BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1.repository.ump.ac.id/2404/3/BAB II.pdfPengertian ....
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1.repository.ump.ac.id/2404/3/BAB II.pdfPengertian ....
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komitmen organisasi
1. Pengertian
Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan
dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada organisasi
tersebut untuk selalu memprioritaskan masalah organisasi dan tujuan organisasinya.
Mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi
yang intinya mendahulukan misi organisasi daripada kepentingan pribadi (Soekidjan,
2009). Secara teoritis terdapat perbedaan dalam mendefinisikan konsep komitmen
organisasi diantara para ahli dan peneliti (Karim dan Noor, 2006).
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk mendefinisikan komitmen
organisasi. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan perilaku,
pendekatan sikap, dan pendekatan multidimensional (Zangaro, 2001). Komitmen
organisasi sebagai salah satu sikap dalam pekerjaan didefinisikan sebagai orientasi
seseorang terhadap organisasi dalam arti kesetiaan, identifikasi, dan keterlibatan
(Muchlas, 2008).
Allen dan Meyer (1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam
berorganisasi sebagai konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan
anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Sedangkan Baron
dan Greenberg (1990) menyatakan bahwa komitmen memiliki arti penerimaan yang
kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, dimana individu akan
9
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
berusaha dan berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di
perusahaan tersebut.
Komitmen organisasi mampu mendorong seorang karyawan untuk
menunjukkan perilaku yang positif seperti, meningkatkan disiplin kerja, mematuhi
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan organisasi, membangun hubungan yang
baik dengan rekan kerja, serta meningkatkan pencapaian dalam pekerjaan. Baron dan
Greenberg (1990) menyatakan bahwa komitmen memiliki arti penerimaan yang kuat
individu terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, dimana individu akan berusaha
dan berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di perusahaan
tersebut.
Berdasarkan definisi dari berbagai sumber mengenai komitmen terhadap
organisasi maka dapat disimpulkan bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan
bentuk perilaku seseorang terhadap organisasinya dimana akan selalu berada dalam
organisasi tersebut dan akan selalu memprioritaskan urusan organisanya. Karena jika
organisasi tersebut ditinggalkan individu tersebut akan lebih berfikir tentang kerugian
organisasinya jika ditinggalkan.
2. Dimensi-dimensi komitmen
Allen dan Meyer (1991) merumuskan tiga dimensi dalam berorganisasi, yaitu:
a. Affective commitment (Komitmen Afektif)
Affective commitment berkaitan dengan hubungan emosional anggota
terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi dan keterlibatan anggota
dengan kegiatan di organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memiliki
keinginan untuk itu.
b. Continuance commitment (Komitmen Berkelanjutan)
Continuance commitment berkaitan dengan kesadaran anggota orgnisasi akan
mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan
continuance commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi
karena mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut.
c. Normative commitment (Komitmen Normatif)
Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus
berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitment yang
tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus
berada dalam organisasi tersebut (Allen dan Meyer, 1997).
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen memiliki tiga aspek atau
komponen yaitu komitmen normatif yang didasarkan perasaan-perasaan pegawai
tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi dan tindakan tersebut
merupakan hal benar yang harus dilakukan. Komitmen berkelanjutan yang didasarkan
hasrat yang dimiliki oleh individu didasarkan pada persepsi tentang kerugian yang
akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi, sehingga individu merasa
membutuhkan untuk dihubungkan dengan organisasi serta komitmen afektif,s yaitu
suatu pendekatan emosional dari individu dalam keterlibatan dengan organisasi,
sehingga individu akan merasa dihubungkan dengan organisasi, berkaitan dengan
emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan didalam suatu organisasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi menurut (Allen dan
Meyer, 2004) yaitu:
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
a. Karakteristik pribadi individu
Karakteristik pribadi terbagi kedalam dua variabel, yaitu variabel demografis
dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status
pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu
organisasi. Sedangkan variabel disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang
dimiliki anggota organisasi (Allen dan Meyer, 1997). Variabel disposisional ini
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen berorganisasi, karena
adanya perbedaan pengalaman masin-masing anggota dalam organisasi tersebut
(Allen dan Meyer, 1997).
b. Karakteristik organisasi
Yang termasuk dalam karakteristik organisasi itu sendiri yaitu : struktur
organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi dan bagaimana kebijaksanaan
organisasi tersebut disosialisasikan.
c. Pengalaman organisasi
Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup kedalam kepuasan dan
motivasi anggota organisasi selam berada dalam organisasi, perannya dalam
organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor
atau pimpinannya (Allen dan Meyer, 1997).
Menurut pendapat di atas dikemukakan bahwa komitmen dapat dimiliki
karyawan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, dengan demikian
berarti bawha komitmen karyawan tidak akan terjadi begitu saja melainkan terjadi
secara bertahap, untuk menjaga agar karyawan selalu memiliki komitmen, maka
perusahaan harus memiliki strategi untuk menjaga dan meningkatkan komitmen
karyawan. Sementara itu, menurut Minner dalam Sopiah (2008) mengemukakan
empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan antara lain :
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
a. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman
kerja, dan kepribadian.
b. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan,
konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
c. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi,
kehadiran serikat pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi
terhadap karyawan.
d. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh
terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi.
Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan
tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan. Jadi,
faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan ada empat faktor diantaranya
faktor personal, karakteristik jabatan, karakteristik struktur dan pengalaman kerja,
sehingga dengan adanya faktor-faktor tersebut maka karyawan memiliki komitmen
terhadap pekerjaan dan perusahaan dimana mereka bekerja.
B. Semangat Kerja
1. Pengertian Semangat Kerja
Nitisemito (1996) mengatakan bahwa semangat kerja adalah melakukan
pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih
baik.
Sedangkan Hasibuan (2005) mengatakan semangat kerja sebagai keinginan dan
kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk
mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
Menurut Nitisemito (1992), semangat dan gairah kerja sulit untuk dipisah-
pisahkan meski semangat kerja memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
semangat kerja. Dengan meningkatnya semangat dan gairah kerja, maka pekerjaan
akan lebih cepat diselesaikan dan semua pengaruh buruk dari menurunnya semangat
kerja seperti absensi dan selanjutnya akan dapat diperkecil dan selanjutnya menaikkan
semangat dan gairah kerja yang berarti diharapkan juga meningkatkan produktivitas
karyawan.
Semangat kerja dapat diartikan sebagai semacam pernyataan ringkas dari
kekuatan-kekuatan psikologis yang beraneka ragam yang menekan sehubungan
dengan pekerjaan mereka. Semangat kerja dapat diartikan juga sebagai suatu iklim
atau suasana kerja yang terdapat di dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa
kegairahan di dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong mereka untuk bekerja
secara lebih baik dan lebih produktif.
2. Determinan Semangat Kerja
Zainun (1991) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
munculnya semangat kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
a. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan terutama antara
pimpinan kerja sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan dengan para
bawahan.
b. Kepuasan para petugas terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh tugas
yang disukai sepenuhnya.
c. Terdapat satu suasana dan iklim kerja yang yang bersahabat dengan anggota
organisasi, apabila dengan mereka yang sehari-hari banyak berhubungan dengan
pekerjaan.
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
d. Rasa pemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan
bersama mereka yang harus diwujudkan secara bersama-sama pula.
e. Adanya tingkat kepuasan ekonomis dan kepuasan nilai lainnya yang memadai
sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jarih payah yang telah diberikan
kepada organisasi.
f. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala
sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karier dalam perjalanan.
3. Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena di dalam aspek
tersebut dapat mengukur tinggi rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1998),
seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk
bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal tersebut mengakibatkan orang
tersebut memiliki kegairahan, kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk
melawan frustasi, serta memiliki semangat berkelompok. Ada empat aspek yang
menunjukan seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi yaitu :
a. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki
motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang
memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Menurut Jucius
(1959) yang lebih dipentingkan oleh para karyawan adalah yang seharusnya
bekerja untuk organisasi
bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat.
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
Aspek ini menunjukan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif
walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang
yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memiliki sifat
pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.
c. Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat
kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-
kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti ada ketekunan dan keyakinan penuh
dalam dirinya. Keyakinan ini menurut Maier (1998) menunjukan bahwa seseorang
yang mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan
datang dengan baik. Hal ini yang meningkatkan kualitas untuk bertahan.
Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam bekerja.
Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya menghasilkan waktu saja,
malainkan sesuatu yang penting.
d. Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan
adanya semangat kerja maka para karyawan akan saling bekerja sama, tolong
menolong, dan tidak saling menjatuhkan. Jadi semangat kerja di sini menunjukkan
adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar orang lain dapat
mencapai tujuan bersama.
4. Fakor-faktor yang memperngaruhi semangat kerja
Menurut Nawawi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
semangat kerja adalah
a. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Seseorang yang berminat
dalam pekerjaannya akan dapat meningkatkan semangat kerja.
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
b. Faktor gaji atau upah tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang.
c. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan
memberi posisi yang tinggi dapat menjadi faktor penentu meningkatnya semangat
kerja.
d. Suasana kerja dan hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan dapat
meningkatkan semangat kerja.
e. Tujuan pekerjaan. Tujuan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang
Semangat kerja tidak selalu ada dalam diri karyawan. Terkadang semangat kerja
dapat pula menurun. Indikasi-indikasi menurunnya semangat kerja selalu ada dan
memang secara umum dapat terjadi. Menurut Nitisemito (1992), indikasi-indikasi
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Rendahnya produktivitas kerja
Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda
pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini
berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja.
b. Tingkat absensi yang naik atau tinggi
Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi
rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya tidak
dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan demikian dapat
menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
tinggi, meski hanya untuk sementara.
c. Tingkat perpindahan karyawan yang tinggi Keluar masuk karyawan yang
meningkat terutama disebabkan karyawan mengalami ketidaksenangan atau
ketidaknyamanan saat mereka bekerja, sehingga mereka berniat bahkan
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan
mencari kenyamanan dalam bekerja.
d. Tingkat kerusakan yang meningkat
Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan bahwa perhatian
dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga terjadi kecerobohan dalam
pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi
yang cukup kuat bahwa semangat kerja telah menurun.
e. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja, keluh
kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan memungkinkan akan
berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organsasi itu sendiri.
f. Tuntutan yang sering terjadi
Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap
tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi
harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan.
g. Pemogokan
Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya.
Jika hal ini terus berlanjut maka akan berunjung ada munculnya tuntutan dan
pemogokan. Sebaliknya ada beberapa penyebab rendahnya semangat kerja
karyawan. Hal ini terkait dengan kurang diperhatikannya pengaturan kerja
mengenai disiplin kerja, kondisi kerja dan kekurangan tenaga kerja yang terampil
dan ahli dibidangnya.
Steers,dkk (1995) mengemukakan mengapa seseorang tenaga kerja tidak
menyukai pekerjaannya sendiri, yaitu :
a. Pekerjaan yang terpecah-pecah
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
b. Kerja yang berulang-ulang
c. Terlalu sedikit menggunakan keterampilan
d. Daur kerja pendek
e. Kerja remeh serta tidak adanya dukungan sosial
Menurut Nitisemito (1992), ada beberapa cara untuk meningkatkan semangat
kerja karyawan. Caranya dapat bersifat materi maupun non materi, seperti antara lain :
a. Gaji yang sesuai dengan pekerjaan.
b. Memperhatikan kebutuhan rohani.
c. Sekali-kali perlu menciptakan suasana kerja yang santai yang dapat mengurangi
beban kerja.
d. Harga diri karyawan perlu mendapatkan perhatian.
e. Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat.
f. Berikan kesempatan pada mereka yang berprestasi.
g. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan.
h. Usahakan para karyawan memiliki loyalitas dan keperdulian terhadap organisasi.
i. Sekali-kali para karyawan perlu diajak berunding untuk membahas kepentingan
bersama.
j. Pemberian insentif yang terarah dalam aturan yang jelas.
k. Fasilitas kerja yang menyenangkan yang dapat membangkitkan gairah kerja.
5. Dimensi semangat kerja
Didasarkan pada konsep mengenai dimensi semangat kerja yang dikemukakan
Blum (1968) yaitu:
a. Sedikitnya perilaku yang agresif yang menimbulkan frustasi.
b. Individu bekerja dengan suatu perasaan bahagia dan perasaan lain yang
menyenangkan.
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
c. Individu dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman sekerjanya secara baik.
d. Egonya sangat berpengaruh dalam pekerjaannya.
Menurut Nitisemito (1992), faktor-faktor untuk mengukur semangat kerja
adalah :
a. Absensi karena absensi menunjukkan ketidakhadiran karyawan dalam tugasnya.
Hal ini termasuk waktu yang hilang karena sakit, kecelakaan, dan pergi
meninggalkan pekerjaan karena alasan pribadi tanpa diberi wewenang. Yang tidak
diperhitungkan sebagai absensi adalah diberhentikan untuk sementara, tidak ada
pekerjaan, cuti yang sah, atau periode libur, dan pemberhentian kerja.
b. Kerja sama dalam bentuk tindakan kolektif seseorang terhadap orang lain.
Kerjasama dapat dilihat dari kesediaan karyawan untuk bekerja sama dengan rekan
kerja atau dengan atasan mereka berdasarkan untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, kerjasama dapat dilihat dari kesediaan untuk saling membantu di antara
rekan sekerja sehubungan dengan tugas-tugasnya dan terlihat keaktifan dalam
kegiatan organisasi.
c. Kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
d. Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai peraturan organasasi
dalam bentuk tertulis maupun tidak. Dalam prakteknya bila suatu organisasi telah
mengupayakan sebagian besar dari peraturan-peraturan yang ditaati oleh sebagian
besar karyawan, maka kedisiplinan telah dapat ditegakkan.
C. Pengaruh Semangat Kerja terhadap Komitmen Organisasi pada Karyawan PT.
Sinar Tambang Arthalestari Ajibarang
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
Komitmen organisasi sebagai salah satu sikap dalam pekerjaan didefinisikan
sebagai orientasi seseorang terhadap organisasi dalam arti kesetiaan, identifikasi, dan
keterlibatan (Muchlas, 2008).
Allen dan Meyer (1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam
berorganisasi sebagai konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan
anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Sedangkan Baron dan
Greenberg (1990) menyatakan bahwa komitmen memiliki arti penerimaan yang kuat
individu terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, dimana individu akan berusaha dan
berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di perusahaan tersebut.
Menurut Nitisemito (1992), semangat dan gairah kerja sulit untuk dipisahpisahkan
meski semangat kerja memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja.
Dengan meningkatnya semangat dan gairah kerja, maka pekerjaan akan lebih cepat
diselesaikan dan semua pengaruh buruk dari menurunnya semangat kerja seperti absensi
dan selanjutnya akan dapat diperkecil dan selanjutnya menaikkan semangat dan gairah
kerja yang berarti diharapkan juga meningkatkan produktivitas karyawan.
Chaplin (2006) berpendapat semangat kerja adalah sikap atau semangat yang
ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan
sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik.
D. Kerangka Berpikir
Individu dengan semangat kerja yang tinggi akan bertahan untuk tetap pada
organisasi tersebut dan bisa menerima kondisi yang muncul pada lingkungan
organisasinya serta dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, namun sebaliknya
dimana individu yang mempunyai semangat kerja yang rendah akan kesulitan menerima
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
kondisi organisasi yang muncul serta akan menghambat terlaksananya job desc dari
individu tersebut.
Gambar 1
Kerangka Berpkir
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang telah di uraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada pengaruh semangat kerja terhadap komitmen organisasi pada karyawan.
Komitmen Organisasi
1. Komitmen Afektif
2. Komitmen Kontinual
3. Komitmen Normatif
Semangat Kerja
a. Kegairahan
b. Kekuatan untuk melawan frustasi
c. Kualitas untuk bertahan
d. Semangat kelompok
Pengaruh Semangat Kerja..., R. Yohan Prayuda Kusuma, Fakultas Psikologi, UMP, 2016