BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran POE
White dan Gustone (1992) memperkenalkan POE (Predict-Observe-
Explain) sebagai model pembelajaran yeng efisien untuk menimbulkan ide atau
gagasan siswa dan mekakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE (Predict-
Observe-Explain) adalah meliputi prediksi siswa dari hasil demonstrasi,
mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dari hasil demonstrasi,
dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka. POE dapat
membantu siswa mengeksplorasi dan meneguhkan gagasannya, khususnya pada
tahap prediksi dan pemberian alasan. Tahap observasi dapat memberikan situasi
konflik pada siswa berkenaan dengan prediksi awalnya, tahap ini memungkinkan
terjadinya rekonstruksi dan revisi gagasan awal.
Menurut White dan Gustone dalam Joyce pada
http://edisuriawanhakim.blogspot.com/2012/01/model pembelajaran-poe-predict-
obiserve.html (2006), model pembelajaran POE dilaksanakan dengan prosedur
seperti berikut:
1. Ketika siswa diberi pertanyaan untuk meramalkan apa yang akan
terjadi, mereka todak boleh mengamati dengan cermat.
2. Siswa mencatat prediksinya, memotivasi mereka untuk mau mencari
dan mengetahui jawaban.
3. Minta siswa untuk menjelaskan alasan-alasan terhadap prediksi
mereka. Kegiatan ini memberikan indikasi kepada guru tentang
pengetahuan awal siswa. Ini bertujuan untuk mengungkap
miskonsepsi dan tingkat kemampuan yang siswa kuasai. Kegiatan
ini juga dapat memberikan keterangan untuk membuat rencana
belajar berikutnya.
7
4. Menjelaskan dan mengevaluasi prediksi dan mendengarkan prediksi
dari siswa lain akan menolong untuk mengevaluasi hasil belajar
mereka sendiri.
Pada model pembelajarn POE ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan
guru yaitu : 1) merancang satu demonstrasi yang dapat memotivasi siswa dari
suatu peristiwayang berkaitan dengan topik IPA dan akan dibelajarkan serta dapat
diobservasi siswa. 2) Memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan yang
akan mereka kerjakan.
Menurut Indrawati dan Wanwan (2009 : 53), POE adalah singkatan dari
Prediction-Observation-Explanation. P.O.E ini sering juga disebut suatu strategi
pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara
meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu predik, observasi
dan memberikan penjelasan (explain).
Ketiga tugas siswa dalam model pembelajaran POE yaitu:
Predict : Pada tahap ini, mintalah pada peserta didik untuk mengamati apa
yang akan anda demonstrasikan. Mintalah mereka mengamati
fenomena yang didemonstrasikan, kemudia mereka memprediksi
hasilnya dan mempertimbangkan hasil prediksinya.
Observe : Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses
atau demonstrasi dan mintalah peserta didik untuk mencatat apa
yang terjadi.
Explain : Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan
hipotesis mengenai mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan
dan menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuatnya
dengan hasil observasi.
Menurut Purnomo dalam http://komangsuardika.blogspot.com
/2013/01/23-model-pembelajaran-predict-observe.html (2010), POE adalah
singkatan dari prediction, observation, dan explanation. Pembelajaran dengan
model POE menggunakan 3 langkah utama, yaitu:
a. Prediction (prediksi) adalah merupakan suatu proses membuat dugaan
terhadap suatu peristiwa. Dalammembuat dugaan siswa sudah memikirkan alasan
8
mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini siswa diberi kebebasan
seluas-luasanya menyusun dugaan dengan alasannya, sebaiknya guru tidak
membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep yang muncul
dari pikiran siswa. Semakin banyaknya muncul dugaan dari siswa, guru akan
dapat mengerti bagaimana konsep dan pemikiran siswa tentang persoalan yang
diajukan. Pada proses prediksi ini guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang
banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa
untuk membangun konsep yang benar.
b. Observation (observasi) yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang
terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji
kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa membuat
eksperimen, untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa mengamati
apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas
prediksi mereka.
c. Explanation (eksplanasi) yaitu pemberian penjelasan terutama tentang
kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Apabila
hasil prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka
memperoleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin
yakin akan konsepnya. Akan tetapi, jika dugaannya tidak tepat maka siswa dapat
mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami
perubahan konsep dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Disini, siswa
dapat belajar dari kesalahan, dan biasanya belajar dari kesalahan tidak akan
mudah dilupakan.
Menurut pendapat di atas jadi model pembelajaran POE merupakan model
pembelajaram dengan menggunakan metode eksperimen, dimana siswa diminta
untuk menduga kemungkinan yang terjadi dilanjutkan dengan mengobservasi
dengan melakukan pengamatan langsung kemudian dibuktikan dengan melakukan
percobaan untuk dapat menemukan kebenaran dari dugaan awal dalam bentuk
penjelasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah
sebagai berikut:
9
1) Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi
konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu.
2) Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar
menebak.
3) Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban
atas masalah.
4) Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.
Model pembelajaran POE juga memiliki kelebihan dan kekurangan seperti
model-model pembelajaran lainnya.
Kelebihan model pembelajan POE sebagai berikut:
1. Merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan
prediksi.
2. Dengan melakukan percobaan untuk menguji prediksinya dapat
mengurangi verbalisme.
3. Proses pembelajran menjadi lebuh baik menari, sebab siswa tidak hanya
mendegarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui
percobaan.
4. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan
untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan
demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Kelemahan model pembelajan POE sebagai berikut:
1. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian
persoalan fisika dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk
membuktikan prediksi yang diajukan siswa.
2. Untuk kegiatan percobaan, memerlukan kemampuan dan ketrampilan yang
khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional.
3. Memerlukam kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.
2.1.2 Aktivitas Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) dalam kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan
10
mengolah perolehan belajarnya. Pendapat tersebut menyatakan bahwa yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah kesempatan bagi
siswa untuk berperan serta sehingga aktivitas siswa timbul, bukan aktivitas guru.
Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, karena pada prinsipnya belajar
adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dengan kata lain belajar adalah
melakukan kegiatan belajar. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah
aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental.
Sardiman (2012:97) Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dilihat dari
sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat
unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapatlah diketahui
bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Prinsip aktivitas dalam
belajar menurut John Locke dalam Sardiman (2012: 100) aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar ke dua
aktivitas itu harus selalu terkait.
Sardiman (2012: 101) menyatakan bahwa banyak jenis aktivitas yang
dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tida cukup hanya
mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
tradisional. Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2012: 101) membuat
suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat
dogolongkan sebagai berikut:
1. Visual activitiesyang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta
diagram.
6. Motor activities, yang ternasuk di dalamny antara lain : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
11
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,
memecahkan soal,, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Hamalik (2001 : 175) menyebutkan penggunaan asas aktivitas, besar
nilainya bagi pengerjaan para siswa karena :
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuannya sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan susana belajar menjadi
demokratis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
adalah belajar yang melibatkan aktivitas mental maupun fisik artinya seluruh
tubuh dan pikiran terlibat dalam proses pembelajaran.
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Hasan & Zainul (1991: 23) di Indonesia, hasil belajar dinyatakan
dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawannya.
Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ada 6 jenjang:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif
Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi,
penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Ada
5 jenjang: penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan
penjatidirian.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau
manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis.
12
Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan
psikologis.
Nana Sudjana,(2010:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (Nana Sudjana 2010:22) membagi
lima kategori hasil belajar, yakni :
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
3. Strategi kognitif
4. Sikap, dan
5. Keterampilan motoris
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran
karena dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran. Melalui informasi tersebut, guru dapat
menyusun kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu.
Penelitian ini mengharapkan hasil belajar berupa terjadinya perubahan
pengetahuan siswa terhadap pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui
model pembelajaran POE. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan kajian teori tentang pembelajaran
IPA, tujuan pembelajaran IPA, penegrtian POE dan aktivitas belajar dapat
disimpulkan bahwa dalam mengajarkan IPA, guru harus menggunakan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas V melalui model
pembelajaran POE. Penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi ajar sehingga hasil belajar pun meningkat.
13
2.1.4 Pembelajaran IPA
Menurut Usman (2010 : 3) Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan
kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan
alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam,
science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science
itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. H.W Fowler menyatakan
(dalam Laksmi Prihantoro 1986 : 13) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan dedukasi.
Pembelajaran IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Sulistyorini dalam
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sd.html
(2007), IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
Dari beberapa pendapat diatas maka yang dimaksud dengan pembelajaran
IPA mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar.
2.1.4.1 Tujuan IPA
Tujuan dari pelajaran IPA di SD seperti yang tersirat dalam
(Permendiknas, 2008:148) yaitu bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
14
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Sedangkan tujuan pembelajaran IPA di SD, seperti dijelaskan dalam
kurikulum (2006:124-125) adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
kateraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekalpengetahuan, konsep dan ketera,pilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Dari beberapa pendapat di atas, tujuan pembelajaran IPA Sekolah Dasar
untuk memahami dan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam, mempelajari
gejala alam, memecahkan masalah yang di temukan di dalam kehidupan sehari-
hari, dan melestarikan alam serta memupuk rasa cinta terhadap alam semesta
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.4.2 Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD adalah seperti yang tersirat
dalam Permendiknas, (2008:148) meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan
gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
15
2.1.4.3 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA
Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
(BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan siswa yang berstandar nasional
dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci Kompetensi Deasar
(KD). Standar Kmpetensi merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih
lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi
dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
atau pekerjaan dengan efektif.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah da pengetahuan sindiri yag difasilitasi
guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengau
pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk
mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas V SD disajikan melalui table
berikut ini.
Tabel 2.1 SK dan KD
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
antara lain:
1. Kurniawati, Ana (2011) dalam penelitian “Peningkatan Aktivitas dan hasil
belajar IPA dengan model pembelajaran poe (predict, observe, explain)
siswa kelas V SDN Lowokwaru 5 Kota Malang” menyatakan hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran POE
(predict, observe, explain) untuk pembelajaran IPA siswa kelas 5 SDN
Lowokwaru 5 Kota Malang dengan standar kompetensi Memahami
hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan benda dan sifatnya
Standar kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu karya/model
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat
cahaya.
16
sebagai hasil suatu prosesdapat dilaksanakan dengan efektif. Keaktifan
siswa meningkat dari 69,74 pada siklus I menjadi 84,72 pada siklus II.
Skor aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang berisi indikator-
indikator yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Hasil belajar juga meningkat
dari rata-rata 57,05 dan ketuntasan kelas 29,73% sebelum tindakan
menjadi rata-rata 80,95 dan ketuntasan kelas mencapai 83,78% pada akhir
siklus II.
2. Nugraheni, Setyaningtyas Wahyu (2011) dalam penelitian “Penerapan
model POE (Predict. Observe, explain) untuk meningkatkan pembelajaran
IPA siswa kelas III SDN Karangbesuki 4 Malang oleh Setyaningtyas
Wahyu Nugraheni”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model POE dapat
meningkatkan pembelajaran IPA. Terbukti pada pembelajaran yang sudah
dilaksanakan, siswa terlibat langsung dalam pembelajarannya sedangkan
guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Prosentase untuk
keberhasilan guru dalam menerapkan model pada siklus 1 mencapai
93,39% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 100%. Nilai rata-rata
aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 70,50 dengan kriteria
memuaskan dan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar meningkat
menjadi 77,22 dengan kriteria memuaskan. Hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan. Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus I sebesar 57,14% dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa 73,81 dan
pada siklus II prosentase meningkatan menjadi 85,71% dengan nilai rata-
rata 79,91.
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran diberikan oleh peneliti dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di SD adalah untuk kepala sekolah
hendaknya dapat memberikan dukungan dan pengarahan kepada guru agar
dapat menerapkan model pembelajaran POE sehingga dapat meningkatkan
pembelajaran IPA. Guru diharapkan dapat menerapkan model
pembelajaran POE pada materi lain selama materi tersebut sesuai dengan
karakter model pembelajaran POE.
17
3. Sopiyah (2012) dalam penelitian “Penerapan Strategi Poe ( Prediction,
Observation, Explanation ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Ipa Materi Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik Terhadap
Daratan Di SDN Gandasoli Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi”
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran,
terlihat keaktifan siswa hampir 90% turut aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran, demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran
IPA materi tersebut mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai
rata-rata mencapai 69 atau sebanyak 66.7% siswa yang mencapai nilai
KKM. Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata
79.1 atau sebanyak 86.2% siswa yang mencapai KKM,dan pada siklus III
nilai rata-rata siswa 81.4 atau 96.5%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model POE dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada saran yang hendak disampaikan,
antara lain guru diharapkan dapat mencoba mengkaji dan
mengimplementasikan strategi pembelajaran tersebut pada materi
pelajaran lainnya pada mata pelajaran IPA.
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk turut serta memberikan andil selama prosesnya berjalan di dalam kelas.
Pelajaran IPA hingga hari ini masih dianggap sebagai momok yang menakutkan
bagi kebanyakan siswa, karena dalam pelajaran IPA siswa dituntut untuk
menguasai berbagai konsep pengetahuan, sedangkan guru tidak memahami fungsi
utamanya untuk membangun pemahaman konsep siswa tersebut. Ketidakpahaman
guru terhadap fungsinya ditandai dengan penggunaan teknik pembelajaran yang
tidak sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, kebutuhan serta gaya belajar
yang diharapkan siswa sehingga dampak yang ditimbulkannya adalah rendahnya
hasil belajar yang diperoleh siswa.
18
Model pembelajaran POE sebagai model pengajaran yang digunakan guru
merupakan salah satu yang dianggap dapat digunakan guru dalam proses
pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Klero
01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penerapan model pembelajaran
POE didasarkan beberapa alasan, antara lain karena model ini mampu melatih
kemampuan berpikir siswa karena melalui model pembelajaran ini siswa dapat
mengamati dan mencoba sendiri.
Langkah yang dilakukan peneliti adalah membentuk dua kelas yaitu
kelaseksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
POEdankelas kontrol yang diajar dengan metode konvensional (metode
ceramah).Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada gambar
alurberikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Kelompok
Eksperimen PRETEST Pembelajaran dengan
model POE
Hasil PRETEST
tidak boleh ada
perbedaan yang
signifikan
POSTTEST
Uji beda hasil
POSTTEST
apakah terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
pembelajaran
dengan cara
konvensional
(metode ceramah) dan
model POE
Kelompok
Kontrol PRETEST Pembelajaran dengan
cara konvensional
(metode ceramah)
POSTTEST
19
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka berpikir, peneliti mengemukakan hipotesis
sebagai berikut :
1. Diduga model pembelajaran POE berpengaruh terhadap aktivitas belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V SDN
Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun
Pelajaran 2012/2013.
2. Diduga model pembelajaran POE berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V SDN Klero 01
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran
2012/2013.
Hipotesis Statistika
Aktivitas Belajar
Ho : Y1=Y1’
Yaitu “Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas V B)
sama dengan aktivitas belajar siswa kelompok kontrol (SDN Klero 02 Kelas VA).
Artinya tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap
aktivitas belajar siswa.”
H1 : Y1≠Y1’
Yaitu “Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas V B)
tidak sama dengan aktivitas belajar kelompok kontrol (SDN Klero 01 Kelas V A).
Artinya terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap
aktivitas belajar siswa.”
Hasil Belajar
H0 : Y2=Y2’
Yaitu “Rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas
V B) sama dengan rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol (SDN Klero 02
20
Kelas V A). Artinya tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran POE
terhadap hasil belajar.”
H1 : Y2≠Y2’
Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas V
B) tidak sama dengan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol (SDN Klero 01
Kelas V A). Artinya terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran POE
terhadap hasil belajar.