan-tahapan menyimak. Ruth G. Strick dalam (Tarigan, 1994: 29)
menyimpulkan ada sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak
berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap
itu dapat dilukiskan sebagai berikut:
a) menyimak berkala,yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya; b) menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan; c) setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati, engutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak; d) menyimak dengan serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya; d) menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian karena saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja; e) menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara; f) menyimak dengan reaksi berkala Iterhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan; g) menyimak dengan saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara; dan h) menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.
C. Model Pembelajaran Artikulasi
Model Pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belalajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu an berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Kemendikbud no.
57 tahun 2014). Oleh karena itu beberapa ahli membuat berbagai
pengembangan model pembelajaran termasuk model pembelajaran artikulasi.
Model pembelajaran artikulasi adalah pembelajaran dengan sistem pesan
berantai (Kurniasih, 2015). Pesan yang akan disampaikan. Pesan yang akan
dibawa merupakan materi pelajaran yang sedang dipelajari ketika itu. Secara
17
teknis, setiap siswa wajib meneruskan pesan dan menjelaskannya pada siswa
lain (pasangan kelompoknya). Model pembelajaran ini terbilang unik karena
siswa akan berperan sebagai “penerima pesan” sekaligus berperan sebagai
“penyampai pesan”. Disamping itu, model pembelajaran ini dengan
sendirinya akan menuntut siswa aktif karena siswa dibentuk menjadi
kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang
baru dibahas.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran artikulasi ini baik digunakan dalam rangka
meningkatkan daya ingat dan daya serap siswa dalam memahami materi
yang diajarkan kepadanya (Widhiastanto, 2016: 114). Sedangkan kelebihan
dari model pembelajaran artikulasi menurut Kurniasih (2015) adalah:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
2. Kelemahan Model Pembelajaran Artikulasi
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran artikulasi juga memiliki
kelemahan, sebagai berikut (Kurniasih, 2015):
18
a. Model pembelajaran ini terlihat sangat sederhana dan sangat mudah
dalam teknis pelaksanaannya, akan tetapi akan terasa sangat sulit ketika
siswa tidak bisa memahami materi pelajaran, sehingga pesan tidak akan
tersampaikan dengan baik.
b. Jika ada satu siswa yang tidak mengerti atau tidak paham materi
pelajaran, maka siswa yang lainpun akan mendapatkan informasi yang
sama.
c. Rentan akan kegaduhan jika guru secara teknik kurang bisa menguasai
kelas
d. Hanya bisa dilaksanakan pada mata pelajaran tertentu saja
e. Waktu yang dibutuhkan banyak agar materi tersampaikan semuanya
f. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
g. Lebih sedikit ide yang muncul
h. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Artikulasi
Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran artikulasi adalah
(Kurniasih, 2015):
a. Pertama kali guru menerangkan pelajaran apa yang hendak dibahas serta
menjelaskan model pembelajaran yang hendak digunakan
b. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
c. Guru menyajikan materi sebagaimana biasanya hingga siswa paham
d. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
19
e. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran, begitu juga kelompok
lainnya.
f. Menugaskan siswa secara bergiliran atau bisa juga dengan cara diundi
atau diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya
sampai sebagian siswa sudah mnyampaikan hasil wawancaranya
g. Guru mengulang kembali materi yang sekiranya belum dipahami
h. Kemudian menyimpulkan materi dan menutup pembelajaran.
Dari langkah-langkah model pembelajaran diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam menerapkan model pembelajaran artikulasi, guru
menyampaikan terlebih dahulu materi yang akan disampaikan. Dan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa, guru meminta siswa untuk saling
berpasangan untuk saling bertukar informasi. Hal ini efektif karena dapat
melatih daya tangkap dan daya ingat siswa.
D. Media Boneka Tangan
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”. Secara harfiah, artinya adalah “perantara” atau “pengantar”. Oleh
karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang
bisa merangsang siswa shingga terjadi proses belajar. Sanjaya (2008) dalam
Haryono (2014: 47) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi
20
perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang
mengandung pesan.
Media berdasarkan jenis dan cara penyajiannya ada dua yaitu alat peraga
dan media TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi).
a. Alat peraga
Alat peraga adalah seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat,
atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip.
Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang dapat
diklasifikasikan sebgai berikut :
1) Benda sebenarnya (manusia, tumbuhan, hewan, alam, lingkungan, dan
berbagai benda buatan manusia).
2) Presentasi, yaitu media yang disajikan dalam bentuk tulisan dan verbal.
Misalnya bahan ajar cetak, catatan di papan tulis, mading.
3) Presentasi grafis, yaitu media yang disajikan dalam bentuk grafis. Misal,
peta, diagram, lukisan, chart, grafik.
4) Gambar diam, yaitu gambar yang menyerupai aslinya atau sketsa. Misal
hasil foto, kaligrafi, gambar.
5) Model, yaitu benda tiruan tentang suatu objek alam, benda budaya, dan
manusia. Jenis alat peraga model yaitu model irisan, model yang
disederhanakan, model perbandingan, model susunan, dan model
lapangan.
21
6) Alat tiruan, yaitu benda yang dibuat menyerupai aslinya. Misalnya, peta
timbul, globe, boneka, doirama tertutup, diorama lipat, rotaton, dan lain-
lain.
b. Media TIK
Media TIK adalah media pembelajaran yang menggunakan dan
memanfaatkan perkembangan teknologi. Adapun media TIK berfungsi
sebagai gudang ilmu pengetahuan, dapat berupa referensi berbagai ilmu
pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK,
pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antar institusi
pendidikan dan sebagainya. Media TIK dikategorikan menjadi tiga,
yaitu:
1) Media Auditif
Media ini hanya mengandalkan suara ssajaseperti radio, cassette
recorder, piringan audio, dan sebagainya.
2) Media Visual
Pada media ini mengandalkan indera penglihatan. Media visual ada yang
menampilkan gambar diam seperti strip (film rangkai), slide (film
bingkai), foto, gambar/ lukisan, dan cetakan. Tapi ada pula yang
menamilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film
kartun.
3) Media Audio Visual
Pada media ini telah mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
22
Media Pembelajaran segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2006: 7).
Berdasarkan pengertian media di atas, media boneka tangan merupakan
alat peraga yang dapat membantu dalam penyampaian materi dalam proses
pembelajaran. Menurut Daryanto (2011: 31) dalam Annisa (2015: 1705),
boneka tangan adalah benda tiruan dari bentuk manusia, binatang, atau
tumbuhan yang dimainkan dengan satu tangan. Boneka tangan dapat
dijadikan media pendidikan, boneka dapat dimainkan dalam bentuk
sandiwara boneka. Boneka tangan adalah boneka yang digerakkan dari bawah
oleh seseorang yang tangannya di masukkan ke bawah pakaian boneka.
Disebut boneka tangan karena yang menggerakkan adalah tangan manusia.
Dalam penggunaan media boneka tangan perlu memperhatikan beberapa
hal agar menjadi media pendidikan yang efektif, seperti yang disampaikan
oleh Sumanto (2010: 141) dalam Mulyasari (2015: 30), antara lain:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas agar dapat diketahui
apakah penggunaan media boneka tangan sudah tepat atau belum.
b. Membuat naskah cerita secara rinci.
c. Pembicaraan hendaknya tidak terlalu panjang, karena permainan boneka
lebih mementingkan gerak daripada kata.
d. Kegiatan bercerita berkisar 10-15 menit.
e. Selingi kegiatan dengan bernyanyi.
f. Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan anak.
23
g. Selesai kegiatan bercerita, adakan kegiatan lanjutan seperti tanya jawab,
diskusi atau menceritakan kembali isi cerita yang disajikan.
h. Memberikan kesempatan untuk memainkan boneka tangan.
Dari beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media
boneka tangan tersebut, peneliti membuat langkah-langkah penggunaan
media boneka tangan sebagai berikut:
a. Menyiapkan boneka tangan yang sesuai dengan tema yaitu boneka
berbentuk hewan dan tumbuhan.
b. Menggunakan media boneka tangan untuk menjelaskan materi pelajaran
dengan cara sebgai berikut:
1) Memasukkan tangan pada boneka tangan dalam memainkannya
2) Menjelaskan materi menggunakan boneka, misalnya tentang benda
hidup berarti menjelaskan menggunakan hewan dan tumbuhan.
c. Merapikan kembali boneka yang selesai digunakan.
Media boneka tangan memiliki berbagai manfaat seperti yang
disampaikan Annisa (2015: 1705) sebagai berikut:
a. Mengembangkan imajinasi dan daya berpikir anak; ketika seorang anak
memainkan sebuah boneka tangan akan dilatih untuk mengembangkan
daya imajinasi dan daya berpikirnya terhadap sesuat yang ingin
diceritakan atau diungkapkan. Ketika anak telah memasukkan tangannya
ke dalam badan boneka tangan, maka anak tersebut akan mencoba untuk
membuat boneka tersebut bergerak dan mengeluarkan suara.
b. Meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri anak dalam berbicara;
biasanya anak akan lebih berani dan percaya diri mengungkapkan ide, isi
24
hati, atau cerita pengalamannya di depan orang lain khususnya bagi anak
usia SD.
c. Sebagai sarana hiburan; boneka tangan yang dimainkan secara individu
maupun kelompok akan membuat orang yang memainkannya merasa
senang dan terhibur.
Kelebihan dari media boneka tangan adalah mudah cara
mendapatkannya, murah, tidak memerlukan keterampilan yang rumit dalam
menggunakannya, dan dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak
dalam suasana yang gembira. Selain itu, mudah juga ketika ingin membuat
sendiri sesuai dengan karakter yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya
adalah mudah kotor karena dimasukkan ke dalam tangan jadi mudah terkena
keringat.
E. Sintaks Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Artikulasi dan
Media Boneka Tangan Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajran Artikulasi
Media Boneka Tangan
Siswa diajak untuk mengelompokkan benda hidup dan tak hidup. V
Guru menjelaskan materi tentang benda hidup dan benda tak hidup. (guru menggunakan media boneka tangan).
V V
Siswa diminta untuk saling berpasangan V
Siswa menceritakan materi yang mereka pahami kepada pasangannya, dan pasangannya mencatat pada catatan kecil.
V
Hal tersebut dilakukan dilakukan secara bergantian, jadi siswa yang bercerita juga akan berganti peran menjadi siswa yang mencatat
V
Siswa membacakan hasil catatannya di depan kelas secara bergantian. V V
Guru menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami oleh siswa. V
25
Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajran Artikulasi
Media Boneka Tangan
Siswa diminta untuk menghitung jumlah gambar yang telah ditunjukkan oleh guru
V V
Siswa menuliskan lambang bilangan dengan ejaan V
Guru memberikan soal evaluasi dari pembelajaran pada hari itu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi
V V
sumber: Kurniasih, 2015 dengan modifikasi peneliti
F. Materi Tema 7 (Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku)
Pada tema 7 terdiri dari 3 subtema, dan peneliti mengambil subtema 1
(Benda Hidup dan Benda Tak Hidup di Sekitarku). Setiap subtema terdiri atas
6 pembelajaran, namun peneliti menggunakan pembelajaran 1 yang terdiri
atas 3 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, PPKn, dengan
kompetensi dasar dan indikator sebagai berikut:
3.1. Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud
dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan guru
atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi
dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
4.1. Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan
pancaindra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam
secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi
dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
3.2. Mengenal bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan bendabenda
yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain
Indikator :
1. Menceritakan kembali isi teks deskriptif yang dibaca tentang benda hidup
dan benda tak hidup
26
2. Memberikan tanggapan tentang pengelompokkan benda hidup dan benda
tak hidup
3. Menjawab soal dari teks bacaan tentang pentingnya makanan dan air
untuk benda hidup
4. Membilang dan menuliskan lambang bilanganyang menunjukkan
banyaknya anggota benda dalam satu kelompok.
Materi :
1. Teks Deskriptif (Benda hidup dan benda tak hidup dan ciri-cirinya)
Benda hidup mempunuyai ciri-ciri yaitu bernapas, tumbuh, mempunyai
keturunan, bergerak. Contoh benda hidup : tumbuh tumbuhan, binatang,
manusia. Sedangkan Benda mati mempunyai ciri-ciri seperti tidak dapat
meperbaharuinya sendiri, tidak dapat bergerak, tidak bernafas, tidak
tumbuh, tidak mempunyai keturunan, tidak mengadakan metabolisme.
Contohnya air, batu, tanah, baja, oksigen dll.
Contoh teks deskriptif yang mudah dipahami oleh siswa kelas 1:
Benda hidup dapat bergerak dan tumbuh menjadi besar. Benda hidup memerlukan makanan.
Benda hidup juga tumbuh menjadi besar.
Benda tak hidup tidak membutuhkan makanan untuk tumbuh.
Benda hidup dapat berkembang biak.
Berkembang biak untuk mendapatkan keturunan.
Juga untuk memperbanyak jumlahnya.
Tujuannya agar terjaga kelestariannya.
27
Mengamati benda disekitar dan menggolongkannya pada benda hidup atau
benda tak hidup.
(sumber: buku siswa tema 7 (Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku) 2014: 2-3).
2. Bilangan (membilang benda)
Menuliskan lambang bilangan 21 sampai 99.
a. Membilang urut 21 sampai 50
ayo membilang urut
mulai dari dua puluh
28
b. Menuliskan lambang bilangan
perhatikan gambar
banyak telur dua puluh satu
ditulis 21
mari kita tulis
21
ayo coba tulis
dua puluh dua
dua puluh tiga
teruskan sampai dua puluh sembilan
Berikut ini adalah gambar kelompok benda.
Berapa banyak anggota masing-masing kelompok?
Jawablah sesuai contoh.
29
Banyaknya kambing adalah 63
Ditulis enam puluh tiga
Banyaknya tanaman adalah ....
Ditulis____________________
(sumber: buku siswa tema 7(Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku) 2014: 8. Dan Matematika untuk Kelas 1 SD/MI BSE (2009: 93)).
G. Kajian Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yustika Permata Putri dkk (2014)
yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Artikulasi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menyimak”. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan nilai keterampilan menyimak siswa pada setiap
siklusnya, sebelum tindakan (kondisi awal) nilai rata-rata yaitu 64,00, siklus I
nilai rata-rata meningkat menjadi 71,10, dan siklus II nilai rata-rata
meningkat menjadi 76,75. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM (≥70) sebanyak 11 siswa (36,67%), siklus I
30
siswa yang nilainya mencapai KKM yaitu 18 siswa (60,00%), dan siklus II,
banyaknya siswa yang nilainya mencapai KKM meningkat menjadi 26 siswa
(86,67%).
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan,
yaitu penelitian tentang peningkatan keterampilan menyimak dengan
menggunakan model pembelajaran artikulasi. Tetapi ada perbedaan juga
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian yang akan
dilakukan, dalam meningkatkan keterampilan menyimak pada siswa, pada
penelitian ini peneliti mengkolaborasi antara model pembelajaran artikulasi
dengan media boneka tangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irine Yousika (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan
Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Menyimak Dongeng Siswa Kelas II
SDN Tanjungrejo 5 Kota Malang”. Pada penelitiannya, peneliti ingin
meningkatkan keterampilan menyimak dongeng. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II
SDN Tanjungrejo 5 Malang meningkat. Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar
menyimak dongeng pada kelas kontrol dengan menggunakan cerita guru
masih banyak siswa yang belum dapat memahami dongeng dan unsur
dongeng yang meliputi tema, tokoh, latar, dan pesan yang didapat dari
dongeng dan hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan media
boneka tangan) lebih baik daripada kelas kontrol (menggunakan
pembelajaran cerita guru). Rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas
eksperimen adalah sebesar 87,42 dengan persen ketuntasan 83,33%,
31
sedangkan kelas kontrol sebesar 70,06 dengan persen ketuntasan 58,62%.
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan hasil belajar
keterampilan menyimak siswa kelas II SDN. Tanjungrejo 5 Kota
Malang yang dibelajarkan menggunakan media boneka tangan dengan yang
dibelajarkan menggunakan pembelajaran cerita guru pada materi
pokok dongeng.
Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah baik penelitian
terdahulu maupun penelitian yang akan dilakukan menggunakan media
boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Bedanya
pada penelitian yang akan dilakukan, media boneka tangan dipadukan dengan
model pembelajaran artikulasi, selain itu jenis penelitiannya juga berbeda.
32
H. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Ideal Condition Proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien, yaitu: 1. Pembelajaran menggunakan
model pembelajaran yang variatif
2. Menggunakan media untuk mendukung proses pembelajaran
3. Siswa tertib pada saat proses pembelajaran
Fact Condition 1. Model pembelajaran yang
digunakan kurang variatif. 2. Tidak menggunakan media
pembelajaran yang mendukung.
3. Karakteristik siswa kelas rendah masih suka bermain- main dan bergembira sendiri
Ada Perbedaan
Output
Problem 1. Keterampilan menyimak siswa
kelas 1 tergolong rendah 2. Penyampaian materi kurang
variatif
Solution 1. Menggunakan model
pembelajaran artikulasi 2. Menggunakan media boneka
tangan
Penerapan model pembelajaran artikulasi dan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada
pembelajaran tematik kelas 1 di SDN Pejok II Kedungadem Bojonegoro.