BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari...

23
Rizki Riandi,2013 Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Smk Peternakan Negeri Lembang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2012:175). Menurut Komaruddin dalam Sagala (2012:175), model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati dengan langsung; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Dari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam penelitian ini berperan sebagai pedoman peneliti untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang merupakan gambaran kerangka konsep-konsep kegiatan yang tertera secara teoritis. B. Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar menurut Nana Sudjana dalam (Erlangga 2012), “merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. ”Proses belajar dapat menghasilkan suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh, karena belajar merupakan aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan kegiatan belajar

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

Rizki Riandi,2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk

Meningkatkan Kompetensi Siswa Smk Peternakan Negeri Lembang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2012:175). Menurut Komaruddin

dalam Sagala (2012:175), model dapat dipahami sebagai:

(1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan

untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati dengan

langsung; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi

yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu objek atau

peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu

terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem

yang mungkin atau imajiner; (6) penyajian yang diperkecil agar dapat

menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Dari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam

penelitian ini berperan sebagai pedoman peneliti untuk melakukan kegiatan

pembelajaran yang merupakan gambaran kerangka konsep-konsep kegiatan yang

tertera secara teoritis.

B. Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar menurut Nana Sudjana dalam (Erlangga 2012), “merupakan suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. ”Proses

belajar dapat menghasilkan suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari

pengalaman yang diperoleh, karena belajar merupakan aktifitas yang ditunjukkan

oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan kegiatan belajar

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

11

merupakan proses psikologis dasar pada diri individu dalam mencapai

perkembangan hidupnya. Sardiman (Husnawati 2011) menyatakan bahwa:

Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi

melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas. Itulah

sebabnya aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya, hal ini juga mendapat

pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.

Kedua pernyataan di atas menjelaskan bahwa belajar merupakan aktifitas

dan proses psikologis sehingga berpusat pada pernyataan tidak ada belajar kalau

tidak ada aktifitas. Sanjaya (2007: 130) dalam bukunya Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan mengemukakan bahwa “belajar bukanlah

menghapal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh

pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan”. Karena itu, model

pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa agar mampu terlibat secara

langsung dalam proses pembelajaran dan lebih lanjutnya lagi dapat

mengaplikasikan apa yang telah didapatkannya dalam proses pembelajaran

tersebut. Proses belajar seperti inilah yang diharapkan dalam penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning ini sehingga siswa terlibat langsung dalam

masalah-masalah yang ditemukan dan dapat mengaplikasikannya secara langsung

dalam dunia nyata.

Sudjana (2009: 22) menyatakan bahwa “dalam sistem pendidikan

nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik”. Ranah kognitif berkenaan dengan intelektual

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

12

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan jawaban atau interaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi. Ranah

psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada

enam aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, kemampuan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interaktif.

Pengetahuan atau ranah kognitif yang dinilai dalam reproduksi ternak

pada penelitian ini adalah kemampuan menjelaskan teknik mengawinkan ternak.

Kemampuan pemahaman yang dinilai adalah kemampuan memahami perkawinan

alami dan perkawinan buatan. Siswa SMK adalah siswa-siswa yang dipersiapkan

untuk diterima di dunia kerja, oleh karena itu sudah seharusnya pelajaran di

sekolah bukan hanya teori dan praktik tetapi proses belajar yang didapatkan siswa

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama di dunia kerja. Hal ini

didukung oleh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

mengembangkan pemecahan masalah pada siswa untuk terus menerus belajar

sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Pengertian Mengajar

Sanjaya (2006: 101) dalam bukunya Strategi Pembelajaran Beorientasi

Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa:

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar

menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

13

mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang sering

diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses

belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini

dimaksudkan untuk membentuk watak, pradaban, dan meningkatkan mutu

kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi

peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan

diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan prilaku khusus supaya

setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan

masyarakat belajar.

Akan tetapi dalam implementasinya, bukan bearti guru menghilangkan perannya

sebagai pengajar, karena secara konseptual pada dasarnya dalam istilah mengajar

itu juga bermakna membelajarkan siswa. Sanjaya (2006: 101) menjelaskan bahwa

“Mengajar-belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat

dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar.

Dengan demikian, dalam istilah mengajar juga terkandung proses belajar siswa.

Inilah makna pembelajaran”.

Dalam konsepnya mengajar terbagi menjadi dua konsep. Sanjaya (2006:

93) menyatakan bahwa:

“Konsep dasar mengajar adalah mengajar sebagai proses menyampaikan materi

pelajaran dan mengajar sebagai proses mengatur lingkungan”. Namun dalam

penelitian ini tujuan yang diharapkan ialah mengimplementasikan mengajar

sebagai proses mengatur lingkungan yang mana titik tolak pencapaiannya ialah

mengajar berpusat pada siswa (Student Centered).

3. Pembelajaran

Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2012: 63) mengemukakan bahwa:

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kegiatan pembelajaran akan

berlangsung dengan baik jika guru mempunyai dua kompetensi utama yang

dijelaskan yaitu: (1) penguasaan materi pelajaran, (2) penguasaan metode

pembelajaran. Artinya bahwa apabila proses belajar mengajar yang akan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

14

dilaksanakan ingin berjalan dengan baik, selain guru harus menguasai materi

pelajaran, guru juga harus menguasai metode pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan materi pelajaran.

Pelaksanaan pembelajarannya berpusat pada siswa (student centered) dan untuk

mencapai pembelajaran yang berpusat pada siswa peneliti mencoba menerapkan

model Problem Based Learning (PBL). Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip

pembelajaran berbasiskan kompetensi yang menyatakan bahwa pembelajaran

yang dilakukan berfokus pada siswa.

Proses belajar mengajar yang berfokus pada siswa juga dijelaskan pada

paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat

ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus dimaknai

sendiri oleh masing-masing orang, pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,

melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Proses belajar mengajar

seperti inilah yang diharapkan peneliti untuk mencapai hasil belajar siswa yang

maksimal dan pencapaian proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan mata

pelajaran Reproduksi Ternak.

C. Model Pembelajaran

Koes dalam Nasibah (2003) menyatakan bahwa model pembelajaran

adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas

dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran (buku, video, komputer,

bahan-bahan praktikum). Sedangakan Hanafiah dalam Husnawati (2011)

mengatakan “model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif”.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

15

Model pembelajaran yang diterapkan akan sangat bergantung pada pola sikap

belajar siswa dan gaya mengajar guru. Sehingga keduanya biasa disebut Style of

Learning and Teaching.

Rusman dalam Husnawati (2011), model pembelajaran memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert

Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk

melatih partisipasi dalam kelompok secara terbuka.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model

berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir

induktif.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar

di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki

kreativitas dalam pelajaran mengarang.

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1) urutan langkah-

langkah pembelajaran (syntax), 2) adanya prinsip-prinsip reaksi, 3)

sistem sosial, dan 4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut

merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model

pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi: 1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang

dapat diukur, 2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

Kedua definisi model pembelajaran di atas, maka kesimpulan yang bisa

peneliti tarik ialah bahwa model pembelajaran adalah rencana, pola, ataupun

pendekatan yang diterapkan seorang guru untuk mensiasati perubahan perilaku

peserta didik. Sehingga tujuan peneliti menerapkan model pembelajaran dalam

penelitian ini ialah selain meningkatkan kompetensi siswa yang dilihat dari hasil

belajar, tujuan lainnya ialan merubah perilaku peserta didik dalam hal perannya

dalam proses pembelajaran.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

16

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma

Pembelajaran konstruktivistik untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil

belajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian terjadi pula

perubahan paradigma dari belajar berpusat pada guru kepada berpusat pada siswa.

Seiring dengan berubahnya paradigma ini, maka sudah saatnya paradigma ini

diaplikasikan di dunia pendidikan dari belajar berpusat pada guru kepada belajar

berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus

berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan

siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa

untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta mengkonstruksi konsep-konsep

yang dipelajarinya. Harapan-harapan inilah yang ingin dicapai peneliti dalam

penelitian ini. Hal ini beralasan bahwa mata pelajaran Reproduksi Ternak adalah

mata pelajaran yang selalu berkaitan dengan masalah-masalah reproduksi,

penguasaan Anatomi dan Fisiologi, konsep sistem kerja hormonal dalam

mengatur reproduksi sehingga menuntut adanya cara belajar yang berbeda. Salah

satu cara peneliti mencapai hal itu dan untuk mengaplikasikan paradigma tersebut

adalah dengan penerapan model pembelajaran.

Model pembelajaran yang ingin diaplikasikan dalam penelitian ini ialah

model Problem Base Learning (PBL). Pembelajaran berbasis masalah (problem-

based learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, tepatnya dipopulerkan

oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini muncul sebagai hasil penelitian

mereka terhadap kemampuan bernalar kedokteran di Mc. Master Medical School

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

17

di Kanada. Ward dan Stepien (Wayan, 2007) menyatakan bahwa:

Hakikat PBL atau definisi PBL adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap

metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan

untuk memecahkan masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran

yang masuk ke Cooperative Learning atau strategi dari model pembelajaran

kelompok yang didasarkan pada suatu masalah. Hal ini akan mendorong siswa

untuk memahami suatu materi pembelajaran melalui rangkaian aktivitas belajar

yang harus dilaluinya dengan menggunakan berbagai potensi yang dimiliki.

Margetson dalam Rusman (2008: 206) mengemukakan pembelajaran berbasis

masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar

sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.

Prinsip dasar dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal, pertanyaan, dsb.) yang perlu

diselesaikan. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik untuk

mencari solusinya;

2. Peserta didik mencari/membentuk pengetahuan baru untuk menyelesaikan

masalah.

Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang

diharus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat

berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Siswa akan

memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

18

belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi

pusat perhatiannya.

Nurhayati (Abbas, 2000: 60) menyatakah bahwa: “Pelaksanaan model

pembelajaran berdasarkan masalah meliputi enam tahapan, yaitu:

1. Pemberian masalah

Tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan

mengajukan masalah. Siswa mendapatkan masalah yang telah disusun oleh guru.

Siswa tidak perlu mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memecahkan

masalah tersebut. Hal ini berarti siswa harus berkelompok untuk mencari

mempelajari informasi/mencari pengetahuan atau keterampilan baru untuk terlibat

dalam proses pemecahan masalah;

2. Menuliskan apa yang diketahui

Tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta

didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah. Siswa berkelompok menuliskan apa yang diketahui dari

permasalahan yang diberikan oleh guru;

3. Menuliskan inti permasalahan

Tahap ini siswa menuliskan pernyataan tentang inti permasalahan yang

dipertanyakan dan harus muncul dari siswa. Guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan

penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

19

4. Menuliskan cara pemecahan masalah

Tahap ini siswa menuliskan beberapa cara untuk memecahkan masalah tersebut

dan memutuskan mana yang terbaik;

5. Menuliskan tindakan kerja yang akan dilakukan

Tahap ini siswa menuliskan dan mengerjakan tindakan kerja yang mereka lakukan

untuk memecahkan masalah tersebut;

6. Menuliskan hasil kegiatan

Tahap ini siswa melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas yang meliputi proses

yang dilakukan dan hasilnya. Model yang disederhanakan ini adalah sebuah

model yang langkah-langkahnya dapat diulang. Langkah dua sampai lima dapat

diulang dan ditinjau kembali dari informasi/pengetahuan baru sehingga

memerlukan pendefinisian kembali masalah yang telah dipaparkan oleh siswa.

Langkah ke empat dapat terjadi beberapa kali manakala guru memberi penekanan

pada apa yang dilakukan oleh siswa.

Kelebihan penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah adalah

(Taufiq, 2009):

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri

menemukan konsep tersebut;

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan

berpikir siswa yang lebih tinggi;

3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga

pembelajaran lebih bermakna;

4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah

yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini

dapat meningkatkan motivasi dan keterkaitan pembelajar terhadap bahan

yang dipelajari;

5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi

aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang

positif diantara pebelajar;

6. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

20

terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar

pebelajar dapat diharapkan;

7. Merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk

melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif;

8. Merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan

secara mendalam;

9. Mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: kompleks dan berubah-

ubah sesuai kebutuhan, sebagai respons terhadap masalah yang dihadapi.

Dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam

mempelajari reproduksi ternak ini diharapkan siswa memperoleh hasil belajar

yang optimal serta mendapatkan proses pembelajaran yang sesuai dengan

tuntutan.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar terbagi beberapa macam seperti pengetahuan, sikap,

keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku

inilah yang disebut kapabilas sebagai hasil belajar. Sudjana (2009: 22)

mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Aspek kognitif menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas

dan keterampilan intelektual. Aspek psikomotor berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik dan aspek afektif berkaitan

dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi yang dipelajari. Apabila

proses transfer belajar terjadi dalam diri siswa maka akan mendapat pencapaian

konsep atau disebut hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat berupa pengetahuan,

keterampilan, serta nilai dan sikap yang diperoleh seseorang setelah mengikuti

seluruh kegiatan proses pembelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

21

Hasil belajar yang diharapkan dalam penelitian ini ialah meningkatnya

kompetensi yang dilihat dari hasil belajar siswa dan optimalnya proses

pembelajaran seperti yang diharapkan pada mata pelajaran Reproduksi Ternak ini.

Sehingga menjadi solusi bagi kesenjangan yang ditemukan dan sekaligus landasan

bagi guru untuk meningkatkan kompetensi siswa dengan cara penerapan model

Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Reproduksi Ternak.

F. Reproduksi Ternak

Mata pelajaran reproduksi ternak merupakan salah satu mata pelajaran

produktif. Karakter mata pelajaran Reproduksi Ternak ialah mata pelajaran ini

merupakan mata pelajaran yang selalu berkaitan dengan masalah-masalah

reproduksi dan menuntut untuk dilakukan penanganan serta pemecahan masalah

reproduksi yang tepat. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mata pelajaran

reproduksi ternak antara lain mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi organ

reproduksi, kemampuan menjelaskan teknik mengawinkan ternak, serta mampu

melakukan proses mengawinkan ternak. Kemampuan lain yang dibutuhkan dalam

reproduksi ternak ini diantaranya mendiagnosa kebuntingan, hubungan hormonal,

dan mendiagnosa kelainan reproduksi ternak. Kompetensi ini akan dijelaskan

secara jelas pada penjelasan kompetansi selanjutnya. Hal ini diharapkan tercapai

dengan penerapan PBL yang sejalan dengan sejarah PBL yang muncul akhir abad

ke 20, tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini

muncul sebagai hasil penelitian mereka terhadap kemampuan bernalar kedokteran

di Mc. Master Medical School di Kanada.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

22

Setiap materi pelajaran harus mengacu kepada indikator pembelajaran

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tabel 2.1 menunjukkan kompetensi

dasar dan indikator dalam pembelajaran Reproduksi Ternak di SMK Peternakan

Negeri Lembang.

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Reproduksi Ternak

Kompetensi Dasar Indikator

1. Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi

Ternak

Siswa mampu menjelaskan

anatomi dan fisiologi organ

reproduksi ternak jantan dan

betina

Siswa mampu menjelaskan

hormon-hormon ternak jantan dan

betina

2. Menjelaskan Teknik Mengawinkan

Ternak

Siswa mampu menjelaskan tahapan

teknis kawin alami dan Inseminasi

Buatan

3. Mengawinkan Ternak Siswa mampu menjelaskan

pubertas, siklus berahi, ovulasi,

fertilisasi dan implantasi

Siswa mampu menjelaskan tahapan

teknis penampungan semen

Siswa mampu memeriksa kualitas

semen

4. Mendiagnosa Kebuntingan Siswa bisa menilai keberhasilan IB

Siswa mengetahui penyebab

kegagalan reproduksi

Siswa mengetahui cara penanganan

kegagalan reproduksi Sumber: Silabus SMK Peternakan Negeri Lembang

G. Pengertian Kompetensi dan Tuntutan Kompetensi Reproduksi Ternak

Lingkungan dapat menjadi sumber kompetensi yang sangat luas bagi

individu selama individu tersebut mau memanfaatkan energi pikirannya terhadap

hal-hal yang ditemui di lingkungan. Dengan demikian pada dasarnya kompetensi

itu muncul dan berkembang melalui proses belajar (learning process) yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

23

melibatkan tiga domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain

psikomotor.

Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN) (1996) yang mengacu

pada Australia National Training Agency (ANTA), memberikan pengertian

“kompetensi sebagai kemampuan yang dilandasi oleh keterampilan dan

pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja dan dalam penerapannya mengacu

pada unjuk kerja yang disyaratkan”. Bloom (dalam Iwan 2010) mengemukakan

bahwa “kompetensi sebagai hasil belajar termasuk ke dalam arah kognitif yang

aspeknya terdiri dari pengertian, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis”.

Dalam mata pelajaran Reproduksi Ternak tahapan-tahapan kompetensi ini

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengertian, dapat diartikan kegiatan mengingat.

Kompetensi dalam tahapan ini pada mata pelajaran Reproduksi Ternak bahwa

siswa harus ingat dan mengerti Anatomi dan Fisiologi organ reproduksi

ternak jantan dan betina. Tahapan ini harus diketahui siswa bila mengacu

pada silabus.

Gambar 2. 1 Anatomi Organ Reproduksi Ternak Jantan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

24

Gambar 2.2 Anatomi Organ Reproduksi Ternak Betina

2. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti lebih dalam

mengenai materi yang telah dipelajari.

Kompetensi pada tahapan ini pada mata pelajaran Reproduksi Ternak bahwa

siswa harus memahami perbedaan perkawinan alami dan buatan beserta

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini tertera pada silabus.

Gambar 2.3 Inseminasi Buatan

3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari dalam situasi tertentu.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

25

Kompetensi dalam tahapan ini pada mata pelajaran Reproduksi Ternak bahwa

siswa harus bisa melakukan atau melaksanakan Palpasi Rectal, Inseminasi

Buatan, serta Deteksi Berahi pada ternak.

Gambar 2.4 Teknis Palpasi Rectal

4. Analisis, didefinisikan sebagai kemampuan merinci materi yang ada ke dalam

untukan-untukan dan membedakan.

Kompetensi dalam tahapan ini pada mata pelajaran Reproduksi Ternak bahwa

siswa harus memahami konsep-konsep sistem kerja hormonal pada ternak

jantan dan betina, serta mengetahui gangguan reproduksi secara sistem kerja

hormonal.

Gambar 2.5 Sistem Kerja Hormonal pada Birahi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

26

5. Sintesis, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggabungkan beberapa

untukan menjadi satu kesatuan yang baru.

Kompetensi dalam tahapan ini pada mata pelajaran Reproduksi Ternak bahwa

siswa harus mampu menggabungkan teori-teori yang mereka dapatkan untuk

Memecahkan masalah reproduksi baik gangguan secara hormonal maupun

faktor yang lain. Disamping itu siswa harus bisa menangani masalah-masalah

tersebut sesuai dengan penyebabnya.

Gambar 2.6 Gangguan Reproduksi

H. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,

diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Reka Anugrah Erlangga (2012) yang berjudul Analisis Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Reka Anugrah Erlangga menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar

siswa SMA Negeri 1 Cibadak Sukabumi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

27

2. Nina Rezi Husnawati (2011) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa

Dalam Pembelajaran Sejarah. Nina Rezi Husnawati menyimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan

minat dan motivasi siswa SMA Negeri 1 Tanjungsari.

3. Jajat Setiawan (2007) yang berjudul Analisis Aspek Kognitif Siswa Melalui

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Pokok

Sifat-Sifat Koloid disalah satu SMA di Bandung. Jajat Setiawan

menyimpulkan bahwa, pembelajaran dengan model PBL menunjukkan siswa

memberikan tanggapan yang baik, karena cenderung meningkatkan motivasi

siswa untuk memahami konsep, meningkatkan aktivitas siswa, menambah

pengalaman dan wawasan siswa, membuat siswa mengerti akan pentingnya

ilmu kimia untuk dipelajari, belajar jadi lebih menyenangkan dan tidak

membosankan.

4. Ismi Kurnia Maulana (2011) yang berjudul Analisis Kemampuan Siswa

Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pada Konsep Sistem Ekskresi di SMA Pasundan 8 Bandung. Ismi Kurnia

Maulana menyimpulkan bahwa pada umumnya siswa merasa senang dan

termotivasi untuk belajar dengan model pembelajaran Problem Based

Learning.

5. Enok Yinti Nasibah (2010) yang berjudul Upaya Peningkatan Aktivitas

Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Enok

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

28

Yinti Nasibah menyimpulkan bahwa, penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan

prestasi belajar siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Bandung.

I. Anggapan Dasar

Adapun anggapan dasar penelitian ini adalah bahwa:

1. Pembelajaran dengan pemberian masalah memberi kesempatan kepada siswa

berperan aktif dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran dengan pemberian masalah merangsang kemampuan bernalar

siswa.

J. Kerangka Berpikir

Reproduksi ternak merupakan mata pelajaran yang menuntut siswa untuk

aktif dalam proses pembelajaran, aktif dan mampu dalam memecahkan masalah,

serta tercapainya hasil belajar yang optimal. Sedangkan kenyataannya pada mata

pelajaran reproduksi ternak, proses bembelajarannya masih bersifat pasif dan

belum optimalnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Proses pembelajaran yang

dilaksanakan masih menerapkan model tradisional atau yang disebut model

konvensional.

Umumnya keberhasilan suatu proses pembelajaran diukur dari hasil

belajar siswa, sehingga pada akhirnya dari suatu proses pembelajaran tersebut

muncullah hasil berupa nilai yang dilihat dari tiga aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Sebelum sampai pada hasil belajar, tentunya harus ada proses belajar

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

29

terlebih dahulu. Seperti diibaratkan kita ingin membuat suatu produk, maka kita

mempunyai bahan sebagai (input), perlakuan sebagai proses, dan terakhir barulah

berupa hasil atau output dari proses yang dilakukan. Biasanya jika kita ingin

membuat suatu produk, maka sedapat mungkin produk yang kita hasilkan

berkualitas, mampu bersaing dipasaran, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Hasil yang maksimal diperoleh dengan berbagai inovasi yang kita

rencanakan pada proses pembuatannya seperti kita melihat apa yang dibutuhkan

konsumen, bagaimana strategi dan metode yang akan kita lakukan, dan apa

prangkat-prangkat yang akan kita butuhkan untuk mencapai hal tersebut.

Begitupun dengan proses belajar mengajar, dimana siswa sebagai input, perlakuan

sebagai proses, dan hasil belajar sebagai output. Dengan demikian, seharusnya

sedapat mungkin kita merencanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan

tuntutan mata pelajaran dan dunia kerja atau dunia nyata tentunya.

Berangkat dari identifikasi masalah yang telah dibahas sebelumnya,

terdapat kenyataan berupa penerapan model pembelajaran yang belum sesuai

dengan tuntutan mata pelajaran, dan banyaknya hasil belajar siswa yang tidak

memenuhi standar. Mata pelajaran Reproduksi Ternak menuntut siswa untuk aktif

dalam proses pembelajaran dan menuntut siswa untuk bisa memecahkan masalah-

masalah Reproduksi Ternak yang sering ditemukan di lapangan. Permasalahan ini

cukup rumit yang mana organ satu sama lain saling berhubungan dan selalu

berkaitan dengan hormon-hormon serta faktor lainnya. Selain itu siswa dituntut

untuk membutuhkan analisis dan konsep pemecahan masalah agar siswa siap

untuk menghadapi dunia kerja atau dunia nyata.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

30

Masalah ini, yang harus dilakukan adalah memberikan model

pembelajaran yang lebih inovatif dan lebih efektif dalam upaya memaksimalkan

hasil belajar siswa. Albanese dan Mitchel (Erlangga, 2012) memperkuat bahwa

“dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, lebih baik digunakan

model pembelajaran berbasis masalah yang mampu mengkonstruksi konsep dan

mengembangkan keterampilan proses”. Sebagai solusi atas permasalahan diatas,

digunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang

memanfaatkan masalah sebagai titik tolak pembelajaran. Agar siswa lebih aktif

dan belajar untuk menganalisis dan berkonsep dalam memecahkan masalah.

Problem Based Learning memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai

dengan pemberian masalah yang berkaitan dengan dunia nyata. selanjutnya guru

membentuk siswa secara berkelompok untuk berdiskusi mencari solusi dan

kemudian memprsentasikan solusi mereka. Sementara pendidik lebih banyak

memfasilitasi dan membimbing siswa dalam pembelajaran. Pendidik merancang

sebuah skenario masalah, memberikan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan

tambahan dan berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan

proses. Adapun manfaat model pembelajaran Problem Based Learing adalah:

1. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar.

2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.

3. Mendorong untuk berpikir.

4. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial.

5. Membangun kecakapan belajar.

6. Memotivasi siswa.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

31

Model Problem Based Learning (PBL) ini dipilihnya bertujuan agar

terpenuhinya tuntutan mata pelajaran Reproduksi Ternak. Tuntutan mata pelajaran

Reproduksi Ternak ini ialah menuntut proses pembelajaran yang optimal seperti

diantaranya siswa aktif dalam proses pembelajaran, aktif dan mampu dalam

memecahkan masalah reproduksi ternak, mampu memberikan aspirasi,

keterbukaan pikiran, sehingga berujung kepada tercapainya hasil belajar siswa

yang optimal tentunya. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur ialah ranah

kognitif siswa. Tercapai atau tidaknya tujuan dari solusi yang dipilih ini nantinya

akan diuji hasilnya dengan pengujian hipotesis penelitian.

K. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini akan disimbolkan dengan hipotesis alternatif (Ha)

dan hipotesis nol (H0). Agar tampak ada dua pilihan, hipotesis ini didampingi oleh

pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini merupakan hipotesis

tandingan antara (Ha) terhadap (H0). Berdasarkan perumusan masalah dan kajian

pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diuji adalah:

1. Rumusan Hipotesis Statistik

H0: μ1 = μ2

Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan pada mata

palajaran Reproduksi Ternak antara yang menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dengan penerapan model konvensional dengan

metode ceramah.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Modela-research.upi.edu/operator/upload/s_pkk_0811776_chapterii.pdfDari penjelasan tentang model di atas, maka model yang digunakan dalam ... proses yang ditandai

32

Ha: μ1 ≠ μ2

Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan pada mata palajaran

Reproduksi Ternak antara yang menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dengan penerapan model Konvensional dengan metode ceramah.

µ1 = N-Gain kelompok ekperimen

µ2 = N-Gain kelompok Kontrol

Jika dibandingkannya dengan t table, maka:

- Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka H0 ditolak dan Ha diterima

- Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka H0 diterima dan Ha ditolak