Lapsus Glaukoma Absolut

23
BAB I PENDAHULUAN Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan menyebabkan kerusakan saraf optik. Dapat pula terjadi tekanan bola matanya masih normal tetapi tetap terjadi kerusakan saraf optik yang disebabkan kerusakan saraf optiknya sendiri. Glaukoma adalah penyakit mata kronis progresif yang mengenai saraf mata dengan neuropati (kelainan saraf) optik disertai kelainan bintik buta (lapang pandang) yang khas. Faktor utamanya adalah tekanan bola mata yang tinggi. 1-4 Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola 1

Transcript of Lapsus Glaukoma Absolut

Page 1: Lapsus Glaukoma Absolut

BAB I

PENDAHULUAN

Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik.

Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan

menyebabkan kerusakan saraf optik. Dapat pula terjadi tekanan bola matanya

masih normal tetapi tetap terjadi kerusakan saraf optik yang disebabkan kerusakan

saraf optiknya sendiri.

Glaukoma adalah penyakit mata kronis progresif yang mengenai saraf

mata dengan neuropati (kelainan saraf) optik disertai kelainan bintik buta (lapang

pandang) yang khas. Faktor utamanya adalah tekanan bola mata yang tinggi.1-4

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,

yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan

mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil

saraf optik, dan berkurangnya lapangan pandang5.

Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular ini

disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan

berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah

pupil. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya

cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi

papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan5.

Di Indonesia penyakit glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal

cukup banyak orang yang menjadi buta karenanya. Pada glaukoma kronik dengan

1

Page 2: Lapsus Glaukoma Absolut

sudut bilik mata depan terbuka misalnya, kerusakan pada saraf optik terjadi

perlahan-lahan hampir tidak ada keluhan subjektif. Hal ini menyebabkan

penderita datang terlambat ke dokter. Biasanya kalau sudah memberikan keluhan,

keadaan glaukomanya sudah lanjut. Dalam masyarakat yang kesadaran atau

pendidikannya masih kurang, dokter perlu secara aktif dapat menemukan kasus

glaukoma1.

Survei Departemen Kesehatan RI 1992 menunjukkan, angka kebutaan di

Indonesia mencapai 1,5 persen dari seluruh penduduk. Glaukoma merupakan

penyebab kebutaan nomor dua (0,2 %) setelah katarak. Berbeda dengan kebutaan

akibat katarak yang dapat dipulihkan, kebutaan akibat glaukoma bersifat

permanen.6

Mengingat fatalnya akibat penyakit glaukoma terhadap penglihatan,

deteksi dini glaukoma untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut menjadi

sangat penting

Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma

primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut

sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma

dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. 1-4

Dari semua jenis glaukoma di atas, glaukoma absolut merupakan hasil

atau stadium akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol, yaitu dengan kebutaan

total dan bola mata nyeri.

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus Glaukoma Absolut pada seorang

wanita berusia 28 tahun yang datang ke Poli Mata RSUD Ulin Banjarmasin.

2

Page 3: Lapsus Glaukoma Absolut

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 28 tahun

Alamat : Jl Basarang Jaya II Km.2 No 27 RT 5 Kec. Basarang

Kab. Kapuas Kalteng

Pekerjaan : Pembantu rumah tangga

Status : Kawin

ANAMNESIS

Hari/tanggal : 14 Juli 2010

Keluhan Utama : Mata kiri tidak bisa melihat

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak ± 2 bulan sebelum mengontrolkan diri ke poli mata RSUD Ulin

Banjarmasin, os mengeluh pandangan mata kirinya tidak bisa melihat. Hal

tersebut telah terjadi secara perlahan-lahan. Os juga merasakan ada semacam

rasa mengganjal di mata kirinya tersebut. Os juga merasa pandangannya

gelap, tidak seperti dulu. Sedangkan mata kanan os masih dapat melihat

dengan baik. Os merasa adanya nyeri pada matanya. Selain itu pada mata

kirinya terasa gatal dan panas jika terkena sinar matahari. Os juga mengeluh

3

Page 4: Lapsus Glaukoma Absolut

kadang-kadang kepalanya nyeri menyeluruh. 10 tahun yang lalu, Os pernah

mengalami sakit mata, ada riwayat mata merah, gatal dan berair. Kelopak

mata os tidak ada mengalami bengkak dan tidak ada riwayat trauma

sebelumnya. Os awalnya tidak merasakan itu sebagai sesuatu yang

mengganggu. Tetapi setelah itu lama kelamaan pandangan matanya menjadi

semakin kabur. Os pernah berobat ke dokter dan diberi obat tetes (Os lupa

nama obatnya) dan vitamin. Setelah itu pandangan os tetap kabur tetapi

karena alasan ekonomi, os tidak pernah lagi memeriksakan matanya ke

dokter. Os juga tidak ada riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka

waktu yang lama. Dan sekarang, karena mata kiri os tidak dapat melihat lagi,

sering nyeri kepala, dan warna seluruh bola mata os berubah menjadi putih

maka os akhirnya memeriksakan diri ke rumah sakit.

Riwayat Penyakit dahulu :

Os tidak ada riwayat kencing manis, hipertensi atau asma. Os pernah

mengalami sakit mata sekitar 10 tahun yang lalu.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak baik

Kesadaran : Komposmentis

Status Generalis :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 72 x/menit

4

Page 5: Lapsus Glaukoma Absolut

RR : 20 x/menit

T : 36,4oC

Status Lokalis :

OD Pemeriksaan Mata OS

5/5 Visus 0

Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Skiaskopi Tidak dilakukan

Dalam batas normal Bulbus Okuli Dalam batas normal

(-) Paresis / Paralisis (-)

Hiperemi (-), Edema (-) Palpebra Hiperemi (-), Edema (-)

Hiperemi (-) Konj. Palpebra Hiperemi (-)

Hiperemi (-) Konj. Bulbi Hiperemi (-)

Hiperemi (-) Konj. Fornices Hiperemi (-)

Putih Sklera Hiperemi

Jernih Kornea Putih keruh

DalamKamera Okuli

AnteriorDangkal

Reguler Iris Kelabu

Reflek cahaya (+)Pupil

Sulit dievaluasi

Jernih Lensa Keruh

Tidak dilakukan Fundus Refleksi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Korpus Vitreum Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tensa Okuli Tidak dilakukan

14,5 mmHg Tonometri 81,7 mmHg

5

Page 6: Lapsus Glaukoma Absolut

DIAGNOSA KERJA

Glaukoma Absolut

PENATALAKSANAAN

Per oral :

o Asam Mefenamat 500 mg tab 3x1

o Acetazolamide 250 mg tab 3x1

Topikal :

o Timolol 0,5% ed 2 dd gtt 1 (OS)

o Cendo carpine ed 6 dd gtt 1 (OS)

Pengangkatan bola mata (enukleasi)

Kontrol Rutin

6

Page 7: Lapsus Glaukoma Absolut

BAB III

DISKUSI

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,

neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas dan utamanya

diakibatkan oleh meningkatnya tekanan intraokular. Berdasarkan etiologi,

glaukoma dibagi menjadi 4 jenis yaitu glaukoma primer, glaukoma kongenital,

glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan mekanisme

peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma

sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup 1-4.

Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit / terbuka)

dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan

gangguan fungsi lanjut3.

Diagnosis glaukoma absolut pada pasien ini ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis utama

yang dikeluhkan sehingga pasien datang ke rumah sakit adalah mata kiri tidak

dapat melihat. Hal tersebut terjadi secara perlahan-lahan. Os juga merasakan ada

semacam rasa mengganjal di mata kirinya tersebut. Os juga merasa

pandangannya gelap, tidak seperti dulu. Sedangkan mata kanan os masih dapat

melihat dengan baik. Os merasa adanya nyeri pada matanya. Selain itu pada mata

kirinya terasa gatal dan panas kalau terkena sinar matahari. Os juga mengeluh

kadang-kadang kepalanya nyeri menyeluruh. 10 tahun yang lalu, Os pernah

mengalami sakit mata, ada riwayat mata merah, gatal dan berair. Kelopak mata

7

Page 8: Lapsus Glaukoma Absolut

os tidak ada mengalami bengkak dan tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Os

awalnya tidak merasakan itu sebagai sesuatu yang mengganggu. Namun karena

lama kelamaan pandangan matanya menjadi semakin kabur. Os pernah berobat

ke dokter dan diberi obat tetes (Os lupa nama obatnya) dan vitamin. Setelah itu

pandangan os tetap kabur tetapi karena alasan ekonomi, os tidak pernah lagi

memeriksakan matanya ke dokter. Os juga tidak ada riwayat menggunakan obat-

obatan dalam jangka waktu yang lama. Dan sekarang, karena mata kiri os tidak

dapat melihat lagi, sering nyeri kepala, dan warna seluruh bola mata os berubah

menjadi putih maka os akhirnya memeriksakan diri ke rumah sakit.

Keluhan-keluhan yang telah didapatkan pada anamnesis sesuai dengan

keluhan-keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan glaukoma absolut,

yaitu mata berair, fotophobia, nyeri menyeluruh pada mata. Gejala-gejala terjadi

akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat

namun pasti. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan

pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada

iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma

hemoragik 2,3,7.

Gambar 1. Glaukoma absolut

8

Page 9: Lapsus Glaukoma Absolut

Pada pasien ini terjadinya glaukoma absolut diduga disebabkan oleh

glaukoma primer yang kronis yang berjalan lambat dan sering tidak diketahui

kapan mulainya, karena keluhan pasien sangat sedikit atau samar. Misalnya mata

sebelah terasa berat, nyeri kepala sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur

dengan anamnesis yang tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan

kadang-kadang penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah

berat. Pada glaukoma simpleks (glaukoma primer yang ditandai dengan sudut

bilik mata terbuka) ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan

terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut.

Karena perjalanan penyakit yang demikian maka glaukoma simpleks disebut

sebagai maling penglihatan3.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kiri adalah 0 (nol), terdapat

hiperemi pada sklera, dan kornea berwarna putih keruh. Pada pemeriksaan

tekanan intraokular dengan tonometri diperoleh nilai TIO mata kiri pasien adalah

81,7 mmHg.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya glaukoma

dapat dilakukan1-3:

1. Pemeriksaan Lapang Pandang

Pemeriksaan ini penting untuk menegakan diagnosis, meneliti perjalanan

penyakitnya, dan untuk menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus

selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada

glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer belum menujukan

kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukan adanya macam-

9

Page 10: Lapsus Glaukoma Absolut

macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga

memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal

atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang

dapat menimbulkan tunnel vision, yaitu seolah–olah melihat melalui teropong

dan akhirnya menjadi buta.

2. Pemeriksaan oftalmoskopi

Pada pemeriksaan ini, akan terlihat penggaungan dan atrofi tampak pada

papil N. II. Ada yang mengatakan, bahwa pada glaukoma sudut terbuka,

didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang primer, yang

disebabkan oleh insufisiensi vaskular. Sebab menurut penelitian kemunduran

fungsinya terus berlanjut, meskipun tekanan intraokulernya telah dinormalisir

dengan obat– obatan ataupun dengan operasi. Juga penderita dengan kelainan

sistemik seperti diabetes melitus, arteriosklerosis, lebih mudah mendapat

kelainan saraf optik, akibat kenaikan tekanan intraokuler, dari pada yang lain.

Kelainan dikatakan bermakna bila ada pembesaran cup-to-disc ratio (CDR)

lebih besar dari 0.5, dan asimetri CDR antara dua mata 0.2 atau lebih.

3. Pemeriksaan Gonioskopi

Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat

menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan

pada setiap kasus yang dicurigai adanya glaukoma. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan

kornea setelah diberikan local anestesi. Lensa ini dapat digunakan untuk

melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.

10

Page 11: Lapsus Glaukoma Absolut

4. Pemeriksaan Tonometri

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui tekanan intraokular. Alat

sederhana yang biasa digunakan adalah tonometer Schiotz, yaitu dengan

dilakukan indentasi (penekanan) pada kornea. TIO > 20 mmHg di curigai

adanya glaukoma. TIO > 25 mmHg pasien menderita glaukoma.

5. Tes Provokasi

Tes provokasi yang sering dilakukan adalah uji kopi, uji minum air, uji

steroid, uji variasi diurnal, dan uji kamar gelap.

Efek peningkatan tekanan intraokular di dalam mata ditemukan pada

semua bentuk glaukoma, yang manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu

dan besar peningkatan tekanan intraokular. Tekanan intraokular yang normal

berkisar antara 15-20 mmHg (dengan Schiotz). Umumnya tekanan 24,4 mmHg

masih dianggap sebagai batas tertinggi. Tekanan 22 mmHg dianggap high normal

dan kita sudah harus waspada2.

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel

ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian

11

Gambar 2. Peningkatan Tekanan dalam Bola Mata

Page 12: Lapsus Glaukoma Absolut

dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi

atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare juga menjadi

atrofik, dan prosessus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma,

tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskemik

pada iris yang disertai edema kornea1.

Pemilihan pengobatan glaukoma dapat dibagi berdasarkan jenis

glaukomanya. Pengobatan ditujukan pada penyebabnya dan juga terhadap

glaukomanya sendiri. Walaupun glaukoma absolut merupakan stadium akhir dari

glaukoma, tetapi terapi medikamentosa masih diperlukan. Terapi medikamentosa

pada glaukoma absolut, prinsip penatalaksanaannya adalah menurunkan TIO,

memberi terapi simptomatik, dan mengatasi ketidakmampuan penglihatan pasien.

Pada pasien ini diberikan obat peroral dan topical. Obat peroral yang

diberikan yaitu asam mefenamat yang berfungsi sebagai analgetik dan

antiinflamasi untuk mengurangi nyeri kepala yang dikeluhkan penderita. Asam

mefenamat diberikan 3 x 500 mg, sesuai untuk dosis dewasa. Selain itu, obat oral

lain yang diberikan adalah asetazolamid yang berfungsi untuk menekan produksi

humor akueus . Dosis asetazolamid 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau 500

mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat ini dapat

menimbulkan poliuria. Efek samping asetazolamid antara lain anoreksi, muntah,

mengantuk, trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal1,3.

Obat topical yang diberikan pada pasien antara lain Timolol 0,5 % ed 2 dd

gtt 1 dan Cendo carpine 2 % ed 6 dd gtt1, yang fungsinya untuk menurunkan

tekanan intraokular dengan menarik cairan dari dalam mata, menekan produksi

12

Page 13: Lapsus Glaukoma Absolut

humor akueus dan juga mendilatasikan pupil untuk mencegah terbentuknya

sinekia posterior yang permanen1,3.

Timolol maleate adalah penghambat reseptor beta adrenergik non selektif

yang digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan tetes mata

dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%. Sama seperti Brinzolamide, Timolol

maleate mengurangi tekanan pada mata akibat glaukoma. Selain itu diberikan pula

Cendo carpine 2-4 %, 3-6 kali satu tetes sehari berfungsi membesarkan

pengeluaran cairan mata1,3.

Pengobatan lain untuk glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar

beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau

melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan

memberikan rasa sakit2,3,7.

13

Page 14: Lapsus Glaukoma Absolut

BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus glaukoma absolut pada seorang wanita usia 28

tahun. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang didapat. Penderita mendapatkan terapi yang

berfungsi sebagai simptomatik untuk mengurangi keluhan, menurunkan tekanan

intarokular baik topikal maupun sistemik dan mendilatasi pupil untuk melepaskan

atau mencegah terjadinya sinekia posterior yang permanen.

14

Page 15: Lapsus Glaukoma Absolut

DAFTAR PUSTAKA

1. Shock JP. Lensa. Dalam: Vaughan D, Asbury T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000

2. Ilyas S, Mailangkay, Taim H, Saman R, Simarmata M et al. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto, 2002

3. Ilyas R. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009

4. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta, Penerbit Erlangga, 2006

5. Asta. Glaukoma. 2009 ; (online), (http://www.astaqauliyah.com diakses 14 Juli 2010)

6. Mansjoer Arif, dkk. Ilmu Penyakit Mata dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta, FKUI, 2001 hal 109-110

7. Anonymous. Glaukoma Absolut. 2009; (online), (http://www.wrongdiagnosis.com diakses 14 Juli 2010)

15