BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran...

23
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Haryono (2014:3) menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik”. Haryono menjelaskan bahwa tugas guru dalam pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Daryanto (2014:1) adalah “proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik”. Daryanto juga menjelaskan jika pembelajaran dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya, maka akan tercipta pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran tematik menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui pengalaman nyata siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna. Menurut Permendikbud no.57 tahun 2014, pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna. Sedangkan menurut Ain (2012), “pembelajaran tematik adalah suatu model terapan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan yang terikat oleh tema”. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara siswa dengan

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran...

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Haryono (2014:3) menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses

interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah

laku ke arah yang lebih baik”. Haryono menjelaskan bahwa tugas guru dalam

pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku bagi siswa. Sedangkan pengertian pembelajaran menurut

Daryanto (2014:1) adalah “proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan

sumber belajar, dan anak dengan pendidik”. Daryanto juga menjelaskan jika

pembelajaran dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa

aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang

dipelajarinya, maka akan tercipta pembelajaran yang bermakna.

Pembelajaran tematik menekankan proses pembelajaran yang berpusat

pada siswa melalui pengalaman nyata siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang

bermakna. Menurut Permendikbud no.57 tahun 2014, pembelajaran tematik

diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan

beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna.

Sedangkan menurut Ain (2012), “pembelajaran tematik adalah suatu model

terapan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran

dalam satu kesatuan yang terikat oleh tema”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara siswa dengan

8

segala macam sumber belajar, baik itu lingkungan ataupun pendidik, yang dapat

memberikan perubahan perilaku terhadap siswa. Sedangkan pembelajaran tematik

adalah pembelajaran yang menggunakan tema dengan mengintegrasikan beberapa

mata pelajaran di dalamnya sehingga dapat memberikan pengalaman yang

bermakna. Pengalaman yang bermakna dalam pembelajaran dapat diberikan pada

siswa melalui pengalaman langsung, yaitu siswa langsung menggunakan produk

pendidikan yang telah disediakan. Bermakna dalam pembelajaran tematik yang

dimaksud adalah mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang

terdapat dalam fakta/kenyataan yang dapat dipahami dan tidak mudah dilupakan

oleh siswa.

2. Landasan Pembelajaran Tematik

Menurut Daryanto (2014:3-4) terdapat 3 landasan pembelajaran tematik

yang akan dijabarkan sebagai berikut:

Landasan filosofis: a. Progresivisme: Memandang bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa, b. Konstruktivisme: Memandang bahwa anak mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan, c. Humanisme: Melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensi, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis: a. Psikologi perkembangan untuk menentukan tingkat keluasan dan kedalaman isi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, b. Psikologi belajar untuk menentukan bagaimana isi/materi pembelajaran disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis: a. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, b. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketiga landasan diatas membuktikan bahwa pembelajaran tematik lebih

menekankan pada keterlibatan siswa dalam prosesbelajar secara aktif dalam

proses pembelajaran. Hal tersebut ditujukan agar siswa dapat memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

9

pengetahuan yan dipelajarinya.

Landasan digunakan sebagai dasar atau pegangan dalam penyelenggaraan

pendidikan agar pelaksanaan pembelajaran tepat sasaran. Dari penjelasan diatas,

terdapat tiga landasan pembelajaran tematik yakni landasan filosofi, landasan

psikologi dan landasan yuridis. Tiga landasan tersebut dijadikan sebagai dasar

dalam penyelenggaraan pembelajaran tematik. Dilihat dari ketiga landasan

tersebut, pembelajaran tematik diciptakan setelah melihat sudut pandang siswa

serta mempertimbangkan sistem pendidikan nasional.

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik

memiliki karakteristik-karakteristik. Telah diungkapkan oleh Ain (2012) bahwa

“pembelajaran tematik merupakan suatu model terapan pembelajaran terpadu”,

maka hendaknya kita memahami karakteristik dari pembelajaran terpadu menurut

Nuchiyah (2007), yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran berpusat pada anak (child centered instruction), b. Memberikan pengalaman langsung kepada anak, c. Tidak ada pemisahan antara bidang studi secara nyata, d. Proses pembelajaran dengan menyajikan konsep dari berbagai bidang studi, e. Bersifat luwes, f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Setelah memahami karakteristik pembelajaran terpadu kita dapat

memahami karakteristik pembelajaran tematik, berikut karakteristik pembelajaran

tematik menurut Daryanto (2014:5-6):

a. Berpusat pada siswa, sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih

banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak

berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk

melakukan aktivitas belajar,

10

b. Memberikan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata

(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak,

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan

kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan

siswa,

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, dengan demikian, siswa

mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk

membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari,

e. Bersifat fleksibel, dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata

pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan

kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada,

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, yaitu

memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai

dengan minat dan kebutuhannya,

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Karakteristik adalah menggambarkan ciri khas dari suatu hal yang dapat

membedakan hal tersebut dari hal-hal lainnya. Setiap model pembelajaran pasti

mempunyai karakteristik yang menjadikan pembelajaran tersebut berbeda dengan

model pembelajaran yang lain. Sejalan dengan perkembangan waktu, model

pembelajaran selalu mengalami inovasi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa

saat ini, sehingga terciptalah perbedaan-perbedaan tersebut sebagai karakteristik

suatu model pembelajaran.

11

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, karakteristik dari pembelajaran

tematik yakni pemisahan mata pelajaran tidak jelas, berpusat pada siswa,

memberikan pengalaman langsung kepada siswa, menggunakan prinsip belajar

sambil bermain, pembelajaran berlangsung bermakna. Menghubungkan beberapa

mata pelajaran dengan menggunakan tema merupakan ciri khas pada sistem

pelaksanaannya, dimana pemisahan mata pelajaran tidak diperlihatkan dengan

jelas akan tetapi menggunakan satu tema. Proses pembelajaran berlangsung

dengan berpusat pada siswa, dimana siswa lebih aktif dan guru tidak hanya

berceramah saja. Kedua hal tersebut adalah poin utama yang membedakan

pembelajaran tematik dengan model-model pembelajaran lainnya.

4. Manfaat Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik telah dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan

karakteristik pembelajaran di sekolah dasar sehingga dapat diterapkan secara

efektif dan efisien. Maka dari itu pembelajaran tematik memiliki beberapa

manfaat melalui penerapannya. Manfaat dari pembelajaran tematik menurut

Daryanto (2014:4-5) adalah sebagai berikut:

a.) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, b.) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, c.) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, d.) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Pengimplementasian pembelajaran tematik didasarkan pada karakteristik

belajar siswa sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan siswa akan memberikan banyak manfaat bagi siswa. Manfaat

12

tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi pembelajaran

tematik. Berdasarkan pendapat diatas, manfaat dari pembelajaran tematik adalah

penghematan waktu, pembelajaran menjadi utuh, dan penguasaan konsep

meningkat. Semua manfaat tersebut ditujukan agar siswa mengalami belajar yang

bermakna melalui pembelajaran tematik.

B. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang diangkat oleh penelitian ini adalah tema 7

“Energi dan Perubahannya” subtema 1 “Sumber Energi” pada Kurikulum 2013.

Pada satu subtema terdapat 6 pembelajaran yang dimuat di dalamnya. Materi yang

terdapat pada tema 7 “Energi dan Perubahannya” subtema 1 “Sumber Energi”

adalah mengenai manfaat berbagai sumber energi bagi kehidupan manusia.

Matahari dan air adalah sumber energi yang memiliki berbagai macam manfaat

bagi kehidupan manusia sehari-hari, maka dari itu sumber energi harus digunakan

secara bijak dan dilestarikan.

Berdasarkan tema dan subtema yang dijelaskan diatas, berikut merupakan

capaian kompetensi dasar dan indikator tema 7 “Energi dan Perubahannya”

subtema 1 “Sumber Energi” (Nurhasanah, 2015:4):

Pembelajaran 1

Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia

3.1 Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang

perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energy

alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta

13

alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia

lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk

membantu pemahaman

4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informatif hasil observasi

tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi

alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta

alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang

dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.

Indikator

3.1.1 Mengidentifikasi teks laporan informatif tentang sumber energi secara

lisan atau tulis dengan tepat

4.1.2 Melakukan percobaan tentang sumber energi

4.1.3 Menyusun gagasan berupa teks laporan informatif hasil observasi

tentang sumber energi secara tertulis dengan tepat

Matematika

3.14 Menentukan perbandingan data menggunakan tabel , grafik batang, dan

grafik lingkaran

4.11 Mengumpulkan, mencatat, menata, menyajikan data menggunakan

grafik batang

Indikator

3.14.1 Membandingkan data berupa grafik batang yang diamatinya

4.11.1 Membuat grafik batang berdasarkan data yang sudah diperoleh

14

SBDP

3.1 Mengenal karya seni gaya dekoratif

4.3 Menghias benda gaya dekoratif dengan media yang ada di lingkungan

sekitar.

Indikator

3.1.1 Mengidentifikasi karya seni gaya dekoratif

3.1.2 Mengidentifikasi alat dan media yang dibutuhkan untuk membuat

karya seni dekoratif

4.1.1 Membuat karya dekoratif dengan menggunakan benda-benda 3

dimensi yang ada di lingkungan sekitar.

Pembelajaran 2

Kompetensi Dasar

Ppkn

3.2 Mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-

hari di rumah dan di sekolah

4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-haridi

rumah dan sekolah.

Indikator

3.2.1 Mengidentifikasi perilaku sehari-hari yang merupakan kewajiban di

rumah

4.2.1 Menceritakan contoh pelaksanaan kewajiban yang pernah dilakukan

di rumah yang berkaitan dengan kelestarian sumber energi

15

Bahasa Indonesia

3.1 Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang

perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi

alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta

alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia

lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosa kata bahasa daerah untuk

membantu pemahaman

4.1 Mengamati dan mengolah isi teks laporan informatif hasil observasi

tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi

alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta

alam semesta secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang

dapat diisi dengan kosa kata bahasa daerah untuk membantu penyajian.

Indikator

3.1.1 Mengidentifikasii teks laporan informatif tentang sumber energi

secara lisan atau tulis dengan tepat

4.1.1 Menguraikan gagasan pokok teks laporan informatif tentang sumber

energi secara lisan atau tulis dengan tepat

4.1.2 Menceritakan kembali isi teks laporan informatif tentang sumber

energi secara lisan atau tulis dengan tepat.

PJOK

3.5 Mengetahui konsep kombinasi berbagai pola gerak dasar dominan statis

(bertumpu dengan tangan dan lengan depan/belakang/samping,

bergantung, sikap kapal terbang, dan berdiri dengan salah satu kaki),

16

serta pola gerak dominan dinamis (menolak, mengayun, melayang di

udara, berputar, dan mendarat) dalam aktivitas senam.

4.5 Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak dasar dominan statis

(bertumpu dengan tangan dan lengan depan/ belakang/samping,

bergantung, sikap kapal terbang, dan berdiri dengan salah satu kaki),

serta pola gerak dominan dinamis (menolak, mengayun, melayang di

udara, berputar, dan mendarat) dalam aktivitas senam.

Indikator

3.5.1 Mengidentifikasi gerak sikap lilin dan kop stand

4.5.1 Mempraktikkan gerak sikap lilin dan kop stand dalam senam.

C. Komik

1. Pengertian Komik

Menurut Masri (2011:147) kata ”komik” berasal dari bahasa Inggris

”comic”, kōmikos (Yunani) yang berarti: lucu. Istilah ini sudah muncul sekitar

abad ke-16. Pada awalnya, komik ialah gambar-gambar yang ”berbicara” tentang

hal-hal yang lucu. Sedangkan menurut Nian (2007:135) “Komik pada umumnya

memiliki dua unsur penting, yaitu gambar dan narasi dalam bentuk teks”. Maka

dapat diketahui bahwa komik adalah suatu buku cerita yang memiliki karakteristik

khusus dengan gambar dan cerita lucu. Komik juga merupakan salah satu sarana

yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada para pembacanya.

Komik dengan karakteristik bergambarnya, menjadi sangat populer pada

kalangan anak-anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Masri (2011:148)

bahwa sebagai salah satu genre dalam khazanah bacaan anak, komik mampu

17

membangun citra sebagai bacaan ringan, sekaligus hiburan, dan rekreasi bagi

anak-anak. Oleh karena itu komik merupakan buku bercerita yang tepat digunakan

untuk anak usia sekolah dasar.

Penggunaan komik dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar di

sekolah dasar. Hal tersebut karena minat anak usia sekolah dasar sangat tinggi

terhadap komik, juga sesuai dengan karakteristik belajar siswa sekolah dasar yaitu

belajar dari hal konkrit seperti gambar. Pendidik dapat mendesain suatu produk

pendidikan yang dapat menunjang keaktifan suatu pembelajaran, seperti bahan

ajar atau media yang komik. Suatu media pembelajaran yang menunjang haruslah

menarik perhatian siswa terlebih dahulu, maka siswa memiliki minat untuk

mempelajari materi yang dimuat.

2. Jenis-jenis Komik

Komik memiliki berbagai macam jenis dalam penyajiannya berdasarkan

bentuk, genre, dan lain-lainnya. Maharsi (2011:15-29) mengungkapkan bahwa

“jenis komik berdasarkan bentuknya terdiri dari komik strip (comic strips), buku

komik (comic book), novel grafis (graphic novel), dan komik komplikasi”.

Sedangkan menurut Trimo (1997:37) komik dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai

berikut:

a. Komik strip (comic strips), suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya, b. Buku komik (comic book), komik yang dikemas dalam bentuk buku dan satu buku biasanya menampilkan sebuah cerita yang utuh.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa komik secara

umum memiliki 2 jenis, yaitu komik strip yang berbentuk potongan-potongan dan

buku komik yang berbentuk satu kesatuan. Hal tersebut diungkapkan berdasarkan

18

bagaimana bentuk komik itu sendiri. Akan tetapi dengan berkembangnya zaman,

jenis komik terbagi lagi menjadi 4, yaitu dengan bertambahnya jenis komik novel

grafis dan komplikasi.

Komik memang sangat digemari anak usia sekolah dasar, akan tetapi tidak

semua jenis komik yang digemari. Jenis komik yang biasa digemari oleh anak

usia sekolah dasar adalah komik strip dan buku komik. Komik strip hanya terdiri

dari beberapa lembar sehingga terkesan ringan untuk dibaca anak usia sekolah

dasar. Sedangkan buku komik adalah komik yang berbentuk seperti buku, dalam

satu buku komik akan lebih baik terdiri dari 1-20 lembar bagi pembaca usia

sekolah dasar, karena akan menimbulkan bosan bila terdapat banyak lembar.

3. Unsur-unsur Komik

Pemahaman yang matang akan unsur-unsur komik merupakan hal

terpenting sebelum kita membuat sebuah produk berbentuk komik. Kita harus

memahami terdiri dari apa sajakah komik yang akan kita buat. Koendoro

(2007:30) menyebutkan unsur-unsur utama yang membentuk sebuah komik, yaitu

sebagai berikut:

a. Sosok gambar atau ilustrasi, merupakan gambar-gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan atas suatu tujuan tertentu, b. Unsur tulisan atau teks, berupa dialog (bicara lebih dari satu orang), monolog (bicara seorang diri), narasi (keterangan dan penceritaan), dan efek suara (sound effect), c. Unsur kotak (frame), disebut sebagai ruang pengadeganan, dalam komik frame bisa disebut juga panel, d. Balon kata (ballon), merupakan ruang tempat menaruh teks narasi atau kata-kata.

Casifo dan Isa (2013:9-18) juga menjelaskan mengenai unsur-unsur

pembentuk komik, yaitu sebagai berikut:

a. Garis (line), merupakan elemen satu dimensi, bertujuan memperjelas atau sekedar pemanis yang disusun sedemikian rupa, b. Bidang (shape), adalah segala bentuk apapun yang memiliki dimensi tinggi dan lebar. Bidang dapat berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran, segitiga,

19

segiempat, elips, setengah lingkaran, dan sebagainya) dan bentuk-bentuk yang tidak beraturan, c. Warna (colour), merupakan elemen visual penarik perhatian. Jika penggunaan warna salah, kualitas, citra, keterbacaan pun akan salah. Terdapat dua pembagian dalam kategori ini, yaitu low contrast value yang berarti penggunaan warna-warna yang kurang kontras, visual yang dihasilkan akan cenderung kalem, statis, dan sederhana serta tenang. Kedua yakni high contrast value, yaitu penggunaan warna-warna kontras dengan ekstrem, sehingga menghasilkan visual yang energik, ceria, dinamis, dramatis, dan penuh gairah, d. Tekstur (texture), adalah nilai raba atu lebih mudahnya adalah halus dan kasarnya seluruh permukaan benda, e. Format (format), adalah panjang dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan kecilnya suatu elemen visual, tujuannya agar keterbacaan dapat tersajikan dengan baik.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa komik memiliki 4

unsur utama, yaitu sosok gambar atau ilustrasi, unsur teks, unsur kotak dan balon

kata. Selain unsur utama tersebut, terdapat juga unsur pendamping demi

menghasilkan desain komik yang menarik, yaitu garis, bidang, warna, gelap-

terang, tekstur, dan format. Kedua unsur tersebut dapat saling melengkapi dalam

proses pembuatan komik. Komik akan terlihat lebih menarik apabila dibuat

dengan menyatukan kedua unsur yang saling melengkapi tersebut, karena komik

akan memiliki banyak fitur di dalamnya.

Penyusunan komik harus memperhatikan siapa pembaca yang dituju

terlebih dahulu. Komik yang diperuntukkan bagi anak usia sekolah dasar lebih

baik disusun dengan sederhana, karena sesuai dengan karakteristik anak usia

sekolah dasar yang tidak menyukai desain rumit. Penyusunan komik dengan 4

unsur utama sangat tepat untuk menarik minat anak.

20

D. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Pada suatu proses pembelajaran, siswa memerlukan pemahaman dan

kebermaknaan untuk mencapai perubahan menjadi perilaku yang lebih baik. Hal

tersebut dikarenakan informasi yang diperolehnya bertambah, dan berkembang

secara terus-menerus melalui aktivitas belajar dari berbagai sumber belajar.

Menurut Ari (2014:37) “sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

dimanfaatkan guru maupun siswa dalam mempelajari materi pelajaran”. Pada

prinsipnya, sumber belajar dapat berbentuk orang, isi, pesan, media, alat, teknik,

dan latar lingkungan yang mengandung informasi. Bahan ajar merupakan salah

satu jenis sumber belajar berbentuk pesan.

Menurut Diah (2013) “bahan ajar atau materi pembelajaran

(instructional materials) adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang

telah ditentukan”. Sedangkan menurut National Center for Vocational Education

Research Ltd/National Center for Competency Based Training (Nugraha, 2013),

“bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

berisikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat digunakan untuk

membantu guru dan siswa dalam suatu proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian bahan ajar di atas, maka dapat dilihat bahwa bahan

ajar merupakan salah satu kunci utama dalam proses pembelajaran. Bahan ajar

yang menarik dapat menumbuhkan minat siswa untuk menggunakan atau

21

membacanya, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Bahan ajar

juga harus menyampaikan materi yang mudah dipahami oleh siswa sehingga

penggunaan bahan ajar menjadi efektif. Maka dari itu, penyusunan bahan ajar

harus didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa Sekolah Dasar.

2. Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar memilki berbagai macam jenis, menurut Kitao (1997:1) bahan

ajar terdiri dari buku teks, kaset video dan audio, perangkat lunak komputer, dan

alat bantu visual. Sedangkan, jenis-jenis bahan ajar menurut Nugraha (2013)

adalah sebagai berikut:

a. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti

antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket,

b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio,

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film,

d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia

pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning

materials).

Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara

umum terdapat 4 macam jenis bahan ajar. Diantaranya adalah audio (bahan yang

dapat didengar), visual (bahan yang dapat dilihat), audio visual (bahan yang dapat

didengar dan dilihat, seperti video), dan multimedia (seperti perangkat lunak

22

komputer).

Berbagai jenis bahan ajar dapat mempengaruhi isi dan proses

pembelajaran. Terdapat berbagai jenis bahan ajar yang dapat menjadikan

pembelajaran berlangsung menyenangkan sesuai dengan karakteristik

pembelajaran tematik. Maka suatu pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa

jika menggunakan jeis bahan ajar yang menyenangkan, yang menarik perhatian

siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Pemilihan Bahan Ajar

Terdapat beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam memilih

suatu bahan ajar dengan tepat. Menurut Diah (2013) terdapat 3 prinsip dalam

memilih bahan ajar, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada keterkaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa satu macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga meliputi satu macam, c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Penggunaan bahan ajar dapat mempengaruhi jalannya proses

pembelajaran. Tingkat pengetahuan siswa mengenai materi yang telah dibaca

pada bahan ajar akan berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam suatu

pembelajaran, oleh karena itu pemilihan bahan ajar yang tepat merupakan hal

yang sangat penting. Berdasarkan pendapat diatas, terdapat 3 prinsip yang harus

diperhatikan dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan. Pertama adalah

prinsip relevan, dimana kita harus melihat apakah materi pada bahan ajar relevan

dengan capaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; yang kedua adalah

prinsip konsistensi, dimana kita harus melihat apakah bahan ajar yang diajarkan

23

konsisten dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; yang ketiga adalah

prinsip kecukupan, yaitu kita harus melihat apakah materi sudah cukup untuk

membantu siswa memahami capaian kompetensi dasar.

Prinsip-prinsip diatas menjelaskan bahwa materi pembelajaran yang

disampaikan oleh bahan ajar merupakan hal penting yang harus ditinjau dalam

memilih suatu bahan ajar. Meskipun terdapat berbagai pilihan bahan ajar yang

menarik, suatu bahan ajar tidak akan digunakan apabila materi yang disampaikan

tidak sesuai dengan capaian pembelajaran. Penggunaan bahan ajar yang menarik

tidak akan efektif apabila materi yyang disampaikan tidak dapat mencakup

capaian pembelajaran. Jadi dalam memilih suatu bahan ajar, hal pertama yang

harus ditinjau adalah cakupan materi, setelah itu dapat ditinjau kemenarikan bahan

ajarnya. Melalui peninjauan prinsip-prinsip tersebut, pemilihan dan penggunaan

bahan ajar menjadi tepat sasaran.

E. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang terpaut pada jenjang usia 6-

12 tahun. Jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti

anak usia sekolah dasar berada pada 2 masa perkembangan, yaitu masa kanak-

kanak tengah (6-9), dan masa kanak-kanak akhir (10-12). Anak usia sekolah ini

memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan anak yang usianya

lebih muda maupun tua.

Menurut Desmita (2014:35), “anak usia sekolah dasar memiliki

karakteristik senang bermain, senang bergerak, sengang bekerja dalam kelompok,

dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung”. Sedangkan

24

menurut Syamsu (2012:59) terdapat 6 karakteristik perkembangan anak usia

sekolah dasar, diantaranya sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik-motorik, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik, dia menggerakkan anggota badannya dengan tujuan yang jelas, seperti menggerakkan tangan untuk menulis, menggambar, dan sebagainya, b. Perkembangan intelektual, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung atau CALISTUNG). Daya pikirnya juga sudah berkembang kearah berpikir konkrit dan rasional, c. Perkembangan bahasa, pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (kira-kira usia 11-12 tahun) anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata, d. Perkembangan Emosi, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol ekspresi diperolehnya melalui peniruan dan pelatihan (pembiasaan), e. Perkembangan sosial, ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas, f. Perkembangan kesadaran beragama, kira-kira usia 10 tahun, ingatan anak masih bersifat mekanis sehingga kesadaran beragamanya hanya merupakan hasil sosialisasi orangtua, guru, dan lingkungannya. Oleh karena itu pengalaman ibadahnya masih bersifat peniruan, belum dilandasi kesadarannya. Sedangkan pada usia 10 tahun keatas, semakin bertambah kesadaran anak akan fungsi agama baginya, yaitu berfungsi moral dan sosial.

Perkembangan peserta didik memiliki beberapa tahap yang runtut disertai

dengan tugas perkembangannya. Pada tiap tahapan usia, siswa mengalami

perkembangan serta tugas yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya.

Karakteristik belajar siswa dapat dilihat dari tahap perkembangan dan tugas

perkembangannya. Hal tersebut dikarenakan karakteristik belajar siswa sesuai

dengan tahap dan tugas perkembangan.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik belajar anak usia sekolah dasar adalah aktif, menyenangkan, konkrit

dan rasional, dan bekerja dalam kelompok. Pemahaman karakteristik anak ini

25

dilakukan demi terciptanya suatu pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

F. Pengembangan Bahan Ajar Komik

1. Pengertian Bahan Ajar Komik

Pengembangan bahan ajar adalah mengembangkan atau melakukan inovasi

dari bahan ajar yang sudah ada. Pengembangan dilakukan oleh peneliti

berdasarkan pada temuan masalah yang terdapat di lapangan. Bahan ajar yang

digunakan oleh guru di lapangan terkesan monoton sehingga pembelajaran tidak

bermakna, maka dari itu dilakukan pengembangan bahan ajar oleh peneliti yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.

Bahan ajar komik adalah bahan ajar yang dibentuk berdasarkan komik,

atau lebih spesifiknya adalah bahan ajar yang disusun dengan menggunakan

cerita/alur didalamnya dengan menggunakan konsep percakapan antar tokoh

komik. Bahan ajar komik yang dikembangkan merupakan jenis buku komik, yaitu

komik yang terdiri dari beberapa lembar yang terbentuk dalam satu buku. konsep

komik juga dibuat sesederhana dan semenarik mungkin sehingga siswa kelas

rendah dapat mudah memahami pesan yang ingin disampaikan dari bahan ajar

komik.

Bahan ajar komik merupakan produk pendidikan yang sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan siswa. Kreatif, inovatif, menarik, dan mudah dipahami

merupakan karakteristik dari bahan ajar komik. Diharapkan dengan adanya

pengembangan bahan ajar komik yang dilakukan peneliti dapat memberikan

manfaat secara teoritis maupun praktis bagi siswa maupun guru di sekolah dasar.

26

Bahan ajar komik pada penelitian ini dilakukan pada tema 7 “Energi dan

Perubahannya” subtema 1 “Sumber Energi”, pembelajaran 1 dan 2. Komik yang

dikembangkan berisi percakapan mengenai sumber energi yang biasa digunakan

sehari-hari. Tema yang digunakan komik lebih mengarah ke kondisi alam di

sekitar. Maka dari itu disebut bahan ajar komik, yaitu bahan ajar yang digunakan

untuk belajar tentang “Sumber Energi” berbentuk komik dengan ciri khas

percakapan antar tokoh.

2. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Komik

Bahan ajar komik dikembangkan berdasarkan temuan masalah yang

ditemukan di lapangan. Akan tetapi, tetap saja suatu produk pendidikan memliki

kelebihan dan kekurangan dalam penggunaanya pada suatu pembelajaran. Berikut

ini merupakan kelebihan dan kekurangan produk menurut peneliti, yaitu:

Kelebihan:

a. Produk dikembangkan dengan bentuk komik yang digemari siswa SD,

sehingga bahan ajar terlihat lebih menarik untuk dibaca oleh siswa

b. Penyampaian materi pada bahan ajar komik dilakukan melalui percakapan

antar tokoh yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh siswa

c. Bahan ajar komik dilengkapi dengan beberapa lembar kerja sehingga

penggunaan lebih efisien.

Kekurangan:

Produk bahan ajar dicetak terbatas hanya untuk kelas uji coba, sehingga tidak

dapat dijadikan referensi belajar secara mandiri di rumah oleh siswa kelas 3.

27

G. Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil dari pencarian literatur penelitian pengembangan, ada beberapa

literatur yang berhubungan dengan penelitian pengembangan diantaranya:

1. Dek Ngurah (2016), “Pengembangan Bahan Ajar Tematik SD Kelas IV

Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Ngada”. Hasil penelitian dan

pengembangan sebagai berikut, tanggapan guru terhadap bahan ajar tematik

berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu kualitas bahan ajar yang

dihasilkan ada pada kategori sangat baik. Skor tertinggi ada pada aspek

penyajian yaitu kemenarikan tampilan bahan ajar. (4) Tanggapan siswa

terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu

kualitas bahan ajar yang dihasilkan ada pada kategori sangat baik. Skor

tertinggi ada pada aspek tampilan fisik bahan ajar dan keterbacaan dari sisi

ukuran dan jenis huruf.

Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian Ngurah dan penelitian

yang dilakukan peneliti. Persamaannya adalah penelitian pengembangan

dilakukan untuk menghasilkan produk bahan ajar yang sesuai kebutuhan siswa.

Perbedaannya adalah bentuk pengembangan bahan ajar, yaitu pengembangan

bahan ajar berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh Ngurah, sedangkan

peneliti mengembangkan bahan ajar berbasis komik.

2. Achmad (2016), “Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik “Merawat

Hewan Dan Tumbuhan” Tema 7 Untuk Siswa Kelas 2 SD”. Hasil penelitian

menunjukkan penilaian ahli materi mendapatkan rata-rata skor 4,48 termasuk

kategori sangat baik. Penilaian ahli media mendapatkan rata-rata skor 4,53

termasuk kategori sangat baik. Pada uji coba lapangan awal mendapatkan

28

persentase skor 90% termasuk dalam kategori layak. Uji coba lapangan

terbatas mendapatkan skor 96,7% termasuk dalam kategori layak. Uji lapangan

luas mendapatkan skor 99,8% termasuk dalam kategori layak. Dapat

disimpulkan bahwa media Modul Tematik untuk siswa kelas 2 Sekolah Dasar

layak untuk digunakan.

Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian Achmad dan penelitian

yang dilakukan peneliti. Persamaannya adalah penelitian pengembangan

dilakukan untuk menghasilkan produk bahan ajar pada pembelajaran tematik.

Perbedaannya adalah jenis bahan ajar yang dikembangkan, peneliti melakukan

pengembangan bahan ajar berbasis komik, sedangkan Achmad adalah

pengembangan modul.

3. Elis (2011), “Pembelajaran Akuntansi Keuangan Melalui Media Komik Untuk

Meningkatkan Prestasi Mahasiswa”. Berdasarkan hasil pengolahan data dalam

penelitian ini, telah terjadi peningkatan skor dari tes awal ke tes akhir, yang

secara otomatis akan menimbulkan peningkatan hasil belajar mahasiswa di

kelas eksperimen sebesar 54,28%.

Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian Elis dan penelitian yang

dilakukan peneliti. Persamaannya adalah penelitian dilakukan dengan produk

komik. Perbedaannya adalah jenis penelitian yang dilakukan, peneliti

melakukan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan

produk yang layak, sedangkan Elis melakukan jenis penelitian tindakan kelas

(PTK) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar

29

H. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kondisi di Lapangan

Bahan ajar yang digunakan

masih kurang menarik

sehingga keaktifan siswa

rendah

Mengembangkan bahan ajar

menarik

Kondisi Ideal

Penggunaan bahan ajar

yang menarik sehingga

menunjang keaktifan siswa

dalam pembelajaran

Mengumpulkan data

Validasi bahan ajar berbasis komik

oleh ahli materi dan bahan ajar

Uji coba 1 & 2

Revisi bahan ajar berbasis komik 1

& 2

Bahan Ajar Berbasis Komik Tema 7

“Energi dan Perubahannya” layak

digunakan untuk kelas 3 SD

Membuat desain bahan ajar

berbasis komik

Materi disampaikan

melalui percakapan

antar tokoh dan

penuh dengan warna

Siswa kelas 3 SDN

Kebonsari Pasuruan