BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian...

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Sujana (2008:22) proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Winkel dalam Lina (2009:5), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Gunarso dalam Lina (2009:5), hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha- usaha belajarnya. Menurut Oemar Hamalik (2008:36) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan menjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Darmansyah (2006:13), mendefinisikan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Menurut Soedijanto dalam Supartini (2008) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penugasan yang dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Ani (2006) hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan

yang telah diajarkan. Menurut Sujana (2008:22) proses adalah kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Menurut Winkel dalam Lina (2009:5), mengemukakan bahwa hasil

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Sedangkan menurut Gunarso dalam Lina (2009:5), hasil belajar adalah

usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-

usaha belajarnya.

Menurut Oemar Hamalik (2008:36) hasil belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan menjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut

Darmansyah (2006:13), mendefinisikan hasil belajar adalah hasil penilaian

terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.

Menurut Soedijanto dalam Supartini (2008) mendefinisikan hasil

belajar sebagai tingkat penugasan yang dicapai dalam mengikuti program

belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut Ani (2006) hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami proses belajar. Menurut Dimyati dan

Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi

yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada

jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru,

8

hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan

menurut Arikunto (2001:132) hasil belajar adalah hasil yang dicapai

seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang

dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau

materi yang diajarkan sudah diterima siswa.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dominan kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, membentuk hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai).

Dominan afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Dominan psikomotorik meliputi initiatory,

pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial, dan intelektual.

Uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir

dari proses kegiatan belajar selururh kegiatan siswa dalam mengikuti

pembelajaran di kelas, menerima pelajaran untuk mencapai hasil belajar

dengan menggunakan penilaian yaitu tes evaluasi yang dinyatakan dalam

bentuk nilai.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan

eksternal :

1. Faktor intetnal adalah faktor yang ada didalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat

tubuh) dan faktor psikologis (perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

kesiapan).

2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor eksternal

yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah,

9

dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi orang tua

mendidik, relasai antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah

pembelajaran dan waktu sekolah, standart pembelajaran, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa

kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat dan media massa.

Menurut Munadi (2008) antara lain meliputi faktor internal dan eksternal:

1. Faktor internal

Faktor fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan

capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal

tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi

pelajaran. Faktor psikologis, setiap setiap individu dalam hal ini

peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang

berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.

Beberapa faktor psikologis yang meliputi intelegensi (IQ), perhatian,

minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor

limgkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar

pada tengah hari diruangan yang kurang sirkulasi udara akan sangat

berpengaruh dan berbeda pada pembelajaran pagi yang kondisinya

masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

3. Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan.

10

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua lowongan,

yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari

luar individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling

berinteraksi sehingga menumbuhkan prestasi belajar.

2.1.3 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa

serta mengukur keberhasilan strategi pengajaran yang diterapkan guru di

kelas. Djamarah dan Zain (2010:106) menyatakan bahwa mengukur dan

mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui

tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi

belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut.

1. Tes formatif

Penilaian ini dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang

daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini

dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan

tertentu dalam waktu tertentu.

2. Tes subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh

gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar

siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses

belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.

3. Tes sumatif

Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan

pelajaran yang telah diajarkan selama satu semester, satu tahun, atau

11

dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau

taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu.

Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun

peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

Penilaian hasil belajar menggunakan teknik tes meliputi: tes

formatif, tes sub sumatif, dan tes sumatif. Adapun instrument tes yang

digunakan dapat berupa soal pilihan ganda, jawaban singkat, uraian, dll.

2.1.4 Pembelajaran IPA

Berhasil tidaknya proses belajar mengajar antara lain ditentukan oleh

metode yang digunakan untuk mengajar. Penetapan metode yang akan

digunakan ditentukan oleh bahan pembelajaran dipilih sesuai dengan

materi pembelajaran dan digunakan untuk merancang mekanisme yang

bermakna.

Dalam upaya perbaikan pembelajaran guru mempunyai tugas yang

sangat kompleks antara lain adalah memahami dengan baik materi yang

akan diajarkan, melibatkan siswa untuk berperan aktif serta bagaimana

memanfaatkan model pembelajaran yang tepat. Ilmu pengetahuan tidak

hanya daftar dari kenyataan-kenyataan, ilmu pengetahuan adalah

kesenangan, ilmu pengetahuan adalah cara untuk menyelesaikan masalah

dan mencari tahu mengapa sesuatu bisa terjadi ( Janive Cleavers, dalam E.

Yuda Kusuma, 2005.1:99 ).

Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata

pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses

pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif.

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan

sengaja pendidik untuk menyampaikan suatu upaya yang dilakukan

dengan segaja pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,

mengorganisasikan, menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai

12

model sehingga siswa melakukan kegiatan belajar secara efektif dan

efesien serta mendapatkan hasil yang optimal (Sugihartono, dkk 2007).

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari guru dan peserta didik,

dimana keduanya terjadi komunikasi yang intens, terarah menuju suatu

target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2010).

Pembelajaran bukan hanya penguasaan materi yang diajarkan, akan

tetapi proses untuk mengubah tingkah laku tujuan yang dicapai dalam

pembelajaran tersebut. Penugasan materi pembelajaran bukanlah akhir dari

proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai pembentukan tingkah laku

siswa, karena tungkah laku siswa membentuk pola prilaku siswa itu

sendiri.

1. Pembelajaran adalah proses berfikir

Belajar berfikir menekankan pada proses mencari dan menemukan

pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.

Pembelajaran berfikir proses pendidikan disekolah tidak hanya

menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang

diutamakan kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan.

2. Proses pembelajaran adalah Memanfaatkan Otak

Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan otak secara maksimal. Menurut

para ahli, otak manusia terdiri dari bagian yaitu otak kanan dan otak kiri.

Masing-masing belahan otak mempunyai spesialisasi dalam kemampuan

tertentu. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan

rasional maupun melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara

berfikirnya sesuai , ekspresi verbal, menulis, membaca asosiasi auditorial,

menempatkan npada fakta, fonetik serta simbolis. Cara bekerja otak kanan

bersifat acak, tidak teratur. Cara berfikirnya sesuai cara-cara untuk

mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran

yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spesial, pengenalan bentuk

(pola), musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan evaluasi.

3. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat

13

Belajar adalah proses terus menerus, yang tidak pernah berhenti tidak

terbatas pada dinding kelas. Berdasarkan asumsi bahwa sepanjang

hidupnya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah pada tujuan yang

ingin dicapai. Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar

pendidikan universal seperti dirumuskan UNESCO (1996) yaitu Learning

to know, learning todo, learning to be, dan learning to live together.

Learning to know, artinya belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi

kepada produk atau hasil belajar, peserta didik bukan hanya sadar akan apa

yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan

kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus harus dipelajari itu.

Learning to do artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan peserta

didik sebagai pendengar melainkan peserta didik diberdayakan agar mau

dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be

mengandung pengertian belajar adalah membentuk manusia yang

“menjadi dirinya sendiri” belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri

sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab

sebagai manusia. Learning to live together artinya belajar untuk bekerja

sama. Kesempatan berintergrasi dengan berbagai individu akan

membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap

kemajemukan dalam kehidupan bersama.

IPA pada awalnya berasal dari kata scientia yang berarti saya tahu,

sehingga belajar IPAharus menjadikan tahu IPA. Tahu artinya komponen

dengan keilmuan IPA beserta nilai-nilai dan sikap IPA (Supriyadi, 2007).

Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep,

prinsip, hukum wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar sains

belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains termasuk

kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiahdan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman

pada anak melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan

(suprijono, 2010).

14

Menurut Trianto (2010) proses pembelajaran IPA lebih ditekankan

pada pendekatan ketrampilan proses sehingga siswa dapat menekankan

fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah siswa

sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan. Ada tujuh fungsi mata pelajaran

IPA menurut Sumanji (2009) yaitu :

1. Memberi pengetahuan sebagai bekal dasar, baik dapat melanjutkan ke

jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Mengembangkan ketrampilan dalam perolehan, mengembangkan daln

menerapkan konsep IPA .

3. Menanamkan sikap ilmiah, melatih siswa dalam menggunakan metode

ilmiah dalam memecahkan masalah.

4. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam, segala keindahannya

sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengaggungkan

ciptaannya.

5. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.

6. Membuat siswa memahami gagasan informasi baru dalam bidang

IPTEK

7. Memupuk dan mengembangkan minat siswa terhadap IPA.

Menurut peneliti dalam memilih metode memang harus disesuaikan

dengan materi yang akan disampaikan. Dalam pembelajaran ilmu

pengetahuan alam yang menyangkut kehidupan sehari-hari siswa akan

lebih memahami bila mengalami dan melaksanakan sendiri dengan

percobaan.

2.1.5 Pemanfaatan Media dan Alat Peraga

Sebagian instrumen dalam proses belajar mengajar dalam hal ini

media dan alat peraga mempunyai peranan penting, dan bahkan dalam

hal-hal tertentu akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu

15

sendiri. Jenis dan spesifikasi media dan alat peraga/ praktik ada yang sulit

kita buat dan ada yang mudah dibuat bahkan mudah di dapat. Alat/ media

yang mudah dibuat diupayakan agar guru/ siswa membuat dan mudah

didapat di lingkungan sekitar. Alat peraga/ media pembelajaran yang sulit

biasanya sudah dibuatkan prototipenya dan tinggal pakai sesuai dengan

bahan ajar/ pembelajaran yang sedang berlangsung. ( Dirjen Dikdasmen,

2000. 1:1 ).

Media pembelajaran yang nyata merupakan alat yang dapat

merangsang imajinasi siswa, perasaannya akan tersentuh dan terjadi

pemahaman kedalam pikiran. Siswa mampu memahami, mengingat dan

melakukan sesuatu sesuai yang diharapkan guru.

Bagi peneliti media pembelajaran memang merupakan sarana yang

perlu dipersiapkan dan disesuaikan dengan materi dan tujuan juga tingkat

kemampuan siswa. Disamping itu dengan menggunakan media dalam

proses pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa, lebih aktif dan

guru hanya sebagai moderator dalam proses belajar.

2.2 Metode Percobaan

2.2.1 Pengertian Metode Percobaan

Menurut Joseph Mbulu , (2001 :58), metode percobaan adalah cara

penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses

belajar mengajar dengan metode percobaan , siswa diberi pengalaman untuk

mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan , dan

menarik kesimpulan tentang suatui objek keadaan.

Menurut J.R David, (Sanjaya, 2006), metode percobaan adalah

metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atu kelompok

untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan dimana siswa

melakukan percobaan dengan mengalami sendiri seuatu yang dipelajari,

mengalami suatu proses, mangamati suatu objek, keadaan atau proses

sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

16

kebenaran, atau mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan

dari proses yang dialaminya itu.

Menurut Schoenherr (Palendeng, 2003), metode percobaan adalah

metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode ini mampu

memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan

berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk

menyusun sendiri konsep dalam struktur kodnitifnya, selanjutnya dapat

diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam metode percobaan guru dapat

mengembangkan fisik dan mental, serta emosional siswa.

2.2.2 Tujuan dan Esensi Metode Percobaan

Menurut Djamarah (2002), penggunaan metode percobaan ini

mempunyai tujuan yaitu agar siswa mampu dan menemukan sendiri

berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapi dengan melakukan

percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang

ilmiah, dengan percobaan siswa menemukan bukti kebenaran dan teori

sesuatu yang sedang dipelari. Esensi dari penggunaan metode percobaan

adalah menyajikan bahan pelajaran melalui percobaan serta mengamati

suatu proses. Pengalaman belajar yang akan diperoleh adalah menguji

sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil percobaan dan

mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Agar penggunaan metode percobaan

ini efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Dalam percobaan setiap siswa harus melakukan percobaan maka jumlah

alat dan bahan harus cukup bagi setiap siswa.

b. Agar percobaan tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang

meyakinkan atau hasilnya tidak membahayakan maka kondisi alat dan

mutu bahan yang digunakan harus baik dan bersih.

c. Dalam percobaan siswa perlu telitidan konsentrasi dalam mengamati

proses perubahan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama.

d. Siswa dalam percobaan adalah sedang belajar dan berlatih maka perlu

diberi petunjuk yang jelas sebab mereka disamping memperoleh

17

pengetahuan, pengalaman serta keterampilan juga kematangan jiwa dan

sikap perlu diperhitungan oleh guru dalam meilih objek yang akan di uji

cobakan.

2.2.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan

Roestiyah (2001 : 81) menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan

metode percobaan adalah sebagai berikut :

a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan percobaan.

b. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang alat-alat dan bahan yang

akan digunakan dalam percobaan, urutan percobaan, hal-hal yang perlu

dicatat.

c. Selama percobaan berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.

d. Setelah percobaan selesai guru harus mengumpulkan hasil penelyian

siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya

jawab.

2.2.4 Hal-hal yang Harus Diperhatikan atau Dipersiapkan Guru dalam

Percobaan

Menurut E. Mulyasa (2007) hal-hal yang harus dipersiapkan guru

dalam melakukan percobaan adalah :

a. Tetapkan tujuan percobaan

b. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

c. Persiapkan tempat melakukan percobaan

d. Perhitungkan jumlah siswa, sesuai dengan alat yang tersedia

e. Perhatikan keamanan dan keselamatan agar dapat memperkecil resiko

yang mungkin berbahaya, perhatikan disiplin dan tata tertib, terutama

dalam menjaga alat dan bahan yang digunakan.

f. Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan, tahapan yang

harus dilakukan, dan yang dilarang.

18

2.2.5 Tahap-tahap Pelaksanaan Percobaan

Pembelajaran dengan metode percobaan menurut Palendeng (2003)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. Percobaan awal, pembelajaran ini diawali dengan melakukan percobaan

yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.

Siswa diharapkan mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara

berdasarkan hasil pengamatan.

4. Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dan dugaan awal

yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa

diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, dan

dilaporkan hasilnya.

5. Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode percobaan akan membantu

siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila

siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam

kehidupannya. Dengan kata lain siswa memilki kemampuan untuk

menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh dan menerapkan konsep

yang terkait dengan pokok bahasan.

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Percobaan

Menurut Djamarah (2002) , kelebihan dan kekurangan metode

percobaan adalah sebagai beikut :

1. Kelebihan

a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya.

19

b. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru

dengan penemuan dan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia.

c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk

kemakmuran umat manusia.

2. Kekurangan

a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi

b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang

tidak selalu mudah diperoleh dan kadang mahal.

c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.

2.2.7 Pemanfaatan Pendekatan Pembelajaran Melalui Metode Percobaan

Peningkatan mutu pembelajarn di sekolah dasar telah diupayakan

antara lain melalui pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat kepada

aktifitas siswa. Kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna jika

melibatkan seluruh indera yang ada pada peserta didik. Dengan melihat,

mendengar, merasakan, mengamati dan mengalami/ mempraktikan sendiri,

siswa akan mengalami internalisasi konsep pembelajaran IPA secara

mendalam (Kfw, dalam Depdiknas, 2001.V.). akan lebih menyenangkan dan

mengesankan bagi siswa jika dikemas oleh guru dalam bentuk permainan

dan suasana yang kompetisi yang sehat untuk maju bersama.

Dengan demikian, belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan berbagai

percobaan tidak sekedar betujuan menanamkan konsep-konsep secara

kognitif dan hafalan semata. Lebih jauh dengan percobaan-percobaan yang

kreatif diharapkan akan dapat menumbuh kembangkan dan melatih sikap

ilmiah yaitu diantaranya : disiplin, jujur, tekun, bekerja keras, ekerja sama

dalam tim, saling menghargai, peka terhadap gejala alam di sekitarnya,

kritis, berani bertanya, tekun mencari dan menemukan, kreatif, inovatif

bahkan mengagumi kekuasaannya.

20

Dalam melaksanakan percobaan, orang ingin mengetahui jenis

pesawat sederhana sebagai alat untuk mempemudah dan mempercepat

pekerjaan, adapun jenis pesawat sederhana ada empat yaitu pengungkit/

tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos. Metode demonstrasi dan

eksperimen (percobaan) adala salah satu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil

dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode demonstrasi dan

percobaan ini amat baik digunakan untuk mencari jawaban atau pertanyaan.

Bagaimana cara membuatnya ? apa akibatnya apabila faktor tertentu

dipenuhi atau tidak dipenuhi ? mengapa demikian ?

Menurut E. Mulyasa (2007), jalannya pengajaran dengan metode

percobaan adalah sebagai berikut :

1. Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya percobaan,

misalnya agar siswa mengetahui proses apa yang terjadi, cara belajarnya,

benar tidaknya hipotesa dan sebagainya.

2. Guru atau siswa, atau guru bersama siswa menyediakan alat-alat yang

digunakan.

3. Menjelaskan urutan langkah-langkah dalam penerapan

4. Pelaksanaan dan percobaan. Dalam hal ini guru menyediakan lembar

pengamatan.

5. Mencatat dan menyimpulkan hasil.

Menurut peneliti pembelajaran akan lebih bermakna jika melibatkan

seluruh indera pada peserta didik. Belajar IPA dengan berbagai percobaan

akan dapat menumbuh kembangkan dan melatih sikap ilmiah dalam

melaksanakan percobaan jenis pesawat sederhana sebagai alat untuk

mempermudah dan mempercepat pekerjaan.

Metode percobaan adalah salah satu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan memperlihatkan sesuai proses dan hasil proses itu untuk mencapai

21

tujuan mengajar. Metode percobaan amat baik digunakan untuk mencari

jawaban atau pertanyaan.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti

menggunakan beberapa kajian sebagai perbandingan. Acuan tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Penelitian Tindakan Kelas karya Fitriani pada tahun 2012, dengan judul

“Melalui Penerapan Metode Percobaan dapat Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD

Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan”. Berdasarkan hasil tes

tindakan siklus I diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal

terhadap materi pelajaran sebesar 71,87% atau sebanyak 23 siswa yang

memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 69,81 sedangkan hasil

evaluasi tindakan siklus II diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara

klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 87,50% atau sebanyak 28

siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 73,81. Dari

hasil observasi, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus tindakan, maka

dapat disimpulkan melaluinpenerapan metode percobaan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok sifat-sifat cahaya

siswa kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro.

2) Penelitian Tindakan Kelas karya Sugiyanto pada tahun 2010, dengan

judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Metode

Percobaan tentang Cara Tumbuhan Membuat Makanan Kelas V SD

Sambisirah 2 Wonorejo Pasuruan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode

percobaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD

Sambisirah 2 Wonorejo Pasuruan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

hasil tes mulai pra tindakan (56,88), meningkat pada siklus I (64,84),

dan meningkat lagi pada siklus II (76,25).

22

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka dapat diambil

pokok-pokok pikiran sebagai berikut :

Pemahaman dan struktur kognitif dalam pembelajaran IPA dapat

diperoleh melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah

peristilahan pendidikan hal ini dikenal dengan “learning by doing”, yakni

belajar dengan jalan melakukan suatu kegiatan. Pemahaman itu sendiri

bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan

melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga siswa

memperoleh pengalaman yang menuntun kepada pemahaman yang bersifat

abstrak.

Dalam proses pembelajaran siswa akan lebih memahami dan mudah

ingat jika siswa melakukan percobaan sendiri. Dengan metode percobaan

yang diterapkan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam yang

menyangkut kehidupan sehari-hari akan lebih tepat bila siswa diajak untuk

mencoba hal-hal yang nyata.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di

atas, peneliti menarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut :

“ Hasil belajar pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri

Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dapat ditingkatkan

melalui penerapan metode percobaan.”

Dalam hal ini setiap siswa melakukan percobaan dan bekerja sendiri-

sendiri. Pelaksanaan percobaan lebih memperjelas hasil belajar dan

tercapainya tujuan pembelajaran.