Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

26
METODE PENELITIAN Pengembangan metodolog penelitian untuk memahami fenomena kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dipergunakan tata pikir eklektif dalam memilih dan mengkombinaslkan berbagai filsafat ilmu pengetahuan, sehingga didapatkan pengetahuan yang dapat menggarnbarkan dan menjelaskan fenomena kualitas dan efektivitas kegatan penyuluhan pertanian mendekati realita. Filsafat ilmu pengetahuan positivisme empiris, rasionalisme, dan phenomenologs dlkombinasikan dengan menggunakan tata pikir eklektif sebagai landasan untuk merancang metode penelitian ini. Menurut positivisme empiri, ilmu atau pengetahuan yang valid adalah ilmu yang dibangun dari fakta empiris. Dari s e g ontologik realita yang menjadi obyek penelitian dapat dipecah-pecah, dapat dipelajari independen, dieliminasikan dari obyek lain dan &pat dikontrol. Dari segi epistemologi, positivisme menuntut dipilahnya subyek peneliti dengan obyek penelitian, agar diperoleh hasil yang obyektif. Berpikir positivistik adalah berpilur tentang fakta empiris yang teramati, yang terukur, dapat dieliminaslkan serta dimanipulasikan, dilepaskan dari satuan besamya. Satuan terkecil obyek penelitian adalah variabel penelitian (Muhadjir, 1996). Pendekatan tersebut di atas disebut pendekatan kuantitatif. Menurut positivisme rasional ilmu yang valid merupakan abstraksi, simplifikasi, atau idealisasi dari realita dan terbukti koheren dengan sistem logikanya. Menurut konstruktivisme kntis pengetahuan ilmiah hanya bisa dlkembangkan dengan cara tidak langsung, yakni melalui telaah gagasan yang dikembangkan oleh manusia dalam piluran (Wuisman, 1996). Menurut filsafat ilmu pengetahuan phenomenologi, sunber ilmu bukan hanya empiri sensual, juga meliputi phenomena yang lain seperti persepsi, pemikiran, kemauan, keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek. Dalam penelitian Qmana obyek penelitiannya adalah manusia, maka filsafat

Transcript of Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Page 1: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

METODE PENELITIAN

Pengembangan metodolog penelitian untuk memahami fenomena kualitas

dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dipergunakan tata pikir eklektif

dalam memilih dan mengkombinaslkan berbagai filsafat ilmu pengetahuan,

sehingga didapatkan pengetahuan yang dapat menggarnbarkan dan menjelaskan

fenomena kualitas dan efektivitas kegatan penyuluhan pertanian mendekati

realita. Filsafat ilmu pengetahuan positivisme empiris, rasionalisme, dan

phenomenologs dlkombinasikan dengan menggunakan tata pikir eklektif sebagai

landasan untuk merancang metode penelitian ini.

Menurut positivisme empiri, ilmu atau pengetahuan yang valid adalah

ilmu yang dibangun dari fakta empiris. Dari s eg ontologik realita yang menjadi

obyek penelitian dapat dipecah-pecah, dapat dipelajari independen,

dieliminasikan dari obyek lain dan &pat dikontrol. Dari segi epistemologi,

positivisme menuntut dipilahnya subyek peneliti dengan obyek penelitian, agar

diperoleh hasil yang obyektif. Berpikir positivistik adalah berpilur tentang fakta

empiris yang teramati, yang terukur, dapat dieliminaslkan serta dimanipulasikan,

dilepaskan dari satuan besamya. Satuan terkecil obyek penelitian adalah variabel

penelitian (Muhadjir, 1996). Pendekatan tersebut di atas disebut pendekatan

kuantitatif.

Menurut positivisme rasional ilmu yang valid merupakan abstraksi,

simplifikasi, atau idealisasi dari realita dan terbukti koheren dengan sistem

logikanya. Menurut konstruktivisme kntis pengetahuan ilmiah hanya bisa

dlkembangkan dengan cara tidak langsung, yakni melalui telaah gagasan yang

dikembangkan oleh manusia dalam piluran (Wuisman, 1996).

Menurut filsafat ilmu pengetahuan phenomenologi, sunber ilmu bukan

hanya empiri sensual, juga meliputi phenomena yang lain seperti persepsi,

pemikiran, kemauan, keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek. Dalam

penelitian Qmana obyek penelitiannya adalah manusia, maka filsafat

Page 2: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

phenomenologi relatif sesuai untuk merancang metode dalam penelitian ini.

Phenomenologi menuntut pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian

dalam suatu konstruksi ganda, melihat obyek dalam satu konteks natural, bukan

parsial. Metode ini disebut pendekatan kualitatif.

Positivisme lemah dalam ha1 membangun konsep teoritik, karena relatif

lebih banyak bersifat verifikasi teori, tetapi secara operasional relatif sangat

efisien (Muhadjir, 1996). Kebenaran itu tidak hanya dapat diukur dengan indra

peneliti saja, ada kebenaran yang dapat d~tangkap dari pemaknaan manusia atas

empiri sensual. Pendekatan posivistik kuantitatif generalisasi dikonstruksi dari

rerata keragaman individual atau rerata frekuensi dengan mengendalikan galat.

Kebenaran dicari lewat hubungan kausal linier. Teori kebenaran yang dianut

termasuk teori kores pondensi. Pendekatan kualitatif mengejar kebenaran lewat

diketemukan surnber terpercaya sehngga hal-ha1 yang hakilu, yang esensial dapat

diketemukan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang relatif realistis tentang suatu

fenomena sosial, Brannen (1997), Singarimbun dan Sofian (1995), Miles dan

Huberman (1992) mencoba menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam

mengembangkan metode penelitian, maka dalarn penelitian ini Qgabungkan

antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan mengambil bentuk

pendekatan kualitatif menunjang pendekatan kuantitatif (Moleong, 1997).

Berdasarkan pendekatan tersebut di atas, maka untuk memahami dan

mempelajari fenomena kualitas dan efektivitas kegatan penyuluhan pertanian

digunakan metode survai, yang kuantitatif dikombinasikan dengan metode

phenomenolog yang kualitatif. Metode survai dapat dipergunakan untuk

penelitian ekspalanatori maupun penelitian deskriptif. Disamping itu metode

survai mempunyai kelebihan dalam pengurnpulan informasi dari individu-

individu dengan biaya relatif rendah, kemunglunan untuk merampatkan kepada

Page 3: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

populasi, sifatnya luwes, memungkinkan menggunakan berbagai cara

pengurnpulan data, menjadikan peneliti lebih peka terhadap berbagai masalah

potensial yang semula tidak diketahui, merupakan alat yang berguna bag peneliti

untuk menguji berbagai teori (Black dan Champion, 1992; Kerlinger, 1996; Nazir,

1985; Vredenbregt, 1978; Bailey, 1978; Singarimbun dan Sofian, 1995).

Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel

Untuk memahami dan menjelaskan fenomena efektivitas kegiatan

penyuluhan pertanian di Indonesia, maka dirancang berbagai model teoritis, yang

diuji dalam penelitian ini. Variabel-variabel terpilih, yang diukur untuk menguji

model teoritis tersebut adalah sebagai berikut:

1. (Y 1). Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian

2. (Y2). Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian

3. (Xl). Motivasi penyuluh pertanian

4. (X2). Kepribadian penyuluh pertanian

5. (X3). Harga diri penyuluh pertanian

6. (X4). Kompetensi penyuluh pertanian

7. (X5). Kemampuan operasional penyuluh pertanian

8. (X6). Iklim organisasi penyuluhan pertanian

9. (X7). Kualitas pemberdayaan penyuluh pertanian

10. (X8). Kualitas teknologi pertanian

1 1. (X9). Kualitas informasi pertanian

12. (X 10). Kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian

1 3. (X 1 1). Kompleksitas wilayah kerj a penyuluh pertanian

Page 4: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara membenkan arti, atau menspesifikasikan ke-

giatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 1985).

Pengukuran adalah pemberian angka pada obyek-obyek atau kejadian-

kejadian menurut suatu aturan (Kerlinger, 1996; Black dan Champion, 1992).

Pengukuran pada hakekatnya merupakan langkah-langkah sistimatis dalam

mengukur variabel atau konstrak yang meliputi kegiatan menentukan dimensi

konsep penelitian, merurnuskan ukuran untuk masing-masing dimensi,

menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan, menentukan tingkat validitas

dan reliabilitas alat ukur (Singarimbun dan Sofian, 1995).

Berdasarkan definisi operasioanal dan definisi pengukuran tersebut Q atas

maka konsepkonsep, konstrak-konstrak yang dipergunakan sebagai alat untuk

mengidentifikasi fenomena yang diamati dalam penelitian ini, dioperasionalk.an

dan diukur sebagai berikut:

1. (Yl) Kualitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian

Kualitas kegatan penyuluhan pertanian adalah paduan sifat-sifat jasa pe-

nyuluhan pertanian yang hberikan oleh Penyuluh Pertanian, yang menunjukkan

kemampuannya dalam memenuh kebutuhan-kebutuhan para petani baik yang

dinyatakan maupun yang tersirat. Kualitas kegatan penyuluhan pertanian diukur

dengan lima inhkator yaitu, materi penyuluhan pertanian, domain yang disentuh

dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, memfasilitasi keputusan-keputusan

petani, keberpihakan kepada petani dan intensitas kunjungan Penyuluh Pertanian

ke wilayah kerjanya. Masing-masing indikator diberikan skor 1-3.

Page 5: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

2. (Y2) Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian

Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian adalah manfaat kegiatan

penyuluhan yang hrasakan oleh petani dan tingkat kepercayaan petani terhadap

kompetensi penyuluh pertanian. Masing-masing atribut untuk mengukur variabel

efektivitas penyuluhan pertanian diberikan nilai 1-3. Skor efektivitas kegiatan

penyuluhan pertanian merupakan total dari semua nilai atribut dikalikan dengan

jurnlah petani penilai untuk masing-masing penyuluh pertanian.

Tabel 3.1. Indikator, atribut efektivitas penyuluhan kegiatan pertanian

penyuluhan pertanian

Variabel (Y 2). Efektivitas kegiatan

Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dikategorikan menjadi sangat

tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Variabel efektivitas juga dipergunakan

Indikator 1. Manfaat jasa penyuluhan

pertanian

1. Kepercayaan petani terhadap kompetensi penyduh pertanian

Atribut 1 .Memecahkan masalah

usaha tani 2. Mengembangkan usaha

tani 3. Upaya-upaya

memecahkan masalah 4. Usaha tani yang paling

menguntungkan 5. Upaya-upaya

mendapatkan permodalan, kesempatan berusaha, ,

pemasaran 6. Menambah pengetahuan

dan ketermpilan 7. Meningkatkan produksi 8. Materi penyuluhan pada

saat kunjungan 9. Kunjungan kekelompok

1. Memecahkan permasalahan usaha tani

2. Mengembangkan usaha tani

3. Memecahkan masalah pasca panen

4. Menambah pengetahuan dan keterampilan

5. Masalah permodalan 6. Masalah saprodi 7. Masalah jenis usaha tani

paling menguntungkan 8. Masalah produksi 9. Kesempatan berusaha

Page 6: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

untuk mengukur variabel kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan

pertanian, sehingga indikatornya sama dengan indikator variabel efektivitas

kegiatan penyuluhan pertanian.

3. (XI) Motivasi Penyuluh Pertanian

Motivasi adalah perilaku bertujuan yang menunjukan intensitas perilaku

atau semangat kerja. Intensitas perilaku dipengaruhi oleh kekuatan motif atau

kebutuhan. Makin kuat motif makin tinggi intensitas perilaku. Motivasi dukur

dengan kekuatan motif. Total skor motif merupakan ukuran intensitas perilaku

Setiap atribut diberikan nilai dari -3 sarnpai dengan + 3. Pengukuran motivasi

penyuluh pertanian menggunakan alat ukur motivasi yang dikembangkan oleh

(Wahjosumidjo, 1987).

Tabel 3.2. Indikator, atribut motivasi penyuluh pertanian

I Variabel [ (XI). Motivasi penyuluh

pertanian

Indikator 1. Aktualisasi diri

1 5. Kebutuhan sosial

Atribut 1. Pekerjaan menarik dan ,

menantang 2. Komitmen pada pekerjaan 3. Kebanggaan terhadap hasil

k q a 4. Pengawasan minimal

1. Kesesuaian imbalan 2. Kejelasan deslaipsi tugas 3. Jaminan hari tua 4. Keamanan kerja

1. Penghargaanatas prestasi 2. Implementasi keterampilan 3. Persaan terbaik 4. Penarnpilan pimpinan

1. Kenaikan insentif 2. Kondisi ke rja 3. Insentif individual 4. Peralatan kerja

1. Situasi kerja 2. Pengawasan 3. Kegiatan sosial 4. Hubungan informal

Page 7: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

4. (X 2) Kepribadian Penyuluh Pertanian

Kepribadian penyuluh pertanian adalah sifat percaya I r i , keterbukaan,

ambisi dan kedewasaan yang dimiliki oleh Penyuluh Pertanian. Rasa percaya diri

dan ambisi diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh

(Lauster, 1999). Sifat berambisi dan kematangan penyuluh pertanian diukur

dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh (Iskandar, 1999). Skor

kepribadian penyuluh pertanian merupakan penjumlahan skor sifat percaya diri,

ambisi, keterbukaan, dan kedewasaan.

5. (X 3) Harga Diri Penyuluh Pertanian

Harga diri adalah citra petani tentang para penyuluh pertanian. Harga diri

penyuluh pertanian diukw dengan menjumlahkan skor kepuasan kerja penyuluh

pertanian, kebanggaan terhadap profesi penyuluh dan karakteristik peke jaan.

Tabel 3.3. Indikator dan atribut harga diri penyuluh pertanian

Atribut 1. Ketersediaan dan

kemudahan mendapatkan angka kredit

2. Kelancaran kenailcan pangkat

3. Keadilan penghargaan 4. Perasaan dihargai 5. Penerimaan terhadap hasil

ke j a 1. Bekerja di organisasi

penyuluhan 2. Beke j a pada jabatan

struktural

1. Kebabasan mengambil keputusan

2. Porsi peke jaan terhadap peningkatan pendapatan

3. Variasi keterampilan yang diperlukan dalam pekejaan

4. Kepentingan pekerjaan bagi orang lain

5. Kejelasan pekerjaan dengan penilaian prestasi

Variabel (X 3). Harga diri penyuluh

pertanian

.

Indikator 1. Kepuasan kerja

2. Kebanggaan terhadap profesi

3. Karakteristik peke jaan

Page 8: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Tabel 3.3 lanjutan r I I T

6. Tingkat keterarnpilan yang diperlukan dalam pekerjaan

7. Kesederhanaan peke rjan 8. Kesempatan berinisiatif 9. Penyelesaian pekerjaan 10. Kejelasan penilaian 11. Kepentingan pekejaan

6. (X 4) Kompetensi Penyuluh Pertanian

Kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang dimiliki oleh

penyuluh pertanian untuk menghasilkan kinerja yang prima yaitu memuaskan

para petani. Kompetensi diukur dari dua indikator yaitu kemampuan teknis dan

pengetahuan yang dimiliki oleh penyuluh pertanian. Tingkat kompetensi

merupakan penjumlahan skor atribut-atribut indikator. Setiap atrbut cbberikan

skor 1-5.

Tabel 3.4. Indikator, atribut kompetensi penyuluh pertanian

pertanian I Variabel

(X 4). Kompetensi penyuluh 2. Memprioritaskan kebutuhan 3. Pemecahan masalah teridentifikasi 4. Menyampaikan informasi 5. Menyediakan alternatif usaha tani 6. Pemecahan masalah insidental 7. Mendapatkan surnberdaya usahatani 8. Metode penyuluhan 9. Memilih metode penyuluhan 10. Kegiatan penyuluhan 1 1. Kebutuhan teknologi lokal spesifik 12. Komoditi lokal spesifik 13. Sistem sosial pedesaan 14. Latar belakang petani 15. Kebutuhan sasaran 16. Menetapkan materi 17. Strategi komunikasi 1 8. Menumbuhkan kelompok 1 9. Meningkatkan dinamika kelompok 20. Merencanakan usaha pertanian 2 1. Teknologi produksi agribisnis 22. Teknologi produksi lokal spesifik 23. Pertanian sebagai bisnis

1 24. Proses pembangunan pertanian

Inhkator 1. Kemampuan teknis

Atribut 1. Mengidentifdcasi kebutuhan

Page 9: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Tabel 3.4 lanjutan

2. Tingkat pengetahuan

9

25. Petani belajar 26. Struktur sosial pedesaan 1. Perilaku manusia 2. Teknik motivasi 3. Metode penyuluhan pertanian 4. Dinamika kelompok 5. Dinamika organisasi 6. Kepemimpinan 7. Sistem dan stntktur sosial 8. Perencanaan penyuluhan partisipatif 9. Identifikasi dm analisis masalah 10. Teknik komunikasi 1 1. Teknologi produksi lokal spesifik 12. Sistem usahatani lokal spesifik 13. Menejemen usahatani 14. Analisis kebutuhan petani 15. Pembuatan alat peraga 16. Survei pasar 17. Perakitan teknologi 18. Teknologi produksi lokal spesitik 19. Bisnis pertanian 20. Proses pembangunan pertanian 2 1. Bagaimana petani belajar 22. Partisipatory

7. (X 5) Kemampuan Operasional Penyuluh Pertanian

Kemarnpuan operasional Penyuluh Pertanian adalah surnberdaya yang

dimillu oleh Penyuluh Pertanian untuk menjangkau wilayah kerjanya.

Kemarnpuan operasional penyuluh pertanian diukur dengan menggunakan

indikator: (1) jurnlah biaya operasional penyuluhan yang dmilki oleh penyuluh

pertanian, dberikan skor 1-5; (2) penguasaan alat transportasi, diberikan skor 1-5;

dan (3) jarak dari tempat tinggal ke wilayah kerja, diberikan skor 1-5.

Kemampuan operasional penyuluh pertanian merupakan total skor indikator.

8. (X 6) Iklim Organisasi Penyuluhan Pertanian

Iklim organisasi penyuluhan pertanian adalah perasaan individu dalam

organisasi tentang organisasi penyuluhan pertanian, yang meliputi perasaan

terhadap pemimpin, pekerjaan, insentif, harga diri, interaksi atau komunikasi,

Page 10: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

teman sejawat, kejelasan tanggung jawab, kematangan pimpinan Nilai skor

variabel merupakan total nilai skor atribut. Setiap atribut hberikan skor 1-5.

Tabel 3. 5. Indkator, atribut lklim organisasi penyuluhan pertanian

Variabel (X 6). Iklim organisasi

penyuluhan pertanian

-

Indikator 1 Kepuasan terhadap

lingkungan kerja

2. Kejelasan tanggung jawab

3. Kematangan pimpinan

Atribut 1. Sensitivitas pimpinan terhadap

permasalahan 2. Jumlah dukungan pimpinan

terhadap pemecahan masalah 3. Solusi terhadap permasalahan

pribadi 4. Jumlah tanggung jawab 5. Kejelasan dan ketegasan

tanggung jawab 6. Persaan dihargai oleh pimpinan

atas prestasi kerja 7. Persaan d i g a i oleh pimpinan

atas ide-ide 8. Jumlah pemikiran yang diterima

oleh pimpinan dan teman sejawat 9. Respons pimpinan atas

permasalahan insidentil 10. Respon teman sejawat terhadap

prestasi kerja 1 1. Keamanan dan kepastian ke j a 12. Kepastian karier 13. Kemudahan berkomunikasi '

dengan pimpinan 14. Keefektivan respon pimpinan 1 5. Kepuasan terhadap ke rja sarna 16. Kepuasan terhadap peningkatan

kompetensi 1. Kejeiasan tujuan dm sasaran

kegiatan penyuluhan 2. Kemungkimm pencapaian tujuan 3. Kejelasan Cara-cara pencapaian

tujuan dm sasaran penyuluhan 4. Kejelasan tugas dan tanggung

jawab 5. Kejelasan rincian tugas dan

tanggung jawab 6. Kejelasan cara-cara penyelesaian

tugas dan tanggung jawab 1 Kejelasan prosedur pelayanan 2. Kejelasan prosedur pencapaian

tujuan dan sasaran kegiatan penyuluhan

3. Kejelasan prosedur penyelenggaraan penyuluhan

4. Kemauan mernikul tanggung jawab

5. Keinginan berprestasi

Page 11: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

9. (X 7) Kualitas Pemberdayaan Penyuluh Pertanian

Pemberdayaan penyuluh pertanian adalah upaya-upaya yang dilaksanakan

untuk meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan

Pertanian. Pemberdayaan diukur dengan 3 indikator yaitu: kualitas supervisi,

kualitas materi pelatihan di Balai Penyuluhan Pertanian dan kualitas pelaksanaan

pelatihan. Setiap atribut diberikan skor 1-5. Skor indikator rnerupakan total skor

atribut. Skor pemberdayaan merupakan penjumlahan skor setiap indikator.

Tabel 3. 6. Indikator, atribut pemberdayaan penyuluh pertanian

penyuluh perkmian 1. Kualitas supervisi

Atribut Variabel

2. Kualitas materi latihan

Indikator

3. Kualitas pelatihan

1. Ketepatan waktu supervisi 2. Kesesuaian supervisi

dengan kebutuhan lapangan 1. Manfaat atas kegiatan

supervisi

1. Kesesuaian materi latihan dengan kebutuhan petani

2. Kekomprehensipan maten latihan

3. Ketepatan waktu penyampaian materi dengan kebutuhan petani

1. Kehadiran pelatih di Balai Penyuluhan Pertanian

2. Durasi pelatihan di Balai Penyuluhan Pertanian

3. Manfaat pelatihan yang dirasakan

4. Kualitas metode pelatihan

10. (X 8) Kualitas Teknoiogi Pertanian

Teknologi pertanian adalah kurnpulan data, informasi yang telah teroganisir

untuk meningkatkan produksi usaha tani. Kualitas teknologi pertanian diukur

dengan indikator kesesuaian teknologi pertanian dengan kebutuhan petani,

pemanfaatan teknolog sebagai materi penyuluhan pertanian dan ketersehaan

Page 12: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

teknologi pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian setiap saat. Setiap atribut

diberikan skor 1-5. Skor kualitas teknologi merupakan total skor atribut.

Tabel 3. 7. Inhkator, atribut kualitas teknologi pertanian

11. (X 9) Kualitas Informasi Pertanian

Informasi pertanian adalah data, fakta, informasi dan teknologi yang diperlu

kan untuk menyusun perencanaan usaha tani dan pengambilan keputusan usaha

tani. Kualitas informasi pertanian diukur dengan inhkator kesesuaian informasi

dengan kebutuhan petani dan ketersedian informasi di Balai Penyuluhan

Pertanian. Skor kualitas informasi pertanian adalah penjurnlahan setiap skor

indikator. Skor indkator merupakan total skor atribut. Setiap atribut diberikan

skor 1-5.

Atribut

1. Perencanan usaha tani yang menguntungkan

2. Pemecahan masalah produksi usaha pertanian

3. Kesesuaian dengan kondisi sosial ekonomi petani

4. Peningkatan pendapatan 5. Ketersediaan uang segar 6. Keakuratan teknologi 7. Kekonprehensipan

1. Ketepatan teknologi dengan kegiatan di lapangan

2. Ketersediaan teknologi setiap saat

3. Ketersediaan jenis teknologi

4. Ketersediaan jumlah teknologi

5. Kemudahan mendapatkan teknologi di luar BPP

Variabel

(X 8). Kualitas teknologi pertanian

Indikator

1. Kesesuaian teknologi pertanian dengan kebutuhan petani

2. Ketersediaan teknologi pertanian

Page 13: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Tabel 3. 8. Indlkator, atribut kualitas informasi pertanian

12. (X 10) Kualitas Kebijaksanaan Organisasi Penyuluhan Pertanian

Kebijaksanan penyuluhan pertanian adalah hal-ha1 yang harus dikerjakan

oleh penyuluh pertanian. Kebijaksanaan penyuluhan pertanian diukur dengan

menggunakan indikator pengaturan tugas-tugas atau alokasi waktu kerja penyuluh

pertanian, fleksibilitas dan otonomi penyuluh pertanian. Kualitas kebijaksanaan

penyuluhan pertanian merupakan skor penjumlahan setiap skor indkator. Skor

indikator merupakan total skor atribut. Setiap atribut diberikan skor 1-5.

Variabel (X 9). Kualitas informasi

Tabel 3. 9. Indikator, atribut kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian

Indikator 1. Keseasuaian

dengan kebutuhan

2. Ketersediaan informasi

Atribut 1. Memperlancar tugas-tugas 2. Sebagai rnateri penyuluhan

1. Ketepatan waktu 2. Ketersediaan jumlah dan jenis

Atribut

1. Pengembangan komoditi 2. Merespon kebutuhan pasar 3. Pencapaian target program 4. Penyesuaian rekomendasi teknologi 5. Melarang petani mengembangkan

komoditi 6. Penjabaran program 7. Kegiatan penyuluhan mendukung

program 8. Merespon kebutuhan petani 9. Alokasi waktu untuk kegiatan

penyuluhan 10. Keikutsertaan dalam pertanggung

jawaban program

4

Variabel

(X 10) Kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian

Indikator

1. Pengaturan tugas

- -

Page 14: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Tabel 3.9 lanjutan

2. Fleksibilitas

3. Otonomi

1. Waktu kerja melayani penugasan pimpinan

2. Waktu ke rja melayani kebutuhan petani

3. Memberi informasi sesuai program 4. Memberikan alternatif usaha tani 5. Programa penyuluhan penjabaran

program 6. Waktu kerja untuk memecahkan

masalah petani

1. Penetapan tujuan dan sasaran 2. Cara pencapaian tujuan dan sasaran 3. Dasar penyusunan rencana kerja 4. Prioritas programa penyuluhan 5. Pemecahan masalah program 6. Pengembangan komoditi sesuai

dengan permintaan atasan

13. (X 11) Kompleksitas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian

Kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian adalah, tingkat kompleksitas

lingkungan fisik wilayah kerja, tingkat kompleksitas lingkungan sosial wilayah

kerja. Kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian diukur dengan 2 indikator.

Nilai skor variabel merupakan total nilai skor indikator. Skor indikator

merupakan total skor atribut. Setiap atribut diberikan skor 1-5.

Tabel 3. 10. Indikator, atribut kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian

Atribut 1. Luas wilayah kerja 2. Jumlah agroekosistem

1. Jumlah petani yang seharusnya dilayani oleh penyuluh peranian

2. Tingkat penyebaran tempat tinggal petani

Variabel (X 1 1). Kompleksitas wilayah

kerja penyuluh pertanian

Indikator 1. Lingkungan fisik wilayah

kerja

2. Liigkungan sosial wilayah kerja

Page 15: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat eksplanatori dan deskriptif Bersifat eksplanatori

dengan maksud untuk menjelaskan fenomena kualitas dan efektivitas kegiatan pe-

nyuluhan pertanian yang cenderung terus menurun. Data kuantitatif yang

diperlukan untuk menjelaskan fenomena tersebut dI atas, dikwnpulkan dengan

menggunakan daftar pertanyaan. Untuk memberikan makna terhadap hasil

analisis data kuantitatif, dipergunakan data kualitatif sebagai ilustrasi.

Jenis data yang dIkurnpulkan terhri atas data primer, baik kuantitatif mau-

pun kualitatif, dan data sekunder. Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui

wawancara berdasarkan kuesioner terstruktur. Data primer kualitatif lkumpulkan

dengan cara indepth zntewiew kepada beberapa responden dan informan.

Inforrnasi dikumpulkan dengan alat tape recorder. Data sekunder diperoleh dari

hasil-hail penelitian yang sudah ada dan kajian pustaka, serta data yang telah

dikumpulkan oleh BPS dan instansi lain yang mempunyai data relevan dengan

penelitian. Untuk menjamin validitas data, maka pengumpulan data juga

mempergunakan metode triangulasi (data dicek ulang dan sumber lain, dan

dengan metode lain).

Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan kegiatan uji coba alat ukur yang di-

laksanakan pada bulan Februari 2000 dI Bogor. Hasil uji coba alat ukur penelitian

di Bogor disempurnakan dengan cara menguji coba kembali alat ukur tersebut di

Nusa Tenggara Barat sebelum dipergunakan untuk penelitian. Uji coba alat ukur

tersebut dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan

Mei 2000. Pelaksanaan penelitian dImulai dan bulan Juni 2000 sampai dengan

bulan Maret 200 1

Page 16: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Lokasi Penelitian

Tingkat perkembangan suatu masyarakat sangat menentukan peran dan ke-

giatan penyuluhan pertanian yang seharusnya dilaksanakan (Mosher, 1978).

Todaro (1978) mengatakan besarnya sumbangan relatif sektor pertanian terhadap

product domestic bruto dapat dipergunakan, sebagai salah satu indikator untuk

mengetahui tingkat perkembangan masyarakat. Lokasi penelitian htetapkan

dengan metode stratified purposive sampling. Provinsi lokasi penelitian dipilih

secara sengaja dengan mempertimbangkan: (1) tingkat perkembangan suatu

masyarakat; (2) adanya sentra produksi komoditi perdagangan dalam ha1 ini

hortikultura semusim dan sentra komoditi subsisten (pangan); dan (3) kemudahan

mendapatkan data.

Kabupaten lokasi penelitian di setiap Provinsi dipilih secara sengaja dengan

mempertimbangkan tingkat komersialisasi suatu wilayah, yang ditentukan dengan

pendekatan jenis komoditi yang dikembangkan. Pada umumnya masyarakat tani

di sentra produksi komoditi perdagangan relatif lebih komersial dari petani .&

sentra produksi komoditi subsisten.

Kecamatan lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan mempertimbang-

kan kecarnatan sebagai sentra produksi komolti dominan yang sesuai dengan,

pertimbangan memilih lokasi penelitian tingkat Kabupaten.

Dengan menggunakan data PDRB 1997 (BPS, 1998) dan untuk mencapai

tujuan penelitian ini, maka masyarakat Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah

perkembangan yaitu:

(1). Perkembangan wilayah I (PDRB 5 18,93 YO) meliputi Provinsi DKI, Jawa

Barat, Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah

(2). Perkembangan wilayah 11 (PDRB, 18,94-25,77 %) meliputi Provinsi Bali,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatra Utara, Sumatra Barat,

Sumatra Selatan.

Page 17: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

(3). Perkembangan wilayah III (PDRB > 25,77 %) meliputi Provinsi Kalimantan

Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, NTB, NTT, Maluku, Aceh, Jambi, Bengkulu, Lampung. Riau, Irian

Jaya. Kalimantan Timur.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka penelitian

ini dilaksanakan Q tiga Provinsi yaitu: Provinsi Jawa Timur, Lampung, dan Nusa

Teng gara Barat. Penelitian di Provinsi Jawa Timur yang mewakili perkembangan

masyarakat wilayah I, dilaksanakan di Kabupaten Malang sebagai sentra produksi

komoditi perdagangan dan Ngawi sebagai sentra produksi komoditi subsisten.

Penelitian di Kabupaten Malang Qlaksanakan di Kecamatan Batu, Bumiaji, Jun

Rejo, Pujon yang meliputi 18 Desa. Penelitian di Kabupaten Ngawi di Kecamatan

Padas, Geneng, Paron yang meliputi 17 Desa.

Penelitian di Provinsi Lampung yang mewaluli perkembangan masyarakat

wilayah II, dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah sebagai sentra produksi

komoditi subsisten dan & Lampung Barat sebagai sentra produksi komoditi perda-

gangan. Penelitian di Kabupaten Lampung Tengah dilaksanakan di Kecamatan

Seputihraman, dan Punggur yang meliputi 18 Desa. Penelitian Q Kabupaten

Lampung Barat Qlaksanakan di Kecamatan Balik Bukit, Sukau, Belalau, Batu

Brak, dan Sekincau yang meliputi 18 Desa.

Penelitian di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mewaluli perkembangan

masyarakat wilayah III, Qlaksanakan di Kabupaten Lombok Barat sebagai sentra

produksi komoditi subsisten, dan di Kabupaten Lombok Timur sebagai sentra pro-

duksi komoditi perdagangan. Penelitian di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan

di Kecamatan Nannada, dan Labu Api yang meliputi 18 Desa. Penelitian di Kabu-

paten Lombok Timur llaksanakan di Kecamatan Sukamulia, dan Kecamatan

Lenek yang meliputi 18 Desa. Dengan demiluan penelitian ini dilaksanakan pada

3 Provinsi, yang meliput 6 Kabupaten, 18 Kecamatan dan 107 Desa.

Page 18: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah Penyuluh Pertanian & lapangan

dan petani dimana Penyuluh Pertanian terpilih bertugas. Penyuluh pertanian

dipilih secara stratzfied random sampling. Stratifikasi Penyuluh Pertanian disusun

dengan mempertimbangkan tingkat kinerjanya yang mewaluli dari kinerja

tertinggi sampai yang terendah menurut penilaian koordinator penyuluh pertanian

di Balai Penyuluhan Pertanian.

Kerangka sampel petani sebagai penilai efektivitas kegiatan penyuluhan

pertanian ditetapkan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Petani-petani yang

dipilih sebagi kerangka sampel hams yang sudah kenal dengan Penyuluh

Pertanian Lapangan responden. Berdasarkan kerangka sampel tersebut, petani

responden dipilih secara rendom. Jurnlah responden yang terpilih dalam

penelitian ini disajikan dalam Tabel 3. 11.

Tabel 3. 1 1. Jurnlah lokasi dan responden penelitian

Keterangan: BPP = Balai Penyuluhan Pertanian.

Kesahihan dan Keterandalan

Kesahihan

Kesalvhan berkaitan dengan ketepatan suatu alat ukur untuk mengukur

suatu konsep yang ingin diukur. Suatu alat ukur dikatakan sahih, kalau alat ukur

Page 19: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

tersebut mengukur secara akurat konsep yang sebenarnya ingin diukur

(Kerlinger, 1996; Singarimbun dan Effendi, 1995). Mengacu pada pendapat

Kerlinger (1996), Singarimbun dan Effendi (1995), Downie dan Health dalarn

(Black dan Charnpon, 1992), tingkat kesaluhan alat ukur dalam penelitian ini

dilakukan dalam tiga bentuk yaitu: (1) kesahihan konstruk (construct validity),

(2) kesahihan isi (content validity), dan (3) kes&han konkuren (predictive

validity).

Kesahihan Indikator

Makna penelitian ini adalah untuk menunjukkan motivasi, kompetensi,

harga diri, kepribadian, kemarnpuan operasional, kompleksitas wilayah kerja

penyuluh pertanian, kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluhan pertanian,

lklim organisasi penyuluhan pertanian kualitas teknologi pertanian, kualitas

informasi pertanian, kualitas pemberdayaan penyuluh pertanian, perilaku usaha

tani mempengaruhi efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian di sentra produksi

komoditi perdagangan dan komoditi subsisten.

Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan sebuah sistem, sehngga

tingkat dinarnikanya dipengaruhi oleh subsistem yang lain, hluarnya yaitu fungsi

informasi, h g s i pelayanan, fungsi pengaturan, fungsi penelitian. Dengan

demikian dinamika kegiatan penyuluhan pertanian di pengardu oleh faktor-faktor

internal dan eksternal (Sutarto, 1998; Salusu, 1998; Gibson et al., 1997).

Kesahihan Isi

Kesahhan isi didasarkan pada pendapat para pakar baik dari berbagai

kajian pustaka maupun pendapat para pembimbing. Kesahihan logika yaitu

membandingkan kajian pustaka dengan fenomena dinamika organisasi

penyuluhan pertanian, perilaku para penyuluh pertanian di lapangan dan respon

petani terhadap kegiatan penyuluh pertanian.

Page 20: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Kesahihan Konkuren

Kesahihan konkuren didasarkan pada hubungan yang teratur antara

efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian dengan dinamlka organisasi penyuluhan

pertanian, antara dinamika organisasi dengan faktor-faktor internal dan faktor-

faktor ekstemal. Kesahihan ini dapat diketahui melalui korelasi parsial antar

variabel yang dipergunakan untuk mengukur konsep-konsep yang dipergunakan

untuk mempelajari fenomena dinamika penyuluhan pertanian.

Keterandalan

Keterandalan bersangkutan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur

suatu konsep atau konstruk memberikan hasil p e n w a n yang konsisten (Black

dan Champion, 1992; Kerlinger, 1996; Singarimbun dan Effend, 1995). Mengacu

pada pendapat Kerlinger (1996), Singarimbun dan Effend (1995), untuk

mendapatkan alat ukur dengan keterandalan yang tinggi, maka alat ukur yang

akan dpergunakan untuk mengumpulkan data diuji dengan metode test dan retest,

yang artinya alat ukur yang sama &uji coba pada responden yang sama dalam

waktu yang berbeda. Kemuhan hasil pengukuran pertama dengan hasil

pengukuran kedua dikorelasikan dengan metode korelasi product moment dengan

rumus sebagai berikut:

r = N(C.XY) - (ZXXY)

,/[NL:x' - (SX)~I[NXY~ - (xY)~]

Keterangan: r = koefisien korelasi; N= jurnlah kasus; X= variabel bebas; Y=

variabel tergantung.

Page 21: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Tabel 3.12. Hasil uji korelasi antar pertanyaan dalam suatu variabel yang diukur

Simbul

Y1 Y2 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

Kuesioner yang andal menunjukkan koefisien korelasi yang nyata, yaitu

XI1 I Kompleksitas wilayah kerja I 0,85**

apabila nilai a hitung lebih kecil dari a yang ditetapkan dalam pengujian. Hal ini

Nama variabel

Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian Efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian Motivasi Penyuluh Pertanian Kepribadian Penyuluh Pertanian Harga diri Penyuluh Pertanian Kompetensi Penyuluh Pertanian Kemampuan operasional Iklim organisasi Kualitas pemberdayaan Kualitas teknologi Kualitas inforrnasi Kualitas kebijaksanaan

0,86**

dapat Qberikan makna bahwa nilai pengukuran pertarna dan kedua konsisten.

Keterangan: * nyata pada a = 0,05 dan ** sangat nyata pada a = 0,01

Bila koefisien korelasinya tidak nyata maka alat ukur tersebut perlu diperbaiki,

terutama item-item yang tidak konsisten.

Koefesien korelasi

Analisis Data

Sentra Komoditi hortikultura

0,80** 0,78** 0,79** 0,76** 0,78** 0,73 ** 0,74** 0,72** 0,69** 0,77** 0,78** 0,79**

Penelitian ini menggambarkan kualitas dan efektivitas kegratan

Sentra Komoditi subsisten 0,82** 0,81** 0,82** 0,78** 0,79** 0,69** 0,71** 0,69** 0,68** 0,75** 0,82** 0,81**

penyuluhan pertanian dan mempelajari hubungan kausal antar berbagai variabel

terpilih untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan penelitian. Alat analisis yang

tepat untuk keperluan tersebut adalah dengan menggunakan analisis desknptip

dan model hubungan kausal, yang memun&nkan untuk Qhitung besarnya

pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung faktor-faktor indipendent

terhadap kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian. Semua data

dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 7.5 dan 10.05. Analisis data

dilaksanakan terhadap tujuh lupotesis penelitian.

Page 22: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

(1) Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian di Provinsi Jawa Timur,

Lampung dan Nusa Tenggara Barat tidak berbeda nyata dalam hal: materi

penyuluhan pertanian yang dberikan oleh Penyuluh Pertanian, domain

perilaku yang disentuh dalam melaksanakan kegatan penyuluhan pertanian,

memfasilitasi keputusan-keputusan petani, keberpkakan kegiatan penyuluhan

pertanian kepada petani, dan intensitas kunjungan Penyuluh Pertanian ke

wilayah kerjanya.

Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis dengan analisis ragam.

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000) bentuk umum d m model linier aditif

adalah sebagai berikut: Yij = p + ti -i- q j

Dimana i = 1,2, .. . .,t dan j = 1,2, . . . ..r

Yij = Kualitas kegiatan penyuluhan pertanian pada propinsi ke i dan

penyuluh pertanian ke j

p = R a m umum kualitas kegatan penyuluhan pertanian

z i = Pengaruh propinsi ke i

~ i j = Pengaruh acak pada propinsi ke- i dan penyuluh pertanian ke- j

(2) Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian di sentra produksi komoditi

perdagangan tidak berbeda nyata dengan kualitas kegiatan penyuluhan

pertanian di sentra produksi komoditi subsisten dalam ha1 materi penyuluhan

pertanian yang diberikan oleh Penyuluh Pertanian, domain perilaku yang

disentuh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, memfasilitasi

keputusan-keputusan petani, keberpihakan kegiatan penyuluhan pertanian

kepada petani, dan intensitas kunjungan Penyuluh Pertanian ke wilayah

kerjanya.

Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis uji beda rataan dengan

Page 23: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

(3) Sumberdaya penyuluhan pertanian yang dikuasai oleh Penyuluh Pertanian

kurang sesuai dengan perubahan sikap dan perilaku usaha tani petani yang

semakin komersial

Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis koefisien kontingensi C

dengan rumus sebagai berikut:

Dimana n = jurnlah contoh, dan X2 = Nilai chi square

(4) Tingkat kualitas kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan oleh

Penyuluh Pertanian Lapangan tidak dipengaruhi oleh motivasi penyuluh

pertanian, kepribadian penyuluh petanian, harga diri penyuluh pertanian,

kompetensi penyuluh pertanian, kemampuan operasional penyuluh pertanian,

iklim organisasi, kua- litas pemberdayaan, kualitas teknologr pertanian,

kualitas informasi pertanian, kualitas kebijaksanaan organisasi penyuluh

pertanian, dan kompleksitas wilayah kerja penyuluh pertanian.

Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalis dengan metode analisis

lintas. Gasperzs (1992) mengatakan koefisien lintasan &pat ditelusuri dari model

regresi linier berganda. Model linier regresi berganda dalam penelitian ini adalah:

Y = bo + bl Xl+b2X2+b3X3+ b4&+ . . . ..bp Xp

Dimana: Y= variabel talc bebas

Xi = variabel bebas ke- i, untuk i = 1,2, .. . .p

bi = koefisien regresi parsial tak baku, i = 1,2, . . . .p

bo = intersep

Selanjutnya apabila S, didefinisikan sebagai simpangan baku contoh dari

variabel tak bebas Y, SX1, Sd, . . . . S, sebagai simpangan baku contoh d m variabel

bebas XI, X2,. . . Xp maka dari model diatas dapat dhitung koefisien regresi baku

yang sering disebut juga koefisien beta sebagai berikut:

Page 24: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Sxi Bi = bi ---------- ; i = 1 , 2 ,...... p

SY

Dengan mendefinisikan Ci sebagai koefisien lintasan dari variabel baku Zi

(variabel bebas Xi yang dibakukan sehingga berdistribusi normal dengan nilai

rata-rata no1 dan ragam satu), maka pada dasarnya koefisien Ci = koefesien

lintasan.

(5) Tingkat efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian & Provinsi Jawa Timur,

Larnpung dan Nusa Tenggara Barat tidak berbeda nyata dalam hal:

pemecahan masalah yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan,

pengembangan altematif-alternatif usaha pertanian, peningkatan produksi

usaha tani, pengembangan permodalan, pemasaran hasil pertanian,

pengembangan usaha pertanian, kemudahan mendapatkan saprodi,

berhubungan dengan pihak ketiga, dan peningkatan kompetensi para petani.

Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalisis dengan analisis ragam.

Menurut Mattjik clan Sumertajaya (2000) bentuk umum dari model linier aditif

adalah sebagai berikut: Yij = p + Ti + Eij

Dimana i = 1,2, ... .,t dan j = 1,2, .. . ..r

Yij = Kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian pada propinsi

ke i dan penyuluh pertanian ke j

p = Rataan m u m kualitas dan efektivitas kegiatan penyuluhan pertanian

z = Pengaruh provinsi ke i

Eij = Pengaruh acak pada provinsi ke- i dan penyuluh pertanian ke- j

(6) Tingkat kepuasan petani terhadap materi penyuluhan dan metode penyuluhan

pertanian yang dipergunakan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan tidak

berhubungan nyata dengan perubahan sikap dan perilaku usaha tani petani

yang semakin komersial

Data untuk menguji hpotesis tersebut dianalisis koefisien kontingensi C

dengan m u s sebagai berikut:

Page 25: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

Dimana n = jumlah kasus; X2 = Nilai Chl- square

(7) Tingkat kepuasan petani terhadap kegatan penyuluhan pertanian tidak

ditentukan oleh kemarnpuan Penyuluh Pertanian untuk memenuhl kebutuhan-

kebutuhan petani dalam ha1 peningkatan pendapatan, pengembangan

alternatif-alternatif usaha pertanian, peningkatan produksi usaha tani,

pengembangan permodalan, pemasaran hasil pertanian, pengembangan usaha

pertanian, kemudahan mendapatkan saprodi, berhubungan dengan pihak

ketiga untuk mendapatkan solusi, dan metode penyuluhan pertanian yang

sesuai dengan pernasalahan yang dihadapi oleh para petani.

Data untuk menguji hipotesis tersebut dianalis dengan metode analisis

lintasan. Gasperzs (1992) mengatakan koefisien lintasan dapat dtelusuri dan

model regresi linier berganda. Model linier regresi berganda dalarn penelitian ini

adalah: Y = bo + bl Xl+b2X2+b3X3+ b4&+ . . . ..bp J(p

Dimana: Y= variabel tak bebas

Xi = variabel bebas ke- i, untuk i = 1,2, . . . .p

bi = koefisien regresi parsial tak baku, i = 1,2, . . . .p

bo = intersep

Selanjutnya apabila S, didefinisikan sebagai simpangan baku contoh dari

variabel tak bebas Y, SX1, S*, . . . .ST sebagai simpangan baku contoh dari variabel

bebas XI, X2,. . . X, maka dari model diatas dapat dihitung koefisien regresi baku

yang sering disebut juga koefisien beta sebagai berikut: Sxi

Bi = bi ---------- ; i = 1 , 2 ,...... p

SY

Dengan mendefinisikan Ci sebagai koefisien lintasan dari variabel baku Zi

(variabel bebas Xi yang dibakukan sehingga berdistribusi normal dengan nilai

Page 26: Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian

rata-rata no1 dan ragam satu), maka pada dasarnya koefisien C, = koefesien

lintasan.

(8) Perkembangan atribusi dan perilakx usahatani petani responden

Untuk mempelajari dan memahami perubahan atribusi dan peril& usahatani

petani, data kualitatif dianalisis melalui tahapan pengorganisasian data,

koding dan analisis. Proses analisis data kualitatif melalui tahapan data, kata

kunci, tema, kategori, hubungan antar kategori-kategori dan interpretasi

(Poenvandari, 1998). Data atribusi dan perilaku usaha tani petani sebelumnya

hperoleh dengan metode studi pustaka dan wawancara dengan beberapa

informan yang diperkirakan mengetahui tentang atribusi dan perilaku usaha

tani masa lalu. Perubahan atribusi dan perilaku usaha tani petani

dibandingkan dalam perspektif waktu antara hasil telaahan pustaka dengan

hasil analisis data kualitatif.

(9) Pembangunan model

Pembangunan model penjelasan kualitas dan efektivitas kegiatan penyul-

pertanian dikonstruksi dari hasil analisis data kuantitatif dan hasil analisis

data kualitatif dengan menggunakan tata pihr linier, relasi, dan kausalistis.

(10) Konstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian SPP LARIISE

Konstruksi sistem penyuluhan pertanian SPP LARIISE dilakukan berdasarkan

hasil pemaknaan interpretatif, ekstrapolatif dari hasil analisis data kuantitatif,

data kualitatif dan hasil observasi lapangan. Kemudian hasil-hasil tersebut di-

konstruksi dengan menggunakan tata pikir analitis, relasi, kausalistis,

holistik, padu, ekologis, dan divergen.