BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka...

82
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional 2.1.1.a Definisi Perdagangan Internasional Perdagangan internasional diartikan sebagai suatu hubungan kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara lain yang berkaitan dengan barang dan jasa sehingga mampu membawa suatu kemakmuran bagi suatu negara. Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional juga dikenal dengan sebutan perdagangan dunia. Perdagangan internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan komplek. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain sebagai berikut. a. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan. b. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

2.1.1.a Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional diartikan sebagai suatu hubungan kerjasama

ekonomi yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara lain yang berkaitan

dengan barang dan jasa sehingga mampu membawa suatu kemakmuran bagi suatu

negara. Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar

negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas

dasar suka rela dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional juga

dikenal dengan sebutan perdagangan dunia. Perdagangan internasional terbagi

menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai

perdagangan ekspor impor. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan

di dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan komplek.

Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain sebagai berikut.

a. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.

b. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya

melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan

yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

c. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa,

mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan

sebagainya (Gerber, 2011; Krugman et al., 2012).

Perdagangan internasional merupakan penentu dan faktor penting untuk

merangsang pertumbuhan ekonomi. Perdagangan internasional tidak hanya

dilakukan oleh negara maju saja, namun juga negara berkembang. Perdagangan

internasional ini dilakukan melalui kegiatan ekspor impor. Ekspor adalah kegiatan

menjual barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri. Adapun impor adalah

kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan

melakukan perdagangan internasional melalui kegiatan ekspor impor, negara maju

akan memperoleh bahan-bahan baku yang dibutuhkan industrinya sekaligus dapat

menjual produknya ke negara-negara berkembang. Sementara itu, negara

berkembang dapat mengekspor hasil-hasil produksi dalam negeri sehingga

memperoleh devisa.

2.1.1.b Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional terdiri atas dua teori yang menjelaskan

tentang timbulnya perdagangan internasional, yaitu teori klasik dan merkantilis.

1) Teori Klasik

Teori untuk memecahkan masalah ekonomi dengan bantuan penyelidikan

kearah faktor permintaan dan penawaran yang menentukan harga.

a) Merkantilis

Kaum merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu

negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya

akan dibentuk dalam aliran emas lantakan atau logam-logam mulia, khususnya

emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara

maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah

harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor dan

mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).

Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan

surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat

tertentu, maka sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan

mengorbankan negara lain. Tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk

memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan

memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan negara

untuk lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan

di negaranya, peningkatan angkatan bersenjata memungkinkan sebuah negara

untuk menaklukkan lebih banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti

semakin banyak uang dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis.

Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah akan

dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional untuk pertumbuhan

negaranya (Gerber, 2011).

b) Adam Smith (1776)

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah

produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Adam Smith sependapat

dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta

efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase

penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang

dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain, yaitu karena

memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan

mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya

yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain. Teori Absolute

Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga

sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional.

Murni berarti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti

misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang

dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang

digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of value).

Teori Absolute Advantage Adam Smith (1776) yang sederhana

menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat

sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya

homogeny serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya

tenaga kerja itu tidak homogen. Dikatakan absolute advantage karena masing-

masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara

absolut lebih rendah dari negara lain. Kelebihan dari teori absolute advantage

yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor

untuk meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu

negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak

akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore dan Krugman, 2006; Gerber,

2011).

2) Teori Modern Perdagangan Internasional

Teori modern ini mencakup dua teori, yaitu a) Teori Stuart Mill dan David

Ricardo, dan b) Teori Heckscher-Ohlin (H-O).

a) Teori John Stuart Mill dan David Ricardo (1772-1823)

Teori John Stuart Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan

dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage

terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu

barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang

kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar). Teori ini menyatakan

bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan

untuk memproduksi barang tersebut.

David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran klasik menyatakan

bahwa nilai penukaran terjadi jikalau barang tersebut memiliki nilai kegunaan.

Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat

digunakan. Seseorang akan membuat sesuatu barang, karena barang itu memiliki

nilai yang dibutuhkan oleh orang. Selanjutnya David Ricardo juga membuat

perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan

kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya terbatas ataupun barang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang kuno, hasil buah anggur

yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan sebagainya). Dalam hal ini

barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai

dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli. Sedangkan untuk barang

yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai

penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan. David Ricardo

(Gerber, 2011), mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran

nilai kerja, antara lain sebagai berikut.

1) Perlu diperhatikan adanya kualitas nilai kerja, ada kualitas kerja terdidik dan

tidak terdidik, kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik

dalam hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk

pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya

diperlukan untuk memproduksi barang.

2) Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu selain kerja masih banyak lagi

jasa produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan.

Teori perdagangan internasional dikemukakan oleh Adam Smith dan

David Ricardo (Gerber, 2011) yang mulai dengan anggapan bahwa lalu lintas

pertukaran internasional hanya berlaku antara dua negara dengan tanpa tembok

pabean, serta kedua negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo

memanfaatkan hukum pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas uang

untuk mengembangkan teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara

memiliki keunggulan absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap

akan menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic

comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat

diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor

keberhasilan suatu negara (Gerber, 2011). Teori comparative advantage ini

mencakup: 1) Cost Comparative Advantage (Labor efficiency), dan 2) Production

Comperative Advantage (Labor productifity).

b) Teori Heckscher-Ohlin (H-O) atau Factor Proporsion Theory (1933)

Teori modern ini perdagangan internasional dimulai ketika ekonom

Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) atau disebut dengan

Teori Hecskher-Ohlin Samuelson atau juga Factor Proporsion Theory yang

mengemukakan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu

dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam

pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori

klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative

Advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena

adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara

eksplisit dinyatakan) antar negara. Namun teori ini tidak memberikan penjelasan

mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian

mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan

produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas

karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment

factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern

H-O ini dikenal sebagai The Proportional Factor Theory.

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) ini menjelaskan beberapa pola perdagangan

dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang

menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut

Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain

disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan

dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan

komparatif, adalah sebagai berikut.

1) Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu

negara.

2) Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,

apakah labor intensity atau capital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O dijelaskan dengan dua

kurva: (1) kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi

yang sama, dan (2) kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total

kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan

bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya

tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan

diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis H-O mencakup, antara lain

sebagai berikut.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

1) Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing

negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang

dimilikinya.

2) Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

3) Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi

yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

4) Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu

karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal

untuk memproduksinya.

5) Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang

dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis

akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

Hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain sebagai berikut.

1) Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

2) Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor

di tiap negara turun.

3) Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua negara

cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderung

sama.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

4) Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi

yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi.

5) Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya kapital dengan negara yang

kaya labor.

Kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional, antara lain

sebagai berikut.

1) Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi

lebih menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah

produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala

ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.

2) Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam

memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering

menggunakan teknologi yang berbeda.

3) Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi

jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara

yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.

4) Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor

secara internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang

menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antar negara.

Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi

validitas model H-O (Salvatore, 1997; Gerber, 2011).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.1.c Ilustrasi Terjadinya Perdagangan Internasional/Global

Ilustrasi munculnya perdagangan global seperti yang diilustrasikan ke Gambar 2.1

Gambar 2.1

Ilustrasi Munculnya Perdagangan Global

Sumber: Samson, 2013; http://Ibm-binus-5s.blogspot.com

Faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional, antara lain sebagai berikut.

1) Perbedaan dalam memproduksi barang

Satu negara tidak dapat memproduksi barang tertentu.

2) Negara tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan permintaan

masyarakat.

Kadang kala masyarakat tidak menyukai barang yang diproduksi oleh

negaranya sendiri. Misalnya saja masyarakat Indonesia, merasa tidak puas

memakai barang produksi dalam negeri. Masyarakat Indonesia lebih menyukai

memakai barang impor dari negara lainnya, misalnya sepatu, tas dan baju yang

lebih bermerek.

3) Produksi dalam negeri yang tidak seimbang dengan permintaan pasar.

Persediaan barang dan permintaan pasar di setiap negara yang tidak seimbang.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

4) Perbedaan teknologi.

5) Perbedaan penghematan biaya produksi (Salvatore dan Krugman, 2006).

2.1.1.d Manfaat dan Kerugian pada Perdagangan Internasional

Manfaat Melakukan Perdagangan Internasional

Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan

memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut disebut positif, antara

lain sebagai berikut.

1) Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap

negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya: Kondisi geografi, iklim, tingkat

penguasaan IPTEK dan lain-lain.

2) Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh

keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Dengan mengadakan

spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan

sebagai berikut.

a. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan

dengan lebih efesien.

b. Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat

diproduksi dalam negeri.

3) Memperluas Pasar dan Menambah Keuntungan

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat

produksinya) dengan maksimal karena khawatir akan terjadi kelebihan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk. Dengan adanya

perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya

secara maksimal dan menjual kelebihan produk tersebut ke luar negeri.

4) Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari

teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih

modern.

5) Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara.

6) Memperluas lapangan kerja

Kerugian Melakukan Perdagangan Internasional

Setiap negara yang melakukan perdagangan internasional dengan negara

lain akan memperoleh kerugian disebut negatif bagi negara tersebut. Kerugian

tersebut, antara lain sebagai berikut.

1) Impor barang menjadi dominasi. Kegiatan impor yang terlalu mendominasi

dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Jika barang

yang masuk (impor) lebih banyak dari barang yang di ekspor (dikeluarkan)

dapat menyebabkan pendapatan nasional menurun yang diakibatkan pula

sebab nilai mata uang yang melemah.

2) Masalah bagi petani dan produksi barang lainnya. Dampak banyaknya barang

yang didapat atau di impor dari luar negeri, mengakibatkan kerugian bagi para

petani, nelayan atau yang memproduksi barang sebab banyak beredarnya

buah-buahan, sayuran dari luar negeri dengan harga yang nisbi lebih murah.

Hal semacam ini sering menjadi kasus contoh perdagangan internasional.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

3) Ketergantungan dengan negara maju. Semakin banyaknya produk-produk dan

bahan-bahan yang berasal dari luar negeri membuat masyarakat menjadi

tergantung menggunakan merek-merek dari luar.

4) Terbukanya perdagangan bebas internasional. Dengan adanya perdangangan

internasional, membuat suatu negara mengalami kerugian, terutama dengan

banyaknya kasus-kasus penyelundupan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab melanggar peraturan pemerintah mengenai perdagangan

internasional.

2.1.1.e Faktor Penghambat Transaksi Perdagangan

Setiap negara selalu menginginkan perdagangan yang dilakukan antar

negara dapat berjalan dengan lancar. Namun, dijumpai kegiatan yang mengalami

beberapa hambatan. Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul dalam

perdagangan internasional: 1) Perbedaan mata uang antar negara, 2) Kualitas

sumber daya yang rendah, 3) Pembayaran antar negara sulit dan risikonya besar,

4) Adanya kebijaksanaan impor dari suatu negara, 5) Terjadinya perang, 6)

Adanya organisasi-organisasi ekonomi regional/internasional, 7) Kurangnya

pengetahuan teknik pemasaran, hukum yang berlaku masing-masing negara,

pemahaman kemudahan-kemudahan, 8) Sistem kuota, 9) Pembiayaan dan

persiapan barang, 10) Kebijakan-kebijakan pemerintah masing-masing negara

(Gerber, 2011; Krugman et al., 2012; https://trinandafiles.wordpress.com).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.1.f Berbagai Kesepakatan Regional dan Internasional

Umumnya perdagangan internasional diregulasikan melalui perjanjian

bilateral antara dua negara. Selama berabad-abad di bawah kepercayaan dalam

merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan

dalam perdagangan internasional. Pada abad ke 19, terutama di Britania, ada

kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini

mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu

dimana hal tersebut membawa ke arah kemunduran besar Britania. Pada tahun-

tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT

(General Agreement on Tariffs and Trade) dan WTO (World Trade Organization)

memberikan usaha untuk membuat regulasi global dalam perdagangan

internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung pada

protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang

tidak menguntungkan secara mutual.

Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar

negara yang berekonomi kuat, walaupun kadang-kadang melakukan proteksi

selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif

untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya

keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana secara ekonomis

dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan

pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia

dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat

secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negeri langsung,

pembelian dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi

dihubungkan dengan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.

Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari

perdagangan bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini

telah berubah pada beberapa tahun terakhir. Bagaimanapun, faktanya lobi

agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang merupakan

penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional

besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan

kebanyakan barang dan jasa lainnya. Selama resesi seringkali ada tekanan

domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka memproteksi industri dalam

negeri. Ini terjadi di seluruh dunia selama depresi besar membuat kolapsnya

perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.

Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui WTO (World

Trade Organization) pada level global dan melalui beberapa kesepakatan regional

seperti MerCOSUR (Mercado Común del Sur) di Amerika Selatan, NAFTA

(North American Free Trade Agreement) antara Amerika Serikat, Kanada dan

Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun

2005 membicarakan pembuatan dari FTAA (Free Trade Area of America) gagal

total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan

serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-

tahun terakhir.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 atau ASEAN Economic

Community (AEC) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam

menghadapi perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN. Seluruh negara

anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk

mewujudkan Wawasan ASEAN 2020. Dalam menghadapi persaingan yang

teramat ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah

mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, cerdas dan

kompetitif (https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Ekonomi_ASEAN).

2.1.2 Impor

Prinsip kegiatan impor dalam sistem perekonomian mencakup tiga (3) hal

yaitu dalam produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam kaitannya dengan kegiatan

impor yaitu ketiga prinsip ekonomi tersebut dapat berjalan apabila didukung oleh

prasarana dan sarana barang dan jasa dari hasil kegiatan impor. Untuk

memproduksi barang dan jasa tersebut, produsen memerlukan diantaranya bahan

baku dan penolong, bahan konsumsi dan barang modal agar kegiatan produksi

berjalan sesuai harapan. Untuk pencapaian dan distribusi barang dan jasa

diperlukan sarana seperti contoh alat mobilisasi, suku cadang dan lain-lain yang

diperoleh dari komponen barang dan jasa impor.

Kegiatan konsumsi ini dimungkinkan karena ketersediaan barang dan jasa

yang di dalam negeri (Indonesia) kurang. Seperti contoh: kedelai, jagung, beras,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

garam, bahan baku tekstil, bahan baja dan lain-lain yang merupakan komoditas

impor yang diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan.

2.1.2.a Pengertian Impor

Impor sebagai fungsi permintaan suatu negara terhadap komoditi dari

pasar internasional. Impor merupakan aliran barang dan jasa ke pasar sebuah

negara untuk dipakai. Negara meningkatkan kemajuan masyarakat dengan cara

mengimpor aneka ragam barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang lebih

rendah daripada yang dapat dihasilkan di dalam negeri (Smith and Blakeslee,

1995). Permintaan impor merupakan selisih antara konsumsi domestik dikurangi

produksi domestik dan dikurangi stok pada akhir tahun lalu. Secara matematis,

impor dapat digambarkan, sebagai berikut (Labys, 1973).

Mt = Ct-Qt-St-1 .................................................................................... (2.1)

Dimana : Mt = jumlah impor pada tahun ke t

Qt = jumlah produksi domestik tahun ke t

Ct = jumlah kosumsi domestik tahun ke t

St-1 = sisa stok pada tahun ke t-1

Fungsi impor suatu negara dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar negeri,

yaitu nilai tukar atau exchange rate (ER) dan harga impor (PM). Dengan

demikian, secara teoritis fungsi impor komoditas suatu negara dapat ditulis

persamaan:

Mt = f (Qt, Ct, St-1, ERt, PMt) ............................................................ (2.2)

Dimana : Qt = jumlah produksi domestik tahun ke t

St-1 = sisa stok pada tahun ke t-1

Ct = jumlah konsumsi domestik tahun ke t

ERt = nilai tukar atau exchange rate tahun ke t

PMt = harga impor tahun ke t

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Terdapat beberapa variabel yang akan mempengaruhi permintaan impor

suatu negara seperti biaya transportasi (TC), tarif (T), selera konsumen (PC),

distribusi pendapatan (Y) dan populasi (P) yang dapat memberikan hasil yang

lebih akurat. Impor dalam sistem perekonomian adalah suatu leakage (kebocoran)

dalam suatu sistem perekonomian, di satu pihak sangat diperlukan untuk

memperluas kapasitas produksi dalam negeri yang pada muaranya dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Faktor pendorong suatu negara melakukan aktivitas impor dalam

kaitannya melangsungkan proses pembangunan antara lain: 1) untuk memenuhi

kebutuhan barang bahan baku dan jasa teknologi informasi dalam negeri, 2)

keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara untuk

pembangunan, 3) adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam mengolah sumberdaya ekonomi, 4) Adanya kekurangan

produk dalam negeri sehingga perlu masukan impor untuk pemenuhan dalam

negeri, 5) Adanya perbedaan keadaan seperti sumberdaya alam, iklim, tenaga

kerja, budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil

produksi dan adanya keterbatasan produksi, 6) Adanya kesamaan selera atau

kebutuhan mutlak terhadap suatu barang, 7) Keinginan membuka kerja sama,

hubungan politik dan dukungan dari negara lain, 8) Adanya era globalisasi

sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri dan 9) Secara

keseluruhan kebutuhan impor diperlukan dalam proses pembangunan yang

berkelanjutan (http://bhangga1231.blogspot.co.id)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Aktivitas impor tersebut menunjukkan pentingnya impor pada proses

pembangunan di Indonesia dapat dilihat pada struktur impor Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Struktur Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Tahun 2004-2014

sumber: www.bps.go.id

2.1.2.b Kebijakan Impor

Kebijakan dibedakan menjadi dua, yaitu: tarif dan subsidi.

1) Tarif Impor

Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan kepada suatu komoditi yang

diperdagangkan lintas batas teritorial. Berdasarkan mekanisme perhitungannya,

tarif terbagi menjadi tiga jenis, di antaranya (Hady, 2004):

a) Tarif Ad Valorem (Ad Valorem Tariff): Tarif ad valorem adalah pajak yang

dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang

diimpor.

b) Tarif Spesifik (Spesific Tariff): Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap

unit barang yang diimpor.

TahunBarang

Konsumsi

Bahan Baku dan

Barang PenolongBarang Modal Jumlah

2004 3.786,50 36.204,20 6.533,80 46.524,50

2005 4.620,50 44.792,00 8.288,40 57.700,90

2006 4.738,20 47.171,40 9.155,90 61.065,50

2007 6.539,10 56.484,70 11.449,60 74.473,40

2008' 8.303,70 99.492,70 21.400,90 129.197,30

2009' 6.752,60 69.638,10 20.438,50 96.829,20

2010' 9.991,60 98.755,10 26.916,60 135.663,30

2011' 13.392,90 130.934,30 33.108,40 177.435,60

2012' 13.408,60 140.126,10 38.154,80 191.689,50

2013' 13.138,90 141.957,90 31.531,90 186.628,70

2014' 12.667,20 136.208,60 29.303,00 178.178,80

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

c) Tarif Campuran: Tarif campuran adalah gabungan dari tarif ad valorem dan

tarif spesifik, dimana barang yang diimpor dikenakan pungutan dalam jumlah

tertentu dan dikenakan pungutan dalam bentuk persentase.

2) Subsidi: Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan

perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri berupa keringanan

pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit dan subsidi harga. Subsidi

bertujuan untuk: a) Menambah produksi dalam negeri, b) Mempertahankan

jumlah konsumsi dalam negeri, c) Menjual dengan harga yang lebih murah

daripada produk impor.

Regulasi bidang impor di Indonesia dari tahun 2001 hingga 2016

diterbitkan sejumlah 58 regulasi. Kebijakan substitusi impor bertujuan antara lain:

a) mengurangi ketergantungan pada impor, terutama barang-barang kebutuhan

pokok, b) memperkuat sektor industri, c) memperluas kesempatan kerja dan d)

menghemat devisa. Sedangkan keterbatasan-keterbatasan impor mengakibatkan:

a) menguntungkan perusahaan asing, b) pasar domestik cepat jenuh, c)

memunculkan atau memperkuat gejala monopoli dan atau oligopoli dan d)

ketergantungan yang makin besar terhadap impor.

Struktur impor di Indonesia mencakup: 1) Barang konsumsi, 2) Bahan

baku dan bahan penolong, 3) Bahan modal. Indonesia mengimpor barang-barang

konsumsi, bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. antara lain 1)

Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, susu, mentega

beras dan daging. Sebenarnya untuk kebutuhan seperti makanan dan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

minuman Indonesia tidak memerlukan impor yang terlalu besar dikarenakan

pada beberapa bahan baku Indonesia masih memiliki produksi yang cukup besar

namun hasil produksi Indonesia tidak mampu untuk menutupi besarnya

konsumsi masyarakat. Pada beberapa bahan pangan Indonesia masih harus

melakukan impor seperti susu, daging dan mentega. Hal ini disebabkan

Indonesia cenderung tidak mengkonsumsi atau memfokuskan pada bidang

peternakan. Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi daging yang

rendah di mana penduduk Indonesia lebih dominan dalam mengkonsumsi beras

ataupun sayur; 2) Bahan baku dan bahan penolong yang merupakan barang-

barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik bahan baku ataupun bahan

pendukung seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan

bermotor Indonesia masih harus melakukan kegiatan impor di mana Indonesia

masih minim akan teknologi yang mendukung produksi bahan baku tersebut.

Seperti kendaraan bermotor Indonesia masih mengimpor dari negara maju seperti

Jepang, Amerika dan Jerman; 3) Barang modal: barang-barang yang digunakan

untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang

dan alat-alat berat Indonesia masih bergantung dari impor luar negeri.

Pada produk migas Indonesia mengekspor produk mentah ke luar negeri

kemudian mengimpor kembali produk jadi sehingga jika diperhatikan

sesungguhnya Indonesia sudah mampu untuk berdiri sendiri namun tidak mampu

untuk mengolah bahan baku tersebut. Jika dipikirkan kembali sebenarnya

Indonesia mampu untuk mengolahnya sehingga biaya yang dikeluarkan jauh lebih

murah, padahal jika dicermati kembali produk-produk migas diekspor dijual

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

dengan harga murah namun diimpor dengan harga 2 kali lipat dari harga semula

(www.bps.go.id http://dokumen.tips/documents/analisis-alasan-indonesia-masih-

melakukan-impor-meskipun-produk-ataupun-jasa-terdapat diindonesia.html)

Untuk mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor pemerintah

Indonesia telah melakukan kebijakan substitusi impor (SI). Kebijakan substitusi

impor (import substitution) adalah kebijakan memproduksi di dalam negeri

terhadap barang-barang yang tadinya diimpor. Kebijakan ini paling sering

ditempuh pada tahap awal pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan

industri. Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh dan kebijakan substitusi

impor, antara lain sebagai berikut.

1) Mengurangi ketergantungan pada impor. Terutama untuk barang-barang

kebutuhan pokok atau yang menghasilkan produk antara.

2) Memperkuat sektor industri. Pengembangan sektor industri diperlukan untuk

memperkuat perekonomian. Salah satu jalan untuk mempercepat

pembangunan industri adalah SI (Substitusi Impor), di mana pemerintah

memberikan fasilitas yang memperbesar minat dan kemampuan swasta untuk

berinvestasi. Industri-industri yang dibangun berdasarkan kebijakan SI pada

tahap awal umumnya adalah yang bersifat padatkarya dan atau berteknologi

rendah. Sebab industri tersebut relatif sesuai dengan kualitas SDM di Negara

Sedang Berkembang (NSB). Lagipula industri-industri tersebut dapat

menghasilkan keunggulan komparatif.

3) Memperluas kesempatan kerja. Bertumbuhnya sektor industri juga dapat

memperluas kesempatan kerja. Dengan demikian tenaga kerja yang melimpah

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

disektor pertanian akan diserap oleh sektor industri tanpa mengurangi output

sektor pertanian.

4) Menghemat devisa. Penghematan devisa berarti memperbaiki neraca

pembayaran. Perbaikan neraca pembayaran umumnya dilihat dan surplus

neraca perdagangan atau menurunnya defisit neraca perdagangan, karena

impor makin mengecil. Atau dapat juga dilihat dalam neraca modal, di mana

modal masuk lebih besar dari pada modal keluar. Perbaikan neraca

pembayaran ini akan memberikan efek multiplikasi perekonomian domestik,

sekaligus memperbaiki posisi di perekonomian dunia.

Di samping manfaat-manfaat tersebut, SI juga memilki keterbatasan-keterbatasan,

antara lain sebagai berikut.

1) Menguntungkan perusahaan asing. Perusahaan asing yang menanamkan

modal di sektor industri substitusi impor akan memperoleh keuntungan,

karena memperoleh proteksi di balik benteng tarif dan memperoleh fasilitas

keringanan pajak serta insentif penanaman modal.

2) Pasar domestik cepat jenuh. Titik lemah dari kebijakan SI bukanlah pada

aspek penawaran, melainkan aspek permintaan. Rendahnya pendapatan per

kapita penduduk NSB menyebabkan permintaan domestik akan produk-

produk industri amat kecil. Artinya, skala pasar domestik relatif kecil

sehingga cepat jenuh.

3) Memunculkan atau memperkuat gejala monopoli dan atau oligopoli. Kecilnya

skala pasar domestik menyebabkan para investor meminta jaminan kepastian

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

pasar agar skala jual produksi mereka mencapai tingkat efisiensi ekonomis,

bahkan dapat memberikan keuntungan supernormal (supernormal profit). Hal

ini menjadi salah satu alasan mengapa para investor menuntut hak monopoli

(legal) atau pembatasan jumlah produsen berdasarkan ketentuan hukum.

Tidak mengherankan bila struktur industri di NSB umumnya monopoli atau

oligopoli yang berdasarkan kekuatan hukum.

4) Ketergantungan yang makin besar terhadap impor. Yang menjadi persoalan

besar dalam kebijakan SI adalah tidak tersedianya industri pendukung,

misalnya yang dapat menyediakan mesin-mesin dan bahan-bahan baku.

Akibatnya kebijakan SI justru menimbulkan ketergantungan baru terhadap

impor. Impor bahan baku dan barang modal justru meningkat jika target

pertumbuhan output industri atau ekonomi ditingkatkan

(www.kemendag.go.id/ http://blog.umy.ac.id).

2.1.2.c Pendapatan Nasional dan Perdagangan

Pendapatan nasional adalah jumlah seluruh keluaran produksi atau barang

dan jasa yang dihasilkan di suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional dapat

dilakukan berdasarkan tiga cara, yaitu konsep nilai tambah, pendapatan dan

pengeluaran. Konsep nilai tambah digunakan untuk menghitung pendapatan

dengan menjumlahkan nilai pasar yang diproduksi perusahaan. Pendapatan yang

dilihat dari sisi pendapatan merupakan jumlah berbagai pendapatan faktor yang

dihasilkan pada proses memproduksi keluaran akhir ditambah pajak tak langsung

neto subsidi ditambah penyusutan. Sedangkan dilihat dari sisi pengeluaran,

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

pendapatan nasional merupakan jumlah dari pengeluaran konsumsi, investasi

pemerintah dan ekspor neto (Lipsey et al., 1995). Dalam perdagangan

internasional, pendapatan nasional mempengaruhi jumlah impor suatu negara

(Deliarnov, 1995). Pendapatan nasional mencerminkan kemampuan masyarakat

dalam membeli barang-barang hasil buatan luar negeri. Semakin tinggi tingkat

pendapatan nasional serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan

barang-barang tersebut, maka impor semakin tinggi. Hubungan langsung antara

impor dan pendapatan nasional ditentukan oleh nilai kecenderungan mengimpor

atau Marginal Propencity to Import (MPM). MPM merupakan perbandingan atau

rasio antara pertambahan impor dengan pertambahan dalam pendapatan nasional.

Secara matematis ditulis:

m = ΔM/ΔY

Hubungan antara impor dan pendapatan nasional ditulis, sebagai berikut.

M = Mo + mY ................................................................................... (2.3)

Dimana : M = Jumlah impor

m = marginal propencity to import

Mo = Jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh Y

Y = pendapatan nasional

(Deliarnov, 1995)

2.1.2d Prosedur Impor di Indonesia

Langkah-langkah yang harus dilalui oleh seorang importir mulai dari:

1) Menentukan barang-barang yang akan diimpor,

2) Mencari indentor,

3) Mencari informasi siapa saja yang menjadi pemasok,

4) Membuka l/c sampai menerima barang impor di pelabuhan impor dan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

5) Menyerahkan barang-barang tersebut kepada pemesannya atau untuk

dijualnya sendiri.

Gambar 2.2

Proses Importasi

Sumber: http://pdf.nscpolteksby.ac.id/9-Proses%20dan%20Prosedur%20Impor-

20140522.pdf

Dalam upaya kelancaran impor barang-barang dan untuk kepentingan

negara, pemerintah mengatur barang yang diimpor dan prosedur impor. Prosedur

impor barang-barang bukan sesuatu yang tidak berubah, tetapi prosedur diatur

supaya jangan sampai terjadi:

1) Merugikan investor dalam negeri untuk produk-produk sejenis

2) Tidak merugikan konsumen di dalam negeri dan

3) Tidak merugikan negara.

Gambar Prosedur Impor sebagai berikut.

Eksportir

Rp 10.000/kg

Pengiriman

Asuransi

Bank

Bea Cukai

Penerusan

Importir

Rp 20.000/kg

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Gambar 2.3

Prosedur Impor

Sumber: Sumber: http://pdf.nscpolteksby.ac.id/9-

Proses%20dan%20Prosedur%20Impor-20140522.pdf

Prosedur impor yang sering dipakai adalah dengan pembukaan Letter of Credit

(L/C). Prosedur impor seperti Gambar 2.3 tersebut dapat dijelaskan, sebagai

berikut.

1. Terlebih dahulu importir mengirimkan order atau mengadakan surat menyurat

kepada eksportir L.N., bila sepakat, maka dibuat kontrak pembelian (sales

contract) A-B.

2. Setelah kontrak pembelian terjadi, importir membuka Leter of Credit (L/C)

untuk dan atas nama eksportir di luar negeri melalui bank di dalam negeri

(opening bank) A-F.

EXPORTIR SELLER

(B)

IMPORTIR BUYER

(A)

BANK LUAR NEGERI (G)

BANK DALAM NEGERI (F) PELAYARAN

(C)

PABEAN (D)

ASURANSI (E)

LUAR NEGERI

DALAM NEGERI

3

4

4

5

10

6 8

7 9

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

3. Bank dalam negeri mitra importir menyelenggarakan pembukaan L/C untuk

eksportir melalui bank korespondennya di negara eksportir F-G.

4. Shipping documents diterima oleh bank di dalam negeri dari korespondennya

di luar negeri G-F.

5. Bank di dalam negeri mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik oleh

eksportir dan dikirimkan dengan shipping documents dan kemudian

menyelesaikan perhitungan tagihannya dengan importir. Setelah itu, barulah

bank menyerahkan shipping documents kepada importir F-A.

6. Importir menyerahkan Bill of Lading (B/L) kepada maskapai pelayaran (atau

agennya) yang mengangkut barang-barang itu untuk ditukarkan dengan

delivery order (DO) A-C.

7. Importir menyelesaikan berbagai bea masuk dengan pabean A-D.

8. Importir mengambil komoditi dari maskapai pelayaran setelah formulir impor

dan PIB dipenuhi A-C.

9. Importir mengajukan claims (ganti rugi) kepada eksportir atau kepada

maskapai asuransi, dalam hal terdapat kerusakan atau kekurangan A-E & A-B.

10. Melunasi wesel pada hari jatuh temponya, jika hal itu belum diselesaikan

sebelumnya dengan bank A-F.

2.1.3 Ekspor

Ekspor diartikan sebagai pengiriman barang dan jasa dari pelabuhan suatu

negara. Penjual barang dan jasa tersebut disebut sebagai eksportir dan berbasis di

negara pengekspor sedangkan pembeli berbasis di luar negeri disebut sebagai

importir. Dalam perdagangan internasional, ekspor mengacu pada menjual barang

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

dan jasa yang diproduksi di dalam negeri ke pasar lain (Joshi, 2005; Jhingan,

2010; Dodge, 2013).

Ekspor merupakan komponen utama dari perdagangan internasional dan

risiko makroekonomi serta manfaat mengekspor secara teratur dibahas dan

diperdebatkan oleh para ekonom dan lain-lain. Dua pandangan tentang perspektif

yang berbeda perdagangan internasional saat ini, yaitu: 1) manfaat dari

perdagangan internasional dan 2) Kekhawatiran industri dalam negeri (atau buruh

atau budaya) bisa dirugikan oleh kompetisi asing.

2.1.3a Pengertian Ekspor

Pengertian ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi

di dalam negeri untuk dijual di luar negeri. Ditinjau dari sudut pengeluaran,

ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Produk Domestik Bruto

(PDB)/Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor

maka pendapatan masyarakat secara langsung juga mengalami perubahan. Di lain

pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut

akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang

terjadi di pasaran internasional ataupun di perekonomian dunia.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor dan ekspor neto

suatu negara, meliputi: 1) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi

dalam negeri dan luar negeri, 2) Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri,

3) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk

membeli mata uang asing, 4) Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

negeri, 5) Ongkos angkutan barang antar negara, 6) Inflasi dan 7) Kebijakan

pemerintah mengenai perdagangan internasional.

2.1.3.b Fungsi Ekspor

Keuntungan dari ekspor perdagangan luar negeri adalah negara

memperoleh devisa dari keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada

gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan

tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dihindari dan

pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2010a, b).

2.1.3.c Tarif

Tarif adalah pajak yang dikenakan untuk barang impor dari suatu negara

dan atau ekspor ke negara lain. Tarif ini menjadi penghambat dalam ekonomi

perdagangan internasional. Cara yang digunakan ketika output domestik suatu

negara baik yang jatuh dan impor dari pesaing asing meningkat, terutama jika

terdapat alasan strategis untuk mempertahankan kemampuan produksi dalam

negeri.Tarif tersebut biasanya menyebabkan hambatan dari ketentuan yang berasal

dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan jika penerapan tarif itu gagal,

akhirnya akan menuju ke arah dimana negara menempatkan tarif terhadap negara

lain meskipun untuk mengesankan tekanan untuk menghapus tarif.

2.1.4 Perbankan Nasional

2.1.4.a Definisi dan Tujuan Bank

Kata bank secara etimologi berasal dari bahasa Italia banque atau banca

yang berarti bangku, dimana para Bankir Florence pada masa Renaissance

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

melakukan transaksi dengan duduk di belakang meja untuk tempat penukaran

uang. Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia adalah lembaga negara

Indonesia yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas

dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang

secara tegas diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia (UU RI No. 3

Tahun 2004).

Menurut UU RI No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, dijelaskan bahwa tujuan Bank

Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk

mencapai tujuan yang dimaksud, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan

moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan dan harus mempertimbangkan

kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

2.1.4.b Fungsi dan Peranan Bank Indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu

tujuan tunggal dalam menjalankan fungsi dan peranan, yaitu mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua

aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan

terhadap mata uang negara lain yang dikenal dengan menjaga gejolak moneter.

Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua

tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus

dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian,

tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan

mudah.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Tiga Pilar Utama Fungsi dan Peranan Bank Indonesia

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar

yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu

diintegrasi agar mencapai tujuan dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat

dicapai secara efektif dan efisien.

Pilar 1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah

kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan

memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka

pendek, menengah ataupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan

dengan menetapkan suku bunga (BI Rate). Perkembangan indikator tersebut

dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi

pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan cadangan wajib

minimum bagi perbankan. Pendekatan pengendalian moneter secara tidak

langsung ini telah dilakukan sejak 1983 dengan mekanisme operasional yang

disesuaikan dengan dinamika perkembangan pasar uang di dalam negeri.

1. Operasi Pasar Terbuka

Operasi Pasar Terbuka (OPT) dilaksanakan untuk mempengaruhi

likuiditas rupiah di pasar uang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat

suku bunga. OPT dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) dan Intervensi Rupiah.

Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang

terjadi benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sedangkan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menyesuaikan

kondisi pasar uang, baik likuiditas ataupun tingkat suku bunga.

2. Penetapan Cadangan Wajib Minimum

Kebijakan ini mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva

lancar yang besarnya adalah persentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Saat ini,

kebijakan ini tertuang dalam ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 5

persen dari dana pihak ketiga yang diterima bank, yang wajib dipelihara dalam

rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia. Apabila Bank Indonesia

memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter maka cadangan wajib

tersebut dapat ditingkatkan dan demikian pula sebaliknya.

3. Peran sebagai Lender of The Last Resort

Bank Indonesia juga berfungsi sebagai lender of the last resort. Dalam

melaksanakan fungsi ini, Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami kesulitan

likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya mismatch dalam

pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari dan bank

penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi serta

mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman.

4. Kebijakan Nilai Tukar

Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam

rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi.

Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi

peningkatan kegiatan dunia usaha. Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun

1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun

1978 dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate

system) sejak 14 Agustus 1997. Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini,

nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku

adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan

permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-

waktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat

terjadi gejolak kurs yang berlebihan.

5. Pengelolaan Cadangan Devisa

Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah

dan bank-bank devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi

internasional. Dalam mengelola cadangan devisa ini, Bank Indonesia lebih

mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan daripada keuntungan

yang tinggi. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap mempertimbangkan

perkembangan yang terjadi di pasar internasional, sehingga tidak tertutup

kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portfolio komposisi jenis penempatan

cadangan devisa. Dalam mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank

Indonesia menerapkan sistem diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing

ataupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara tersebut

diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapat dikompensasi

oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai nilai yang

lebih baik.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

6. Kredit Program

Dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independen,

pemberian kredit program yang selama ini dilakukan selanjutnya berada di luar

lingkup tugas Bank Indonesia. Tugas pemberian kredit program akan dilakukan

oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk Pemerintah. Pengalihan

tugas ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat lebih memfokuskan perhatian

pada pencapaian sasaran-sasaran moneter serta agar dapat tercipta pembagian

tugas yang baik antara Pemerintah dan Bank Indonesia.

Pilar 2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia

merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan

mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari

peredaran. Di sisi lain, dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran Bank Indonesia berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan

perijinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer

dana baik yang bersifat real time, sistem kliring ataupun sistem pembayaran

lainnya misalnya sistem pembayaran berbasis kartu.

Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman

dan handal, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan pengembangan

sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran

Nasional. Pengembangan tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

ketentuan yang diarahkan pada pengurangan risiko pembayaran antar bank dan

peningkatan efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran. Pada sistem pembayaran

non tunai, saat ini penyediaan layanan jasa pembayaran sebagian besar dilakukan

oleh perbankan baik melalui rekening bank di Bank Indonesia, hubungan bilateral

antar bank ataupun melalui jaringan internal bank yang dimilikinya. Layanan

pembayaran dana antar nasabah tersebut biasanya dilakukan melalui transfer

elektronik, sistem kliring ataupun melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS). Dari sisi piranti pembayaran, secara historis sistem

pembayaran non tunai di Indonesia didominasi oleh piranti pembayaran berbasis

warkat, namun dalam perkembangannya piranti elektronik mulai banyak berperan

terutama sejak dioperasikannya sistem BI-RTGS pada bulan November untuk

penyelesaian transaksi bernilai besar atau urgent.

Sementara itu, dalam kaitannya dengan pengawasan sistem pembayaran,

Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperoleh

jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan

sistem pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan ijin operasional

terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem pembayaran

juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem

pembayaran baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia ataupun pihak lain di luar

Bank Indonesia.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Pilar 3. Mengatur dan Mengawasi Bank

Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia

menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut ijin atas kelembagaan atau

kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank dan

mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang

menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip

kehati-hatian.

Berkaitan dengan kewenangan di bidang perijinan, selain memberikan dan

mencabut ijin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan ijin

pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan

atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan ijin kepada bank

untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung

ataupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk

pemeriksaan secara berkala ataupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan

tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap

laporan yang disampaikan oleh bank.

Upaya Restrukturisasi Perbankan sebagai upaya untuk membangun

kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian

Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan

yang komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan

ekonomi, di samping sekaligus meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan

moneter. Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan

kepercayaan masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit,

penyempurnaan ketentuan perbankan dan peningkatan fungsi pengawasan bank

(www.bi.go.id).

Sebagai institusi moneter tertinggi di Indonesia adalah BI telah memiliki

model untuk mendapatkan dampak yang paling baik bagi kestabilan

perekonomian dan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, sebagai berikut.

Gambar 2.4

Model Stabilitas Perekonomian BI Sumber: Bank Indonesia, 2014

Suku bunga

deposito dan

Kredit yang

disalurkan

Harga asset

(saham, obligasi)

Nilai tukar

Ekspektasi inflasi

Konsumsi

investasi

Ekspor

PRODUK

DOMESTIK

BRUTO

INFLASI

BI RATE

FEEDBACK

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.4.c Jenis Bank Umum Nasional

Bank Umum Nasional di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu: Bank Umum

Non Devisa dan Bank Umum Devisa.

Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.

9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat

umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum

sering disebut bank komersial (commercial bank).

Bank devisa yaitu bank umum, baik bersifat konvensional ataupun

berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan pelayanan lalu lintas

pembayaran dalam dan luar negeri (UU RI No. 10 tahun 1998). Bank devisa

adalah bank yang telah mendapat ijin dari Bank Indonesia untuk melaksanakan

transaksi dalam valuta asing. Termasuk pembayaran transaksi ekspor dan impor,

pengiriman uang ke luar negeri dan jual beli valuta asing. Perbedaan utama antara

bank devisa dengan bank umum adalah pada bank devisa mempunyai bagian-

bagian yang khusus melaksanakan dan mengelola transaksi devisa, yaitu bagian

Ekspor Impor (EXIM), bagian transfer luar negeri dan bagian Treasury.

Masing-masing bagian mempunyai tugas sendiri-sendiri, misalnya bagian

EXIM adalah bagian yang melaksanakan transaksi impor yang tugasnya antara

lain membuka L/C dan membayar dalam valuta asing ke penjual kemudian

transaksi ekspor yang tugasnya meneruskan L/C dan menegosiasi dokumen L/C.

Bagian Treasury adalah bagian yang mengelola dan mencari dana khususnya

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

dalam valuta asing, jual beli valuta asing dan tugas ini dilakukan oleh dealer

(yang bertugas dalam dealing room) dan treasury operation.

Untuk menjalankan tugas sebagai perantara dan sekaligus pelaksana dalam

transaksi perdagangan internasional, suatu bank devisa tentu saja tidak akan dapat

bekerja sendiri kalau menginginkan tugasnya sebagai perantara berhasil baik dan

sempurna. Untuk itu bank devisa memerlukan hubungan dengan bank

koresponden di luar negeri ataupun di dalam negeri (correspondent relationship)

terutama dalam bank-bank utama (first class bank) yakni bank-bank yang dalam

dunia perbankan dan perdagangan internasional yang mempunyai reputasi yang

baik dan profesional dan mempunyai cabang di banyak negara.

Di samping adanya pemakaian jasa-jasa dari bank di luar negeri ataupun di

dalam negeri, bank devisa akan mendapatkan keuntungan dari hasil hubungan

dengan bank koresponden tersebut atas dasar timbal balik atau asas resiprositas.

Misalnya sebagai bank penerus L/C atas permintaan bank koresponden

memperoleh fee (advising commission) atau komisi penerusan L/C. Sedangkan

bila bertindak sebagai bank pembuka L/C dengan meminta bantuan bank

koresponden tersebut untuk meneruskan L/C berarti memberikan jaminan

pendapatan. Dengan begitu risiko yang dialami oleh bank devisa adalah lebih

komplek dibandingkan dengan apa yang dialami oleh bank non devisa, apalagi

jika ini ditinjau dari segi penggunaan dan penyaluran kredit dalam mata uang

asing. Krisis moneter yang dialami oleh Republik Indonesia pada tahun 1997

hingga 1998 telah meninggalkan bekas kelam bagi bisnis perbankan Indonesia.

Krisis moneter pada masa itu bukan hanya dialami Indonesia tapi juga Asia.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Terutama para perbankan yang telah memiliki portofolio kewajiban dalam bentuk

dollar dan berbagai mata uang asing lainnya mengalami kemacetan atau terjadinya

kenaikan dari segi insolvency (ketidakmampuan memenuhi kewajibannya).

Untuk mendirikan bank devisa atau mengubah bank non devisa menjadi

bank devisa maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya adalah:

a. Kondisi laporan keuangan yang menggambarkan kesehatan bank terebut

selalu dalam keadaan stabil untuk 2 atau 3 tahun yang lalu.

b. Jumlah modal yang dimiliki atau yang disetor minimal Rp 150 miliar sampai

dengan 200 miliar.

c. Diaudit oleh lembaga auditor independent yang memiliki reputasi tinggi dan

dinyatakan posisi unqualified opinion/ wajar tanpa masalah (Riyadi dan

Hadiyati, 2012; Fahmi, 2014).

Jenis bank berdasarkan kepemilikan dibedakan menjadi tiga (3) yaitu: Bank

milik swasta, Bank milik Pemerintah Daerah dan Bank milik asing. Bank umum

milik swasta yang berpredikat bank devisa sejumlah 35, 4 Bank Devisa BUMN

(Badan Usaha Milik Negara) yaitu Bank Mandiri Tbk (terbuka), Bank BNI 46

Tbk, Bank Tabungan Negara Tbk dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (Bank

Indonesia, 2014, 2014a).

2.1.4.d Sistem Perbankan

Sistem perbankan Indonesia adalah sebuah tata cara, aturan-aturan dan

pola bagaimana sektor lembaga perbankan (bank-bank yang ada) menjalankan

usahanya sesuai dengan ketentuan atau sistem yang dibuat oleh pemerintah.

Sistem perbankan di Indonesia terbangun dengan konsep yang dilandaskan pada

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

sistem perekonomian yang ada. Indonesia menetapkan sistem perekonomiannya

sebagai sistem ekonomi yang demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu

Pancasila. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Azas Perbankan Indonesia, pada

pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi: Perbankan Indonesia dalam

menjalankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-

hatian.

2.1.4.e Pengawasan Perbankan Nasional

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Indonesia didirikan setahun setelah

Undang-Undang No. 21/2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang diterbitkan

pada 22 November 2011. Setelah OJK dibentuk, secara bertahap otoritas baru ini

mendapatkan pelimpahan tugas dan kewenangan pengaturan dan pengawasan

sektor jasa keuangan. Itu dimulai dari sektor pasar modal dan Lembaga Keuangan

Non Bank (LKNB) pada 31 Desember 2012. Sebelumnya, pasar modal dan

LKNB diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK). Bapepam-LK dilikuidasi seiring dengan lahirnya OJK, tugasnya

dilimpahkan kepada OJK. Setahun kemudian, OJK beroperasi dengan

kewenangan penuh sebagai otoritas yang mengatur dan mengawasi seluruh sektor

jasa keuangan. Per 31 Desember 2013, Bank Indonesia melimpahkan tugas dan

kewenangan mengatur dan mengawasi sektor perbankan kepada OJK (UU No. 21,

2011).

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.4.f Teori Rahasia Bank

Banyak teori rahasia bank yang bisa dicari namun secara umum ada 2

(dua) teori rahasia bank yang begitu familiar dikenal publik, yaitu:

1. Teori rahasia bank yang bersifat mutlak (Absolute Theory)

Menurut teori ini bank mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia atau

keterangan-keterangan mengenai nasabahnya yang diketahui bank karena

kegiatan usahanya dalam keadaan apapun juga, dalam keadaan biasa atau

dalam keadaan luar biasa.

2. Teori rahasia bank yang bersifat relatif

Menurut teori ini, bank diperbolehkan membuka rahasia atau memberi

keterangan mengenai nasabahnya, jika untuk kepentingan yang mendesak,

misalnya untuk kepentingan negara atau kepentingan hukum.

Pada kedua teori tersebut pada prinsipnya diterapkan berdasarkan pada

situasi dan kondisi yang terjadi. Misalnya dibutuhkan untuk proses penyelidikan

atau tugas perintah pengadilan maka memungkinkan teori kedua ini langsung

diterapkan. Namun jika tidak diperlukan maka cukup hanya yang pertama saja.

Undang-undang yang membahas rahasia bank juga dapat dilihat pada Undang-

undang Nomor 33 PrP 1960 tentang Rahasia Bank, Undang-undang Nomor 14

Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Tujuan pemberian rahasia bank sebenarnya bertujuan untuk memberi

kenyamanan kepada para nasabah yang menempatkan sejumlah dananya di bank

tersebut. Kerahasiaan tersebut bukan hanya pada penabung namun juga berlaku

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

pada yang mengambil kredit di bank tersebut (UU No. 14, 1967; UU No. 7,

1992).

2.1.4.g Indikator Kinerja Bank

Indikator kinerja bank, antara lain 1) CAMEL (Capital, Asset,

Management, Earning, Liquidity); dan 2) EAGLES (Earning Ability, Asset

Quality, Growth, Liquidity, Equity and Strategic Management).

2.1.4.h Risiko-risiko Perbankan

Risiko perbankan dalam melakukan kegiatannya menghadapi berbagai

kemungkinan risiko, dimana kegiatan yang dilakukan tersebut dapat berdampak

negatif atau tidak seperti yang diharapkan. Basel Accord (aset of

recommendations for regulations in the banking industry) mengklasifikasikan

risiko perbankan, sebagai berikut 1) Risiko pasar, 2) Risiko kredit, 3) Risiko

operasional, 4) Risiko lainnya, risiko usaha, risiko strategis dan risiko reputasi.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/2003 mengidentifikasi terdapat delapan jenis

risiko yang secara inherent melekat pada industri perbankan, yaitu risiko kredit,

risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional, risiko hukum (legal), risiko

reputasi, risiko strategik dan risiko kepatuhan/compliance (Ghozali, 2007).

2.1.4.i Risiko Kredit

Risiko Kredit (credit risk) yaitu risiko yang timbul akibat debitur gagal

memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran pokok ataupun bunga

sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian kredit, di samping risiko suku

bunga, risiko kredit merupakan salah satu risiko utama dalam pelaksanaan

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

pemberian kredit bank dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap kolektibilitas

kredit. Risiko kredit dalam perbankan didefinisikan sebagai risiko kerugian yang

dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan debitur membayar kewajibannya atau

tidak dapat melunasi hutangnya (Ghozali, 2007). Risiko kredit dapat timbul

karena beberapa hal sebagai berikut.

1) Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat di dalamnya bisa melalui

pihak lain, misal: kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif.

2) Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat

hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar.

3) Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga dan produk derivatif.

Kerugian dari risiko kredit dapat timbul sebelum terjadinya default,

sehingga secara umum risiko kredit harus didefinisikan sebagai potensi kerugian

nilai market to market yang mungkin timbul karena pemberian kredit oleh bank.

Settlemen risk dapat terjadi pada transaksi dengan nilai mata uang yang berbeda

karena perbedaan waktu di dunia. Sumber risiko kredit (Ghozali, 2007), antara

lain sebagai berikut.

1) Lending risk yaitu risiko akibat debitur atau nasabah tidak mampu melunasi

fasilitas yang telah disediakan oleh bank. Baik fasilitas kredit langsung

ataupun tidak langsung (cash loan ataupun non cash loan).

2) Counterparty Risk yaitu risiko yang timbul karena pasangan usaha tidak dapat

melunasi kewajibannya, baik sebelum ataupun pada tanggal kesepakatan.

3) Issuer Risk yaitu yang timbul karena penerbit suatu surat berharga tidak dapat

melunasi sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Menurut Basel II, bank dalam memperhitungkan probability of default

debitur, harus mempertimbangkan seberapa jauh hal tersebut dapat berpengaruh

terhadap permodalan bank. Probability of default tersebut adalah ketika debitur

tidak membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman. Oleh karena itu di satu sisi

bank harus membuat cadangan dari penyisihan gross margin. Jika pencadangan

tersebut tidak dapat mencukupi, kekurangan pencadangan tersebut harus

diperhitungkan sebagai unsur pengurang modal bank. Pengertian risiko kredit

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/25/PBI/2009, adalah

risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban

kepada bank. Rasio keuangan yang digunakan dalam mengukur risiko kredit

adalah Non Performing Loan (NPL) yang merupakan perbandingan total kredit

bermasalah dengan total kredit yang diberikan.

Non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu

indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Semakin tinggi nilai NPL,

maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba

yang diterima oleh bank. Keberadaan NPL yang cukup banyak menimbulkan

kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh

sebab itu bank dituntut untuk menjaga kreditnya agar tidak berada dalam kategori

kredit bermasalah (NPL). Besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat

(nasabah) tercermin dari besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR). Jika LDR

melampaui batas yang ditetapkan regulasi sebesar 100 persen, maka ini berarti

risiko kredit meningkat. Risiko kredit diukur dari rasio NPL, dimana standar

maksimum adalah 5 persen menurut standar dari Bank Indonesia (BI, 2015).

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Pengukuran Risiko Kredit

Komite Basel (The Basel Committee) pada tahun 1998 telah

mempublikasikan Kesepakatan Basel Pertama (The First Basel Committee

Accord-Basel I) yang hanya mencakup risiko kredit. Dalam hal ini, modal yang

harus disediakan hanya dikaitkan dengan risiko kredit sesuai dengan

perkembangan dan pertimbangan pemikiran pada saat kesepakatan tersebut

dibuat. Pengukuran kecukupan modal menurut risiko kredit berdasarkan pada

beberapa perhitungan yang terdiri dari bobot risiko aktif, penyetaraan dengan

risiko kredit, target rasio modal dan kalkulasi konsumsi modal yang memenuhi

syarat, kecukupan hasil pada modal yang memenuhi syarat dan struktur modal.

Dengan perkembangan hingga dekade 1990-an dimana risiko pasar merupakan

salah satu faktor penting dalam kehancuran bank-bank, kemudian Basel

merumuskan suatu perhitungan risiko pasar dalam perhitungan modal, yang

dipublikasikan dalam The Market Risk Amandment to the Original Accord pada

Januari 1996.

Adanya kelemahan tersebut, kemudian Basel Committee mengembangkan

metode perhitungan risiko dan menambahkan risiko operasional dalam

perhitungan risiko, yang selanjutnya dikenal dengan Basel II. Secara garis besar

Basel II lebih fokus pada internal model, memiliki tingat sensitivitas risiko yang

lebih tinggi, lebih fleksibel untuk disesuaikan terhadap kebutuhan bank yang

berbeda-beda, serta mencakup risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.

Untuk risiko kredit, pada Basel II terdapat 2 (dua) pilihan untuk menentukan

model perhitungan penyediaan modal minimum, yaitu sebagai berikut.

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

1) Model portofolio penuh (full portofolio models), yaitu dengan penerapan

teknik option pricing. Model ini merupakan karya Robert Merton pada

penetapan harga dan pengukuran risiko pada option portofolio.

2) Model pemeringkatan (grading models) dimana kalkulasi risiko dilakukan

berdasarkan individual obligor dan risiko portofolio secara sederhana didapat

dari penjumlahan total risiko individual. Model ini digunakan secara luas oleh

lembaga pemeringkat rating seperti Standard & Poor’s dan Moody’s Investor

Services Rating.

Selain itu untuk kewajiban penyediaan modal minimum yaitu pada Pilar 1 Basel

II, risiko kredit pada bank dihitung dengan cara, sebagai berikut.

1) The standardized approach.

2) The internal rating based (IRB) approach, yang terdiri dari The IRB model

foundation approach dan The advanced IRB model approach.

Untuk the standardized approach bank dapat menggunakan external

credit rating yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat. Sedangkan untuk the

internal rating based approach baik foundation model ataupun advanced model,

bank diminta untuk mengembangkan credit rating system sendiri (internal credit

rating). Dengan adanya credit rating assessment ini, bobot risiko yang akan

dibebankan pada masing-masing eksposur kredit disesuaikan dengan kondisi

rating masing-masing debitur.

2.1.4.j Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas yaitu risiko bank tidak memiliki uang tunai atau aktiva

jangka pendek yang dapat diuangkan segera dalam jumlah yang cukup untuk

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

memenuhi permintaan deposan atau debitur, risiko ini terjadi sebagai akibat

kegagalan pengelolaan antara sumber dana dan penanaman dana (mismatch) atau

kekurangan likuiditas/dana (shortage) yang mengakibatkan bank tidak mampu

memenuhi kewajiban keuangan pada waktu yang telah ditetapkan. Besar kecilnya

risiko likuiditas ditentukan, antara lain sebagai berikut.

1) Melaksanakan monitoring secara harian atas semua dana masuk baik melalui

incoming transfer ataupun setoran tunai nasabah.

2) Melaksanakan monitoring secara harian atas besarnya penarikan dana yang

dilakukan oleh nasabah baik berupa penarikan melalui kliring ataupun

penarikan tunai.

3) Membuat analisa sensitivitas likuiditas bank terhadap skenario penarikan

dana berdasarkan pengalaman masa lalu atas penarikan dana bersih terbesar

yang pernah terjadi dan membandingkannya dengan penarikan dana bersih

rata-rata saat ini. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat ketahanan

likuiditas Bank.

4) Menetapkan kebijakan Cash Holding Limit pada kantor-kantor cabang bank.

Melaksanakan fungsi BIS (Asset & Liability Committee) untuk mengatur

tingkat bunga dalam usahanya dan meningkatkan/menurunkan sumber dana

tertentu (PBI No. 11/25/2009, Bank Indonesia, 2014).

5) Selanjutnya Bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga posisi

likuiditas bank, antara lain menempatkan kelebihan dana ke dalam instrumen

keuangan yang likuid.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Karenanya, bank wajib menyediakan likuiditas tersebut dengan cukup dan

mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil maka

akan mengganggu kegiatan operasional bank, namun demikian likuiditas juga

tidak boleh terlalu besar, karena apabila jumlah likuiditas terlalu besar maka akan

menurunkan efisiensi bank sehingga berdampak pada rendahnya tingkat

profitabilitas. Jenis-jenis risiko likuiditas, antara lain sebagai berikut.

1) Risiko likuiditas pasar, dimana risiko yang timbul karena bank tidak mampu

melakukan offsetting tertentu dengan harga karena kondisi likuditas pasar

yang tidak memadai atau terjadi gangguan dipasar. Contohnya Bank XXX

memberikan bagi hasil yang tidak wajar misalkan 80 persen (eq.rate 12

persen) agar nasabah dana mau menyimpan dananya padahal pada saat yang

bersamaan pasar hanya eq. rate 8,5 persen.

2) Risiko likuditas pendanaan, dimana risiko yang timbul karena bank tidak

mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana

lain. Contohnya Bank xxx pada saat membutuhkan likuditas, Bank AAA tidak

mampu menjual obligasi yang dimilikinya walaupun sudah diberikan discount

cukup besar.

Peristiwa risiko likuiditas yang sering kali terjadi, meliputi tingkat dimana

dibutuhkan penambahan dana dengan biaya tinggi dan atau menjual aset dengan

harga discount, ketidaksesuaian jatuh tempo (maturing mismatch) antara eraning

assets dan pendanaan, pinjaman jangka pendek (borrow short) dan pembiayaan

jangka panjang (lend long) dengan spread yang lebar dan kontrak mudharabah

mengijinkan nasabah untuk menarik dananya setiap saat tanpa pemberitahuan.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Selain peristiwa tersebut, juga terdapat faktor atau penyebab meningkatnya risiko

likuiditas, yaitu penurunan kepercayaan terhadap sistem perbankan, penurunan

kepercayaan terhadap suatu bank, ketergantungan kepada deposan inti,

berlebihnya dana jangka pendek atau long term asset, keterbatasan secara pada

asset securization karena pembatasan untuk menjual utang (sale of debt).

Risiko perbankan secara umum terbagi dalam tiga kategori: risiko

keuangan, operasional dan lingkungan. Risiko keuangan terdiri atas dua jenis

risiko. Risiko perbankan tradisional termasuk neraca dan struktur laporan

pendapatan, kredit dan solvabilitas, dapat mengakibatkan kerugian bagi bank jika

tidak dikelola dengan baik. Risiko kas, berdasarkan arbitrase keuangan, dapat

menghasilkan keuntungan jika arbitrase sudah benar atau kerugian jika itu salah.

Kategori utama risiko kas adalah risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, risiko

mata uang dan risiko pasar.

Menurut PBI No.11/25/2009 (Bank Indonesia, 2011), pengertian risiko

likuiditas adalah risiko bank akibat ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban

bank yang telah jatuh tempo dari pendanaan arus kas dan atau aset yang likuid

tanpa menggangu aktivas bank sehari-hari. Dari pengertian tersebut berarti bank

harus mampu menyediakan dana cadangan bilamana ada penarikan dana nasabah

yang bersifat mendadak dan aktiva yang diivestasikan bank juga cukup likuid

bilamana harus mencairkan untuk menutupi kebutuhan dana.

Menyikapi perubahan sistem keuangan secara struktural serta belajar dari

krisis keuangan yang melatarbelakangi anjloknya pasar keuangan, Basel

Committee on Banking Supervision (BCBS) dari Bank for International

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Settlements (BIS) mengkaji kembali rekomendasi dalam dokumen mengenai

Sound Liquidity Risk Management Practices yang dikeluarkan pada tahun 2000

karena dinilai kurang memadai. Selanjutnya, pada September 2008 BCBS telah

mengeluarkan revisi dokumen tersebut dengan memperluas beberapa area penting,

yaitu sebagai berikut.

1) Penetapan level toleransi terhadap risiko likuiditas (liquidity risk tolerance).

2) Pemeliharaan tingkat likuiditas yang memadai, termasuk pencadangan aset

likuid.

3) Perlunya alokasi biaya, manfaat, risiko likuiditas pada aktivitas usaha yang

signifikan.

4) Identifikasi dan pengukuran berbagai spektrum risiko likuiditas, termasuk

risiko likuiditas yang bersumber dari transaksi off balance sheet (contingent

liquidity risks).

5) Disain dan penggunaan skenario stress test yang bersifat worst case.

6) Perlunya rencana pendanaan darurat (contingency funding plan) yang

memadai.

7) Pengelolaan likuiditas intra hari (intraday liquidity risk) dan agunan.

8) Pengungkapan publik untuk mendorong disiplin pasar/market discipline

(www.bi.go.id, http://www.bis.org/bcbs/history.htm).

Risiko likuiditas diukur dengan LDR yang idealnya adalah 75-80 persen,

maksimum 110 persen menurut standar dari Bank Indonesia (BI, 2015).

2.1.4.k Risiko Pasar

Risiko pasar adalah kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang

disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali

perusahaan. Risiko pasar sering disebut juga sebagai risiko yang menyeluruh,

karena sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan dialami oleh seluruh

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

perusahaan. Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi di

Indonesia 1997 dan 1998. Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk, yaitu

sebagai berikut.

1) Risiko Pasar (General Market Risk)

General market risk (risiko pasar secara umum) ini dialami oleh seluruh

perusahaan yang disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga

terkait yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh

sektor bisnis. Contohnya, pada saat bank sentral suatu negara melakukan

kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai

instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.

Ada beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya general market risk

(risiko pasar secara umum), yaitu sebagai berikut.

a) Risiko pertukaran mata uang asing (Foreign Exchange Risk)

Secara umum dalam ilmu keuangan dikenal dua bentuk pasar yaitu pasar

modal (capital market) dan pasar uang (money market).

b) Risiko suku bunga (Interest Rate Risk)

Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku

bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan

perusahaan.

c) Risiko posisi komuditas (Commodity Position Risk)

Commodity position risk (risiko perubahan nilai komoditi) adalah suatu

situasi dan kondisi dimana terjadinya kerugian akibat perubahan harga barang

komoditi di pasar yang disebabkan faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini akan

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

semakin parah pada saat barang komoditi tersebut telah terikat kontrak dalam

suatu kontrak perjanjian serta informasi tersebut telah sampai ke pasar.

Perbankan adalah lembaga mediasi yang bertugas menjembatani pihak-pihak yang

membutuhkan bantuan dengan tujuan mngefektifikan dan mengefisienkan

berbagai urusan. Dalam kontek ini perbankan bias saja terserat dalam ruang risiko

pada saat pihak-pihak tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.

d) Risiko Posisi Ekuitas (Equity Position Risk)

Equity position risk (risiko perubahan kekayaan) adalah suatu kondisi

dimana kekayaan perusahaan (stock and share) mengalami perubahan dari

biasanya sehingga perubahan tersebut memberi dampak pada keuntungan dan

kerugian perusahaan.

e) Risiko Politk(Politic Risk)

Stabilitas politik adalah sesuatu sangat penting bagi suatu negara.

Stabilitas politik menjanjikan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.

2) Risiko Pasar Khusus (Spesific Market Risk)

Specific market risk (risiko pasar secara spesifik) adalah suatu bentuk

risiko yang hanya dialami secara khusus pada sektor atau sebagian bisnis saja

tanpa bersifat menyeluruh. Contohnya, pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu

lembaga penilai dimana lembaga penilai tersebut memiliki reputasi yang baik dan

diakui oleh publik. Bahwa dengan mengumumkan PT (Perseroan Terbatas) ABC

memiliki kinerja yang rendah dan memiliki utang yang besar serta laporan yang

dipublikasikan selama ini kepada publik sesuai dengan yang sebenarnya.

Sehingga atas berita tersebut saham dan obligasi perusahaan tersebut langsung

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

jatuh. Dan jatuhnya saham serta obligasi perusahaan tersebut tidak dikuti oleh

perusahaan lain. Salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang

diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan dengan suku bunga pinjaman

yang diberikan atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga

pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan

disebut Net Interest Margin (NIM). Semakin tinggi NIM maka pendapatan bunga

atas aktiva produktif meningkat, yang berarti kinerja keuangan bank semakin

meningkat. Risiko pasar diukur dengan rasio NIM. Yang idealnya adalah lebih

besar dari 6 persen menurut standar Bank Indonesia (BI, 2015).

2.1.5 Teori Nilai Tukar (Kurs)

Secara garis besar ada dua macam sistem kurs, yaitu sistem kurs

mengambang (floating exchange rate system) dan sistem kurs tetap (fixed

exchange rate system). Di antara kedua macam sistem tersebut ada beberapa

variasinya. Sistem kurs mengambang sering juga disebut dengan freely fluctuating

exchange rate system atau sistem kurs bebas dan flexible exchange rate system

namun yang paling populer yaitu istilah floating exchange rate system.

Di dalam sistem kurs mengambang terkandung dua macam variasi, antara

lain 1) dirty float yaitu apabila pemerintah secara aktif melakukan usaha

stabilisasi kurs valuta asing dan 2) clean float yaitu apabila pemerintah tidak

melakukan usaha stabilisasi kurs. Suatu sistem dikatakan menerapkan sistem kurs

bebas manakala memenuhi persyaratan, sebagai berikut.

1) Mata uang yang beredar tidak konvertibel tehadap emas.

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2) Kurs valuta asing ditentukan sepenuhnya oleh pasar. Apabila pemerintah

melakukan intervensi maka yang dilakukan adalah bagaimana kebijakan

pemerintah dapat mempengaruhi sisi permintaan dan penawaran valuta asing.

3) Tidak ada pembatasan penggunaan valuta asing.

Fluktuasi nilai tukar mata uang merupakan interaksi dari berbagai faktor

baik ekonomi ataupun non ekonomi. Keadaan ini secara jelas dapat diilustrasikan

dalam suatu bagan pada Gambar 2.5. Dari skema tersebut dapat diketahui bahwa

fluktuasi kurs dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu tingkat bunga, persepsi dan

ekspetasi pasar, kinerja perbankan, jangka waktu perubahan, jumlah pinjaman luar

negeri, efek eksternal (contagion effect), defisit transaksi berjalan dan juga aspek

non ekonomi seperti stabilitas politik dan sosial.

Gambar 2.5

Pengaruh Flukstuasi Kurs Rupiah terhadap Variabel Makroekonomi

(Samiun, 2012; Yuliadi, 2008)

Tingkat bunga

Non performing

bank

Persepsi dan

ekspektasi pasar

Faktor eksternal

(contagion effect) Faktor fundamental

- Defisit transaksi berjalan

- Pinjaman luar negeri

Pinjaman luar

negeri

Jangka waktu

perubahan nilai tukar

Fluktuasi nilai

tukar

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Pada literatur ekonomi, pembahasan mengenai pendekatan teori-teori kurs

(exchange rate theories) dapat dibagi menjadi dua macam pendekatan, yaitu: 1)

pendekatan teori kurs tradisional yang didasarkan pada arus perdagangan dan

paritas daya beli untuk mengetahui pergerakan nilai tukar dalam jangka panjang.

Pendekatan tradisional ini juga dapat dikatakan sebagai pendekatan elastisitas

terhadap pembentukan kurs (trade approach to exchange rate determination) dan

2) pendekatan teori kurs modern dengan menjelaskan perubahan nilai kurs pada

pasar modal dan arus modal internasional serta menganalisis perubahan nilai kurs

dalam jangka pendek. Baik pendekatan teori kurs tradisional ataupun modern

keduanya sama-sama penting dalam upaya untuk menjelaskan kaitan fluktuasi

kurs dalam jangka pendek dengan fluktuasi kurs dalam jangka panjang. Sehingga

dapat diketahui bagaimana rumusan model-model analisis kurs terhadap variabel

ekonomi makro lainnya dalam suatu perekonomian (Yuliadi, 2008).

2.1.5.a Fluktuasi Kurs dengan Model Pendekatan Tradisional (Traditional

Approach)

Penjelasan mengenai fluktuasi kurs dengan model pendekatan tradisional

didasarkan pada kajian terhadap pertukaran barang dan jasa antar negara. Artinya

sejauh mana nilai kurs antara dua mata uang dari dua negara ditentukan

berdasarkan besarnya nilai perdagangan barang dan jasa di antara dua negara

tersebut. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa model ini disebut dengan pendekatan

perdagangan (trade approach) atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan

kurs (elasticity approach to exchange rate determination).

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Menurut pendekatan ini bahwa kurs keseimbangan adalah kurs yang akan

menyeimbangkan nilai ekspor dan impor suatu negara. Misalnya suatu negara

mengalami defisit neraca perdagangan yaitu nilai ekspor lebih besar daripada nilai

impornya, maka kurs mata uangnya akan meningkat atau dengan kata lain nilai

mata uangnya mengalami penurunan (depresiasi). Artinya bahwa nilai mata uang

suatu negara menjadi semakin rendah dibandingkan mata uang mitra dagangnya.

Dan sebaliknya jika suatu negara mengalami surplus neraca perdagangan dimana

nilai ekspornya lebih besar daripada nilai impornya, maka kurs mata uangnya

akan menurun atau dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami peningkatan

(apresiasi).

Dalam sistem kurs bebas nilai kurs yang mengalami depresiasi atau

apresiasi akan mendorong terjadinya arus perubahan ekspor dan impor barang dan

jasa dari suatu negara ke negara lainnya sehingga akan tercapai keseimbangan

nilai kurs dimana nilai ekspor sama dengan nilai impornya. Proses penyesuaian

untuk mencapai keseimbangan nilai kurs ditentukan oleh sejauh mana elastisitas

ekspor dan impor barang dan jasa terhadap perubahan harga (kurs), sehingga

pendekatan ini sering disebut dengan pendekatan elastisitas (elasticity approach).

Dalam perekonomian yang mengalami full employment dan neraca

perdagangan yang defisit, maka perlu dilakukan kebijakan depresiasi mata uang

yang lebih besar untuk menggeser penggunaan sumber daya domestik ke produk

untuk tujuan ekspor atau barang substitusi impor sehingga mencapai

keseimbangan nilai kurs. Tetapi jika negara tersebut relatif masih jauh dari

keadaan full employment akan kebijakan depresiasi tidak terlalu besar. Atau dapat

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

ditempuh cara lain untuk mencapai keadaan keseimbangan kurs yaitu dengan

menerapkan kebijakan domestik untuk mengurangi pembelanjaan domestik dan

sumber daya ekonomi dapat diarahkan untuk menghasilkan produk yang

berorientasi ekspor atau untuk menghasilkan barang dan jasa substitusi impor

sehingga akan mencapai keseimbangan baru.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pendekatan

perdagangan atau pendekatan elastisitas menekankan pada pentingnya peran

perdagangan atau arus pertukaran barang dan jasa dalam pembentukan kurs.

Memang tidak semua fenomena perubahan kurs dapat dijelaskan secara tepat

dengan pendekatan ini namun paling tidak dapat memberikan pondasi terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurs.

2.1.5.b Fluktuasi Kurs dengan Model Pendekatan Moneter (Monetary Approach)

Teori nilai tukar dengan pendekatan moneter merupakan kombinasi dari

teori kuantitas uang dengan penentuan nilai tukar. Secara matematis dapat

diformulasikan sebagai berikut.

Y = Y)(r, VP

M .................................................................................. (2.4)

Dimana : M = jumlah uang nominal

P = tingkat harga

r = tingkat bunga

Y = pendapatan nasional riil

Persamaan 2.4 mengindikasikan bahwa percepatan peredaran uang merupakan

fungsi dari tingkat bunga dan pendapatan nasional riil yang selanjutnya akan

menentukam tingkat pertumbuhan ekonomi (Yuliadi, 2008).

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.5.c Fluktuasi Kurs dengan Model Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power

Parity/PPP)

Untuk menjelaskan fluktuasi nilai kurs dalam jangka panjang dapat

dijelaskan dengan kerangka teori paritas daya beli. Secara absolut teori paritas

daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang merupakan rasio dari

tingkat harga umum dari dua negara yang bersangkutan. Formulasi persamaan

dari teori paritas daya beli dirumuskan sebagai berikut.

Rab = Pa / Pb ....................................................................................... (2.5)

Dimana : Rab = kurs antara mata uang negara A dan mata uang negara B

Pa = tingkat harga umum yang berlaku di negara A

Pb = tingkat harga umum yang berlaku di negara B

Teori Purchasing Power Parity (PPP) ini dirumuskan berdasarkan suatu

asumsi implisit bahwa dalam kontek perdagangan dan hubungan keuangan

internasional tidak ada biaya transportasi, tarif atau kendala lainnya yang dapat

menghalangi laju perdagangan barang dan uang secara bebas. Juga diasumsikan

bahwa semua jenis komoditas dapat diperdagangkan secara bebas dan tidak terjadi

gangguan struktural misalnya boikot yang terjadi di tiap negara-negara. Karena

asumsi yang dikembangkan dari teori PPP secara absolut jauh dari fakta dan

realita di lapangan dalam kaitannya dengan proses terciptanya kurs, maka

kemudian muncul versi relatif yang lebih realistis dan potensial (Yuliadi, 2008).

2.1.5.d Teori Nilai Tukar Lainnya

Ada teori lain yang dikemukakan oleh Jagdish Baghwati dan Irving Kravis

dari Universitas Pennsylvania dan Robert Lipsey dari City University of New York

yang menjelaskan mengenai lebih rendahnya tingkat harga di negara-negara

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

miskin. Pandangan lebih menitikberatkan pada perbedaan faktor endowments

yang berupa faktor produksi modal dan tenaga kerja bukan perbedaan tingkat

produktivitas di antara negara-negara. Baghwati-Kravis-Lipsey juga memprediksi

bahwa kenaikan barang dan jasa yang tidak diperdagangkan terjadi jika ada

kenaikan relatif tingkat pendapatan riil per kapita. Di negara yang kaya rasio

modal tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan di negara berkembang sehingga

produktivitas marjinalnya relatif lebih besar sehingga tingkat harga di negara maju

lebih tinggi dibandingkan di negara miskin. Sementara di negara miskin relatif

memiliki jumlah tenaga kerja lebih banyak dibandingkan di negara maju.

Diasumsikan bahwa selisih kelimpahan faktor antara negara kaya dan

miskin cukup besar sehingga mekanisme penyamaan harga faktor-faktor produksi

tidak mudah terjadi. Untuk produksi barang dan jasa yang tidak diperdagangkan

di negara miskin menggunakan tenaga kerja lebih banyak karena merupakan

faktor produksi yang melimpah dan murah.

Untuk menjelaskan bagaimana proses penentuan kurs keseimbangan

terjadi, maka diasumsikan bahwa perekonomian hanya terdiri dari dua negara,

misalnya AS dan Indonesia masing-masing dengan mata uang dollar ($) dan

Rupiah (Rp). Kurs atau nilai tukar mata uang antara dollar dan rupiah pada

dasarnya merupakan konsep yang menjelaskan mengenai berapa jumlah rupiah

yang diperlukan untuk membeli satu dollar AS. Simbol yang dipakai untuk

menjelaskan konsep kurs adalah R dimana rumusnya adalah:

R = Rp/$ ............................................................................................. (2.6)

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Dalam kontek perekonomian internasional dimana interaksi ekonomi

terjadi di antara banyak negara dengan mata uang yang berbeda, maka

pengukuran nilai mata uang juga menyangkut berbagai mata uang di dunia.

Konsep pengukuran nilai suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut

dengan tingkat kurs efektif (effective exchange rate) yang didefinisikan dengan

rata-rata kurs antara mata uang domestik dengan mata uang dari sejumlah negara

lain yang menjadi mitra dagang terpentingnya.

Pertukaran mata uang di dunia merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari interaksi perdagangan antar negara. Karena setiap terjadi perdagangan barang

dan jasa antar negara selalu diikuti dengan pertukaran atau transaksi mata uang

asing negara-negara yang terkait dalam perdagangan tersebut. Dalam transaksi

valuta asing ada beberapa pihak yang terkait dalam transaksi tersebut yaitu bank

sentral, bank umum, pedagang perantara, eksportir dan importir. Dalam transaksi

valuta asing akan dijumpai perbedaan kurs pada tiap mata uang. Hal ini

dimungkinkan karena adanya beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

1) Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing atau

bank.

2) Perbedaan kurs yang terjadi karena perbedaan dalam prosedur dan cara

pembayarannya.

3) Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran pada

suatu bank yang dilibatkan (Yuliadi, 2008).

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.6 Inflasi

Laju inflasi merupakan fenomena ekonomi yang lazim terjadi pada suatu

perekonomian. Inflasi akan menjadi suatu persoalan ekonomi yang serius

manakala berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan berada pada level

yang tinggi. Secara teoritis inflasi diartikan dengan meningkatnya harga-harga

barang secara umum dan terus menerus. Jadi kenaikan yang terjadi pada

sekelompok kecil barang belum bisa dikatakan sebagai inflasi.

Pada perekonomian modern, inflasi sangat bersifat inersial artinya bahwa

gejala inflasi memang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gejala

ekonomi tersebut sehingga disebut inflasi inersial. Gejala inflasi inersial bersifat

tetap dan jangka panjang sehingga bisa diprediksikan. Namun inflasi inersial akan

mengalami perubahan manakala timbul guncangan (shock) pada sisi permintaan

agregat atau perubahan harga minyak dunia, pergeseran nilai tukar, kegagalan

panen dan sebagainya.

2.1.6.a Jenis-jenis Inflasi

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang menyangkut dimensi ekonomi

dan non ekonomi seperti aspek sosial, politik dan budaya masyarakat. Sehingga

kategorisasi inflasi dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu inflasi berdasarkan

sifatnya, besarnya laju inflasi, sumber asalnya dan berdasarkan faktor penyebab.

1) Inflasi menurut Sifatnya

Sifat perubahan inflasi berbeda-beda tergantung faktor yang

mempengaruhinya. Inflasi dari sifat perubahannya dapat dibagi menjadi tiga

macam (Atkinson, 1982).

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

a. Inflasi merayap (creeping inflation)

Inflasi yang ditandai dengan laju yang relatif rendah kurang dari 10 persen

per tahun. Pergerakan inflasi berjalan secara lamban dan dalam waktu yang cukup

lama. Melihat sifatnya tersebut, inflasi merayap tidak memberikan pengaruh yang

berarti bagi perekonomian.

b. Inflasi menengah (galloping inflation)

Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang relatif cukup besar

biasanya berkisar antara dua digit atau di atas 10 persen. Sifat inflasi menengah

ini berjalan dalam tempo yang singkat serta berdampak akseleratif dan akumulatif

artinya bahwa inflasi bergerak dengan laju yang semakin besar. Pengaruh yang

ditimbulkan terhadap perekonomian relatif cukup berat dibandingkan jenis inflasi

yang pertama karena akan membebani masyarakat yang berpendapatan tetap

seperti pegawai negeri, buruh dan karyawan kontrak.

c. Inflasi tinggi (hyper inflation)

Inflasi dengan tingkat yang sangat tinggi dan menimbulkan efek merusak

perekonomian karena menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap nilai

uang. Harga barang naik berlipat-lipat dalam jangka pendek. Inflasi tinggi timbul

pada saat terjadi defisit anggaran untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat

darurat dan ditutup melalui kebijakan pencetakan uang.

2) Inflasi menurut Besarnya

Kategorisasi inflasi menurut besarnya bisa dibagi menjadi beberapa

macam (Atkinson, 1982).

a. Inflasi rendah

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Inflasi dengan laju kurang dari 10 persen per tahun, sehingga disebut juga

inflasi di bawah dua digit. Sifat inflasi rendah ini sesuai dengan inflasi merayap

(creeping inflation) dan tidak memberikan dampak yang merusak pada

perekonomian. Dalam beberapa hal justru memberikan dorongan bagi pengusaha

untuk lebih bergairah dalam berproduksi karena adanya dorongan kenaikan harga

barang di pasar.

b. Inflasi sedang

Inflasi yang bergerak antara 10 sampai 30 persen per tahun. Pengaruh

yang ditimbulkan cukup dirasakan terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan

tetap seperti pegawai negeri dan karyawan lepas.

c. Inflasi tinggi

Inflasi dengan laju antara 30 sampai 100 persen per tahun. Inflasi tinggi

terjadi pada keadaan politik yang tidak stabil dan menghadapi krisis yang

berkepanjangan. Efek yang ditimbulkan menyebabkan mulai hilangnya

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga ekonomi masyarakat seperti

perbankan. Aktivitas kredit, asuransi, proses produksi dan distribusi barang

mengalami guncangan karena masyarakat lebih mengambil sikap aman dengan

memegang barang daripada uang. Masyarakat mulai kehilangan kepercayaan

terhadap stabilitas nilai mata uang.

d. Hyper inflation

Inflasi dengan laju di atas 100 persen per tahun dan menimbulkan krisis

ekonomi yang berkepanjangan. Fenomena hyper inflation biasanya menandai

adanya pergolakan politik dan pergantian pemerintahan atau rezim. Masyarakat

benar-benar kehilangan kepercayaan terhadap mata uang yang beredar sehingga

perekonomian lumpuh.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

3) Inflasi menurut sebabnya

Secara teoritis penyebab timbulnya inflasi karena peningkatan permintaan

masyarakat akan barang-barang dan peningkatan biaya produksi barang. Sehingga

inflasi ditinjau dari sebabnya dibagi menjadi dua macam (Samuelson dan

Nordhaus, 2004).

a. Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan permintaan total (aggregate

demand) sementara produksi telah berada pada kondisi full employment. Pada

kondisi di bawah full employment kenaikan permintaan total di samping

meningkatkan produksi total juga menaikkan harga. Namun manakala kondisi full

employment tercapai dorongan kenaikan permintaan total sepenuhnya akan

mendorong terjadinya kenaikan harga atau inflasi sebagaimana terlihat kurva pada

Gambar 2.6.

Gambar 2.6

Kenaikan Full Employment Tercapai Dorongan Kenaikan Permintaan Total

Sepenuhnya akan Mendorong Terjadinya Kenaikan Harga atau Inflasi

Sumber: Yuliadi, 2008

S

D3

D2 D1

Q1 Q2

2

Q3

Q 0

P

P1

P2

P3

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Inflasi karena tarikan permintaan timbul jika peningkatan permintaan

agregat bergerak lebih besar dibandingkan dengan potensi produktif

perekonomian. Sehingga untuk menstabilkan harga harus diimbangi dengan

kebijakan mendorong produksi sektor riil. Fenomena inflasi tarikan permintaan

terjadi pada perekonomian yang mendekati full employment yaitu pengangguran

menurun dan tenaga kerja langka. Manakala pengangguran masih tinggi maka

peningkatan permintaan agregat justru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

dan menciptakan lapangan kerja.

b. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation)

Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode

pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang aktif. Fenomena

inflasi dorongan biaya diawali dari peningkatan upah yang merupakan komponen

utama dalam aktivitas produksi. Melalui serikat pekerja yang memaksakan

peningkatan upah pekerja sehingga menimbulkan peningkatan biaya produki.

Faktor lain yang berpotensi menimbulkan peningkatan biaya produksi adalah

peningkatan harga bahan bakar minyak, makanan dan pergeseran nilai tukar.

c. Inflasi karena pengaruh impor (Imported inflation)

Inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya

harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga

umum di dalam negeri. Negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang

terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun dikatakan tingkat inflasi

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

rendah, tingkat inflasi berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi tinggi

(Samuelson dan Nordhaus, 2004, www.bi.go.id).

2.1.6.b Perhitungan Inflasi

1) Dengan menggunakan angka Indeks Harga Konsumen

Perhitungan inflasi di Indonesia dengan menggunakan angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) yang dihitung di 43 kota mencakup 249-353 komoditas yang

dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil survey biaya hidup di beberapa kota.

IHK mencakup 7 kelompok yaitu bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok

dan tembakau, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga,

transportasi dan komunikasi. Dari nilai IHK tersebut kemudian dihitung besarnya

laju inflasi dengan rumus sebagai berikut (Samuelson dan Nordhaus, 2004).

Inflasi = %1001

1

IHKt

IHKtIHKt ................................................. (2.7)

Metode perhitungan nilai IHK dan IHPB menggunakan formula Laspeyres yang

telah dimodifikasi yaitu:

IH = 100xPoQo

Qo1Pn1Pn

Pn

................................................. (2.8)

Dimana : IH = indeks bulanan

Pn = harga pada bulan ke-n

Pn-1 = harga pada bulan ke n-1

Po = harga pada tahun dasar

Qo = kuantitas pada tahun dasar

2) Dengan menggunakan Kurva Phillips

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Kurva Phillips (1958) merupakan studi empirik yang dikembangkan oleh

AW Phillips yang mengkuantifikasikan determinan inflasi upah. Dari hasil

studinya, Phillips menemukan adanya korelasi negatif antara pengangguran

dengan perubahan nilai upah. Phillips menemukan bahwa upah cenderung

meningkat pada saat pengangguran rendah dan sebaliknya (Atkinson, 1982).

Dengan kata lain menunjukkan hubungan antara tingkat pengangguran dengan

tingkat inflasi di sebuah negara.

Muncul pertanyaan mengapa pada saat pengangguran rendah upah

cenderung meningkat? Alasannya bahwa para pekerja akan menuntut peningkatan

upah pada saat terdapat banyak alternatif pekerjaan dan perusahaan akan

menentang permintaan upah pada sat tingkat laba menurun. Masalah utama dan

mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah

dan tingkat pengangguran yang tinggi.

Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut Kurva

Phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat

inflasi upah. Dalam hal ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan

inflasi sebagai perubahan harga. Kondisi dimana secara simultan pengangguran

tinggi dan diikuti inflasi yang tinggi disebut sebagai stagflasi (Dornbusch, et al.,

2008). Adapun gambar kurva phillips dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Gambar 2.7 Short-Run Phillips Curve (SRPC)

Sumber: Dornbusch, Fisher, Startz. 2008

Argumentasi untuk menjelaskan Kurva Phillips dirumuskan dengan formulasi

sebagai berikut. Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah-Tingkat kenaikan

produktivitas.

Kurva Phillips adalah sebuah grafik yang menunjukan hubungan antara

angka inflasi dan angka pengangguran. Pada umumnya teori Kurva Phillips agak

berbeda dengan kurva AS, namun kebanyakan ekonom berpendapat bahwa

pandangan yang didapatkan Berdasarkan analisis AS/AD yang menyangkut

tingkat harga juga berperilaku untuk tingkat inflasi. Pada tingkat inflasi yang

rendah harus menerima tingginya tingkat pengangguran dan pada angka

pengangguran yang rendah harus menerima tingginya tingkat inflasi (Case and

Fair, 2004). Seluruh Negara di dunia mengingingkan tingkat penagangguran yang

rendah dibarengi oleh tingkat inflasi yang rendah, namu kenyataanya jika terjadi

tingkat penganguuran yang rendah maka akan terjadi tingkat inflasi yang tinggi,

Tingkat inflasi yang

diharapkan

Tingkat pengangguran alamiah

Tingkat Pengangguran (persentase angkatan kerja)

3 6 9 12 0

5

10

15

20

a

b

c

SRPC

Tin

gkat

Infl

asi (

per

sen

tase

pe

r ta

hu

n)

Page 72: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

sebaliknya jika dihadapkan pada tingkat inflasi yang rendah maka tingkat

pengangguran yang akan meningkat (Soediyono, 2000).

Kurva Phillips menunjukkan hubungan antara inflasi dengan

pengangguran. Dalam jangka pendek, penurunan satu tingkat berarti menaikkan

yang lainnya. Tetapi kurva jangka Phillips jangka pendek cenderung bergeser

terus selama inflasi yang diharapkan dan faktor lainnya berubah. Apabila pembuat

kebijakan bermaksud menjaga pengangguran di bawah NAIRU (Non-Accelerating

Inflation Rate of Unemployment), maka inflasi akan cenderung naik.

Teori inflasi modern berpijak pada konsep NAIRU, yaitu tingkat

pengangguran terendah yang dapat dinikmati tanpa risiko kenaikan inflasi. Hal ini

mewakili tingkat pengangguran dari sumber daya dimana pekerja dan produk

pasar berada dalam keseimbangan inflasi. Berdasarkan teori NAIRU, tidak ada

pertukaran permanen antara pengangguran dan inflasi dan kurva Phillips jangka

panjang adalah vertikal (Samuelson dan Nordhaus, 2004, Rahardja, 2008).

Dalam Hukum Okun (Okun’s Law) mengatakan bahwa bahwa jumlah

pengangguran dalam sebuah negara akan berbanding terbalik dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Namun dari teori ini cenderung

mengabaikan pertumbuhan jumlah angkatan kerja di sebuah negara. Begitu juga

keterkaitanya dengan inflasi, Mankiw (2006) menjelaskan bahwa tingkat inflasi

dan pengangguran adalah sesuatu hal yang memiliki hubungan yang negatif. Dan

hal ini menjadikan trade-off pemerintah untuk memperbaiki keadaan

perekonomian dalam skala makro (Phillips, 1958, Mankiw, 2006;

http://strccheesec.blogspot.co.id).

3) Dengan Perkiraan Adaptif (Adaptive Expectation)

Page 73: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Fluktuasi harga mempengaruhi perilaku dan sikap masyarakat dalam

beraktivitas ekonomi. Demikian juga sikap masyarakat dalam memprediksi

perkembangan harga yang diharapkan (expectation) di masa yang akan datang.

Perkembangan ekspetasi masyarakat dimulai sekitar tahun 1970-an yaitu

penyusunan ekspetasi yang bersifat adaptif (adaptive expectation). Menurut teori

ini bahwa harga yang diperkirakan terjadi (adaptive price) didasarkan atas

perkembangan harga yang terjadi sebelumnya. Melalui proses inflasi adaptif,

maka dapat dirumuskan fungsi dari kurva Phillips sebagai berikut.

t = t-1- (t-t*) + ts ................................................................. (2.9)

Dimana t-1 menunjukkan besarnya tingkat ekspektasi inflasi pada waktu –

t (te ) dan menunjukkan koefisien penyesuaian (adjustment coefficient). Pada

kondisi ekspetasi pergeseran kurva Phillips tergantung besarnya inflasi periode

sebelumnya apakah lebih besar atau lebih kecil dibandingkan periode sekarang.

Pada kondisi ekspetasi adaptif inflasi cenderung semakin meningkat

manakala tingkat pengangguran yang ada lebih rendah dibandingkan tingkat

pengangguran alami (natural unemployment). Sebaliknya inflasi cenderung

semakin rendah manakala tingkat pengangguran yang ada lebih tinggi

dibandingkan tingkat pengangguran alami. Sehingga pada kasus ini kurva Phillips

sering juga disebut Kurva Phillips akselerasi (Accelerationist Phillips Curve).

4) Dengan Perkiraan Rasional (Rational Expectations)

Pemikiran perkiraan adaptif mengandung kesalahan yang sistematis karena

diasumsikan masyarakat mengantisipasi perubahan harga di masa yang akan

datang berdasarkan perubahan harga di masa sebelumnya. Pemikiran perkiraan

Page 74: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

adaptif yang dikembangkan oleh Milton Friedman mendapatkan banyak kritikan

karena dalam kenyataan bahwa individu bersikap rasional dalam arti akan

menggunakan semua informasi yang tersedia untuk melakukan antisipasi ke

depan. Asumsi yang tidak realistik dan tidak rasional bahwa individu akan

melakukan kesalahan yang sama dan berjalan secara periodik karena hanya

mendasarkan perkiraan pada kesalahan harga masa lalu.

Asumsi yang rasional yaitu bahwa individu akan menghindari kesalahan

sistematik dan secara rasional akan menggunakan semua informasi penting untuk

mengatasi kesalahan sistematik. Asumsi inilah yang menjadi dasar hipotesis

perkiraan rasional (rational expectation) pada perubahan harga di masa depan.

Karena harga barang merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran,

maka perkiraan harga tidak hanya berdasarkan pengalaman masa lalu saja tetapi

juga dipengaruhi oleh informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan dan penawaran barang.

Gambar 2.8

Kurva Fungsi Reaksi Kebijakan Moneter

(Monetary Policy Reaction Function/MPRF) Sumber: Yuliadi, 2008

MPRF

PC

UN’ UN

3

UN 0

P

P

P’

MPRF’

Page 75: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

Implikasi dari perkiraan rasional bahwa kebijakan moneter tidak

berpengaruh terhadap besarnya output tetapi hanya mempengaruhi harga saja.

Keadaan ini terjadi karena pada saat pemerintah melakukan kebijakan moneter

ekspansif, maka akan mendorong pergerakan agregat demand (AD) ke kanan

atas. Dengan asumsi bahwa para pelaku ekonomi menggunakan semua informasi

yang ada, maka perubahan AD direspon oleh kaum pekerja dengan menuntut

kenaikan upah. Keadaan ini mendorong kurva agregat supply (AS) bergeser ke

kiri atas. Sehingga dampak kebijakan moneter pada akhirnya hanya meningkatkan

harga barang di pasar. Implikasi kebijakan moneter pemerintah dan pengaruhnya

terhadap perekonomian pada keadaan ekspetasi rasional dapat dilihat pada kurva

fungsi reaksi kebijakan moneter (Monetary Policy Reaction Function) atau MPRF

dapat digambarkan pada Gambar 2.8.

2.1.7 Hukum Okun

Hukum Okun adalah terjadinya tingkat perubahan pada pengangguran

ketika terjadi tingkat perubahan pertumbuhan PDB di suatu negara. Hukum ini

dikemukakan oleh Arthur Okun (1928-1980). Hukum ini mengatakan bahwa

dengan tingkat pertumbuhan PDB mencapai 3 persen per tahun, menunjukkan

tingkat pengangguran tidak akan berubah. Apabila tingkat pertumbuhan naik

sebesar 5 persen per tahun, maka tingkat pengangguran akan turun 1 persen. Studi

ini berdasarkan studi ekonomi di AS sebelum periode yang dipelajari oleh Okun,

namun dapat digunakan sebagai acuan perubahan dalam output pemerintah

(http://id.termwiki.com).

Page 76: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.1.8 Teori Crowding Out

Crowding out adalah fenomena yang terjadi ketika kebijakan fiskal

menyebabkan suku bunga meningkat sehingga mengurangi investasi (Frey dan

Jegen, 2001). Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam

pengelolaan keuangan negara dengan mengontrol pemasukan (dalam bentuk

pajak) dan pengeluaran pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat

dalam perekonomian dan memperbaiki keadaan ekonomi. dimana yang dimaksud

pengeluaran agregat adalah perbelanjaan yang akan dilakukan dalam

perekonomian dalam waktu tertentu. Dalam ilmu ekonomi, crowding out

diperdebatkan oleh beberapa ekonom menjadi fenomena yang terjadi ketika

meningkat keterlibatan pemerintah dalam sektor ekonomi pasar secara substansial

akan mempengaruhi sisa pasar, baik pada pasokan atau permintaan sisi pasar.

Salah satu jenis yang sering dibahas adalah ketika kebijakan fiskal ekspansif

mengurangi pengeluaran investasi oleh sektor swasta. Pemerintah sedang

crowding out karena menuntut dana investasi lebih dan terjadi peningkatan suku

bunga dari pinjaman (Blanchard, 2008).

Salah satu contoh crowding out adalah pengurangan investasi swasta yang

terjadi karena peningkatan pinjaman pemerintah. Jika peningkatan belanja

pemerintah dan/atau penurunan penerimaan pajak menyebabkan defisit yang

dibiayai oleh peningkatan pinjaman, maka pinjaman dapat meningkatkan suku

bunga, yang mengarah ke penurunan investasi swasta.

Faktor yang menentukan terjadinya crowding out adalah sejauh mana

penyesuaian tingkat suku bunga untuk ekspansi output yang disebabkan oleh

Page 77: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

pengeluaran pemerintah yang meningkat, dimana dalam setiap kasus, tingkat

crowding out lebih besar dengan efek kenaikan suku bunga ketika belanja

pemerintah naik. Teori ini sangat relevan diterapkan pada kondisi saat ini (Tyson,

2012). Pada awal resesi tahun 2008 di AS terjadi peminjaman pemerintah federal

(Fed) secara besar-besaran (stimulus) dimana hal tersebut menunjukkan telah

terjadi crowding out dan suku bunga mencapai titik terendah hingga 0,25 poin

ketika permintaan agregat rendah (Krugman, 2011).

Congressional Budget Office (2014) dan Cumming et al. (2006),

mengatakan bahwa crowding out dapat terjadi pada bidang supply (misalnya

keterlibatan pemerintah pada modal ventura) dan demand (misalnya keterlibatan

pemerintah dalam program asuransi kesehatan dan anak negeri/chip). Contoh

nyata dalam bisnis di Indonesia dimana debitur sebagai importir karena intervensi

pemerintah dalam menaikkan suku bunga tinggi walaupun importir mendapatkan

plafon kredit dari suatu bank tidak menggunakan fasilitas tersebut karena tidak

layak dalam bisnis.

2.2 Penelitian Empiris di Indonesia

1) Suyono (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank

oleh variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), BOPO (Biaya Operasional

dibandingkan dengan Pendapatan Operasional), NPL (Non Performing Loan),

NIM (Net Interest Margin) dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Hasil

penelitian menunjukkan variabel CAR, NIM dan LDR terbukti mempunyai

pengaruh positif terhadap profitabilitas, BOPO mempunyai pengaruh negatif

Page 78: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

serta Non Performing Loan tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap

profitabilitas.

2) Penelitian yang telah dilakukan oleh Imamudin Yuliadi (2008) dengan

penelitian yang berjudul “Analisis Impor Indonesia: Pendekatan Persamaan

Simultan”. Dalam penelitian tersebut Yuliadi menemukan bahwa nilai kurs

dolar Amerika berpengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan impor Indonesia.

3) Penelitian Astohar, (2009) menunjukkan hasil bahwa ukuran (size), Capital

Adequacy Ratio (CAR), pertumbuhan deposito, Loan to Deposit Ratio (LDR)

dan listed (kepemilikan bankoleh publik) mempunyai pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan, sedangkan kepemilikan

saham oleh perusahaan (institusi) dan kurs Rupiah pada Dollar tidak

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas

perbankan.

4) Penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Saputra dan Yogi Swara (2013).

Dalam penelitiannya yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

impor gula Indonesia dalam kurun waktu 2000-2012 yang secara bersamaan

masuk dalam golongan nilai impor non migas, yang berjudul “Pengaruh

Produksi, Konsumsi, Harga Eceran, Inflasi dan Kurs Dollar AS Terhadap

Impor Gula Indonesia”. Dalam penelitian tersebut menemukan inflasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap impor gula Indonesia.

5) Safitri, H., dkk. (2014). Analisis tentang sektor perdagangan luar negeri

Indonesia selama ini terlalu didominasi oleh analisis tentang ekspor. Di satu

sisi hal ini dapat dipahami karena ekspor merupakan satu-satunya andalan

Page 79: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

penghasil devisa yang berasal dari kekuatan sendiri, sehingga negara

berkembang berkepentingan untuk menguasai pengetahuan tentang penghasil

devisanya ini. Peran devisa ini sangat penting, terutama untuk negara

berkembang seperti Indonesia. Walaupun ekspor dapat memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara

namun impor juga memegang peranan yang penting bagi pembangunan

ekonomi suatu negara. Kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk

mengamankan posisi neraca pembayaran, mendorong kelancaran arus

perdagangan luar negeri dan meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk

kepentingan pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

6) Hasil penelitian Adiel Pradipta dan Yogi Swara (2015). Tingginya impor non-

migas Indonesia yang mendominasi total impor pertahunnya membawa

dampak positif dan negatif bagi perekonomian. Semakin tinggi impor non-

migas pertahunnya membawa dampak melemahnya industri domestik

ataupun sektor pertanian dikarenakan ketidak mampuan dalam persaingan

harga terhadap produk luar negeri. Namun di sisi lain dengan adanya impor

non-migas pemerintah mampu menyediakan barang-barang untuk

menyokong kemajuan masyarakat. Secara serempak cadangan devisa, PDB,

kurs dollar Amerika dan inflasi signifikan terhadap impor non-migas kurun

waktu waktu 1985-2012. Secara parsial variabel cadangan devisa dan PDB

memiliki pengaruh positif dan signifikan, sedangkan kurs dollar Amerika

memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan, sementara inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap impor non-migas kurun waktu 1985-2012.

Page 80: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

2.3 Penelitian Empiris di Negara Lain

1) Jonathan McCarthy (2000), ketika inflasi terjadi dan harga barang-barang

yang diproduksi dalam negeri mengalami peningkatan, masyarakat akan

mulai beralih mengkonsumsi barang-barang yang diproduksi dari luar negeri

yang harganya relatif lebih murah. Untuk membatasi akibat dari peningkatan

tingkat inflasi, perusahaan domestik suatu negara harus mampu bersaing

dalam perekonomian terbuka untuk mencapai keseimbangan antara ekspor

dan impor.

2) Mario et al. (2005), posisi nilai tukar rupiah terhadap dollar sangat

menentukan besarnya perkembangan jumlah impor, dalam kondisi posisi

mata uang yang lemah akan membawa dampak terhadap keinginan

masyarakat dalam mengkonsumsi barang impor. Hal ini karena

mengkonsumsi barang impor ketika mata uang rupiah stabil jumlah uang

yang dibayarkan terhadap barang impor berbeda dengan ketika nilai rupiah

melemah terhadap mata uang asing. Jumlah impor khususnya nilai impor non

migas sangat bergantung terhadap kondisi terapresiasi atau terdepresiasinya

nilai tukar.

3) Penelitian di Nigeria yang dilakukan oleh Sa’asa Abba Abdulahi dan Hassan

Hassan Suleiman (2005) yang berjudul “An Analysis of The Diterminants Of

Nigerian’s Import”. Dengan data dalam kurun waktu 1970-2004, penelitian

tersebut menemukan bahwa indikator PDB memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap total impor pertahunnya. Abba dan Hassan (2005),

menyatakan PDB merupakan indikator penting terhadap total impor di suatu

Page 81: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan masyarakat yang

siap untuk melakukan konsumsi sesuai dengan kemampuan dari

pendapatannya. Hal ini sehubungan dengan teori konsumsi oleh John

Maynard Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable income)

berhubungan langsung dengan pendapatannya.

4) Augustine C. Arize (2007), dalam penelitiannya yang membahas tentang

pengaruh cadangan devisa terhadap nilai impor di Amerika Latin yang

berjudul “Foreign Exchange Reserves and Import Demand: Evidence from

Latin America”. Menemukan bahwa nilai impor dalam jangka pendek dan

jangka panjang di Amerika Latin dipengaruhi secara positif dan signifikan

oleh cadangan devisa. Total cadangan devisa yang dimiliki negara,

mempunyai pengaruh yang erat terhadap nilai impor.

5) Penelitian Hiau et al. (2007), menunjukkan elasitisitas permintaan impor

lebih tinggi di negara-negara yang berkembang dengan jumlah penduduk dan

luas wilayah yang luas dibandingkan dengan di beberapa negara maju, hal itu

dikarenakan dalam negara besar membutuhkan berbagai barang-barang

produksi dimana terdapat kemungkinan negara tersebut belum mampu

memproduksi secara efisien untuk mencukupi permintaan.

6) Menurut Alex dan Karen (2008), negara yang menerapkan perdagangan

terbuka, inflasi yang terjadi didalam perekonomiannya akan membawa

pengaruh pada kondisi impor dan ekspor. Tingkat inflasi tinggi biasanya

dikaitkan terhadap kondisi ekonomi yang terlalu panas (overhead), berarti

kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas

Page 82: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore

produknya dan mengakibatkan harga-harga cenderung mengalami

peningkatan.

7) Towbin dan Weber (2011), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa nilai

tukar yang fleksibel akan membawa dampak yang lebih tinggi terhadap

guncangan perdagangan luar negeri pada suatu perekonomian. Mata uang

yang umum di gunakan dalam proses perdagangan antar negara ini adalah

mata uang Amerika yaitu dollar AS, yang merupakan mata uang

internasional.

8) Penelitian Lambe Isaac (2015), ini menilai dampak dari risiko nilai tukar

terhadap kinerja bank di Nigeria. Penelitian ini menggunakan data sekunder

dari informasi dan menggunakan auto regression conditional sebagai sarana

untuk mengukur risiko. Model yang ditetapkan varians bersyarat sebagai

fungsi deterministik lagged squared residual. Penelitian ini mengungkapkan

bahwa unit kenaikan nilai tukar didorong oleh peningkatan laba setelah pajak

(Profit After Tax/PAT) dan sama-sama menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara manajemen nilai tukar dan kinerja lembaga keuangan,

terutama bank. Dari hasil ini direkomendasikan bahwa sebagai cara yang

efektif untuk mengelola risiko nilai tukar, bank harus membuat badan terpusat

dalam operasinya sebagai strategi kelembagaan untuk menangani aspek-aspek

praktis dari pelaksanaan pertukaran tingkat peramalan, sementara mekanisme

pendekatan lindung nilai harus diadopsi dalam prosedur akuntansi tentang

risiko mata uang.